efektivitas kebijakan pemerintah dalam pendidikan …
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENDIDIKAN
TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL STUDI KASUS
SUKU ANAK DALAM KECAMATAN LIMUN KABUPATEN
SAROLANGUN PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Oleh :
IRMAWATI
NIM: SIP.162333
PEMBIMBING:
Dr. Agus Salim, S.Th.I., MA.,M. IR
Tasnim Rahman Fitra, S.Sy., M.H
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 1442 H / 2021 M
iii
PERSEMBAHAN
Dengan Rahmat Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang segala puji bagi
Allah, atas segala nikmat dan karunianya yang telah engkau berikan, ucapan rasa
syukur yang tiada hentinya pada-Mu ya Rabb, serta shalawat dan salam kepada
Nabi pilihan Mauhammad SAW dan para sahabatnya yang mulia.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada:
Ayahanda tercinta Bujang dan Ibunda tercinta Laila, Kakak tercinta Iraini dan
Adinda tersayang Intan Nur Aini sebagai tanda bakti rasa terima kasih atas segala
pengorbanan, curahan kasih sayang yang tak terhingga, nasihat, dorongan, dan
yang selalu menguatkan lewat do’a-do’anya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Teruntuk Dosen Pembimbing ku Bapak Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph.D
dan Bapak Tasnim Rahman Fitra, S.Sy., M.H yang telah membimbing dan
memberikan saran serta masukan demi selesainya skripsi ini.
Buat keluarga saya tersayang Queen yang telah mendukung dan memberikan
motivasi beserta do’anya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kawan-kawan IP C 2016, serta teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan
namanya satu-persatu yang mendukung, menyemangati, memotivasi, membantu
serta memberikan informasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Juga Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun, Dinas Sosial Kabupaten
Sarolangun, Tenaga pengajar serta seluruh masyarakat Suku Anak Dalam Dusun
Rena Mane Kecamatan Limun yang telah memberikan informasi serta bantuan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat baik untuk penulis maupun
pembacanya aamiin.
iv
MOTTO
ى اهلهات اله نه وا ال مه يأمركم ان تؤد
هالنا س وا ذا حكمتم بين ان الل
ا يعظكم به ان تحكموا با لعدل نعمها ان الل كا ن سميع
هان الل
ا بصير
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. An-Nisa: (3) 58)1
1 Q.S An-Nisa (3):58
v
ABSTRAK
Irmawati, SIP162333. Efektivitas Kebijakan Pemerintah Dalam Pendidikan
Terhadap Komunitas Adat Terpencil Studi Kasus Suku Anak Dalam
Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi
Skripsi bertujuan untuk mengetahui seberapa efektivitas Peraturan Presiden
Nomor 186 Tahun 2014 Tentang Pemberdayaan Sosial Terhadap Komunitas Adat
Terpencil (KAT) dalam bidang pendidikan. Sebagaimana kita ketshui bahwa
pendidikan merupakan faktor terpenting untuk membangun Sumber Daya
Manusia yang baik. Berdasarkan Pasal 53 ayat 1 tersebut warga Negara Indonesia
berhak untuk mendapatkan pendidikan dasar termasuk kedalamnya yaitu bagi
Komunitas Adat Terpencil (KAT) khususnya Suku Anak Dalam (SAD), sebagai
mana warga Negara Indonesia pada umumnya, Pendidikan yang formal dan
pendidikan yang layak. Terhadap KAT, terdapat suatu aturan yang mewadahi
untuk pemberdayaan KAT Tersebut yaitu Peraturan Presiden Nomor 186 Tahun
2014 Tentang Pemberdayaan Sosial Terhadap Komunitas Adat Terpencil (KAT).
Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana efektivitas penerapan
Peraturan Presiden RI No 186 tahun 2014 tentang pemberdayaan sosial terhadap
komunitas adat terpencil. Metode Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
dengan pendekatan yuridis. Teknik pengumpulan data melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi. Data dalam penelitian ini merupakan hasil dari
wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini yaitu: (1)
Program pemberdayaan sosial Suku Anak Dalam (SAD) di bidang pendidikan di
kecamatan limun yaitu: Pembangunan Sarana dan prasarana untuk Suku Anak
Dalam (SAD), Mempasilitasi Tenaga Pengajar, Memberikan Insentif Honor
Kepada Tenaga Pengajar, Memberdayakan Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD)
yang belum diberdayakan; (2) Dari empat program yang telah direalisasikan oleh
Pemerintah daerah ataupun Pemerintah desa untuk meningkatkan pendidikan bagi
Suku Anak Dalam (SAD) maka program ini sudah dapat dikatakan efektif, karena
rencana pembuatan program tersebut telah dilaksanakan dan sudah dicapai dengan
hasil yang begitu memuaskan baik pemeritah maupun masyarakat Suku Anak
Dalam (SAD) tersebut; dan (3) Faktor Penghambat Dalam Pencapaian Efektivitas
Program Pemberdayaan Suku Anak Dalam (SAD) ialah Kurangya kepedulian
orangtua terhadap pendidikan anak, kurangnya tenaga pengajar, dan kurangya
keinginan dari anak-anak SAD dalam menuntut ilmu dan faktor pendukung yakni
adanya dukungan dana dari Pemerintah Daerah, dukungan dari masyrakat dan
perekonomian yang memadai.
Kata Kunci: Efektivitas, Pemberdayaan, Suku Anak Dalam
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula iringan shalawat
serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Efektivitas Kebijakan Pemerintah Dalam
Pendidikan Terhadap Komunitas Adat Terpencil Studi Kasus Suku Anak
Dalam Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi”.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan
ilmu syariah dalam bagian pemerintahan dan juga memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan Ilmu
Pemerintahan pada Fakultas Syariah di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, Indonesia.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikitnya
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas
penulis ucapkan adalah jutaan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung penyelesaian skripsi ini,
terutama sekali kepada yang terhormat:
vii
1. Bapak Prof Dr. H. H Su’aidi Asy’ari, M. A, Ph.D sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag,. M.H sebagai Dekan Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph.D. sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik, Bapak Ruslan Abdul Gani.,S.H.M.Hum, sebagai Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan,Bapak Dr. H. Ishaq,
SH. M.Hum, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
4. Ibu Dr. Irmawati Sagala, S.IP.,M.Si Sebagai Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
dan Bapak Yudi Armansyah, M.Hum Sekretaris Prodi Ilmu Pemerintahan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph.D sebagai Pembimbing I.
6. Bapak Tasnim Rahman Fitra, S.Sy., M.H sebagai Pembimbing II
7. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Bapak dan Ibuk Karyawan/Karyawati Perpustakan Fakultas Syariah dan
Perpustakan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon agar jerih payah
Bapak/Ibu dan teman-teman semua menjadi amal shaleh bagi mereka semua dan
mendapatkan ridha Allah SWT serta mendapatkan balasan yang setimpal di hari
kemudian nantinya. Di samping itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyadari masih banyak terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan
viii
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini,
kepada Allah SWT kita memohon ampunan-Nya dan kepada manusia kita
memohon kemanfaatannya, semoga amal kebajikan kita ini dinilai seimbang oleh
Allah SWT.
Jambi, April 2021
Penulis
IRMAWATI
SIP.162333
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
LEMBARAN PERNYATAAN............................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN......................................................................... iii
PERSEMBAHAN.................................................................................................... iv
MOTTO.................................................................................................................... v
ABSTRAK............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR............................................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................................ x
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………..... 6
C. Batasan Masalah ……………………………………………....... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………………………………... 6
E. Kerangka Teori ………………………………………………….. 7
F. Tinjauan Pustaka ………………………………………………... 16
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………... 19
B. Pendekatan Penelitian …………………………………………... 19
C. Jenis dan Sumber Data ………...……………………………....... 20
D. Metode Pengumpulan Data ……………………………………... 21
E. Teknik Analisis Data ……………………………………………. 22
F. Sistematika Penulisan ...…………………………………………. 24
x
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Sarolangun ...………....................................... 26
B. Profil Desa Lubuk Bedorong …………………………...…....... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Program Pendidikan Bagi Suku Anak Dalam Di Kecamatan
Limun Kabupaten Sarolangun Berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 186 Tahun 2014……………………. 40
B. Efektivitas Program Pendidikan Bagi Suku Anak Dalam di
Kecamatan Limun ....…………………………………………
59
C. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Pencapaian
Efektivitas Program Pendidikan Suku Anak Dalam ……………..
63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………........ 66
B. Saran …………………………………………….......................... 67
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................... 71
CURRICULUM VITAE......................................................................................... 74
xi
DAFTAR SINGKATAN
SAD : Suku Anak Dalam
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
KAT : Komunitas Adat Terpencil
KK : Kartu Keluarga
LPHD : Lembaga Pengelola Hutan Desa
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
PMKS : Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
SARKO : Sarolangun Bangko
SDM : Sumber Daya Alam
TK : Taman Kanak-Kanak
TNBD : Taman Nasional Bukit Duabelas
xii
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1 Struktur Organisasi Pemerintahan di Desa Lubuk Bedorong ........ 31
Gambar. 2 Pendopo lokasi tempat belajar ............................................. 42
Gambar. 3 Suasana kegiatan belajar ................................................................
Gambar. 4 Seragam sekolah untuk anak SAD dari pemerintah setempat ........ 62
Gambar. 5 Wawancara penulis dengan salah satu responden .......................... 64
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah dan Distribusi Penduduk desa Lubuk Bedorong
Berdasarkan Jumlah Jiwa pada tahun 2019/ 2020........................................... 35
Tabel 2. Tata Guna Lahan Desa Lubuk Bedorong .......................................... 37
Tabel 3. Pemberdayaan Terhadap SAD ........................................................ 48
Tabel 4. Instrumen Pendataan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ... 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor terpenting untuk membangun Sumber Daya
Manusia yang baik. Melalui pendidikan, sebuah negara akan menjadi Negara yang
maju. Keberhasilan suatu Negara bukan semata-mata ditentukan oleh Sumber
Daya Alam (SDA) yang tersedia, akan tetapi banyak pula ditentukan oleh kualitas
Sumber Daya Manusianya (SDM).
Di Indonesia, Pendidikan adalah salah satu prioritas, dikarenakan setiap
tahun Indonesia menganggarkan 20% dari total Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Nasional (APBN). Pendidikan wajib selama 12 tahun di mulai tingkat
dasar, Tingkat menengah dan tingkat atas, Belum lagi pemerintah juga sekarang
menambah ada Pendidikan Usia Dini (PAUD), Dan Taman Kanak (TK). Pasal 31
ayat (2) UUD 1945 ( Pasca Perubahan ) menyebutkan bahwa : “Setiap warga
Negara wajib mengikuti pendidikan dasar, Sedangkan pemerintahan wajib
membiayai”. Pasal 31 ayat (3) dan (4) menegaskan bahwa “Pemerintah memiliki
kewajiban untuk mengusahakan penyelenggaraan pengajaran nasional dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memprioritaskan anggaran sekurang-
kurangnya 20 persen dari anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)”.
Dalam konteks pemenuhan hak atas Pendidikan, Negara menjadi pihak
utama yang bertanggung jawab untuk menjaminnya. Pada Pasal 53 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terhadap
1
2
penegasan bahwa negara dalam hal ini pemerintah memiliki tanggung jawab
memberikan biaya pendidikan atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus
bagi anak dari keluarga tidak mampu, dan anak yang bertempat tinggal di daerah
terpencil.
Pada Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002,
memperjelas bahkan pendidikan adalah hak dasar yang harus di penuhi tanpa
melihat latar belakang keluarga, suku, agama dan daerah. Berdasarkan Pasal 53
ayat 1 tersebut Suku anak dalam (SAD) termasuk warga Negara Indonesia dan
berhak untuk mendapatkan pendidikan dasar sebagai mana warga Negara
Indonesia pada umumnya, Pendidikan yang formal dan pendidikan yang layak.
Di Kabupaten Sarolangun terdapat Komunitas Adat Terpencil yang
disingkat (KAT), atau lebih di kenal oleh masyarakat setempat dengan nama
Suku Anak Dalam disingkat (SAD). Jumlah warga Suku Anak Dalam di
Sarolangun mencapai kurang lebih 2.372 jiwa. Mereka terbagi dalam 570 kepala
keluarga. Populasi SAD terdapat di 5 kecamatan, yakni kecamatan Air Hitam,
Sarolangun, Bathin VIII, Kecamatan Limun dan Mandiangin. Populasi paling
banyak ada di kawasan taman nasional bukit duabelas (TNBD) yang berada di
kecamatan Air Hitam mencakup 55 persen dari seluruh total warga SAD yang ada
di Sarolangun”.2
Terhadap KAT, terdapat suatu aturan yang mewadahi untuk pemberdayaan
KAT Tersebut yaitu Peraturan Presiden Nomor 186 Tahun 2014 Tentang
Pemberdayaan Sosial Terhadap Komunitas Adat Terpencil (KAT). Peraturan ini
dimaksudkan untuk mengembangkan kemandiriannya agar mampu memenuhi
2 . Al Amin Nurkasih, (Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun Terhadap
Pendidikan Suku Anak Dalam Untuk Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia), Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2019 hlm..5
3
kebutuhan dasarnya. Pada pasal 9 dijelaskan bahwa pelaksanaan pemberdayaan
sosial terhadap KAT dilaksanakan dalam bidang : pemukiman, administrasi
kependudukan, kehidupan beragama, kesehatan, pendidikan, ketahanan pangan,
penyediaan akses, kesempatan kerja, penyediaan akses lahan, advokasi dan
bantuan hukum, pelayanan sosial dan lingkungan hidup. Pemberdayaan pada
hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
berbagai aspek terutama aspek ekonomi, sehingga diharapkan mampu
menciptakan masyarakat yang secara mandiri dapat meningkatkan kemakmuran
dan kesejahteraan nya. Oleh sebab itu, pemberdayaan yang dilaksanakan perlu
diarahkan dengan memperhatikan segala aspek kehidupan terutama perekonomian
rakyat.
Pada Desa Lubuk Bedorong Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun,
masih terdapat suku Anak Dalam dan memiliki nama Desa sendiri yaitu Dusun
Rena Mane yang menjadi bagian dari komunitas adat terpencil. Mereka berjumlah
120 jiwa dengan 30 KK. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat suku Anak
Dalam adalah karet, petani, dan berburu. Hampir semua orang di suku Anak
Dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan karet, petani, baik berkebun,
memotong karet, dan lainnya. Bahkan kebiasaan warga suku Anak Dalam, adalah
berburu. Suku Anak Dalam adalah suku yang sulit merubah kebudayaannya,
sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan adalah apa yang mereka pelajari di
hutan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun telah berusaha meningkatkan
pendidikan dengan cara membangun sekolah-sekolah baik itu sekolah tingkat SD,
SMP, SMA/SMK/MA di setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Sarolangun.
4
Namun tampaknya perhatian bagi pendidikan untuk komunitas SAD belum
optimal. Selama ini, program pemberdayaan komunitas SAD lebih banyak
difokuskan di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Febi Rizka Eliza dan kawan-kawan, pemberdayaan
Komunitas Adat Terpencil SAD di bidang kesehatan yang telah dilakukan oleh
Pemerintah berupa pelayanan kesehatan langsung ke lokasi Komunitas Adat
Terpencil SAD, pengecekan kesehatan, pengobatan gratis, akses layanan ke
RSUD Raden Mattaher dan pembentukan kader yang membantu dalam proses
persalinan pada Komunitas Adat Terpencil SAD. Sedangkan pemberdayaan KAT
SAD di bidang kesejahteraan sosial telah dilakukan pemerintah dengan
menyediakan pemukiman bagi Komunitas Adat Terpencil SAD, memberikan
bantuan berupa makanan pokok dan ternak, membantu Komunitas Adat Terpencil
SAD dalam pendataan diri maupun keluarga dan membantu dalam proses
kemandirian SAD.3 Dari data ini tampak program pemberdayaan KAT SAD di
provinsi Jambi masih belum menyentuh bidang pendidikan.4
Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan, kalaupun progam
pemberdayaan SAD di bidang pendidikan di Desa One Mane Kec. Limun Kab.
Sarolangun sudah berjalan program tersebut masih belum efektif. Hal ini
dibuktikan dengan hanya 6 orang yang bersekolah dari 16 anak SAD yang
3
Berdasarkan observasi awal penulis, upaya yang telah Pemerintah lakukan belum
terealisasikan dengan baik. Hal ini disebabkan Komunitas Adat Terpencil SAD masih belum
mampu memberdayakan dirinya maupun keluarga secara mandiri. Komunitas Adat Terpencil SAD
hanya menerima bantuan dari Pemerintah tetapi belum dapat mengembangkan bantuan tersebut.
Selain itu terdapat juga kendala seperti kebijakan pemerintah melalui SK Gubenur Jambi dan SK
Bupati Sarolangun belum terlaksana dengan baik oleh anggota pokja KAT dikarenakan anggaran
tidak tersedia. 4
Febi Rizka Eliza dkk,2018, Peran Pemerintah terhadap program pemberdayaan
Komunitas Adat Terpencil suku anak dalam (SAD) di provinsi jambi Tahun 2018, jurnal Kesmas
Jambi, vol.2, No 1, Maret 2018, hlm 48.
5
seharusnya duduk di bangku sekolah.5 Masih sedikit dari masyarakat Suku Anak
Dalam yang mau untuk bersekolah. Selain itu juga sekolah yang digunakan untuk
pemberdayaan tersebut tampaknya terbengkalai, ditambah lagi peserta didiknya
yang suka pindah-pindah ke sekolah lain.6
Masalah lain yang juga terkait dengan tidak efektifnya program
pemberdayaan ini adalah kurangnya kesadaran Suku Anak Dalam akan
pentingnya pendidikan, dan terkadang menurut mereka, Pendidikan tersebut
bertentangan dengan ajaran leluhur yang ada di suku mereka, tidak penting,
kerena mereka hidup didalam hutan dan berburu dan tidak mencari pekerjaan di
luar.7
Beberapa masalah tersebut menunjukan kurang efektifnya program
pemberdayaan pendidikan suku anak dalam di desa lubuk bedorong, hal ini
kemudian memunculkan pertanyaan, bagaimana efektivitas penerapan peraturan
presiden RI no 186 thun 2014 tentang pemberdayaan sosial terhadap komunitas
adat terpencil.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana
keefektifan penerapan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 186 Tahun
2014 tentang Pemberdayaan Sosial Terhadap Komunitas Adat Terpencil dalam
bidang pendidikan. Penelitian ini berjudul “Efektivitas Kebijakan Pemerintah
Dalam Pendidikan Terhadap Komunitas Adat Terpencil Studi Kasus Suku
Anak Dalam Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi”.
5 Wawancara dengan Patlis, salah satu masyarakat suku anak dalam di kecamatan limun
Dusun Rena Mane pada tanggal 10 Oktober 2019 6 Wawancara dengan Patlis, salah satu masyarakat suku anak dalam di kecamatan limun
Dusun Rena Mane pada tanggal 10 Oktober 2019 7 Wawancara dengan Bapak Bayu , Kepala Desa Lubuk Bedorong, pada tanggal 10
Oktober 2019
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan pokok-
pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja program Pendidikan bagi Suku Anak Dalam di kecamatan limun
Kabupaten Sarolangun Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 186 Tahun 2014?
2. Apakah program pendidikan untuk bagi Suku Anak Dalam tersebut efektif ?
3. Apa saja faktor penghambat dan/atau pendukung pencapaian efektivitas
program pendidikan tersebut?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan penelitian, agar tidak terjadi perluasan pada pokok
pembahasan, penulis memfokuskan penelitian ini pada program pendidikan bagi
Suku Anak Dalam Rena Mane pada tahun 2018-2019 di dusun Rena Mane desa
Lubuk Bedorong Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang dicapai oleh
peneliti. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ingin mengetahui Apa saja program Pendidikan bagi Suku Anak Dalam di
kecamatan limun Kabupaten Sarolangun Berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 186 Tahun 2014
b. Ingin mengetahui Apakah program pendidikan untuk bagi Suku Anak
Dalam tersebut efektif
7
c. Ingin mengetahui Apa saja faktor penghambat dan/atau pendukung
pencapaian efektivitas program pendidikan tersebut.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini akan memberikan kegunaan bagi berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Adapun kegunaan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata-1 (S1) pada
jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Syariah, Universitas Islam Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
b. Secara akademisi dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya dan
kepada pembaca umumnya, dalam hal ini berkenaan dengan pemberdayaan
sosial terhadap komunitas adat terpencil khususnya di suku anak dalam
(SAD) di kecamatan limun.
E. Kerangka Teori
Adapun teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu teori
Evektifitas, pemberdayaan masyarakat dan pendidikan.
a. Teori Evektifitas
Konsep efektivitas menurut Harbani Pasolong, efektivitas pada dasarnya
berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini sebagai hubungan sebab akibat.
Sedangkan secara umum pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa yang menjadi penekan dari pengertian efektivitas berada pada
pencapaian tujuan. Ini berarti dapat dikatakan efektif apabila tujuan atau sasaran
yang dikehendaki dapat tercapai sesuai dengan rencana semula dan menimbulkan
efek atau dampak terhadap apa yang diinginkan atau diharapkan. Tingkat
8
efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana atau target yang
telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan
tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika usaha atau hasil pekerjaan yang
dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan, maka hal itu
dikatakan tidak efektif.8
Dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya
semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari
anggota serta merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan
menunjukkan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang
dicapai.9
Menurut Duncan yang dikutip Richard M. Steers dalam bukunya
“Efektivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai
berikut.10
1. Pencapaian tujuannya
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang
sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin
terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-
bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan
terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan
target kongktit.
2. Integrasi
8 Harbani pasolong, Teori Administrasi Publik, Bandung : Alfabeta, 2007. hal.28
9 Mariati Rahman, Ilmu Administrasi, Cet. Ke-1 (Makassar : Cv Sah Media, 2017), hlm. 41
10 Radita Arindya, Efektivitas Organisasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi”, (Surabaya:
Media Sahabat Cendekia, 2019) , hlm. 67 – 68.
9
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi
untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan
berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi.
3. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian
tenaga kerja.
b. Teori pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber-
menjadi kata”berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya
kekuatan, berdaya memiliki arti kekuatan. Kata “berdaya” apabila diberi awalan
pe- dengan mendapat sisipan –m- dan akhiran –an manjadi “pemberdayaan”
artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai kekuatan.11
Kata “pemberdayaan ” adalah terjemahan dari bahasa Inggris
“Empowerment”, pemeberdayaan berasal dari kata dasar “power” yang berarti
kekuatan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan “em”
pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber
kreativitas.12
Secara konseptual pemeberdayaan (emperworment) berasal dari kata
power (kekuasaan atau keberdayaan).13
Pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang. Khususnya kelompok rentan dan lemah sehinggamereka
11
Rosmedi Dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Alqaprit
Jatinegoro, 2006), hlm. 1
12 Lili Baridi, Muhammad Zein, M. Hudri, Zakat Dan Wirausaha, (Jakarta: CED)
13 Edi Sugarto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakayat Kajian
StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial,(Bandung: PT Ravika
Adimatama 2005), Cet Ke-1, hlm.57
10
memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: (a) memenuhi kebutuhan dasarnya
sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,
bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh
barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; (c) berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.14
Menurut beberapa pakar yang terdapat dalam buku Edi Suharto,
menggunakan difinisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara
pemberdayaan. Menurut Jim lfe dalam membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
yang lemah atau tidak beruntung.15
Masih dalam buku tersebut, person
mengatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang
menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam mengontrol dan mempengaruhi
terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Sedangkan
menurut Swift dan Levin dalam membangun masyarakat Memberdayakan
Masyarakat, pemberdayaanmenunjuk pada usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.16
14
Ibid, hlm. 58 15
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Danpekerja Sosial(Bandung: Ptrevika Aditam, 2005) Cet Ke-1, hlm 57
16 Ibid
11
Berdasarkan definisi pemberdayaan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pemeberdayaan adalah serangkaiaan kegiatan untuk memperkuan kukasaan
atau keberdayaan kelompok rentan dan lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan, sehingga mereka
memiliki keberdayaan dalam memenuhui kebutuhan hidupnya baik secara fisik,
ekonomi, maupun sosial seperti: kepercayaan diri, maupun menyampaikan
aspirasi, mempunyai mata pencahariaan, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
mendiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupanya.17
Adapun cara yang di
tempuh dalam malakukan pemberdayaan yaitu dengan memberikan motivasi atau
dukungan berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan bagi
masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka, meningkatkan kesadaran
tentang potensi yang di milikinya, kemudian berupaya untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki tersebut.
1. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan utama pemberdayaaan adalah memperkuat kekuasaaan masyarakat
khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi
internal (misalnya presepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal
(misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).18
Ada beberapa kelompok
yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi:
1) Kelompok lemah secara stuktural, naik lemah secara kelas, gender, maupun
etnis.
2) Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak, dan remaja penyandang
cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.
17
Ibid , hlm. 60 18
Soerjono Soekanto, Sosial Suatu Pengantar, (Jakarta, Rajawalipress, 1987), Cet. Ke @2, hlm. 75
12
3) Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah
pribadi atau keluarga.19
Menurut Agus Syafi‟i, tujuan pemberdayaan masyarakat adalah
mendirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan diri ke
arah kehidupan yang lebih baik secara seimbang. Karena pemberdayaan
masyarakat adalah upaya memperkuas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti
masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya.20
Payne mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan (empowerment),
pada intinya bertujuan: membantu klien memperolehdaya untuk mengambil
keputusan dan menemukan tindakan yang akan ia lakukan yang berkaitan dengan
diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan peribadi dan sosial dalam
melakuakan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui trasfer
daya dari lingkungannya.21
2. Tahapan pemberdayaan
Menurut Isbandi Rukminto Adi, pemberdayaan masyarakat memiliki 7
(tujuh) terhadap pemberdayaan, yaitu sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan: pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan,
yaitu: pertama, penyimpanan petugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat
yang bisa dilakukan oleh community woker, dan kedua penyiapan lapangan
yang pad dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.
19
Op. Cit, Edi Sueharto, hlm. 60 20
Ibid, hlm. 60 21
Op. Cit , Agus Ahmad Syafi‟i, hlm. 39
13
2) Tahapan pengkajian (assessment): pada tahapan ini yaitu proses pengkajian
dapat dilakukan secara individual melalui kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah
kebutuhan yang dirasakan (feel needs) dan juga sumber daya yang dimiliki
klien.
3) Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan: pada tahapan ini petugas
sebagai agen perubahan (exchange agent) secara partisipatif mencoba
melibatkan warga untuk berfikit tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat diharapkan
dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat
dilakukan.
4) Tahap pemfomalisasi rencanaaksi: pada tahapan ini agen perubahan membantu
masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan
kegiatan apa yang mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang
ada. Disamping itu juga petugas membantu untuk memfomalisasikan gagasan
mereka kedalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan
pembuatan proposal kepada penyandang dana.
5) Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan: dalam upaya
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peren masyarakat sebagai
kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah
dikembangkan. Kerjasama antar petugas dan masyarakat merupakan hal
penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik melenceng saat dilapangan.
14
6) Tahap evaluasi: evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga tersebut
diharpakan dalam jangka waktu yang pendek biasanya membentuk suatu
sistem komunitas untuk pengewasan secara internal dan untuk jangka panjang
dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
7) Tahap terminasi: tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan
secara formal dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan proyek
harus segera berhenti.22
Sedangkan menurut Gunawan Sumodiningrat, upaya untuk pemberdayaan
masyarakat terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu:
1) Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi mastyarakat itu
berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan
masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan.
2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam rangka
ini diperlukan langkah-langkah lebih positf dan nyata, serta pembukaan akses
kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi semakin
berdaya dalam memanfaatkan peluang.
3) Memberdayakan juga mengandung arti menanggulangi.23
Dalam pasal 1 ayat 2 Peraturan Presiden Nomor 186 Tahun 2014
tentang pemberdayaan sosial terhadap komunitas adat terpencil dijelaskan
bahwa, Komunitas Adat Terpencil (KAT) adalah kelompok sosial budaya yang
22
Ibid, hlm. 63 23
Ibid, hlm. 53
15
bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan
pelayanan baik sosial, ekonomi, maupun politik. Adapun ciri-ciri KAT
berbentuk komunitas terpencil, keterbatasan akses pelayanan sosial dasar,
tertutup, homogen, dan penghidupannya tergantung kepada sumber daya
alam.24
Salah satu suku yang termasuk dalam Komunitas Adat Terpencil adalah
Suku Anak Dalam.
Suku Anak Dalam atau dikenal juga dengan Orang Rimba atau suku
kubu adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di pulau sematera,
tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan, Mereka mayoritas hidup di
Provinsi Jambi dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 200.000 orang. Secara
garis besar di jambi mereka hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu
Orang kubu yang di utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30,
Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah Selatan Provinsi Jambi ( sepanjang jalan
lintas Sumatra).25
c. Teori Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan
kualitas manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2013 (dalam Suherman, 2011, hlm.
Tentang sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
24
Yulinawati, program pemberdayaan komunitas adat terpencil (kat di desa sungai tohor
barat kecamatan tebing tinggi timur kabupaten kepulauan meranti, Jurnal Online Mahasiswa
fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Riau (jom fisip UNRI), Vol. 4 No. 1- Februari
2017 hlm 2. 25
Suku Kubu. Wikipedia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Kubu. Diakses pada Rabu,
10 Desember 2019 Pukul 13.00
16
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jadi
pendidikan adalah proses pembelajaran yang dibutuhkan manusia untuk
mengarahkan, membimbing, memperbaiki dan mengembangkan potensi dirinya.
Sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kecerdasan, akhlak mulia dan
mampu menjadi individu yang kreatif dan menjadi makhluk sosial yang bisa
hidup bermasyarakat dengan lingkungan.26
Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan
sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian
alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat. Pola
perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian
berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai
“sunnatullah”.27
F. Tinjauan Pustaka
Dalam menyusun sebuah skripsi, tinjauan pustaka sangatlah dibutuhkan
dalam rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan dibahas oleh
penyusun skripsi. Tinjauan pustaka pada dasarnya mempunyai fungsi yakni
menyediakan kerangka teori bagi penelitian yang direncanakan, menyediakan
informasi terkait penelitian-penelitian, memberikan informasi tentang metode-
metode penelitian, menyediakan berbagai temuan dan kesimpulan dari peneliti
terdahulu, menambah percaya diri peneliti.28
Oleh sebab itu, setelah peneliti
melakukan tinjauan pustaka terhadap beberapa penelitian, ada beberapa yang
26
Subroto dan Yudiana. (2010:26). permainan Bolavoli. Bandung: FPOK Universitas
Pendidikan Indonesia. 27
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), hlm. 12
28 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Cet ke-2, (Jambi : Syariah Press dan Fakultas
Syariah IAIN STS Jambi, 2014), hlm. 26.
17
memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sebagai
berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ayu Nengseh dengan judul “Strategi Dinas
Pendidikan Untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia Suku Anak Dalam
studi kasus di desa Bajubang Batanghari.29
Penelitian ini dengan batasannya
hanya strategi Dinas Pendidikan dalam meningkatkan pendidikan suku anak
dalam di desa Bajubang tersebut.
2. Buku yang berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sukmareni
dan Hermayulis yang tertulis dalam buku dengan judul, “Rekam Jejak Sang
Sahabat Yusak Adrian Hutapea Pahlawan Pendidikan Orang Rimba”.30
Buku
ini adalah cerita langsung dari pendamping sekaligus pahlawan Pendidikan bagi
Suku Anak Dalam. Buku ini juga banyak bercerita bagaimana perjuangan
Yusak untuk memberi serta meningkatkan kesadaran pendidikan pada suku
anak dalam.
3. Artikel yang ditulis oleh Suyatno dan B.Mulyadi dengan judul “pemberdayaan
adat terpencil melalui pelayanan terpadu Di Rote Ndao, Provinsi nusa Tenggara
Timur.31
penelitian ini berfokus pada efektivitas dan efesiensi program
Pemberdayaan KAT.
4. Jurnal yang ditulis oleh Puji Hadayanti dengan judul “Pemberdayaan
masyarakat adat terpencil melalui model pendidikan luar sekolah”.32
penelitian
29
Dwi Ayu Nengsih, dengan judul “Strategi Dinas Pendidikan Untuk Meningkatkan
Sumber Daya Manusia Suku Anak Dalam studi kasus di desa Bajubang Batanghari., Mahasiswa
Ilmu Pemerintahan Fakultas yariah UIN STS Jambi. 30
Sukmareni dan Hermayulis, Rekam Jejak Sang Sahabat Yusak Adrian Hutapea
Pahlawan Pendidikan Orang Rimba, (Indonesia; KKI Warsi, 2013) 31
Suyatno dan B.Mulyadi dengan judul “pemberdayaan adat terpencil melalui pelayanan
terpadu Di Rote Ndao, Provinsi nusa Tenggara Timur. 32
Puji Hadiyanti, pemberdayaan masyarakat adat terpencil melalui model, pendidikan luar
sekolah, vol.4, No.2, Desember 2009
18
ini terlihat petapa bermanfaanya suatu model dalam proses pendidikan luar
sekolah, hal tersebut alamiah karena sipat model yang harus berupa gambaran
sistem fisik KAT yang sebagaimana komunitas yang lainya tidaklah sederhana.
Berdasarkan penjabaran penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang
akan penulis lakukan walaupun sama-sama berbicara mengenai suku anak dalam.
Pada penelitian yang disebutkan tadi yaitu secara berurutan : 1. fokus pada
strategi dinas pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia suku anak
dalam; 2. rekam jejak atau biografi Yusak dalam memberikan pendidikan kepada
Suku Anak Dalam; 3. lebih luas cakupan dari penulis karena program
pemberdayaan; dan 4. Pemberdayaan melalui model pendidikan luar sekolah.
Sedangkan penelitian penulis berfokus pada pendidikan terhadap suku Anak
Dalam sesuai dengan peraturan Presiden Nomor 186 tahun 2014.
Adapun persamaan penelitian penulis dengan penelitian yang telah
disebutkan tersebut yaitu berfokus pada pendidikan dan pemberdayaan terhadap
Komunitas Adat Terpencil. Terlebih pada dua penelitian awal, sama-sama
melakukan penelitian pada Suku Anak Dalam.
19
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Dusun Rena Mane Desa Lubuk Bedorong
Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.
B. Pendekatan penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang dilakukan dengan memakai
pendekatan Yuridis yang berarti penelitian yang menghasilkan data deskripsi
dengan cara memperoleh data secara langsung dari subjek sebagai sumber
pertama dalam penelitian lapangan mengenai tinjauan efektifitas dari pelaksanaan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 186 tahun 2014 tentang
pemberdayaan sosial terhadap komunitas adat terpencil di Kecamatan Limun.
Jenis pendekatan ini secara spesifik lebih bersifat deskriptif kualitatif,
metode deskriptif kualitatif ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang
baik, jelas, dan dapat memberikan data seteliti mungkin tentang objek yang diteliti
dalam hal ini untuk menggambarkan tentang efektifitas Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 186 tahun 2014 tentang pemberdayaan sosial
terhadap komunitas adat terpencil di Kecamatan Limun.33
33
Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarya: Pustaka Pelajar Offset, 2001), hlm. 8
19
20
C. Jenis dan sumber data
1. Jenis Data
Jenis data merupakan corak penelitian yang dipakai, apakah penelitian
lapangan, kepustakaan atau lain sebagainya.34
Adapun dalam penelitian ini
terdapat dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
1) Data Primer
Data primer adalah data-data yang diperoleh dari sumber pertama yang
pengambilanya dihimpun langsung oleh peneliti.35
Dalam hal ini data primer
berupa hasil yang penulis dapatkan melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung. Data sekunder ini
merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-
buku, literatur dan bacaan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu berupa
peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen, jurnal dan sebagainya.36
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut dapat
diperoleh dan sumber data ini sangatlah penting, karna kesalahan dalam
menggunakan dan memahami serta memilih sumber data maka data yang akan
diperoleh juga akan meleset dari apa yang diharapkan..37
34
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, Cet- 1,
(Jambi : Syariah Press Fakultas Syariah, 2010), hlm. 23 35
Riduwan, skala pengukuran variable-variabel penelitian (Bandung: Alfabeta, 2005),
hlm. 24 36
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 24 37
Bungin burhan, metodologi penelitian sosial: format-format kuantitatif dan kualitatif
(Surabaya: Airlangga, 2001), hlm. 129
21
Sumber data dalam penelitian yaitu sumber data kualitatif yaitu berupa
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lainnya. Oleh karena itu, dalam pengumpulan data pada pendekatan kualitatif
dikelompokan menjadi data primer (utama) dan data sekunder (tambahan).38
adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu jawaban dari
wawancara penulis dengan informan di lapangan, isi-isi dokumen dan buku-buku,
maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data primer untuk
keperluan penelitian. Menentukan metode yang digunakan untuk pengumpulan
data menjadi penting untuk dilakukan. Dalam pengumpulan data kualitatif,
metode yang dapat digunakan diantaranya:
a. Pengamatan (observasi)
Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti
atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan
selama penelitian.39
Penelitian ini menggunakan obsevasi partisipatif, dimana
peneliti melakukan interaksi secara langsung dalam situasi sosial dengan subjek
penelitian. Observasi bertujuan untuk mengamati bagaimana kehidupan Suku
Anak Dalam di Dusun Ona Mane.
b. Wawancara
38
Lexy J. Moleong, prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), hlm. 157 39
W Gulo, Metode Penelitian, Cet ke-1, ( Jakarta : PT. Grafindo, 2002), hlm. 116.
22
Wawancara yaitu mencoba mendapatkan keterangan/pendapat secara
langsung dari seseorang responden atau informan.40
Dalam wawancara biasanya
peneliti akan melakukan percakapan informan, dengan mengajukan beberapa
pertanyaan dengan tatap muka.41
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data atau keterangan yang
diperlukan dalam penulisan ini. Untuk mendapatan data keterangan tersebut
penulis melakukan wawancara dengan pada bapak Mantap selaku kepala suku
anak dalam Desa Ona mane, Bapak Patlis selaku masyarakat Suku Anak Dalam,
dan Bapak Bayu selaku kepala desa Lubuk Bedorong Kecamatan Limun
Kabupaten Sarolangun, Dinas Pendidikan Kabupaten sarolangun dan Dinas Sosial
Kabupaten Sarolangun.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data lainnya yang akan digunakan peneliti adalah
dokumentasi, di mana peneliti akan mengumpulkan data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa
data dari desa terkait pemberdayaan suku anak dalam, catatan transkrip, buku,
surat kabar, dan lain sebagainya yaitu foto tempat belajar, nama guru dan murid,
dokumen pengadaan pakaian sekolah serta perlengkapan sekolah tahun anggaran
2019, serta peraturan perundang-undangan terkait.42
Dokumentasi dilakukan untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
40
Kenjoro Nengrat, Metode Wawancara Dalam Metode-metode Penelitian Masyarakat
(Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 1993), hlm.129 41
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 213. 42
Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2007), 187
23
Teknik analisis data untuk menjawab rumusan masalah tentang
efektifitas pemberdayaan sosial terhadap suku anak dalam di Desa Ona Mane
menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Sugiyono mengatakan analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.43
Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksikan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.44
b. Display data atau penyajian data.
Display data atau penyajian data dalam penelitian kualitatif, bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
43
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 335 44
Sugiyono, Metode Penelitian… hlm. 338
24
Tujuan dari penyajian data adalah memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami.45
c. Menarik kesimpulan atau verifikasi
Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang
telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola,
penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan
kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan
kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Sesuai dengan
pendapat Miles dan Huberman, proses analisis tidak sekali jadi, melainkan
interaktif, secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi
maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam
bentuk narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis
data. Penarikan kesimpulan ini merupakan tahap akhir dari pengolahan data.46
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penelitian dan menyusun pemahaman tentang
skripsi agar berjalan sesuai dengan apa yang telah penulis tentukan sebelumnya,
maka ditentukan susunan dan sistematika penulisan sebagai berikut :
45
Ibid, hlm. 338 46
http://eprints.undip.ac.id/40737/3/004_BAB_III.pdf, di akses 21 Juli 2019 pukul 23:07
wib
25
BAB I : PENDAHULUAN bab ini berisikan : Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,
Kerangka Teori, dan Tinjauan Pustaka.
BAB II : METODE PENELITIAN yang berisikan : Tempat Dan Waktu
Penelitian, Pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, dan Sistematika
Penulisan.
BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yang terdiri dari
Sejarah dan Letak Geografis Desa Ona Mane, Struktur Organisasi
dan Tata Kerja, dan Situasi Keadaan Sosial.
BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN yang terdiri dari
apa saja program pemberdayaan pendidikan terhadap Suku Anak
Dalam (SAD) di Kecamatan Limun dan bagaimana efektivitas
penerapan Peraturan Presiden Nomor 186 Tahun 2014 tentang
Pemberdayaan sosial terhadap Komunitas Adat Terpencil (KAT)
terhadap suku anak dalam Kecamatan Limun dalam bidang
pendidikan.
BAB V: PENUTUP yang terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.
26
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Sarolangun
1. Sejarah Kabupaten Sarolangun
Setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia dicetuskan oleh Soekarno-
Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, kota Sarolangun yang pernah menjadi basis
patrol Belanda menjadi bagian dari Kabupaten Jambi ilir (Timur) dengan pusat
pemerintahannya berkedudukan di Jambi dengan Bupatinya pada masa itu adalah
M. Kamil.47
Pada tahun 1950 sampai Jambi menjadi Propinsi tahun 1957, Sarolangun
menjadi kawedanan bersama kota-kota lainnya yaitu Bangko, Muaro Bungo, dan
Muaro Tebo yang tergabung dalam Kabupaten Merangin dengan Ibukotanya
semula berkedudukan di Jambi yang selanjutnya berpindah ke Sungai Emas
Bangko.48
Sejak saat itu, Kota Sarolangun menjadi kawedanan selama kurang lebih
20 tahun. Selanjutnya dimulai dari tahun 1960 berdasarkan hasil siding pleno
DPRD Kabupaten Merangin dipecah menjadi dua Kebupaten, yaitu Kabupaten
Sarolangun Bangko dan Kabupaten Bungo Tebo.49
Maka sejak saat itu kawedanan Sarolangun secara resmi menjadi bagian
wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dengan ibukotanya
47 Sekilas Profil Kabupaten Sarolangun, https://sarolangunkab.go.id/utama/baca/-berita-227-sekilas-profil-kabupaten-sarolangun.html Diakses pada Jumat, 25 Desember 2020 pukul 20.00 WIB 48 Ibid, 49 Ibid,
27
Bangko. Melalui Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 secara yuridis formal
Kabupaten Sarolangun resmi terbentuk.50
Selanjutnya diperkuat dengan Keputusan DPRD Propinsi Jambi Nomor :
2/DPRD/99 Tanggal 9 Juli 1999 Tentang Pemekaran Kabupaten di Propinsi Jambi
menjadi 9 Kabupaten dan 1 Kota. Atas dasar kebijakan tersebut, maka pada
tanggaln 12 Oktober 1999 Kabupaten Sarolangun resmi menjadi daerah otonom
dengan Bupati Pertama 1999 – 2001 adalah H. Muhammad Madel.51
Kemudian berdasarkan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati melalui
DPRD Kabupaten Sarolangun Tahun 2001 terpilih Bupati dan Wakil Bupati H.
Muhammad Madel, dan H. Maryadi Syarif. Saat ini setelah dilaksanakannya
pemilihan umum secara langsung pada bulan Juli 2006 yang merupakan pemilu
lansung pertama bagi Kabupaten Sarolangun maka terpilihlah H. Hasan Basri
Agus dan H. Cek Endra sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sarolangun terpilih
periode 2006 – 2011. Berdasarkan Hasil Pemilukada Tahun 2011 maka terpilih
sebagai Bupati dan Wakil Bupati periode 2011 – 2016 adalah H. Cek Endra dan
Pahrul Rozi.52
Dalam rangka melengkapi kelembagaan pemerintahaan dan birokrasi
publik dan sebagai Kabupaten Pemekaran, maka lembaga Legislatif Kabupaten
Sarolangun DPRD pada awal berdirinya masih merupakan bagian dari DRPD
Kabupaten Sarolangun Bangko (Sarko).53
Pemisahan lembaga Legislatif Kabupaten Sarolangun dibentuk bersamaan
dengan dasar Undang – Undang Nomor 54 Tahun 1999 dan selanjutnya
50 Ibid, 51 Ibid, 52 Ibid, 53 Ibid,
26
28
disempurnakan kembali melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000 dengan
jumlah anggota DPRD sebanyak 25 orang.54
2. Letak Geografis Kabupaten Sarolangun
Kabupaten Sarolangun adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi,
Indonesia. Luas wilayahnya 6.174 km² dengan populasi 246.245 (sensus
penduduk 2010. Ibu kotanya ialah Sarolangun.
Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999
tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro
Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sebelumnya, kabupaten ini
bersama-sama dengan Kabupaten Merangin membentuk Kabupaten Sarolangun-
Bangko,Selanjutnya diperkuat dengan keputusan DPRD Provinsi Jambi Nomor
2/DPRD/99 tanggal 9 Juli 1999 tentang pemekaran Kabupaten di Provinsi Jambi.
Secara geografis, Kabupaten Sarolangun terletak antara 01°53’39’’ sampai
02°46’02’’ Lintang Selatan dan antara 102°03´39’’ sampai 103°13´17’’ Bujur
Timur dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 10 sampai dengan
1000 meter dari permukaan laut (dpl), dengan pembagian wilayah dan batas
sebagai berikut:
Utara : Kabupaten Batang Hari
Selatan : Kabupaten Rajang Lebong Provinsi Bengkulu
Barat : Kabupaten merangin
Timur : Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Musi Rawas Provinsi
Sumatra Selatan
54 Ibid,
29
Luas wilayah administratif Kabupaten Sarolangun meliputi 6.174 Km2,
terdiri dari Dataran Rendah 5.248 Km2 (85%) dan dataran tinggi 926 Km2 (15%).
Secara administratif pada awal berdirinya Kabupaten Sarolangun terdiri atas 6
kecamatan, 4 kelurahan dan 125 desa, sampai dengan tahun 2010 Kabupaten
Sarolangun terdiri dari 10 kecamatan, 9 kelurahan dan 134 desa dengan jumlah
penduduk pada tahun 2008 sebanyak 214.036 jiwa dengan kepadatan penduduk
32 jiwa/Km2, rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun mencapai 2,48 persen.
B. Profil Desa Lubuk Bedorong
1. Sejarah Desa Lubuk Bedorong
Desa Lubuk Bedorong adalah desa tua yang telah ada sejak abad ke-19.
Pada 1926, ketika sistem pemerintahan marga yang dibentuk oleh pemerintahan
koloniel Belanda mulai diterapkan. Lubuk Bedorong adalah sebuah kampung
yang masuk dalam kesatuan marga Bukit Bulan. Pada masa itu kampung Lubuk
Bedorong dipimpin oleh seorang Penghulu Batin, sedangkan Marga Bukit Bulan
dipimpin oleh seorang Pesirah dengan kedudukan pusat pemerintahan berada di
Meribung.55
Berlakunya Undang-undang Nomor 5 tahun 1979, tentang pemerintahan
desa, berdampak pada perubahan sistem pemerintahan Marga Bukit Bulan. Pada
tahun 1983 Marga Bukit Bulan dihapuskan dan diganti menjadi sistem
Pemerintahan Desa. Pada masa itu wilayah eks Marga Bukit Bulan dibentuk
55
WARSI, Profil Desa Lubuk Bedorong. (Jambi: Komunitas Konservasi WARSI. 2010),
hal. 1-2
30
sepuluh desa, yang berasal dari delapan kampung yang telah ada sebelumnya dan
dua desa bentukan baru.56
Keberadaan sepuluh desa di eks Marga Bukit Bulan hanya berlangsung
selama satu dekade. Pada tahun 1993 sepuluh desa yang ada dilebur sehingga
hanya terdapat lima desa di wilayah eks Marga Bukit Bulan. Pada peleburan
tersebut desa Temalang dan desa Lubuk Bedorong melebur menjadi satu desa,
dengan tetap memakai nama desa Lubuk Bedorong, sedangkan desa Temalang
berubah menjadi dusun Temalang yang merupakan bagian dari desa Lubuk
Bedorong.57
Saat ini desa Lubuk Bedorong bersama empat desa eks Marga Bukit Bulan
lainnya (desa Meribung, Napal Melintang, Mersip dan Berkun) adalah desa-desa
yang secara administratif desa Lubuk Bedorong masuk dalam Kecematan Limun
berada dikawasan hulu Kabupaten Sarolangun.58
Pada tahun 2013 dusun Temalang memisahkan diri dari desa Lubuk
Bedorong dan diganti dengan dusun Rena Mane sehingga sekarang lubuk
Bedorong terdiri atas tiga dusun, yaitu dusun Lubuk Bedorong, dusun Sungai
Binjai dan dusun Rena Mane.59
2. Visi dan Misi Desa Lubuk Bedorong
Visi
56 WARSI, Profil Desa Lubuk Bedorong. (Jambi: Komunitas Konservasi WARSI. 2010),
hal. 1-2 57 WARSI, Profil Desa Lubuk Bedorong. (Jambi: Komunitas Konservasi WARSI. 2010),
hal. 1-2 58 WARSI, Profil Desa Lubuk Bedorong. (Jambi: Komunitas Konservasi WARSI. 2010),
hal. 1-2 59
WARSI, Profil Desa Lubuk Bedorong. (Jambi: Komunitas Konservasi WARSI. 2010),
hal. 1-2
31
Terwujudnya masyarakat Desa Lubuk Bedorong yang sejahterah, aman,
tertib, bermatabat dan beradat, berdasarkan adatbersandika syara’, syara’
bersandika kitabullah.
Misi
a. Meningkatkan tatakelola Pemerintahan Desa yang tertib dan transfaran.
b. Meningkatkan budaya dan ekonomi masyarakat.
c. Meningkatkan pelayanan masyarakat dan infrastruktur yang berkualitas.
3. Sutruktur Organisasi Pemerintahan Desa Lubuk Bedorong
Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintahandi Desa Lubuk Bedorong
4. Struktur Kepemimpinan
Komunitas Adat Terpencil di Rena Mane juga mengenal kehidupan
berorganisasi dan struktur kepemimpinan tersendiri, tapi hanya berlaku dalam
kehidupan mereka. Sebagaimana halnya kelompok sosial pada umumnya, mereka
memiliki pimpinan disetiap tingkatan pimpinan yang lebih rendah tunduk dan
bertanggung jawab kepada pimpinan yang lebih tinggi.
BENDAHARA
SUPRIADI. SE
SEKRETARIS DESA
M YUSUP
KAUR PEMERINTAHAN RICCI PERKASA
KAUR UMUM MUKSIN
KASI SOSIAL AMRAN
KEPALA DESA
BAYU YUSTINO, SE
32
Struktur Kepemimpinan (KAT) Di Rena Mane
Desa Lubuk Bedorong, Kecematan Limun, Kabupaten Sarolangun60
Temenggung : Mantap
Dipati : Petlis
Dipati 2 : Ali Ramon
Menti : Rentak
Alim / Dukun : Paneman
Susunan Kepengurusan
Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD)”Bagindo Suman”
Desa Lubuk Bedorong Kecematan Limun
Masa Bhakti 2015-2020
Ketua : Zawawi
Wakil Ketua : M. Amin. S
Sekrataris : Amran
Bendahara : Sumarni
I. Seksi Pengamanan Kawasan Hutan Desa
Koordinator : Ismael
: M. Hapis
: Ilyas
: Edo
: Zulkifli
60
Wawancara dengan Bapak Petlis, Masyarakat Komunitas Adat Terpencil, Pada Hari
Senin Tanggal 05 Oktober 2020 Pukul 11:00 WIB
33
II. Seksi Pememfataan HHBK dan Jasa Lingkungan
Koordinator : Hidayati
Anggota : Eliyanti
: Ritasari
: Ida Laila
: Husni
III. Seksi Pengolahan Kelembagaan
Koordinator : Soharuddin
Anggota : Ahadi
: Zainal Bahri
: Syaipul Anwar
: Suadha
IV. Seksi Pengolahan Sumber Daya Manusia
Koordinator : Zubir
Anggota : Budiman
: Yandra
5. Keadaan Fisik Desa
a. Batas Wilayah
34
Sebelah Utara berbapatasan dengan Desa Panca Karya.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Meribung dan Desa Berkun.
Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Lindung, Kecamatan Batang Asai.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Raden dan Desa Kudis.
b. Luas Wilayah
Secara administratif desa Lubuk Bedorong berada di Kecematan Limun,
Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Desa Lubuk Bedorong memiliki luas
wilayah 71 km2 atau sebesar 8,83% dari luas keseluruhan kecemtan Limun.
c. Pembagian Wilayah
Wilayah administratif desa terbagi tiga dusun yaitu dusun Lubuk
Bedorong, dusun Sungai Binjai dan dusun Rena Mane.
d. Kondisi Geografis
Secara geografis desa Lubuk Bedorong terletak diantara 02038’41.7”LU
dan di antara 1020
24’54BT sampai dengan 102
007’19.20” BT. Desa Lubuk
Bedorong berada di ketingian 150-650 meter dari permukaan laut dengan curah
hujan tahunan lebih 3.000 mm pertahun. Topologi wilayah ini umumnya berbukit
dengan tingkat kelerengan bervariasi dari 5-15 % sampai > 40 %, dengan jenis
tanah dominan Padzolik Merah Kuning dan Litasol.61
e. Demografi
Jumlah penduduk desa Lubuk Bedorong Berdasarkan data monografi desa
tahun 2019/ 2020, penduduk desa Lubuk Bedorong terdiri atas 1.820 jiwa dan
61
Nuraliyah. Desa Lubuk Bedorong 1979-1999. Skripsi. (Jambi: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Jambi, 2013), hal. 21-22
35
880 kepala Keluarga (KK). Secara lengkap distribusi penduduk berdasarkan
wilayah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Jumlah dan Distribusi Penduduk desa Lubuk Bedorong
Berdasarkan Jumlah Jiwa pada tahun 2019/ 2020
NO Nama Dusun Jumlah Jiwa
1 Lubuk Bedorong 950
2 Sungai Binjai 750
3 Rena Mane 120
Jumlah 1.820
6. Kehidupan Komunitas Adat Terpencil Di Rena Mane
a. Sejarah Masuknya Agama Kristen Di Rena Mane
Sebenarnya agama Kristen Sudah Masuk ke dalam kehiduapan Komunitas
Adat Terpencil di Rena Mane mulai dari tahun 1980-an yang dibawa oleh pedeta
Manurung dan Araouf dari Sarolangun. Saat itu bertepatan dengan pembangunan
jalan ke Rena Mane. Pada saat itu pendeta Manurung mampir diRena Mane, ia
menetap beberapa saat disana, untuk mengenalkan agama Kristen pada
Masyarakat Suku Anak Dalam di Rena Mane.
Pada saat itu masyaraat Suku Anak Dalam di Rena Mane belum
mempunyai agama, mereka hanya memiliki kepercayaan Anisme yakni percaya
kepada roh nenek moyang mereka. Manurung adalah sosok lelaki yang begitu
agamis, santun, baik hati, sehingga masyarakat suku anak dalam pun senang
dengan kehadirannya, sehingga ia dengan begitu mudahnya merangkul
masyarakat suku anak dalam di Rena Mane.
36
Kehidupan beragama saat itu hanya status saja, namun untuk prakteknya
mereka sangat jauh. Mereka sama sekali tidak melakukan sembahyang, hal ini
disebabkan tidak adanya pendeta yang mengarahkan mereka bagaimana agama
Kristen itiu sebenarnya.
Pada 24 mei 2010, diadakan pemerdayaan Suku Anak Dalam menjadi
Komunitas Adat Terpencil oleh bapak Mentri Sosial Republik Indonesia yaitu
Bpk. Dr. H. Salim Segap Al-Jufri. Semejak itu setahap demi setahap kehidupan
Komunitas Adat Terpencil di Rena Mane mulai berkembang, satu persatu agama
mulai masuk.
Tahun 2013/ 2014, pendeta mulai aktif mengunjungi komunitas adat
terpencil di Rena Mane setiap minggu, untuk memimpin sembahyang yang
dilanjutkan pengajaran agama kristen untuk Komunitas Adat Terpencil di Rena
Mane. Apabila pendeta berhalangan untuk hadir, maka pembekalan diisi oleh
misionaris yaitu Dian, selaku guru dan juga pengajar agama Kristen untuk
komunitas Adat Terpencil di Rena Mane.
Pembekalan dilkaukan dua tahap. Tahap pertama untuk anak-anak yang
berlangsung 1 jam kerena menurut Dian, anak-anak lebih banyak menghabiskan
waktunya untu bermain,emudian dilanjutkan pada tahap kedua untuk orang-orang
tua yang berlangsung dua hinga tiga jam.
Setiap hari minggu mereka sembahyang dibalai desa yang merupakan
tempa pengobatan orang sakit kerena Gereja mereka sedang dibagun. Untuk
pembangunan Gereja, setiap minggunya sehabis sholat mereka melakukan
persembahan (wakaf) seiklas mungkin.62
62 Wawancara, Mantap tanggal 10 Oktober 2020
37
b. Ekonomi
Komunitas Adat Terpencil di Rena Mane memiliki mata pencarian, 90 %
berburu dan tambang mas, selebihnya adalah berkebun karet, berhuma dan
berdagang. Perdagangan yang dilakukan dengan cara membuka usaha warung
(toko) yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok sehari-hari, terutama
sembako. Selain itu Komunitas Adat Terpencil di Rena Mane melakukan
penambangan emas di sekitar lokasi tempat permukminan mereka.
Awalnya kegiatan ini adalah kegiatan samping yang yang dilakukan
secara tradisonal dengan mengunakan alat berupa dulang untuk memisahkan emas
dari tanah dan bebatuan sungai. Kegiatan ini dikenal masyarakat dengan istilah
mendulang atau ngerai.
Dalam beberapa tahun terakhir ini penambangan emas oleh Komunitas
Adat Terpencil dan masyarakat sekitar tidak lagi dilakukan secara tradisonal.
Aktivitas penambangan emas telah mengunkan mesin sedot yang berfungsi untuk
menyedot biji emas yang masih bercampur tanah. Pada Januari 2015, Komunitas
Adat Terpencil mengunakan dompeng kapal untuk menambang emas, meskipun
tidak mendapat izin dari kades dan masyarakat desa Lubuk Bedorong.
Tabel 2. Tata Guna Lahan Desa Lubuk Bedorong
Tata Guna Lahan Luas (Hektar) Keterangan
Permukminan 23 -
Persawahan 120 -
Kebun Karet 3.353 -
c. Kesehatan
38
Di Rena Mane belum ada serana kesehatan kerena Rena Mane adalah
bagian dari Desa Luabuk Bedorong maka serana kesehatan di tempat di desa
Lubuk Bedorong. Serana Kesehatan di desa Lubuk Bedorong berupa satu
puskemas pembantu dengan tenaga media dua bidan besa (Bides) 1 Menteri
Kesehatan.
Setiap orang mempunyai jamkesmas dari pemerintah sehingga mereka
mendapatkan pengobatan gratis, jika mereka mengunakan pengobatan patent
maka akan dikenai biaya sesuai dengan harga obat.
Saat ini Komunitas Adat Terpencil lebih mengutamakan pengobatan
medis, namun mereka masih mengunakan pengobatan tradisonal (dukun) jika
penyakit tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan medis. Biasanya pengobatan
yang dilakukan mengunakan dukun adalah untuk proses kelahiran dan pengobatan
kebatinan. Sejauh ini Komunitas Adat Terpencil mempunyai 1 orang dukun
beranak yaitu Paneman (60 tahun).
d. Pendidikan
Di Rena Mane hanya terdapat serana pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Menurut laporan Kepala Sekolah, Saipul Anwar, S.Pd, siswa yang terdaftar
menjadi siswa/i di Sekolah Dasar Negeri dusun Rena Mane berjumlah 16 orang
terdiri dari 11 orang laki-laki dan 5 orang prempuan. Dari usia sekolah 5- 13
tahun. Pada tahun 2013 tenaga pengajar berjumlah 4 orang yakni 2 orang kontrak
dan 2 orang relawan dari kota Medan dengan 1 orang kepala sekolah. Namun
sekarang Tahun 2019/2020 ada yang bersekolah di desa sebelah di Desa Panca
karya di SD N 129/VII Panca Karya II, menurut laporan kepala sekolah Helmaini
A.ma.Pd siswa yang terdaftar berjumlah 6 orang yang terdiri dari 3 Laki-laki dan
39
3 perempuan.63
Ada juga yang menjadi relawan guru di dusun Rena Mane yang
bernama pak Eko Sutrisno, sebagai guru yang di utus dari SD N 34 lubuk
Bedorong , menurut laporan Pak Eko Sutrisno siswa yang terdaftar ada 16 orang
yang terdiri dari 10 Laki-laki dan 6 perempuan.64
Sejauh ini Komunitas Adat Terpenci di Rena Mane sangat mengharapkan
adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan genersi mereka. Mereka hingga
sekarang menagih janji pemerintah menurut mereka akan didirikan PAUD untuk
anak-anak mereka, namun hingga sekarang belum juga terealisasi. Untuk
pendidikan non formal, dilakukan di balai desa yaitu pendiidkan agama Kristen
setiap hari minggu untuk anak-anak, remaja dan orang tua.
63
Wawancara kepsek SDN 129/VII Panca karya II, Helmaini A.ma.Pd tanggal 30 Oktober
2020 64
Wawancara Eko Sutrisno. Tanggal 25 Oktober 2020
40
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Program Pendidikan Bagi Suku Anak Dalam Di Kecamatan Limun
Kabupaten Sarolangun Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 186 Tahun 2014
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai Upaya
Pemerintah Daerah kabupaten Sarolangun Dalam Meningkatkan Pendidikan Di
Komunitas Adat Terpencil di Kabupaten Sarolangun khususnya di Kecamatan
Limun Desa Lubuk Bedorong Dusun Rena Mane, ada beberapa program yang
dijalankan oleh pemerintah daerah dan pemerintah setempat dalam membentuk
karakter Sumber Daya Manusia yang berpendidikan di lingkungan Suku Anak
Dalam (SAD). Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah,
bahwa masih banyaknya Komunitas Adat Terpencil di Kabupaten Sarolangun
Kecamatan Limun Desa Lubuk Bedorong Dusun Rana Mane yang pendidikannya
masih sangat rendah dimana masih banyak Suku Anak Dalam (SAD) yang tidak
sekolah, dalam arti kata masih banyak yang buta aksara seperti Suku Anak Dalam
(SAD). Padahal Kecamatan Limun sendiri adalah salah satu Kecamatan di
Kabupaten Sarolangun yang mempunyai banyak sekolah untuk pendidikan.
Menurut Soewargono dan Djohan menyatakan bahwa salah satu fungsi
utama dari pemerintah yaitu membuat suatu kebijakan publik.65
Sehingga
pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun membuat suatu kebijakan publik di
65
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017, hlm. 16
40
41
bidang pendidikan agar masyarakat Komunitas Adat Tepencil di Kecamatan
Limun ini memiliki pendidikan yang lebih baik lagi.
Kebijakan pendidikan adalah seperangkat aturan sebagai bentuk
keberpihakan pemerintah dalam upaya membangun satu sistem pendidikan sesuai
dengan tujuan dan cita-cita yang diinginkan bersama.
Adapun upaya-upaya yang dibuat atau yang dilakukan pemerintah
kabupaten Sarolangun terlebih khusus Pemerintah Desa Ona Mane dalam
mewujudkan pendidikan pada Anak Suku Dalam (SAD) yaitu dengan membuat
berbagai program dan pelayanan, antara lain yaitu:
1. Membangun Sarana dan prasarana untuk Suku Anak Dalam (SAD) yang
sebelumnya tidak ada gedung pendidikan
Pembangunan yang paling utama yang dilakukan Pemerintah Desa Ona
Mane untuk mewujudkan upaya pemerintah Daerah kabupaten Sarolangun ialah
membangun gedung untuk belajar mengajar Suku Anak Dalam (SAD). yang mana
sebelumnya tidak adanya gedung/fasilitas untuk anak-anak SAD dalam menuntut
ilmi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Bayu Yustino, SE selaku Kepala
desa Lubuk Bedorong dalam wawancaranya sebagai berikut:66
“Kami Selaku Pemerintah Desa yang bertanggung jawab kepada
Pemerintah Daerah untuk menjamin pendidikan atas Suku Anak
Dalam ini, maka apapun yang kami berikan kepada masyarakat pada
umumnya hal itu kami berikan juga kepada masyarakat Anak Suku
Dalam ini. Mulai dari berbagai bantuan bahkan terlebih khusus pada
sektor pendidikan ini. Kami selaku pemerintah Desa Ona Mane telah
membangun gedung untuk belajar bagi Anak Suku Dalam (SAD)
yaitu Pandopoh (yang telah kami dokumentasikan), alhamdulillah hal
tersebut sudah kami laksanakan dan sampai saat ini anak-anak SAD
66
Wawancara dengan Bapak Bayu Yustino, SE selaku Kepala desa Lubuk Bedorong
42
sudah bisa menikmati gedung yang kami bangun untuk menimba ilmu
di gedung tersebut”.
Gambar.1 dan 2 Pendopo lokasi tempat belajar
Gambar. 3 Suasana kegiatan belajar
Dalam wawancara tersebut Bapak Bayu Yuastino, SE menambahkan
bahwa selain Gedung, Pemerintah Desa juga membangun akses jalan. Berikut
kutipan wawancaranya67
“Kami selaku pemerintah Desa Lubuk Bedorong juga selalu
memperhatikan masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) ini dalam segala
macam hal bukan terkait pendidikan saja, bahkan kami sudah
menganggap masyarakat SAD ini sebagai masyarakat kami sendiri
tidak membeda lagi masalah suku, ras dan sebagainya, bahkan
sebelum membangun gedung kami juga sudah membangun
67
Wawancara dengan Bapak Bayu Yustino, SE selaku Kepala desa Lubuk Bedorong
43
infrastruktur seperti jalan dan sebagainya untuk akses kami
mempermudah berkomunikasi dengan masyarakat SAD ini.
Disamping itu Bapak Supriadi, SE selaku Bendahara Desa Lubuk
Bedorong juga menambahkan dalam wawancaranya sebagai berikut:68
“Kami selaku Pemerintah Desa Lubuk Bedorong yang mana Suku
Anak Dalam ini juga masyarakat kami tentu juga kami bekerja keras
bagaimana anak-anak masyarakat kami ini bisa menjadi seperti anak-
anak pada umumnya yang memiliki cita-cita pada masa depannya,
maka dalam pendidikan ini kami lebih utamakan. Sebagaimana yang
telah dismpaikan Pak Kades sebelumnya kami telah membangun
gedung juga sarana dan prasarana untuk belajar mengajar seperti alat
tulis dan pakaian seragam yang kami usahakan kepada Pemerintah
Kabupaten Sarolangun melalui Dinas Pendidikan Kabupaten
Sarolangun Suku Anak Dalam ini”.
Dan Bapak Supriadi, SE selaku Bendahara Desa Lubuk Bedorong
muturkan dalam wawancaranya sebagai berikut:69
“Dan untuk pembangunan gedung belajar/ Pendopoh khusus Suku
Anak Dalam (SAD) pada tahun 2020 ini kami sudah mendirikan
bangunan, alhamdulillah sudah bisa digunakan oleh anak-anak untuk
proses belajar mengajar, dan adapun dana yang dianggarkan untuk
pendirian bangunan ini memakan biaya Rp. 45.375.000.00 yang
diambil dari dana APBD Kabupaten Sarolangun”.
Bapak Supriadi, SE selaku Bendahara Desa Lubuk Bedorong
menambahkan.70
Kami juga mengajukan dan mengupayakan pembangunan
Jembatan untuk akses jalan. Jembatan ini kami ajukan pada tahun
2020 dan semoga pada tahun anggaran 2021 ini bisa masuk dan bisa
dilaksanakan pembangunan jembatan tersebut. Selain itu kami juga
menfasilitasi listrik untuk guru tersebut.
68
Wawancara dengan Bapak Bapak Bayu Yustio, SE selaku Kepala Desa Lubuk Bedorong 69
Wawancara dengan Bapak Bapak Supriadi, SE selaku Bendahara Desa Lubuk Bedorong 70
Wawancara dengan Bapak Bapak Supriadi, SE selaku Bendahara Desa Lubuk Bedorong
44
2. Memfasilitasi tenaga pengajar
Setelah dibangunnya gedung untuk proses belajar mengajar untuk Suku
Anak Dalam (SAD) hal yang dilakukan Pemerintah Desa yaitu memberikan
tenaga pengajar untuk anak-anak tersebut, sebagaimana yang disampaikan oleh
Bapak Bayu Yustino, SE selaku Kepala Desa Lubuk Bedorong dalam
wawancaranya sebagai berikut:71
“Dalam sistem belajar mengajar tentulah yang sangat dibutuhkan
yang tidak kalah pentingnya adalah seorang pengajar/guru pengajar
yang akan mengajari dan memberi pemahaman kepada anak-anak
tersebut. Oleh karena itu kami selaku pemerintah desa Ona Mane
memfasilitasi anak-anak murid Suku Anak Dalam (SAD) ini dengan
guru khusus yang akan mengajar di sana, dan juga memfasiliatsi guru
ini dengan perlengkapan berupa tempat tinggal, bahan pokok
kebutuhan sehari-hari dan gaji honor perbulan”.
Adapun guru yang mengajar bagi Suku Anak Dalam saat ini yaitu
berjumlah 1 (satu) orang. Bapak Bayu Yustino, SE selaku Kepala Desa Lubuk
Bedorong dalam wawancaranya menambahkan dalam wawancaranya sebagai
berikut:72
“Untuk guru pengajar pemerintah sudah mengutus satu orang guru
khusus untuk menetap di desa Suku Anak Dalam agar dapat mengajari
anak-anak suku dalam ini setiap waktunya. Guru tersebut bernama
Bapak Eko Sutrisno. Beliau merupakan satu-satunya guru pengajar
dan tinggal di kediaman SAD.
Bapak Bayu Yustino, SE selaku Kepala Desa Lubuk Bedorong dalam
menambahkan:73
“Kami dari Pemerintah Desa Lubuk Bedorong memperhatikan
terhadap kesejaheraan tenaga pengajar yang mau mengajar untuk
anak-anak uku Anak Dalam. Kami menyediakan tempat tinggal dan,
bahan pokok kebutuhan sehari-hari”
71
Wawancara dengan Bapak Bapak Bayu Yustio, SE selaku Kepala Desa Lubuk Bedorong 72
Wawancara dengan Bapak Bayu Yustio, SE selaku Kepala Desa Lubuk Bedorong 73
Wawancara dengan Bapak Bayu Yustio, SE selaku Kepala Desa Lubuk Bedorong
45
Bapak Muhammad Yusup, selaku Sekdes Desa Lubuk Bedorong dalam
wawancaranya mengatakan sebagai berikut:74
“kami selaku Pemerintah desa yang menjalankan amanah dari
pemerintah daerah tentu akan terus bekerja untuk masa depan anak-
anak suku anak dalam ini, dalam hal pendidikannya. Dan kami juga
selalu mejalin hubugan baik dengan masyarakat suku anak dalam
sehingga dalam hubungan ini masyarakat (SAD) tersbut juga ikut
berpartisipasi dalam membangun Sumber Daya Manusia yang
berpotensi terlebih kepada anak-anak suku anak dalam ini”
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis uraikan sebelumnya, menurut
hemat penulis bahwa pemerintahan Desa Lubuk Bedorong sangat bekerja keras
dalam menangi masalah untuk memberdayakan masyarakat Suku Anak Dalam
(SAD) dalam membentuk karakter manusia yang berguna untuk masa depan. Hal
ini berdasarkan wawancara dengan beberapa orang pemerintahan setempat beserta
beberapa orang masyarakat Suku Anak Dakam (SAD).
3. Memberikan Insentif Honor Kepada Tenaga Pengajar
Setelah memfasilitasi tenaga pengajar kepada anak-anak Suku Anak
Dalam (SAD) kami selaku pemerintah desa tidak begitu membiarkan kehidupan
para guru yang mengajar di masyarakat Suku anak dalam ini. Dalam artian kata
kami akan memberikan insentif kepada tenaga pengajar tersebut. Sebagaimana
yang disampaikan oleh Bapak Bayu Yustio, SE selaku kepala desa Lubuk
Bedorong dalam wawnacaranya sebagai berikut:75
“kami selaku Pemerintah Desa Lubuk Bedorong tentulah sangat
memperhatikan para pengajar/para guru yang telah ikut berprtisipasi
dalam mengajar anak-anak Suku Anak dalam (SAD) ini, dengan
memberikan insentif perbulannya untuk kebutuhan sehari-hari para
74
Wawancara dengan Bapak Muhammad Yusup, selaku Sekdes Desa Lubuk Bedorong
75 Wawancara dengan Bapak Bayu Yustio, SE selaku Kepala Desa Lubuk Bedorong
46
pengajar ini, dan untuk saat ini insentif/honorer yang kami berikan
kepada guru yang mnetap di pedalaman suku anak dalam yaitu
berjumlah Rp.1.750.000.00 perbulannya yang diambil dari dana
APBD Kabupaten Sarolangun, namun ini belum seberapa yang
pemerintah berikan kepada guru ini dibandingkan dengan jasa guru
tersebut, kami selaku pemerintah daerah pastilah akan berupaya agar
guru yang mengajar di SAD ini bisa di makmurkan untuk
kedepannya”.
Menambahkan juga Bapak Muhammad yusup, selaku Sekdes Desa
Lubuk Bedorong dalam wawancaranya sebagai berikut:76
“kami selaku pemerintah desa Lubuk Bedorong juga ikut
merasakan bagaimana susahnya mengajar, apalagi ini yang diajarkan
adalah Suku Anak Dalam (SAD) yag memang harus dengan penuh
kesabaran dan kasih sayang dan bisa tinggal di pemukiman anak suku
dalam agar hasil yang diraih memang memuaska. Sampai saat ini
adapun tenaga pengajar yang mengajar anak-anak Suku Anak Dalam
khusus di desa Lubuk Bedorong tercatat 1 orang guru”.
Menurut penulis bahwa tenaga pengajar yang aktif sampai sekarang masih
dirasa kurang memeadai, karena anak murid yang belajar ada 16 (enam belas)
anak yang jika dibandingkan dengan gurunya masih kurang efektif. Selain itu,
menurut penulis insentif yang diberikan kepada tenaga pengajar masih kurang
layak karena minat dan kesediaan dari orang-orang khususnya tenaga pengajar
yang bersedia untuk mengajar anak-anak suku anak dalam masih sangat rendah .
4. Memberdayakan Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) dalam bentuk Beasiswa
Selain memberikan fasilitas anak-anak dalam program belajar mengajar
Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun juga memberdayakan masyarakat Suku
Anak Dalam yang jauh ketinggalan kehidupannya. Dalam hal ini Pemerintah
Daerah bekerjasama dengan Pemerintah Desa yang ada di Kabupaten Sarolangun
76 Wawancara dengan Bapak Bayu Yustio, SE selaku Kepala Desa Lubuk Bedorong
47
agar Suku Anak Dalam (SAD) ini bisa menikmati kehidupan selayaknya
masyarakat pada umumnya, dan juga anak-anak mereka juga bisa merasakan
program belajar mengajar seperti anak-anak pada umumnya.
Sebagaimana yang disampaikan Bapak Bayu Yustio, SE selaku Kepala
Desa Lubuk Bedorong dalam wawancaranya sebagai berikut:77
“Untuk memberdayakan Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) ini
Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun selalu bekerjasama dengan
pemerintah Desa yang ada di Kabupaten Sarolangun ini untuk
menjadikan masyarakat SAD ini menjadi masyarakat yang lebih baik
kedepannya dan memiliki cita-cita dan tujuan yang jelas terlebih
kepada anak-anak yang masih dalam tahap belajar”
Dalam hal pemberdayaan masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) ini sudah
terhitung 30 KK dengan jumlah 120 jiwa yang tercatat sebagai masyarakat Suku
Anak Dalam (SAD) yang sudah diberdayakan oleh pemerintah setempat. Yaitu
pemberdayaan kepada anak-anak dalam menempuh pendidikan (memberikan
beasiswa kepada anak-anak tersebut).
Berdasarkan hasil temuan peneliti pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Sarolangun terkait bantuan pemerintah untuk pendidikan Suku Anak
Dalam (SAD) antara lain78
:
1. Pengadaan pakaian sekolah serta perlengkapan sekolah pada tahun 2020
berjumlah 240 stel pakaian
2. Insentif guru untuk keseluruhan Kabupaten Sarolangun berjumlah 17
orang termasuk guru SAD di Lubuk Bedorong, yang digaji perbulan Rp
1.750.000,00 perbulan.79
77 Wawancara dengan Bapak Bayu Yustio, SE selaku Kepala Desa Ona Mane
78 Wawancara dengan Bapak Jamaris, warga Suku Anak Dalam (SAD)
48
3. Beasiswa SAD
a. Tingkat SD sebanyak 230 orang siswa
b. Tingkat SMP sebanyak 23 orang siswa
c. Tingkat SMA/SMk sebanyak 5 orang
d. Peningkatan pendidikan dan makanan gizi tambahan SAD perbulan 52
orang anak
Program pemberdayaan yang dilakukan pemerintahan Kabupaten
Sarolangun terhadap kelangsungan hidup SAD. Adapun untuk melihat berapa
jumlah KK yang sudah diberdayakan pemerintah daerah Kabupaten Sarolangun
dapat dilihat dari tabel berikut ini:
TABEL 3 PEMBERDAYAAN TERHADAP SAD
NO NAMA L/P TTL NISN/NIS ALAMAT
NAMA ORANG
TUA KELAS
AYAH IBU
1 PETRUS L L. BEDORONG,
05-03-2011 3118897353/ 883
L.
Bedorong Lukas Pengurung 1
2 YUNATA P L. BEDORONG,
21-11-2009 3097758596/ 885
L.
Bedorong Peneman Sinar 1
3 IWAN L L. BEDORONG,
10-11-2013 3133269578/ 881
L.
Bedorong Raman Yana 1
4 RIKA
RAMADANI P
L. BEDORONG,
25-07-2012 3073459419 878
L.
Bedorong Hendrik Suni 1
79
Data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun Tahun 2020
49
5 RISKA P L. BEDORONG,
24-03-2012 3125384923/884
L.
Bedorong Hendrik Suni 1
6 DELA P L. BEDORONG,
04-08-2010 3107217827/ 879
L.
Bedorong Rentak Rinas 2
7 PEBO P L. BEDORONG,
15-02-2010 3102273912/ 882
L.
Bedorong Peneman Sinar 2
8 DESI P L. BEDORONG,
21-02-2013 3138258552/880
L.
Bedorong Peneman Sinar 2
9 YOHANES L L. BEDORONG,
17-03-2005 0046382493/ 875
L.
Bedorong Rentak Rinas 3
10 MEKAL L L. BEDORONG,
04-08-2008 3083268657/ 876
L.
Bedorong Rentak Rinas 3
11 DANIL L L. BEDORONG,
14-08-2007 3073835529/ 873
L.
Bedorong Lukas Pengurung 3
12 OSKA P L. BEDORONG,
15-08-2007 3072955099/ 877
L.
Bedorong Arsin Maslarang 3
13 IRING P L. BEDORONG,
30-12-2006 0057854322/ 871
L.
Bedorong Raman pengiring 4
14 ROBET L L. BEDORONG,
16-06-2006 0058020822/ 869
L.
Bedorong Patlis Nagopa 4
15 HENDI L L. BEDORONG,
01-04-2009 3094203642/ 864
L.
Bedorong Mantap Lirin 4
16 ANGELINA P L. BEDORONG,
01-07-2010 0085911999/ 872
L.
Bedorong Mantap Lirin 4
50
TABEL 4
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
INSTRUMEN PENDATAAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)
PENGENALAN TEMPAT Kode
1 Provinsi JAMBI 0 1 5
2 Kabupaten/ Kota SAROLANGUN 0 0 3 Jumlah KK 30
3 Kecamatan LIMUN 0 0 7 Jumlah Jiwa 120
4 Desa / Kelurahan LUBUK
BEDORONG 0 1 3
5 Status Daerah PERDESAAN
No Nama Desa Kecamatan Alamat/ Jln/ Rt/
Rw
Jenis Kelamin (Kode) 1.
Laki-laki 2. Perempuan
Umur Tahun
Pendidikan Tertinggi
yang ditamatkan
(kode)
Pekerjaan Utama (Kode)
Jenis PMKS (Kode)
Keterangan
1 1 Mantap Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 60 1 1 12 Sdh
diberdayakan
2 Lirin Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 57 1 6 12 Sdh
diberdayakan
3 Libo Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 27 1 6 12 Sdh
diberdayakan
4 Masdiyar Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 21 1 1 12 Sdh
diberdayakan
5 Sati Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 18 2 6 12 Sdh
diberdayakan
6 Rian Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 17 1 6 12 Sdh
diberdayakan
51
7 Hendrik Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 12 1 6 12 Sdh
diberdayakan
8 Anjelina Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 10 1 6 12 Sdh
diberdayakan
2 9 Pengiring Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 41 2 6 12 Sdh
diberdayakan
10 Bayang Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 20 1 6 12 Sdh
diberdayakan
11 Tri Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 9 1 6 12 Sdh
diberdayakan
12 Iring Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 3 2 1 12 Sdh
diberdayakan
3 13 Patlis Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 35 1 1 12 Sdh
diberdayakan
14 Sidah Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 27 1 1 12 Sdh
diberdayakan
15 Susi Lb. Bedorong Limun Rawas 2 2 1 6 12 Sdh
diberdayakan
4 16 Rentak Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 32 3 6 12 Sdh
diberdayakan
17 Rinas Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 30 2 6 12 Sdh
diberdayakan
18 Juni Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 20 2 6 12 Sdh
diberdayakan
19 Yohanes Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 12 1 6 12 Sdh
diberdayakan
20 Mekal Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 11 1 1 12 Sdh
diberdayakan
52
21 Dela Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 9 1 6 12 Sdh
diberdayakan
5 22 Lukas Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 40 1 1 12 Sdh
diberdayakan
23 Pengurung Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 30 2 6 12 Sdh
diberdayakan
24 Andrias Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 10 1 6 12 Sdh
diberdayakan
25 Yada Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 8 1 1 12 Sdh
diberdayakan
26 Daiel Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 7 1 1 12 Sdh
diberdayakan
27 Pitrus Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 2 1 6 12 Sdh
diberdayakan
6 28 Paneman Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 60 1 6 12 Sdh
diberdayakan
29 Sinar Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 20 1 1 12 Sdh
diberdayakan
30 Pebo Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 4 1 1 12 Sdh
diberdayakan
31 Tiara Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 4 1 1 12 Sdh
diberdayakan
32
7 33 Daut Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 43 1 1 12 Sdh
diberdayakan
34 Linek Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 38 1 1 12 Sdh
diberdayakan
35 Yosua Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 20 1 1 12 Sdh
53
diberdayakan
36 Natala Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 9 1 6 12 Sdh
diberdayakan
37 Beni Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 6 1 6 12 Sdh
diberdayakan
38 Ranisa Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 3 1 6 12 Sdh
diberdayakan
8 39 Lori Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 28 1 6 12 Sdh
diberdayakan
40 Hoy Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 26 1 6 12 Sdh
diberdayakan
41 Rina Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 3 1 6 12 Sdh
diberdayakan
42 Heben Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 3 1 1 12 Sdh
diberdayakan
9 43 Mampit Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 70 1 1 12 Sdh
diberdayakan
44 Rantap Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 65 1 6 12 Sdh
diberdayakan
10 45 Rejab Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 50 2 1 12 Sdh
diberdayakan
46 Anton Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 45 2 6 12 Sdh
diberdayakan
47 Menerau Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 35 1 6 12 Sdh
diberdayakan
48 Rendi Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 4 1 1 12 Sdh
diberdayakan
11 49 Manda Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 25 1 6 12 Sdh
54
diberdayakan
50 Hana Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 20 2 6 12 Sdh
diberdayakan
51 Andika Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 20 2 6 12 Sdh
diberdayakan
52 Julita Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2
12 53 Wimo Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 38 2 6 12 Sdh
diberdayakan
54 Ria Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 30 2 1 12 Sdh
diberdayakan
13 55 Ali Remo Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 46 2 1 12 Sdh
diberdayakan
56 Malip Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 23 1 1 12 Sdh
diberdayakan
57 Robet Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 20 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
58 Oskar Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 12 1 1 12 Sdh.
Diberdayakan
59 Yunata Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 13 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
14 60 Raman Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 20 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
61 Yana Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 17 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
62 Iwan Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 20 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
15 63 Sirin Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 50 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
55
64 Rama Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 30 1 1 12 Sdh.
Diberdayakan
16 65 Suni Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 50 1 1 12 Sdh.
Diberdayakan
66 Yen Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 9 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
17 67 Naris Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 30 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
68 Midah Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 25 1 1 12 Sdh.
Diberdayakan
69 Redoh Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 16 1 1 12 Sdh.
Diberdayakan
18 70 Resli Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 28 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
71 Eka Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 26 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
72 Latip Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 9 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
73 Remip Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 4 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
19 74 Orgen Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 28 1 1 12 Sdh.
Diberdayakan
75 Timah Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 30 1 1 12 Sdh.
Diberdayakan
76 Yuli Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 25 1 1 12 Sdh.
Diberdayakan
77 Tika Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 10 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
56
78 Gusti Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 6 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
20 79 Pomdo Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 40 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
80 Nirin Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 30 2 1 12 Sdh.
Diberdayakan
81 Mulis Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 13 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
82 Bunga Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 7 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
83 Amos Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 5 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
84 Susi Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 3 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
21 85 Dasam Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 56 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
86 Lihu Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 47 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
22 87 Edi Yanto Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 25 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
88 Rahel Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 20 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
23 91 Yendrik,Rs Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 34 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
92 Masuni Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 24 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
93 Rika Ramadani Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 7 1 6 12
Sdh. Diberdayakan
57
94 Riska Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 3 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
24 95 Rantam Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 55 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
96 Deni Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 40 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
97 Yani Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 12 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
98 Daniel Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 10 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
99 Ranita Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 8 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
100 Lina Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 6 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
25 101 Rian Inson Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 29 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
102 Dian Noryanti Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 34 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
103 Kesi Adesrianti Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 5 1 6 12
Sdh. Diberdayakan
104 Serli Liana Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 4 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
26 105 Sirim Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 51 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
27 106 M. Rodini Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 36 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
107 Sudi Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 31 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
58
108 Nabila Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 1 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
28 109 Rama Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 26 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
110 Manarau Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 29 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
111 Yanto Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 11 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
112 Renan Ramadan Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 3 1 6 12
Sdh. Diberdayakan
29 113 Risan Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 32 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
114 Yani Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 26 2 6 12 Sdh.
Diberdayakan
115 Resa Putra Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 2 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
30 116 Danam Aman Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 1 66 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
117 Sinar Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 46 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
118 Pebo Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 9 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
119 Desi Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 5 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
120 Yuna Lb. Bedorong Limun Lb. Bedorong 2 3 1 6 12 Sdh.
Diberdayakan
59
Dalam tabel diatas menjelaskan bahwa nama-tersebut adalah nama dari
masyarakat SAD yang sudah diberdayakan oleh pemerintahan Kabupaten
Sarolangun diantaranya masyarakat SAD tersebut sudah di berdayakan
kehidupannya layaknya masyarakat pada umumnya. Seperti pembuatan Kartu
Keluarga (KK), pembuatan akte anak, dll.
B. Efektivitas Program Pendidikan Bagi Suku Anak Dalam di Kecamatan
Limun Berdasarkan Konsep efektivitas menurut Harbani Pasolong dan
pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa yang menjadi penekan
dari pengertian efektivitas berada pada pencapaian tujuan. Ini berarti dapat
dikatakan efektif apabila tujuan atau sasaran yang dikehendaki dapat tercapai
sesuai dengan rencana semula dan menimbulkan efek atau dampak terhadap
apa yang diinginkan atau diharapkan.
Berdasarkan pengertian di atas dan disandingkan dengan tujuan utama
dari pemerintah daerah yaitu dengan program tersebut bisa menciptakan Sumber
Daya Manusia dikalangan Suku Anak Dalam menjadi anak-anak yang
berpendidikan, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menentukan efektif atau
tidaknya program pemberdayaan pendidikan masyarakat Suku Anak Dalam
(SAD) ini bisa dilihat dari pencapaian yang telah di capai oleh pemerintah daerah
maupun pemerintah desa dalam membuat program dan bagaimana hasil dari
program tersebut. Dalam hal ini ada beberapa program yang telah dijalankan oleh
pemerintah desa sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah daerah yakni
sebagai berikut:
1. Membangun sarana dan prasarana untuk Suku Anak Dalam (SAD)
60
Dalam membangun sarana dan prasrana ini dapat dilihat pada hasilnya
apakah efektif atau tidak. Dan alhamdulillah untuk pembangunan gedung belajar/
Pendopoh khusus Suku Anak Dalam (SAD) ini sudah berdiri dan sudah bisa
digunakan oleh anak-anak untuk proses belajar mngajar, adapun dana yang
dianggarkan untuk pendirian bangunan ini memakan biaya Rp. 45.375.000.00
yang diambil dari dana APBD Kabupaten Sarolangun.
Disamping itu peneliti meminta pendapat beberapa warga Suku Anak Dalam
(SAD) terkait pembangunan sarana tempat belajar yang di bangun oleh
pemerintah tersebut. Sesuai hasil wawancara peneliti dengan Bapak Naris, selaku
masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) mengatakan “cukup puas dan terimakasih
atas program pemerintah ini sehigga masyarakat Suku Anak Dalam (SAD)
sekarang ini sudah bisa seperti masyarakat pada umumnya yang berpendidikan
dan memiliki cita-cita”.80
2. Mempasilitasi tenaga pengajar
Program selanjutnya setelah membangun sarana dan prasarana untuk
pendidikan Suku Anak Dalam adalah mempasilitasi dengan guru/tenaga kerja, dan
alhamdulillah juga dalam hal ini sudah direalisasikan oleh pemerintah setempat.
Dan sesuai dengan temuan peneliti bersama Bapak Bayu Yustino,SE selaku
Kepala desa Lubuk Bedorong mengatakan dalam wawancaranya untuk tenaga
pengajar Suku Anak Dalam (SAD) ini sudah tercatat sebanyak 17 orang guru
yang mengajar dan beberapa orang guru sudah menetap di daerah tersebut.
3. Memberikan insentif honor kepada tenaga pengajar
80
Wawancara dengan Bapak Naris, selaku masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) Desa
Lubuk Bedorong
61
Untuk hal ini pemerintah yang berwenang juga sudah merealisasikan
program ini dan sampai saat ini masih berjalan yang mana setiap bulan
guru/tenaga pengajar ini digaji diberi honor setiap satu bulan sekali dan perorang
diberikan insentif berjumlah Rp.1.750.000.00 perorang. Dan hal ini sangat
membantu para guru yang mengajar di pedalaman suku anak dalam, sebagaimana
yang disampaikan oleh Danil selaku guru Suku Anak Dalam pada wawancaranya
mengatakan sebagai berikut:81
“Untuk mengajar Suku Anak Dalam (SAD) ini, kami para guru di
berikan uang honor berjumlah Rp.1.750.000 perbulan juga santunan-
santunan lainnya alhamdulillah cukup untuk kebutuhan kami selaku
guru dalam memenuhi kebutuhan seharai”.
4. Memberdayakan Suku Anak Dalam (SAD) dengan memberikan Beasiswa
Dalam hal pemberdayaan masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) ini,
pemerintah Daerah juga sudah merealisasikan program ini dengan hasil yang telah
disampaikan lewat wawancara peneliti dengan kepala desa Lubuk Bedorong dan
sampaikannya bahwa sudah banyak masyarakat Suku Anak dalam (SAD) yang
sudah diberdyakan oleh pemerintah daerah namun yang tercatat untuk kecematan
limun diatas berjumlah 30 KK yang terdiri dari 120 jiwa.
5. Disamping itu juga pemerintah juga memberikan seragam untuk anak-anak
SAD mulai dari tingkat SD, SMP,dan SMA dan juga memberikan makanan
pokok kepada masyarakat SAD.
81
Danil, selaku tenaga pengajar Suku Anak Dalam (SAD)
62
Dari lima program diatas yang telah direalisasikan oleh Pemerintah daerah
ataupun Pemerintah desa untuk meningkatkan pendidikan bagi Suku Anak dalam
(SAD) dan dari hasil inilah dapat dinilai berhasil atau tidaknya, efektif atau
tidaknya program tersebut, jika disimpulkan dengan konsep efektivitas menurut
Harbani Pasolong diatas maka program ini sudah dapat dikatakan efektif, karena
rencana pembuatan program tersebut telah dilaksanakan dan sudah dicapai dengan
hasil yang begitu memuaskan baik pemeritah maupun masyarakat Suku Anak
Dalam (SAD) tersebut.
Berdasarkan kegiatan yang telah dijalankan oleh pemerintahan Kabupaten
Sarolangun untuk memberdayakan SAD yang berada di Kabupaten Sarolangun
agar menjadi sumber daya manusia yang berilmu pengetahuan berdasarkan tujuan
utama Undang-undang Nomor 186 tentang pemberdayaan sosial terhadap
komunitas adat terpencil KAT. Oleh karena itu sesuai dengan temuan-temuan
peneliti dilapangan yang berkaitan dengan kegiatan pemberdayaan SAD yang
mana pemerintahan daerah sudah menjalankan tugas pokoknya sebagai
penanggung jawab yang utama, dan dalam hal program ini peneliti anggap sudah
tercapai semua cita-cita dari pemerintah tersebut dalam menerapkan program
Gambar. 4 Seragam sekolah untuk anak SAD dari pemerintah setempat
63
pemberdayaan SAD tersebut, hal ini dapat dilihat dari temuan-temuan serta
wawancara dari berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat SAD
tersebut. Dan alhamdulillah hasil dari pemberdayaan ini sesuai dengan harapan
dari pemerintahan daerah yaitu menjadikan SAD ini menjadi masyarakat yang
berpengetahuan/berilmu layaknya masyarakat pada umumnya.
C. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Pencapaian Efektivitas
Program Pendidikan Suku Anak Dalam
Dalam menjalankan perannya Pemerintah Desa dalam pemberdayaan Suku
Anak Dalam (SAD) terkait pendidikan ini terdapat faktor-faktor penghambat, di
samping itu terdapat juga faktor pendukung yang membantu efektifnya program
pemerintah desa tersebut. Adapun yang menjadi faktor penghambat dan
pendukung tersebut antara lain:
1. Faktor Penghambat
Adapun faktor yang menghambat berjalannya program pemerintah ini
sebagaimana yang disampaikan Bapak Bayu Yusti, SE, selaku kepala Desa Lubuk
Bedorong dalam wawancaranya antara lain:
a. Kurangnya kepedulian orangtua terhadap pendidikan anak
Salah satu yang membuat sulitnya pemerintah dalam menjalankan
program ini adalah orangtua dari anak-anak Suku Anak Dalam (SAD) yang
sebagian tidak peduli atau tidak mau tahu atas pendidikan anaknya, sebagaimana
64
yang disampaikan Bapak Bayu Yustino, SE selaku Kepala Desa Lubuk Bedorong
mengatakan dalam wawancaranya sebagai berikut:82
“Salah satu yang membuat kami susah untuk menjalankan program
pemerintah ini untuk menjadikan anak-anak Suku Anak Dalam
menjadi sumber daya yang berguna, ialah kebanyaan orangtua mereka
sebagian tidak mau berpartisipasi dalam pendidikan ini, mereka asik
dengan pekerjaan mereka (dalam hutan dan sebagainya), jadi dengan
ketidakpedulian orangtua masyarakat SAD ini berdampak kepada
anak-anak untuk kehidupan kedepannya yang tidak meningkat dan
tidak adanya perubahan, sementara dunia semakin hari semakin
canggih”.
Sebagaimana wawancara dengan ibu Sinar salah satu warga Suku Anak
Dalam (SAD) mengatakan sebagai berikut:
“aku selaku orangtuo tidak bisoberbuat keras untuk pendidikan
anak aku, karno aku jugo sibuk dalam urusan kerjo untuk cari makan,
jadi dalam masalah sekolah anak aku, pagi dio sekolah aku pergi kerjo,
dak tau dio sekolah apo idak yang jelas setau aku dio pergi sekolah.”83
Gambar.5 Wawancara penulis dengan salah satu responden
Adapun dampak dari kurangnya kepeduliaan orangtua terhadap
pendidikan pada SAD ialah lambatnya berkembangnya Sumber Daya Manusia
pada SAD tersebut sehingga sulitnya masyarakat SAD untuk berkembang
layaknya masyarakat seperti umumnya.
82
Wawancara dengan Bapak Bayu Yustio, SE selaku Kepala Desa Lubuk Bedorong 83 Wawancara dengan Ibu inar, warga uku Anak Dalam (SAD)
65
b. Kurangnya tenaga pengajar
Kurangnya tenaga pengajar merupakan salah satu faktor yang
menghambat berjalannya program pemerintah untuk menjadikan SAD ini bias
menjadi sumber daya manusia yang berpotensi untuk diri sendiri maupun nusa
dan bangsa. Pasalnya tenaga pengajar yang mengajar di Desa Lubuk
Bedorong suku anak dalam hanya berjumlah satu orang, tentulah ini
menghambat berjalannya sistim belajar mengajar di Desa Lubuk Bedorong ini.
c. Kurangnya keinginan anak dalam mendalami pendidikan
Salah satu faktor yang menghambat berjalannya program pemeritah untuk
menjadikan SAD menjadi sumber daya yang berpotensi ialah kurangnya
keinginan dari anak-anak SAD dalam menuntut ilmu. Karena kebanyaan
mereka tidak ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
misalnya dari SD ke SMP dan seterusnya. Karena bagi mereka tamat SD
sudah cukup bagi mereka.
2. Faktor Pendukung
Adapun faktor yang mendukung berjalannya program pemerintah ini
sebagaimana yang disampaikan Bapak Bayu Yusti, SE, selaku kepala Desa Lubuk
Bedorong dalam wawancaranya antara lain:
a. Dukungan dana dari Pemerintah Daerah
Untuk mengefektifkan program pendidikan anak-anak Suku Anak Dalam
(SAD) ini Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun selalu memberikan suport
dan juga pendanaan atas pelaksanaan program ini. Sebagaimana yang telaah
disampaikan Bapak Bayu Yustio, SE dalam wawancaranya bahwa sudah banyak
66
yang dilakukan Pemerintah Daerah terkait dalam pendidikan terlebih khusus pada
anak-anak Suku Anak Dalam (SAD) ini, diantaranya Pemerintah sudah
memberikan berbagai sarana dan failitas diantaranya :
1. Pengadaan pakaian sekolah serta perlengkapan sekolah pada tahun 2020
berjumlah 240 stel pakaian
2. Insentif guru untuk keseluruhan Kabupaten Sarolangun berjumlah 17 orang
termasuk guru SAD di Lubuk Bedorong, yang digaji perbulan Rp.1.7500.000
perbulan.
3. Beasiswa SAD
a. Tingkat SD sebanyak 230 orang siswa
b. Tingkat SMP sebanyak 23 orang siswa
c. Tingkat SMA/SMk sebanyak 5 orang
d. Peningkatan pendidikan dan makanan gizi tambahan SAD perbulan 52
orang anak.84
b. Dukungan dari masyarakat
Salah satu faktor pendukung program pemerintah dalam kebijakan
menjadikan masyarakat SAD menjadi sumber daya manusia yang berpotensi ialah
dukungan dari masyarakat setempat yang mendorong untuk kemajuan SAD
seperti membantu tenaga pengajar dalam memberikan motivasi serta sumbangan
pangan dll.85
c. Ekonomi yang memadai
84 Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun tahun 2020 85 Wawancara dengan Bapak Eko Sutrisno, selaku guru pengajar SAD
67
Salah satu yang menjadi faktor pendukung ialah faktor ekonomi. Yang mana
Suku Anak Dalam (SAD) Alhamdulillah saat ini sudah dikatakan memadai
seperti halnya mayarakat pada umunya, karena kebanyakan dari mereka sudah
memiliki rumah yang layak dan juga prasarana lainnya seperti kendaraan dll.86
86 Wawancara dengan Bapak Bayu Yustio,SE selaku Kades Desa Lubuk Bedorong
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Efektivitas Kebijakan
Pemerintah Dalam Pendidikan Terhadap Komunitas Adat Terpencil Studi Kasus
Suku Anak Dalam Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Program pemberdayaan sosial Suku Anak Dalam (SAD) di bidang pendidikan
di kecamatan limun Berdasarkan Peraturan Presiden Replublik Indonesia
Nomor 186 Tahun 2014 di Desa Lubuk Bedorong antara lain yaitu:
Pembangunan Sarana dan prasarana untuk Suku Anak Dalam (SAD) seperti
seragam sekolah anak, pemberian makanan pokok, Mempasilitasi Tenaga
Pengajar, Memberikan Insentif Honor Kepada Tenaga Pengajar,
Memberdayakan Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) yang belum
diberdayakan
2. Efektivitas program pemberdayaan SAD di bidang pendidikan di kecamatan
limun yaitu dari empat program yang telah direalisasikan oleh Pemerintah
daerah ataupun Pemerintah desa untuk meningkatkan pendidikan bagi Suku
Anak Dalam (SAD) disimpulkan dengan konsep efektivitas menurut Harbani
Pasolong diatas maka program ini sudah dapat dikatakan efektif, karena
rencana pembuatan program tersebut telah dilaksanakan dan sudah dicapai
dengan hasil yang begitu memuaskan baik pemeritah maupun masyarakat Suku
Anak Dalam (SAD) tersebut
66
67
3. Faktor Penghambat dan pendukung Dalam Pencapaian Efektivitas Program
Pemberdayaan Suku Anak Dalam (SAD). Adapun faktor penghambat ialah
Kurangya kepedulian orangtua terhadap pendidikan anak, kurangnya tenaga
pengajar, dan kurangnya minat dari anak SAD dalam menuntut ilmu dan faktor
pendukung yakni adanya dukungan dana dari Pemerintah Daerah, dukungan
dari masyarakat setempat dan perekonomian yang memadai.
B. Saran
1. Pemerintah harus lebih giat lagi dalam mensosialisasikan Pendidikan
terhadap Suku Anak Dalam untuk lebih giat lagi dalam belajar sampai ke
jenjang perguruan tinggi.
2. Pemerintah harus bisa memberi solusi dalam menghandel kendala dalam
mensosialisasikan Pendidikan Suku Anak Dalam.
3. Orang tua harus lebih mentingin tentang Pendidikan anak-anak mereka dari
pada harus putus Sekolah karena lebih ingin menikah mudah dan memilih
ikut berburu.
68
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Arindya, Radita. Efektivitas Organisasi Tata Kelola Minyak dan Gas
Bumi”, (Surabaya: Media Sahabat Cendekia, 2019).
Azwar,Saifudin. Metode Penelitian (Yogyakarya: Pustaka Pelajar Offset,
2001), Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah
IAIN STS Jambi, Cet- 1, (Jambi : Syariah Press Fakultas Syariah,
2010).
Arifin Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2003), hal. 12
Burhan,Bungin. metodologi penelitian sosial: format-format kuantitatif
dan kualitatif (Surabaya: Airlangga, 2001).
Baridi, Lili. Muhammad Zein dkk, Zakat Dan Wirausaha, (Jakarta: CED)
Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007).
Moleong, Lexy J. prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992).
Nengrat, Kenjoro. Metode Wawancara Dalam Metode-metode Penelitian
Masyarakat (Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 1993).
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012).
Pasolong, habani Teori Administrasi Publik, Bandung : Alfabeta, 2007.
hal.28
Rahman, Mariati. Ilmu Administrasi, Cet. Ke-1 (Makassar : Cv Sah
Media, 2017).
Rizka Eliza Febi dkk,2018, Peran Pemerintah terhadap program
pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil suku anak dalam (SAD) di
provinsi jambi Tahun 2018, jurnal Kesmas Jambi, vol.2, No 1, Maret
2018.
Riduwan, skala pengukuran variable-variabel penelitian (Bandung:
Alfabeta, 2005).
69
Rosmedi Dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang:
Alqaprit Jatinegoro, 2006).
Sugarto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakayat Kajian
StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja
Sosial,(Bandung: PT Ravika Adimatama 2005), Cet Ke-1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2009).
Sukmareni dan Hermayulis, Rekam Jejak Sang Sahabat Yusak Adrian
Hutapea Pahlawan Pendidikan Orang Rimba, (Indonesia; KKI Warsi,
2013).
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005).
Suyatno dan B.Mulyadi dengan judul “pemberdayaan adat terpencil
melalui pelayanan terpadu Di Rote Ndao, Provinsi nusa Tenggara
Timur.
Soekanto, Soerjono. Sosial Suatu Pengantar, (Jakarta, Rajawalipress,
1987), Cet. Ke2.
Una, Sayuti. Pedoman Penulisan Skripsi, Cet ke-2, (Jambi : Syariah Press
dan Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, 2014).
W Gulo, Metode Penelitian, Cet ke-1, ( Jakarta : PT. Grafindo, 2002).
Yulinawati, program pemberdayaan komunitas adat terpencil (kat di desa
sungai tohor barat kecamatan tebing tinggi timur kabupaten kepulauan
meranti, Jurnal Online Mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu
politik Universitas Riau (jom fisip UNRI), Vol. 4 No. 1- Februari
2017 hlm 2.
Yudiana dan Subroto. (2010:26). permainan Bolavoli. Bandung: FPOK
Universitas Pendidikan Indonesia.
B. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Presiden Nomor 186 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan Sosial
Terhadap Komunitas Adat Terpencil
Undang-undang Dasar RI 1945
70
C. Lainnya
http://eprints.undip.ac.id/40737/3/004_BAB_III.pdf,
Suku Kubu. Wikipedia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Kubu
Sekilas Profil Kabupaten Sarolangun,https://sarolangunkab.go.id/
utama/baca/berita-227-sekilas-profil-kabupaten-sarolangun.html
71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 dan 2. Suasana Perkampungan Masyarakat Suku Anak Dalam Rena Mane
Lampiran 3 dan 4. Akses Menuju Pemukiman Suku Anak Dalam Rena Mane
Lampiran 5. Pendopo atau Tempat Kegiatan Belajar Mengajar
72
Lampiran 6. Foto Tenaga Pengajar serta suasana kegiatan belajar mengajar berlangsung
Lampiran 7 dan 8. Dokumentasi Penulis dengan Responden dari Masyarakat Suku Anak Dalam
Lampiran 9. Foto dengan Bapak Drs. Junaidi, Kasi Pemberdayaan Sosial Kelembagaan Sosial,
Kesetiakawanan dan Restorasi Dinas Sosial Kab. Sarolangun
73
Lampiran 10. Foto dengan Bapak Eko Sutrisno selaku Tenaga Pengajar
Lampiran 11. Foto dengan Bapak Jamaris, S. Pd. I, Kasi Bina SAD Dinas Pendidikan Kab. Sarolangun
74
CURRICULUM VITAE
Nama : Irmawati
Tempat, tanggal lahir : Muara Mensao, 25 Desember 1997
Email : [email protected]
No. Kontak HP : 0823-5868-9775
Alamat : Jl. Gunung Jati Paal VII Kenali Asam Bawah, Kec. Kota
Baru Kota Jambi
Pendidikan Formal
1. SDN 148 Ranggo IV
2. SMPN 31 Sarolangun
3. SMA Nusantara Jambi
Nama Orang Tua
Ayah : Bujang
Ibu : Laila
Kakak : Iraini
Adik : Intan Nur Aini
Motto Hidup : Setiap Kesulitan Pasti Ada Kemudahan, Setiap Masalah
Pasti Ada Solusi
Jambi, April 2021
Irmawati
SIP.162333