efektifitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe stad dan jigsaw dalam materi pokok klasifikasi...
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DAN JIGSAW DALAM MATERI POKOK KLASIFIKASI
MAKHLUK HIDUP DI MTs NU UNGARAN
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata I
untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Yuli Purwanti Hasanah
NIM : 4401401024
Program Studi : Pendidikan Biologi
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
RANCANGAN SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DAN JIGSAW DALAM MATERI POKOK KLASIFIKASI
MAKHLUK HIDUP PADA SISWA KELAS VII MTs NU UNGARAN
Oleh:
Yuli Purwanti Hasanah
4401401024
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
INSTRUMEN PENELITIAN
EFEKTIFITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DAN JIGSAW DALAM MATERI POKOK KLASIFIKASI
MAKHLUK HIDUP PADA SISWA KELAS VII MTs NU UNGARAN
Disusun oleh :
Yuli Purwanti Hasanah
4401401024
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dan JIGSAW dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk
Hidup Di MTs NU Ungaran.
Telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Senin
Tanggal : 10 September 2007
PANITIA UJIAN
Ketua Sekreteris Drs. Kasmadi I. S., M.S. Ir. Tuti Widianti, M. Biomed. NIP. 130781011 NIP. 130781009 Pembimbing I Penguji Utama Ir. Tuti Widianti, M. Biomed. 1. Dr. Lisdiana, M.Si.NIP. 130781009 NIP. 131636150 Pembimbing II 2. Ir. Tuti Widianti, M. Biomed. NIP. 130781009 Drs. Sigit Saptono, M.Pd. NIP. 131931631
3. Drs. Sigit Saptono, M.Pd. NIP. 131931631
ii
ABSTRAK
Strategi belajar mengajar yang tepat diperlukan untuk meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dalam pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal. Salah satu upayanya dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaaan efektifitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup pada siswa kelas VII MTs NU Ungaran. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII semester 2 MTs NU Ungaran. Sampel yang digunakan adalah kelas VIIA sebagai kelompok A yang diberi pembelajaran kooperatif STAD dan kelas VIIB sebagai kelompok B yang diberi pembelajaran kooperatif JIGSAW. Variabel bebas dalam penelitian ini penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW dan variabel terikatnya yaitu hasil penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata hasil pre-test kelompok A sebesar 45,714 dan kelompok B sebesar 44,315. Hasil uji-t diperoleh t hitung = - 0,85 < t tabel = 1,99. Hal ini berarti bahwa antara kelompok A dan kelompok B mempunyai kemampuan awal yang relatif sama dalam memahami materi pokok klasifikasi makhluk hidup sebelum mengikuti pembelajaran. Rata-rata hasil post-test kelompok A sebesar 69,01 dan kelompok B sebesar 64,14. Hasil uji-t data post-test diperoleh t hitung = 3,31 > t tabel = 2,88. Hal ini berarti ada perbedaan hasil belajar biologi materi pokok klasifikasi makhluk hidup antara penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW karena rata-rata hasil belajar kelompok A lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kelompok B. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif diterapkan pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup dibandingkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW. Saran yang dapat penulis ajukan yaitu guru hendaknya mempertimbangkan penerapan metode pembelajaran kooperatif karena terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan perlu adanya dukungan dari pihak sekolah dalam pengenalan model pembelajaran kooperatif lebih dini agar penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Kata kunci : efektifitas, pembelajaran kooperatif, STAD, JIGSAW.
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. Cukuplah Alloh sebagai penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik pelindung.
(QS. Ali ‘Imran : 173)
2. Dasar-dasar kesuksesan adalah bahwa Alloh ridha kepadamu, ridha kepada orang-orang
di sekitarmu, dan jiwamu ridha serta melakukan amalan yang membuahkan hasil.
(DR. ‘ Aidh Al-Qarni)
3. Bila kamu ingin tahu posisimu di sisi Alloh, lihatlah di mana posisi Alloh di hatimu.
Persembahan :
1. Bapak (Alm) dan Ibu tercinta, terima kasih atas
segala pengorbanan, doa dan kasih sayang yang tak
pernah pudar.
2. Kakak-kakakku: Mba Tuti, Mba Wied, Mba Ugi,
Mas Har, Mas Sofyan, dan Mas Drajat terima kasih
atas pengalaman hidup dan kasih sayang yang kalian
berikan.
3. Keponakanku: Danang, Daning, Fahmi, Alfin, Lia,
dan Akmal yang kusayangi.
4. Sahabatku Aning, Ulist, March, dan Heni, terima
kasih telah menemani perjuanganku, semoga
persahabatan kita untuk selamanya.
5. Keluarga Besar Kost Khasanah
6. Keluarga Besar KSR-PMI UNNES
7. Semua yang telah mendoakan dan memotivasiku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “ Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Tipe
JIGSAW dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Ungaran”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Biologi di FMIPA UNNES.
Sebagai manusia biasa yang banyak kekurangan, penulis menyadari bahwa
skripsi ini tidak mungkin tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan sebagian waktu, tenaga, dan
materi yang tersita demi membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh
karena itu, pada kesesmpatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus hati
kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
menyelesaikan studi strata 1 Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin
untuk melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
membantu dalam hal administrasi.
4. Ir. Hj. Tuti Widianti, M. Biomed., Dosen pembimbing I yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan dan arahan penulis dalam menyusun skripsi.
5. Drs. Sigit Saptono, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan dan arahan penulis dalam menyusun skripsi.
v
6. Dr. Lisdiana, M.Si., Dosen Penguji yang telah dengan sabar memberikan
bimbingan dan arahan penulis dalam menyusun skripsi.
7. Masjhudi, A.Md., Kepala MTs NU Ungaran yang telah berkenan
membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan
penelitian.
8. Dyah Sulistiyawati, S.Pd., Guru Biologi MTs NU Ungaran yang telah
berkenan membantu dan bekerjasama dengan peneliti selama penelitian.
9. Guru dan staf karyawan MTs NU Ungaran yang telah membantu peneliti
selama penelitian.
10. Seluruh siswa kelas VII MTs NU Ungaran yang telah berkenan menjadi
sampel dalam penelitian ini.
11. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian
dan penyusunan skripsi ini baik moril maupun materiil, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Tidak ada sesuatupun yang dapat penulis berikan sebagai imbalan kecuali
untaian doa, ” Semoga amal baik yang telah diberikan oleh berbagai pihak
kepada penulis mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT”.
Akhirnya penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Semarang, Juli 2007
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... . iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR. ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah. ............................................................................ 4
C. Penegasan Istilah.................................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
E. Manfaat Penelitian. .............................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS .......................................... 8
A. Landasan Teori..................................................................................... 8
B. Pembelajaran Kooperatif1.................................................................... 5
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. ..................................... 23
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW. ................................. 27
vii
E. Mata Pelajaran Biologi ........................................................................ 30
F. Hipotesis............................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN. ................................................................. 34
A. Metode Penentuan Obyek Penelitian ................................................... 34
1. Populasi penelitian ......................................................................... 34
2. Sampel penelitian........................................................................... 34
3. Variabel penelitian ......................................................................... 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian. ............................................................. 36
C. Metode Penelitian. ............................................................................... 36
D. Rancangan Penelitian ........................................................................... 36
E. Prosedur Penelitian. ............................................................................. 37
F. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 41
G. Instrumen Penelitian ............................................................................ 42
H. Metode Analisis Data........................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 53
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 53
1. Analisis hasil uji coba. ..................................................................... 55
2. Analisis hasil penelitian ................................................................... 60
B. Pembahasan.......................................................................................... 60
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD............................... 60
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD............................... 64
viii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. ............................................................... 70
A. Simpulan .............................................................................................. 70
B. Saran..................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. SILABUS. .............................................................................................. 74
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran STAD............................................ 76
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran JIGSAW. ...................................... 80
4. Soal Uji Coba.......................................................................................... 84
5. Kunci Jawaban Soal Uji Coba.. .............................................................. 92
6. Kisi-Kisi Soal Tes................................................................................... 93
7. Soal Tes. ................................................................................................. 94
8. Kunci Jawaban Soal Tes......................................................................... 100
9. Daftar Nama Siswa Kelompok STAD (Kelompok A) ........................... 101
10. Daftar Nama Siswa Kelompok JIGSAW (Kelompok B) ....................... 102
11. Lembar Diskusi Siswa I.......................................................................... 103
12. Lembar Diskusi Siswa II ........................................................................ 104
13. Kunci Lembar Diskusi Siswa. ................................................................ 105
14. Soal Mandiri.. ......................................................................................... 110
15. Kunci Soal Mandiri ................................................................................ 111
16. Lembar Penugasan I . ............................................................................. 113
17. Lembar Penugasan II. ............................................................................. 116
18. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.. ........................................................................................... 123
19. Cuplikan Hasil Wawancara Guru pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...................................................................................................... 124
20. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.. ........................................................................................... 125
21. Cuplikan Hasil Wawancara Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...................................................................................................... 126
vii
22. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru pada Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW. ........................................................................................ 127
23. Cuplikan Hasil Wawancara Guru pada Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW.................................................................................................. 128
24. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW.. ....................................................................................... 129
25. Cuplikan Hasil Wawancara Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW.................................................................................................. 130
26. Lembar Skor dan Penghargaan Kelompok STAD.................................. 131
27. Lembar Skor dan Penghargaan Kelompok JIGSAW. ............................ 133
28. Contoh Penghargaan............................................................................... 135
29. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ........................................................ 137
30. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dengan STAD..................................... 138
31. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dengan JIGSAW.. .............................. 141
32. Rekap Hasil Observasi Tingkat Aktivitas Siswa.................................... 144
33. Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya beda, dan Tingkat kesukaran Soal Uji Coba.......................................................................................... 145
34. Perhitungan Validitas Butir Soal. ........................................................... 149
35. Perhitungan Reliabilitas Instrumen. ....................................................... 150
36. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal.. ................................................... 151
37. Perhitungan Daya Pembeda Soal............................................................ 152
38. Data Hasil Pre-test Kelompok A............................................................ 153
39. Data Hasil Pre-test Kelompok B ............................................................ 154
40. Rekapitulasi Data Hasil Pre-test Kelompok A dan B.. ......................... 155
41. Mean matching, Varians matching, dan t matching kelompok A dan kelompok B............................................................................................. 156
42. Data Hasil Post-test Kelompok A .......................................................... 158
43. Data Hasil Post-test Kelompok B........................................................... 159
44. Rekapitulasi Data Hasil Post-test Kelompok A dan kelompok B ......... 160
viii
45. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelompok A. ................................... 161
46. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelompok B. ................................... 162
47. Uji Kesamaan Dua Varians Data Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelompok A dan B............... 163
48. Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelompok A dan B.......................... 164
49. Data Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelompok A dan B. ........................................... 165
50. Dokumentasi penelitian .......................................................................... 166
51. Surat Ijin Penelitian. ............................................................................... 168
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif................................................ 19
2. Hasil uji validitas soal uji coba .................................................................. 53
3. Daya pembeda soal uji coba....................................................................... 54
4. Tingkat kesukaran soal uji coba................................................................. 54
5. Hasil mean matching.................................................................................. 55
6. Hasil uji varians matching.......................................................................... 55
7. Hasil t-matching......................................................................................... 56
8. Hasil uji normalitas data hasil belajar ........................................................ 57
9. Hasil uji kesamaan dua varians nilai hasil belajar .................................... 57
10. Hasil uji rata-rata hasil belajar siswa ......................................................... 58
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar.................. 15
2. Skema model pembelajaran STAD .. ......................................................... 25
3. Skema kerja kelompok pada model JIGSAW............................................ 28
4. Skema prosedur penelitian ......................................................................... 41
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
diperlukan strategi pembelajaran yang diharapkan mampu memperbaiki sistem
pendidikan yang telah berlangsung selama ini. Salah satu tolok ukur
keberhasilan guru adalah bila dalam pembelajaran mencapai hasil yang
optimal. Keberhasilan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru untuk
mengelola proses belajar mengajar.
Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam
proses belajar mengajar, demi tercapainya interaksi belajar yang optimal, yang
pada akhirnya membawa kepada pencapaian sasaran hasil belajar yang
maksimal. Untuk mencapai kondisi yang demikian maka perlu adanya
fasilitator yaitu guru, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi
belajar yang melibatkan siswa secara aktif sekaligus membangun motivasi
siswa. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan menerapkan
pembelajaran dengan berbagai metode.
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan guru Biologi kelas VII
MTs NU Ungaran, diperoleh keterangan bahwa metode yang sering digunakan
dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah metode ceramah. Guru
pernah mencoba menggunakan metode diskusi dan eksperimen untuk
meningkatkan pemahaman, akan tetapi usaha tersebut belum dapat mencapai
hasil yang diharapkan. Hal ini dikarenakan kurangnya keaktifan serta motivasi
2
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu materi yang tersampaikan
belum dapat dipahami siswa dengan baik. Hal ini menyebabkan hasil belajar
siswa masih kurang. Hasil belajar siswa dikatakan baik, apabila nilai siswa
pada pokok bahasan tertentu adalah 65 atau lebih. Sedangkan hasil belajar
yang kurang baik apabila nilai siswa kurang dari 65. Ketentuan ini
berdasarkan standar ketuntasan belajar minimal pada sekolah yang
bersangkutan.
Pada penelitian ini, peneliti memberikan solusi kepada guru Biologi
untuk menggunakan pembelajaran kooperatif karena dari beberapa penelitian
sebelumnya tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar
menunjukkan bahwa hasil belajar akademik pada kelas kooperatif lebih tinggi
dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau
kompetitif (Wulandari, 2005). Sehingga dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif pada penelitian ini diharapkan tujuan IPA dapat tercapai yang
antara lain berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja
sama, berpikir kritis, dan pada saat yang sama meningkatkan prestasi
akademiknya.
Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang
rendah hasil belajarnya, karena pembelajaran ini dapat meningkatkan
motivasi, hasil belajar dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama
(Nur dkk, 2000). Peran guru lebih ditekankan sebagai organisator kegiatan
belajar-mengajar, sumber informasi bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk
belajar, serta penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa. Guru harus
3
dapat mendiagnosa kesulitan siswa dalam belajar dan dapat memberikan
bantuan kepadanya sesuai dengan kebutuhannya.
Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi pokok
klasifikasi makhluk hidup. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan materi ini
dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa. Selain itu, dalam materi ini banyak
terdapat nama-nama ilmiah sehingga siswa cukup kesulitan untuk
memahaminya. Pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW, dengan
pertimbangan tipe STAD dan tipe JIGSAW adalah pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan melibatkan banyak siswa sehingga
dimungkinkan bagi siswa yang kesulitan akan tertolong dan materi yang sulit
akan lebih mudah untuk dipahami. Selain itu dengan pembelajaran ini akan
lebih menarik perhatian siswa dikarenakan pembelajaran semacam ini belum
pernah digunakan di dalam kelas sehingga dapat meningkatkan motivasi
dalam memahami konsep-konsep Biologi dan meminimalisasi tingkat
kesulitan belajar biologi khususnya pada materi pokok klasifikasi makhluk
hidup. Materi ini terdiri dari banyak subtopik sehingga diharapkan cocok
digunakan untuk penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW
yang melibatkan banyak siswa yang dikelompok-kelompokkan, maka materi
yang cukup luas dan dikatakan siswa cukup sukar ini akan dapat terselesaikan
dengan baik dengan memanfaatkan teman satu kelompok.
Pada penelitian sebelumnya (Setiyawati, 2005), dijelaskan bahwa
dengan pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berpusat
pada siswa di mana peran aktif siswa dan guru dalam menciptakan suatu
lingkungan belajar yang kondusif yang sangat berpengaruh pada hasil belajar
4
siswa. Hasil–hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik–teknik
pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar
dibandingkan dengan pengalaman–pengalaman belajar individual atau
kompetitif. Kompetensi dasar siswa yang mencapai hasil belajar sebesar 75%
atau lebih sebesar 82,60% dengan penilaian mencakup segi kognitif, afektif
maupun psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas dan dari hasil penelitian-penelitian
sebelumnya yang telah menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif efektif untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa maka
peneliti akan melakukan penelitian yang bekerja sama dengan guru bidang
studi Biologi untuk mencoba memberikan pengalaman belajar kepada siswa
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW pada
materi pokok klasifikasi makhluk hidup. Diharapkan pembelajaran melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW ini dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi pada umumnya dan pada
materi pokok klasifikasi makhluk hidup pada khususnya. Sehingga hasil dari
penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk pemilihan metode
pembelajaran yang tepat pada materi klasifikasi makhluk hidup maupun untuk
materi lainnya.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu adakah perbedaan efektifitas model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan JIGSAW dalam materi pokok klasifikasi
makhluk hidup di MTs NU Ungaran?
5
C. PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam
memahami serta mendapatkan pengertian yang jelas tentang judul
“Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan JIGSAW
dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Ungaran”,
maka diperlukan adanya penjelasan yang terperinci, yaitu:
1. Efektifitas
Efektifitas adalah dapat membawa hasil atau berhasil guna, atau ada
efeknya (akibat, pengaruh). Dalam hal ini yang dimaksud efektifitas
adalah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW dapat
berhasil meningkatkan pemahaman siswa sehingga mempengaruhi
hasil belajar siswa khususnya pada materi pokok klasifikasi makhluk
hidup.
2. Penerapan
Penerapan adalah pemasangan, pengenaan atau perihal mempraktikan
(KBBI, 1992). Yang dimaksud dengan penerapan di sini adalah
mempraktikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW
dalam kegiatan belajar mengajar biologi pada materi pokok klasifikasi
makhluk hidup.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Division) adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan
belajar kelompok, di mana siswa secara aktif melakukan diskusi, kerja
6
sama, saling membantu, dan semua anggota kelompok mempunyai
peran dan tanggung jawab yang sama.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW merupakan
pembelajaran dengan menekankan kegiatan belajar kelompok. Pada
model ini terdapat dua macam kelompok yaitu kelompok asal dan
kelompok ahli.
5. Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup
Dalam kurikulum 2006 mata pelajaran Sains untuk SMP dan MTs,
yang dipelajari pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup adalah
mengklasifikasikan atau mengelompokan makhluk hidup berdasarkan
ciri yang dimiliki.
Dengan demikian maksud judul di atas adalah untuk mengetahui
efektifitas model pembelajaran kooperatif STAD dan JIGSAW dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok klasifikasi makhluk
hidup.
D. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah untuk
mengetahui perbedaan efektifitas model pembelajaran kooperatif STAD
dan JIGSAW dalam materi pokok klasifikasi makhluk hidup di MTs NU
Ungaran.
7
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat yang berarti
yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi
masukan tentang cara belajar dengan model pembelajaran yang baru
dengan memanfaatkan teman satu kelompok sehingga siswa dapat
saling bertukar pikiran antara sesama anggota kelompok, saling
mendengarkan, saling menghargai pendapat orang lain, serta yang
terpenting dapat meningkatkan prestasi belajar Biologi pada materi
pokok klasifikasi makhluk hidup.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran Biologi materi pokok
klasifikasi makhluk hidup, mengenai model pembelajaran yang
digunakan.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan sebagai alternatif
pembelajaran dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan dan keterampilan
peneliti mengenai metode pembelajaran kooperatif (Cooperatif
Learning).
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
itu akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut:
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
melakukan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2003). Ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:
a. Perubahan terjadi secara sadar.
Ini berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu
atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan pada dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah, kecakapannya bertambah, dan kebiasaannya bertambah.
9
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak
belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat
menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga
kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan makin
banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang
bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan karena usaha individu sendiri.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan
bersifat menetap.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku
yang benar-benar disadari.
10
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar
sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya.
Untuk dapat belajar dengan baik maka diperlukan untuk menyusun
prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam
situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual.
1). Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a). Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional;
b). Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang
kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;
c). Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif;
d). Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
2). Sesuai hakikat belajar
a). Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya;
b). Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;
11
c). Belajar adalah proses kontinuitas (hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian
yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang
diharapkan.
3). Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a). Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa dapat mudah menangkap
pengertiannya;
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
4). Syarat keberhasilan belajar
a). Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang;
b). Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
Belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks, karena
keberhasilannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain faktor fisiologis, psikologis, lingkungan belajar dan
sistem instruksional (Slameto, 2003). Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
1. Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis seperti pendengaran dan penglihatan sangat
mempengaruhi segala kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini yang
12
termasuk kondisi fisiologis diantaranya yaitu kesegaran jasmani, keletihan,
kekurangan gizi, kurang tidur dan kesakitan yang diderita.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa
diantaranya adalah aspek intelegensi atau kecerdasan dan bakat, minat,
motivasi, perhatian, berpikir, ingatan atau lupa.
a. Intelegensi
Faktor intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu faktor
endogen yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar
siswa. Siswa yang intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai
prestasi yang baik.
b. Bakat
Mengarahkan pendidikan dan pelajaran yang sesuai dengan bakat
siswa, jika sangat perlu. Karena pelajaran yang dipaksakan tanpa
memperhatikan bakat-bakat yang ada akan menjauhkan siswa dari
kemungkinan tercapainya tujuan yang diharapkan. Intelegensi,
perhatian, minat dan bakat satu sama lain saling melengkapi, karena
belum tentu siswa yang intelegensinya tinggi, prestasi belajarnya
baik, kalau tidak mempunyai dorongan dan kemauan yang kuat.
c. Minat
Apabila bahan pelajaran sesuai dengan keinginan siswa, maka siswa
akan belajar dengan sungguh-sungguh, sebaliknya jika pelajaran
tidak menarik maka akan menimbulkan kelesuan pada minat belajar
13
siswa. Dalam hal ini membutuhkan peran penting guru dalam dengan
usaha dan bantuannya untuk meningkatkan minat belajar siswa pada
pelajaran yang diajarkan. Secara psikologis, minat dimasukkan
dalam kategori faktor yang mempengaruhi proses belajar hingga
hasil belajar pada diri siswa. Minat merupakan kekuatan potensial
yang dapat membangkitkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Minat dan konsentrasi belajar merupakan faktor yang berkaitan.
Konsentrasi sering ditimbulkan oleh adanya minat terhadap sesuatu
bahan pelajaran yang dipelajari. Konsentrasi yang baik apabila ada
perhatian terhadap bahan yang dipelajari. Perhatian itu muncul jika
ada minat, oleh karena itu siswa harus mempunyai minat yang besar
terhadap bahan yang dipelajari.
d. Motivasi
Motivasi adalah suatu kekuatan yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Motivasi dibedakan
menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi Intrinsik adalah keinginan bertindak atau keinginan
bertindak atau keinginan belajar yang disebabkan faktor pendorong
dari dalam diri individu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
motivasi belajar yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan
dari luar dalam hal ini adalah motivasi dari orang tua, guru, dan
teman sekolah.
14
e. Perhatian
Adanya perhatian siswa terhadap pelajaran yang dihadapi, sangat
penting untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik. Bahan belajar
yang tidak menarik perhatian siswa, akan membosankan. Karena
bosan siswa tidak mau belajar dan sebagai hasilnya, prestasi menjadi
rendah atau menurun. Untuk menimbulkan perhatian diperlukan
motivasi. Dalam hal ini orang tua di rumah sangat diharapkan
peranannya. Kalau kebosanan terjadi di sekolah maka guru dapat
mengarahkan agar perhatian siswa terhadap pelajaran ada.
f. Berpikir
Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru
secara mandiri, sehingga siswa diminta untuk memikirkan jawaban
pertanyaan tersebut untuk beberapa saat.
3. Faktor Lingkungan Belajar
Faktor lingkungan belajar menurut Slameto (2003) dapat
dibedakan menjadi beberapa faktor, diantaranya lingkungan dalam sekolah
dan lingkungan luar sekolah yang masing-masing dapat dibedakan lagi
atas lingkungan alam, lingkungan fisik dan sosial. Faktor lingkungan
belajar di dalam sekolah mencakup keadaan suhu, kelembaban dan
pertukaran udara serta cahaya dalam ruangan yang semuanya mencakup
sistem ventilasi dan penerangan ruangan.
Faktor lingkungan belajar di luar sekolah mencakup topografi,
flora, fauna, dan jenis mata pencaharian penduduk sekitar yang dapat
15
dijadikan sumber bahan belajar dan sumber inspirasi bagi warga sekolah
dalam menunjang proses belajar mengajar yang baik.
4. Faktor Sistem Instruksional
Aspek sistem instruksional yang dapat memepengaruhi proses belajar
mengajar adalah kurikulum, bahan belajar yang mempengaruhi strategi
belajar yang akan digunakan dan metode penyajian.
Secara umum faktor–faktor yang mempengaruhi proses dan
prestasi belajar dapat dilihat pada gambar berikut ini,
Gambar 1. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar.
B. PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran
kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat
saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya (Slavin, 1995
dalam Nur dkk, 2000).
16
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan
akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kepada siswa
diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan
baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya,
menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai
membantu yang lebih lemah, dst.
Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi dengan LKS yang
berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama bekerja
dalam kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya dan memberikan respon terhadap pendapat
temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing kelompok
menyajikan hasil pekerjaannya di depan kelas untuk didiskusikan dengan
seluruh siswa.
Ada empat prinsip pembelajaran kooperatif jika kita ingin
menerapkannya, yaitu:
1. Terjadinya saling ketergantungan secara positif (positive interdependence).
Siswa berkelompok, saling bekerja sama dan mereka menyadari bahwa
meraka saling membutuhkan satu sama lain.
2. Terbentuknya tanggung jawab personal (individual accountability). Setiap
anggota kelompok merasa bertanggung jawab untuk belajar dan
mengemukakan pendapatnya sebagai sumbang saran dalam kelompok.
17
3. Terjadinya keseimbangan dan keputusan bersama dalam kelompok (equal
participation). Dalam kelompok tidak hanya seorang atau orang tertentu
saja yang berperan, melainkan ada keseimbangan antarpersonal dalam
kelompok.
4. Interaksi menyeluruh (simultaneous interaction). Setiap anggota kelompok
memiliki tugas masing-masing secara proporsional dan secara simultan
mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan.
Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial
pada pembelajaran IPA. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain.
Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 siswa, dengan
kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari
campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat
untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman
yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan
kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang
berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.
Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri
diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya
menyelesaikan seluruh tugas. Siswa diminta menjelaskan jawabannya di
18
lembar diskusi siswa (LDS). Apabila seorang siswa memiliki pertanyaan,
teman satu kelompok diminta untuk menjelaskan, sebelum menanyakan
jawabannya kepada guru. Pada saat siswa sedang bekerja dalam kelompok,
guru berkeliling di antara anggota kelompok, memberikan pujian dan
mengamati bagaimana kelompok bekerja. Pembelajaran kooperatif dapat
membuat siswa menverbalisasi gagasan-gagasan dan dapat mendorong
munculnya refleksi yang mengarah pada konsep-konsep secara aktif.
Pada saatnya, kepada siswa diberikan evaluasi dengan waktu yang
cukup untuk menyelesaikan tes yang diberikan. Diusahakan agar siswa tidak
bekerjasama pada saat mengikuti evaluasi, pada saat ini mereka harus
menunjukkan apa yang mereka pelajari sebagai individu.
1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
motivasi siswa untu belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian
informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa
dikelompokan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru
pada saat siswa bekerjasama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari
pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan
mengetes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap
usaha-usaha kelompok maupun individu. Keenam fase pembelajaran
kooperatif dirangkum pada tabel berikut ini.
19
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
FASE KEGIATAN GURU Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks.
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.
Fase 4 Membantu kerja kelompok dalam belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Fase 5 Mengetes materi
Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasi-hasil pekerjaan mereka.
Fase 6 Memberikan penghargaan
Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
(Sumber : Nur dkk, 2000)
2. Keterampilan-keterampilan dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi
saja, tetapi siswa juga diajarkan keterampilan khusus yang disebut
keterampilan kooperatif (Nur dkk, 2000). Keterampilan kooperatif ini
berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan
hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota kelompok
20
selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara
lain sebagai sebagai berikut:
a. Keterampilan tingkat awal
1. Menggunakan kesepakatan
Menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang
berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok.
2. Menghargai kontribusi
Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang
dikatakan atau dikerjakan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap anggota kelompok tidak harus selalu setuju dengan anggota
lain, dapat saja dikritik oleh anggota lain dan kritikan ini ditujukan
terhadap ide dan tidak individu.
3. Mengambil giliran dan berbagi tugas.
Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok
bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas/tanggung
jawab tertentu dalam kelompok.
4. Berada dalam kelompok.
Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja
selama kegiatan berlangsung
5. Berada dalam tugas.
Artinya bahwa meneruskan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang
dibutuhkan.
21
6. Mendorong partisipasi.
Mendorong partisipasi artinya mendorong semua anggota
kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
7. Mengundang orang lain
Mengundang orang lain dalam hal ini adalah mengajak orang lain
untuk dapat bekerja sama, berpikir, dan bertukar pendapat serta
menyelesaikan tugas dalam kerja kelompok
8. Menyelesaikan tugas pada waktunya.
Tugas yang diberikan untuk didiskusikan dalam kelompok dapat
terselesaikan secara baik sesuai waktu yang ditentukan.
9. Menghormati perbedaan individu
Setiap individu dalam kelompok kemungkinan mempunyai
pendapat yang berbeda-beda, sehingga diharapkan individu lain
dalam keompok dapat menerima dan menghormati pendapat yang
berbeda tersebut.
b. Keterampilan tingkat menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan
simpati. Hal ini tergantung dari kreatifitas guru, bisa dengan
memberikan ucapan selamat atau memberikan hadiah, dan lain-lain.
Selain itu yang termasuk keterampilan tingkat menengah yaitu
mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara dapat diterima,
mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman,
menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, serta mengurangi situasi
tegang.
22
c. Keterampilan tingkat mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan
cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
3. Lingkungan belajar dan sistem manajemen.
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh
proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus
dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menetapkan suatu
struktur tingkat tinggi dalam pembetukan kelompok dan mendefinisikan
semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari
waktu ke waktu di dalam kelompoknya. Agar pelajaran dengan
pembelajaran kooperatif menjadi sukses, materi pelajaran yang lengkap
harus tersedia di ruang guru atau di perpustakaan atau di pusat media.
Keberhasilan juga menghendaki syarat dari menjauhkan kecenderungan
dalam kerja kelompok dimana terdapat siswa yang mendominasi dan siswa
yang hanya menggantungkan siswa lain dalam kerja kelompok tersebut.
4. Pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
Ada empat metode pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
yang dapat diterapkan dalam strategi pembelajaran, yaitu:
a. Student Teams Achievement Division (STAD).
Pembelajaran kooperatif ini terdapat tim-tim heterogen dimana siswa
saling membantu satu sama lain, belajar dengan menggunakan
berbagai metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis.
23
b. JIGSAW
Di dalam JIGSAW, setiap anggota tim bertanggung jawab untuk
menentukan materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya,
kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya
yang lain.
c. Investigasi Kelompok (IK)
Dalam model IK, siswa tidak hanya bekerja sama namun terlibat
merencanakan baik topik untuk dipelajari maupun prosedur
penyelidikan yang digunakan.
d. Pendekatan Struktural
Dalam pendekatan struktural, tim mungkin bervariasi dari 2 - 6
anggota dan struktur tugas mungkin ditekankan pada tujuan-tujuan
sosial atau akademik.
C. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
STAD (Student Team Achievement Division) merupakan model
pembelajaran kooperatif yang sederhana dan mudah diterapkan dalam
pembelajaran pada umumnya. Secara garis besar model ini terdiri dari 4
langkah, yaitu:
1. Pembentukan kelompok heterogen
Pembentukan kelompok ditentukan oleh guru. Guru lebih tahu siswa mana
yang pandai dan yang lemah. Secara heterogen (memperhatikan gender,
pandai-lemah, leader-anggota) guru membuat kelompok-kelompok kecil,
3-5 siswa untuk setiap kelompok.
24
2. Penjelasan materi dan kegiatan kelompok
Guru memberikan informasi kepada siswa berkenaan dengan kegiatan
yang akan dilakukan siswa serta relevansi kegiatan dengan materi
pelajaran. Pada saat penjelasan siswa sudah duduk dalam kelompoknya.
Selanjutnya, siswa melakukan diskusi sesuai arahan guru berdasarkan LKS
atau bentuk tugas yang lain. Jika terdapat kesulitan dalam hal interpretasi
petunjuk, siswa biasa minta bantuan guru.
3. Pelaksanaan kuis atau evaluasi
Setelah diskusi, guru memberikan tes/kuis yang harus dikerjakan oleh
siswa secara individu.
4. Pemberian penghargaan
Kelompok yang rata-rata nilai setiap anggotanya paling bagus pantas
diberi penghargaan. Hasil tes ini dapat digunakan sebagai dasar
pembentukan kelompok baru untuk topik selanjutnya.
25
Secara skematis, model STAD dapat dilihat pada gambar berikut.
Setiap kelompok tediri dari 4 orang siswa yang mempunyai nama kelompok tersendiri, tiap siswa mempunyai fungsi:
- siswa 1 menulis dan mambaca soal - Siswa 2 menerjemahkan dan
menggali maksud soal - Siswa 3 menjawab dan menulis
jawaban - Siswa 4 mengoreksi ulang soal dan
jawaban
PEMBENTUKAN KELOMPOK HETEROGEN
PEMBERIAN MATERI PELAJARAN DAN
KEGIATAN KELOMPOK
Guru memberikan penyajian suatu materi pelajaran melalui metode ceramah, pengamatan atau membahas buku teks, siswa sudah berada dalam kelompoknya
PELAKSANAAN KUIS DAN EVALUASI
Skor tes Sumbangan skor kelompok
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10 Skor sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (betul semua) 40
PEMBERIAN PENGHARGAAN
KELOMPOK
Jumlah skor masing-masing individu dijumlahkan dibagi dengan jumlah individu, sehingga didapat rata-rata nilai, dengan criteria penilaian: - Kelompok dengan skor rata-rata 15,
sebagai GOOD TEAMS - Kelompok dengan skor rata-rata 20,
sebagai GREAT TEAMS - Kelompok dengan skor rata-rata 25,
sebagai SUPER TEAMS Great Teams dan Super Teams diberikan penghargaan berupa semacam kartu ucapanatau yang lainnya bergantung kreativitas guru.
Gambar 2. Skema model Pembelajaran STAD (Saptono, 2003)
26
Sampai saat ini model pembelajaran kooperatif belum banyak
diterapkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran dikarenakan kebanyakan
pelajar atau guru enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan
yakni, menurut Slavin dalam Soewarso (1998) mengatakan adanya beberapa
masalah dalam menerapkan strategi belajar bersama di kelas yaitu ramai,
gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan penggunaan waktu yang
kurang efektif. Selain itu kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi pada
pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD bukanlah obat yang paling mujarab
untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil
b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berpikir tidak dapat
berlatih belajar mandiri
c. Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak
dapat dipenuhi
d. Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat
e. Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Meskipun ada banyak kelemahan yang timbul, menurut Soewarso
(1998) pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki keuntungan yakni:
a. Membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu
oleh anggota kelompoknya.
27
c. Menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan
pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk
kepentingan bersama.
d. Menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi serta menambah harga
diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi
siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
D. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Model pembelajaran JIGSAW dapat diterapkan pada pembelajaran
Biologi. Pada dasarnya, jika guru akan menerapkan model pembelajaran ini
yang perlu diperhatikan adalah topik yang memuat sub-sub topik. Pada model
JIGSAW ini terdapat 2 macam kelompok, yaitu kelompok asal/dasar dan
kelompok ahli.
28
Secara skematis langkah-langkah pembelajarannya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Kelompok as
χ & β
δ γ
χ & β
δ γ
χ & β
δ γ
χ & β
δ γ
χ & β
δ γ
χ χ χ
χ χ
Kelompok ahli
Gambar 3. Skema kerja kelompok pada model JIGSAW (Nur dkk, 2000)
Keterangan:
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok asal. Setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, tiap siswa diberi nomor.
2. Guru memberikan suatu permasalahan, pertanyaan atau dalam bentuk LKS.
3. Masing-masing siswa dalam kelompok asal yang sama mempelajari materi yang berbeda satu sama lain.
4. Siswa dari kelompok asal yang mempelajari materi yang sama, selanjutnya berkumpul dengan anggota kelompok lain guna membentuk kelompok gabungan (kelompok ahli). Dalam kelompok ahli, mereka membahas materi yang sama.
5. Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota dari kelompok ahli harus kembali ke kelompok asalnya. Anggota kelompok ahli dengan masing-masing materi yang dikuasai memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya.
6. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan secara acak kepada siswa dengan menyebutkan nomornya.
7. Selanjutnya diadakan tes individual. Seperti pada STAD, model JIGSAW juga memberi penghargaan kepada kelompok yang anggotanya memperoleh nilai tinggi.
29
Adapun kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe
JIGSAW adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
a. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara
siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda
b. Menerapkan bimbingan sesama teman
c. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
d. Memperbaiki kehadiran
e. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
f. Sikap apatis berkurang
g. Pemahaman materi lebih mendalam
h. Meningkatkan motivasi belajar
2. Kelemahan
a. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-
masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam
pelaksanaan diskusi.
b. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,
misal jika ada anggota yang hanya membonceng dan
menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang
belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah
posisi yang dapat menimbulkan gaduh.
30
E. MATA PELAJARAN BIOLOGI
1. Pengertian mata pelajaran biologi
Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai serta tanggung jawab sebagai seorang warga
negara yang bertanggungjawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa,
negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biologi
berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang pendidikan
Biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Oleh
karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan
proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar.
Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh
indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar
dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,
mengolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan
secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk
menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.
Pada dasarnya, pelajaran Biologi berupaya untuk membekali siswa
dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan
yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam.
2. Fungsi dan tujuan mata pelajaran Biologi
Mata pelajaran Biologi berfungsi untuk menanamkan kesadaran
terhadap keindahan dan keteraturan alam sehingga siswa dapat meningkatkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai warga negara yang
menguasai sains dan teknologi untuk meningkatkan mutu kehidupan dan
melanjutkan pendidikan (Depdiknas, 2003).
31
Depdiknas (2003) menyatakan bahwa mata pelajaran biologi bertujuan
untuk:
a. Memahami konsep-konsep Biologi dan saling keterkaitannya.
b. Mengembangkan keterampilan dasar Biologi untuk menumbuhkan nilai
serta sikap ilmiah.
c. Menerapkan konsep dan prinsip Biologi untuk menghasilkan karya
teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
d. Mengembangkan kepekaan nalar untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan proses kehidupan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan.
f. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan.
3. Standar kompetensi mata pelajaran biologi di SMP
Standar kompetensi menggambarkan kemampuan siswa yang sifatnya
terukur, yang harus dikembangkan selama proses pembelajaran. Standar
kompetensi yang digunakan pada materi pokok keanekaragaman makhluk
hidup adalah standar kompetensi 6 yaitu siswa mampu memahami
keanekaragaman makhluk hidup khususnya pada kompetensi dasar 6.2 yaitu
siswa mampu mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang
dimiliki dengan indikator yang akan dicapai adalah:
a. Siswa mampu membuat perbandingan ciri-ciri khusus tiap kingdom
b. Siswa mampu membedakan makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya
berdasarkan ciri khusus kehidupan yang dimilikinya.
32
c. Siswa mampu mendeskripsikan pentingnya dilakukan klasifikasi makhluk
hidup.
d. Siswa mampu mengklasifikasi beberapa makhluk hidup di sekitar berdasar
ciri yang diamati.
4. Materi pokok klasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidup dibagi menjadi 5 kingdom, sudah terjadi
perkembangan klasifikasi mulai dari 2 kingdom (hewan dan tumbuhan)
menjadi 2 kerajaan / kingdom yaitu hewan, tumbuhan dan protista, lalu
menjadi 4 kerajaan yakni tumbuhan, hewan, protista dan monera.
Klasifikasi 5 kingdom dikemukakan oleh Robert H. Whittaher
(1969). Yang mengelompokkan makhluk hidup menjadi 5 kingdom sebagai
berikut yaitu kingdom monera, kingdom protista, kingdom fungi, kingdom
plantae (bryophyta/lumut, Pteridophyta/paku, Gymnospermae/biji terbuka,
Angiospermae/biji tertutup yaitu dicotyl dan monocotyl serta kingdom
animalia yang terdiri dari invertebrata (porifera, coelenterata, platyhelminthes,
nematelminthes, annelida, mollusca, arthropoda, echinodermata) dan
vertebrata ( pisces, amphibia, reptilia, aves, mamalia).
Materi pokok klasifikasi makhluk hidup diberikan dalam 2 kali
pertemuan/ tatap muka. Setiap kali pertemuan waktunya adalah 2 x 40 menit.
a. Pada pertemuan I, materi yang diberikan adalah membedakan makhluk
hidup berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya baik pada tumbuhan
maupun hewan
33
b. Pada pertemuan II, siswa dapat mengelompokkan mahluk hidup
berdasarkan kingdomnya
F. HIPOTESIS
Hipotesis penelitian ini adalah ada perbedaan efektifitas model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW dalam materi pokok
klasifikasi makhluk hidup di MTs NU Ungaran Tahun Ajaran 2006/2007.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penentuan Obyek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs
NU Ungaran tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 141 siswa yang
tersebar dalam 3 kelas dari kelas VIIA sampai dengan kelas VIIC.
2. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak dua
kelas, yaitu kelas VIIA sebagai kelompok yang diberi perlakuan
pembelajaran kooperatif tipe STAD (kelompok A) yang terdiri dari 46
siswa, dan kelas VIIB sebagai kelompok yang diberi perlakuan
pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW (kelompok B) yang terdiri dari 49
siswa.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
dua cara, yang pertama pengambilan sampel dari populasi menggunakan
sampling bertujuan (purposive sampling) yaitu teknik sampling yang
digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-
pertimbangan tertentu dengan pengambilan sampelnya. Pengambilan
sampel dari populasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengambil subjek-subjek yang memiliki tingkat prestasi belajar yang
sama atau hampir sama, hal ini ditentukan berdasarkan hasil prestasi
35
akademik yang telah diperoleh pada materi-materi sebelumnya. Pihak
sekolah telah mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan lebih
ke dalam satu kelas yang disebut kelas unggulan yaitu kelas VIIC, dalam
hal ini kelas VIIC hanya digunakan sebagai kelas untuk uji coba
instrumen. Sedangkan Teknik pengambilan sampel untuk pemberian
perlakuan dengan pembelajaran STAD dan JIGSAW pada kelas VIIA dan
VIIB menggunakan sampel acak (random sampling) karena kedua kelas
ini mempunyai kemampuan yang berbeda antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain dan mempunyai rata – rata kelas yang hampir sama. Selain
itu pertimbangan pemilihan sampel juga terkait dengan guru pengampu
mata pelajaran biologi, jadi guru yang mengampu di dalam kelas sampel
harus sama. Pemasangan subjek penelitian tersebut bertujuan agar apabila
terjadi perbedaan mean pada kelompok A dan kelompok B tidak lain
disebabkan oleh perbedaan metode yang dicobakan.
3. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas, yaitu:
1). Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam materi pokok
klasifikasi makhluk hidup.
2). Penerapan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dalam materi
pokok klasifikasi makhluk hidup.
b. Variabel terikat, yaitu hasil penerapan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan JIGSAW pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup.
36
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester dua tahun ajaran
2006/2007 yaitu pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2007
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs NU Ungaran.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen atau
eksperimen pura-pura karena dilaksanakan pada dua kelompok tanpa
kelompok pembanding. Eksperimen ini merupakan penelitian atau
penyelidikan ilmiah di mana peneliti memanipulasikan dan mengendalikan
satu variabel bebas atau lebih, dan melakukan observasi terhadap variabel-
variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul seiring dengan
manipulasi variabel bebas tersebut. (Kerlinger, 2000).
D. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model dua
macam perlakuan pada dua kelompok eksperimen (Arikunto, 1989).
Adapun skema model tersebut sebagai berikut:
Keterangan :
E1 = Kelompok A dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
E2 = Kelompok B dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW
O1 = Observasi 1 (pre-test)
O2 = Observasi 2 (post-test)
E1 : O1 X O2 E2 : O1 X O2
37
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu
sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Observasi yang dilakukan
sebelumnya disebut pre-test (O1), dan observasi yang dilakukan sesudah
perlakuan disebut post-test (O2). Pada pre-test (O1) dan post-test (O2)
menggunakan soal yang sama, karena dengan soal yang sama maka
perbedaan hasil belajar dapat terlihat antara hasil belajar sebelum
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW
dengan hasil belajar sesudah dilakukan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW.
Pada pelaksanaan pembelajaran, mula-mula siswa diberi pretes,
kemudian hasilnya dianalisis. Pre-test dilakukan sebelum siswa diberi
materi klasifikasi makhluk hidup dengan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan JIGSAW. Langkah selanjutnya siswa diberi perlakuan yaitu
dengan pemberian materi pengelompokan makhluk hidup dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW. Setelah diberi
perlakuan yang cukup, siswa diberi post-test dengan soal yang sama
dengan soal pre-test. Hasil post-test dianalisis untuk melihat efektifitas
perlakuan pembelajaran yang telah diberikan.
E. Prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok dan masing-masing
kelompok diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif dalam dua kali
pertemuan/tatap muka dengan alokasi waktu 2 x 40 menit setiap kali
pertemuan.
38
Dua kelompok yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Kelompok A (kelas VIIA), yaitu kelompok yang mendapat perlakuan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
2. Kelompok B (kelas VIIB), yaitu kelompok yang mendapat perlakuan
Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW.
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebelum materi
diberikan siswa diberi pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Langkah selanjutnya sebelum memasuki pembelajaran, terlebih dahulu
guru menjelaskan tujuan dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
kemudian guru memberikan apersepsi untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan siswa tentang materi pokok klasifikasi makhluk hidup dengan
memberikan tanya jawab dan penjelasan materi secara terbatas. Dengan
STAD, guru membentuk kelompok heterogen yaitu dengan membagi
siswa ke dalam kelompok-kelompok dengan nama kelompok yang
berbeda-beda dengan jumlah anggota 5-6 siswa. Masing-masing anggota
mempunyai tugas yang berbeda. Ketika siswa sudah berada dalam
kelompoknya, guru memberikan penyajian materi pelajaran melalui
metode ceramah, pengamatan atau membahas buku teks. Selain itu siswa
juga diberikan Lembar Diskusi Siswa (LDS) yang berisi materi yang akan
dibahas dalam diskusi kelompok, semua kelompok membahas materi yang
sama. Hasil dari diskusi kelompok akan dipresentasikan di depan kelas
oleh masing-masing kelompok. Pada saat presentasi, semua siswa
diberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif seperti mengungkapkan
39
pendapatnya, mengkritik maupun memberi saran kepada kelompok yang
sedang melakukan presentasi. Setelah presentasi berakhir, dilaksanakan
kuis dan evaluasi yang menentukan skor individu, skor kelompok, dan
penghargaan kelompok.
Pada pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, awal pembelajaran
terlebih dahulu guru menjelaskan tujuan dan model pembelajaran
kooperatif tipe JIGSAW, kemudian guru memberikan apersepsi untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi pokok
klasifikasi makhluk hidup dengan memberikan tanya jawab dan penjelasan
materi secara terbatas. Pada dasarnya pelaksanaannya sama dengan
kelompok STAD, yang membedakan adalah pada pembelajaran ini
terdapat dua macam kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.
Pada pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, guru membagi siswa ke
dalam kelompok-kelompok dengan jumlah anggota kelompok asal adalah
8-9 siswa dan jumlah anggota kelompok ahli adalah 6-7 siswa. Pembagian
jumlah kelompok ini berdasarkan besarnya jumlah siswa dalam satu kelas.
Pada tahap selanjutnya, anggota dari tim-tim JIGSAW yang mendapat
tugas dengan topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik
tersebut, perwakilan anggota tim-tim JIGSAW ini selanjutnya dinamakan
tim ahli. Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali ke kelompok asalnya
dan menjelaskan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di dalam
kelompok ahli sehingga masing-masing anggota kelompok asal dapat
memahami materi secara keseluruhan yang telah disampaikan oleh tiap
40
anggota kelompok asal yang menjelaskan topik yang berbeda-beda.
Setelah setiap semua anggota kelompok memahami semua topik yang
telah didiskusikan, setiap kelompok diberi kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dan untuk
kelompok yang lain diberkan kesempatan untuk mengajukan pendapat,
mengkritik, maupun memberi saran terhadap kelompok yang melakukan
presentasi. Presentasi ini dilakukan secara bergantian dengan kelompok
yang lain dalam satu kelas. Kemudian dilanjutkan penegasan materi oleh
guru dan menentukan kesimpulan oleh guru dan siswa, setelahnya
diberikan soal mandiri untuk mengetahui kemampuan siswa. Pada akhir
pertemuan diberikan penugasan yang dikerjakan secara berkelompok,
penugasan ini berkaitan dengan materi yang akan disampaikan pada
pertemuan selanjutnya. Langkah-langkah yang sama juga diberikan pada
pertemuan berikutnya, hanya saja pada pertemuan akhir materi diberikan
post-test untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dari hasil post-test dapat
dilihat adanya penurunan ataupun peningkatan kemampuan pada masing-
masing siswa yang berbeda satu dengan lainnya. Dan hal ini juga
menentukan skor kelompok dan penghargaaan kelompok.
Data pada penelitian tersebut berupa skor hasil tes awal (pre-test)
dan tes akhir (post-test). Data tersebut kemudian dianalisis, dan digunakan
untuk mengukur tingkat efektivitas pembelajaran kooperatif dalam
meningkatkan hasil belajar.
41
Prosedur penelitian dapat dilihat pada skema di bawah ini,
Data tes awal siswa kelas VII smt 2 MTs NU Ungaran
Dipilih 2 kelas dengan kemampuan seimbang
Kelas STAD (kelompok A) Kelas JIGSAW(kelompok B)
Perangkat tes (tes hasil belajar)
Menganalisis hasil belajar dari tes hasil belajar
Gambar 4. Skema prosedur penelitian
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data penelitian (Arikunto, 1998). Metode
yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
metode tes. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 1998).
Dalam penelitian ini, tes dilakukan 2 kali yaitu tes awal untuk
mengukur kondisi awal sebelum diberi perlakuan (O1) dan tes akhir untuk
mengukur kondisi akhir setelah diberi perlakuan (O2) dengan
menggunakan soal tes yang sama tentang materi yang akan diberikan yaitu
materi klasifikasi makhluk hidup. Tes ini diberikan kepada kedua
42
kelompok. Butir-butir soal tes dibuat berdasarkan materi pokok klasifikasi
makhluk hidup kelas VII semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007.
G. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan instrumen penelitian
Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan
data (Arikunto, 1998). Ada juga yang menyebutkan bahwa instrumen
adalah alat yang dipakai untuk mendeteksi data, mengukur frekuensi dan
besarnya fenomena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk
mendeteksi data diperlukan suatu alat. Adapun alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes berbentuk obyektif pilihan ganda (multiple choice
test). Instrumen tes tersebut digunakan untuk mengukur tingkat
penguasaan materi responden pada tes awal dan tes akhir pada kedua
kelompok.
Uji coba instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
jenis uji coba terpakai, yakni soal tes yang diujicobakan melalui pre-test
pada salah satu kelas di luar kelompok sampel, yaitu kelompok kelas VIIC
sebanyak 50 siswa. Peneliti memilih kelompok ini dengan pertimbangan
kelas ini mempunyai prestasi yang paling baik diantara kelompok yang
lain.
Jumlah soal yang diujicobakan sebanyak 40 butir soal. Hasil uji
coba tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas,
reliabilitas, indeks kesukaran dan daya uji beda.
43
2. Analisis tes
a. Uji validitas
Instrumen yang baik, salah satu syarat yang harus dimiliki adalah
instrumen tersebut harus valid. Arikunto (1998) menyatakan bahwa
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika
mampu mengukur apa yang diinginkan.
Untuk mencari validitas butir soal tes digunakan kriteria
pembanding yang berasal dari alat ukur itu sendiri. Caranya adalah dengan
jalan mengkorelasikan skor jawaban dari tiap-tiap butir dengan skor total
butir. Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas alat
pengumpul data adalah teknik korelasi product moment dengan angka
kasar dari Pearson (Arikunto, 1998).
Adapun rumusnya adalah:
N Σxy - (Σx)(Σy) rxy =
√{NΣx²-(Σx)²}{NΣy²-(Σy)²} Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara x dan y
N : Jumlah subjek
x : skor butir
y : skor total butir.
(Arikunto, 1998)
44
Setelah diperoleh harga rxy berikutnya dikonsultasikan dengan
harga korelasi product moment (r tab ) dengan taraf signifikan 5%. Jika rxy
> rtab maka dikatakan butir tersebut valid, dan tidak valid jika berlaku
kebalikan (Arikunto, 1998).
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data,
karena instrumen tersebut sudah baik.
Untuk menghitung reliabilitas suatu instrumen digunakan rumus
K-R 20 yaitu:
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ Σ−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
−= 211 1
1 Spq
kkr
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
S² = Varians total
p = Proporsi subjek yang menjawab benar pada suatu butir (proporsi
subjek yang mendapat skor 1)
p = Banyaknya subjek yang skornya 1
N
q = Proporsi subjek yang mendapat skor 0
q = 1-p
Harga r11 selanjutnya dikonsultasikan dengan table r product
moment dengan taraf signifikan 5%. Jika r11 >r tab maka instrumen
tersebut reliabel, dan tidak reliabel jika berlaku sebaliknya (Arikunto,
1998).
45
c. Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran soal test dihitung dengan cara membandingkan
siswa yang menjawab soal dengan benar terhadap jumlah subjek
seluruhnya.
Rumus untuk menghitung taraf kesukaran soal adalah sebagai
berikut,
JSBP =
Keterangan:
P = taraf kesukaran soal
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi taraf kesukaran soal sebagai berikut:
P = 0,00 – 0,10 termasuk kategori soal sangat sukar
P = 0,11 – 0,30 termasuk kategori soal sukar
P = 0,31 – 1,70 termasuk kategori soal sedang
P = 0,71 – 0,9 termasuk kategori soal mudah
Soal dengan P > 0,9 termasuk kategori sangat mudah
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran sedang
(Arikunto, 1998).
d. Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan
siswa yang kurang pandai atau berkemampuan rendah (Arikunto, 1998).
46
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D.
Rumus untuk menentukan indeks daya pembeda adalah sebagai
berikut,
B
B
A
A
JB
JBD −=
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
Indeks daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Arikunto
(1998) menjelaskan bahwa butir-butir soal yang baik adalah butir-butir
soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Adapun
klasifikasi daya pembeda adalah:
D = 0,00 – 0,20 termasuk kategori jelek
D = 0,21 – 0,40 termasuk kategori cukup
D = 0,41 – 0,70 termasuk kategori baik
D = 0,71 – 1,00 termasuk kategori baik sekali (Arikunto,1998).
Dalam penelitian ini butir-butir soal yang digunakan adalah butir-butir
soal yang memiliki kriteria daya pembeda cukup, baik, dan baik sekali.
47
H. Metode Analisis data
Dalam penelitian ini, metode analisis data dimaksudkan untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar dan teknik pembelajaran yang
digunakan yang lebih efektif antara pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW pada materi klasifikasi
makhluk hidup. Oleh karena itu, yang dilakukan dalam analisis data ini
adalah mencari rerata skor pre-test dan post-test pada kelompok A, rerata
skor pre-test dan post-test pada kelompok B, jumlah deviasi kuadrat dari
mean perbedaan, dan uji T (T-test) untuk mencari efektifitas penerapan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW dalam pembelajaran
tentang klasifikasi makhluk hidup. Pada penelitian ini dilakukan pengujian
data pra-penelitian yaitu pengujian terhadap data yang diperoleh sebelum
perlakuan dan pengujian data penelitian yaitu pengujian terhadap data
yang diperoleh sesudah perlakuan.
1. Pengujian data pra-penelitian
Sebelum suatu penelitian dilakukan terlebih dahulu diadakan
matching antara kelompok A dan kelompok B “diseimbangkan” lebih
dahulu sehingga keduanya berangkat dari titik yang sama (Hadi, 1992).
Penyepadanan ini dapat dilakukan dengan Matched Group Design atau
M-G.
Dalam penelitian ini, matching dilakukan terhadap nilai hasil
belajar siswa yang diambil dari nilai pre-test.
48
Pola M-G terdiri dari tiga langkah yaitu:
a. Mean Matching
Mean matching adalah persamaan dari kelompok yang turut dalam
eksperimen yaitu kelompok A dan kelompok B. Apabila mean kedua
kelompok itu sama atau hampir sama, maka dikatakan data telah
dimatching. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
1
11 ne
XeMe ∑=
2
22 ne
XeMe ∑=
Keterangan:
Me1 = Mean kelompok A (STAD)
Me2 = Mean kelompok B (JIGSAW)
∑ 1Xe = Jumlah skor kelompok A
∑ 2Xe = Jumlah skor kelompok B
ne1 = Banyaknya anggota kelompok A
ne2 = Banyaknya anggota kelompok B
b. Varian Matching
Varian matching digunakan untuk mempersamakan antara varian dari
kedua kelompok. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
( )k
bkb V
Vnnf =−− 1,1
Keterangan:
Vb : varians yang lebih besar
Vk : varians yang lebih kecil
(Hadi, 1992).
49
Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap data yang ada
dibandingkan dengan nilai F tabel distribusi F dengan taraf signifikansi
5% sehingga dapat diketahui apakah varian-varian tersebut berbeda
atau tidak. Jika Fdata < Ftabel maka dikatakan kedua kelompok berasal
dari populasi yang sama.
c. t- Matching
t- Matching merupakan perpaduan antara mean matching dan varian
matching. Rumus yang digunakan dalam t- matching adalah sebagai
berikut:
22
12
21
MeSDMeSDMeMet+
−=
Derajat kebebasaan dalam rumus ini adalah 221 −+ nn dengan:
1,
1 2
22
22
1
12
12
−=
−=
nMeSDMeSD
nMeSDMeSD
Keterangan:
1Me : mean kelompok A
2Me : mean kelompok B
12MeSD : varian matching kelompok A
22MeSD : varian matching kelompok B
1n : banyaknya anggota kelompok A
2n : banyaknya anggota kelompok B
(Hadi, 1992).
50
Nilai data ini dikonsultasikan dengan t tabel dengan derajat
kebebasan dk = 221 −+ nn . Jika t data lebih besar daripada t tabel maka
kedua kelompok telah sepadan.
2. Pengujian data penelitian
a. Uji normalitas
Untuk mengetahui data yang dianalisa berdistribusi normal atau tidak.
Digunakan rumus Chi-Kuadrat.
( )2
1
2
i
ii
iE
EOkx −=∑=
Keterangan:
X² : Chi Kuadrat
iE : frekuensi yang diharapkan
iO : frekuensi pengamatan
Jika X² hitung < X² tabel dengan derajat kebebasan dk = k – 3
maka data berdistribusi normal (Sudjana, 1996).
b. Uji homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
memiliki tingkat varians data yang sama atau tidak. Untuk menguji
kesamaan dua varians data dari kedua kelompok rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
terkecilianterbesarianF
varvar
=
(Hadi, 1992).
51
Nilai F yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan F
tabel yang mempunyai taraf signifikansi = 5%. Ho diterima jika
Fhitung < Ftabel dan Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel.
c. Uji hipotesis
Untuk menguji perbedaan rata-rata maka pasangan hipotesis yang
akan diuji yaitu:
Ho : μ1 = μ2
Ho : μ1 ≠ μ2
Maka digunakan rumus:
21
21
11nn
xxts +
−=
dengan:
( ) ( )2
21
21
2
112
2)11
−+−+−
=nn
snsns
Terima Ho jika )21(2/11)21(2/11 nnnn ttt +−+− ≤≤− αα
(Sudjana, 1996)
Uji t ini digunakan apabila kedua kelompok mempunyai varians
yang sama, apabila secara signifikan terjadi perbedaan varians
maka uji t yang digunakan adalah:
2
22
1
21
2211'
ns
ns
twtwt
+
=≥
52
Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika diperoleh:
21
2211'ww
twtwt++
≥
dengan:
2
2
22
2
1
11 ,
nsw
nsw ==
)11)(1(1 −−= ntt α )12)(1(2 −−= ntt α
Keterangan:
1x : nilai rata-rata kelompok A
2x : nilai rata-rata kelompok B
: varians data pada kelompok A 21s
22s : varians data pada kelompok B
1n : banyaknya subjek pada kelompok A
2n : banyaknya subjek pada kelompok B
d. Uji ketuntasan hasil belajar
Setelah melalui pengujian data pra-penelitian dan data penelitian,
maka dilanjutkan dengan uji ketuntasan belajar yaitu untuk
mengetahui sejauh mana suatu metode pengajaran berperan dalam
meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran
secara tuntas, sehingga metode tersebut dikatakan efektif. Seorang
siswa dikatakan tuntas belajar apabila siswa tersebut telah
mencapai nilai standar yaitu telah mencapai daya serap lebih dari
atau sama dengan 65. Jika siswa tersebut tidak mencapai nilai 65
maka siswa tersebut dikatakan tidak tuntas belajar sehingga perlu
perbaikan dan pengayaan.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Hasil Uji Coba
a. Validitas soal
Berdasarkan perhitungan diperoleh r hitung, kemudian
dikonsultasikan dengan r tabel = 0,291. Item soal dikatakan valid jika r
hitung > r tabel. Perhitungan validitas dapat dilihat pada lampiran 34
tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba
Uji Validitas Nomor soal Jumlah soal
Valid 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39
35
Tidak valid 5, 13, 23, 28, dan 40 5 Jumlah 40
Sumber: Data penelitian 2007, diolah.
b. Reliabilitas soal
Dari perhitungan diperoleh r11 = 0,841 (lampiran 33) dengan
taraf signifikan 0,05 dan n = 46 didapat r tabel = 0,291. karena r 11 > r
tabel maka tes tersebut reliabel.
54
c. Daya Pembeda soal
Empat puluh soal yang diujicoba, ada soal yang termasuk
kategori jelek, cukup, dan baik. Daya pembeda pada soal uji coba
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Daya Pembeda Soal Uji Coba.
Daya Pembeda Nomor soal Jumlah soal
Jelek 13, 23, 28, 40 4 Cukup 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
16, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 34, 35, 36, 37, 38, 39
31
Baik 14, 15, 19, 32, 33 5 Jumlah 40
Sumber: Data Penelitian 2007, diolah.
d. Tingkat kesukaran
Empat puluh soal yang diujicoba, ada soal yang termasuk dalam
kategori sukar, sedang dan mudah. Tingkat kesukaran dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba.
Tingkat kesukaran
Nomor soal Jumlah soal
Mudah 1, 4, 7, 30, 34, 37 6 Sedang 2, 3, 5, 6, 8, 10, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 25, 26, 27, 29, 31, 32, 33, 36, 39 23
Sukar 9, 11, 12, 13, 16, 23, 24, 28, 35, 38, 40 11 Jumlah 40
Sumber: Data Penelitian 2007, diolah.
55
2. Analisis Hasil Penelitian
a. Analisis Data Pra-penelitian
1. Mean Matching
Dalam mencari mean dimaksudkan untuk mencari persamaan
rata-rata kedua kelompok. Rata-rata kedua kelompok dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5. Hasil Mean Matching Kelompok Eksperimen.
Kelompok Mean Keterangan Kelompok A 45,714 Kelompok B 44,315
Kemampuan awal siswa hampir sama
Sumber: Data Penelitian 2007, diolah.
Dari perhitungan diperoleh mean pada kelompok A yaitu 45,714
dan mean pada kelompok B yaitu 44,315 (lampiran 41). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa hampir ada kesepadanan rata-rata nilai pre-test
dari kedua kelompok.
2. Varians Matching
Varians matching ini dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan
varians kedua kelompok. Hasil uji kesamaan dua varians nilai pre-test
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Hasil Varians Matching Kelompok Eksperimen.
Kelompok Varians dk F hitung F tabel Kelompok A 47,528 45 Kelompok B 79,633 48
1,675 1,795
Sumber: Data Penelitian 2007, diolah.
56
Hasil perhitungan uji kesamaan varians diperoleh F hitung = 1,675 < F
0,05(45,48) = 1,795 (lampiran 41). Karena F hitung < F tabel dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok tidak berbeda variannya.
3. t-Matching
Perhitungan t-matching ini dimaksudkan untuk mengetahui
kesamaan rata-rata nilai pre-test dari kedua kelompok. Hasil dari
perhitungan t-matching dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Hasil Uji t-matching
Kelompok Mean Varians dk t hitung t tabel Kelompok A 45,714 47,528 Kelompok B 44,315 79,633
93 - 0,85 1,99
Sumber: Data Penelitian 2007, diolah
Dari perhitungan diperoleh hasil t hitung = - 0,85 (lampiran 41). Pada
taraf signifikasi 5% dengan dk = 46 + 49 - 2 = 93 diperoleh F (0,05)(93)
= 1,99. Dengan demikian t hitung < t tabel dan terletak pada daerah
penerimaan -1,99 < t < 1,99. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
kelompok homogen yaitu tidak berbeda nilai rata-rata pre-testnya atau
dapat dikatakan bahwa kedua kelompok memiliki kesepadanan dalam
kemampuan awal. Kemampuan awal yang homogen ini
memungkinkan kedua kelompok dapat dibandingkan secara langsung.
b. Analisis Data Penelitian
1. Uji normalitas data hasil belajar siswa
Hasil uji normalitas data post-test dari kedua kelompok dapat
dilihat pada tabel berikut:
57
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar
Sumber variasi Kelompok A Kelompok B x² hitung 2,4584 1,7331
dk 3 3 x² tabel 11,34 11,34 Kriteria Normal Normal
Sumber: Data Penelitian 2007, diolah.
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh x² hitung untuk
kelompok A sebesar 2,4584 (lampiran 45) dan kelompok B sebesar
4,7331 (lampiran 46). Kedua nilai tersebut lebih kecil dari x² tabel pada
taraf kesalahan 5% dengan dk = 3 yaitu 11,34 yang berarti bahwa
kedua data tersebut berdistribusi normal. Hasil analisis ini dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam analisis selanjutnya yaitu
menggunakan statistika parametrik (uji t) atau t-test karena uji
normalitas merupakan uji pra syarat analisis t-test. Apabila data yang
diperoleh berdistribusi normal, maka menggunakan uji t dapat
dipertanggungjawabkan dan kemudian dapat digunakan statistik
parametrik untuk pengujian hipotesisnya.
2. Uji kesamaan dua varians nilai hasil belajar
Hasil uji kesamaan dua varians data post-test atau hasil belajar
antara kelompok A dan kelompok B dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Hasil Belajar
Kelompok Varians dk F hitung F tabel Kelompok A 31,9257 45 Kelompok B 69,4113 48
2,1741 2,1489
Sumber: Data Penelitian 2007, diolah.
58
Hasil uji kesamaan dua varians data nilai hasil belajar Biologi
pada siswa kelas VII MTs NU Ungaran yang menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dalam materi pokok klasifikasi
makhluk hidup memperoleh F hitung = 2,1741 sedangkan
F(0,005)(45:48) = 2,1489 (lampiran 47). Karena F hitung ≤ F
(0,005)(45:48) berarti tidak ada perbedaan atau ada kesamaan dua varians
data hasil belajar Biologi antara kelompok A dengan B. Dengan
adanya kesamaan antara dua varians dari dua kelompok tersebut, maka
uji t dapat dilakukan untuk uji hipotesis. Rumus uji t yang digunakan
ketika kedua kelompok mempunyai varian yang sama adalah uji dua
pihak.
3. Uji perbedaan rata-rata hasil belajar siswa
Hasil uji perbedaan rata-rata data post-test antara kelompok A
dan kelompok B dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar.
Kelompok Rata-rata dk t hitung t tabel Kriteria Kelompok A 69,01 Kelompok B 64,14
93 3,31 2,88 Berbeda
Sumber: Data Penelitian 2007, diolah.
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh t hitung = 3,31 lebih besar
dari t tabel = 2,88 untuk α = 5% dengan dk = 93 (lampiran 48), berarti
ada perbedaan hasil belajar Biologi pada materi pokok klasifikasi
makhluk hidup antara penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan tipe JIGSAW pada siswa kelas VII MTs NU Ungaran
59
tahun ajaran 2006/2007. Ditinjau dari rata-rata hasil belajar yang
diperoleh terlihat bahwa hasil belajar kelompok A yang mendapatkan
pengajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (69,01)
lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang mendapat pengajaran dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW (64,14).
4. Uji ketuntasan hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil uji ketuntasan hasil belajar siswa yang
mendapatkan pengajaran dengan metode kooperatif tipe STAD telah
mampu mengantarkan siswa mencapai ketuntasan hasil belajar siswa
ditunjukkan dari persentase siswa yang mencapai nilai 65 atau lebih
sebesar 86,96% sedangkan pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe JIGSAW juga mampu mencapai ketuntasan hasil
belajar siswa yang ditunjukkan dari persentase siswa yang mencapai
nilai 65 atau lebih sebesar 71,74% (lampiran 49).
Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih efektif untuk diterapkan dalam
pembelajaran Biologi khususnya pada materi pokok klasifikasi
makhluk hidup karena dapat atau mampu meningkatkan hasil belajar
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar dari penerapan metode
kooperatif tipe JIGSAW. Pada dasarnya kedua metode pembelajaran
60
kooperatif ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan mampu
mengantarkan siswa untuk mencapai ketuntasan hasil belajar Biologi.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data pra-penelitian yang berupa analisis
nilai pre-test dapat diketahui bahwa kedua kelompok mempunyai
kesamaan kemampuan rata-rata dan tidak mempunyai perbedaan varian
yang signifikan dengan mean matching kelompok A sebesar 45,714 dan
mean matching kelompok B sebesar 44,315 (lampiran 41), sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai keadaan awal yang sama.
Setelah kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan yang berbeda yaitu
kelompok A diberikan pengajaran dengan metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan kelompok B diberikan pengajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, maka pada akhirnya ditemukan
adanya perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Biologi
dalam materi pokok klasifikasi makhluk hidup di MTs NU Ungaran. Hal
ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar yang diperoleh kelompok A
(69,01) lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang mendapat pengajaran
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW (64,14) dengan t
hitung = 3,31 lebih besar dari t tabel = 2,88 (lampiran 48).
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD
Strategi ini dinilai lebih efektif meningkatkan keberhasilan dalam
mempelajari mata pelajaran Biologi materi pokok klasifikasi makhluk
hidup. Informasi hasil pengajaran kooperatif tipe STAD telah mampu
61
memberikan gambaran yang jelas kepada siswa sehingga siswa dapat
memahami materi pelajaran yang diajarkan melalui diskusi dalam
kelompok-kelompok kecil.
Secara umum penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD
hampir sama dengan belajar kelompok biasa yang selama ini sering
digunakan dalam proses belajar mengajar. Hal yang membedakan adalah
adanya skor perkembangan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
perhitungannya berdasarkan skor dasar yang diperoleh siswa saat tes
mandiri. Skor perkembangan yang diperoleh tiap siswa bisa saja
mengalami kenaikan ataupun penurunan tergantung kemampuan siswa
dalam memahami materi yang sedang diajarkan. Besarnya skor rata-rata
tiap kelompok akan menentukan tim mana yang terbaik dan untuk
menentukan besarnya tingkat penghargaan setiap kemajuan masing-
masing kelompok STAD. Tujuan penghitungan skor perkembangan ini
adalah untuk meningkatkan motivasi setiap anggota kelompok untuk
menyumbangkan kemampuannya guna kemajuan prestasi kelompoknya.
STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya memberi
semangat dan saling tolong-menolong untuk mengembangkan
keterampilan yang diajarkan oleh guru. Siswa harus dapat menyemangati
anggota timnya untuk mengerjakan yang terbaik. Siswa yang
berkemampuan rendah akan merasa rendah diri.
Berdasarkan pertemuan I masih terdapat kekurangan selama proses
pembelajaran sebagai berikut, kelas belum terkondisikan dengan baik
62
karena model ini merupakan hal yang jarang dilaksanakan oleh guru.
Peran guru dalam membimbing siswa perlu ditingkatkan karena masih ada
beberapa kelompok yang belum memahami tugas yang harus diselesaikan
sehingga banyak siswa yang bertanya, bercerita sendiri, dan tidak aktif
dalam kelompoknya dan menimbulkan kegaduhan.
Dalam penyajian hasil diskusi kelompok oleh wakil dari setiap
kelompok belum disajikan dengan baik, suara yang dikeluarkan masih
pelan dan belum bisa dimengerti oleh teman sekelasnya dengan baik
sehingga terkesan menerangkan untuk dirinya sendiri. Reaksi dari siswa
atau kelompok lain juga belum ada karena masih belum ada siswa yang
bertanya atau menanggapi tentang penyajian dari kelompok yang
presentasi. Hal ini dikarenakan siswa masih merasa malu, takut salah,
ataupun tidak mampu untuk bertanya, mengajukan pendapat ataupun
kritik.
Pada Pertemuan I, kerjasama siswa dalam diskusi kelompok belum
terlaksana dengan baik karena masih banyak siswa yang pasif dalam
kelompoknya. Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I
belum dapat terlaksana dengan baik, sehingga masih perlu diperbaiki agar
kemampuan dalam memecahkan masalah dan bekerja sama dapat
ditingkatkan sehingga hasil belajar yang diperoleh pun dapat meningkat.
Selain itu keaktifan siswa pada pertemuan I hanya mencapai skor 47
(lampiran 32), walaupun sudah masuk dalam kategori baik tetapi masih
perlu ditingkatkan pada pertemuan selanjutnya.
63
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan II sudah lebih baik dari
pertemuan sebelumnya. Bimbingan guru secara individual ataupun
kelompok sudah ditingkatkan, karena siswa sudah banyak yang
memahami pembelajaran daripada pertemuan sebelumnya jadi pada
pertemuan II ini guru hanya memberikan bantuan pada kelompok yang
mengalami kesulitan. Siswa juga sudah mulai aktif dalam pelaksanaan
diskusi, kerjasama siswa sudah semakin baik karena siswa sudah
mengenal model pembelajaran yang dilaksanakan, partisipasi siswa sudah
baik dalam diskusi maupun dalam presentasi kelas, siswa sudah tidak
merasa canggung lagi untuk bertanya, mengajukan pendapat ataupun kritik
(lampiran 30). Hal ini ditunjukkan dari hasil keaktifan siswa pada
pertemuan II ini yaitu skor sebesar 57 yang dikategorikan sangat baik
(lampiran 32). Hubungan yang baik antara guru dengan siswa dan sesama
siswa dalam kelompok telah meningkatkan kerjasama yang baik sehingga
jumlah siswa yang mengalami kesulitan sudah berkurang.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan II sudah
seperti yang diharapkan, kemampuan atau hasil belajar siswa juga
meningkat. Selain itu dengan adanya penghargaan yang diberikan kepada
kelompok, siswa menjadi lebih termotivasi untuk lebih memahami materi
dan meningkatkan skor individu maupun skor kelompoknya. Hanya ada
sedikit hambatan pada pembelajaran ini yaitu adanya alokasi waktu yang
singkat menyebabkan waktu untuk pelaksanaan diskusi kelompok juga
64
singkat, sehingga hasil diskusi kurang maksimal walaupun pelaksanaannya
sudah baik.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW
Pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW menganut sistem
kegotongroyongan selain itu juga mengandung sistem kemandirian siswa,
serta menuntut peran aktif siswa agar dapat bertanggung jawab terhadap
bagian yang menjadi tanggung jawabnya. Ditinjau dari motivasi belajar,
dengan metode kooperatif JIGSAW yang diharapkan memberikan
motivasi lebih pada siswa dengan variasi belajar dimana adanya sistem
kegotongroyongan bagi siswa yang dapat mencegah timbulnya agresivitas
siswa dalam situasi kompetisi dan keterasingan individu tanpa
mengorbankan aspek kognitif (Lie, 2005) hal ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Kondisi yang berbeda ini diharapkan
mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena antar siswa saling
mendukung, saling membantu dan dengan mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif dari latar
belakang yang berbeda, menerapkan bimbingan antar teman sehingga
tercipta lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah yang dapat
membangun motivasi belajar pada siswa, serta akhirnya berdampak pada
hasil belajar.
Metode pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dapat membawa
siswa ke dalam suasana belajar yang baik karena siswa dapat secara aktif
bekerjasama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dalam
65
upaya menggali informasi dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
untuk meningkatkan pemahaman pada materi pokok yang sedang
dipelajari. Menurut pendapat Johson & Johnson (1989) dalam Lie (2005)
yang menyatakan bahwa suasana belajar kooperatif tipe JIGSAW
menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi, hubungan yang lebih
positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana
belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa.
Dalam pembelajaran kooperatif kerja sama dalam kelompok
memegang kunci keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW diperlukan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri maupun pembelajaran
siswa lain dalam kelompok maupun di luar kelompoknya. Siswa tidak
hanya dituntut untuk dapat menguasai materi untuk dirinya sendiri tetapi
juga dituntut untuk dapat menjelaskan pada siswa lain dalam
kelompoknya, sebab secara umum siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling
mendiskusikan konsep-konsep ini dengan temannya.
Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, guru
dapat secara langsung membimbing setiap individu yang mengalami
kesulitan belajar. Guru akan lebih mudah memberikan bantuan secara
individu ketika mengajar atau membimbing siswa pada kelompok kecil.
Pembelajaran ini mampu mengarahkan siswa untuk aktif dalam
memahami materi yang diajarkan yang pada akhirnya berdampak pada
66
tingginya penguasaan siswa pada materi yang sedang dipelajari dan
meningkatkan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dari hasil keaktifan siswa
pada pertemuan I ini yaitu sebesar 42 yang dikategorikan baik (lampiran
32).
Pada awal penelitian, siswa yang menjadi sampel merasa
kebingungan dengan adanya suatu metode tidak biasa mereka dapatkan,
namun dengan bimbingan guru, siswa mulai dapat memahami dan dapat
menyesuaikan diri dengan metode ini. Setelah dibentuk kelompok pada
pertemuan pertama, siswa langsung menempatkan diri pada kelompoknya
dan mengerjakan apa yang menjadi tugasnya. Bersama dengan teman
sekelompok mereka bekerjasama menyelesaikan tugas dan mengerjakan
LDS yang sudah dibuat guru sebagai bahan kontrol atas kemajuan yang
diperoleh siswa. Dengan adanya kebebasan yang lebih untuk beraktivitas,
proses pembelajaran terkadang mengalami gangguan dengan adanya siswa
yang saling mengganggu antar kelompok, namun hal ini dapat
dikendalikan dengan ketatnya pengawasan dari guru sehingga pada
pertemuan selanjutnya hal ini tidak terjadi lagi.
Pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri, dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompok asal.
Dalam hal ini siswa yang berkemampuan rendah saat menjelaskan materi
67
mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi yang dia pelajari
kepada anggota kelompok yang lain sehingga mengakibatkan tidak semua
materi dapat tersampaikan dengan baik. Walaupun tidak dapat
menjelaskan materi secara sempurna, teman lain dalam satu kelompok
tetap menghargai informasi yang diberikan bahkan jika perlu membantu
menambahkan. Semua siswa dalam satu kelompok telah menyadari bahwa
hasil diskusi kelompok tergantung dari kerjasama tiap anggotanya, jadi
mereka saling membantu karena semua itu akan sangat berpengaruh dalam
kemajuan kelompok. Adapun kesulitan yang lain adalah masih terdapat
adanya anggota kelompok yang tidak melaksanakan tugasnya sehingga
anggota kelompok yang lain agak merasa terganggu. Hal ini tidak
berlangsung secara berlarut-larut, karena guru langsung menegur secara
individu kepada siswa yang bersangkutan jadi siswa tersebut tidak merasa
dipermalukan di depan kelas dan siswa pun langsung menjadi sadar atas
kesalahannya. Dengan ketatnya pengawasan dari guru dan observer, siswa
menjadi lebih berhati-hati untuk tidak melakukan kesalahan yang sama
dan diskusi kelompok berjalan sebagaimana mestinya.
Kendala lain yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran ini
adalah alokasi waktu yang singkat sedangkan waktu yang dibutuhkan
dalam pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW ini cukup banyak karena
adanya perpindahan kelompok hingga dua kali yaitu pada saat perpindahan
dari kelompok asal ke kelompok ahli dan perpindahan dari kelompok ahli
ke kelompok asal yang menyita waktu yang cukup lama sehingga waktu
68
yang tersisa untuk memahami materi berkurang. Selain waktu yang tersita
banyak, pada saat perpindahan kelompok kelas menjadi kurang terkendali
karena hampir semua siswa ramai dan ada yang berebut tempat duduk
sehingga kelas menjadi gaduh.
Berdasarkan analisis hasil penelitian, kita ketahui bahwa hasil belajar
kelompok A lebih baik dari hasil belajar kelompok B. Hal ini disebabkan
karena kedua kelompok ini diberi perlakuan yang berbeda. Pada kelompok
A dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
kelompok B dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
JIGSAW. Pada dasarnya kedua model pembelajaran ini sangat baik untuk
diterapkan pada pembelajaran Biologi maupun mata pelajaran lainnya,
hanya kemungkinan materi yang digunakan dalam hal ini hanya cocok
digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kurang cocok
dalam pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, dan waktu yang dibutuhkan
pada kelompok B lebih lama dibandingkan pada kelompok A karena
adanya perpindahan kelompok hingga dua kali sehingga waktu yang
tersisa untuk memahami materi kurang dan hasil belajar yang diperoleh
pada kelompok B menjadi kurang maksimal.
Indikator dari keefektifan pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil
tes secara individual yang mampu memperoleh nilai di atas atau sama
dengan standar ketuntasan belajar minimal yaitu 65 tetapi juga ketuntasan
belajar secara klasikal yang mencapai sekurang-kurangnya 85% dari
jumlah peserta didik yang ada di kelas telah tuntas belajar sehingga dalam
penelitian ini dapat dikatakan kelompok A lebih efektif dibandingkan
69
dengan kelompok B karena kelompok A mencapai ketuntasan belajar
klasikal sebesar 86,96% sedangkan kelompok B hanya mencapai 71,74%
(lampiran 49). Selain itu, suatu proses pembelajaran dikatakan efektif
apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik,
maupun sosialnya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah dan kerjasama siswa dalam
kelompoknya. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pun
semakin meningkat pada setiap pertemuan.
Pada penelitian ini hipotesis penelitian sudah tercapai pada
pertemuan II. Walaupun demikian guru masih perlu memberikan
penguatan materi dan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan secara
individual karena siswa harus dilatih untuk berpikir mandiri. Tidak
selamanya siswa harus menyelesaikan masalah secara bersama-sama atau
kelompok. Selain itu dengan pemberian masalah yang berbeda dari tiap
kelompok juga menyebabkan pemahaman yang berbeda, siswa lebih
menguasai masalah yang dihadapi dalam kelompoknya sedangkan masalah
yang terdapat dalam kelompok lain siswa perlu pemahaman khusus. Selain
itu, tingkat aktifitas siswa pada pertemuan II ini juga sudah meningkat
dibandingkan dengan pertemuan I yaitu skor sebesar 55 yang
dikategorikan sangat baik (lampiran 32). Pada akhirnya, pembelajaran
kooperatif masih perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
70
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan efektifitas secara signifikan dan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif untuk diterapkan pada
materi pokok klasifikasi makhluk hidup daripada metode pembelajaran
kooperatif tipe JIGSAW karena hasil belajarnya lebih tinggi di MTs NU
Ungaran tahun ajaran 2006/2007.
B. Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis ajukan berkaitan dengan
hasil penelitian ini antara lain :
1. Guru hendaknya mempertimbangkan penerapan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan JIGSAW saat akan melaksanakan
pembelajaran Biologi khususnya materi pokok klasifikasi makhluk
hidup karena pembelajaran ini terbukti mampu meningkatkan hasil
belajar dalam materi pokok klasifikasi makhluk hidup di MTs NU
Ungaran.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW
agar mencapai hasil yang optimal, guru perlu melakukan penataan
ruang secara efektif untuk menghindari suasana gaduh saat
pembentukan kelompok, guru perlu meningkatkan keterampilan
71
kooperatif masing-masing kelompok agar kerja sama dalam kelompok
tidak macet, guru perlu mengembangkan keaktifan seluruh anggota
dalam kelompok.
3. Pihak sekolah hendaknya selalu memberikan dukungan kepada guru
dalam pengenalan model pembelajaran kooperatif secara dini pada
siswa.
4. Peneliti lain dapat melakukan penelitian serupa pada materi pokok
klasifikasi makhluk hidup, sehingga diperoleh informasi yang lebih
luas tentang keaktifan atau efektifitas penerapan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan JIGSAW dalam pembelajaran Biologi pada
siswa.
C. Keterbatasan
Penelitian ini dilakukan dengan sampel satu kelas untuk
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan satu kelas untuk pembelajaran
kooperatif tipe JIGSAW. Untuk memperoleh hasil yang lebih optimal
perlu dilakukan kajian secara ilmiah pada sampel yang lebih banyak.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1996. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
________ . 1989. Manajemen Penelitian. Jakarta: Depdikbud.
Darsono, M; Sugandhi, A; Dj. Martensi; R.K. Sutadi & Nugroho. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Anonim. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
. 2002. Ringkasan Kurikulum dan Hasil Belajar. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
. 2003. Kompetensi Dasar mata Pelajaran Sains SMP dan MTs. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.
Ibrahim & Syaodih, N. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Kerlinger, F.N. 2000. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Terjemahan. Yogyakarta: UGM Press.
Lie, Anita. 2005. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya Offset.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Nurjanah, Sumartini, Kusmayadi. 2004. Sains BIOLOGI untuk SMP Kelas 1. Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa.
Nur, Ibrahim, Rachmadiarti, Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNNESA University Press.
73
Saptono, Sigit. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Tidak diterbitkan.
Setiyawati, A. 2005. Peningkatan kualitas proses pembelajaran konsep klasifikasi dan keanekaragaman tumbuhan biji dengan strategi STAD pada siswa SMP Negeri 1 Semarang. Skripsi. Semarang: UNNES.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, N & Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, N. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Soewarso. 1998. ”Menggunakan strategi komparatif learning di dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial : Edukasi”. No. 01 hal. 16-25.
Wulandari, R. 2005. Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW Dan STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Pada Siswa Kelas II Semester I SMPN 13 Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi. Semarang: UNNES.
Yamin, M. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.