efektivitas model penemuan terbimbing dan
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN COOPERATIVE
LEARNING DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IX SMP
SE-SUB RAYON 04 KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister S-2
Pendidikan Matematika
Diajukan oleh: YOPPY WAHYU PURNOMO
S850809320
PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LEMBAR PERSETUJUAN
EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN COOPERATIVE
LEARNING DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IX SMP
SE-SUB RAYON 04 KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun oleh:
YOPPY WAHYU PURNOMO S850809320
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada Tanggal:
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan
Pembimbing I: Dr. Mardiyana, M.Si …………………… NIP. 19660225 199302 1 002
Pembimbing II: Triyanto, S.Si.,M.Si …………………… NIP. 19720508 199802 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.Si
NIP. 19660225 199302 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LEMBAR PENGESAHAN
EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN COOPERATIVE LEARNING DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IX SMP SE-SUB RAYON 04 KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun oleh:
YOPPY WAHYU PURNOMO S850809320
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada Tanggal:
JABATAN NAMA TANDA TANGAN
Ketua : Prof. Dr. Budiyono, M.Sc ……………………
NIP. 19530915 197903 1 003
Sekretaris : Dr. Imam Sujadi, M.Si ……………………
NIP. 19670915 200604 1 001
Anggota Penguji : 1. Dr. Mardiyana, M.Si ……………………
NIP. 19660225 199302 1 002
2. Triyanto, S.Si.,M.Si ……………………
NIP. 19720508 199802 1 001
Mengetahui,
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si
NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19660225 199302 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : YOPPY WAHYU PURNOMO
NIM : S850809320
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul “Efektivitas
Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning Ditinjau dari Kreativitas
Siswa pada Pembelajaran Matematika di Kelas IX SMP Se-Sub Rayon 04
Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011” adalah betul-betul karya saya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam
daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar
yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2011
YOPPY WAHYU PURNOMO S850809320
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
· “….Katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya)
petunjuk, dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada tuhan semesta alam”.
(Q.S. Al-An’am / 5:71)
· “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan
sesungguhnya demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang
khusyuk”. (Al-Baqarah - 45)
· Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada
Allah Azza Wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak
mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan
menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu
pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-
Rabii')
· Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga. (HR. Muslim)
· “Perjuangan hidup tak berhenti dengan satu kepuasan yang diterima saat ini
saja besok episode baru telah menunggu”. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:
· Ayah dan Bunda tercinta (Sugiarto dan Erny), terimakasih tidaklah cukup atas
semua yang telah diberikan kepadaku baik itu doa, kasih sayang, atau apapun.
Semoga kelak bisa membalasnya dan membanggakan kalian.
· Kakak dan adikku (Sari dan Budi) kalian merupakan semangatku semoga kita
dapat membanggakan kedua orang tua kita.
· Wahyu, terimakasih untuk perhatian dan kesabaranmu menerima segala keluh
kesahku.
· Sahabat-sahabat seperjuangan (Eka, Aprianto, Pak Edi, Sugiyarto, Bu
Melania, Ihbad, dan teman-teman kelas pararel 2), terimakasih untuk semua
kisah-kisah dan pengalaman yang kalian berikan padaku.
· Teman-teman guru di SMPN 3 Satu Atap Jatipurno, terimakasih pengalaman
dan dukungan kalian.
· Teman-teman guru di SMP Se-Sub Rayon 04 khususnya sanggar 09,
terimakasih atas bantuan, pengalaman, dan dukungan kalian.
· Keluarga besarku yang saya jadikan pijakan, terimakasih atas bantuan kalian
baik secara langsung atau tidak. Akan saya buktikan saya juga bisa!
· Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
· Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan segala rahmat
dan karunianya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
salam dan sholawat diberikan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi
ushwatun khasanah bagi kehidupan umat islam. Menyadari bahwa karya di bidang
apapun tidak terlepas dari kekurangan, disebabkan karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Pada kesempatan ini kami
sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D selaku Direktur Pascasarjana yang telah
memberikan fasilitas kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
2. Dr. Mardiyana, M.Si, selaku Ketua Progam Studi Pendidikan Matematika dan
Pembimbing I, yang telah memberikan ijin kepada penulis dalam penulisan
tesis ini dan memberikan saran, bimbingan, pengarahan, dan perhatiannya
kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya tesis ini.
3. Triyanto, S.Si., M.Si selaku Pembimbing II, yang telah memberikan saran,
bimbingan, pengarahan, dan perhatiannya sehingga tesis ini dapat selesai.
4. Bapak dan Ibu Dosen pendidikan matematika pasca sarjana UNS yang telah
memberikan ilmu dan pengalamannya kepada kami.
5. Endang Hadiningsih, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP N 3 Satu Atap
Jatipurno yang telah memberikan dukungan dan arahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Drs. Sulatmin selaku Kepala Sekolah SMP N 2 Girimarto yang telah
memberikan ijin dan telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
7. Kasdi, S.Pd., M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP IIS Jatipurno yang telah
memberikan ijin dan telah membantu dalam pelaksanaan penelitian
8. Dra. Ninuk Dwi Sutarni selaku Kepala Sekolah SMP N 2 Jatisrono yang telah
memberikan ijin dan telah membantu dalam pelaksanaan penelitian
9. Ibunda Erny nurhayati dan Ayahanda Soegiarto tercinta yang memberikan
doa, kasih sayang dan segalanya untukku.
10. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa studi ini bukanlah karya yang sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga tesis ini
dapat bermanfaat, baik bagi pembaca maupun diri kami pribadi dan dapat menjadi
sumbangan bagi perkembangan ilmu pendidikan.
Wassamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Januari 2011
PENULIS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………….……….i
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………..…….….........ii
LEMBAR PENGESAHAN ….……………………….…………….…….....iii
LEMBAR PERNYATAAN ………...…………………...……….………….iv
MOTTO ……………………...……………….….………v
PERSEMBAHAN …………………...………………….…………vi
KATA PENGANTAR …………….…………...….…………………..vii
DAFTAR ISI …………….……………………………..........ix
DAFTAR GAMBAR …………….………………….……….............xi
DAFTAR TABEL .…………………….…………………............xii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………….………….xiv
ABSTRAK …………………………………….……….....xvi
ABSTRACT ……………………………………………....xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan ……………...………………………..1
B. Identifikasi Masalah ……………...………………………..7
C. Pemilihan Masalah ……………...………………………..8
D. Pembatasan Masalah ……………...………………………..9
E. Perumusan Masalah ……………...………………………10
F. Tujuan Penelitian ……………...………………………10
G. Manfaat Penelitian ……………...………………………11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ……………...……………………...13
B. Penelitian yang Relevan ……………...……………………...37
C. Kerangka Pemikiran ……………...……………………...44
D. Hipotesis ……………...……………………...51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ……………...……………………...53
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………...……………………...53
C. Subjek Penelitian ……………...……………………...54
D. Teknik Pengumpulan Data ……………...……………………...57
E. Teknik Analisis Data ……………...……………………...67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pengembangan
Instrumen ……………...……………………...83
B. Uji Keseimbangan ……………...……………………...86
C. Deskripsi Data ……………...……………………...89
D. Pengujian Prasyarat Analis ……………...……………………...93
E. Hasil pengujian Hipotesis ……………...……………………...95
F. Hasil Uji Komparasi Ganda ……………...……………………...96
G. Pembahasan Hasil Penelitian ……………...…………………….104
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian ……………...…………………….113
B. Implikasi Hasil Penelitian ……………...…………………….114
C. Saran-Saran ……………...…………………….115
DAFTAR PUSTAKA ……………...…………………….119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Interaksi dalam Kegiatan
Pembelajaran Penemuan Terbimbing
…...…………………….…20
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian …...……………….………50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Peran Guru dan Siswa dalam Model Penemuan
Terbimbing .............19
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif .............26
Tabel 2.3 Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran
Konvensional .............30
Tabel 2.4 Aspek dan Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif .............32
Tabel 2.5 Perbedaan Variabel yang diteliti .............41
Tabel 3.1 Waktu Penelitian .............54
Tabel 3.2 Pengelompokan SMP Se-Sub Rayon 04 Kab.Wonogiri .............56
Tabel 3.3 Notasi dan Tata Letak Data (Anava Satu Jalan) .............68
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan .............70
Tabel 3.5 Notasi dan Tata Letak Data (Anava Dua Jalan) .............75
Tabel 3.6 Rataan dan Jumlah Rataan .............75
Tabel 3.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan .............79
Tabel 4.1 Rangkuman Uji Normalitas (Anava Satu Jalan) .............87
Tabel 4.2 Rangkuman Uji Homogenitas (Anava Satu Jalan) .............88
Tabel 4.3 Rangkuman Analisis Satu Jalan Sel Tak Sama .............88
Tabel 4.4 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa pada Dua
Kelompok Eksperimen dan Satu Kelompok Kontrol .............90
Tabel 4.5 Deskripsi Data Kreativitas Belajar Siswa pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .............91
Tabel 4.6 Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa
pada Kelompok Kreativitas Belajar Siswa .............92
Tabel 4.7 Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa
pada Kelompok Hasil Belajar Matematika dan
Kreativitas Belajar Siswa .............93
Tabel 4.8 Rangkuman Uji Normalitas (Anava Dua Jalan) .............94
Tabel 4.9 Rangkuman Uji Homogenitas (Anava Dua Jalan) .............95
Tabel 4.10 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan .............96
Tabel 4.11 Rerata Marginal dan Rerata Masing-Masing Sel .............97
Tabel 4.12 Rangkuman Komparasi Ganda Rerata Antar Baris .............97
Tabel 4.13 Rangkuman Komparasi Ganda Rerata Antar Kolom .............99
Tabel 4.14 Rangkuman Komparasi Ganda Rerata Antar Sel
pada Baris yang Sama ...........100
Tabel 4.15 Rangkuman Komparasi Ganda Rerata Antar Sel
pada Kolom yang Sama ...........102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Siswa untuk Uji Coba Instrumen
(SMPN 2 Jatisrono) …...…...123
Lampiran 2: Data Siswa Kelas Eksperimen Penemuan
Terbimbing …...…...127
Lampiran 3: Data Siswa Kelas Eksperimen Kooperatif …...…...129
Lampiran 4: Data Siswa Kelas Kontrol (Model Konvensional) …...…...131
Lampiran 5: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) …...…...133
Lampiran 6: Modul Bangun Ruang Sisi Lengkung …...…...237
Lampiran 7: Lembar Kerja Siswa …...…...246
Lampiran 8: Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar Matematika …...…...273
Lampiran 9: Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar Matematika …...…...282
Lampiran 10: Kisi-Kisi Angket Kreativitas Belajar Matematika …...…...287
Lampiran 11: Lembar Validasi Instrumen Tes …...…...294
Lampiran 12: Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Uji
Reliabilitas Instrumen Tes …...…...296
Lampiran 13: Lembar Validasi Instrumen Angket …...…...318
Lampiran 14: Konsistensi Internal dan Uji Reliabilitas
Instrumen Angket …...…...322
Lampiran 15: Uji Normalitas Untuk Uji Keseimbangan Rataan …...…...350
Lampiran 16: Uji Homogenitas Untuk Uji Keseimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rataan Eksperimen dan Satu Kelompok Kontrol …...…...359
Lampiran 17: Uji Keseimbangan Rataan (Anava Satu Jalan) …...…...362
Lampiran 18: Data Hasil Angket Siswa Kelompok Penemuan
Terbimbing …...…...366
Lampiran 19: Data Hasil Belajar Siswa Kelompok Penemuan
Kelompok Hasil Belajar Matematika dan
Kreativitas Belajar Siswa …...…...368
Lampiran 20: Data Hasil Angket Siswa Kelompok Kooperatif …...…...370
Lampiran 21: Data Hasil Belajar Siswa Kelompok Kooperatif …...…...372
Lampiran 22: Data Hasil Angket Siswa Kelompok Konvensional …...…...374
Lampiran 23: Data Hasil Belajar Siswa Kelompok Konvensional …...…...376
Lampiran 24: Data Induk …...…...378
Lampiran 25: Uji Normalitas …...…...382
Lampiran 26: Uji Homogenitas …...…...400
Lampiran 27: Komputasi Uji Hipotesis Analisis Variansi Dua
Jalan dengan Sel Tak Sama …...…...409
Lampiran 28: Komputasi Uji Hipotesis Pasca Anava
pada Kolom yang Sama …...…...415
Lampiran 29: Tabel Nilai Statistik …...…...428
Lampiran 30: Surat Keterangan Penelitian …...…...434
Lampiran 31: Daftar UN SMP se-Kabupaten Wonogiri …...…...437
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Yoppy Wahyu Purnomo. S850809320. Efektivitas Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning Ditinjau dari Kreativitas Siswa pada Pembelajaran Matematika di Kelas IX SMP Se-Sub Rayon 04 Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011. Komisi I Dr. Mardiyana, M.Si dan Komisi II Triyanto, S.Si., M.Si. Tesis. Surakarta: Progam Studi Pendidikan Matematika Progam Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret, 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui manakah diantara model pembelajaran (penemuan terbimbing, cooperative learning, dan konvensional) yang dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik. (2) Untuk mengetahui manakah dari kategori kreativitas siswa (tinggi, sedang, dan rendah) yang memberikan hasil belajar matematika lebih baik. (3) Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran (penemuan terbimbing, cooperative learning, dan konvensional) dan kreativitas siswa terhadap hasil belajar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian ekperimental semu. Populasi penelitian ini yaitu semua Siswa kelas IX SMP Se-Sub Rayon 04 Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2010/2011. Banyak anggota sampel dalam penelitian ini adalah 232 siswa yang terbagi menjadi 2 kelompok eksperimen (penemuan terbimbing dan cooperative learning) dan 1 kelompok kontrol (konvensional). Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling dan cluster random sampling. Metode pengumpulan data dengan tes, angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan sel tak sama, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan metode Bartlett.
Hasil analisis dengan menggunakan taraf signifikansi 5 % dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh model pembelajaran yang diterapkan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung = 48,660 > 3,036 = F0,05;2;223 sehingga H0A ditolak. (2) Terdapat pengaruh kreativitas belajar terhadap hasil belajar. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung = 27,592 > 3,036 = F0,05;2;223 sehingga H0B ditolak. (3) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas belajar siswa terhadap hasil belajar. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung = 6,466 > 2,412 = F0,05;4;223 sehingga H0AB ditolak. Setelah uji komparasi ganda dilakukan dapat disimpulkan: (1) Model penemuan terbimbing dan model cooperative learning memberikan hasil belajar yang sama tetapi lebih baik daripada model konvensional. (2) Hasil belajar matematika siswa yang memiliki kreativitas yang lebih tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas lebih rendah. (3) Hasil belajar pada kategori kreativitas siswa yang tinggi, siswa yang diberikan model pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik hasil belajarnya daripada model pembelajaran cooperative learning dan cooperative learning lebih baik hasil belajarnya daripada model konvensional. Sedangkan untuk kategori kreativitas sedang maupun rendah model penemuan terbimbing dan model cooperative learning memberikan hasil belajar yang sama akan tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lebih baik daripada model konvensional. Kecuali itu, hasil belajar siswa yang dikenai pembelajaran penemuan terbimbing, siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik hasil belajarnya daripada siswa kreativitas sedang maupun rendah. Sedangkan siswa kreativitas sedang maupun rendah memiliki hasil belajar yang sama. Sedangkan hasil belajar siswa dengan model cooperative learning dan konvensional, siswa kreativitas tinggi, sedang maupun rendah memiliki hasil belajar yang sama.
Kata kunci: Model Penemuan Terbimbing, Cooperative Learning Model, Model
Konvensional, Kreativitas, Hasil Belajar Matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT Yoppy Wahyu Purnomo. S850809320. Effectiveness of the Guided Discovery and Cooperative Learning Model Observed from Student Creativity at Mathematic Learning for Junior High School Grade IX in District Area 04 Sub-Provinces Wonogiri in the Academic Year 2010/2011. The First Commission Dr. Mardiyana, M.Si and The Second Commission Triyanto, S.Si., M.Si. Thesis. Postgraduate Progam in Mathematics Education. Sebelas Maret University. Surakarta. 2011.
The purposes of this research were: (1) to know was which between study model (guided discovery, cooperative learning, and conventional) can give better mathematics learning result. (2) to know was which from student creativity category (low, medium, and high) can give better mathematics learning result. (3) to know interaction between study models (guided discovery, cooperative learning, and conventional) and student creativity to result of learning.
This research was a quasi experimental study. The population of the research was all of the students in Junior High School grade 9 in district area 04 sub-provinces Wonogiri in the Academic Year 2010/2011. The sample of this research was 232 students that divided into 2 experiment groups (guided discovery and cooperative learning) and 1 control group (conventional). This research used stratified random sampling and cluster random sampling. The method of data collection used in the research was a documentation method, enquette method, and test method. The technique of data analyzed was two-ways analyzed of variance with unequal cell sizes. The normality conditions was checked by Lilliefors Method, while the homogeneity of variances was tested by the Bartlett Method.
Result of analysis by using 5% level of significance concluded that: (1) There was study model influence applied to result of student learning. This thing is proved with Fobs = 48.660 > 3.036 = F0.05;2;223 so that H0A is refused. ( 2) There was learning creativity influence to result of learning. This thing is proved with Fobs = 27.592 > 3.036 = F0,05;2;223 so that H0B is refused. ( 3) There was interaction between study models and student learning creativity to result of learning. This thing is proved with Fobs = 6.466 > 2.412 = F0.05;4;223 so that HOAB is refused. After double comparation test had been done is inferential: (1) Guided discovery model and cooperative learning model to give the same learning result but better than conventional model. (2) Result of student mathematics learning having higher level creativity is better than student having lower creativity. (3) Result of learning at high student creativity category, student given guided discovery model is better than cooperative learning and cooperative learning better than conventional model. While for categorizing low and also medium creativity, guided discovery model and cooperative learning model to give the same learning result however better than conventional model. Except that, result of student learning hit by guided discovery model, student having better high creativity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
better than low and also medium creativity students. While low and also medium creativity student has the same learning result. While result of learning student with model cooperative learning and conventional, student with low, medium, and high creativity has the same learning result. Keywords: Guided Discovery Model, Cooperative Learning Model, Conventional
Model, Creativity, Result of Mathematics Learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut
seseorang untuk dapat memahami informasi dan pengetahuan. Dengan
demikian, diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih, dan mengolah
informasi. Kemampuan-kemampuan tersebut membutuhkan pemikiran yang
kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Salah satu program pendidikan yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, sistematis, logis, dan
kreatif antara lain matematika, sehingga dari peranan yang sangat penting
dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) upaya
pembaharuan pendidikan matematika harus selalu dilakukan.
Nurhadi dan Agus Gerrard Senduk (2003:1) menyatakan bahwa
konteks pembaharuan pendidikan ada tiga isu utama yang perlu disoroti yaitu
pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas
metode pembelajaran. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk
meningkatkan kualitas hasil pendidikan sehingga secara mikro harus
ditemukan strategi, pendekatan, atau metode pembelajaran efektif yang lebih
memberdayakan potensi siswa sehingga model pembelajaran dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang direncanakan.
Pembelajaran matematika di Indonesia jika dilihat dari penilaian atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
assesment masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi proses maupun
hasil yang dicapai.
Hasil survey dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang disampaikan di Jakarta akhir tahun 2006 menyebutkan, prestasi Matematika siswa di Indonesia cukup rendah, yaitu dengan indeks 411. Jadi, jauh tertinggal dari Malaysia (508) dan Singapura (605). Hasil penelitian tim Programme of International Student Assessment (PISA) tahun 2001 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literatur matematika.(http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TPKMP1F380BEBFJGS, tanggal 09 Mei 2010 pukul 11.40). Lebih lanjut, mengacu angka kelulusan Ujian Nasional (UN) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 2010 turun cukup signifikan dibanding UN 2009, yaitu dari 95,05 persen menjadi 90,27 persen. Atas dasar itu, jumlah siswa yang akan ikut UN ulang SMP pada 17-20 Mei mendatang sebanyak 350.798 dari total 3.605.163 peserta. "Faktor penyebab turunnya angka kelulusan UN SMP boleh dibilang sangat beragam dan terkait satu sama lain," kata Mendiknas Muhammad Nuh kepada pers di Jakarta, Kamis, tentang rencana pengumuman kelulusan UN SMP pada 7 Mei secara serentak di seluruh Indonesia. (http://blog.unila.ac.id/andika/files/2010/05/KELULUSAN-Hasil-UN-Tingkat-SMP-juga-JEBLOK1.docx, tanggal 29 Juli 2010 pukul 19.40). Sejalan dengan hasil tersebut dalam ruang lingkup yang lebih sempit
tepatnya di Kabupaten Wonogiri. Menurut Pusat Penilaian Pendidikan (Badan
Penelitian dan Pengembangan, 2009) hasil Ujian Nasional SMP di Kabupaten
Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah sekolah 73 dan jumlah
peserta 11091 yang tidak lulus Ujian Nasional sebanyak 124 siswa (1,929%)
dengan distribusi nilai siswa pada pelajaran matematika dibawah nilai 6
sebanyak 1447 siswa dengan nilai terendah 1,25.
Beberapa data di atas mengindikasikan bahwa hasil dari proses
pembelajaran yang dilakukan kurang memuaskan. Hal ini menjadi diskusi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
musyawarah rekan teman sejawat guru matematika SMP pada forum
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika sanggar 09 Sub
Rayon 04 Kabupaten Wonogiri, daya serap siswa pada pelajaran matematika
banyak yang mengeluhkan miskonsepsi dan hasil belajar yang kurang
memuaskan terutama materi yang menyangkut geometri.
Menurut pemaparan sebagian besar guru, materi yang menyangkut
geometri kebanyakan anak mengalami kesulitan mengerjakan soal, sering
salah konsep, dan hanya menghafal rumus-rumusnya saja. Kecuali itu, hasil
ulangan siswa yang menyangkut geometri terutama Bangun Ruang Sisi
Lengkung, Teorema Phytagoras, dan Garis Singgung Lingkaran memperoleh
hasil yang tidak memuaskan. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa akantetapi dari pemaparan sebagian besar guru dapat ditarik kesimpulan
bahwa guru-guru menggunakan model pembelajaran yang terpusat pada
penyampaian informasi dengan memindahkan pengetahuannya kepada murid
yaitu dengan diawali membahas PR, menyampaikan tujuan materi pelajaran,
dan memotivasi siswa, inti pelajaran menyampaikan materi dengan ceramah,
tanya-jawab, dan latihan individu, sedangkan penutup dengan tugas atau
Pekerjaan Rumah.
Salah satu faktor penyebab kualitas pendidikan matematika di
Indonesia rendah, antara lain pandangan yang keliru terhadap peran guru-guru.
Pada umumnya guru banyak mendominasi jalannya proses pembelajaran
matematika di sekolah, selain itu murid hanya bersifat pasif dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran.
Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang
dipelajarinya, bukan “mengetahui”nya. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka
pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan jangka
panjang. Pada umumnya, konsep matematika merupakan relasi (hubungan)
antara materi satu dengan materi yang lain. Pengetahuan yang dimiliki siswa
merupakan pengalaman yang dijalaninya selama proses belajar. Sehingga guru
harus optimal dalam proses pembelajaran serta dapat memberikan informasi
atau pengalaman dengan konsep yang betul.
Kontruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan akan tersusun atau
terbangun didalam pikiran siswa sendiri ketika berupaya untuk
mengorganisasikan pengalaman barunya berdasarkan kerangka kognitif yang
sudah ada didalam pikiran siswa, seperti dinyatakan Prince dan Felder (2006:
3-4):
“An alternative model, constructivism, holds that whether or not there is an objective reality (different constructivist theories take opposing views on that issue), individuals actively construct and reconstruct their own reality in an effort to make sense of their experience. New information is filtered through mental structures (schemata) that incorporate the student’s prior knowledge, beliefs, preconceptions and misconceptions, prejudices, and fears”. Sejalan dengan hal tersebut di atas Liu & Chen (2010: 63)
menyatakan:
”Constructivism is a theory about how we learn and thinking process, rather than about how student can memorize and recite a quantity of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
information…Therefore, constructivism means that learning involves constructing, creating, inventing, and developing one’s own knowledge and meaning”.
Dengan demikian pengetahuan tidak dapat dipindahkan dengan begitu
saja dari otak seorang guru ke otak siswanya. Setiap siswa harus membangun
pengetahuan itu di dalam otaknya sendiri-sendiri.
Terdapat dua pandangan yang berbeda dalam konstruktivisme, yaitu
cognitive constructivism dan social constructivism. Piaget dalam Powell &
Kalina (2009:242) menjelaskan bahwa fokus utama dari cognitive
constructivism yaitu pengetahuan dipelajari dari individu siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri dari pengalaman yang dimilikinya
sebagai salah satu contoh model pembelajarannya antara lain discovery
learning, berlawanan dengan hal tersebut Lev Vygotsky dalam Powell &
Kalina (2009:243) menjelaskan bahwa fokus utama dari social constructivism
yaitu pengetahuan dibangun dan diperoleh dari proses interaksi sosial sebagai
salah satu contoh model pembelajarannya yaitu cooperative learning. Hal ini
sejalan apa yang dikemukakan Marpaung (2005: 4-5) bahwa Piaget lebih
menekankan aktivitas individu daripada aktivitas sosial. Sedangkan Vygotsky
mengkritik pandangan Piaget bahwa belajar adalah aktivitas sosial.
Kontruktivisme seperti yang dinyatakan di atas bahwa pengetahuan
akan tersusun atau terbangun didalam pikiran siswa sendiri ketika berupaya
untuk mengorganisasikan pengalaman barunya berdasarkan kerangka kognitif
yang sudah ada didalam pikiran siswa, siswa diberi kebebasan dalam mencoba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(trial and error), berimajinasi, berintuisi, dan berkolaborasi untuk
memperoleh pengetahuan, dari sinilah kreativitas dibutuhkan untuk membantu
siswa dalam proses tersebut.
Kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika merupakan sesuatu
yang banyak dijumpai dalam pembelajaran matematika terlebih dengan soal
yang bervariasi. Suatu saat siswa dihadapkan pada sebuah masalah yang
menuntut kreativitas berpikir dalam menyelesaikan soal tetapi siswa tersebut
tidak mampu menyelesaikan karena hanya berkutat pada satu jalan keluar. Hal
ini menunjukkan kreativitas dalam menyelesaikan soal sangat penting untuk
mencari alternatif jawaban dari permasalahan yang muncul. Sehingga guru
selain memberikan pengetahuan atau pengalaman dengan konsep yang betul
tetapi juga harus dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kreativitas merupakan kemampuan individu untuk mempergunakan
imaginasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide
atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil
yang baru serta bermakna (Depdiknas, 2008:4). Hal ini sejalan dengan Bruner
(Suherman, 2003:43) bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal yang baru diluar informasi
yang diberikan kepada dirinya. Ausubel menambahkan bahwa belajar akan
bermakna jika peserta didik mencoba menghubungkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang sebelumnya (Suherman, 2003:32).
Pembelajaran aktif mengharuskan siswa dipandang sebagai subyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bukan obyek sehingga murid aktif, guru aktif. Disamping itu, siswa ikut
berpartisipasi, mencoba dan melakukan sendiri apa yang sedang dipelajari.
Dalam pembelajaran aktif, fungsi guru adalah menciptakan suatu kondisi
belajar yang memungkinkan siswa berkembang secara optimal dengan
memberi kesempatan siswa untuk menemukan dan mengaitkan antar konsep
berdasarkan pengalaman yang telah didapat. Pembelajaran aktif juga
mengharuskan siswa berpikir kreatif sehingga pembelajaran dapat secara
lancar diterapkan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan dan mengindentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam
penelitian ini, antara lain:
1. Ada kemungkinan rendahnya hasil belajar matematika karena kurang
tepatnya model mengajar guru yang masih bersifat teacher center sehingga
potensi anak ”terpasung” dan kurang kreatif. Untuk menjawab hal ini
dapat dilakukan penelitian yang membandingkan suatu model
pembelajaran yang cocok sehingga hasil belajar matematika siswa
meningkat. Dapat diteliti pula penelitian untuk membandingkan model
pembelajaran yang cocok untuk masing-masing kategori kreativitas siswa.
2. Ada kemungkinan rendahnya hasil belajar matematika karena guru tidak
menggunakan media yang menarik. Untuk menjawab hal ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan penelitian yang membandingkan pembelajaran dengan berbagai
media. Dapat diteliti pula apakah berbagai media tersebut cocok untuk
berbagai karakteristik siswa.
3. Ada kemungkinan rendahnya hasil belajar matematika karena lingkungan
yang kurang kondusif. Untuk menjawab hal ini dapat dilakukan penelitian
yang membandingkan pembelajaran dengan berbagai lingkungan yang
berbeda-beda. Dapat diteliti pula apakah berbagai tempat (lingkungan)
tersebut cocok untuk berbagai karakteristik siswa.
4. Ada kemungkinan kreativitas siswa tidak diperhatikan dalam proses
pembelajaran sehingga penyelesaian masalah matematika oleh siswa hanya
berkutat pada satu jalan keluar, dari permasalahan tersebut ada
kemungkinan mengakibatkan hasil belajar matematika rendah. Untuk
menjawab hal ini dapat dilakukan penelitian untuk membandingkan
kategori kreativitas siswa yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika. Dapat diteliti pula penelitian untuk membandingkan kategori
kreativitas untuk masing-masing model pembelajaran yang diterapkan
terhadap hasil belajar matematika.
C. Pemilihan Masalah
Pemilihan masalah dari keempat masalah yang diidentifikasi di atas,
peneliti ingin melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan pertama
dan keempat, yaitu terkait dengan “efektivitas” model pembelajaran terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hasil belajar ditinjau dari kreativitas siswa.
Alasan dipilihnya masalah tersebut adalah sebagian besar waktu dalam
kegiatan belajar mengajar guru selalu mendominasi pembelajaran dan kurang
mengembangkan potensi siswa sehingga siswa kurang berpikir aktif dan
kreatif serta hanya mampu memberikan pengetahuan yang bersifat mengingat
jangka pendek yang memungkinkan berpengaruh pada hasil belajar
matematika. Sehingga bagaimana guru dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa yaitu dengan memperhatikan model yang diterapkan dan
kreativitas yang dimiliki siswa.
D. Pembatasan Masalah
Mengingat permasalahan yang cukup luas dan supaya penelitian
berjalan efektif dan efisien maka diperlukan pembatasan masalah yang antara
lain:
1. Kata “efektivitas” dalam penelitian ini yaitu hasil belajar matematika yang
mengalami peningkatan dari keadaan sebelumnya.
2. Penelitian dilakukan di kelas IX SMP yang berada di Wilayah Sub-Rayon
04 Kabupaten Wonogiri.
3. Hasil belajar dibatasi pada Kompetensi Dasar (KD) materi yang diajarkan
yaitu Bangun Ruang Sisi Lengkung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Diantara model pembelajaran (penemuan terbimbing, cooperative, dan
konvensional), manakah yang dapat memberikan hasil belajar yang paling
baik?
2. Diantara kategori kreativitas siswa, manakah yang memberikan hasil
belajar matematika paling baik?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran (penemuan
terbimbing, cooperative, dan konvensional) dan kreativitas siswa terhadap
hasil belajar?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui manakah diantara model pembelajaran (penemuan
terbimbing, cooperative, dan konvensional) yang dapat memberikan hasil
belajar yang paling baik.
2. Untuk mengetahui manakah dari kategori kreativitas siswa tinggi, sedang
dan rendah yang memberikan hasil belajar matematika paling baik.
3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran (penemuan
terbimbing, cooperative, dan konvensional) dan kreativitas siswa terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hasil belajar.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penulis sebagai peneliti berharap semoga hasil penelitian
dapat memberikan manfaat pada pendidikan umumnya dan pembelajaran
matematika khususnya. Manfaat tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
berikut:
a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar
matematika melalui perbandingan model pembelajaran khususnya
untuk materi Bangun Ruang Sisi Lengkung.
b. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang
menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dan
cooperative learning.
c. Bagi siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan pembelajaran matematika melalui model penemuan
terbimbing dan cooperative learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan khususnya bagi
guru SMP kelas IX tentang suatu alternatif pembelajaran matematika
dengan model penemuan terbimbing dan cooperative learning.
c. Bagi siswa, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung serta
mengenal adanya kebebasan dalam belajar matematika secara aktif,
kreatif, dan menyenangkan melalui model penemuan terbimbing dan
cooperative learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Menurut Bruner dalam Suherman (2003:43) belajar merupakan
suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal
yang baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Sedangkan
Gagne dalam Slameto (2003:13) memberikan dua definisi yaitu:
a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku,
b. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari instruksi.
Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang
berarti proses pembelajaran terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang
dipelajari itu dipelajari dalam tiga tahap yang macamnya dan urutannya
adalah sebagai berikut:
a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan
dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan
benda-benda konkret atau situasi yang nyata.
b. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan
dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret yang
terdapat pada tahap enaktif.
c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan
dimana pengetahuan itu direpresentasikan dengan simbol-simbol, baik
simbol-simbol verbal, lambang-lambang matematika maupun lambang-
lambang abstrak yang lain.
(Bruner dalam Suherman, 2003: 44)
Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2003:27-28) antara lain:
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional,
2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang
kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional
3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuan dan belajar dengan efektif
4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya
b. Sesuai hakikat belajar
1) Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian
yang diharapkan.
c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d. Syarat keberhasilan belajar
1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang.
2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
Sedangkan pembelajaran matematika adalah suatu proses atau
kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika
kepada siswanya yang didalamnya terkandung upaya guru untuk
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat,
bakat dan kebutuhan siswa tentang matematika yang beragam agar terjadi
interaksi yang optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan
siswa dalam mempelajari matematika tersebut (Amin Suyitno, 2004:2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan definisi beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses aktif seseorang untuk menerima atau
menemukan informasi diluar informasi yang dia miliki. Sedangkan
pembelajaran adalah proses interaksi seseorang dengan sumber ilmu yang
memungkinkan dirinya belajar untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah
model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh
strategi atau metode tertentu, yaitu rasional teoritik yang logis, tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan
agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai
(Mohammad Asikin, 2001: 3).
Metode dapat menjadi model jika memenuhi empat unsur yang
dikemukakan Joyce dan Weil (1986: 14-15), bahwa setiap model belajar
mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut:
a. Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang
menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce
dan Weil, 1986:14). Contohnya, bagaimana kegiatan pendahuluan pada
proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan terjadi berikutnya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan
guru dan siswa selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru
sangatlah bervariasi pada satu model dengan model lainnya. Pada satu
model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain
guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
c. Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana
guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap
apa yang dilakukan siswanya. Pada satu model, guru memberi ganjaran
atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa dengan baik, namun pada model
yang lain guru bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya,
terutama untuk hal-hal yang berkait dengan kreativitas.
d. Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana,
bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model tersebut.
Menurut Rachmadi Widdiharto (2004:4) mendefinisikan model
penemuan terbimbing dengan model pembelajaran dari sebagian banyak
model pembelajaran dimana menempatkan guru sebagai fasilitator,
membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir
sendiri, menganalisis sendiri dengan memanfaatkan pengalamannya
sehingga dapat “menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data
yang disediakan oleh guru. Seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada
kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Bruner dalam Prince dan Felder (2006:132) belajar
dengan penemuan adalah satu pendekatan yang berbasis pemeriksaan
dimana para siswa diberi suatu pertanyaan untuk menjawab, suatu masalah
untuk dipecahkan, atau pengamatan-pengamatan untuk menjelaskan, dan
mengarahkan dirinya sendiri untuk melengkapi tugas-tugas mereka yang
ditugaskan dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dari hasil-hasil,
"menemukan" pengetahuan konseptual dan berdasar fakta yang diinginkan
di dalam proses.
Model penemuan memungkinkan siswa aktif, guru aktif. Guru
hanya sebagai fasilitator dan membimbing dimana siswa mengalami
kesulitan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Metzler dalam Thomas
(2007:15):
“Explained that in discovery-learning: the teacher’s main function is to stimulate thinking, which leads to development in the psychomotor domain; questions become the most prominent discourse; the teacher is seen as the facilitator of student learning who prompts students with carefully thought-out questions to promote student exploration and creativity”. Prince dan Felder (2006:123) mengemukakan bahwa model
penemuan terbimbing merupakan salah satu model mengajar secara
inductive, sedangkan inductive teaching bertolak belakang pada teori
kontruktivisme, sehingga model penemuan terbimbing merupakan aplikasi
dari kontruktivisme. Lebih lanjut, Prince dan Felder (2006:123) berpendapat
bahwa pengajaran yang induktif meliputi inquiry leaning, pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berbasis masalah, project base learning, case based teaching, pembelajaran
penemuan, dan just-in-time teaching”.
Berdasarkan definisi beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang
terpusat pada siswa yang dimana siswa dihadapkan kepada situasi dimana
siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan, terkaan, intuisi dan
mencoba-coba (trial and error), yang menghendaki guru sebagai penunjuk
jalan dalam membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan
ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan
yang baru.
Secara sederhana, peran guru dan siswa dalam model penemuan
terbimbing ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Peran Guru dan Siswa dalam Model Penemuan Terbimbing
Penemuan Terbimbing Peran Guru Peran Siswa
Sedikit bimbingan · Menyatakan persoalan
· Menemukan pemecahan
Banyak Bimbingan · Menyatakan persoalan
· Memberikan bimbingan
· Mengikuti petunjuk · Menemukan
penyelesaian
(Rachmadi Widdiharto, 2004:5)
Biknell-Holmes & Hoffman dalam Castronova (2002:2)
menjelaskan tiga ciri utama belajar menemukan antara lain:
a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Berpusat pada siswa.
c. Kegiatannya untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengatahuan
yang sudah ada.
Model penemuan terbimbing lebih menekankan pada adanya
interaksi dalam kegiatan belajar mengajar. Interaksi tersebut dapat juga
terjadi antara siswa dengan siswa (S – S), siswa dengan bahan ajar (S – B),
siswa dengan guru (S – G), siswa dengan bahan ajar dan siswa (S – B – S)
dan siswa dengan bahan ajar dan guru (S – B – G). Interaksi yang mungkin
terjadi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Interaksi dalam Kegiatan Pembelajaran Penemuan Terbimbing.
(Markaban, 2008:12)
Langkah–langkah dalam Penemuan Terbimbing dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang
menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini
sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak
dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
c. Siswa menyusun perkiraan dari hasil analisis yang dilakukannya.
d. Bila dipandang perlu, perkiraan (konjektur) yang telah dibuat siswa
tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk
meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang
hendak dicapai (guru memberikan penegasan).
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut,
maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa
untuk menyusunnya.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru
menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah
hasil penemuan itu benar.
(Markaban, 2008:17-18)
Menurut Marzano dalam Markaban (2008:18) kelebihan model
penemuan terbimbing antara lain:
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan).
c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru.
e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses
menemukannya.
Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut:
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Beberapa
siswa masih terbiasa dengan metode ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya
topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan
dengan model penemuan terbimbing.
(Markaban, 2008:18-19)
3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Woods dan Chen (2010: 1) menyatakan “cooperative learning is an
instructional in which students work together toward a common goal”. Hal
ini sejalan dengan pendapat Ozkan (2010:505) bahwa pembelajaran
kooperatif adalah “a learning approach in which students in small mixed
groups try to achieve the aim of the groups at a classroom environment and
help each other to learn, and which the groups success is awarded”.
Sehingga pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran dimana
siswa-siswa bergabung dalam kelompok kecil dan masing-masing siswa
belajar satu sama lain sehingga kelompoknya dapat meraih keberhasilan.
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari kelompok-kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kecil antara 4 sampai 6 siswa untuk mencapai tujuan bersama seperti yang
dinyatakan Slavin dalam Ozkan (2010:504) “cooperative learning covers
learning methods in which students work in small groups (generally 4 - 6
students)”. Lebih lanjut Johnson & Johnson (1994:1) mengungkapkan
bahwa dalam pembelajaran ini siswa berada dalam satu meja untuk bekerja
sama, tetapi bebas berbicara satu samalain untuk mendiskusikan
pekerjaannya.
Penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran dengan kelompok-kelompok kecil (4-6 siswa)
yang memungkinkan siswa berdiskusi, berinteraksi, memecahkan masalah,
dan melaksanakan kewajibannya dalam kelompok sesuai tugasnya masing-
masing untuk mencapai tujuan bersama.
Terdapat lima kondisi yang mendukung terciptanya pembelajaran
kooperatif, antara lain:
a. Bebas berdiskusi dan berpendapat dalam kelompok.
b. Interaksi dengan bertatap muka satu sama lain.
c. Bertanggung jawab baik secara individu maupun kelompok untuk
mencapai tujuan kelompok
d. Seringnya penggunaan dari relevan hubungan antar pribadi
(interpersonal) dan small-group skill.
e. Pengolahan kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki efektivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelompok.
(Johnson & Johnson, 1994: 1)
Kondisi di atas sejalan dengan pendapat Rachmadi Widdiharto,
(2004:13-14) yaitu antara lain sebagai berikut:
a. Setiap anggota dalam kelompok harus merasa sebagai bagian dari tim
dalam tujuan bersama.
b. Setiap anggota dalam kelompok harus merasa masalah yang mereka
pecahkan merupakan masalah kelompok. Berhasil atau gagal merupakan
keberhasilan atau kegagalan kelompok.
c. Untuk pencapaian tujuan kelompok harus bicara atau diskusi satu sama
lain.
d. Harus jelas bahwa setiap kerja individu dalam kelompok mempunyai
efek langsung terhadap keberhasilan kelompok.
Menurut Kasturiarachi (2004:55) menyatakan terdapat tiga aspek
inti pembelajaran kooperatif sehingga sukses dalam penerapannya pada
pembelajaran matematika, antara lain:
a. Formatted interactive lecture leaves: mengadopsi pembelajaran aktif
untuk lingkungan belajar yang interaktif.
b. Student projects: membuat proyek-proyek tugas pada masing-masing
kelompok siswa.
c. Program for Excellent in Mathematics: yang didasarkan pada
pembelajaran kolaboratif untuk memotivasi siswa untuk bekerja lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
baik.
Menurut Anderson, Mitchell, dan Osgood (2005:388) terdapat tujuh
prinsip pembelajaran kooperatif antara lain:
a. Belajar dengan memahami pengetahuan baru dan pengetahuan baru akan
terbentuk dari unsur atau prinsip kedisiplinan.
b. Pelajar menggunakan apa yang mereka ketahui untuk membangun dan
memahami pengetahuan baru.
c. Belajar adalah alat atau strategi metakognitif yang meliputi
mengidentifikasi, memonitor, dan mengatur proses-proses dari teori.
d. Pelajar mempunyai strategi berbeda, pendekatan, pola-pola dari
kemampuan-kemampuan, dan gaya-gaya yang merupakan suatu fungsi
interaksi antara mereka dan pengalaman-pengalaman mereka pada masa
lampau.
e. Motivasi pelajar untuk belajar dan mawas diri yang berpengaruh pada
yang akan dipelajari, seberapa banyak yang dipelajari, seberapa banyak
usaha yang akan mendukung kegiatan pembelajaran.
f. Praktek dan aktivitas di mana orang-orang terlibat selagi belajar bentuk
apa yang dipelajari
g. Belajar dapat meningkat didukung oleh interaksi sosial.
Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Indikator Tingkah laku guru
1 Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pelajaran
yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.
2 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi melalui
demonstrasi ataupun lewat bahan bacaan.
3 Mengorganisasikan
siswa kedalam
kelompok-kelompok
belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara
efisien.
4 Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar saat mereka mengerjakan tugas.
5 Evaluasi. Siswa mempresentasikan hasil kerja dan
guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari.
6 Memberikan
penghargaan.
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai upaya atau hasil belajar
individu atau kelompok.
(Ismail, 2003: 21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kelebihan dari pembelajaran kooperatif, antara lain:
a. Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasan/idenya.
b. Melatih siswa menghargai pendapat orang lain.
c. Menumbuhkan rasa tanggung jawab-sosial.
Menurut banyak keluhan-keluhan guru tentang pembelajaran
kooperatif yang sudah dilakukan, diantaranya:
a. Pemborosan waktu;
b. Siswa tidak dapat bekerjasama dengan teman secara efektif dalam
kelompok;
c. Siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian tugas dan penilaiannya
tidak adil;
d. Siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder
bekerjasama dengan teman-temannya yang lebih mampu;
e. Terjadi situasi kelas yang gaduh.
(Rachmadi Widdiharto, 2004:19-20)
4. Model Pembelajaran Konvensional
Konvensional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:592)
berarti tradisional. Lebih lanjut, tradisional diartikan sikap dan cara berfikir
serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan
secara turun-temurun (2001:1208). Dipahak lain Maryono (1998:56)
berpendapat bahwa pengajaran klasik/tradisional adalah pengajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kita kenal sehari-hari, dimana guru mengajar sejumlah murid dalam suatu
ruangan yang mempunyai tingkat kemampuan tertentu. Model konvensional
merupakan model yang biasa dilakukan sebagian besar pendidik dengan
lebih banyak didominasi metode pembelajaran dengan menggunakan
ceramah ataupun ekspositori. Menurut Amin Suyitno (2004:2) metode
ceramah adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa
di dalam kelas dengan cara berbicara diawal pelajaran, menerangkan
materi dan contoh soal disertai tanya-jawab.
Pembelajaran konvensional identik dengan paham behaviorisme
(tingkah laku) yaitu pengetahuan disampaikan kepada peserta didik dengan
menganggap peserta didik merupakan sebuah botol kosong yang harus isi
terus menerus. Jika peserta didik berhasil setelah proses pembelajaran diberi
hadiah akan tetapi jika menyalahi prosedur dapat diberi dengan hukuman.
Tokoh yang terkenal penganut behaviorisme antara lain Skinner yang
terkenal dengan operant conditioning: reinforcement and punishment.
Seiring dengan berkembangnya komputer, aliran kognitif yang sempat kalah
pamor dengan paham behaviorisme kembali bangkit (Marpaung, 2005: 3-4).
Menurut beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran konvensional adalah proses dari awal pelajaran yang
dimulai dengan membahas tugas rumah maupun materi sebelumnya
kemudian menyampaikan materi melalui ceramah serta tanya jawab dan
diakhiri dengan pemberian tugas ataupun rangkuman materi yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dipelajari.
Kelebihan dan kekurangan dari model ini dapat dikembangkan
sebagai berikut, kelebihannya antara lain:
a. Relatif banyak materi yang dapat disampaikan
b. Dapat menampung kelas besar.
c. Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.
d. Guru dapat menentukan hal-hal yang dianggap penting.
e. Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual maupun
klasikal.
Sedangkan kekurangan dari model konvensional antara lain:
a. Tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti aktivitas mental
siswa.
b. Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran)
dan siswa hanya mendengar sehingga hanya bersifat menghafal.
c. Jika terlalu dominan pada ceramah terus menerus siswa akan cepat
bosan.
Kesimpulan dari pembahasan dan definisi model pembelajaran
konvensional di atas dapat ditarik kesimpulan tentang langkah-langkah
dalam model pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam Tabel 2.3
berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2.3 Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran Konvensional
FASE PERAN GURU
a. Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa.
Guru memperkenalkan serta
menjelaskan tujuan dan latar belakang
materi yang diajarkan.
b. Mendemostrasikan pengetahuan
dan ketrampilan.
Guru mendemonstrasikan ketrampilan
dan menyampaikan informasi tahap
demi tahap.
c. Memberikan contoh soal dan
pelatihan.
Guru memberikan contoh soal dan
membahasnya.
d. Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik.
Mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dan memberi umpan
balik.
e. Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan.
Guru mempersiapkan pelatihan lanjutan
yang berupa rangkuman, tugas, atau
Pekerjaan Rumah (PR).
5. Kreativitas
Kreativitas menurut Depdiknas (2008:4) adalah mempergunakan
imaginasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan
ide atau gagasan, orang lain, dan lingkungan untuk membuat koneksi dan
hasil yang baru serta bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Baron dalam Utami Munandar (1999: 28) kreativitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.
Sedangkan menurut Haefele dalam Utami Munandar, (1999: 28) kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang
mempunyai makna sosial.
Menurut Drevdahl dalam Elizabeth (2004: 4) kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan
apa saja yang pada dasarnya baru, dan belum dikenal pembuatnya. Ia dapat
berupa kegiatan imajinatif atau sintetis pemikiran yang hasilnya bukan
hanya rangkuman. Ia mungkin mencakup pembentukan pola baru dan
gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan
pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup
pembentukan korelasi baru. Ia harus mempunyai maksud atau tujuan yang
ditentukan, bukan fantasi semata, walaupun merupakan hasil yang sempurna
dan lengkap.
Beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan individu yang dapat berupa cipta, karsa dan karya
seseorang untuk dapat menciptakan sesuatu yang baru. Artinya
mengembangkan pemikiran alternatif atau kemungkinan dengan berbagai
cara sehingga mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dalam
interaksi individu dengan lingkungan sehingga diperoleh cara-cara baru
untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Winny Liliawati dan Erna Puspita (2010:426) keterampilan
berfikir kreatif secara keseluruhan mencakup empat aspek dan beberapa
indikator yang ditunjukkan dalam Tabel 2.4 berikut ini:
Tabel 2.4 Aspek dan Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif
No Aspek Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif
a Fluency
(berpikir
lancar)
· Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada
pertanyaan.
· Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
· Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau situasi.
b Flexibility
(berpikir
luwes)
· Memberikan bermacam-macam penafsiran
terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah.
· Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan
bermacam cara yang berbeda untuk
menyelesaikannya.
· Menggolongkan hal-hal menurut pembagian
(kategori) yang berbeda.
c Originality
(orisinalitas
berpikir)
· Setelah membaca atau mendengar gagasan-
gagasan, bekerja untuk menyelesaikan yang baru.
d Elaboration
(penguraian)
· Mencari arti yang lebih mendalam terhadap
jawaban atau pemecahan masalah dengan
melakukan langkah langkah yang terperinci.
· Mengembangkan atau memperkaya gagasan
orang lain.
· Mencoba/menguji detail-detail untuk melihat arah
yang akan ditempuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bergqvist dalam Tatag Y.E.S (2007:7) menyatakan kriteria
penalaran kreatif matematis (berpikir kreatif dalam matematika), antara lain:
a. Kebaruan (novelty)
Kebaruan ditunjukkan bahwa penalarannya baru bagi dirinya
sendiri atau suatu penciptaan kembali dari solusi-solusi yang sudah tidak
diingat.
b. Fleksibilitas
Fleksibilitas ditunjukkan bahwa penalarannya yang lancar
(fluency) memuat pendekatan-pendekatan dan adaptasi-adaptasi yang
berbeda pada suatu situasi.
c. Masuk akal (plausibility)
Masuk akal (plausibilitas) ditunjukkan bahwa penalarannya
didasarkan pada argumen-argumen yang mendukung, pilihan strategi
dan implementasinya yang benar atau logis.
d. Dasar matematis (mathematical foundation).
Dasar matematis ditunjukkan bahwa penalarannya berdasarkan
argumen-argumen yang ditemukan pada sifat-sifat intrinsik matematis
dari komponen-komponen yang terlibat dalam penalaran tersebut.
Sejalan dengan itu Silver dalam Tatag Y.E.S (2007:6) menjelaskan
bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan orang
dewasa sering digunakan “The Torrance Tests of Creative Thinking
(TTCT)”. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas, dan kebaruan (novelty).
Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespons
sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan
pendekatan ketika merespons perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide
yang dibuat dalam merespons perintah. Tatag Y.E.S (2007:5) menambahkan
bahwa kreativitas adalah produk dari kemampuan berpikir kreatif atau
berpikir kreatif menghasilkan suatu kreativitas.
Beberapa pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa karekteristik siswa kreatif (yang menghasilkan kreativitas) antara
lain:
a. Kebaruan (novelty/originality), yaitu keaslian ide yang dibuat dalam
merespons perintah.
b. Kefasihan (fluency), yaitu banyaknya ide-ide yang dibuat dalam
merespons sebuah perintah.
c. Fleksibility, yaitu perubahan-perubahan pendekatan dan adaptasi ketika
merespons perintah.
d. Elaboration, yaitu penguraian terhadap masalah yang timbul.
6. Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:5) hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar hasil belajar. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pangkal dan puncak dari
proses belajar.
Menurut Catharina Tri Anni (2005:4) hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajar. Hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang
sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk
mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari
sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa pada saat proses maupun setelah
proses belajar mengajar yang dapat berupa angka maupun huruf.
Nana Sudjana (2000:39) mengemukakan bahwa hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari
luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa
terutama adalah kemampuan yang dimilikinya, minat, perhatian, sikap,
kebiasaan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor yang datang dari luar diri
siswa adalah kualitas pengajaran melalui kompetensi guru, model
pengajaran yang digunakan, karakteristik kelas dan lain-lain. faktor
kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang
dicapai.
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Catharina Tri Anni (2005:11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor internal mencakup kondisi fisik seperti kesehatan organ
tubuh, kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional dan
kondisi sosial seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.
Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki siswa akan
berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal antara lain kesulitan materi yang dipelajari,
tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar
masyarakat. Faktor eksternal ini juga akan mempengaruhi kesiapan,
proses, dan hasil belajar.
7. Matematika
Soedarinah dan Maryana (1991: 65) menyatakan bahwa matematika
merupakan ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang
terorganisasikan, mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-
unsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat akhirnya ke dalil/teorema.
Dari definisi tersebut tampak jelas bahwa matematika tersusun secara
sistematis, artinya yang lebih dahulu merupakan prasarat bagi urutan
berikutnya. Misalkan ingin membuktikan dalil atau teorema berdasarkan
pada aksioma atau definisi. Aksioma atau postulat diturunkan dari unsur-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
unsur yang didefinisikan bahkan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan.
Unsur-unsur yang tidak didefinisikan dalam matematika dianggap ada
dengan sendirinya dan diakui kebenarannya, misalkan titik, garis, bidang.
Matematika merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui
belajar baik yang berkenaan dengan jumlah, ukuran-ukuran, perhitungan
dan sebagainya yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol- simbol
tertentu (Dirjen Binbaga Islam, 1982:31). Sedangkan tujuan pembelajaran
matematika yaitu terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang
tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis, sistematis, dan
memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu
permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam
kehidupan sehari-hari (Rachmadi Widdiharto, 2004:2).
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang
aksiomatis, yang dibangun dari konsep pangkal (pernyataan yang disepakati
benar), konsep-konsep selain konsep pangkal dibangun melalui definisi dari
konsep pangkal, dan kesimpulan-kesimpulan ditari dari aksioma dan
konsep-konsep yang sudah dibangun.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan uraian yang sistematis tentang
hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitian yang
pernah dilakukan antara lain:
Penelitian I yang dilakukan Nadira Saab, et.al (2005), yaitu
Communication in Collaborative Discovery Learning. Hasil dan kesimpulan
dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang sangat erat antara cara
berkomunikasi pada pembelajaran penemuan yang berpengaruh terhadap
keberhasilan pengajaran.
Penelitian II yang dilakukan Sutji Rochaminah (2006), Penelitian
eksperimen ini berfokus pada upaya untuk mengungkap perbandingan metode
penemuan dan konvensional dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis mahasiswa calon guru matematika sekolah menengah. Berdasarkan
hasil analisis data dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran penemuan lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa calon guru
pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) klasifikasi baik,
LPTK klasifikasi cukup, dan LPTK klasifikasi rendah.
Penelitian III yang dilakukan Yamin Ismail (2006), melakukan
penelitian yaitu Penerapan Metode Discovery Learning dalam Pembelajaran
Matematika pada Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Gorontalo. Hasil dan
kesimpulan dalam penelitian ini yaitu: (1) Metode discovery learning lebih
baik daripada metode ceramah dalam meningkatkan hasil belajar matematika
(2) Kemampuan awal siswa yang lebih tinggi lebih baik daripada kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa yang lebih rendah terhadap hasil belajar matematika, (3) Tidak ada
interaksi kedua metode pengajaran dan kemampuan awal siswa terhadap hasil
belajar matematika.
Penelitian IV oleh Ding, et.al (2007) melakukan penelitian yaitu
Teacher Interventions in Cooperative-Learning Mathematics Classes, hasil
penelitiannya yaitu menunjukkan perbedaan-perbedaan dari intervensi-
intervensi guru untuk memperbaiki kinerja teori para siswa. Penelitian ini
menjelaskan bagaimana caranya menyeimbangkan sumber daya panutan dan
pemikiran bebas para siswa dan bagaimana caranya menggunakan sumber daya
panutan untuk memperbaiki pemikiran para siswa. Akhirnya, penelitian ini
menyarankan teknik-teknik yang terperinci untuk menunjuk pemikiran para
siswa, seperti mengidentifikasi, menganeka-ragamkan, dan memperdalam
pemikiran mereka.
Penelitian V yang dilakukan Hwang, Lui, dan Tong (2008) yaitu
Cooperative Learning in a Passive Learning Environment: A Replication and
Extension. Hasil dari penelitian ini adalah ”overall, this study finds that
cooperative learning is more effective pedagogy than traditional lecture for
students who were raised and educated in passive learning environment”.
Sehingga secara menyeluruh penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif lebih efektif daripada pembelajaran tradisional di kelas dengan
lingkungan yang pasif.
Penelitian VI oleh Abdul Wahab Abdullah (2008), melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian tentang penerapan metode penemuan untuk meningkatkan
pengusaan siswa pada konsep luas jajar genjang dan layang-layang. Hasil dan
kesimpulan dalam penelitian ini model penemuan dapat meningkatkan
keaktifan siswa dan hasil belajar materi luas jajar genjang dan layang-layang.
Penelitian VII oleh Cohen (2008) yang berjudul The Effect of Direct
Instruction versus Discovery Learning on the Understanding of Science
Lessons by Second Grade Students. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
siswa dengan model pengajaran langsung lebih cepat dalam mengisi tes yang
diadakan tetapi kurang teliti sehingga dalam penelitian ini disarankan untuk
menggunakan kedua-duanya yaitu model pengajaran langsung dan model
penemuan.
Penelitian VIII yang dilakukan Dumitrascu (2009), melakukan
penelitian yaitu Integration of Guided Discovery in the Teaching of Real
Analysis. Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, diperoleh
kesimpulan bahwa guided discovery method can be turned into an effective and
enjoyable learning experience for most students in a Real Analysis class. Jadi
penemuan terbimbing dapat menjadi satu pembelajaran menyenangkan dan
efektif untuk kebanyakan para siswa di suatu kelas analisis real.
Perbedaan dan persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang
akan dilakukan peneliti dapat dituangkan pada Tabel 2.5 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2.5 Perbedaan Variabel yang diteliti
No Variabel
Peneliti
A B C D E
1 Saab, et.al (2005) ü ü
2 Sutji Rochaminah (2006) ü ü ü
3 Yamin Ismail (2006) ü ü ü
4 Meixia Ding, et.al (2007) ü ü
5 Hwang, et.al (2008) ü ü ü
6 Abdul W.Abdullah (2008) ü ü
7 Marisa T. Cohen (2008) ü ü ü
8 Dorin Dumitrascu (2009) ü ü
9 Peneliti (2010) ü ü ü ü ü
Keterangan:
A = Model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning),
B = Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning),
C = Model konvensional,
D = Kreativitas belajar,
E = Hasil Belajar.
Penelitian-penelitian di atas mendukung penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti. Adapun persamaan dan perbedaan dari penelitian-penelitian di
atas dengan penelitian yang akan dilakukan:
1. Persamaan penelitian yang dilakukan Nadira Saab, et. al (2005) dengan
penelitian yang dilaksanakan penulis adalah sama-sama bagaimana
menerapkan model pembelajaran yang efektif melalui model penemuan
yang diterapkan dalam pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lebih baik. Perbedaan penelitian ini dengan yang dilaksanakan penulis yaitu
penelitian Nadira Saab, et.al hanya bagaimana pengaruh komunikasi
terhadap pembelajaran penemuan untuk hasil pembelajaran yang lebih
efektif. Sedangkan penelitian yang dilaksanakan penulis membandingkan
model pembelajaran dalam peningkatkan hasil belajar jika ditinjau dari
kreativitas siswa.
2. Persamaan penelitian Sutji Rochaminah (2006) dengan penelitian yang akan
dilaksanakan penulis adalah adanya kesamaan mengenai adanya usaha
peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model penemuan.
Perbedaan dari penelitian ini terletak pada efektivitas model pembelajaran
ditinjau dari kreativitas sedangkan pada penelitian Sutji Rochaminah
menekankan pada peningkatan berpikir kritis matematis ditinjau dari
klasifikasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
3. Persamaan penelitian Yamin Ismail (2006) dengan penelitian yang
dilaksanakan penulis yaitu sama-sama membandingkan model pembelajaran
dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan dari penelitan
yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada penelitian tersebut ditinjau dari
kemampuan awal siswa sedangkan pada penelitian yang diteliti penulis
ditinjau dari kreativitas siswa.
4. Persamaan penelitian Meixia Ding (2007) dengan penelitian yang
dilaksanakan penulis yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran
kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar, sedangkan perbedaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah peneliti membandingkan antara model penemuan, kooperatif, dan
konvensional sedangkan Meixia Ding bagaimana cara guru menerapkan
pembelajaran kooperatif dengan efisien dan efektif.
5. Persamaan penelitian Nen-Chen Richard Hwang, Gladie Lui, dan Marian
Yew Jen Wu Tong (2008) dengan penelitian yang dilaksanakan penulis
yaitu sama-sama menerapkan pembelajaran kooperatif untuk dibandingkan
dengan pembelajaran yang biasanya dilakukan oleh pendidik. Sedangkan
perbedaannya adalah peneliti ingin mengetahui tiga model pembelajaran
sedangkan Hwang, et.al hanya satu model pembelajaran yaitu pembelajaran
kooperatif.
6. Persamaan penelitian Abdul Wahab Abdullah (2008) dengan penelitian
yang dilaksanakan penulis yaitu sama-sama menerapkan model penemuan
dengan tujuan hasil belajar yang lebih baik, sedangkan perbedaan ini dengan
penelitian yang dilaksanakan penulis terletak pada perbandingan model
pembelajaran untuk mengetahui model yang baik didasarkan pada tingkat
kreativitas siswa sedangkan pada penelitian Abdul Wahab Abdullah hanya
terpusat bagaimana cara dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
7. Persamaan penelitian Marisa T. Cohen (2008) dengan penelitian yang
dilaksanakan penulis sama-sama membandingkan model pembelajaran
untuk mengetahui manakah yang efektif. Sedangkan perbedaannya adalah
peneliti membandingkan tiga model pembelajaran ditinjau oleh kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sedangkan Cohen membandingkan manakah yang lebih efektif antara model
penemuan terbimbing dan pengajaran langsung.
8. Persamaan penelitian Dorin Dumitrascu (2009) dengan penelitian yang
dilaksanakan penulis adalah adanya kesamaan dalam usaha peningkatan
hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran penemuan.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Dorin Dumitrascu yaitu
penelitian Dorin Dumitrascu terfokus bagaimana meningkatkan pemahaman
konsep siswa serta menyenangkan dengan model pembelajaran yang cocok
untuk kuliah analisis real. Sedangkan penelitian yang diambil penulis
terletak pada membandingkan model pembelajaran yang efektif.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas dapat disusun
suatu kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas
permasalahan yang timbul.
1. Keterkaitan Model Pembelajaran dengan Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa pada saat proses
maupun setelah proses belajar mengajar yang dapat berupa angka maupun
huruf. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, faktor-faktor
tersebut diantaranya model pembelajaran, karakteristik belajar siswa,
lingkungan dan sebagainya.
Konsep matematika merupakan relasi, sehingga langsung maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak langsung model pembelajaran sangat memberikan pengaruh, sehingga
jika model pembelajaran tersebut cocok untuk karakteristik siswa dan materi
yang dipelajari maka dimungkinkan hasil belajar juga akan meningkat.
Mengacu pada cognitive contructivism yang menjelaskan tentang
pentingnya pembentukan pengetahuan dalam diri siswa melalui pengalaman
dan informasi yang mereka dapat. Kecuali itu, social contructivism
menyatakan pengetahuan siswa dapat terbentuk dengan interaksi dengan
lingkungan di luar mereka. Sehingga jika model pembelajaran yang
merupakan aplikasi dari paham tersebut digunakan akan berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa dibandingkan hanya menerapkan penyampaian
informasi atau materi dari otak guru ke otak siswanya.
Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari objek - objek
kajian diantaranya fakta, relasi, himpunan, konsep, operasi, dan prinsip.
Sehingga dalam mempelajarinya dibutuhkan bagaimana mengaitkan
pengalaman yang telah diterimanya, proses pembimbingan, dan menemukan
(discovery) dengan proses trial and error sehingga anak terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dan ikut menemukan konsep yang dipelajari. Model
pembelajaran ini memungkinkan kemampuan anak tidak terpasung hanya
mendengarkan, menyimak dan menghafal karena hal tersebut hanya berhasil
dalam mengingat konsep materi dalam waktu yang pendek. Hal ini tidak
sesuai dengan materi yang dipelajari siswa yang komplek, sehingga semakin
banyak materi yang disampaikan kepada murid semakin mengurangi daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ingat mereka tentang materi yang dipelajari.
Proses interaksi dengan teman, guru, dan lingkungan sekitarnya juga
dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar. Sehingga dengan
pembelajaran model ini siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda
dapat bertukar pendapat, saling membantu, dan menutupi kekurangan yang
ada pada kelompoknya. Guru sebagai fasilitator membimbing perkelompok
dengan dilanjutkan siswa yang lebih paham membimbing teman dalam
kelompoknya yang masih mengalami kesulitan. Hal ini sesuai dengan
prinsip pembelajaran kooperatif dimana kemampuan siswa yang heterogen
dapat saling mengisi kekurangan temannya.
Siswa yang berkemampuan lebih dalam pembelajaran penemuan
terbimbing akan lebih lancar dalam menemukan konsep sedangkan siswa
berkemampuan sedang dan rendah akan membutuhkan waktu daripada
siswa dengan kemampuan lebih hal ini guru harus lebih jeli terhadap siswa
didiknya. Kecuali itu, pada pembelajaran kooperatif dimungkinkan siswa
yang memiliki kemampuan lebih akan membantu teman mereka yang
mengalami kesulitan. Mengacu dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran penemuan dan kooperatif lebih baik hasil
belajarnya daripada pembelajaran yang hanya didominasi guru
(konvensional) sedangkan hasil belajar model pembelajaran penemuan dan
pembelajaran kooperatif dimungkinkan sama hasil belajarnya meskipun
terdapat perbedaan dalam kuantitas akan tetapi secara keseluruhan hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut tidak signifikan.
2. Keterkaitan Kreativitas Belajar dengan Hasil Belajar Siswa
Kreativitas merupakan kemampuan individu untuk mempergunakan
imaginasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan
ide atau gagasan, orang lain, dan lingkungan untuk membuat koneksi dan
hasil yang baru serta bermakna. Artinya mengembangkan pemikiran
alternatif atau kemungkinan dengan berbagai cara sehingga mampu melihat
sesuatu dari berbagai sudut pandang dalam interaksi individu dengan
lingkungan sehingga diperoleh cara-cara baru untuk mencapai tujuan yang
lebih bermakna.
Kreativitas belajar siswa dipergunakan siswa dalam bernalar dan
memecahkan masalah yang dihadapi sehingga jika mengalami suatu
permasalahan matematika siswa tidak berkutat pada satu jalan keluar.
Sehingga dimungkinkan siswa yang memiliki kreativitas yang lebih tinggi
memperoleh hasil yang lebih tinggi pula.
3. Interaksi Model Pembelajaran dan Kreativitas Belajar Siswa dengan
Hasil Belajar
Model penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang
terpusat pada siswa yang dimana siswa dihadapkan kepada situasi dimana
siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan, terkaan, intuisi, dan
mencoba-coba (trial and error), yang menghendaki guru sebagai penunjuk
jalan dalam membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan
yang baru. Sehingga dalam pembelajarannya siswa dituntut menggunakan
kreativitasnya pada saat trial and error pemecahan masalah, sehingga untuk
kreativitas tinggi hasil belajar siswa akan lebih baik daripada kreativitas
sedang maupun rendah. Tetapi dalam pembelajaran ini siswa kreativitas
sedang dan rendah harus memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat
mengikuti dan terlibat dalam proses penemuan sehingga kreativitas sedang
dan rendah memiliki hasil belajar yang sama jikapun kreativitas sedang
maupun rendah memiliki perbedaan hal tersebut tidak signifikan.
Pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran dengan kelompok-
kelompok kecil (4-6 siswa) yang memungkinkan siswa berdiskusi,
berinteraksi, memecahkan masalah dan melaksanakan kewajibannya dalam
kelompok sesuai tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.
Sehingga dimungkinkan tingkat kreativitas sedang maupun rendah dapat
berinteraksi dan saling mengisi dengan siswa kreativitas tinggi sehingga
hasil belajar juga dapat meningkat seiring hasil belajar masing-masing
kelompoknya. Sehingga dalam pembelajaran kelompok (kooperatif) hasil
belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi, sedang, maupun rendah
berkemampuan sama.
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama
ini dikenal sehari-hari yang aplikasinya guru sebagai pusat pembelajaran
yang didominasi dengan ceramah dan tanya jawab sehingga siswa hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bersifat hafalan jangka pendek yang mengakibatkan siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi mengikuti alur pembelajaran dan memasung kreativisnya
untuk lebih berkembang meskipun pada siswa kreativitas lebih tinggi lebih
cepat menangkap konsep materi akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung
dalam jangka waktu lama karena hanya bersifat mengingat dan menyimak.
Sehingga dapat disimpulkan pada pembelajaran konvensional hasil belajar
siswa kreativitas tinggi, sedang, dan rendah sama. Jikapun terdapat
perbedaan dari segi kuantitas hasil belajar akan tetapi hal tersebut tidak
signifikan.
Kecuali pemaparan di atas, hasil belajar model pembelajaran pada
masing-masing kategori kreativitas juga berbeda-beda. Untuk kreativitas
tinggi model penemuan dapat lancar digunakan dan dapat lebih
mematangkan konsep yang dipelajari daripada siswa kreativitas tinggi yang
dikenai pembelajaran kooperatif. Hal ini dikarenakan siswa dengan
kreativitas tinggi dapat mengembangkan kemampuannya dalam proses trial
and error pada saat menemukan masalah, sedangkan siswa kreativitas tinggi
yang dikenai pembelajaran konvensional kemampuannya tidak berkembang
(terpasung) karena pembelajaran didominasi oleh guru dan lebih bersifat
menghafal jangka pendek. Sehingga dimungkinkan hasil belajar siswa
kreativitas tinggi jika dikenai model penemuan terbimbing akan lebih baik
daripada pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kooperatif lebih baik
daripada konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Siswa yang memiliki kreativitas sedang dan rendah yang dikenai
model penemuan terbimbing dimungkinkan akan memiliki hasil belajar
sama dengan hasil belajar yang dikenai pembelajaran kooperatif meskipun
secara kuantitas hasil pembelajaran kooperatif lebih baik akan tetapi hal
tersebut tidaklah signifikan. Hal ini disebabkan karena pada model
penemuan siswa kreativitas sedang dan rendah lebih memakan waktu yang
lebih untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Untuk pembelajaran
kooperatif siswa kreativitas sedang maupun rendah akan saling bertukar
pendapat, berdiskusi, dan saling mengisi sehingga pada kreativitas sedang
maupun rendah memiliki hasil belajar yang sama. Sedangkan siswa pada
pembelajaran konvensional akan sulit menangkap konsep materi
pembelajaran karena hanya bersifat pasif, hanya mendengar, mengingat
yang hal tersebut tidak akan tertanam pada ingatan mereka dalam jangka
waktu yang panjang.
Kerangka pemikiran yang dijabarkan di atas dapat dituangkan dalam
Gambar berikut:
Model Pembelajaran
Kreativitas Siswa
Hasil Belajar Siswa
Gambar 2.2 Paradigma penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Hipotesis
Menurut Budiyono (2009: 141) hipotesis adalah suatu asersi
(assertion) atau dugaan (conjecture) mengenai satu atau lebih populasi.
Hipotesis juga diartikan sebagai pernyataan mengenai ukuran yang ada pada
satu atau lebih populasi. Sedangkan menurut Sugiyono (2006: 96) hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Berdasarkan kajian teori dan tinjauan pustaka secara teknis dapat
diperoleh jawaban sementara atas masalah penelitian ini. Jawaban sementara
ini merupakan jawaban yang paling tinggi tingkat kebenarannya, yaitu antara
lain:
1. Model penemuan terbimbing dan model cooperative learning dapat
memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model
konvensional, sedangkan hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing sama dengan
hasil belajar siswa yang menggunakan model cooperative learning.
2. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki kreativitas yang lebih tinggi
lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas lebih rendah.
3. Hasil belajar pada kategori kreativitas siswa yang tinggi, siswa yang
diberikan model pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik hasil
belajarnya daripada model pembelajaran cooperative learning dan
cooperative learning lebih baik hasil belajarnya daripada model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
konvensional. Sedangkan untuk kategori kreativitas sedang maupun rendah
model penemuan terbimbing dan model cooperative learning memberikan
hasil belajar yang sama akan tetapi lebih baik daripada model
konvensional. Kecuali itu, hasil belajar siswa yang dikenai pembelajaran
penemuan terbimbing, siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik
hasil belajarnya daripada siswa kreativitas sedang maupun rendah.
Sedangkan siswa kreativitas sedang maupun rendah memiliki hasil belajar
yang sama. Sedangkan hasil belajar siswa dengan model cooperative
learning dan konvensional, siswa kreativitas tinggi, sedang maupun rendah
memiliki hasil belajar yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu karena peneliti
tidak memungkinkan untuk memanipulasi dan atau mengendalikan semua
variabel yang relevan. Penelitian eksperimental semu bertujuan memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh
dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan
untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan
(Budiyono, 2003: 82-83).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Se-Sub Rayon 04 Kabupaten
Wonogiri pada siswa kelas IX tahun ajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan bulan Juli sampai dengan
Desember tahun 2010 yang meliputi persiapan dan perencanaan,
pelaksanaan, pengumpulan data, analisis data dan pelaporan hasil penilaian.
Perincian waktu penelitian adalah sebagai berikut: pada bulan Juli sampai
September melaksanakan perencanaan data, bulan September sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
November melakukan pelaksanaan dan pengumpulan data, bulan November
sampai Desember menganalisis data, dan bulan Desember membuat laporan
hasil penelitian. Secara ringkas rincian tersebut dapat dituangkan dengan
Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Tahap
Bulan Pelaksanaan Tahun 2010/2011
Juli 2010
Agustus
2010
Sept
2010
Oktober
2010
Nov
2010
Des 2010
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Analisis
Data
4. Pelaporan
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2006:117) populasi adalah wilayah yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada subjek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau objek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat
yang dimiliki oleh subjek atau objek. Untuk populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas IX SMP Se-Sub Rayon 04
Wonogiri.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2006:118) sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti. Dalam penelitian
ini peneliti mengambil sampel masing-masing tiga kelas dari dua sekolah
yaitu dua kelas untuk eksperimen dan satu kelas yang lain untuk kelas
kontrol yang didasarkan pada perhitungan sampling.
3. Sampling
Menurut Sugiyono (2006:121) sampling adalah teknik yang
digunakan untuk mengambil sampel. Pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan teknik stratified random sampling dan cluster random
sampling.
Prosedur atau langkah-langkah dalam memperoleh sampel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengelompokkan SMP Se-Sub Rayon 04 Kabupaten Wonogiri
berdasarkan pandangan masyarakat dan guru-guru terhadap sekolah dan
diperkuat dengan data hasil Ujian Nasional, dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok tinggi dan kelompok rendah.
b. Hasil pengelompokan dari langkah (a) dapat kita tuangkan pada Tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3.2 berikut ini:
Tabel 3.2 Pengelompokan SMP Se-Sub Rayon 04 Kab.Wonogiri
No Nama Hasil UN Predikat
1 SMP N 1 Sidoharjo 8,72 Tinggi
2 SMP N 2 Sidoharjo 7,22 Rendah
3 SMP N 3 Sidoharjo 7,40 Tinggi
3 SMP Gajah Mungkur 9 Sidoharjo 6,88 Rendah
4 SMP N 1 Jatisrono 7,77 Tinggi
5 SMP N 2 Jatisrono 7,54 Tinggi
6 SMP N 3 Jatisrono 7,59 Tinggi
7 SMP N 4 Jatisrono 7,25 Tinggi
8 SMP Pancasila 10 Jatisrono 7,16 Rendah
9 SMP N 1 Jatipurno 7,36 Tinggi
10 SMP N 2 Jatipurno 7,39 Tinggi
11 SMP N 3 Jatipurno (Satu Atap) - Rendah
12 SMP Y.I.Soemoharmanto Jatipurno 7,74 Tinggi
13 SMP N 1 Jatiroto 7,48 Tinggi
14 SMP N 2 Jatiroto 8,48 Tinggi
15 SMP N 3 Jatiroto (Satu Atap) 6,60 Rendah
16 SMP PGRI 7 Jatiroto 5,94 Rendah
17 SMP N 1 Girimarto 7,12 Rendah
18 SMP N 2 Girimarto 7,24 Rendah
19 SMP N 3 Girimarto 5,97 Rendah
Rata-rata total 7,308
(Pusat Penilaian Pendidikan, 2009)
c. Masing-masing kelompok dipilih secara acak untuk mengambil satu
sekolah untuk dijadikan sampel sehingga terdapat dua sekolah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjadi sampel. Setelah dipilih ternyata untuk kategori tinggi diperoleh
SMP Y.I.Soemoharmanto Jatipurno dan untuk kategori rendah diperoleh
SMPN 2 Girimarto.
d. Masing-masing sekolah yang terpilih, dipilih secara acak (cluster random
sampling) untuk mengambil tiga kelas. Untuk dua kelas eksperimen akan
dikenai model penemuan terbimbing dan cooperative learning,
sedangkan satu kelas kontrol dengan model konvensional. Setelah
dilakukan pemilihan secara acak untuk kelas eksperimen penemuan
terbimbing diperoleh kelas IX.1 SMP Y.I.Soemoharmanto Jatipurno dan
kelas IX.A SMPN 2 Girimarto, untuk kelas eksperimen cooperative
learning diperoleh IX.2 SMP Y.I.Soemoharmanto Jatipurno dan kelas
IX.B SMPN 2 Girimarto, dan untuk kelas kontrol diperoleh kelas IX.3
SMP Y.I.Soemoharmanto Jatipurno dan kelas IX.C SMPN 2 Girimarto.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel penelitian
a. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas yaitu variabel yang akan diselidiki pengaruhnya,
disini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran dan
kreativitas siswa.
1) Model Pembelajaran
a) Definisi Operasional: model pembelajaran adalah suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perencanaan atau suau pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Model
pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini yaitu model
penemuan terbimbing, model cooperative learning dan model
konvensional.
b) Skala pengukuran: Skala nominal.
c) Kategori: model penemuan terbimbing dan cooperative learning
untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas
kontrol.
d) Simbol: aJ dengan i = 1, 2, 3.
2) Kreativitas siswa
a) Definisi Operasional: kemampuan cipta, karsa dan karya seseorang
untuk dapat menciptakan sesuatu yang baru.
b) Skala pengukuran: skala interval yang diubah menjadi skala ordinal
dalam tiga kategori, yaitu:
Kategori tinggi : x > X伸 + SD
Kategori sedang : X伸 – SD ≤ x ≤ X伸 + SD
Kategori rendah : x < X伸 – SD
Keterangan:
SD = N∑(涅能涅伸)潜奴能� , dan X伸 = ∑涅奴, dengan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SD = standar deviasi, X伸 = skor rerata,
n = jumlah responden,
X = skor setiap responden.
c) Kategori: skor hasil angket kreativitas siswa.
d) Simbol: bk dengan j = 1, 2 , 3.
b. Variabel terikat (Dependent)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas, variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika
siswa.
1) Definisi Operasional: hasil yang diperoleh siswa setelah proses
belajar.
2) Skala pengukuran: skala interval.
3) Kategori: nilai hasil belajar matematika pada materi Bangun Ruang
Sisi Lengkung.
4) Simbol: X
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh data yang dibutuhkan dan dapat diolah menjadi suatu data yang
dapat disajikan sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian, penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggunakan metode, yaitu:
a. Metode Tes
Menurut Budiyono (2003:54) metode tes adalah cara
pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan
atau suruhan-suruhan kepada subjek penelitian. Tes dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika. Bentuk tes
pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban, setiap jawaban benar
mendapat skor 1 sedangkan setiap jawaban salah mendapat skor 0.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan
melihatnya dalam dokumen-dokumen yang telah ada (Budiyono,
2003:54). Selanjutnya metode dokumentasi dalam penelitian ini berupa
data hasil ulangan murni materi Kesebangunan yang digunakan untuk uji
keseimbangan rata-rata.
c. Metode Angket
Definisi angket sama dengan definisi kuesioner. Sugiyono
(2006:199) mendefinisikan kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Metode angket pada penelitian ini untuk mengumpulkan data
mengenai kreativitas siswa. Dalam hal penilaian ini kadar kreativitas
siswa diukur dari sejauh mana indikator-indikator yang ditentukan itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat dicapai secara maksimal. Skor diberikan menurut rentangan 1
sampai 4. Secara rinci teknik pemberian/penilaian pernyataan skor
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Penilaian Pernyataan Positif : Sangat Setuju mendapat nilai 4, Setuju
nilai mendapat 3, Tidak Setuju mendapat nilai 2, Sangat Tidak Setuju
mendapat nilai 1.
2) Penilaian Pernyataan Negatif: Sangat Setuju mendapat nilai 1, Setuju
mendapat nilai 2, Tidak Setuju mendapat nilai 3, Sangat Tidak Setuju
mendapat nilai 4.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan angket.
Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika
dan instrumen angket digunakan untuk memperoleh data kategori kreativitas
siswa.
4. Uji Coba Instrumen
a. Tes
1) Analisis Butir Instrumen Tes
a) Derajad Kesukaran
Menurut Joesmani (1988:119), derajat kesukaran menunjuk
seberapa jauh soal itu dijawab dengan benar. Karena itu derajad
kesukaran ditunjukkan dengan berapa persen dari seluruh peserta
tes yang menjawab soal tersebut benar. Derajat kesukaran dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
P = ;孽 x 100%
Keterangan:
P = Derajat kesukaran
B = Jumlah siswa yang memberi responsi betul.
T = Total (jumlah peserta tes)
Derajat kesukaran antara 25% - 75% dipandang sebagai
derajat kesukaran yang memadai.
b) Daya Pembeda (Konsistensi Internal)
Menurut Joesmani (1988:119), daya beda soal digunakan
untuk mengetahui apakah soal tersebut sebagai instrumen dapat
membedakan hasil belajar antara kelompok siswa yang pandai dan
kelompok siswa yang bodoh. Daya beda dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
r�Ė = n∑XY − 纵∑X邹纵∑Y邹税纵n∑ X. − 纵∑X邹.邹纵n∑Y. − 纵∑Y邹.邹 Keterangan: r�Ė = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i n = banyaknya subjek yang dikenai tes (insttrumen)
X = Skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y = total skor (dari subjek uji coba)
Jika terdapat n butir maka akan dilakukan perhitungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebanyak n kali. Jika indeks untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka
butir tersebut harus dibuang.
(Budiyono, 2003:65)
2) Analisis Instrumen Tes
a) Validitas Isi
Nunnaly dan Allen dan Yen dalam Budiyono (2003:55)
mengatakan bahwa instrumen dikatakan valid jika mengukur apa
yang hendak diukur. Lebih lanjut, Allen dan Yen dalam Budiyono
(2003:60) membedakan validitas isi menjadi dua tipe, yaitu
validitas tampang (face validity) dan validitas logik (logic validity)
atau validitas sampling (sampling validity). Validitas tampang
dipenuhi apabila terdapat similaritas (kesesuaian) antara hasil tes
dengan kemampuan yang relevan yang diukur dengan tes tersebut.
Validitas logik dipenuhi apabila behaviour yang diukur oleh tes dan
disain logik dari butir -butir tes telah mencakup aspek-aspek
penting dalam domainnya.
Menurut Crocker dan Algina dalam Budiyono (2003:60)
langkah-langkah dalam melakukan validasi isi antara lain:
(1) Mendefinisikan domain kinerja yang akan diukur (pada tes
prestasi dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau
pokok-pokok bahasan yang diwujudkan dalam kisi-kisi),
(2) Membentuk panel-panel ahli (qualified) dalam domain-domain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut,
(3) Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan
butir-butir soal dengan domain perfomans yang terkait, dan
(4) Mengumpulkan data yang diperoleh dari proses pencocokan
pada langkah (3).
Untuk tes hasil belajar, supaya tes mempunyai validitas isi,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1) Bahan ujian (tes) harus merupakan sampel yang representatif
untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran
tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut
proses belajar.
(2) Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan
titik berat bahan yang telah diajarkan.
(3) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum
diajarkan untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar.
(Budiyono, 2003:58)
Untuk mempertinggi validitas isi, disarankan agar pembuat
soal melalui langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Mengindentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan
beserta tujuan instruksionalnya.
(2) Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis. Cara yang
ditempuh adalah membuat tabel dua jalan yang memuat isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pokok bahasan yang akan diukur dan aspek tingkah laku yang
akan dinilai (menurut Taksonomi Bloom, misalnya).
(3) Menyusun soal tes beserta kuncinya. Dalam hal ini menyusun
kunci sesaat setelah menulis soal tes sangat dianjurkan.
(4) Menelaah soal tes sebelum dicek. Penelaahan ini akan lebih
baik apabila dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari ahli-ahli
yang relevan.
(Budiyono, 2003:58-59)
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat
ukur. Menurut Budiyono (2003:65), suatu instrumen disebut
reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah
sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang
yang sama pada waktu yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi
yang sama) pada waktu yang berlainan.
Uji reliabilitas dalam instrumen ini menggunakan rumus
Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut:
r�� = 族 nn − 1祖纂s疟. − ∑ pJqJs疟. 嘴 Dengan: r�� = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen pJ = proporsi banyaknya yang menjawab benar pada butir ke-i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
qJ = 1 - pJ s疟. = variansi total
Instrumen tes ini dikatakan reliabel jika r��> 0,7.
(Budiyono, 2003:69)
b. Angket
1) Validitas Isi
Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi
yang tinggi, biasanya penelitian ini dilakukan oleh para pakar atau
validator (Budiyono, 2003:59).
2) Konsistensi Internal
Butir-butir dalam sebuah instrumen haruslah mengukur hal
yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.
Konsistensi internal masing-masing butir dapat dilihat dari korelasi
antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya.
Untuk menghitung konsistensi internal dapat dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
r�Ė = n∑ XY − 纵∑X邹纵∑Y邹税纵n∑ X. − 纵∑X邹.邹纵n∑ Y. − 纵∑Y邹.邹 Keterangan: r�Ė= indeks konsistensi internal untuk butir ke-i n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen) X = Skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Y = total skor (dari subjek uji coba)
Jika indeks untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir
tersebut tidak konsisten.
(Budiyono, 2003:65)
3) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas butir angket menggunakan rumus Alpha
Cronbach, sebagai berikut:
r�� = 族 nn − 1祖纂1 − ∑ sJ.s疟. 嘴 Dengan: r�� = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen sJ. = variansi butir ke-i, i = 1,2,…,n s疟. = variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba.
Instrumen angket ini dikatakan reliabel jika r��> 0,7.
(Budiyono, 2003:70)
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Keseimbangan Rataan
Untuk mengetahui apakah sampel penelitian mempunyai
kemampuan sama atau dalam keadaan seimbang sebelum eksperimen
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan rataan. Uji
keseimbangan rataan ini menggunakan anava satu jalan yang sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
harus memenuhi persyaratan yaitu normal dan homogen. Prosedur
pemakaiannya sebagai berikut:
a) Hipotesis.
Ho: µ� = µ. = µR
H1: Paling sedikit ada satu rerata yang tidak sama
b) Taraf Signifikansi: α= 0,05
c) Komputasi:
1) Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 3.3 Notasi dan Tata Letak Data
Penemuan Terbimbing
Cooperative Learning
Konvensional Total
Data Amatan
X�� X.� …. X奴前�
X�. X.. …. X奴潜.
X�R X.R …. X奴遣R
Cacah Data n� n. nR N
Jumlah Data
∑ X� ∑ X. ∑ XR G
Rerata X伸� X伸. X伸R X伸
Jumlah Kuadrat
∑ X�. ∑ X.. ∑ XR. ∑ Xk.
Suku Korelasi
T�.n� T�.n�
T�.n� ∑ 孽倾潜奴倾k
Variansi SS� SS. SSR ∑ SSkk
Notasi dari tabel di atas didefinisikan sebagai berikut: N = ∑n = n� + n. + nR; G = ∑T = T� + T. + TR; X伸= m娘 ; dan SSk = ∑ Xk. −k 孽倾潜奴倾
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk mempermudah perhitungan dapat didefinisikan besaran-
besaran (1), (2), dan (3) yang dirumuskan sebagai berikut:
(1) = m潜娘 (3)
(2)
2) Jumlah Kuadrat (JK)
Berdasarkan besaran-besaran di atas maka jumlah - jumlah
kuadratnya dapat ditulis sebagai berikut:
JKA = (3) – (1)
JKG = (2) – (3)
JKT = (2) – (1)
3) Derajat Kebebasan (dk)
Dengan derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah
kuadrat sebagai berikut:
dKA = k – 1
dkG = N – k
dkT = N – 1
d) StatistikUji
Statistik uji untuk analisis variansi ini adalah: F> i = 捏qA捏qm yang
merupakan nilai dari variabel random yang berdistribusi F dengan derajat
kebebasan k – 1 dan N – k.
= 素 XJk.J,k
= 素 Tk.nkk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e) Daerah Kritik
DK = 誓F特F > F判;纵浓能�邹,娘能浓嗜 f) Keputusan Uji
H0 ditolak apabila harga statistik yang bersesuaian melebihi
harga daerah kritiknya. Harga kritik tersebut diperoleh dari tabel
distrubusi F pada tingkat signifikansi α.
g) Rangkuman Analisis
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan
Sumber JK dk RK F> i F判 Perlakuan
Galat(G)
JKA
JKG
k – 1
N - k
RKA
RKG
捏qA捏qm F∗ - Total JKT N - 1 - - - F∗ adalah nilai F yang diperoleh dari tabel
(Budiyono, 2009: 195-198)
2. Uji Prasyarat Analisis Variansi
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji
normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel populasi ini
dari populasi yang normal atau tidak, menguji normalitas ini digunakan
Metode Lillifors sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho: Sampel berasal dari populasi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H1: Sampel tidak berasal dari populasi normal.
2) Taraf Signifikansi: α = 0,05
3) StatistikUji:
L = Maks|F(zJ) -S(zJ)| Dimana:
F(zi) = P(Z ≤ zi) dengan Z ~ N(0,1)
S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi
s = standar deviasi atau simpangan baku
zi = skor standar untuk X, dengan zi = 纵�氢能涅伸邹i
4) Daerah Kritik:
DK = (L|L > L判;奴). Harga L判;奴 dapat diperoleh dari tabel Lilliefors
pada tingkat signifikansi α dengan derajat kebebasan n.
5) Keputusan Uji
Ho ditolak jika L∈DK
Ho diterima jika L ∉ DK
(Budiyono, 2004:170 – 171)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk menguji apakah populasi
mempunyai variansi yang sama. Metode yang digunakan adalah metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bartlett. Prosedur pemakaiannya yaitu:
1) Hipotesis
Ho : 徽�. = 徽.. = 徽R. (variansi populasi homogen)
H1 : Tidak semua variansi sama.
2) Statistik Uji
悔. = .,R难R宁 试f log RKG − ∑ fk log Sk.守 dengan 悔.~悔.(k − 1)
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
f = derajat bebas untuk RKG = N–k
fj = derajat kebebasan untuk Sj = nj -1
j = 1,2,...k
nj = cacah pengukuran pada sampel ke-j
c = 1 + �R纵浓能�邹族∑ �牛前− �牛祖;
RKG = 侍∑聂聂氢倾市∑牛倾 ; SSJk=∑Xk. − 试∑�倾守潜奴倾 = 试nk − 1守sk.
3) Taraf signifikansi: α = 0,05
4) Daerah kritik: DK = 誓χ.特χ. ≥ 劲判;浓能�弥 嗜, untuk beberapa α dan k – 1,
nilai 劲α;k− 1弥 dapat di lihat pada tabel nilai Chi Kuadrat dengan
derajat kebebasan (k – 1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Keputusan uji : H0 ditolak jika χ.Î DK, atau H0 tidak ditolak jika χ. ∉ DK.
(Budiyono, 2004: 175)
3. Uji Hipotesis
Bertolak dari perumusan masalah, kerangka pemikiran dan
hipotesis maka teknik analisis data yang sesuai adalah variansi dua jalan tak
sama.
a. Model Data
Model untuk analisis variansi dua jalan adalah sebagai berikut: XJk浓 = µ + αJ + βk+纵αβ邹Jk +εJk浓 Dimana: XJk浓 = Pengamatan ke-k dibawah faktor A kategori i, faktor B
kategori j. µ = rerata dari seluruh data. αJ = µJ- µ = efek baris ke-i pada variabel terikat. βk = µk- µ = efek kolom ke-j pada variabel terikat. 纵αβ邹Jk =µk – 试µ + αJ + βk守 = Interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat. εJk浓 = deviasi data XJk浓 terhadap rerata populasinya (µJk) yang
berdistribusi normal dengan rerata 0;
i = 1, 2, 3; dengan 1 = Model penemuan terbimbing;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 = Model cooperative learning;
3 = Model konvensional.
j = 1, 2, 3; dengan 1 = Kreativitas tinggi; 2 = Kreativitas
sedang; 3 = Kreativitas rendah.
k = 1,2,..., n; n = banyaknya data amatan setiap sel.
(Budiyono, 2009: 207-208)
b. Prosedur
1) Hipotesis
Terdapat tiga pasang hipotesis yang dapat diuji dengan analisis
variansi dua jalan ini. Tiga pasang tersebut adalah:
a) H难A: αJ= 0 untuk setiap i = 1, 2, 3. (Tidak ada perbedaan efek antar
baris terhadap variabel terikat). H�A: Paling sedikit ada satu αJ yang tidak nol. (Ada perbedaan efek
antar baris terhadap variabel terikat).
b) H难;: βk= 0 untuk setiap j = 1, 2, 3. (Tidak ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat). H�;: Paling sedikit ada satu βk yang tidak nol. (Ada perbedaan
efek antar kolom terhadap variabel terikat).
c) H难A;: 纵αβ邹Jk= 0 untuk setiap i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3. (Tidak ada
interaksi baris dan kolom terhadap variabel
terikat). H年A;: Paling sedikit ada satu 纵αβ邹Jk yang tidak nol. (Ada interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
baris dan kolom terhadap variabel terikat).
2) Komputasi
a) Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 3.5 Notasi dan Tata Letak Data
KOMPONEN KREATIVITAS SISWA TINGGI
(b�) SEDANG
(b.) RENDAH
(bR) Model
Penemuan Terbimbing
(a�)
Cacah Data n�� n�. n�R Jumlah Data ∑ X�� ∑ X�. ∑ X�R
Rataan X伸�� X伸�. X伸�R Jumlah Kuadrat ∑ X��. ∑ X�.. ∑ X�R. Suku Korelasi C�� C�. C�R
Variansi SS�� SS�. SS�R Model
Cooperative Learning (a.)
Cacah Data n.� n.. n.R Jumlah Data ∑ X.� ∑ X.. ∑ X.R
Rataan X伸.� X伸.. X伸.R Jumlah Kuadrat ∑ X.�. ∑ X... ∑ X.R. Suku Korelasi C.� C.. C.R
Variansi SS.� SS.. SS.R Model
Konvensional (aR)
Cacah Data nR� nR. nRR Jumlah Data ∑ XR� ∑ XR. ∑ XRR
Rataan X伸R� X伸R. X伸RR Jumlah Kuadrat ∑ XR�. ∑ XR.. ∑ XRR. Suku Korelasi CR� CR. CRR
Variansi SSR� SSR. SSRR
Tabel 3.6 Rataan dan Jumlah Rataan
Faktor B Faktor A
b� b� b� Total
a� AB�� AB�. AB�R A� a. AB.� AB.. AB.R A. aR ABR� ABR. ABRR AR Total B� B. BR G
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Notasi dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
didefinisikan sebagai berikut: nJk = banyaknya data amatan pada sel ij n呻钮 = rataan harmonik frekuensi seluruh sel = 怒女∑ 前晴氢倾氢,倾
N = = banyaknya seluruh data amatan
SSJk = 素 XJk. − 试∑ XJk浓浓 守.nJk浓
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
= rerata pada sel ij
= jumlah rerata pada baris ke-i
= jumlah rerata pada kolom ke-i
= jumlah rerata semua sel
Untuk mempermudah perhitungan dari analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama dapat didefinisikan besaran-besaran 1), 2),
3), 4) dan 5) yang dirumuskan sebagai berikut:
(1) = m潜怒女 (4)
(2) (5)
(3)
素 nJkJ,k
素 AB呻呻呻呻JkJkAJ = 素 AB呻呻呻呻JkJ,k
BJ = 素 AB呻呻呻呻JkJ,k
G = 素 AB呻呻呻呻JkJ,k
= 素 SSJkJ,k
= 素 Bk.pk
= 素 AB呻呻呻呻Jk.J,k
= 素 AJ.qJ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Jumlah Kuadrat (JK)
Berdasarkan besaran-besaran di atas maka jumlah - jumlah
kuadratnya dapat ditulis sebagai berikut:
JKA = n呻钮[(3) – (1)]
JKB = n呻钮 [(4) – (1)]
JKAB = n呻钮 (1) + (5) – (3) – (4)
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
c) Derajat Kebebasan (dk)
Dengan derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah
kuadrat sebagai berikut:
dKA = p – 1
dKB = q – 1
dkAB = (p – 1)(q – 1)
dkG = N – pq
dkT = N – 1
d) Rerata Kuadrat (RK)
Jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing – masing
dapat diperoleh rerata kuadrat sebagai berikut:
RKA =ÒqA拧浓A ; RKB =Òq;拧浓; RKAB =ÒqA;拧浓A;; RKG =Òqm拧浓m
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) StatistikUji
a) Untuk H>A adalah F狞 = 捏qA捏qm yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan
N – pq;
b) Untuk H>; adalah F = 捏q;捏qm yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan
N – pq;
c) Untuk H>A; adalah F狞 = 捏qA;捏qm yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p - 1)(q - 1)
dan N – pq.
4) Daerah Kritik
Untuk masing-masing nilai F di atas, daerah kritisnya adalah
sebagai berikut:
a) Daerah kritis untuk F狞 adalah DK = 誓F特F > F判;纵怒能�邹,娘能怒女嗜 b) Daerah kritis untuk F adalah DK = 誓F特F > F判;纵女能�邹,娘能怒女嗜 c) Daerah kritis untuk F狞 adalah DK = 誓F特F > F判;纵怒能�邹纵女能�邹,娘能怒女嗜
5) Keputusan uji
H0 ditolak apabila harga statistik yang bersesuaian melebihi
harga daerah kritiknya. Harga kritik tersebut diperoleh dari tabel
distrubusi F pada tingkat signifikansi α.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Rangkuman Analisis
Tabel 3.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
Sumber JK dk RK F> i F判 Baris (A)
Kolom (B) Interaksi (AB)
Galat(G)
JKA JKB
JKAB JKG
p – 1 q – 1
(p - 1) (q - 1) N - pq
RKA RKB
RKAB RKG
F狞 F F狞 -
F∗ F∗ F∗ -
Total JKT N-1 - - - F∗ adalah nilai F yang diperoleh dari tabel (Budiyono, 2009: 211 – 231)
4. Uji Lanjut Anava
Untuk uji lanjut setelah Anava digunakan metode Scheffe.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Komparasi Rataan Antar Baris
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rataan antar baris tampak
pada Tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8 Komparasi Rataan Antar Baris
Komparasi H0 H1 µ�.郭úµ.. µ..郭úµR. µ�.郭úµR. µ�. = µ.. µ.. = µR. µ�. = µR.
µ�. ≠ µ.. µ.. ≠ µR. µ�. ≠ µR. Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar baris adalah:
FJ.能k. = 试涅氢.能涅倾.守潜捏qm纂前晴氢.嫩 前晴倾.嘴
Dengan: FJ.能k. = nilai F> i pada perbandingan baris ke-i dan baris ke-j XJ. = rataan pada baris ke-i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Xk. = rataan pada baris ke-j
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi nJ. = ukuran sampel baris ke-i nk. = ukuran baris ke-j
Daerah kritik untuk uji ini adalah:
DK = 誓F特F > 纵p − 1邹Fα;怒能�,娘能怒女嗜 b. Komparasi Rataan Antar Kolom
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rataan antar kolom
tampak pada Tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9 Komparasi Rataan Antar Kolom
Komparasi H0 H1 µ.�郭úµ.. µ..郭úµ.R µ.�郭úµ.R µ.� = µ.. µ.. = µ.R µ.� = µ.R
µ.� ≠ µ.. µ.. ≠ µ.R µ.� ≠ µ.R Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
F.J能.k = 试X.J − X.k守.RKG释1n.J + 1n.k恃 Dengan DK = 誓F特F > 纵q − 1邹Fα;女能�,娘能怒女嗜
Makna dari lambang-lambang pada komparasi ganda rerata
antar kolom ini mirip dengan makna dari lambang-lambang pada
komparasi ganda rerata antar baris, hanya dengan mengganti baris
menjadi kolom.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Komparasi Rataan Antar Sel pada Baris yang Sama
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rataan antar sel pada
baris yang sama tampak pada Tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.10 Komparasi Rataan Antar Sel pada Baris yang Sama
Komparasi H0 H1 µ��郭úµ�. µ�.郭úµ�R µ��郭úµ�R µ�� = µ�. µ�. = µ�R µ�� = µ�R
µ�� ≠ µ�. µ�. ≠ µ�R µ�� ≠ µ�R Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang
sama adalah:
Dengan: FJk能J浓 = nilai F> i pada pembandingan rerata pada sel ij dan rataan pada
sel ik XJk = rataan pada sel ij XJ浓 = rataan pada sel ik
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi. nJk = ukuran sel ij nJ浓 = ukuran sel ik
Sedangkan daerah kritik untuk uji ini adalah:
DK = 誓F特F > 纵pq − 1邹Fα;怒女能�,娘能怒女嗜
FJk能J浓= 试XJk − XJ浓守.RKG释1nJk + 1nJ浓恃
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Komparasi Rataan Antar Sel pada Kolom yang Sama
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rataan antar sel pada
kolom yang sama tampak pada Tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11 Komparasi Rataan Antar Sel pada Kolom yang Sama
Komparasi H0 H1 µ��郭úµ.� µ.�郭úµR� µ��郭úµR� µ�� = µ.� µ.� = µR� µ�� = µR�
µ�� ≠ µ.� µ.� ≠ µR� µ�� ≠ µR�
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
adalah:
FJk能浓k= 试XJk − X浓k守.RKG释1nJk + 1n浓k恃 Dengan: FJk能浓k = nilai F> i pada pembandingan rerata pada sel ij dan rataan pada
sel kj XJk = rataan pada sel ij X浓k = rataan pada kj
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
nJk = ukuran sel ij
n浓k = ukuran sel kj
Sedangkan daerah kritik untuk uji ini adalah:
DK = 誓F特F > 纵pq − 1邹Fα;怒女能�,娘能怒女嗜 (Budiyono, 2009: 215 - 217)