efektivitas model pembelajaran kooperatif
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam
kurikulum sekolah. Menurut Dreeben (Hamzah, 2001:7) matematika diajarkan
di sekolah dalam rangka memenuhi kebutuhan jangka panjang (long-term
functional needs) bagi siswa dan masyarakat. Sedangkan menurut Sujono
(Hamzah, 2001:8) matematika perlu diajarkan di sekolah karena matematika
menyiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu, matematika menyiapkan
siswa menjadi warga negara yang hemat, cermat dan efisien dan matematika
membantu siswa mengembangkan karakternya. Pendapat yang lain adalah
pendapat Stanic (Hamzah, 2001:8) menegaskan bahwa tujuan pembelajaran
matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa,
peningkatan sifat kreativitas dan kritis. Berdasar beberapa pendapat di atas
dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah merupakan hal
yang penting untuk meningkatkan kecerdasan siswa.
Pada hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan
individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap
belajar mengajar adalah untuk memperoleh hasil yang optimal. Kegiatan ini
akan tercapai jika siswa sebagai subyek terlibat secara aktif baik fisik maupun
emosinya dalam proses belajar mengajar.
1
Dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai subyek bukan
obyek dan belajar lebih dipentingkan daripada mengajar. Disamping itu siswa
ikut berpartisipasi ikut mencoba dan melakukan sendiri yang sedang
dipelajari. Sedangkan dalam pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran
aktif, fungsi guru adalah menciptakan suatu kondisi belajar yang
memungkinkan siswa berkembang secara optimal.
Salah satu metode pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam
kelas adalah metode ekspositori. Meskipun guru tidak terus menerus bicara,
namun proses ini menekankan penyampaian tekstual serta kurang
mengembangkan motivasi dan kemampuan belajar matematika. Pembelajaran
matematika dengan metode ekspositori cenderung meminimalkan keterlibatan
siswa sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif dalam
pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu
bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana belajar di
kelas menjadi sangat monoton dan kurang menarik.
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang be-
kerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan
suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama
lainnya. Salah satu cooperative learning adalah STAD. Menurut Suherman
dkk (2003:260) inti dari STAD adalah guru menyampaikan suatu materi,
kemudian para siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas empat
atau lima orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Setelah selesai mereka menyerahkan pekerjaannya secara tunggal untuk setiap
2
kelompok kepada guru. Berdasar uraian di atas peneliti mengambil judul
“Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran
Matematika Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII Semester 2 SMP
Abrakadabra Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
lebih efektif dari pada pembelajaran matematika dengan metode ekspositori
pokok bahasan segiempat kelas VII Semester 2 SMP Abrakadabra Tahun
Pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih efektif dari pada pembelajaran matematika dengan
metode ekspositori pokok bahasan segiempat kelas VII Semester 2 SMP
Abrakadabra Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti
khususnya yang terkait dengan penelitian yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3
2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau
masukkan tentang model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
3. Bagi Siswa
Dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa, meningkat-
kan motivasi dan daya tarik siswa terhadap matematika.
4
BAB II
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Tinjauan Teoretis
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku
manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap,
keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena
itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang
mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting
dalam proses psikologis.
Gagne dan Berliner (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa
“belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman”. Morgan (dalam Anni, 2005:2) menyatakan
bahwa “belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena
hasil dari praktek atau pengalaman”. Slavin (dalam Anni, 2005:2) me-
nyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan
oleh pengalaman”.
Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan
pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya
pengalaman yang sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta
5
berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut
meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan
pemahaman. Sedang yang dimaksud pengalaman adalah proses belajar
tidak lain adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa.(Suyitno, 2004:2)
2. Pembelajaran Matematika
Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah,
yaitu matematika yang diajarkan di pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan
pendidikan menengah (SLTA) (Suherman, 2003:55). Matematika sekolah
terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh-
kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta
berpandu pada perkembangan IPTEK.
Dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika
disebutkan tujuan umum diberikannya matematika adalah:
a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang melalui latihan,
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,
jujur, efektif dan efisien.
6
b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.
Sedangkan tujuan khusus pembelajaran matematika di Sekolah
Lanjut Pertama adalah:
a. Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan
matematika.
b. Memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke
pendidikan menengah.
c. Mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatan dan
perluasan dari matematika sekolah dasar yang dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis,
kritis dan cermat, kreatif, dan displin serta menghargai kegunaan
matematika.
Bila dicermati terlihat bahwa tujuan yang dikemukakan di atas
memuat nilai-nilai tertentu yang dapat mengarahkan klasifikasi atau
penggolongan tujuan pendidikan matematika menjadi (1) tujuan bersifat
formal, lebih menekankan kepada penataan penalaran dan membentuk
kepribadian siswa, (2) tujuan bersifat material, lebih menekankan
kemampuan menerapkan matematika dan keterampilan matematika.
7
3. Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, me-
nyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning jika siswa duduk
bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilakan salah
seorang diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok.
Menurut Suherman dkk (2003:260) cooperative learning menekankan
pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai
sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau
tugas.
Menurut Suherman dkk (2003:260) ada beberapa hal yang perlu
dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa
bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi: pertama para siswa yang
tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah
bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus
dicapai. Kedua para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus
menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok
dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung
jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk mencapai
hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu
harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang
dihadapinya.
8
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelmin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Tujuan pembelajaran kooperatif
a. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang
yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan
ketidakmampuan.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Model pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.
9
4. Student Team Achievement Division (STAD)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga
mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik
baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau
teks. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan perempuan yang berasal dari
berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Komponen
STAD menurut Slavin (1995:71) adalah sebagai berikut:
a. Presentasi kelas
Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang biasa.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mereka. Siswa harus betul-betul memperhatikan presentasi ini karena
dalam presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk
mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran.
b. Belajar dalam tim
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-
5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada
kesulitan siswa yang merasa mampu membantu siswa yang kesulitan.
c. Tes individu
Setelah pembelajaran selesai ada tes individu (kuis).
10
d. Skor pengembangan individu
Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru untuk
dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh
dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam 1 tim.
Nilai rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan
dibagi jumlah anggota tim.
e. Penghargaan tim
Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim dimana dapat memotivasi
mereka.
Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebagai berikut:
a. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan
kerjasama kelompok.
b. Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang
berasal dari ras yang berbeda.
c. Menerapkan bimbingan oleh teman.
d. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah.
Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah sebagai berikut:
a. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan
perlakuan seperti ini.
11
b. Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam
pengelolaan kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus
menerus akan dapat terampil menerapkan model ini.
B. Kerangka Pemikiran
Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa be-
kerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan
suatu masalah secara bersama. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat mem-
bantu siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika. Para siswa
secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk
menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi dan
menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang dialami banyak siswa.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi kesempatan kepada siswa
berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide,
siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan matematika secara komprehensif dalam kelompoknya.
Ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan pada kelompoknya, dengan sendirinya akan
mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematika pada tingkat
berpikir yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya membentuk intelegensi
matematika siswa. Dengan terbentuknya intelegensi matematika siswa akan
berpengaruh pada pencapain hasil belajar siswa yang meningkat.
12
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ”model pembelajaran kooperatif tipe
STAD akan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman belajar pokok bahasan
segiempat pada siswa kelas VII-C SMP Abrakadabra tahun pelajaran 2009-
2010”.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Tindakan
Sebagaimana dikemukakan dalam batasan dan rumusan masalah pada
bab I di atas bahwa penelitian ini ditekankan kepada penggunaan
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga siswa diharapkan akan
mampu memahami dan menguasai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena
itu, objek tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan pendekatan pem-
belajaran kooperatif tipe STAD dalam menghitung keliling dan luas bangun
segi empat di kelas VII semester 2. Rumusan kompetensi dasar ”menghitung
keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah” ini dapat disajikan sebagaimana dikutip dari Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Kurikulum Standar Isi (2006:
sebagai berikut.
Tabel 3.1
Kompetensi Dasar Geometri di Kelas VII Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Geometri5. Memahami hubungan
garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya
5.1 Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut
5.2 Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain
5.3 Melukis sudut
5.4 Membagi sudut
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya
14
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang
6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
6.4 Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu
Mengingat kompetensi dasar ”menghitung keliling dan luas bangun
segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah”
relatif luas pembahasannya, maka pada penelitian ini dibatasi hanya pada
pokok bahasan ”menghitung keliling dan luas bangun segi empat” yang terdiri
atas persegi panjang, trapesium, jajaran genjang, dan belah ketupat.
B. Setting dan Subjek Penelitian
Setting atau latar dan lokasi penelitian adalah kelas VII SMP
Abrakadabra, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Jumlah siswa kelas
VII seluruhnya adalah 132 orang yang terbagi dalam 3 rombongan belajar
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Subjek Penelitian
KelasJumlah Siswa Jumlah
SeluruhnyaLaki-laki Perempuan
VII – A 22 22 44
VII – B 22 22 44
VII – C 20 24 44
Jumlah 64 68 132
15
Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VII – C dengan
pertimbangan bahwa pada umumnya di kelas inilah pembelajaran sering
menemukan kendala sehingga hasil rata-rata setiap akhir pembelajaran selalu
berada di bawah kelas lainnya.
Sebagai bahan perbandingan rata-rata perolehan nilai hasil pembelajaran
dan hasil ulangan blok pada siswa kelas VII – C dengan kelas lainnya sebelum
dilakukan pembelajaran remedial dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Tabel 3.3
Kondisi Hasil Pembelajaran Kelas VII – C
KelasHasil
Belajar KD 1
Hasil Belajar KD 2
Hasil Belajar KD 3
Ulangan Blok 1
Rata-rata
VIII – A 4,51 4,82 5,15 5,21 4,92
VIII – B 5,21 7,2 6,79 6,64 6,46
VIII – C 5,24 5,41 5,11 4,64 5,10
Pemilihan subyek penelitian ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Karena prestasi belajar mata pelajaran Matematika yang
dicapai oleh siswa-siswanya pada setiap ujian blok tergolong rendah.
2. Untuk menjalin komunikasi yang baik dan kerjasama yang
saling meng-untungkan antara pihak peneliti dan pihak sekolah khususnya
peneliti, siswa dan guru di sekolah tersebut.
3. Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh siswa-siswa di
sekolah tersebut dapat dimengerti dengan baik oleh peneliti, sehingga
16
diharapkan pengumpulan data yang sifatnya kualitatif yang terkait erat
dengan konteks situasi pembelajaran dapat diperoleh lebih akurat.
Secara utuh jumlah subyek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 44
orang siswa. Dari siswa-siswa tersebut 24 orang perempuan dan 20 orang
siswa laki-laki.
C. Rencana, Metode, dan Prosedur Penelitian
1. Rencana Penelitian
a. Subjek Penelitian
Siswa kelas VII-C SMP Abrakadabra, Kecamatan Cugenang,
Kabupaten Cianjur
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester 2
c. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Abrakadabra, Kecamatan Cugenang,
Kabupaten Cianjur
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif memusatkan
perhatiannya terhadap masalah-masalah aktual melalui proses
pengumpulan, penyusunan atau pengklasifikasian, pengolahan, dan
penafsiran data dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
3. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dirancang sebanyak 2 siklus.
Tiap siklus terdiri dari tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan
tindakan, (c) observasi, (d) refleksi, dan (e) perncanaan tindakan lanjutan.
17
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan ini adalah:
1) Merumuskan Rencana Pelakanaan Pembelajaran dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
2) Membuat instrumen penelitian yaitu lembar observasi untuk
melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika
pembelajaran diaplikasikan.
3) Membuat media pembelajaran yang diperlukan, termasuk
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal evaluasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan ini meliputi pelaksanaan 18skenario
pembelajaran oleh peneliti di kelas VII C semester 2, bagaimana
proses pembelajaran berlangsung, disertai dengan kegiatan observasi
dan interpretasi serta diikuti kegiatan refleksi.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan
tindakan. Kegiatan inti dari tahap ini adalah menghimpun data melalui
alat pengumpul data (instrumen) untuk dapat menghasilkan temuan
dan masukan yang diperoleh selama kegiatan tindakan berlangsung
dalam upaya memodifikasi dan merencanakan kembali tindakan yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
18
Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis
dalam tahap ini. Dari hasil observasi guru dapat merefleksi dengan
melihat data observasi apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat
meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa. Hasil analisa yang
dilaksanakan dalam tahap ini akan diperguanakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus (tindakan) berikutnya.
e. Tahap Perencanaan Tindakan Lanjutan
Tahap ini merumuskan rencana tindakan lanjutan bila hasil refleksi
belum cukup memuaskan atau ingin disempurnakan. Dengan
memperbaiki atau memodifikasi tindakan sebelumnya.
Berikut alur penelitian dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas), adaptasi
dari Hopkins (dalam Aqib, 2007 ).
Keterangan :
P : Perencanaan T : Tindakan
O : Observasi E/R : Evaluasi / Refleksi
( I Made Padri, 2007 : 4 )
4. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang digunakan yaitu, observasi, pre-test dan post-test.
19
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Observasi dilakukan dengan cara mengamati jalannya proses pembelajaran
membaca tabel dengan menerapkan model pembelajaran kooeratif tipe
STAD.
Pre-test dilaksanakan sebelum pembelajaran membaca tabel dengan model
kooperatif tipe STAD dilakukan, bertujuan untuk mengetahui kondisi awal
siswa. Sedangkan post test dilaksanakan setelah pembelajaran membaca
tabel dengan model kooperatif tipe STAD dilakukan, bertujuan untuk
mengetahui kondisi akhir siswa.
5. Analisis Data
Analisis yang digunakan yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan sepanjang penelitian. Data yang terkumpul
berupa data kualitatif, diperoleh dari proses belajar siswa selama
pembelajaran dan data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa. Data
atau informasi yang dikumpulkan digunakan sebagai bahan acuan untuk
mengkonfirmasi hipotesis.
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Selintas tentang Setting
Latar penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Abrakadabra,
Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2009 – 2010 yang
berjumlah 44 siswa. Jumlah siswa ini dibagi ke dalam 11 (sebelas) kelompok
(komunitas belajar). Pembagian kelompok ini diatur sedemikian rupa sehingga
mampu mengakomodasikan keberagaman sikap, kemampuan akademis, dan
perilaku siswa secara merata.
Faktor keberagaman yang dimaksud di atas, sebagaimana data yang
diperoleh dari wali kelas dan konselor (guru pembimbing/konselor), terdiri
atas data siswa yang secara faktual diuraikan sebagai berikut.
Tabel 4.1
Peta Keadaan Siswa kelas VII C SMP Abrakadabra
No. Aspek KeberagamanJumlah
JumlahL P
1 Siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi
4 7 11
2 Siswa yang memiliki kemampuan akademis rata-rata (sedang)
15 14 29
3 Siswa yang memiliki kemampuan akademis rendah
3 1 4
4 Siswa yang berasal dari lingkung-an sosial tinggi
8 10 18
5 Siswa yang berasal dari lingkung-an sosial rata-rata (menengah ke bawah)
14 12 26
21
No. Aspek KeberagamanJumlah
JumlahL P
6 Siswa yang memiliki perilaku terbuka dengan indikator mudah bergaul dan mobilitas belajarnya tinggi.
6 9 15
7 Siswa yang perilakunya tergolong biasa-biasa saja
16 13 29
8 Siswa yang berperilaku tertutup (introvert) dan sulit bergaul
0 0 0
9 Siswa yang memiliki tingkat kenakalan di atas rata-rata
0 0 0
Pengkategorian kondisi siswa sebagaimana yang terdapat pada siswa di
atas didasarkan pada laporan hasil kegiatan pembelajaran selama semester 1
serta data dari wali kelas dan guru pembimbing (konselor).
B. Uraian Penelitian Secara Umum
Sebelum proses pembelajaran berlangsung dilakukan terlebih dahulu tes
awal (pre test). Tes ini dilaksanakan di luar jam pelaksanaan siklus pertama
pembelajaran membaca tabel. Tes ini dilakukan untuk mengetahui kondisi
kemampuan awal siswa dalam pokok bahasan segi empat. Hasil tes ini juga
digunakan sebagai pembanding dengan nilai hasil pembelajaran pada siklus
terakhir.
Tabel 4.2 Data Penilaian Hasil Tes Awal
45 70 52,5 65 55 55 5555 60 55 50 60 60 4065 70 40 55 50 50 5050 75 75 60 75 60 -
52,5 52,5 60 80 65 40 -50 70 40 50 60 50 -65 40
22
Berdasarkan hasil tes awal dapat diketahui bahwa skor tertinggi
perolehan siswa adalah 80, skor terendah adalah 40, dan rata-rata skor
perolehan adalah 55,79. Ketercapaian rata-rata skor ini masih berada di bawah
KKM yang ditetapkan, yakni 65.
Pembelajaran berikutnya dikembangkan dengan mengikuti langkah-
langkah yang telah direncanakan sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan dan Pemanasan
a. Siswa memperoleh penjelasan umum tentang kompetensi
dasar (KD), indikator, dan tujuan pembelajaran. Pada tahap ini siswa
dan guru juga melakukan tanya jawab tentang bangun segi empat.
Selanjutnya siswa memperoleh penjelasan tentang langkah-langkah
kegiatan pembelajar-an dan memperoleh informasi tentang nilai
kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang harus dicapai setelah proses
pembelajaran berlangsung.
b. Siswa memperoleh penjelasan ringkas mengenai bangun
segi empat.
c. Siswa membentuk komunitas belajar dalam bentuk
kelompok yang terdiri atas 4 siswa setiap kelompok sehingga dalam
kelas terdapat 11 kelompok.
d. Setiap kelompok siswa memperoleh lembar pembelajaran
yang terdiri atas pedoman pembelajaran, beberapa bentuk bangun segi
empat, dan daftar pertanyaan berkaitan dengan setiap bangun segi
empat.
23
2. Tahap Eksplorasi
a. Setiap kelompok, siswa mengamati dan mempelajari lembar
kegiatan pembelajaran, kemudian membaca dengan cermat
petunjuk/pedoman pembelajaran.
b. Setiap kelompok siswa berdiskusi untuk melaksanakan hal-hal
berikut ini.
1) Membaca dan mengamati dengan cermat bentuk
bangun segi empat yang tersedia.
2) Mengidentifikasi karakteristik bangun segi empat.
3) Menjawab permasalahan yang berkaitan dengan
cara menghtung keliling dan luas bangun segi empat.
4) Berlatih menghitung keliling dan luas bangun segi
empat dengan cara menyelesaikan soal-soal yang disediakan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Tahap Konsolidasi
a. Secara bergiliran, setiap kelompok siswa
mempresentasikan hasil analisis dan diskusinya di depan kelas
berkenaan dengan menghitung keliling dan luas bangun segi empat.
b. Kelompok siswa lain menyimak dan
memberikan tanggapan/sumbang saran pada hasil diskusi dan analisis
kelompok yang melaksanakan presentasi.
24
c. Sebagai akhir dari proses konsolidasi, guru
memberikan penguatan (justifikasi) terhadap hasil diskusi dan analisis
siswa dalam bentuk kesimpulan.
4. Tahap Pembentukan Sikap
a. Setiap siswa secara
perseorangan mengikuti tes tertulis dengan cara menjawab soal-soal
yang disajikan dalam waktu 10 menit.
e. Siswa dipandu guru menghitung skor tes individu
kemudian nilai tes digabung menjadi nilai kelompok.
f. Tiga kelompok yang memperoleh nilai terbesar diberi
penghargaan.
5. Refleksi
Pada tahap refleksi, siswa mengungkapkan perasaan-perasaannya
selama mengikuti proses pembelajaran. Pada umumnya mereka mampu
mengikuti pembelajaran dengan baik dan merasa cukup mampu
menyelesaikan soal-soal menghitung keliling dan luas bangun segi empat
dengan baik sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan sebagian lagi
masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal dengan tepat
waktu.
C. Penjelasan Per Siklus
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
25
Siklus pertama pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 8 Februari 2010 pada jam pelajaran ke-3 dan ke-4. Sesuai
dengan perencanaan yang ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, siswa dibagi dalam 11 kelompok masing-masing ber-
jumlah 4 orang.
Pada pembelajaran siklus I ini siswa menerima penjelasan
kompetensi dasar (KD), tujuan pembelajaran, indikator pembelajaran,
dan KKM yang harus diperoleh setelah proses belajar mengajar
dilakukan. Selanjutnya siswa menerima penjelasan tentang tahapan-
tahapan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan serta melaku-
kan tanya jawab berkaitan dengan bangun segi empat.
b. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran menghitung keliling dan luas bangun segi
empat dengan menerapkan metode STAD diawali dengan pemanasan
dan apersepsi yang berisi penjelasan sebagaimana dikemukakan pada
perencanaan di atas.
Selanjutnya, tahap kedua pembelajaran (eksplorasi) dilakukan
dengan mulai membahas permasalahan yang diajukan dalam lembar
kegiatan pembelajaran. Pada proses eksplorasi pembelajaran ini setiap
kelompok menganalisis karakteristik bentuk bangun segi empat yang
tersedia dan menyelesaikan soal-soal sederhana dalam menghitung
keliling dan luas bangun segi empat. Kemudian saling menukar hasil
26
pekerjaan antaranggota kelompok. Kegiatan pembelajaran tahap kedua
ini berlangsung selama 35 menit.
Tahap ketiga pembelajaran adalah konsolidasi yang dilaksanakan
dalam bentuk presentasi kelompok tentang hasil diskusi. Mengingat
keterbatasan waktu, presentasi hanya dilaksanakan oleh satu kelompok
saja, kelompok yang lainnya menanggapinya. Pada tahap presentasi ini
tampaknya masih banyak siswa belum aktif terlibat dalam proses dan
sebagian besar siswa belum bisa menyusun kalimat dengan baik dan
benar. Siswa yang aktif masih didominasi oleh siswa-siswa yang pintar
saja. Presentasi kelompok tersebut memerlukan durasi waktu 28 menit.
Akhir pembelajaran ditutup dengan tes akhir selama 25 menit
kemudian melaksanakan refleksi selama 5 menit.
c. Hasil Pembelajaran
Penilaian yang dihasilkan dari pembelajaran ini terdiri atas dua
macam, yakni penilaian atas proses belajar dan penilaian atas hasil
belajar. Pada proses belajar dalam kelompok, pada umumnya siswa
mengikuti pembelajaran secara sungguh-sungguh. Akan tetapi, karena
sebagian besar siswa belum terbiasa menemukan informasi melalui
tabel, maka hasil proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Data penilaian proses pembelajaran siklus I
KelompokAspek
1Aspek
2Aspek
3Aspek
4Aspek 5 Kesimpulan
1 B B C C B Baik
2 B B K C C Cukup
27
KelompokAspek
1Aspek
2Aspek
3Aspek
4Aspek 5 Kesimpulan
3 B C C C C Cukup
4 B C K C K Cukup
5 C C C C C Cukup
6 C C C C C Cukup
7 C C C K C Cukup
8 C K K C K Kurang
9 C C K C C Cukup
10 C C C C C Cukup
11 C C K C C Cukup
Keterangan:
Aspek 1 = Keterlibatan seluruh anggota kelompok dalam identifikasi permasalahan
Aspek 2 = Pelaksanaan/kelancaran kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan
Aspek 3 = Kecermatan dalam pencatatan hasil diskusi
Aspek 4 = Keluasan dan kedalaman penggunaan referensi
Aspek 5 = Urun saran/ partisipasi
SB = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Sementara itu, hasil pembelajaran secara keseluruhan belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Dari 44 siswa yang mengikuti
pembelajaran, rata-rata perolehan nilai adalah 58,30 dengan data
rekapitulasi selengkapnya sebagai berikut.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Pembelajaran Siklus I
JENIS DATASoal
1Soal
2Soal
3Soal
4Soal
5Jml
Rata-rata
Jumlah Skor 487 525 429 522 544 2507 58,30
28
Rata-Rata 11,33 12,21 9,98 12,14 12,65 58,30Skor Tertinggi 20 20 20 20 20 100 Skor Terendah 7 8 9 8 7 27 Skor Ideal 20 20 20 20 20 100 Standar Deviasi 10,60KKM 65
d. Refleksi
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada proses pembelajaran dan
hasil pembelajaran, diperlukan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Pada siklus kedua ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dan
ditambah. Perbaikan pertama adalah pada penentuan anggota
kelompok dengan menempatkan siswa yang memiliki kemampuan
akademis di atas rata-rata kepada setiap kelompok secara merata (pada
kelas VII-C terdapat 11 siswa yang memiliki kemampuan akademis di
atas KKM, ke-11 siswa ini disebar ke 11 kelompok secara merata).
Perbaikan kedua adalah memberikan soal-soal penyelesaian masalah
bangun segi empat dalam berbagai konteks yang akrab dengan situasi
dan pengalaman siswa pada umumnya. Di samping itu, saran yang
disampaikan oleh observer berkaitan dengan perlakuan setiap
kelompok, khususnya dalam memberikan penghargaan diupayakan
lebih terbuka.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Siklus kedua pembelajaran berlangsung seminggu kemudian,
yakni pada hari Kamis tanggal 11 Februari 2009 pada jam pelajaran
ke-7 dan ke-8. Sesuai dengan rencana yang didasarkan kepada analisis
29
pembelajaran siklus pertama, dilakukan beberapa perbaikan pada
pembelajaran siklus kedua sebagai berikut.
Perubahan anggota kelompok dengan cara menyebar 11
siswa yang memiliki kemampuan akademis di atas KKM ke dalam
11 kelompok yang ada, kemudian siswa lain disebar sesuai dengan
jumlah kelompok yang ada.
Setiap siswa (kelompok maupun perseorangan) disarankan
untuk mengamati berbagai bentuk bangun segi empat sebelum
melaksanakan tatap muka pada pertemuan ini.
Permasalahan yang diajukan kepada siswa lebih diperjelas
dengan memberikan bentuk-bentuk bangun segi empat yang lebih
dekat dengan situasi dan pemahaman siswa.
b. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dimulai tepat pada pukul 11.20 dengan
diawali proses pemanasan dan apersepsi selama 8 menit. Proses
pemanasan ini berisi penjelasan tentang rencana perubahan kelompok
belajar serta perubahan permasalahan. Sementara itu, tujuan pembel-
ajaran serta kriteria ketuntasan minimum pada kompetensi dasar ini
kembali diinformasikan kepada siswa.
Prosedur pembelajaran yang berlangsung selama siklus II ini
dapat diuraikan sebagai berikut.
30
Siswa melaksanakan proses eksplorasi dengan menelaah
bentuk bangun segi empat yang disajikan dalam lembar
pembelajaram.
Setiap kelompok siswa sudah mulai tearah dan sistematis
dalam melakukan pemecahan masalah. Hal ini tampak pada proses
pem-belajaran yang dilalui mereka dengan langsung menyusun
kerangka pemecahan masalah secara sistematis.
Diskusi pada tahap eksplorasi berjalan dengan lancar dan
meng-olah permasalahan secara terarah.
Tahap konsolidasi menampilkan seluruh kelompok dalam
me-nyampaikan hasil diskusi kelompok. Sumbang saran dan
perbaikan isi materi berkembang selama presentasi sesuai dengan
kondisi yang berlangsung.
Siswa memperoleh penguatan hasil diskusi dan justifikasi
hasil belajar.
Setiap siswa melaksanakan tes penguasaan kompetensi
dasar yang diperoleh selama pembelajaran. Tes penguasaan
kompetensi dasar dalam pembelajaran ini dilakukan selama 30
menit sebagai bentuk proses pembentukan sikap.
c. Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran yang diperoleh ada dua macam, yakni peng-
amatan atas proses pembelajaran dan hasil tes pemahaman materi
31
pembelajaran. Hasil pembelajaran selengkapnya yang meliputi ketiga
jenis penilaian di atas dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Data penilaian proses pembelajaran siklus II
KelompokAspek
1Aspek
2Aspek
3Aspek
4Aspek
5Kesimpulan
1 SB B B B B Great Team
2 SB B B B B Great Team
3 SB B B SB B Great Team
4 SB SB B SB B Super Team
5 B B B B B Great Team
6 SB SB B SB B Super Team
7 B SB B B B Great Team
8 B SB SB SB SB Super Team
9 SB SB SB SB SB Super Team
10 SB SB SB SB SB Super Team
11 SB SB SB SB SB Super Team
Keterangan:
Aspek 1 = Keterlibatan seluruh anggota kelompok dalam identifikasi permasalahan
Aspek 2 = Pelaksanaan/kelancaran kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan
Aspek 3 = Kecermatan dalam pencatatan hasil diskusi
Aspek 4 = Keluasan dan kedalaman penggunaan referensi
Aspek 5 = Urun saran/ partisipasi
SB = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
SK = Sangat Kurang
32
Sementara itu, hasil pembelajaran secara keseluruhan belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Dari 44 siswa yang mengikuti
pembelajaran, rata-rata perolehan nilai adalah 79,64 dengan data
rekapitulasi selengkapnya sebagai berikut.
Tabel 8 Rekapitulasi Hasil Pembelajaran Siklus II
JENIS DATASoal
1Soal
2Soal
3Soal
4Soal
5Jml
Rata-rata
Jumlah 742 674 765 755 764 3700 84,09
Rata-Rata 16,86 15,32 17,39 17,16 17,36 84,09
Skor Tertinggi 20 20 20 20 20 100 100
Skor Terendah 14 15 16 14 18 60
Skor Ideal 20 20 20 20 20 100 100
Standar Deviasi 12,02
KKM 65
d. Refleksi
Refleksi pada pembelajaran siklus II ini diisi dengan
kesimpulan-kesimpulan pembelajaran. Pada umumnya proses
pembelajaran berjalan sangat lancar karena seluruh siswa sudah
memahami arah pembelajaran dengan baik. Pemahaman arah dan
sistematika pembelajaran tersebut berdampak kepada hasil pem-
belajaran yang rata-rata berada di atas kriteria ketuntasan minimum (>
65,00). Meskipun demikian, masih terdapat kekurangan dalam hal
penyesuaian diri siswa terhadap bentuk-bentuk bangun segi empat
yang baru ditemukannya.
D. Analisis Data Hasil Penelitian
33
Analisis hasil pembelajaran dilakukan pada kompetensi dasar meng-
hitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakan-
nya dalam pemecahan masalah, kemudian untuk memperoleh data komparatif
dilakukan akumulasi nilai. Data yang dihasilkan pada tes hasil pembelajaran
kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi
empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah adalah sebagaimana
terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10. Rekapitulasi data hasil tes pembelajaran Siklus I dan II
Siklus I:
JENIS DATASoal
1Soal
2Soal
3Soal
4Soal
5Jumlah
Rata-rata
Nilai
JUMLAH 487 525 429 522 544 2507 58,30 58,30
RATA-RATA 11,33 12,21 9,98 12,14 12,65 58,30 58,30
SKOR TERTINGGI 20 20 20 20 20 100 100
SKOR TERENDAH 7 8 9 8 7 27 27
SKOR IDEAL 20 20 20 20 20 100 100
STANDAR DEVIASI 10,60 10,60
KKM 65 65
Siklus II:
JENIS DATASoal
1Soal
2Soal 3
Soal 4
Soal 5
JumlahRata-rata
Nilai
JUMLAH 742 674 765 755 764 3700 84,09 84,09
RATA-RATA 16,86 15,32 17,39 17,16 17,36 84,09 84,09
SKOR TERTINGGI 20 20 20 20 20 100 100 100
SKOR TERENDAH 14 15 16 14 18 60 60
SKOR IDEAL 20 20 20 20 20 100 100 100
STANDAR DEVIASI 12,02 12,02
KKM 65
Data empiris pengujian pemahaman siswa atas menemukan informasi
secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca di atas menunjukkan
perkembangan yang signifikan melalui pembelajaran yang terarah dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Rata-rata perolehan nilai pada
34
siklus I sebesar 58,30 meningkat tajam menjadi 84,09 pada siklus II menjadi
indikator bahwa pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif
tipe STAD telah mencapai keberhasilan, apa lagi jika dibandingkan dengan
kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sebesar 65,00.
E. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di atas, dapat dibahas sejumlah
kesimpulan sebagai berikut.
b. Pada pembelajaran siklus I diperoleh fakta bahwa rata-rata siswa
belum memiliki pengetahuan memadai tentang kompetensi dasar dan
materi pokok menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Hal ini didukung oleh
hasil tes pembelajaran yang memperoleh rata-rata nilai 58,30. Hasil tes ini
membuktikan pula bahwa pada umumnya siswa belum memiliki kebiasaan
yang memadai dalam menyelesaikan permasalahan matematis secara
kontekstual.
c. Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung dalam suasana
tenang dan berjalan lancar. Tidak ditemukan hambatan-hambatan yang
berarti selain proses penyesuaian diri siswa terhadap bentuk-bentuk
bangun segi empat yang baru dilihatnya. Hal yang paling penting bahwa
pembelajaran benar-benar dapat menyenangkan siswa di mana siswa
terlibat secara penuh dalam proses pemecahan masalah. Hal ini sejalan
35
dengan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif yang mengemukakan hal-
hal sebagai berikut.
a. Pembelajaran berlangsung dalam situasi yang nyata.
b. Pengajaran yang diberikan merupakan pengajaran yang otentik dan
faktual, tidak abstrak.
c. Pembelajaran berbasis inkuiri atau menemukan sendiri konsep,
bentuk, serta hasil.
d. Pembelajaran berbasis masalah. Artinya, masalah yang menjadi
pokok pembelajaran ditentukan dan ditemukan oleh siswa sendiri serta
dikembangkan dengan memecahkan masalah sendiri. Guru bertindak
sebagai fasilitator yang membimbing siswa hingga akhir penemuan.
e. Pembelajaran yang dikembangkan harus memiliki makna dan
menyenangkan bagi siswa (Depdiknas, 2002:9)
d. Hasil pembelajaran yang dilakukan pada siklus II menunjukkan
fakta rata-rata nilai yang berada di atas nilai yang ditetapkan sebagai
kriteria ketuntasan minimum. Rata-rata nilai perolehan pada siklus I
adalah 58,30, rata-rata nilai perolehan pada siklus II adalah 84,09. Nilai-
nilai perolehan ini seluruhnya lebih besar daripada nilai KKM yakni 65,00
sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran kompetensi dasar
menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah dianggap telah tuntas.
e. Berdasarkan hasil analisis atas proses pembelajaran dan hasil
belajar yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yang
36
dirumuskan ”Terdapat pengaruh positif penggunaan pendekatan dan
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran
kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun segi empat di kelas
VII C SMP Abrakadabra, Kecamatan Cugenang, Cianjur, semester 2,
tahun pelajaran 2009 – 2010.” dapat diterima.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan dan batasan masalah serta proses pembelajaran
dan analisis yang dilakukan, dapat disusun kesimpulan-kesimpulan hasil
penelitian tindakan kelas sebagai berikut.
1. Pengetahuan awal siswa tentang menghitung keliling dan
luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah masih relatif rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil
tes awal yang memperoleh rata-rata sebesar 55,79 dan hasil proses
pembelajaran pada siklus I yang hanya memperoleh rata-rata nilai sebesar
58,30 yang berarti -6,70 lebih rendah daripada kriteria ketuntasan
minimum yang ditetapkan, yakni 65,00.
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung
ternyata ter-masuk ke dalam kategori sungguh-sungguh, baik pada proses
37
pembelajar-an siklus I, siklus II, maupun pada penyelesaian proyek tugas
pemecahan masalah kelompok. Kesungguhan siswa pada proses
pembelajaran ini disebabkan oleh konteks pembelajaran yang nyata
dengan melibatkan siswa dalam bentuk-bentuk bangun segi empat yang
beraneka macam sesuai konteksnya. Pembelajaran yang terdiri atas
kegiatan-kegiatan peng-amatan serta proses diskusi dan percobaan
berlangsung penuh antusias.
3. Perkembangan kemampuan apresiasi siswa dalam
menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah setelah pembelajaran terlihat
sangat signifikan. Perolehan nilai pada tes pemahaman siklus I adalah
58,30 dan kemudian diperbaiki melalui proses pembelajaran yang lebih
terorganisasi sehingga naik menjadi 84,09 pada siklus II.
B. Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut
Saran-saran yang dapat disampaikan untuk kegiatan penelitian tindakan
lebih lanjut adalah sebagai berikut.
a. Sebagai garda terdepan dalam pendidikan, selayaknya guru mata
pelajaran (khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia) memahami
dan mengaplikasikan dengan benar dan baik pengelolaan pembelajaran
yang terdiri atas persiapan pembelajaran (dengan mempersiapkan
perencanaan yang matang serta pemilihan model pembelajaran yang
bervariasi), pelaksanaan dan pengorganisasian pembelajaran di kelas atau
di lokasi pembelajaran, serta penilaian dan tindak lanjut pembelajaran.
38
b. Materi pada kompetensi dasar ”menghitung keliling dan luas
bangun segi-tiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan
masalah” bukanlah satu-satunya kompetensi dasar yang determinan dalam
pembel-ajaran keterampilan membaca di SMP, rekan-rekan guru mata
pelajaran hendaknya dapat mengembangkan bentuk-bentuk penelitian
tindakan kelas yang lebih memusatkan perhatian kepada pengembangan
model pembel-ajaran pada kompetensi dasar yang menantang.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Holil. 2007. Model Pembelajaran Kooperatif. Artikel pada http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html
Arikunto, Suharsimi. 1987. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Jakarta Jaya
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Penilaian Berbasis Kelas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang
Departemen Pendidikan Nasional. 2006, Kurikulum Standar Isi: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi: Penilaian Pembelajaran. Jakarta: Direktorat PLP Dirjen Dikdasmen.
Dina Gasong. 2004. Model Pembelajaran Konstruktivistik sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran. Jakarta: PPS Universitas Negeri Jakarta
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Hamzah. 2001. Pembelajaran Matematika Menurut Teori Pembelajaran Konstruktivisme, (online), (WWW.DEPDIKNAS.GO.ID, diakses 11 Januari 2007)
Kerami dan Sitanggang. 2002. Kamus Matematika. Jakarta: Balai Pustaka.
39
Lestari, Dewi Ayu. 2006. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualisation) terhadap Pemahaman Konsep pada Pokok Bahasan Trigonometri pada Siswa Kelas X Semester II SMU Negeri 14 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.
Lukman, Ali. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. USA: The Jhons Hopkins University.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Sukino dan Wilson Simangunsong. 2004. Matematika untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.
Suwarsih Madya. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Tulisan pada http://ahmadsudrajat.wordpress.com/
Syamsul Junaidi dan Eko Siswono. 2006. Matematika SMP untuk Kelas VII. Surabaya: Gelora Aksara Pratama.
40