efektifitas pendidikan kesehatan terhadap · pdf filetetaplah menjadi kebanggaan keluarga, ......
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI
PENGETAHUAN MENGENAI PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI
(SADARI) PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 3 TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
LARAS AYUNDA PRATAMA
NIM: 1110104000048
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
iii
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, Juli 2014
Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048
The Effectiveness of Health Education on the Knowledge Score of Breast
Self-Examination (BSE) in Adolescents at SMPN 3 Tangerang Selatan
xviii + 74 pages + 5 charts + 8 tables + 8 attachments
ABSTRACT
Patients with breast malignancy mostly come when advanced stage, so that
treatment can not be adequately or appropriately. The effort of BSE is very
important because approximately 75-85% of breast cancer malignancy was found
at the time of BSE. Lack of knowledge of the public, especially adolescents about
breast self-examination needs to be addressed with improved promotive-
preventive against breast health issues. This study aims to determine the
effectiveness of health education on the knowledge score about BSE in adolescent
in SMPN 3 Tangerang Selatan. This research is a quantitative research method of
pre-experimental design with one group pre-test post-test design. The amount of
samples were 33 people with consecutive sampling. Data collected by using
questionnaire and analyzed by used a paired t test. The results showed there was
an increase in knowledge score of 24,65% after being given health education
about BSE. The results of hypothesis test with α = 0.05 obtained significant value
of p <0.05. Effectiveness of health education value is calculated with the formula
obtained results Eta Squared of 0.89 which means that health education has great
effectiveness in improving the knowledge of adolescents.
Keywords: adolescents, health education, breast self-examination, breast cancer
Reference: 82 (2003-2014)
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014
Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048
Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3
Tangerang Selatan
xviii + 74 halaman + 5 bagan + 8 tabel + 8 lampiran
ABSTRAK
Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut, sehingga
pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat. Upaya SADARI sangat penting
sebab sekitar 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan
SADARI. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai
SADARI perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif terhadap
masalah kesehatan payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai SADARI pada remaja
putri di SMPN 3 Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif menggunakan desain penelitian pre experimental design dengan one
group pre-test post-test design. Sampel berjumlah 33 orang diperoleh melalui
teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
dianalisis menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian didapatkan terdapat
peningkatan skor pengetahuan sebesar 24,65% setelah diberikan pendidikan
kesehatan mengenai SADARI. Hasil uji hipotesis dengan α=0,05 didapatkan nilai
siginifikan p<0,05. Nilai efektifitas pendidikan kesehatan dihitung dengan rumus
Eta Squared diperoleh hasil 0,89 yang berarti pendidikan kesehatan memiliki
efektifitas yang besar dalam meningkatkan nilai pengetahuan remaja putri
mengenai SADARI.
Kata kunci : remaja putri, pendidikan kesehatan, SADARI, kanker payudara
Referensi : 82 (2003-2014)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : LARAS AYUNDA PRATAMA
Tempat, tanggal Lahir : Tangerang, 28 Desember 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Kp. Tukang Kajang RT/RW 005/002 Desa Rawa
Rengas Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang
Banten
HP : +6285780932089
E-mail : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program
Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Islam Al Fajar 1996-1998
2. SDN 04 Rawa Rengas 1998-2004
3. SMPN 1 Teluknaga 2004-2007
4. SMAN 6 Tangerang 2007-2010
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-sekarang
ix
PERSEMBAHAN
“..Bahwa sesungguhnya Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang berilmu
pengetahuan dengan beberapa derajat..” (QS Al Mujadilah: 11)
Bismillah, Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Mama, wanita terhebat yang pernah saya temui. Betapa bangganya bisa
terlahir dari rahimmu. Seluruh kasih sayang, doa, perhatian, dan dukungan
selalu tercurah dari mu selama ini. Mama adalah salah satu nikmat terbesar
yang pernah saya dapatkan, alhamdulillah. I love you, Mom
Papa, Laki-laki kuat yang selalu menjadi motivasi saya untuk terus belajar.
Seorang ayah yang tiada henti mencurahkan dan memanjatkan doa nya
untuk anak-anaknya. Tetaplah menjadi kebanggaan keluarga, tetaplah
menjadi papa yang hebat untuk kami, anak-anakmu
Adik-adikku, Fully dan Agri. Dua malaikat yang selalu memberikan saya
keceriaan dan kasih sayang. Dua orang yang tak kalah penting dalam
hidup saya. I love you, both
Teman-teman seperjuangan, PSIK UIN 2010 yang selalu memberikan
semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Hani, septi, kiki,
vica, alif, adis, gaby, dan ratna yang selalu memberikan semangat dan
dukungan, you know we can do it, guys
Semua orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu tanpa
mengurangi rasa terima kasih saya terhadap kalian. Semua orang yang
mendoakan saya dalam sholatnya tanpa saya ketahui
Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, dukungan, dan bantuan yang kalian
berikan kepada saya selama ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian,
Aamiin Ya Allah.
x
KATA PENGANTAR
السالم عليكن ورحمة هللا وبركاته
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat,
hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektifitas Pendidikan
Kesehatan terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan”. Sholawat serta
salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna
mendapat gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis dapatkan selama
kuliah.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi
dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun metodologi.
Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun mengenai tulisan ini
sangat penulis harapkan.
Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta
kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Puspita Palupi, M.Kep, Ns. Sp. Kep., Mat dan Bapak Ns. Waras Budi
Utomo, S.Kep., MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan
waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta
motivasi kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama kuliah.
5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan
Akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Seluruh guru di SMPN 3 Tangerang Selatan yang dengan sabar
memberikan bantuan dan dukungan moriil kepada penulis dalam proses
penelitian.
7. Orang tua tercinta, Ibunda Naiyah dan Ayahanda Syamsudin, yang selalu
memberikan kasih sayang yang tiada henti, doa, dukungan, dan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak
lupa, kepada adik-adik tersayang Fully dan Agri serta seluruh keluarga
xi
besar yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada seluruh keluarga PSIK, kakak-kakak, adik-adik, khususnya teman-
teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010,
yang telah membantu dan memotivasi dalam proses pembuatan skripsi ini.
Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
khususnya.
وبركاتهوالسالم عليكن ورحمة هللا
Ciputat, Juli 2014
Laras Ayunda Pratama
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Pernyataan Keaslian Karya ii
Abstract iii
Abstrak iv
Pernyataan Persetujuan v
Lembar Pengesahan vi
Daftar Riwayat Hidup viii
Lembar Persembahan ix
Kata Pengantar x
Daftar Isi xii
Daftar Singkatan xv
Daftar Bagan xvi
Daftar Tabel xvii
Daftar Lampiran xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 6
1. Tujuan Umum 5
2. Tujuan Khusus 6
D. Manfaat Penelitian 6
1. Manfaat Ilmiah 6
2. Manfaat Praktis 6
E. Ruang Lingkup Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja 8
1. Pengertian Remaja 8
2. Periode Remaja 9
xiii
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 9
a. Tugas Perkembangan Remaja 9
b. Pertumbuhan Remaja 12
c. Anatomi Fisiologi Payudara 14
B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja 16
1. Kanker Payudara 16
2. Fibroadenoma (FAM) 17
3. Papiloma Intraduktal 18
4. Fibrokistik Payudara 18
C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 19
1. Pengertian SADARI 19
2. Langkah-langkah SADARI 20
3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai 22
D. Health Promotion Model (HPM) 22
E. Pendidikan Kesehatan 24
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan 24
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan 27
3. Sasaran Pendidikan Kesehatan 27
4. Metode Pendidikan Kesehatan 28
5. Media Pendidikan Kesehatan 34
6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan 35
F. Pengetahuan 36
G. Ingatan 40
H. Kerangka Teori 42
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep 43
B. Definisi Operasional 44
C. Hipotesis 45
xiv
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 47
C. Populasi dan Sampel 47
D. Teknik Pengambilan Sampel 47
E. Instrumen Penellitian 48
F. Uji Validitas dan Reliabilitas 50
G. Tahapan Pengaambilan Data 51
H. Pengolahan Data 53
I. Analisis Data 54
J. Etika Penelitian 55
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian 57
B. Analisis Univariat 58
C. Analisis Bivariat 63
BAB VI PEMBAHASAN
A. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Responden
Mengenai SADARI 66
B. Keterbatasan Penelitian 70
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 72
B. Saran 72
Daftar Pustaka
Lampiran
xv
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
UIN : Universitas Islam Negeri
PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan
FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
BPS : Badan Pusat Statistik
SADARI : Pemeriksaan Payudara Sendiri
SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri
SMA : Sekolah Menengah Atas
RI : Republik Indonesia
DEPKES : Departemen Kesehatan
HPM : Health Promotion Model
HBM : Health Belief Model
SD : Standart Deviasi
CI : Confidence Interval
YKPJ : Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta
PMR : Palang Merah Remaja
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI 21
Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale 33
Bagan 2.3 Kerangka Teori 42
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 43
Bagan 4.1 Desain Penelitian 46
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional 44
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian 49
Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden 57
Tabel 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) 59
Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sebelum Diberikan Pendidikan
Kesehatan 60
Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan 61
Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI
Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan 62
Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengeahuan Tentang SADARI Sebelum dan
Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan 63
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Perizinan Studi Pendahuluan
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian, Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4. Kuesioner
Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat
Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Bivariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan seseorang yang berada pada tahapan antara fase anak dan
dewasa serta ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi
(Efendi, 2009). Rentang usia remaja menurut World Health Organization (WHO)
pada tahun 2013 adalah antara usia 10-19 tahun, sedangkan menurut Efendi (2009),
remaja yang sudah menikah tidak lagi tergolong sebagai remaja melainkan sebagai
dewasa. Data yang diperoleh dari sensus penduduk tahun 2010 yaitu populasi remaja
perempuan sekitar 21.275.092 jiwa atau 8,8% dari jumlah penduduk di Indonesia.
Diperkirakan pada tahun 2012 jumlah remaja perempuan usia muda (<15 tahun) di
Indonesia akan meningkat menjadi 34.307.709 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2012).
Tahap perkembangan remaja ditandai dengan perubahan fisik, sosial, dan
kematangan emosional. Perubahan fisik terjadi secara cepat pada remaja laki-laki
maupun perempuan (Funnell, 2009). Periode remaja sering dikenal dengan masa
pubertas. Masa pubertas adalah masa dimana remaja mengalami proses kematangan,
hormonal dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai
berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul. Masa pubertas ditandai
dengan beberapa perubahan fisik salah satunya yaitu adanya pembesaran payudara
yang dikenal sebagai telarke, terjadi antara usia 9 sampai 13,5 tahun (Wong, 2008).
Rasjidi (2010) mengungkapkan bahwa seorang remaja putri telah mencapai
masa pubertas dan mulai mengalami perkembangan pada payudaranya, maka
2
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) perlu dilakukan. SADARI merupakan
salah satu cara yang dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini
meliputi inspeksi dan palpasi payudara serta dapat dilakukan pada posisi berdiri
maupun berbaring (Otto, 2003). Waktu yang paling baik untuk melakukan SADARI
adalah 7 sampai 10 hari setelah menstruasi, saat pembengkakan dan nyeri payudara
telah mereda. Benjolan di payudara yang ditemukan saat SADARI harus dievaluasi
terhadap satu dari tiga kemungkinan: (1) kista, (2) tumor jinak, atau (3) tumor ganas
(Gruendemann, 2005). Upaya SADARI sangat penting sebab sekitar 75-85%
keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan SADARI (Purwoastuti,
2008). Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut,
sehingga pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat (Manuaba, 2009). Hal ini
menjadikan pengetahuan yang baik tentang prosedur SADARI sangat penting
dimiliki oleh remaja putri karena tahu tentang prosedur SADARI merupakan salah
satu alasan yang menyebabkan remaja putri mengaplikasikan SADARI (Karayurt,
2008).
Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan penyakit
payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat dihindari dengan
diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008). Kanker payudara
umumnya menyerang perempuan yang telah berumur lebih dari 40 tahun, perempuan
muda pun bisa terserang kanker ini (Mardiana, 2004). Statistik Kanker RSUP
dr.M.Djamil Padang pada tahun 2010 melaporkan bahwa jumlah kasus kanker
payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1758 kasus dan usia termuda penderita
kanker payudara berusia 15 tahun (Lenggogeni, 2011). Jakarta Breast Center
3
melaporkan bahwa klinik khusus penanganan keluhan pada payudara di Jakarta
menunjukkan dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien
diantaranya menderita tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita
kanker payudara (Diananda, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Utama (2008) di SMA Negeri 5 Jambi
menunjukkan bahwa sebanyak 72,6% dari 201 responden memiliki pengetahuan
kurang baik mengenai SADARI. Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI
sangat penting dalam pendeteksian dini serta penanggulangan kanker payudara,
terutama jika mengingat bahwa kejadian kanker payudara saat ini semakin banyak
menyerang usia remaja (YKPJ, 2011). WHO (2013) melaporkan bahwa kanker
payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh perempuan baik di
negara maju maupun di negara kurang berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh
dunia lebih dari 508.000 perempuan meninggal pada tahun 2011 karena kanker
payudara (Global Health Estimate, WHO 2013). Kanker payudara menempati urutan
kedua yang paling banyak diderita kaum perempuan setelah kanker mulut atau leher
rahim (serviks) (Depkes RI, 2013).
Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai bahaya
kanker payudara perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif. Upaya
tersebut salah satunya adalah dengan edukasi di berbagai elemen masyarakat. Edukasi
akan lebih efektif jika dilakukan lebih awal, antara lain pada siswa sekolah (Depkes
RI, 2013). Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja khususnya mengenai
masalah payudara yang dilakukan oleh professional telah terbukti efektif dalam
meningkatkan pengetahuan mengenai kanker payudara dan praktik SADARI (Yi &
4
Park, 2012). Kanker payudara biasanya terjadi setelah usia 45 tahun, tetapi saat ini
usianya menuruns dan banyak perempuan muda yang menderita kanker payudara
(Fry & Prentice, 2006 dalam Karayurt, 2008). Kanker payudara yang menyerang
perempuan muda lebih agresif dan sedikit yang dapat bertahan hidup, hal ini
membuat deteksi dini lebih penting (Rosenberg & Levy, 2001 dalam Karayurt, 2008).
Permatasari (2013) dalam penelitiannya di SMA Negeri 2 Pontianak Barat
mengungkapkan bahwa penyuluhan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker
payudara efektif dapat meningkatkan pengetahuan siswi tentang SADARI. Hal ini
juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ouyang dan Hu (2014) di Cina
yang menunjukan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang kanker payudara dan SADARI.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 11 orang siswi SMPN 3
Tangerang Selatan didapatkan data bahwa 9 diantaranya belum mengetahui dan
belum pernah mendapat informasi mengenai SADARI. Berdasarkan hal tersebut,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektifitas pendidikan
kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) pada
tahun 2005 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan
dini payudara. Sebanyak 70% kasus kanker payudara ditemukan dalam stadium lanjut
sehingga angka penyembuhannya rendah. Hal ini dikarenakan masih rendahnya
5
kesadaran, pengertian, dan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara,
sementara penanganan kanker payudara secara lintas sektoral belum mendapat
prioritas dari pemerintah (Rasjidi, 2010). Menurut Nursalam (2008), perilaku
kesehatan (health behavior) juga menentukan status kesehatan, perubahan perilaku
menuju kearah hidup yang kondusif untuk kesehatan dapat dilakukan salah satunya
melalui pendidikan kesehatan.
Masalah dalam penanggulangan kanker payudara di Indonesia adalah
penderita datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut. Data yang
didapatkan berdasarkan survei di RS Kanker Dharmais menunjukkan jumlah
penderita yang datang pada stadium lanjut sebanyak 70% (Bustan, 2007). Di
Sumatera Barat, data rekam medik RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2010
menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak
1758 kasus, sedangkan usia termuda penderita kanker payudara berusia 15 tahun
(Statistik Kanker RSUP dr.M.Djamil Padang, 2011 dalam Lenggogeni, 2011).
Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai
SADARI pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan
kesehatan terhadap skor pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri di
SMPN 3 Tangerang Selatan.
6
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya sumber informasi remaja putri mengenai SADARI sebelum
diberikan pendidikan kesehatan.
b. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sebelum
diberikan pendidikan kesehatan.
c. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sesudah
diberikan pendidikan kesehatan.
d. Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
mengenai SADARI pada remaja putri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Menjadi landasan dalam promosi kesehatan pada remaja dalam rangka
meningkatkan pengetahuan remaja putri dalam melakukan SADARI.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan
pertimbangan untuk meningkatkan kualitas khususnya mata kuliah
keperawatan maternitas dan mengembangkan instrumen-instrumen
pengkajian kesehatan reproduksi pada perempuan serta pengembangan
kurikulum dalam pendidikan keperawatan.
7
b. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk perawat di Indonesia
dalam menjalankan peran sebagai health educator dalam upaya
melakukan promosi kesehatan reproduksi remaja dan untuk meningkatkan
pengetahuan remaja putri tentang SADARI.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai
acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang
berbasis evidence base practice khususnya dalam upaya pencegahan
terhadap kanker payudara.
d. Bagi SMPN 3 Tangerang Selatan
Melalui penelitian ini diharapkan pihak sekolah mampu menjadi
indikator tingkat pengetahuan siswi di SMPN 3 Tangerang Selatan
mengenai SADARI dan sebagai upaya promosi kesehatan yang dapat
bekerjasama dengan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan sekolah.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini bersifat kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Juni
2014 di SMPN 3 Tangerang Selatan dengan objek penelitian yaitu siswi-siswi
SMPN 3 Tangerang Selatan kelas VII dan VIII. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian pre experimental design dengan one group pre-test post-test design.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence merupakan masa peralihan seseorang dari
fase anak-anak menuju fase dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik,
perilaku, kognitif, biologis dan emosi secara berkesinambungan (Efendi,
2009; Depkes, 2005). Rentang usia remaja adalah antara usia 10-19 tahun
sedangkan jika dalam rentang usia tersebut sudah menikah maka tidak lagi
tergolong sebagai remaja melainkan sebagai dewasa (WHO, 2013; Efendi,
2009).
Periode remaja adalah periode yang cepat berubah yang dapat
dijadikan sebuah kesempatan untuk mengajarkan hal-hal untuk membentuk
perilaku kesehatan hingga dewasa (Karayurt, 2008). Periode remaja
merupakan perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik
dilihat dari kognitif, emosi, maupun fisik (Teguh, 2013). Istilah adolescence
biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas
menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan
hormonal mengakibatkan perubahan penampilan pada remaja, dan
perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan
berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).
9
2. Periode Remaja
Wong (2008) mengungkapkan bahwa ada tiga periode remaja, yang
pertama yaitu remaja awal (early adolescent). Periode ini remaja berada
pada rentang usia 11-14 tahun, pada masa ini laju pertumbuhan terjadi
dengan cepat, puncak kecepatan pertumbuhan, karakteristik seks sekunder
muncul.
Periode selanjutnya yaitu periode remaja pertengahan (middle
adolescent). Periode ini remaja berada pada rentang usia 15-17 tahun,
remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan melambat pada remaja putri,
tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa, karakteristik seks
sekunder berkembang dengan baik.
Periode terakhir adalah remaja akhir (late adolescent). Rentang usia
remaja pada periode ini adalah 18-20 tahun, terjadi kematangan secara fisik,
pertumbuhan struktur dan reproduktif hampir lengkap (Wong, 2008).
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber. Masa puber
atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan
intelektual berkembang sangat cepat (Djiwandon, 2006).
a. Tugas Perkembangan Remaja
1) Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara
lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun
perempuan
2) Memperoleh peranan sosial
3) Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif
10
4) Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya
5) Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri
sendiri
6) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
7) Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
8) Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup
(Soetjiningsih, 2004).
Ada tiga aspek perkembangan pada remaja menurut Papalia
(2001), yaitu:
1) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,
otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada
tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ seksual dan
fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya
semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Papalia,
2001).
Perubahan fisik pada remaja yang sangat jelas tampak pada
pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakkan serta
perkembangan karateristik seks sekunder. Perubahan yang tidak
tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan
neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi.
Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan
11
karateristik pembeda, yaitu karakteristik seks primer dan
karakteristik seks sekunder. Karakteristik seks primer merupakan
organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif
(misalnya ovarium, uterus, payudara). Sedangkan, karakteristik
seks sekunder adalah perubahan yang terjadi di seluruh tubuh
sebagai hasil dari perubahan hormonal tetapi tidak berperan
langsung dalam reproduksi (Wong, 2008).
2) Perkembangan Kognitif
Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena
perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif
membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema
kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal
atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja
juga menghubungkan ide-ide tersebut (Santrock, 2007).
Piaget (1976) dalam Bastable (2004) menamakan tahap
perkembangan kognitif ini sebagai periode formal operation.
Remaja telah mendapatkan penalaran baru yang lebih tinggi
tingkatannya melampaui pemikiran saat masa kanak-kanak awal.
Mereka sanggup berpikir secara abstrak dan melakukan penalaran
logis yang kompleks yang merupakan suatu masalah sendiri jika
dibandingkan dengan silogistis. Penalaran mereka bersifat induktif
dan deduktif, serta mereka sanggup membuat hipotesis dan
12
menerapkan prinsip-prinsip logika pada situasi yang belum pernah
dihadapi.
Remaja mampu memahami konsep kesehatan dan penyakit,
berbagai penyebab kesehatan dan penyakit, pengaruh variabel atas
status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit
sebagai suatu proses akibat kelainan fungsi atau tidak berfungsinya
satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami akibat
atau prognosis suatu penyakit. Mereka juga mampu
mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak
untuk mempraktikkannya atau mulai terlibat dalam perilaku
berisiko karena mendapat tekanan sosial dari teman sebaya juga
adanya perasaan tak terkalahkan (Bastable, 2004).
3) Perkembangan Kepribadian dan Sosial
Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu
berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik
sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam
berhubungan dengan orang lain. Perkembangan sosial pada masa
remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang
tua. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam
menentukan perilaku remaja (Papalia, 2001; Santrock, 2007).
b. Pertumbuhan Remaja
Soetjiningsih (2004) menerangkan bahwa pertumbuhan
menggambarkan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
13
jaringan intraseluler yang terlihat secara fisik dan dapat diukur dengan
menggunakan satuan panjang atau satuan berat dengan proses yang
berkesinambungan dipengaruhi oleh faktor genetik (ras atau keluarga)
dan faktor lingkungan bio-psikososial yang dimulai dari masa
konsepsi hingga masa dewasa.
Potter & Perry (2005) menjelaskan mengenai empat fokus
utama pada pertumbuhan fisik remaja, yaitu: peningkatan kecepatan
pertumbuhan skelet, otot, dan visera; perubahan spesifik-seks, seperti
perubahan bahu dan lebar pinggul; perubahan distribusi otot dan
lemak; perkembangan system reproduksi dan karakteristik seks
sekunder.
Pertumbuhan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa hormon
(Soetjiningsih, 2004), antara lain:
a) Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)
Hormon yang paling berpengaruh selama remaja, yang dihasilkan
terutama pada saat tidur nyenyak malam hari. Mempunyai dua efek
terhadap tulang rawan epifisis, serta berefek langsung pada
metabolism protein, karbohidrat, dan lemak dengan bersifat
anabolik.
b) Hormon Tiroid
Hormon tiroid berefek langsung pada maturasi tulang, selain itu
juga hormon tiroid ini mempengaruhi produksi hormon
pertumbuhan dan sebaliknya hormon tiroid juga tidak dapat bekerja
tanpa adanya hormon pertumbuhan.
14
c) Glukokortikoid
Glukokortikoid berfungsi untuk menekan sintesis tulang dan tulang
rawan serta mineralisasi, sehingga produksi glikoprotein
meningkat.
d) Calcium Regulating Hormone
Kalsium diatur oleh hormon paratiroid yang berpengaruh besar
pada elemen jaringan tulang yang terlibat dalam osteogenesis.
Selain itu juga ada vitamin D yang mempengaruhi maturasi tulang.
c. Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara wanita disebut juga glandula mammae merupakan alat
reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum
dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak
pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus
pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium.
Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan
mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila
(cauda axillaris Spence). Ukuran payudara berbeda untuk setiap
individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak
jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada
payudara yang lain (Verralls, 2004). Variasi ukuran payudara
bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan
bukan pada jumlah jaringan glandular aktual (Sloane, 2003).
Struktur payudara terdiri dari beberapa jaringan dan lobus, yaitu
(1) jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
15
duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus
(ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20
mulut (opening). (2) lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan
dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas jaringan ikat
adiposa). Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada
otot pektoralis sampai fasia superfisial tepat dibawah kulit. (3) Lobus
mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus menjadi duktus-duktus kecil yang
berakhir di alveoli sekretori. (4) Puting dikelilingi oleh area kulit
berpigmen dengan diameter sekitar 3 cm yang disebut dengan areola.
Diatas permukaan areola terdapat beberapa kelenjar sebasea
(montgomery’s tubercles) yang berguna sebagai penghasil lubrikasi
puting ketika menyusui (Ross, 2001; Sloane, 2003; Monkhouse, 2007).
Masa pubertas merupakan masa terjadinya peningkatan kadar
hormon. Peningkatan kadar hormon pada perempuan saat pubertas akan
terjadi pekembangan payudara lebih lanjut dan biasanya mendahului
saat datangnya menstruasi, yaitu dua tahun sebelumnya. Peningkatan
kadar estrogen memacu pertumbuhan pembuluh lactifer dan papilla
serta areola mammae akan menjadi lebih nyata. Peningkatan kadar
progesteron memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan lemak dan
fibrosa akan meningkat dan jaringan lemak ini terutama yang
menyebabkan bertambah besarnya payudara (Verralls, 2004).
Perubahan fisiologis kelenjar payudara dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) menurut Prawirohardjo (2009), yaitu:
16
a. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara
Pada waktu bayi lahir payudara merupakan suatu sistem
saluran yang bermuara ke mamilla. Permulaan pubertas antara 10-
15 tahun areola membesar dan lebih mengandung pigmen.
Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa
hingga berbentuk seperti kuncup.
b. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid
Pada masa haid payudara akan sedikit membesar dan tegang
bahkan pada beberapa wanita akan timbul rasa nyeri (mastoidenia).
Perubahan ini ada hubungannya dengan perubahan vaskular dan
limfogen.
c. Perubahan payudara pada waktu hamil dan laktasi
Beberapa minggu sesudah konsepsi akan timbul perubahan
pada kelenjar payudara. Payudara menjadi terasa penuh, tegang,
areola lebih banyak mengandung pigmen dan puting sedikit
membesar.
B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja
1. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan
payudara (Mardiana, 2007). Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu
in situ (masih lokal) atau ditemukan sebagai neoplasma maligna (telah
menyebar). Kanker payudara hampir selalu merupakan adenokarsinoma dan
biasanya timbul di duktus. Gen-gen kanker payudara dapat dibawa dan
17
diwariskan oleh kedua orang tua, tampaknya diwariskan dengan cara
dominan-autosom (Corwin, 2009).
Gejala yang paling sering terjadi pada kanker payudara yaitu adanya
massa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada
payudara atau daerah aksila; rabas puting payudara unilateral, persisten,
spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau
cair; retraksi atau inversi puting susu; perubahan ukuran, bentuk atau tekstur
payudara (asimetris); pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya; kulit
yang bersisik di sekeliling puting susu. Adapun gejala penyebaran lokal atau
regional yaitu adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena;
perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk); pembesaran kelenjar getah
bening aksila (Otto, 2005).
2) Fibroadenoma (FAM)
Fibroadenoma adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan
konsistensi padat kenyal dan merupakan tumor primer yang paling banyak
ditemukan pada kelompok umur muda (Price, 2005; Underwood, 2000
dalam Sidauruk, 2012). Fibroadenoma Berdasarkan laporan dari NSW
Breast Cancer Institute (2005), fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita
dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun,
sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena
fibroadenoma. Penelitian Anyikam (2008) di Nigeria Timur menunjukkan
dahwa dari 1.050 spesimen payudara yang diteliti, 722 kasus (68,8%)
merupakan tumor jinak. Fibroadenoma adalah lesi yang paling banyak dan
umum terjadi dengan 318 kasus (44%) yang terjadi pada usia rata-rata 16-32
18
tahun (Anyikam, 2008). Di Indonesia data penyakit masih belum lengkap.
Jakarta Breast Center melaporkan bahwa klinik di Jakarta yang
mengkhususkan untuk penanganan keluhan pada payudara, menunjukkan
dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien menderita
tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita kanker
payudara (Diananda, 2009).
3) Papiloma Intraduktal
Papiloma yang terjadi pada duktus puting biasanya terlalu kecil untuk
dipalpasi tapi sering mengeluarkan cairan serosanguinosa atau darah dari
puting susu. Apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang abnormal
dari puting harus ditentukan dan keganasannya harus dihilangkan (Price,
2005).
4) Fibrokistik Payudara
Penyakit yang tergolong penyakit fibrokistik payudara antara lain
pembentukan kista, proliferasi duktus epitelial, papilomatosis difusa, dan
adenosis duktus dengan pembentukan jaringan fibrosa. Gejala klinisnya
yaitu perubahan ini dapat menimbulkan nodula teraba, massa, dan keluarnya
cairan dari puting. Sekitar 50% perempuan mengalami penyakit fibrokistik
payudara. Keadaan ini biasanya terjadi bilateral (Price, 2005). Hubungan
antara penyakit fibrokistik dan kanker payudara belum pasti. Hampir semua
peneliti mempercayai bahwa penyakit fibrokistik bukan pencetus kanker
payudara, kecuali jika klien menunjukkan bukti-bukti hiperplasia epitelial
(penambahan abnormal pada sel-sel epitel), yang disebut juga penyakit
fibrokistik florid (Morton, 2004).
19
C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
1. Pengertian SADARI
Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat
diketahui secara tepat dengan pemeriksaan sendiri (Mardiana, 2007).
Pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) dan pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih. SADARI dilakukan oleh setiap perempuan tiap bulan dimulai pada
usia 20 tahun atau sejak menikah. SADARI adalah metode termudah,
tercepat termurah, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini
kanker payudara (Nisman, 2011). Pemeriksaan klinis oleh petugas
kesehatan terlatih sebaiknya dilakukan pada perempuan berusia 30-50 tahun
setiap tiga tahun sekali, kecuali bagi mereka yang memiliki faktor risiko,
pemeriksaan mammografi dilakukan setahun sekali setelah berusia di atas
40 tahun dan dilakukan USG satu tahun sekali dibawah 40 tahun (Depkes,
2009).
Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan
penyakit payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat
dihindari dengan diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008).
Pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan
memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan. Melalui
pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah
lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk
diobati. SADARI dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari
pertama mulai haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau
20
bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal
yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal lahirnya).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah
dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang
sedang dilakukan pemeriksaan (Depkes, 2009).
2. Langkah-langkah SADARI
Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes
(2009), yaitu:
1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan
di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat
perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada
kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit.
2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di
atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang
sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk
melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang.
3. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara
lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.
4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil
berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring,
diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan
diperiksa.
5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk
menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah, dan
21
manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari
tersebut dengan gerakan memutar keluar di seluruh permukaan
payudara.
6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk
memeriksa daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan
di bawah tulang selangka.
7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk
payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan
ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan
pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap
bulannya.
1 2
3 4
5 6
Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI
(Depkes, 2009)
22
3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai
Tanda-tanda yang harus diwaspadai saat dilakukan SADARI antara lain
adalah penambahan ukuran atau besar yang tak biasa pada payudara; salah
satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya; Lekukan seperti
lesung pipi pada kulit payudara; cekungan atau lipatan pada puting;
perubahan penampilan puting payudara; keluar cairan seperti susu atau darah
dari salah satu putting; adanya benjolan pada payudara; pembesaran kelenjar
getah bening pada lipat ketiak atau leher; pembengkakan pada lengan bagian
atas (Depkes, 2009).
D. Health Promotion Model
Health Promotion Model (HPM) adalah teori yang dicetuskan oleh Pender
(1982) yang merupakan seorang professor keperawatan di Universitas Michigan
(Health Promotion Model, 2014). HPM merupakan konsep model yang
berdasarkan upaya pada pemberdayakan terhadap kemampuan individu atau
keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatannya (Tomey & Alligood, 2006).
HPM menunjukkan bahwa kesehatan yang baik adalah bukan tidak adanya
keluhan atau penyakit, lebih daripada itu. Kesehatan yang baik berarti keadaan
sejahtera secara umum dan holistik, perilaku sehat individu dan keseimbangan,
dan pencapaian dalam hidup. Teori ini melihat langkah-langkah di mana
seseorang dapat mencapai kesehatan yang lebih baik atau kesehatan yang ideal.
Untuk mencapainya, teori ini mempertimbangkan karakteristik dan pengalaman
individu (Health Promotion Model, 2014).
23
Teori HPM ini mirip dengan teori Health Belief Model (HBM) (Becker,
1974 dalam Tomey & Alligood, 2006) tetapi tidak terbatas menjelaskan
perilaku pencegahan penyakit. Perbedaan HPM dengan teori HBM yaitu dalam
HPM tidak terkandung rasa takut atau ancaman sebagai sumber motivasi untuk
perilaku kesehatan. Hal ini dikarenakan HPM meliputi perilaku untuk
meningkatkan kesehatan dan dapat diterapkan sepanjang rentang hidup manusia
(Pender, 1996; Pender et al., 2002 dalam Tomey & Alligood, 2006). Perbedaan
lainnya yaitu pada HBM memberikan tekanan pada kerentanan terhadap
penyakit dan kemungkinan tindakan pencegahan, sementara HPM memberikan
tekanan atau berfokus pada potensi kesehatan dan kemungkinan perilaku yang
mempromosikan kesehatan (Bastable, 2004).
Faktor-faktor yang terlibat dalam HPM ini adalah gaya hidup individu,
cara berpikir, kesehatan psikologi (motivasi diri, status kesehatan, harga diri),
aspek sosial dan kultural (Suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi), tingkat
pengetahuan, pengalaman masa lampau, persepsi individu, faktor biologis (usia,
jenis kelamin), dan faktor interpersonal (keluarga, kelompok sebaya, pemberi
pelayanan kesehatan) (Health Promotion Model, 2014; Bastable, 2004).
Asumsi utama dari Model Promosi Kesehatan menurut Pender (1982)
dalam Tomey (2006), yaitu:
1. Manusia berusaha untuk menciptakan kondisi agar tetap hidup dimana
mereka mengekspresikan keunikannya
2. Manusia memiliki kapasitas untuk merefleksikan kesadaran diri, termasuk
mengkaji kompetensi yang mereka punya
24
3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan
berusaha untuk mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas
4. Setiap individu berusaha untuk secara aktif mengatur perilaku mereka
sendiri
5. Individu dalam semua kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan
lingkungan, mengubah lingkungan dan terus menerus berubah dari waktu
ke waktu
6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan yang interpersonal
yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya
7. Rekonfigurasi diri dimulai dari pola interaksi dengan lingkungan adalah
penting untuk perubahan perilaku
E. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
(Fitriani, 2011). Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman
yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan
dengan kesatuan individu, masyarakat, dan ras (Wood, 1926 dalam
Mubarak, 2007).
Pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama dengan proses
pembelajaran yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak
faktor diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses
25
pendidikan, dan perubahan yang diharapkan. Perubahan perilaku seseorang
yang tampak sesungguhnya hanya refleksi dari perubahan internalisasi
persepsi dirinya terhadap sesuatu sedang diamati dan dipikirkannya
(Setiawati, 2008). Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005)
membagi perilaku ke dalam tiga domain yaitu domain kognitif (cognitive
domain), domain sikap (affective domain), dan domain psikomotor
(psychomotor domain).
1. Kognitif (cognitive domain)
Kognitif (pengetahuan) adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Fitriani, 2011).
Sebelum individu mengadopsi perilaku baru, di dalam diri individu
tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: kesadaran (awareness),
individu tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)
terlebih dahulu; merasa tertarik (interest), yaitu mulai merasa tertarik
kepada stimulus; evaluasi (evaluation), menimbang-nimbang terhadap
baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya; mencoba (trial),
individu mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang
dikehendaki stimulus; adopsi (adoption), individu telah berperilaku
baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap
stimulus (Fitriani, 2011; Mubarak, 2007). Perilaku yang didasari
pengetahuan umumnya bersifat langgeng (long lasting). Sedangkan
perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran tidak akan
26
berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan akan memberikan
penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan
dalam berperilaku (Setiawati, 2008).
2. Sikap (affective)
Sikap (affective) merupakan sebuah reaksi atau respons
seseorang terhadap suatu stimulusatau objek. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan
atau perilaku (Mubarak, 2007). Allport (1954) dalam Mubarak (2007)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen utama, yaitu
kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek;
kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suattu objek;
kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen
tersebut membentuk sikap yang utuh (total attitude).
3. Praktik atau tindakan (psychomotor)
Sebuah sikap tidak akan terwujud secara otomatis dalam suatu
tindakan (overt behavior). Demi terwujudnya sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung, antara lain adalah
fasilitas. Di samping itu, diperlukan juga dukungan atau support dari
berbagai pihak, misalnya guru, ayah, ibu, kakak, adik, teman, dan lain-
lain (Mubarak, 2007).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Manurung (2006) adalah
(1) untuk meningkatkan pengetahuan, (2) mengubah atau memperbaiki
27
perasaan dengan tindakan yang dapat dilakukan yaitu bermain peran,
pengalaman langsung, diskusi, memberikan contoh atau model, dan (3)
meningkatkan keterampilan dengan kegiatan seperti mendemonstrasikan,
bermain peran, simulasi, dan latihan kerja. Sedangkan menurut Nursalam
(2008) tujuan dari pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan
pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus,
dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
3. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga (3) kelompok sasaran,
yaitu sasaran primer (primary target), sasaran langsung pada masyarakat
segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan; sasaran sekunder
(secondary target), sasaran para tokoh masyarakat adat, diharapkan
kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat
disekitarnya; sasaran tersier (tersiery target), sasaran pada pembuat
keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah,
diharapkan dengan keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada
perilaku kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer
(Mubarak, 2007).
4. Metode Pendidikan Kesehatan
Metode adalah prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk
menghadapi situasi problematis. Metode pendidikan kesehatanmerupakan
prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk menghadapi situasi
problematis dalam bidang kesehatan. Pemilihan metode pendidikan
28
kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu: karakteristik sasaran atau
partisipan (jumlah, status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin); waktu dan
tempat yang tersedia; serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan
pendidikan kesehatan tersebut (perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik
partisipan) (Nursalam dan Efendi, 2008).
Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992) dalam Maulana (2009) dan
mengungkapkan bahwa metode pendidikan kesehatan dikelompokkan
menjadi tiga (3) metode, yaitu:
a. Metode Pendidikan Individual
Bentuk dari metode ini dibagi menjadi dua (2), yaitu:
1) Bimbingan atau konseling
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui bimbingan
atau konseling diantaranya adalah mampu mendapatkan data yang
lebh spesifik dan kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
(Fitriani, 2011; Maulana, 2009).
2) Interview atau wawancara
Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan
dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum
diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat
(Fitriani, 2011).
29
b. Metode Pendidikan Kelompok Masyarakat
Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah
kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain (Fitriani,
2011). Ada dua (2) kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok
besar. Kelompok besar dapat menggunakan metode, yaitu:
1) Ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang
pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar
(Maulana, 2009). Metode ceramah dapat dikatakan satu-satunya
metode yang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur
atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya
paham peserta didik (Simamora, 2009). Metode ini merupakan
metode yang paling sering digunakan karena metode ini baik untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo,
2007). Hasil penelitian Nasrul (2002) dalam Darmiastuty (2004)
menyatakan bahwa metode ceramah tanya jawab lebih efektif bila
dibandingkan dengan pemberian brosur dalam komunikasi
persuasif. Ceramah tanya jawab juga menguntungkan bila
dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subyek dengan
memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk
mengambil suatu tindakan, disamping itu juga menimbulkan sikap
kritis pada pendengar, bersifat informatif secara relatif dapat
menghemat waktu karena sebagian besar mesyarakat atau
30
pendengar dapat dipahamkan pada suatu waktu (Darmiastuty,
2004).
Kesuksesan metode ceramah sangat ditentukan oleh
kemampuan guru menguasai suasana kelas, cara berbicara dan
sistematika pembicaraan, jumlah materi yang disajikan,
kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan,
dan lain-lain (Danim, 2010). Keuntungan metode ceramah, yaitu:
1) mudah digunakan; 2) dapat menyampaikan informasi; 3)
mempengaruhi pendapat; 4) merangsang pikiran dan kritik; dan 5)
dapat dikombinasi dialog antara pemberi ceramah dan audiens
(Emilia, 2008).
2) Seminar
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli
atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat di masyarakat (Fitriani, 2011).
Metode untuk kelompok kecil, antara lain (Fitriani, 2011;
Notoatmodjo, 2007):
1) Diskusi kelompok
Diskusi merupakan metode yang berfokus pada peserta
(student centered method) (Mubarak, 2007). Diskusi kelompok
merupakan pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran
antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu (Fitriani, 2011).
2) Mengemukakan pendapat (brain storming)
31
Curah pendapat merupakan suatu bentuk diskusi dalam
rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,
pengalaman, dari semua peserta (Fitriani, 2011).
3) Bola salju (snow balling)
Teknik bola salju (snow balling) dimulai dengan memasang-
masangkan sasaran. Satu pasangan terdiri atas dua sasaran. Masing-
masing pasangan diberi topik yang sama satu sama lain. Kemudian
dilontarkan satu permasalahan, setelah berdiskusi pasangan tersebut
bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusi masalah yang
sama. Kemudian, tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang
ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian
seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas (Fitriani, 2011;
Efendi, 2009).
4) Kelompok kecil (Buzz group)
Sasaran langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
(buzz group) yang kemudian diberikan sebuah permasalahan.
Permasalahan yang diberikan bisa sama atau berbeda antar
kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan tersebut
dan kemudian dicari kesimpulannya (Efendi, 2009; Fitriani, 2011).
Biasanya sesi buzz memerlukan waktu 10-20 menit tergantung pada
topik yang dibicarakan (Suprijanto,2008).
5) Bermain peran (role play)
Role play adalah permainan sebuah situasi dalam hidup
manusia dengan atau tanpa melakukan latihan sebelumnya
32
(Maulana, 2009). Pada prinsipnya, role play merupakan metode
untuk „menghadirkan‟ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke
dalam satu „pertunjukkan peran‟ di dalam kelas pertemuan, yang
kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan
penilaian (Fitriani, 2011).
6) Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah bentuk metode praktik yang
sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar
(keterampilan mental maupun fisik atau teknis). Metode ini
memindahkan suatu kondisi yang nyata ke dalam kegiatan atau
ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di
dalam situasi yang sesungguhnya (Fitriani, 2011). Demonstrasi
merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang sesuai pada
tahap perkembangan remaja (Efendi, 2009).
Sanjaya (2009) mengemukakan bahwa metode demonstrasi
adalah metode penyajian pelajaran atau materi dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu baik benda sebenarnya maupun
hanya tiruan dan tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh
pendidik. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) di
Surakarta menunjukkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan
metode demonstrasi lebih baik jika dibandingkan dengan penerapan
metode ceramah.
33
Demonstrasi bisa menstimulasi pembelajaran mengenai 1)
kompetisi; 2) kerjasama; 3) empati; 4) sistem sosial; 5) konsep; 6)
skill; 7) kemanjuran; 8) menjalani hukuman; 9) peran kesempatan
atau peluang; 10) kemampuan untuk berpikir kritis (menguji strategi
alternatif dan mengantisipasi hal-hal lain) dan membuat keputusan
(Nesbitt, 1971 dalam Joyce, 2009).
c. Pendidikan Massa
Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Pesan yang
disampaikan harus dirancang agar dapat diterima oleh massa karena
sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membeda-bedakan
golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan
tingkat pendidikan (Maulana, 2009).
Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale (Edgar Dale, 1964 dalam Nursalam dan
Efendi, 2008)
34
Kerucut Dale (1964) menggambarkan kemampuan partisipan untuk
mengingat kembali pesan-pesan atau materi dalam pendidikan kesehatan
menurut teknik dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dalam dua
minggu setelah partisipan melakukannya, maka partisipan akan dapat
melakukan hal-hal seperti: membaca (leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya,
maka ia akan mengingat 10% dari materi yang dibacanya; mendengar (tape
atau pembicaraan orang lain), maka ia akan mengingat 20% dari apa yang
didengarnya; melihat (bagan, foto, dan grafik), maka ia akan mengingat
30% dari apa yang dilihatnya; mendengar dan melihat (melihat demonstrasi,
film, dan video), maka ia akan mengingat 50% dari apa yang didengar dan
dilihatnya; mengucapkan sendiri kata-katanya (media wayang, script, dan
drama), maka ia akan mengingat 70% dari apa yang diucapkannya; dan
mengucapkan sambil mengerjakan sendiri suatu materi pendidikan
kesehatan (biasanya menggunakan media yang mirip dengan objek yang
sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata), maka ia akan mengingat
90% dari materi tersebut (Nursalam dan Efendi, 2008).
5. Media Pendidikan Kesehatan
Media adalah alat bantu yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran, semakin banyak
pancaindera yang digunakan maka akan semakin banyak dan semakin jelas
pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Maulana, 2009; Fitriani,
2011). Nursalam (2008) menyatakan bahwa ada beberapa media pendidikan
kesehatan, antara lain:
35
a. Media cetak seperti booklet, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik (flip
chart), poster surat kabar (newspaper), tabloid, jurnal, majalah, dan foto
atua gambar. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan dalam bentuk buku. Leaflet adalah selembar kertas
yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk sasaran
yang dapat membaca. Leaflet terdiri dari 200-400 kata dan berseling
dengan gambar. Flyer adalah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk
lipatan. Flip chart merupakan media penyampaian pesan atau informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik. Poster ialah suatu bentuk media
cetak yang memuat pesan atau informasi kesehatan dan biasanya di
tempel di dinding, tempat umum, atau di kendaraan umum (Fitriani,
2011; Nursalam, 2008).
b. Media elektronik antara lain televisi, radio, video, filmstrip, dan slide
(power point). Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan
secara audiovisual dan gerak. Radio ialah media audio yang
penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang
elektromagnetik dari suatu pemancar. Filmstrip adalah media visual
proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide
(Hassan, 2010). Power point merupakan salah satu media untuk
menyampaikan presentasi. Powerpoint dapat sebagai bagian dari
keseluruhan presentasi maupun menjadi satu-satunya sarana
penyampaian informasi, dapat pula sebagai pendukung presentasi,
misalnya adalah power point sebagai alat bantu visual dalam presentasi
oral (Isroi, 2005).
36
c. Benda asli atau benda tiruan. Benda asli yaitu benda yang
sesungguhnya baik hidup maupun mati. Sedangkan benda tiruan yaitu
benda yang menyerupai benda asli. Benda tiruan bisa digunakan
sebagai media alat peraga dalam pendidikan kesehatan (Depkes, 2004).
Alat peraga, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anindityas
(2012) di SMPN 3 Kandangan Semarang menunjukkan hasil bahwa
penggunaan alat peraga (benda tiruan) dapat mengoptimalkan kualitas
belajar siswa.
6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Manurung (2009) membagi tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan
menjadi beberapa tahapan, yaitu:
a. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang terdiri dari usia, jenis
kelamin, pendidikan, pengalaman dan pengetahuan tentang kesehatan,
bahasa dan budaya, masalah kesehatan, dan tingkat kemampuan untuk
menerima serta kebutuhan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk
menentukan metode, materi dan media yang cocok yang akan di
berikan (Nursalam, 2008).
b. Menentukan tujuan dari pendidikan kesehatan yang terdiri dari tujuan
umum dan tujuan khusus.
c. Membuat perencanaan isi, metode, dan teknik pendidikan kesehatan
agara dapat tercapai tujuan umum dan tujuan khusus yang telah
direncanakan.
d. Membuat rencana metode evaluasi yang sesuai untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pendidikan kesehatan.
37
e. Mengevaluasi proses dan hasil dari pendidikan kesehatan.
F. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia adakalanya berasal dari
pengalaman dan dari pikiran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman
meliputi semua hal yang dialami baik oleh panca indera, intuisi, atau kata hati.
Sedangkan, pengetahuan yang berasal dari pikiran yaitu pengetahuan yang
diperoleh melalui proses penalaran (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI,
2007).
Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan. Pertama, tahu (know),
diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan atau rangsangan yang telah diterima. Cara untuk mengetahui bahwa
seseorang dianggap tahu tentang apa yang dipelajari adalah mampu
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mendatakan materi yang telah
dipelajari. Kedua, memahami (comprehension), yaitu suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang dapat dianggap
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap materi yang telah dipelajari.
Ketiga, aplikasi (application), adalah sebuah kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi yang
dimaksud adalah sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, prosedur,
dan sebagainya dalam konteks lain.
38
Keempat, analisis (analysis), merupakan suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. Kelima, sintesis (synthesis), menunjukkan
pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun,
merencanakan dan dapat meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu teori
yang telah ada. Keenam, evaluasi (evaluation), evaluasi berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Fitriani, 2011; Mubarak, 2007; Notoatmodjo, 2007).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain
(Notoatmodjo, 2005 dan Mubarak, 2007).
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan formal maupun pendidikan
non formal, sistema pendidikan berjenjang diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2005).
2. Usia
Usia individu berkaitan erat dengan pengetahuan individu. Semakin
bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang pula daya tangkap
39
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik (Notoatmodjo, 2007).
3. Minat dan kreativitas
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu objek atau dalam melakukan suatu kegiatan (perbuatan), yang
didasari oleh rasa tertarik, senang, yang muncul dalam diri bukan tekanan dari
luar (Notoatmodjo, 2005). Adanya perasaan tertarik dan perasaansenang
menimbulkan adanya minat, maka minat ini merupakan kondisi psikologis
yang dapat mendorong (memotivasi) munculnya kreativitas.
Hurlock (1978) dalam Mataro (2012) menyatakan bahwa ada delapan
pengertian menurut para ahli yang populer. Pertama, menekankan kreativitas
sebagai pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kedua, kretaivitass
dipandang sebagai kreasi sesuatu yang baru dan orisinal. Ketiga, kreativitas
mempunyai anggapan bahwa apa saja yang diciptakan selalu baru dan
berbeda dari yang telah ada dan oleh karenanya unik. Keempat, memandang
kreativitas sebagai proses mental yang unik, yang dilakukan semata-mata
untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Kelima,
kreativitas sering dianggap sama dengan kecerdasan yang tinggi. Keenam,
ada anggapan bahwa kreativitas adalah suatu yang diperoleh atau diwariskan.
Ketujuh, kreativitas selalu dianggap sinonim dengan imajinasi dan fantasi.
Kedelapan, kreativitas adalah pencipta, bukan penurut.
4. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Teori determinan menganalisa yang
40
menyebabkan seseorang berperilaku tertentu karena adanya pemikiran dan
perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan, seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang
mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman
orang lain (Notoatmodjo, 2005).
Chandra (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan seseorang mengenai SADARI tidak sepenuhnya dipengaruhi
oleh status perkawinan seseorang, namun lebih dipengaruhi oleh paparan
informasi yang diperolehnya.
5. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
dapat bersumber dari pandangan agama, kelompok etnis yang mempengaruhi
proses memperoleh informasi atau pengetahuan khususnya dalam penerapan
nilai-nilai keagamaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang
(Notoatmodjo, 2005).
6. Informasi
Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi fungsi
kognitif dan afektif. Fungsi kognitif diantaranya berfungsi untuk menciptakan
atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem,
keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu
(Notoatmodjo, 2005).
41
G. Ingatan (memory)
Ingatan (memory) merupakan penyimpanan informasi sepanjang waktu.
Ingatan adalah pusat bagi kehidupan mental dan pemrosesan informasi. Remaja
perlu menyimpan informasi dan mengeluarkan kemabli informasi yang
disimpannya agar berhasil belajar dan menalar. Dua sistem ingatan ini ialah
ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang (Santrock, 2004).
Ingatan jangka pendek (short-term memory) adalah sistem ingatan
berkapasitas terbatas, tempat informasi disimpan selama 30 detik, kecuali bila
informasi tersebut diulang lagi, sehingga dapat disimpan lebih lama (Santrock,
2003; Djiwandono, 2006). Ingatan jangka panjang (long-term memory) adalah
sistem ingatan yang relatif menetap, tempat menyimpan sejumlah besar
informasi untuk jangka waktu lama (Santrock, 2004). Cara yang biasa dilakukan
untuk menilai ingatan jangka pendek adalah dengan memberi sederetan hal
untuk diingat, yang sering disebut sebagai tugas rentang ingatan (Fitzgerald,
1991, dalam Santrock, 2004).
Ingatan jangka panjang meningkat amat tajam selama masa kanak-kanak
tengah dan akhir, dan cenderung terus meningkan selama masa remaja,
meskipun hal ini tidak tercatat dengan baik oleh para peneliti (Santrock, 2004).
Hal yang paling diketahui mengenai ingatan jangka panjang ini adalah bahwa
hal ini tergantung pada kegiatan belajar yang dilakukan ketika mempelajari dan
mengingat informasi (Siegler, 1988 dalam Santrock, 2004).
42
H. Kerangka Teori
Bagan 2.3 Kerangka Teori dimodifikasi dari teori Health Promotion Model
(Pender, 1982 dalam Tomey & Alligood, 2006) dan Notoatmodjo (2007)
A. Faktor Demografi (Usia,
jenis kelamin)
B. Faktor Psikologi
(Kesadaran diri,
motivasi diri,
kompetensi personal)
C. Faktor Sosiokultural
(Ras, budaya,
pendidikan, status
sosial dan ekonomi)
D. Faktor Interpersonal
(Keluarga, kelompok
sebaya, pemberi
pengaruh pelayanan
kesehatan)
Pengetahuan
Remaja mengenai
Pemeriksaan
Payudara Sendiri
(SADARI)
Remaja
Pendidikan
Kesehatan
1. Metode
a. Wawancara
b. Ceramah
c. Seminar
d. Role play
e. Diskusi
Kelompok
f. Simulasi
(demonstrasi)
g. Dll.
2. Media
a. Booklet
b. Leaflet
c. Poster
d. Video
e. Power Point
f. Phantom (alat
peraga)
g. Dll.
43
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.
Pembuatan kerangka konsep akan semakin memperjelas keberadaan
variabel-variabel yang akan diteliti, hubungan dan keterkaitan di dalamnya
(Wasis, 2008). Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu atau teori yang
dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka
atau dengan kata lain kerangka konsep merupakan ringkasan dari tinjauan
pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti
(Setiadi, 2007).
Berdasarkan tinjauan pustaka, pendidikan kesehatan diharapkan
mampu menambah pengetahuan remaja putri mengenai Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) sehingga dapat menjadi salah satu upaya
pencegahan kanker payudara. Kerangka konsep pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Input
Pengetahuan remaja
putri mengenai
SADARI
Intervensi
Pendidikan
kesehatan
Output
Perbedaan nilai
pengetahuan remaja putri
mengenai SADARI
44
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Berpengaruh
B. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah
yang akan digunakan dalam penelitian secara oprasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,
2007). Definisi dari operasional menjadikan konsep yang masih bersifat
abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel
tersebut (Wasis, 2008).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara
Pengukuran
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Pengetahuan
remaja putri
mengenai
Pemeriksaan
Payudara
Sendiri
(SADARI)
Pengetahuan
yang diukur
berdasarkan
kognitif
remaja putri
kelas VII
dan VIII
tentang
SADARI
Menggunakan
skala
Gutmann. Jika
jawaban “Ya”
bernilai 1,
jawaban
“Tidak”
bernilai 0
Kuesioner
II & III
Data numerik Interval
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah
penelitian atau penjelasan sementara untuk menerangkan fenomena yang
diamati atau suatu pertanyaan tentang hubungan yang diharapkan terjadi
antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara
45
empirik atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut
(Budiharto, 2008).
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai
pengetahuan remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai SADARI
sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.
46
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang disusun sedemikian
rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban
terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 2011). Penelitian ini
menggunakan metode pre experimental design dengan one group pre-test
post-test design. Penelitian pre-experimental design merupakan salah satu
bentuk penelitian eksperimen yang memanipulasi independent variable,
pemilihan subjek penelitian ini dilakukan secara non-random, dan tidak
memiliki control group atau comparison group (Carmen, 2010 dalam
Swarjana, 2012).
O1 X O2
Bagan 4.1 Desain Penelitian
Keterangan:
O1 : Mengukur tingkat pengetahuan responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan
X : Memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan
kepada responden O1
O2 : Mengukur kembali tingkat pengetahuan responden setelah
diberikan pendidikan kesehatan
Pre-test Intervensi Post-test
47
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan pada bulan
Juni 2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena
yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian
(Mazhindu dan Scott, 2005 dalam Swarjana, 2012). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII dan VIII SMPN 3 Tangerang
Selatan. Siswi yang hadir, bersedia jadi responden, sehat fisik dan mental
merupakan kriteria inklusi. Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini
adalah siswi yang tidak hadir, tidak bersedia menjadi responden dan sakit
fisik maupun mental. Jumlah populasi siswi di sekolah ini sebanyak 478
siswi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 33 orang yang merupakan siswi kelas VII dan VIII bilingual
SMPN 3 Tangerang Selatan.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel (teknik sampling) adalah cara untuk
menentukan sampel. Sampel yang representatif dapat diperoleh dengan dua
48
teknik sampling yang berbeda (Warsis, 2008). Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling.
Consecutive sampling dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi
kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel
terpenuhi (Hidayat, 2008). Jenis sampling ini merupakan jenis non-
probability sampling yang terbaik dan cara yang agak mudah (Nursalam,
2008). Peneliti mempertimbangkan serta menyesuaikan dengan waktu atau
jadwal siswi yang sedang mengadakan pekan remedial. Pada penelitian ini,
peneliti mengambil sampel siswi kelas VII dan VIII bilingual. Teknik
pengukuran besar sampel menggunakan rumus uji hipotesis data kontinyu:
n =
Keterangan :
n = besar sampel minimum
= nilai distribusi normal baku pada α tertentu
= nilai distribusi normal baku pada β tertentu
= harga varians di populasi
=perkiraan selisih mean yang diteliti dengan mean di populasi
Berdasarkan rumus diatas dengan α= 0,05 diperoleh jumlah sampel
sebanyak 33 orang. Sampel ini terdiri dari 14 orang siswi kelas VII dan 19
orang siswi kelas VIII.
49
E. Instrumen Penelitian
Jenis instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah
daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang
diinginkan (Warsis, 2008). Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian, bagian I
berisi pertanyaan mengenai data demografi responden yang terdiri dari
identitas responden, dan sumber informasi. Bagian II memuat pertanyaan
mengenai pengetahuan responden tentang SADARI, dan kuesioner bagian III
memuat praktik atau langkah-langkah SADARI serta tanda-tanda yang harus
diwaspadai saat SADARI. Kuesioner bagian II merupakan kuesioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada teori, sedangkan
kuesioner bagian III diadaptasi dari Buku Saku Pencegahan Kanker Leher
Rahim & Kanker Payudara (Depkes, 2009). Kuesioner ini berisi 37
pertanyaan menggunakan skala Gutmann yaitu dengan interpretasi penilaian,
apabila jawaban benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat,
2008).
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian
Variabel Parameter Jumlah
Pertanyaan
Nomor Pertanyaan
Data
demografi
(kuesioner
I)
Umur, kelas,
pengetahuan, dan
sumber pengetahuan 7
1,2,3,4,5,6, dan 7
Pengetahuan
tentang
SADARI
(kuesioner
II)
Definisi
Tujuan
Manfaat
Kriteria
Pengetahuan
tentang kanker
payudara
2
1
3
9
2
1,2
3
4,5,14
6,7,8,9,10,11,12,13,15
16,17
Praktik Posisi SADARI 3 1,2,3
50
SADARI
(Kuesioner
III)
Teknik SADARI
Tanda yang harus
diwaspadai saat
SADARI
9
8
4,5,6,7,8,9,10,11,12
13,14,15,16,17,18,19,20
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah instrumen
penelitian yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat,
2008). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian pun akan valid dan
reliabel. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu.
Sedangkan, reliabel adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran
dilaksanakan oleh orang dan waktu yang berbeda (Setiadi, 2007).
Uji validitas akan dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan. Peneliti akan
mengambil 30 orang siswi sebagai responden dalam uji validitas dan
reliabilitas ini. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas
konten (content validity) karena setelah dilakukan uji validitas menggunakan
rumus Pearson Product Moment hanya 15 dari 40 pertanyaan yang valid.
Peneliti memutuskan untuk memperbaiki kata-kata dalam kuesioner tersebut
dengan cara content validity sehingga didapatkan 37 pertanyaan valid.
Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data. Uji
reliabilitas dapat menggunakan rumus Spearman Brown (Hidayat, 2008).
Rumus Spearman Brown:
r11=
51
Keterangan :
r11= koefisien reliabilitas internal seluruh item
rb= nilai r Pearson dari pokok genap dengan pokok ganjil
G. Tahapan Pengambilan Data
Tahapan pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan responden dalam penelitian
ini
2. Peneliti membuat surat perizinan penelitian dari Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Jakarta untuk pihak sekolah
3. Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan
membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon
responden
4. Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk penelitian
5. Peneliti mendatangi pihak sekolah pada hari yang telah disepakati dan
menemui para calon responden
6. Pihak sekolah mengumpulkan para calon responden dalam satu ruangan
7. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang penelitian yang
akan dilakukan
8. Peneliti dibantu dengan fasilitator membagikan lembar persetujuan
menjadi responden dan lembar kuesioner pada responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan, kuesioner diisi selama 10 menit
9. Fasilitator mengumpulkan kembali lembar persetujuan dan kuesioner
yang telah diisi oleh responden
52
10. Peneliti memberikan materi pendidikan kesehatan mengenai Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) dibantu oleh observer dan fasilitator. Materi
yang diberikan terdiri dari definisi SADARI, langkah-langkah SADARI,
pentingnya SADARI.
11. Peneliti menggunakan media power point dengan LCD dan phantom
payudara untuk alat peraga serta leaflet. Metode yang digunakan adalah
ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab selama 60 menit
12. Peneliti memberikan evaluasi kepada responden dengan meminta
beberapa siswi untuk mempraktikkan kembali SADARI dan menjawab
beberapa pertanyaan seputar SADARI.
13. Peneliti mengundurkan diri dan membuat kontrak waktu satu minggu
yang akan datang untuk membagikan kuesioner yang sama sebagai post
test yang harus diisi oleh siswi.
14. Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan
membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon
responden
15. Peneliti mempersiapkan kuesioner yang akan dibagikan
16. Peneliti kembali memberikan kuesioner dengan konten yang sama kepada
responden setelah diberikan pendidikan kesehatan satu minggu yang lalu,
pengisian kuesioner ini dilakukan selama 10 menit
17. Peneliti dan fasilitator mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi
oleh responden
18. Peneliti mengundurkan diri dan berpamitan kepada responden dan pihak
sekolah
53
19. Peneliti melakukan analisa data dari hasil pengisian kuesioner sebelum
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
H. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suat proses untuk
memperoleh datau atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Hidayat (2008) membagi
proses pengolahan data menjadi empat (4) tahapan, yaitu:
1. Editing
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode
dan penjelasannya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan
kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Entri data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,
54
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga
dengan membuat tabel kontigensi.
4. Melakukan teknik analisis
Dalam tahap ini, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan
menggunakan statistik deskriptif. Sedangkan analisis analitik akan
menggunakan statistika inferensial. Statistika inferensial (menarik
kesimpulan) adalah statistika yang digunakan untuk menyimpulkan
parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal
dengan proses generalisasi dan inferensial.
I. Analisis Data
A. Analisis Univariat
Analisis univariat yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis deskriptif. Analisis deskriptif menggambarkan tentang
ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian,
modus, dll (Brink, 2004).
B. Analisis Bivariat
Teknik analisis data bivariat yang digunakan untuk penelitian
ini adalah analisis inferensial dengan uji hipotesis komparatif numerik
berpasangan karena pada penelitian ini menggunakan skala interval
dan penelitian menghasilkan dua data dari satu kelompok yang sama
untuk variabel yang sama. Berdasarkan jenis hipotesis tersebut, maka
55
uji yang digunakan adalah uji t berpasangan (paired t-test). Syarat uji t
berpasangan yaitu distribusi data harus normal, menggunakan data
interval, terdapat suatu perbedaan yang sama antara dua kelompok
(yaitu mereka mewakili suatu populasi tunggal) (Dahlan, 2011).
J. Etika Penelitian
Seorang peneliti harus memahami hak dasar manusia khususnya jika yang
menjadi objek penelitian adalah manusia. Beberapa prinsip penelitian pada
manusia yang harus dipahami oleh seorang peneliti adalah sebagai berikut
(Hidayat, 2008):
1. Prinsip manfaat
Prinsip ini bersifat membebaskan dan tidak menjadikan
mengeksploitasi manusia. Hasil dari penelitian dapat memberikan
manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek
manfaat, bila penelitian yang dilakukan mengalami dilema dalam etik.
2. Prinsip menghormati manusia
Manusia merupakan makhluk yang harus dihormati karena manusia
mempunyai hak untuk menentukan pilihan antara mau atau tidak untuk
diikusertakan menjadi subjek penelitian. Informed consent dapat
dilakukan sebagai bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden.
Tujuan dari informed consent ini adalah agar calon responden mengerti
maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.
56
3. Prinsip keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan sesama
manusia yaitu dengan cara menghargai hak atau memperlakukan mereka
secara adil, menjaga privasi manusia dan tidak berpihak pada salah satu
kelompok atau individu.
57
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan pada hari selasa
tanggal 10 Juni dan hari selasa tanggal 17 Juni 2014. Jumlah responden awal
sebanyak 34 orang, tetapi satu responden tidak mengisi semua pertanyaan
sehingga responden dalam penelitian ini berjumlah 33 orang yang terdiri dari 14
orang siswi kelas 7 dan 19 orang siswi kelas 8. Penelitian dilakukan sebanyak dua
kali pertemuan, pertemuan pertama dilakukan pre-test dan pendidikan kesehatan
yang berlangsung dari jam 08.00 WIB sampai dengan jam 09.00 WIB pada
tanggal 10 Juni 2014. Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 17 Juni 2014
dengan memberikan post-test kepada siswi yang sama seperti pada hari pertama
penelitian yang berlangsung dari jam 08.30 WIB sampai dengan jam 09.00 WIB.
A. Gambaran Lokasi Penelitian
SMPN 3 Tangerang Selatan berlokasi di jalan Ir. H. Juanda Ciputat
Tangerang Selatan, Banten 15412. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1977
dengan nama Kelas Jauh SMPN 2 Tangerang dan dikukuhkan menjadi SMPN
2 Filial pada tahun 1979. Februari 1983, sekolah ini menjadi sekolah mandiri
dengan nama SMP Negeri 1 Ciputat. Perubahan nomenkelatur pada tahun
1999 untuk kecamatan Ciputat menjadikan SMPN 1 Ciputat berubah nama
menjadi SMPN 2 Ciputat hingga SMPN 3 Tangerang Selatan saat ini.
Sekolah ini pun mengalami beberapa kali penggantian kepala sekolah, saat ini
kepala sekolah SMPN 3 Tangerang Selatan adalah Maryono, SE, MMpd
sejak tahun 2009.
58
Terdapat tiga kategori kelas di SMP ini, yaitu CI-BI akselerasi,
bilingual, dan reguler. Sekolah ini mempunyai visi unggul dalam prestasi,
teladan dalam perbuatan, dan tekun dalam beribadah. Sedangkan misi dari
sekolah ini adalah :
1. Meningkatkan peningkatan kualitas mutu lulusan
2. Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMU/SMK Negeri
3. Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air
4. Meningkatkan prestasi kerja, yang diimbangi dengan penghargaan yang
layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan
5. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan
B. Analisis Univariat
1. Data Demografi
Data demografi terdiri dari umur, kelas, informasi tentang SADARI, waktu
mendapat informasi SADARI dan sumber informasi yang didapat, dapat
dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden
No Item Pertanyaan Jawaban Jumlah Siswi N
1 Umur
12 tahun
13 tahun
14 tahun
8
16
9
33
2 Kelas VII
VIII
14
19 33
3 Pernah Mendapat
Informasi SADARI
Pernah
Tidak Pernah
2
31 33
4 Waktu Saat Mendapat
Informasi SADARI
1 minggu yang lalu
1 bulan yang lalu
6 bulan yang lalu
1 tahun yang lalu
Lain-lain
0
0
1
0
1
33
59
5 Sumber Informasi
TV/Radio
Media Massa
Petugas Kesehatan
Teman
Orang tua
Saudara Kandung
Lain-lain
0
1
0
0
1
0
0
33
Umur responden berkisar antara 12 hingga 14 tahun. Sebagian besar
responden berusia 13 tahun yaitu sebanyak 16 orang, 8 orang siswi
berumur 12 tahun, dan 9 orang lainnya berumur 14 tahun yang terdiri dari
kelas VII sebanyak 14 orang dan kelas VIII sebanyak 19 orang. Responden
yang pernah mendapat informasi tentang SADARI yaitu sebanyak dua
orang, 31 siswi lainnya belum pernah mendapat informasi mengenai
SADARI. Dua orang siswi yang pernah mendapatkan informasi SADARI
dalam kurun waktu 6 bulan yang lalu didapatkan dari orang tua dan media
massa.
2. Deskripsi Pengetahuan Remaja Putri Sebelum dan Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan tentang SADARI
Perbedaan pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
60
Tabel 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan
Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI)
N Min Max Mean SD Median 95%
CI
Nilai
Total
Kuesioner
Sebelum 33 15 30 23.97 3.504 24.00 22.73
25.21 37
Sesudah 33 28 37 33.06 2.150 34.00 32.30
33.82
Hasil analisis didapatkan rata-rata pengetahuan remaja perempuan
tentang SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 23.97,
nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 30 dengan nilai total 37 jika responden
dapat menjawab semua pertanyaan. Nilai median 24.00 dengan standart
deviasi 3.504. Hasil 95% confidence interval (CI) dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini pengetahuan remaja perempuan tentang SADARI
diantara 22.73 sampai dengan 25.21.
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, didapatkan hasil analisis
rata-rata pengetahuan remaja perempuan yaitu sebesar 33.06 dengan nilai
terendah 28 dan nilai tertinggi 37. Nilai median 34.00 dengan standart
deviasi 2.150. Standart deviasi (SD) menggambarkan sebaran nilai-nilai
sampel, semakin kecil nilai SD maka semakin mendekati nilai rata-ratanya
yang berarti data tersebut semakin bagus dari data sebelumnya. Hasil 95%
CI diyakini pengetahuan remaja perempuan tentang SADARI diantara
32.30 sampai dengan 33.82.
Data-data diatas menggambarkan bahwa terjadi peningkatan nilai
terkecil, terbesar, dan rata-rata pengetahuan remaja perempuan setelah
diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI
61
3. Deskripsi Pengetahuan Remaja Putri di Setiap Item Pertanyaan Sebelum
dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sebelum Diberikan
Pendidikan Kesehatan
No Kuesioner Item
Pertanyaan
Benar Salah Total Poin
Keseluruhan
Pertanyaan
Per Item
Poin % Poin %
1
II
Definisi 48 73 18 27 66
2 Tujuan 26 79 7 21 33
3 Manfaat 75 76 24 24 99
4 Kriteria 187 63 110 34 297
5
Pengetahuan
tentang
kanker
payudara
50
76 16
24 66
6
III
Posisi
SADARI
71 72 28 23 99
7
Teknik
SADARI
189
64
108
36
297
8
Tanda yang
harus
diwaspadai
145
55
119
45
264
Total 1.221
Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan yang paling
banyak tidak diketahui oleh responden adalah mengenai tanda yang harus
diwaspadai saat SADARI yaitu sebanyak 55% pertanyaan dijawab benar,
hal ini dikarenakan sebagian besar responden belum mendapatkan
pengetahuan mengenai SADARI maupun kanker payudara sebelumnya,
sedangkan pengetahuan yang paling banyak diketahui oleh responden
62
adalah mengenai tujuan dilakukan SADARI yaitu sebesar 79% pertanyaan
dijawab benar.
Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan
No Kuesioner Item
Pertanyaan
Benar Salah Total Poin
Keseluruhan
Pertanyaan
Per Item
Poin % Poin %
1
II
Definisi 61 92 5 8 66
2 Tujuan 30 91 3 9 33
3 Manfaat 96 97 3 3 99
4 Kriteria 257 87 40 13 297
5
Pengetahuan
tentang
kanker
payudara
60 91 6 9 66
6
III
Posisi
SADARI
93 94 6 6 99
7
Teknik
SADARI
246 83 51 17 297
8
Tanda yang
harus
diwaspadai
215 81 49 19
264
Total 1.221
Sesudah diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan tentang tanda yang
harus diwaspadai saat dilakukan SADARI meningkat menjadi 81%
pertanyaan dijawab benar, sedangkan untuk item pertanyaan yang paling
banyak diketahui oleh responden yaitu mengenai manfaat dilakukan SADARI
yaitu sebesar 97% pertanyaan dijawab benar. Terdapat perubahan nilai dari
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
63
C. Analisis Bivariat
1. Uji Normalitas
Normalitas hasil pengetahuan remaja putri tentang SADARI
sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Putri
tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Variabel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test
Sebelum Sesudah
Df Sig. Df Sig.
Pengetahuan 33 0.460 33 0.096
Uji normalitas di atas menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-
Smirno . Hasil uji normalitas di atas diperoleh nilai signifikan pengetahuan
sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 0.460, sedangkan setelah
diberikan pendidikan kesehatan hasilnya menjadi 0.096. Berdasarkan
keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa data sebelum dan
sesudah pendidikan kesehatan berdistribusi normal (p>0.05). Kesimpulan
dari hasil uji normalitas menunjukkan bahwa penelitian ini dapat
menggunakan uji analisis t test berpasangan (Paired T Test).
2. Perbedaan pengetahuan tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan
Hasil analisis data perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan uji t berpasangan
two tail. One tail digunakan jika peneliti sudah mengetahui arah hipotesis,
apakah pengaruhnya positif atau negatif, baik atau buruk, sedangkan two
tail digunakan jika peneliti belum mengetahui arah hipotesis tersebut.
Penelitian ini menggunakan two tail karena peneliti belum mengetahui
64
arah hipotesis tersebut. Hasil uji t berpasangan dapat dilihat pada tabel
5.6.
Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengeahuan Tentang SADARI Sebelum
dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Mean SD 95% Confidence
Interval of The
Difference
t Df Sig.(2-
tailed)
Eta
Squared
Lower Upper
Sebelum-
Sesudah
-9,091 3,215 -10,231 -7,951 -16,244 32 0,000 0,89
Uji analisis pada penelitian ini adalah uji T test berpasangan
dengan tingkat kesalahan 5% (α=0,05). Data pada tabel diatas
menunjukkan nilai mean sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang SADARI adalah -9,091 dengan standart deviasi 3,215.
Nilai negatif pada mean didapatkan karena nilai sebelum intervensi lebih
kecil dari nilai sesudah intervensi. Begitu juga dengan nilai t yang bernilai
negatif yaitu sebesar -16,244. Nilai t digunakan untuk melihat tingkat
kemaknaan, jika t hitung > t tabel maka hasil penelitian bermakna. Nilai t
hitung dibandingkan dengan t tabel pada df 30 (2,042) maka didapatkan t
hitung> t tabel, hal ini membuktikan bahwa penelitian bermakna. Nilai p
dari data di atas didapatkan 0,000, hal ini berarti lebih kecil dari nilai α
0,05 (p<0,05). Berdasarkan perhitungan rumus Eta Squared yang
digunakan untuk mengetahui ukuran efektifitas pendidikan kesehatan
yang telah diberikan. Nilai standar dari perhitungan Eta Squared untuk
paired t-test yaitu jika nilai Eta Squared 0,01=efek kecil, 0,06=efek
cukup, ≥0,14=efek besar (Pallant, 2011). Pada penelitian ini didapatkan
65
hasil sebesar 0,89, nilai tersebut menunjukkan bahwa efektifitas
pendidikan kesehatan sangat besar dalam meningkatkan pengetahuan
remaja putri mengenai SADARI.
66
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian tentang efektifitas pendidikan
kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
serta keterbatasan dalam penelitian. Hasil penelitian akan dibandingkan dengan teori dan
penelitian sebelumnya.
A. Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan responden mengenai
SADARI
Pengetahuan responden di SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai SADARI sebelum
diberikan pendidikan kesehatan memiliki nilai rata-rata 23.97 atau 64,7% dari jumlah
total nilai tertinggi. Berdasarkan penelitian ini didapatkan data bahwa responden sudah
dapat menjawab pertanyaan dengan benar lebih dari 50% sebelum diberikan pendidikan
kesehatan walaupun hanya 6% responden yang pernah mendapatkan informasi mengenai
SADARI, baik dari orang tua maupun media massa. Hal ini bertentangan dengan teori
yang dikemukakan oleh Piaget (1967) dalam Suparno (2004) yaitu manusia atau
lingkungan sosial lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan pengetahuan seseorang
sebagai pemacu, pengkritik, dan menantang sehingga proses pembentukan pengetahuan
lebih mudah. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Permatasari (2013) di Pontianak yang menyatakan bahwa pengetahuan remaja putri
sebelum diberikan pendidikan kesehatan sudah cukup baik salah satunya karena
dipengaruhi oleh kemudahan dalam mencari sumber informasi melalui akses internet dan
petugas kesehatan sebanyak 40%.
Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sangat penting dalam pendeteksian
dini serta penanggulangan kanker payudara, terutama jika mengingat bahwa kejadian
67
kanker payudara saat ini semakin banyak menyerang usia remaja (YKPJ, 2011).
Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu pendidikan, usia, minat dan kreatifitas, pengalaman, kebudayaan
lingkungan sekitar, dan informasi. Pada penelitian ini, lingkungan turut mempengaruhi
hasil kuesioner, lingkungan pada saat pengisian kuesioner kurang kondusif yaitu terdapat
beberapa responden yang melakukan kerjasama dalam pengisian kuesioner walaupun
sudah beberapa kali diperingatkan oleh peneliti.
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, terjadi peningkatan nilai pengetahuan dari
nilai rata-rata 23,97 atau 64,7% menjadi 33,06 atau 89,35%. Hasil ini menunjukkan
bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan mengenai SADARI dapat meningkatkan
pengetahuan responden. Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan mengenai
SADARI maka terbentuknya perilaku dalam pencegahan masalah kesehatan payudara.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu terjadinya perubahan
pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan
masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2008).
Peningkatan nilai rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan
kesehatan mengenai SADARI terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah informasi. Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi
fungsi kognitif dan afektif seseorang (Notoatmodjo, 2005). Informasi juga bisa
didapatkan dari pendidikan formal maupun non formal, contohnya penyuluhan.
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan metode ceramah tanya jawab dan demonstrasi.
Pemilihan metode pendidikan kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
karakteristik sasaran atau responden (jumlah, sosial ekonomi, umur, jenis kelamin),
68
waktu dan tempat yang tersedia, dan tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan
pendidikan kesehatan tersebut seperti perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik
responden (Nursalam, 2008). Demonstrasi merupakan salah satu metode promosi
kesehatan yang sesuai pada tahap perkembangan remaja (Efendi, 2009). Syarif (1990)
dalam Darmiastuty (2004) mengungkapkan bahwa proses belajar dengan metode
demonstrasi ini memicu remaja untuk lebih mendalami pengetahuan yang mereka miliki
dengan cara mengaktifkan kembali pengetahuan yang dimiliki, mengolah pengetahuan
tersebut kemudian mengorganisasi pengetahuan tersebut sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat tertahan erat dalam sistem penyimpanan dan sulit dilupakan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) di Surakarta
yang menunjukkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan metode demonstrasi lebih
baik jika dibandingkan dengan penerapan metode ceramah. Anindityas (2012) dalam
penelitiannya di SMPN 3 Kandangan Semarang mengemukakan bahwa penggunaan alat
peraga (phantom) dapat mengoptimalkan kualitas belajar siswa. Kerucut Dale dalam
Nursalam dan Efendi (2008) menggambarkan bahwa kemampuan responden untuk
mengingat kembali materi dalam pendidikan kesehatan menurut teknik dan medianya.
Teori ini menyatakan bahwa dengan membaca seseorang akan dapat mengingat 10% dari
yang dibacanya seperti dalam bentuk leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya. Melihat dan
mendengar akan membantu seseorang dalam mengingat apa yang dilihat dan
didengarnya seperti melihat demonstrasi, film, dan video sebesar 50%. Sedangkan 90%
seseorang dapat mengingat apa yang mereka lakukan, biasanya menggunakan media
yang mirip dengan objek yang sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata.
Berdasarkan analisis teori kerucut Edgar tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang disertai demonstrasi (phantom)
sangat efektif untuk membantu remaja putri dalam mengingat kembali materi yang telah
69
diberikan mengenai SADARI. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan kesehatan
yaitu perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok
khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam,
2008). Health Promotion Model (HPM) juga menyatakan bahwa kesehatan yang baik
berarti keadaan sejahtera secara umum dan holistik, perilaku sehat individu dan
keseimbangan, dan pencapaian dalam hidup. Teori ini melihat langkah-langkah di mana
seseorang dapat mencapai kesehatan yang lebih baik atau kesehatan yang ideal. Untuk
mencapainya, teori ini mempertimbangkan karakteristik dan pengalaman individu
(Health Promotion Model, 2014). HPM memberikan penekanan atau fokus kepada
potensi kesehatan dan kemungkinan perilaku yang mempromosikan kesehatan (Bastable,
2004).
Penelitian ini juga meningkatkan minat remaja putri untuk mengetahui lebih banyak
tentang kesehatan reproduksi khususnya kesehatan payudara. Hal ini dibuktikan dengan
lebih dari 50% remaja putri yang hadir mengajukan pertanyaan seputar cara perawatan
payudara dan masalah kesehatan payudara setelah diberikan pendidikan kesehatan
mengenai SADARI. Pernyataan ini sesuai dengan karakteristik perkembangan remaja
yang mempunyai rasa ingin tahu yang kuat. Remaja mampu memahami konsep
kesehatan dan penyakit, berbagai penyebab kesehatan dan penyakit, pengaruh variabel
atas status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit sebagai suatu proses akibat kelainan
fungsi atau tidak berfungsinya satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami
akibat atau prognosis suatu penyakit (Bastable, 2004).
Remaja juga mampu mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak
untuk mempraktikkannya atau mulai terlibat dalam perilaku berisiko karena mendapat
70
tekanan sosial dari teman sebaya juga adanya perasaan tak terkalahkan (Bastable, 2004).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya
dibanding orang tua. Lingkungan juga mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam
menentukan perilaku remaja (Papalia, 2001; Santrock, 2007). Periode remaja merupakan
perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari kognitif, emosi,
maupun fisik (Teguh, 2013). Hal inilah yang menyebabkan pendidikan mengenai
peningkatan kesehatan serta pencegahan masalah kesehatan sangat penting dilakukan
sejak usia remaja.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Waktu penelitian
Waktu penelitian yang diberikan oleh pihak sekolah hanya 45 menit
sedangkan peneliti membutuhkan waktu satu jam untuk melakukan intervensi karena
peneliti berharap agar masing-masing siswi dapat mempraktikan SADARI di depan
kelas. Antusias responden sangat baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswi yang
bertanya mengenai kesehatan payudara dan SADARI, tetapi karena waktu yang
cukup sedikit maka pertanyaan harus dibatasi.
2. Kondisi lingkungan saat pelaksanaan pendidikan kesehatan
Dukungan dari pihak sekolah sangat dibutuhkan demi kesuksesan pendidikan
kesehatan. Pada penelitian ini, dukungan dari pihak sekolah (guru) kurang memadai
dikarenakan guru yang berwenang untuk menemani peneliti saat pendidikan
kesehatan berhalangan hadir. Hal ini mengakibatkan banyaknya responden yang
saling bertukar informasi atau bekerjasama saat pengisian kuesioner berlangsung
walaupun sudah diperingatkan oleh peneliti dan fasilitator sejak pendidikan
kesehatan dimulai.
71
3. Bagi peneliti
Penelitian ini tidak mencakup demonstrasi SADARI yang dilakukan masing-
masing responden dikarenakan banyaknya responden yang masih merasa malu dan
tidak percaya diri ketika diminta untuk mempraktikkannya menggunakan phantom.
72
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan
sangat efektif dalam meningkatkan nilai pengetahuan remaja putri mengenai SADARI
dengan nilai Eta Squared sebesar 0,89%. Terjadi peningkatan nilai pengetahuan dari
nilai rata-rata 23,97 atau 64,7% menjadi 33,06 atau 89,35%. Hal ini ditunjang oleh
pemilihan metode pendidikan kesehatan yaitu ceramah dan demonstrasi. Metode ini
terbukti efektif dalam meningkatkan nilai pengetahuan remaja putri mengenai
SADARI. Dukungan dari pihak sekolah juga sangat dibutuhkan demi terbinanya trust
antara peneliti dengan responden.
B. Saran
1. Bagi Sekolah
SMPN 3 Tangerang Selatan diharapkan mampu menjalin kerjasama kembali
dengan puskesmas terdekat untuk mengadakan pendidikan kesehatan
(penyuluhan) mengenai kesehatan payudara maupun kesehatan reproduksi secara
berkala. Pihak sekolah juga diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di
perpustakaan mengenai kesehatan payudara maupun kesehatan reproduksi
khususnya yang sesuia dengan perkembangan remaja. Organisasi ekstrakurikuler
seperti PMR juga diharapkan untuk terlibat aktif dalam penyebaran informasi
mengenai kesehatan. Hal ini dikarenakan antusias atau minat siswi yang cukup
besar pada saat peneliti mengadakan pendidikan kesehatan.
73
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan atau pelayanan kesehatan
terdekat (puskesmas) diharapkan mampu mengadakan promosi kesehatan yang
berkelanjutan bagi remaja mengenai kesehatan khususnya mengenai SADARI.
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan terdekat juga diharapkan mampu
bekerjasama dengan ekstrakurikuler yang ada di sekolah-sekolah agar terlibat
aktif dalam promosi kesehatan di sekolah masing-masing dengan mengadakan
penyuluhan atau seminar kesehatan secara berkala mengenai kesehatan
reproduksi pada remaja. Puskesmas juga diharapkan mampu mengadakan
screening masalah kesehatan reproduksi secara berkala ke sekolah-sekolah guna
mendeteksi masalah kesehatan reproduksi sejak dini sehingga penanganan atau
pengobatan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memperhatikan hal-hal yang
dapat mengganggu proses pendidikan kesehatan, terutama pertimbangan dalam
pemilihan waktu yang tepat untuk melakukan pendidikan kesehatan tersebut.
Diharapkan pula bagi penelitian selanjutnya untuk dapat memperluas variabel
penelitian yaitu dengan menambahkan variabel sikap dan perilaku remaja putri
mengenai SADARI serta pengembangan kuesioner pengetahuan maupun praktik
SADARI. Pengembangan kuesioner dapat mencakup pengembangan konten atau
isi kuesioner yang tidak hanya berfokus kepada SADARI saja tetapi juga dapat
meliputi cara perawatan payudara yang sesuai dengan tahap perkembangan
remaja.
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan metode
yang berbeda, salah satunya penggunaan metode kelompok kecil dan
74
pengembangan serta penambahan media pendidikan kesehatan. Penambahan
media pendidikan kesehatan dapat berupa video agar lebih atraktif dan menarik
minat responden. Penelitian selanjutnya juga dapat mempersiapkan ruangan
khusus yang memungkinkan responden mau dan tidak merasa malu jika
melakukan demonstrasi SADARI menggunakan phantom.
Daftar Pustaka
Agustiningsih, Dwi. 2011. Pengaruh penyuluhan tentang SADARI terhadap tingkat pengetahuan
remaja putri di SMAN Kebakkramat Karanganyar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Anindityas, Nurfa Anung, et al. 2012. Penggunaan Alat Peraga Sistem Pernapasan Manusia
Pada Kualitas Belajar Siswa SMP Kelas VIII. Semarang : Unnes Science Education
Journal
Anyikam, A & Nzeqwu M.A. 2008. Benign Breast Lesions in Eastern Nigeria. University of
Nigeria Teaching Hospital. http://www.ncbi.nih.gov/pubmed
Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badan Rekam Medik RSUP dr.M.Djamil Padang. Statistik Kanker di RSUP dr.M.Djamil Padang
2009-2011.
Bastable, Susan B. 2004. Perawat sebagai pendidik: prinsip-prinsip pengajaran dan
pembelajaran. Jakarta: EGC
Benson, Ralph C. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: EGC
Brink, Pamela L. 2004. Langkah dasar dalam perencanaan riset keperawatan: dari pertanyaan
sampai proposal. Jakarta: EGC
Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan
Gigi. Jakarta: EGC
Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Ceber, et al. 2009. The effects of an educational program on knowledge of breast cancer, early
detection practices and health beliefs of nurses and midwives. Turkey: Journal of
Clinical Nursing
Hhandra, Yenny. 2009. Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang SADARI Sebagai Deteksi Dini
Kanker Payudara Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. Medan: Universitas
Sumatera Utara
Coleman MP, et al. 2008. Cancer survival in five continents: a worldwide population-based
study (CONCORD). Lancet Oncol, 9, 730–56
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Dahlan, M. Sopiyudin. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian.
Jakarta: Salemba Medika
Danim, Sudarwan. 2010. Media Komunikasi Pendidikan: pelayanan profesional pembelajaran
dan mutu hasil belajar. Jakarta: Bumi Aksara
Darmiastuty, Meita. 2004. Efektivitas metode ceramah tanya jawab dan simulasi dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan dini penyalahgunaan narkoba
pada remaja SLTP 1 Borobudur Kabupaten Magelang. Semarang: Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat Promosi Kesehatan: Pengembangan Media Promosi
Kesehatan. Jakarta: Depkes
____________________. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker
Payudara. Jakarta
Diananda, R. 2009. Kanker Payudara. Yogyakarta: Katahati
Djiwandono, Sri Esti W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Funnell, Rita, et al. 2009. Tabbner’s Nursing Care: Theory and Practice 5th
Edition. Elsevier:
Chatswood Australia.
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Gruendemann, Barbara J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol. 2 Praktik. Jakarta:
EGC
Hastono, Sutanto P dan Luknis Sabri. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers
Karayurt, Ozgul. 2008. Awareness of breast cancer risk factors and practice of breast self
examination among high school students in Turkey. Turki: BioMed Central
Kementrian Kesehatan RI. 2013. http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=SNR.13100003
(Diakses pada tanggal 3 Desember 2013 jam 22:14 WIB)
Joyce, Bruce, et al. 2009. Models Of Teaching (Eight Edition). New Jersey: Pustaka Pelajar
Lenggogeni, Putri. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Deteksi Dini
Kanker Payudara Sendiri oleh Mahasiswi Jalur A Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran UNAND Padang Tahun 2011. Skripsi. Padang:
Universitas Andalas
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
Manurung, Suryani, et al. 2006. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan Maternitas. Jakarta:
TIM
Mardiana, Lina. 2007. Kanker Pada Wanita. Jakarta: Penebar Swadaya
Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Milda, Yenni. 2013. Hubungan pengetahuan dan motivasi remaja putri dengan pencegahan
kanker payudara di desa Ladang Tuha Meukek kabupaten Aceh Selatan. Aceh: STIKES
U’budiyah
Monkhouse, S. 2007. Clinical Anatomy, 2nd Ed. China: Churchill Livingstone Elsevier
Morton, Patricia Gonce. 2003. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie.
Jakarta:EGC
Mubarak, Wahit I, et al. 2007. Promosi Kesehatan: sebuah pengantar proses belajar mengajar
dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
National Cancer Institute. Breast cancer [Online]. ; Available from:
URL:http://www.cancer.gov/cancertopics/types/breast (Diakses pada tanggal 13
November 2013 pukul 23.47 WIB)
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam dan Ferry Effendi. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
NSW Breast Cancer Institute. 2005. Fibroadenoma of The Breast. http://bci.org.au
Otto, Shiley E. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC
Ouyang, Yan-Qiong dan Xiaoyan Hu. 2014. The effect of breast cancer health education on the
knowledge attitudes, and practice: a community health center catchment area. China:
Springer
Ozgul Karayurt, et al. 2008. Awareness of Breast Cancer Risk Factors and Practice of Breast
Self Examination among High School Students in Turkey. BMC Public Health, 8: 359.
http://www.biomedcentral.com/1471-2458/8/359/ (Diakses pada tanggal 14 November
2013 23:11 WIB)
Pallant, Julie Florence. 2005. SPSS Survival Manual: A Steap By Step Guide To Data analysis
Using SPSS. Australia: Allen & Unwin
Papalia, DE, et al. 2001. Human Development 8th Edition. Boston: McGraw-Hill
Permatasari, Dewi. 2013. Efektifitas Penyuluhan SADARI Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswi
SMA Negeri Di Kecamatan Pontianak Barat. Jurnal Universitas Tanjung Pura:
Kalimantan Barat
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta:TIM
Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Purwoastuti, Th Endang. 2008. Kanker Payudara. Yogyakarta: Kanisius
Rasjidi, Imam. 2010. 100 Questions & Answer KANKER PADA WANITA. Jakarta: Gramedia
Ross and Wilson. 2001. Anatomy an Physiology in Health and Illness, 9th ed. Spain: Churchill
Livingstone Elsevier
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga
Santrock, JW. 2007. Remaja, Edisi 11. Jakarta: Erlangga
Saputri, Karunia Hadpha. 2012. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang periksa payudara
sendirr (SADARI) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta. Surakarta: STIKES
Kusuma Husada
Sastroasmoro, S & Ismail, S. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-4.
Jakarta: Sagung Seto
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Setiawati, S. 2008. Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan. Jakarta: TIM
Sidauruk, Helfiana Agustina, et al. 2012. Karakteristik Penderitas Fibroadenoma Mammae
(FAM) Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara
Sloan, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Sulastri, et al. 2012. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Video Dalam Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri
di SMAN 9 Balikpapan Tahun 2012. Kalimantan Timur: Jurnal Promosi Kesehatan
Nusantara Indonesia
Suparno, Paul. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia
Swarjana, I Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI
Taniredja, Tukiran, et al. 2013. Model-model pembelajaran inovatif dan efektif. Bandung:
Alfabeta
Tapan, Erik. 2005. Kanker, antioksidan, dan Terapi Komplementer. Jakarta: Elex Media
Komputindo
Teguh, Ahmad, et al. 2013. Hubungan Pengetahuan, Sikap terhadap Kesehatan Reproduksi
dengan Praktik Seksual Pranikah pada Mahasiswi di Politeknik Kesehatan DEPKES
Semarang. Skripsi. Semarang: Jurnal Kesehatan Masyarakat UNDIP
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian 1 Ilmu
Pendidikan Teoritis. Bandung: IMTIMA
Tomey, A.M & Alligood, M.R. 2006. Nursing theorist and their work. (6th ed). St. Louis: Mosby
inc.
Utama, S.Y. 2008. Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku remaja putrid terhadap
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMAN 5 Kota Jambi. Laporan penelitian
Poltekkes Jambi jurusan Kebidanan.
Verralls, Sylvia. 2004. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan. Jakarta: EGC
Wardani, Riska Aprilia. 2011. Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Prestasi Belajar Mata
Kuliah ASKEB II Persalinan (Standart Asuhan Persalinan Normal) Ditinjau dari
Motivasi Belajar pada Mahasiswa Prodi Kebidanan STIKES Dian Husada Mojokerto.
Perpustakaan digital Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC
Wong, Donna L, et al,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Vol 1. Jakarta:
EGC
World Health Organization. 2013. http://www.who.int/topics/adolescent_health/en/ (Diakses
pada tanggal 11 November 2013 pukul 22.53 WIB)
_________________________. http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index.html
(Diakses pada tanggal 13 November 2013 pukul 22.07 WIB)
______________________. http://www.who.int/school_youth_health/en/index.html (Diakses
tanggal 15 des 2013 pukul 16.28 WIB)
Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ). 2011. http://www.antarasumut.com/berita-
sumut/berita-terkini/kesehatan/ypkj-usia-penderita-kanker-payudara-cenderung-menurun/
(diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 14.07 WIB)
Yi, Myungsun & Park Eun Young. 2012. Effects of breast health education conducted by trained
breast cancer survivors. Journal of Advanced Nursing 68(5), 1100-1110. Doi:
10.1111/j.1365-2648.2011.05815.x. Korea
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN
“Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang
Selatan”
Saya adalah mahasiswi semester 8 (delapan) Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan
terhadap nilai pengetahuan remaja putri mengenai SADARI.
Saya berharap jawaban yang Anda berikan adalah berdasarkan pengetahuan Anda
sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas
Anda. Informasi yang Anda berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan memilih
untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika Anda
bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda menandatangani formulir persetujuan
di bawah ini.
Ciputat, 2014
Peneliti
(Laras Ayunda Pratama)
Peserta
( )
LEMBAR KUESIONER
Judul Penelitian : Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan
Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja
Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan
Peneliti : Laras Ayunda Pratama
Petunjuk Pengisian :
1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) di kotak yang tersedia
pada pertanyaan bagian I, bagian II dan bagian III.
2. Dimohon untuk tidak berdiskusi atau bekerjasama dengan teman yang lain selama mengisi
kuesioner ini.
3. Isilah kuesioner ini secara JUJUR sesuai dengan pendapat Anda.
4. Anda diperbolehkan bertanya kepada peneliti, apabila merasa kesulitan atau merasa kurang
jelas.
5. Terima kasih atas kerjasama Anda
“Selamat Mengerjakan”
No. Responden : (diisi oleh peneliti)
I. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN (diisi oleh responden)
1. Nama Lengkap :
2. Umur : Tahun
3. Kelas : VII VIII
4. No. Hp :
5. Pernah mendapat informasi tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)? :
Pernah Tidak pernah (lanjut ke halaman selanjutnya)
6. Jika pernah, kapan Anda mendapat informasi tentang SADARI? :
Satu bulan yang lalu Enam bulan yang lalu Satu bulan yang lalu
Satu minggu yang lalu ______________
7. Informasi tentang SADARI didapatkan dari? :
TV/Radio Media massa Petugas kesehatan Teman
Orang tua Saudara Kandung
II. PENGETAHUAN TENTANG SADARI
No. Pernyataan Ya Tidak
1. SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang perempuan
memeriksa payudaranya sendiri untuk melihat dan merasakan dengan
menggunakan jari sebagai cara mendeteksi apakah ada benjolan atau
tidak pada payudaranya
2. SADARI merupakan pemeriksaaan payudara sendiri yang dilakukan
sekali seumur hidup
3. SADARI bertujuan untuk mencegah masalah atau gangguan kesehatan
pada payudara
4. SADARI juga dapat mendeteksi adanya tumor jinak pada payudara
dan ketiak
5. Pengobatan akan lebih efektif jika masalah kesehatan payudara dapat
dideteksi secara dini melalui SADARI
6. Hanya perempuan yang berusia lebih dari 20 tahun boleh melakukan
SADARI
7. Setiap perempuan yang telah memasuki masa pubertas dapat
melakukan SADARI
8. SADARI dilakukan pada saat menstruasi setiap bulannya
9. Pemeriksaan klinis oleh petugas kesehatan sebaiknya dilakukan pada
perempuan berusia 30-50 tahun setiap tiga tahun sekali
10. SADARI hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan
11. SADARI dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-10 yang dihitung
sejak hari pertama mulai menstruasi
12. SADARI dilakukan hanya ketika ada keluhan pada payudara atau
ketiak
13. SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulannya pada
perempuan yang telah memasuki masa menopause
14. Praktik SADARI tidak memerlukan biaya yang mahal
15. Penting untuk memeriksakan diri ke rumah sakit atau pelayanan
kesehatan terdekat jika terdapat benjolan pada payudara
16. Kanker payudara dapat dideteksi melalui SADARI
17. Kanker payudara hanya menyerang perempuan berusia 30 tahun keatas
III. PRAKTIK SADARI
No. Pernyataan Ya Tidak
1. SADARI dilakukan dengan posisi berbaring, duduk, atau berdiri di
depan cermin
2. SADARI dengan posisi berbaring memerlukan bantal di bawah pundak
sisi payudara yang akan diperiksa
3. SADARI yang dilakukan dengan posisi berdiri di depan cermin
dilakukan untuk melihat jika terdapat perbedaan bentuk pada payudara
kanan ataupun kiri
4. SADARI menggunakan permukaan tiga jari (jari telunjuk, jari tengah,
dan jari manis)
5. Saat melakukan SADARI, jari-jari digerakkan mulai dari bagian atas
payudara sampai ke bawah dan mengelilingi seluruh bagian payudara
6. SADARI dilakukan dengan gerakan memutar keluar searah jarum jam
di seluruh permukaan payudara
7. Pada saat berbaring benjolan pada payudara lebih mudah untuk diraba
8. Ketiak juga perlu diperiksa ketika melakukan SADARI
9. Benjolan dapat ditemukan tidak hanya di payudara tetapi juga ketiak
10. Penekanan pada puting saat melakukan SADARI dilakukan untuk
melihat adanya cairan yang keluar dari puting
11. Tangan kanan digunakan untuk menekan payudara kiri dengan
menggunakan permukaan tiga jari
12. SADARI dapat dilakukan saat mandi
13. Salah satu payudara yang menggantung lebih rendah dari biasanya saat
dilakukan SADARI adalah tanda yang tidak normal
14. Penebalan kulit payudara merupakan hal yang wajar
15. Benjolan pada payudara yang tidak dapat digerakkan dan terasa nyeri
saat dipegang bukan merupakan tanda kanker payudara
16. Benjolan yang terdapat di payudara merupakan hal yang normal
17. Nanah adalah cairan yang normal keluar dari puting ketika puting
dipencet
18. Adanya benjolan pada ketiak adalah hal yang normal
19. Lekukan seperti lesung pipi pada kulit payudara adalah tanda yang
harus di waspadai
20. Nyeri pada payudara saat dilakukan SADARI adalah hal yang tidak
normal
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok bahasan : Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Sub pokok bahasan : Pengetahuan dan Praktik SADARI
Hari/tanggal : Selasa, 10 Juni 2014
Jam : 08.00-09.00 WIB
Tempat : Ruang kelas SMPN 3 Tangerang Selatan
Sasaran : Siswi SMPN 3 Tangerang Selatan
Penyuluh : Laras Ayunda Pratama
I. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan siswi-siswi dapat mengetahui dan
mempraktikkan SADARI
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan siswi mampu:
1. Menjelaskan pengertian SADARI
2. Menjelaskan kriteria dilakukan SADARI
3. Menjelaskan langkah-langkah SADARI
4. Menjelaskan tanda yang harus diwaspadai saat SADARI
III. Materi
1. Pengertian SADARI
2. Kriteria dilakukan SADARI
3. Langkah-langkah SADARI
4. Tanda yang harus diwaspadai saat SADARI
IV. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab
V. Media
1. Powerpoint
2. Alat peraga (phantom)
VI. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu
Kegiatan
Pembicara Peserta Penanggung
Jawab
1.
5 menit
Pembukaan
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menyampaikan topik
penyuluhan
4. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
5. Menjelaskan
mekanisme penyuluhan
6. Melakukan kontrak
waktu
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
3. Mendengarkan
4. Mendengarkan
5. Mendengarkan
6. Mendengarkan
Penyaji
2.
30 Menit
Penyampaian materi
1. Mengkaji pengetahuan
awal mengenai topik
yang akan disampaikan
2. Menyampaikan materi
tentang:
a. Pengertian
SADARI
b. Kriteria SADARI
c. Langkah-langkah
SADARI
d. Tanda yang harus
1. Menjawab
2. Mendengarkan dan
memperhatikan
Penyaji
diwaspadai saat
SADARI
3. Memberikan
demonstrasi mengenai
langkah-langkah
SADARI
3. Memperhatikan
3.
20 Menit
Evaluasi
1. Memberikan
kesempatan kepada
siswi untuk
mempraktikkan
SADARI menggunakan
phantom
2. Memberikan
kesempatan siswi untuk
bertanya
3. Menanyakan kembali
pada peserta tentang
materi yang
disampaikan
1. Mempraktikkan
langkah SADARI
2. Bertanya
3. Menjawab
Penyaji
4.
5 menit
Penutup
1. Menyimpulkan materi
2. Memberikan salam
1. Mendengarkan
2. Menjawab salam
Penyaji
VII. Pengorganisasian
a. Penyaji : Laras Ayunda Pratama
b. Observer : Ratu Ummu Hani
c. Fasilitator : Septiana
: Gaby Nursila
VIII. Struktur Ruangan
Keterangan :
: Peserta (siswi)
: Fasilitator
: Observer
: Penyaji
IX. Evaluasi
1. Evaluasi struktur : Rencana kegiatan dan penyaji materi pendidikan kesehatan
dipersiapkan dari sebelum kegiatan
2. Evaluasi proses :
a. Peralatan dan tempat tersedia
b. Waktu sesuai dengan rencana (30 menit)
3. Evaluasi hasil :
a. Mampu menjawab pertanyaan dan mengulang kembali pengertian SADARI
b. Mampu menyebutkan kriteria SADARI
c. Mampu mendemonstrasikan langkah-langkah SADARI
d. Mampu menyebutkan tanda yang harus diwaspadai saat SADARI
Materi Penyuluhan
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
1. Pengertian SADARI
SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang perempuan memeriksa
payudaranya sendiri untuk melihat dan merasakan dengan menggunakan jari sebagai
cara mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya (The Center for
Advanced Breast Cancer, 2005).
2. Kriteria SADARI
Berikut ini adalah kriteria melakukan SADARI (Depkes, 2009):
A. Dilakukan setiap bulan pada hari ke-7 sampai dengan hari ke-10 yang dihitung
dari hari pertama menstruasi
B. SADARI dapat dilakukan oleh remaja maupun dewasa
C. SADARI dilakukan dengan posisi berdiri, duduk, maupun berbaring
D. Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sekali dengan memilih tanggal yang sama
setiap bulannya bagi wanita yang telah menopause
E. Pemeriksaan klinis oleh petugas kesehatan sebaiknya dilakukan pada perempuan
berusia 30-50 tahun setiap tiga tahun sekali
3. Langkah-langkah SADARI
Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes (2009), yaitu:
1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh
dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dalam hal ukuran,
bentuk atau warna kulit, atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada
kulit.
2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di atas
kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan
agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua
payudara menggantung seimbang.
3. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut untuk
melihat apakah ada cairan yang keluar.
4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau
berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring, diletakkan sebuah bantal di
bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa.
5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara
kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah, dan manis). Mulailah dari daerah
putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar keluar di
seluruh permukaan payudara.
6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa
daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan di bawah tulang
selangka.
7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara
sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan ini akan membantu
untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada payudara yaitu dengan
menggunakan teknik yang sama setiap bulannya.
1 2
3 4
5 6
Bagan : Langkah-langkah Melakukan SADARI (Depkes, 2009)
4. Tanda-tanda yang harus diwaspadai saat SADARI (Depkes, 2009):
a. Penambahan ukuran atau besar yang tak biasa pada payudara
b. Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya
c. Lekukan seperti lesung pipi pada kulit payudara
d. Cekungan atau lipatan pada puting
e. Perubahan penampilan puting payudara
f. Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu puting
g. Adanya benjolan pada payudara
h. Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak atau leher
i. Pembengkakan pada lengan bagian atas
1. Hasil Olahan SPSS Univariat
A. Hasil Univariat Pre-test
Descriptives Pre-test
Statistic Std. Error
SkorTotal
Mean 23,97 ,610
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 22,73
Upper Bound 25,21
5% Trimmed Mean 24,15
Median 24,00
Variance 12,280
Std. Deviation 3,504
Minimum 15
Maximum 30
Range 15
Interquartile Range 4
Skewness -,947 ,409
Kurtosis 1,143 ,798
Percentiles Pre-test
Percentiles
5 10 25 50 75 90 95
Weighted Average(Definition
1) SkorTotal 15,00 18,40 22,50 24,00 26,00 28,00 29,30
Tukey's Hinges SkorTotal 23,00 24,00 26,00
Extreme Values Pre-test
Case Number Value
SkorTotal
Highest
1 13 30
2 31 29
3 4 28
4 15 28
5 1 27a
Lowest
1 30 15
2 19 15
3 6 18
4 14 19
5 16 21
a. Only a partial list of cases with the value 27 are shown in the
table of upper extremes.
B. Hasil Univariat Post-test
Descriptives Post-test
Statistic Std. Error
SkorTotal
Mean 33,06 ,374
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 32,30
Upper Bound 33,82
5% Trimmed Mean 33,14
Median 34,00
Variance 4,621
Std. Deviation 2,150
Minimum 28
Maximum 37
Range 9
Interquartile Range 3
Skewness -,787 ,409
Kurtosis -,045 ,798
Percentiles Post-test
Percentiles
5 10 25 50 75 90 95
Weighted Average(Definition
1) SkorTotal 28,70 29,40 32,00 34,00 35,00 35,00 35,60
Tukey's Hinges SkorTotal 32,00 34,00 35,00
Extreme Values Post-test
Case Number Value
SkorTotal
Highest
1 12 37
2 1 35
3 4 35
4 6 35
5 18 35a
Lowest
1 30 28
2 24 29
3 19 29
4 32 30
5 27 30b
a. Only a partial list of cases with the value 35 are shown in the table of upper
extremes.
b. Only a partial list of cases with the value 30 are shown in the table of lower
extremes.
2. Hasil Olahan SPSS Bivariat
A. Hasil Bivariat Pre-test
Tests of Normality Pre-test
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
SkorTotal ,149 33 ,062 ,929 33 ,034
a. Lilliefors Significance Correction
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SkorTotal
N 33
Normal Parametersa,b
Mean 23,97
Std. Deviation 3,504
Most Extreme Differences
Absolute ,149
Positive ,072
Negative -,149
Kolmogorov-Smirnov Z ,854
Asymp. Sig. (2-tailed) ,460
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
B. Hasil Bivariat Post-test
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SkorTotal ,214 33 ,001 ,901 33 ,006
a. Lilliefors Significance Correction
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SkorTotal
N 33
Normal Parametersa,b
Mean 33,06
Std. Deviation 2,150
Most Extreme Differences
Absolute ,214
Positive ,153
Negative -,214
Kolmogorov-Smirnov Z 1,232
Asymp. Sig. (2-tailed) ,096
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
3. Hasil SPSS Paired T Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum 23,97 33 3,504 ,610
Sesudah 33,06 33 2,150 ,374
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum & Sesudah 33 ,436 ,011
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair 1 Sebelum -
Sesudah -9,091 3,215 ,560 -10,231 -7,951 -16,244 32 ,000
4. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,675 41
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
SADARI adalah salah satu
cara untuk mencegah
timbulnya kanker payudara
62,10 56,438 ,204 ,672
Hanya yang berusia lebih
dari 20 tahun yang boleh
melakukan SADARI
62,13 55,016 ,518 ,664
SADARI adalah
pemeriksaan payudara
sendiri yang dilakukan
sekali seumur hidup
62,13 55,844 ,296 ,669
SADARI dilakukan segera
setelah menstruasi setiap
bulan
62,67 58,575 -,235 ,689
Pemeriksaan SADARI
hanya dilakukan oleh
perempuan
63,00 56,690 ,072 ,674
Setiap perempuan yang
telah memasuki masa puber
dapat melakukan SADARI
62,17 56,351 ,128 ,673
SADARI dilakukan rutin
setiap bulan bagi remaja 62,27 53,720 ,527 ,657
SADARI hanya boleh
dilakukan oleh tenaga
kesehatan
62,47 53,499 ,450 ,657
Pemeriksaan SADARI
memerlukan waktu 1 jam 62,17 58,695 -,376 ,687
SADARI juga dapat
mendeteksi adanya tumor
jinak pada payudara
62,10 56,438 ,204 ,672
SADARI dilakukan pada
hari 7-10 yang dihitung
sejak hari pertama mulai
menstruasi
62,50 54,948 ,245 ,667
SADARI bisa dilakukan di
rumah 62,23 55,289 ,283 ,667
SADARI sangat bermanfaat
untuk kesehatan payudara 62,07 57,030 ,000 ,675
Pada perempuan yang telah
memasuki masa
menopause, SADARI
dilakukan pada tanggal
yang sama setiap bulannya
62,43 54,944 ,254 ,666
SADARI penting untuk
dilakukan oleh perempuan
khususnya remaja
62,10 56,990 ,003 ,676
Praktik SADARI tidak
memerlukan biaya yang
mahal
62,47 53,637 ,431 ,658
Kanker payudara dapat di
deteksi melalui SADARI 62,13 55,016 ,518 ,664
Kanker payudara hanya
menyerang perempuan
berusia 30 tahun keatas
62,23 57,220 -,058 ,679
Kanker payudara dapat
menyerang remaja 62,10 56,438 ,204 ,672
Penting untuk
memeriksakan diri ke rumah
sakit atau pelayanan
kesehatan terdekat jika
terdapat benjolan pada
payudara
62,07 57,030 ,000 ,675
Pemeriksaan SADARI
dapat dilakukan sambil
berbaring dan berdiri di
depan cermin
62,07 57,030 ,000 ,675
Pemeriksaan SADARI
menggunakan permukaan
tiga jari
62,20 53,407 ,693 ,654
Jari-jari meraba tiap bagian
payudara kiri dan
sebaliknya
62,13 55,016 ,518 ,664
Tangan kanan memeriksa
payudara kiri dan
sebaliknya
62,13 55,430 ,406 ,666
Pada saat berbaring
benjolan pada payudara
lebih mudah untuk diraba
62,17 55,385 ,342 ,667
Saat pemeriksaan, jari-jari
digerakkan mulai dari
bagian atas sampai ke
bawah dan mengelilingi
seluruh bagian payudara
62,07 57,030 ,000 ,675
Saat melakukan SADARI,
ketiak juga perlu untuk
diperiksa
62,30 55,045 ,282 ,666
Benjolan dapat ditemukan
tidak hanya di payudara
tetapi juga di ketiak
62,40 54,179 ,371 ,661
Penekanan pada puting
dilakukan untuk melihat
cairan yang keluar dari
puting
62,27 55,099 ,292 ,666
Nanah adalah cairan yang
normal keluar dari puting
ketika puting di pencet
62,67 56,782 ,000 ,678
Pemeriksaan di depan
cermin dilakukan untuk
melihat jika terdapat
perbedaan bentuk pada
payudara kanan ataupun
kiri
62,13 55,016 ,518 ,664
SADARI dapat dilakukan
pada posisi berdiri, duduk,
maupun berbaring
62,13 56,257 ,186 ,672
SADARI juga dapat
dilakukan saat mandi 62,40 53,214 ,513 ,655
Benjolan lebih mudah
diraba pada saat mandi 62,43 58,254 -,196 ,687
Benjolan yang tidak dapat
digerakkan dan terasa nyeri
saat dipegang bukan
merupakan tanda kanker
payudara
62,50 57,293 -,068 ,681
Benjolan yang terdapat
dipayudara merupakan hal
yang normal
62,40 55,145 ,232 ,668
SADARI dilakukan dengan
gerakan memutar 62,30 53,803 ,482 ,658
Adanya benjolan pada
ketiak adalah hal yang
normal
62,30 54,355 ,392 ,662
Lekukan seperti lesung pipi
pada payudara adalah
tanda yang harus di
waspadai
62,43 56,737 ,007 ,678
Nyeri pada payudara saat
dilakukan SADARI adalah
hal yang tidak normal
62,17 55,109 ,403 ,665
Skor_total 31,53 14,257 1,000 ,650