efektivitas penerapan pembelajaran berbasis …
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK
BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PANGKEP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh Nur Fitri Mahzanah
1053 37726 14
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2018
ABSTRAK
Nur Fitri Mahzanah. 2018. Efektivitas penerapan pembelajaran berbasis audiovisual dalam pembelajaran menyimak bahasa indonesia siswa kelas xi sma negeri 3 pangkep. Skripsi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Andi Sukri Syamsuri dan Syekh Adiwijaya Latief.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran menyimak bahasa Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep. Penelitian ini termasuk jenis penelitian pre-eksperimental designs dengan metode one group pre-test-post-test design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep yang berjumlah 23 siswa. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (pos-test).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tingkat efektivitas yang signifikan penggunaan media audiovisual terhadap efektivitas pembelajaran bahasa Indonesia dengan keterampilan menyimak cerita siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep. Hal ini ditunjukkan dengan terjadi peningkatan nilai yang dapat dilihat dari hasil posttest siswa setelah diberi perlakuan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata dari posttest siswamen unjukkan bahwa persentase siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebesar 95,65%, persentase siswa yang menyimak saat guru menjelaskan sebesar 95,65%, persentase murid yang aktif dalam melakukan pengamatan sebesar 100%, persentase siswa yang berani bertanya pada saat proses pembelajaran sebesar 82,60%, persentase siswa yang menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar sebesar 86,95%, dan persentase siswa yang menjelaskan kesimpulan hasil pengamatan sebesar 82,60%, sehingga pembelajaran dengan menerapkan media audio visual dinyatakan berhasil karena jumlah murid yang mendapatkan nilai di atas KKM di atas 90%.
EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PANGKEP
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar [email protected].
Oleh : Nur Fitri Mahzanah, Andi Sukri Syamsuri, Syekh Adiwijaya Latief
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaanmedia audiovisual dalam pembelajaran menyimak bahasa Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep. Penelitian ini termasuk jenis penelitian pre-eksperimental designs dengan metode one group pre-test-post-test design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep yang berjumlah 23 siswa. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (pos-test).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tingkat efektivitas yangsignifikan penggunaan media audiovisual terhadap efektivitas pembelajaranbahasa Indonesia dengan keterampilan menyimak cerita siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep. Hal ini ditunjukkan dengan terjadi peningkatan nilai yang dapat dilihat dari hasil posttest siswa setelah diberi perlakuan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata dari posttest siswamen unjukkan bahwa persentase siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebesar 95,65%, persentase siswa yang menyimak saat guru menjelaskan sebesar 95,65%, persentase murid yang aktif dalam melakukan pengamatan sebesar 100%, persentase siswa yang berani bertanya pada saat proses pembelajaran sebesar 82,60%, persentase siswa yang menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar sebesar 86,95%, dan persentase siswa yang menjelaskan kesimpulan hasil pengamatan sebesar 82,60%, sehingga pembelajaran dengan menerapkan media audio visual dinyatakan berhasil karena jumlah murid yang mendapatkan nilai di atas KKM di atas 90%.
Kata Kunci: Media audio visual dan menyimak
MOTO
“Karena sebuah proses tidak akan mengkhianati sebuah hasil”.
(Darwis Tere Liye)
Mencoba menggunakan media pembelajaran lebih baik dari pada tidak mencoba
sama sekali. Teruslah berusaha dan berdoa, yakinlah pada dirimu sendiri dan tetap pada penderianmu
(Nur Fitri Mahzanah)
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati, maka tugas akhir ini
saya persembahkan kepada: 1. Orang tuaku dan seluruh keluarga, terima kasih atas
semua kasih sayang, dukungan, motivasi serta doa-doanya yang senantiasa selalu dipanjatkan
oleh Allah SWT demi keberhasilan dan kesuksesanku. 2. Almamater Bahasa dan Sastra Indonesia
Unismuh Makassar. 3. Sahabat-sahabatku dan semua orang yang menyayangi dan mendoakan kesukseanku.
4. Nusa, Bangsa, dan Agama.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga penulis mampu
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan baik. Tak
lupa shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW
yang telah mengeluarkan kita dari lembah kehinaan menuju cahaya Islam yang
terang benderang seperti yang telah kita rasakan saat ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr. H. Andi Sukri Syamsuri,
M.Hum. selaku pembimbing I dan Bapak Syekh Adiwijaya Latief, S.Pd., M.Pd.,
selaku pembimbing II sebagai dosen pembimbing penulis yang telah memberikan
bimbingan dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya memberikan arahan dan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini, serta:
1. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar. yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan pada Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Munirah, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, yang telah mengizinkan penulis untuk mengikuti pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta memberikan
pelayanan administrasi sesuai bidang tugas masing-masing.
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, motivasi, semangat
kepada penulis selama menempuh pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Universitas Muhammadiyah Makassar. Semoga ilmu yang mereka berikan
kelak menjadi bekal dalam menitik tugas di hari esok. Untuk itu penulis hanya
mampu mendoakan semoga yang pengasih senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada mereka sekeluarga.
4. Kepala Sekolah, dan seluruh Staf Dewan Guru SMA Negeri 3 Pangkep yang
telah banyak membantu selama penelitian.
5. Ayahanda Sabollah Lahama dan Ibunda Agustin, orang tua penulis yang
selalu membimbing, memotivasi dan menyertai penulis dengan doa selama
melaksanakan pendidikan.
6. Muh. Arqam Al-Islam dan Nurul Riskyah saudara-saudariku tercinta, serta
segenap keluarga besar yang senantiasa memberikan doa dan bantuan baik
berupa moril maupun materi selama penulis menempuh pendidikan.
7. Nurtaqwa yang selalu senantiasa menemaniku dan memberikan semangat
serta selama motivasi mengerjakan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku Nana, Henny, Kiki, Nunung, Adha, Intan, Ana, Sidra dan
rekan-rekan seperjuangan mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia 2014 kelas E Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak
mungkin disebutkan satu persatu namanya.
Atas bantuan dari berbagai pihak, penulis hanya dapat memanjatkan doa
kehadirat Allah SWT, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat
pahala. Dan dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua, Amin ya Robbil Alamin.
Makassar, Juli 2018
Nur Fitri Mahzanah
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul Kartu Kontrol I ............................................................................................. i Kartu Kontrol II ............................................................................................ ii Halaman Pengesahan ........................................................................... ........ iii Surat Pengesahaan ........................................................................................ iv Surat Pernyataan .......................................................................................... v Motto .............................................................................................................. vi Abstrak .................................................................................. ........................ vii Kata Pengantar .............................................................................................. viii Daftar Isi ........................................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ................................................................................ 8
1. Penelitian Relevan ..................................................................... 8
2. Menyimak .................................................................................. 10
a. Pengartian Menyimak ............................................................ 10
b. Tujuan Menyimak ................................................................. 12
c. Tahapan Dalam Menyimak .................................................... 15
d. Manfaat Menyimak ............................................................... 17
e. Faktor Yang Mempengaruhi Menyimak ................................ 18
3. Media Berbasis Audio Visual dalam Pembelajaran ..................... 22
a. Media Pembelajaran .............................................................. 22
b. Audio Visual ......................................................................... 25
c. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual Gerak ......... 28
d. Video sebagai Media Pembelajaran ....................................... 30
e. Manfaat Menggunakan Media Berbasis Audio Visual ........... 34
f. Pembelajaran Menyimak Cerita dengan Media Audio Visual . 35
B. Kerangka Konseptual ..................................................................... 36
C. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ...................................................................... 40
B. Populasi dan Sampel ...................................................................... 41
C. Definisi Operasional Variabel ......................................................... 42
D. Instrumen Penelitian ....................................................................... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 44
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 46
B. Pembahasan ......................................................................................... 55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 58
B. Saran .................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 61
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Tabel 3.1. Populasi Penelitian ........................................................ 49 Tabel 3.1. Distribusi Nilai, Frekuensi, dan Persentase Hasil
Belajar Menulis Laporan Pengamatan Pada Siswa Kelas XI
SMA Negeri 3 Pangkep Sebelum Menggunakan Media Audio
Visual ............................................................................................
Tabel 3.2. Klasifikasi Nilai Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 3 Pangkep (Pretest) ............................................................................ Tabel 4.3 Distribusi Nilai, Frekuensi, dan Persentase Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3
Pangkep setelah Menggunakan Audiovisual
.......................................................................................................
Tabel 4.2 Klasifikasi Nilai Murid Kelas XI SMA Negeri 3
Pangkep (Pretest) ..........................................................................
Tabel 5.1. Hasil Observasi Penelitian ........................................... 54
50
52
49
53
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1. Kerangka Konseptual .................................................................. 38
Gambar 3.1. Desain Penelitian ......................................................................... 41
Gambar 4.1 Grafik Nilai Pretest Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep ..... 49 Gambar 4.2 Grafik Nilai Posttest Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep ... 52
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Bab 1 Pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa “Standar Kompetensi
lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan”. Praktisi pendidikan terutama para guru
dituntut untuk kerja keras mewujudkan apa yang disebutkan dalam Ketentuan
Umum Pasal 1 ayat 2. Proses pembelajaran di kelas menjadi tumpuan
diperolehnya lulusan yang tidak hanya mampu menguasai pengetahuan, namun
juga diharapkan memiliki sikap dan keterampilan yang memadai. Untuk
mencapai lulusan yang berkualitas dalam berbagai hal baik sikap, pengetahuan,
maupun keterampilan maka disusunlah kurikulum pada setiap jenjang
pendidikan yang terdiri dari beberapa mata pelajaran dan diharapkan dapat
menunjang kompetensi lulusan.
Menurut Sanjaya (2010:162) proses pembelajaran merupakan proses
komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen
pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan
(siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi
pelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan
komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak
dapat diterima oleh siswa dengan optimal, dengan kata lain tidak seluruh
materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa
sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk
menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran
dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber pelajaran.
Menurut Rohani (1997: 97-98) penggunaan media audiovisual dalam
pembelajaran sangat memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
yang diharapkan. Kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dapat
mempersiapkan sumber daya manusia melalui pendidikan yang berkualitas.
Melalui media audiovisual diharapkan ada peningkatan dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia, terutama dalam hal peningkatan pembelajaran
menyimak cerita dan peningkatan prestasi siswa.
Penggunaan media audio visual dalam pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia akan memungkinkan dihadirkannya lebih banyak rekayasa dalam
pembelajaran. Salah satu fungsi media pembelajaran adalah fungsi manipulatif,
yaitu media pembelajaran bisa mengatasi batas-batas ruang, waktu dan
keterbatasan inderawi seseorang. Pemutaran pementasan drama, siaran berita,
musikalisasi puisi, cerita rakyat, dan lainnya, semua itu pada dasarnya dibatasi
oleh ruang dan waktu. Namun, dengan bantuan media audio visual hal tersebut
dapat dihadirkan ke dalam kelas untuk membantu peserta didik menyerap
pelajaran lebih baik lagi.
Perkembangan teknologi saat ini sedang dalam grafik yang memuncak.
Menjamurnya smart phone, serta gadget–gadget serupa di pasaran, serta
mudahnya koneksi internet menyebabkan masyarakat menuntut dunia
pendidikan memberi lebih dari yang dunia hiburan tawarkan. Dalam hal
pemanfaatannya untuk pendidikan, sosialisasi dampak penggunaan, serta upaya
mengimbangi penggunaan teknologi sebagai hiburan dan teknologi sebagai
media pendidikan. Salah satu upaya pendidik memanfaatkan situasi tersebut
adalah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mengembangkan metode
pembelajaran.
Lewat perkembangan teknologi, materi yang sekiranya tidak bisa
dihadirkan ke dalam kelas kini dapat dengan mudah disajikan kepada peserta
didik dengan bantuan televisi, komputer, dan lainnya yang disediakan di kelas,
di ruang multimedia, ataupun di laboratorium bahasa yang dikoneksikan
dengan TV kabel, internet, dan lainnya yang tersedia untuk membantu
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Namun, bagaimana pun diketahui, bahwa media merupakan alat yang
memiliki dua mata pisau. Media bisa menjembatani, menyalurkan, serta
memudahkan seseorang kepada rencananya. Rencana itu bisa menuju kepada
sesuatu yang baik dan rencana itu juga bisa merujuk kepada sesuatu yang tidak
baik, pun penggunaan media untuk pembelajaran.
Media pembelajaran hendaknya bisa menjadi jembatan untuk
memudahkan peserta didik memahami materi yang mereka pelajari di sekolah.
Media pembelajaran juga dimaksudkan untuk membantu guru dalam
mengkondusifkan kelas agar proses belajar bisa berlangsung secara efisien dan
efektif.
Untuk mewujudkan kegunaan media pembelajaran seperti yang
dijabarkan di atas, para penyelenggara penggunaan media pembelajaran
hendaknya dapat meminimalisir hambatan-hambatan yang akan terjadi dalam
penerapannya di sekolah. Komponen sekolah harus lebih dahulu
mempersiapkan fasilitas yang memadai, serta membekali guru dan peserta
didik dengan skemata yang jelas tentang penggunaan media pembelajaran
tersebut. Hambatan yang dapat muncul dalam penggunaan media pembelajaran
di antaranya berasal dari faktor manusia sebagai penggunnya peserta didik,
tenaga pendidik, dan staf sekolah.
Bila dilihat dari sudut pandang peserta didik, hambatan yang ditemui
peserta didik dalam menerima perkembangan media pembelajaran di
antaranya, peserta didik sebagai penggunanya tidak memiliki skemata yang
cukup untuk menggunakannya, peserta didik belum siap secara moral
menerima perkembangan yang terjadi sehingga memunculkan “geger budaya”,
serta peserta didik secara materil belum siap menerima perkembangan media
pembelajaran sehingga menyebabkan kesenjangan sosial di antara peserta
didik. Hal ini tentu akan memunculkan permasalahan baru, baik antara peserta
didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, maupun peserta didik
dengan lingkungan sekitarnya yang ditimbulkan oleh kehadiran media
pembelajaran yang kurang dipertimbangkan.
Sekolah sebagai penyelenggara pengadaan media pembelajaran juga
turut memberikan kemungkinan hambatan yang akan timbul. Hambatan
tersebut di antaranya, pengadaan fasilitas tidak maksimal. Artinya, fasilitas
yang diberikan bukan barang dari kualitas yang terbaik, standar, atau bahkan
kurang baik. Alih-alih menekan biaya pengeluaran, fasilitas yang diberikan
kadang justru memunculkan masalah baru bagi guru dan peserta didik sebagai
penggunanya. Serta perawatan fasilitas yang terkesan diabaikan sehingga
media pembelajaran yang ada mudah rusak dan tidak tahan lama.
Subjek ketiga dari kemunculan hambatan yang terjadi seiring hadirnya
media pembelajaran adalah guru. Jika sebagai pemegang skenario penggunaan
media di kelas guru tidak mampu mengkombinasikan media yang digunakan,
serta mengandalkan media audio visual sebagai pemeran utama pembelajaran
sementara guru berleha-leha dengan gadget-nya, maka penggunaan media
tersebut dapat diindikasikan tidak efektif. Hal tersebut dapat menimbulkan
dampak pada peserta didik berupa keterlambatan penerimaan materi. Hal ini
kemudian akan berdampak pada kacaunya penerapan RPP, keterlambatan
pemahaman peserta didik terhadap materi ajar, sampai kepada penurunan
prestasi belajar peserta didik.
Atas dasar tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang “Efektivitas Penerapan Pembelajaran Berbasis Audiovisual dalam
Pembelajaran Menyimak Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMA Negeri 3
Pangkep”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini bagaimanakah tingkat efektivitas penggunaan media
audiovisual dalam pembelajaran menyimak bahasa Indonesia siswa kelas XI
SMA Negeri 3 Pangkep?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini untuk
mengetahui tingkat efektivitas penggunaan media audiovisual dalam
pembelajaran menyimak bahasa Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 3
Pangkep.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru
Muncul kesadaran guru untuk lebih mengoptimalkan sarana
media khususnya dalam pembelajaran menyimak cerita, sehingga
pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna bagi anak didik.
Dengan demikian, pada akhirnya pembelajaran dengan media
audiovisual mampu meningkatkan prestasi belajarnya dan juga perilaku
atau sikapnya sesuai dengan nilai-nilai yang hendak dicapai khususnya
melalui pembelajaran bahasa Indonesia.
b. Manfaat bagi siswa
Diharapkan dengan penelitian ini siswa SMA Negeri 3 Pangkep
semakin termotivasi dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya pembelajaran menyimak cerita. Mengemas pembelajaran
Bahasa Indonesia secara lebih kreatif, inovatif, dan menarik dengan
menggunakan media audiovisual, sehingga kesan konvensional dan
membosankan pada pembelajaran bahasa khususnya menyimak cerita
dapat diminimalisir.
2. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk
peningkatan metode pembelajaran menyimak cerita pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan menggunakan media audiovisual.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Relevan
Penelitian relevan ini bertujuan untuk membuktikan hasil peneltian
terdahulu dan membuktikan hasil penelitian saat ini. Adapun penelitian
terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Ali Mahsun (2010) dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh penerapan
media audiovisual dalam pembelajaran bercerita di MI Perguruan
Mu’allimat Cukir Jombang” pada Program Studi Pendidikan Dasar Pasca
Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) Media audiovisual VCD cerita lebih berpengaruh
dibandingkan dengan media konvensional dalam pembelajaran bercerita,
(2) Terdapat perbedaan kemampuan bercerita siswa laki-laki dan
perempuan pada kelompok eksperimen dan kontrol, (3) Terdapat
interaksi variable jenis kelamin dengan media yang digunakan.
2. Rini Afiati (2009) dalam tesisnya yang berjudul “Efektifitas media Audio
Visual komputer dan audio cassette recorder dalam pembelajaran
menyimak cerita siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Kebondalem
Kabupaten Pemalang” pada Program Studi Pendidikan Dasar
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Ada perbedaankeefektifan media computer
melalui laboratorium bahasa dan media konvensional dalam
pembelajaran menyimak cerita bahasa Indonesia, (2) Tidak ada
perbedaan keefektifan media audio cassette recorder dan media
konvensional dalam pembelajaran menyimak cerita bahasa Indonesia, (3)
Ada perbedaan keefektifan media computer melalui laboratorium bahasa
dan media audio cassette recorder dalam pembelajaran menyimak cerita
bahasa Indonesia, dan (4) Ada perbedaan keefektifan penggunaan media
computer melalui laboratorium bahasa, media audio cassette recorder,
dan media konvensional dalam pembelajaran menyimak cerita bahasa
Indonesia.
3. Dwi Purwanto (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Media
Audio Visual Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa”.
Penelitian tersebut difokuskan pada masalah rendahnya motivasi belajar
siswa. Adapun hasilnya adalah media pembelajaran dapat meingkatkan
motivasi belajar siswa.
4. Nurbayati (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas
Pengguanaan Audio Visual Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SD Islam Al-Azhar 12 Cikarang-Bekasi”. Penelitian
tersebut difokuskan pada masalah penggunaan audio visual media
pembelajaran dalam proses pembelajaran. Adapun hasilnya adalah media
audio visual dapat memudahkan belajar, menarik perhatian siswa,
membangkitkan motivasi dan mampu memberikan stimulus.
5. Fitria Ningtias Rahmawati (2011) dalam skripsinya yang berjudul
“Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Video Pembelajaran
Dalam Upaya Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Sejarah”. Adapun hasilnya adalah media audio visual video
belajar siswa pada pembelajaran sejarah dapat meingkat pesat dalam
waktu yang singkat segingga dapat menimbulkan minat belajar siswa.
Dari kelima penelitian tersebut, terdapat penelitian yang relevan,
yaitu sama-sama menggunakan media audiovisual sebagai objek penelitian
sehingga lima penelitian tersebut menjadi acuan penulis untuk penelitian.
Perbedaannya dengan penelitian penulis, yaitu pada penelitian ini penulis
akan membahas mengenai efektivitas penerapan pembelajaran berbasis
audio visual dengan fokus pada penggunaan video untuk materi menyimak
pada pelajaran bahasa Indonesia di jenjang SMA.
2. Menyimak
a. Pengartian Menyimak
Menurut Tarigan (2003: 24) menyimak diartikan sebagai
kemampuan menangkap dan memahami bahasa lisan. Bahan yang sesuai
berupa wacana yang memuat informasi. Untuk mengukur kemampuan
siswa menangkap dan memahami informasi yang terkandung didalam
wacana yang diterima melalui saluran pendengaran.
Menyimak adalah salah satu keterampilan yang dibutuhkan oleh
seorang fasilitator. Menyimak bukanlah hanya mendengarkan sesuatu
yang “masuk kuping kiri keluar kuping kanan” atau sebaliknya.
Menyimak adalah mendengar untuk memahami apa yang dikatakan
orang lain dengan proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan
mengandalkan kebiasaan, reflex maupun insting
(Adnan,http://jejakkelana.Wordpress.com).
Menurut Akhaidah (dalam Sutari, dkk. 1997: 19) menyimak
adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi
bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna
yang terkandung di dalamnya.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang
lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memeroleh informasi, menangkap isi, serta memahami
makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan. (Tarigan: 1983).
Lebih lanjut, Tarigan mengemukakan bahwa menyimak adalah
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk
memerolrh informasi, mengungkap isi serta memahami makna
komunikasi yang disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, penulis dapat
menyimpulkan dari pengartian menyimak secara garis besar. Jadi,
menyimak adalah sebuah tindakan yang menyengajakan diri untuk
medengar berupa bunyi bahasa yang dipahami melalui pikiran seseorang.
b. Tujuan Menyimak
Tujuan menyimak terkait dengan aktivitas penyimak. Adapun
jabaran dari masing-masing tujuan menyimak, diantaranya:
1. Menyimak untuk Mendapatkan Fakta
Untuk mendapatkan fakta, anda dapat melakukan berbagai
cara. Salah satu cara adalah dengan menyimak. Sarana yang
dipergunakan dalam menyimak untuk mendapatkan fakta diantaranya
dapat dilakukan melalui radio, televisi, pertemuan ilmiah dan
sebagainya.
Dari beberapa sarana itu dapat diperoleh berbagai fakta.
Contoh: Suara rekaman yang ada dikaset diputarkan, Mahasiswa
yang mendengarkan dapat memperoleh fakta berita tentang masalah
yang dialami zaskia mecca terhadap film Hijab yang dibuatnya ketika
di tayangkan dibioskop.
2. Menyimak untuk Menganalisis Fakta
Yang dimaksud dengan menganalisis fakta ialah menguraikan
fakta atas unsur-unsur untuk memahami secara menyeluruh. Tujuan
analisis fakta adalah untuk memahami makna dari segi yang paling
kecil. Dengan demikian, anda sebagai penyimak dapat memahami
setiap aspek fakta, sehingga fakta tersebut dapat dipahami dengan
baik.
Contohnya : ketika mendengar rekamat suara tersebut Sang peyimak
dapat menganalisis dan dapat memahami, Mahasiswa yang sebagai
pendengar dapat menangkap bahwa yang menjadi objek pembahasan
ada film yang dibuat oleh zaskia mecca yaitu film Hijab.
3. Menyimak untuk Mengevaluasi Fakta
Evaluasi fakta dapat anda lakukan dengan pertanyaan-
pertanyaan berikut: (a) Bernilaikah Fakta-fakta itu?; (b) Sahihkah
fakta-fakta itu; (c) Adakah relevansi fakta tersebut dengan
pengetahuan dan pegalaman penyimak?
Contoh : Berdasarkan rekaman suara dikaset yang didengardan
dihubungkan dengan pertanyaan-pertanyaan evaluasi diatas dapat di
simpulakan, (a) iya, berita direkaman yang dingar adalah berisikan
fakta dan bernilai bagi pendengar karena merupakan sajian public
serta berita tentang film tersebung telah buming, (b) yang disajikan
dalam rekaman tersebut merupakan actual maka dikatakan sahih,
dipostong oleh penerbit okezone pada hari senin tanggal 26 Januari
2015, (c)Karena berita ini telah buming dan menyangku khalayak
luar tentungan ada hubungan yang relevan antara penyimak dan apa
yang disimaknya, melalui informasi direkaman ini tentunya
pendengar dapat memahami dan menarik kesimpulan tentang
masalah apa saja yang muncul dengan ditayangkannya film itu,
bagaimana tindak pihak yang pro dan yang kontra, serta bagaimana
Sang pembuat film menyikapinya, ini sangat berkaitan erat dengan
para penikmat film yang telah menyaksikan maupun yang belum
menyaksikan.
4. Menyimak untuk Mendapatkan Inspirasi
Tidak semua penyimak ingin mengumpulkan fakta, seringkali
seseorang penyimak dengan seksama guna mendapatkan inspirasi,
sugesti, dorongan, atau pembangkit semangat.
Contoh : untuk mengetahui apakah film Hijab layak untuk disaksikan
selaku umat Muslim, adakah keganjalan dan lain sebagainya? Maka,
setelah mendengarkan rekaman suara tersebut kita dapat memperolah
inspirasi dan dapat memetik kesimpulan bahwa Film Hijab tidak ada
kesalah dalam penayangannya, adapun pihak yang kontra ia belum
mampu mengutarakan alasan yang kut mengenai dalih sehingga ia
kontra.
5. Menyimak untuk Mendapatkan Hiburan
Hiburan dapat anda peroleh melalui menyimak seperti
menyimak lagu-lagu dari radio, televisi, rekaman tape recorder,
rekaman VCD, atau dapat pula diperoleh dari kegiatan menyimak
ceramah atau pidato.
Contohnya: Anda dapat memperoleh hiburan dari rekaman suara
yang ada dikaset tersebut, mampu memberikan informasi yang
menarik bagi Si penyimak.
6. Menyimak untuk Memperbaiki Kemampuan Berbicara
Kosakata hasil simakan seseorang akan berpengaruh terhadap
kemampuan berbicaranya. Semakin banyak kosakata yang anda kuasai
melalui menyimak, akan semakin tinggi pula kemampuan Anda
berbicara. Anda tahu, bahwa pada awal usianya, seorang anak akan
mengenal kata-kata dan belajar berbicara dari hasil simakan mereka.
Contoh : Setelah guru memutarkan rekaman suara dari kaset tersebut
mungkin akan ada kosakata baru yang akan Mahasiswa dapatkan,
Misal dalam kutipan kalimat “Anda bayangkan dituduh membenci
sesuatu yang sangat saya cintai, dan dituduh mengkomersialisasikan
agama”, Kata yang digaris bawahi merupakan kata ilmiah yang juga
berarti memperdagangkan artinya menjual nama agama. Jadi dari
rekaman tersebut penyimak akan menangkap kata-kata baru,
memaknainya dan akan menerapkannya juga saat berbicara sehingga
dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbicara.
c. Tahapan dalam Menyimak
1. Tahap mendengar; dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu
yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaranya.
Jadi, kita masih berada dalam tahap Hearing.
Contoh : Sang guru memutarkan rekaman suara dikaset tersebut dan
selaku Mahasiswa atau anak didikan mendengarkan rekaman
tersebut.
2. Tahap memahami; Setelah kita mendengar, maka ada keinginan bagi
kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan
yang disampaikan oleh pembicara. Kemudian sampailah kita pada
tahap Understending.
Contoh : Setelah mahasiswa tengah mendengarkan rekaman suara
tersebut, maka Mahasiswa selaku penyimak akan memahami apa
yang didengarkan. Misalnya, ia mengetahui yang dibahas dalam
rekaman tersebut adalah Film Zaskia Mecca yang menjadi
Kotroversi.
3. Tahap menginterpretasikan; Tahap menafsirkan atau
menginterpretasikan isi butir pendapat dan tersirat dalam ujaran itu.
Telah tiba pada tahap Interpreting.
Contoh : seperti contoh kalimat yang disampaikan dalam rekaman
tersebut “Memberikan pendapat, kritik yang membangun. Itu sangat
baik karena tandanya kita peduli dan ingin saudara kita lebih baik
kedepannya.Tapi menghakimi tanpa tabayyun terlebih dahulu?pasti
bisa menyimpulkan sendiri baik tau tidaknya” kalimat ini jika
diinterpretasi makna tersiratnya adalah memvonis atau berargumen
langsung tanpa mengetahui betul fakta yang sebenarnya atau kurang
mengkaji lebih dalam faktanya merupakan tindakan keliru.
4. Tahap mengevaluasi; setelah memahami serta dapat menafsir atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimakpun mulai menilai
atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai
keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara;
dengan demikian sudah sampai pada tahap evaluating.
Contoh : Pada saat Mahasiswa sebagai penyimak telah
mendengarkan rekaman tersebut mungkin dapat menilai bagaimana
tingkat kecakapan pembicara, bagaimana pengucapan tiap katanya.
Dapat diketahui bahwa pembicara dalam rekaman suara tersebut
bukanlah pembicara handal, masih terdapat beberapa kata dan
kalimat yang diulang dan juga pengucapan kosa kata yang masik
kurang tepat.
5. Tahap menanggapi; tahap ini merupakan tahap terakhir dalam
kegiatan menyimak. Penyimak menyerap serta menerima gagasan atau
ide yang dikemukakan oleh pembicara. Sampailah pada tahap
Responding.
Contoh : Mahasiswa yang selaku penyimak dapat menangkap gagasan
dan ide yang disampaikan oleh pembicara, dapat disimpulkan bahwa
pembicara dalam rekaman suara tersebut menjadikan Kotroversi
Film Hijab sebagai ide pokoknya.
d. Manfaat Menyimak
Menurut Setiawan (dalam Dani Suci Arini, 2007: 20-21), manfaat
menyimak adalah sebagai berikut:
1. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga
bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu
memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih
berpengalaman.
2. Memperkaya kosakata, menambah perbendaharaan ungkapan yang
tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak
komunikasinya menjadi lebih lancer dan kata-kata yang digunakan
menjadi lebih variatif.
3. Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup serta
membina sifat terbuka dan objektif.
4. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian social.
5. Menggugah kreativitas dan semangat mencipta kita untuk
menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika
banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang
dan segar serta pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan
mendorong kita untuk giat berkarya dan kreatif.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Menurut Dani Suci Arini (2007: 26) Faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang
turut menentukan keefektifan serta kualitas dalam menyimak.
Misalnya, ada orang yang sukar sekali mendengar. Dalam keadaan
seperti itu, mungkin saja dia terganggu atau kehilangan ide-ide pokok
seluruhnya. Juga secara fisik dia berada jauh dibawah ukuran gizi
yang normal, sangat lelah, serta tingkah polahnya tidak karuan.
Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan modal penting dalam
melakukan kegiatan menyimak. Lingkungan fisik juga mempengaruhi
dalam menyimak, seperti ruangan terlalu panas,lembab atau terlalu
dingin, dan suara bising dapat mengganggu orang yang sedang
melakukan kegiatan menyimak.
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis dalam menyimak mencakup
masalahmasalah: 1) prasangka dan kurangnya simpati terhadap para
pembicara dengan aneka sebab dan alasan; 2) keegosentrisan dan
keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi; 3) kepicikan
yang menyebabkan pandangan yang kurang luas; 4) kebosanan dan
kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada
pokok pembicaraan; 5) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, guru,
pokok pembicaraan, atau sang pembicara.
3. Faktor Pengalaman
Latar belakang pengalaman merupakan suatu factor penting
dalam menyimak. Kurangnya minat dalam menyimak merupakan
akibat dari kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan disimak
tersebut. Sikap yang menentang dan bermusuhan timbul dari
pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan
“mendengar” ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta
pemahaman mereka.
4. Faktor Sikap
Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada
topik-topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat disetujui
dibanding dengan yang kurang atau tidak disetujuinya. Pada dasarnya
manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal,
yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap
menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya,
tetapi bersikap memolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak
menguntungkan baginya.
5. Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan
seseorang. Jika motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat
diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Dorongan dan
tekad diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu. Dalam
mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak dicapai, bagi seorang
guru merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk
menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak
dengan tekun.
6. Faktor Jenis Kelamin
Berdasarkan beberapa penelitian, para pakar menarik
kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai
perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada
sesuatu berbeda pula.
7. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan
faktor penting dalam memotivasi kegiatan menyimak, seperti menaruh
perhatian pada masalah-masalah dan sarana-sarana akustik, agar siswa
dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan
gangguan. Para guru harus dapat mengatur dan menata letak meja dan
kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap siswa
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyimak. Lingkungan
sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam
menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan suatu suasana dimana
mereka didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat
mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka dihargai. Anak-
anak yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan lebih
sigap lagi mendengarkan apabila seseorang mempunyai kesempatan
berbicara. Jadi, suasana dimana guru merencanakan pengalaman-
pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan
situasi ruangan kelas untuk meningkatkan keterampilan
berkomunikasi mereka.
8. Faktor Peranan dalam Masyarakat
Kemauan menyimak dapat dipengaruhi oleh peranan dalam
masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, dipandang perlu untuk
menyimak ceramah, kuliah atau siaran-siaran radio dan televisi yang
berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran.
3. Media Berbasis Audio Visual dalam Proses Pembelajaran
a. Media Pembelajaran
Menurut Azhar Arsyad (2014:3) kata media berasal dari bahasa
Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau
‘pengantar’. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku
teks dan lingkungan sekolah merupakan media.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal. Di samping sebagai sistem penyampai atau
pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator. Dengan
istilah mediator, media menunjukkan fungsi dan perananny, yaitu
mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses
belajar siswa dan isi pelajaran mulai dari guru sampai kepada peralatan
yang paling canggih. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan
atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Dengan demikian, media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada
umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Maka
dapat dikatakan media dalam hal ini adalah media pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan aspek yang penting dalam proses
pembelajaran selain metode atau pendekatan yang digunakan oleh
pendidik. Bahkan dapat dikatakan bahwa media akan menunjang pilihan
metode atau pendekatan yang telah didesain oleh guru dalam skenario
pembelajarannya. Pada konteks pembelajaran, media pembelajaran
adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untk menyampaikan
pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara
pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Bentuk komunikasi tidak akan
berjalan tanpa adanya bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.
Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebgai media, diantaranya
adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau
tidak, tulisan dan suara yang direkam (Hujair AH Sanaky, 2009: 3).
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang
fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Media pembelajaran
adalah seagala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang
perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Media mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar, termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Menurut
Nana Sudjana & A Rifa’i (2002: 2) merinci manfaat media pembelajaran
yang meliputi:
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehinga dapat dipahami
oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pembelajaran lebih baik.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi bila guru mengajar
untuk setiap jam pelajaran.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Hujair AH. Sanaky (2009: 5) menjelaskan tentang manfaat media
pembelajaran baik bagi pengajar maupun bagi pembelajar antara lain:
1. Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, yaitu:
a. memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan,
b. menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik,
c. memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik,
d. memudahkan kendali pengajar terhadap materi pembelajaran,
e. membangkitkan rasa diri seorang pengajar
f. meningkatkan kualitas pengajaran.
2. Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar yaitu:
a. Meningkatkan motivasi belajar mengajar
b. Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar
c. Memberikan struktur materi pembelajaran dan memudahkan
d. Pembelajar untuk belajar
e. Memberikan inti informasi, pokok-pokok, secara sistematik
sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar
f. Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis
g. Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan
h. Pembelajar dapat memahami materi pembelajaran dengan
sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.
b. Audio Visual
Menurut Wina Sanjaya (2010) media audio visual yaitu jenis media
yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar
yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, film, slide suara, dan lain
sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan menarik.
Menurut Djamarah (2006: 124) media audiovisual adalah media
yang mampu merangsang pengelihatan dan indra pendengaran secara
bersama-sama, karena media ini mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Sedangkan media audiovisual menurut Soendojo
Dirdjosoemarto (2000: 19) adalah media yang bersifat dapat didengar
dan dilihat.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, penulis dapat
menyimpulkan pengartian media pembelajaran audio visual adalah jenis
media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur
gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film,
slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih
baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang
pertama dan kedua.
Audio visual merajuk kepada penggunaan kompenen suara (audio)
dan kompenen gambar ( visual ), dibutuhkan beberapa peralatan untuk
dapat menyajikan hal ini. Berbicara mengenai bentuk media, disini media
memiliki bentuk yang bervariasi sebagaimana dikemukakan oleh tokoh
pendidikan, baik dari segi penggunaan, sifat bendanya, pengalaman
belaar siswa, dan daya jangkauannya, maupun dilihat dari segi dan
jenisnya.
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan (2002: 141) media audiovisual
adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
media ini mempunyai kemampuan lebih baik karena mencakup dua
aspek media sekaligus. Adapun pembagian dari media audiovisual
terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar
diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara,
cetak suara. Media audio visual diam yaitu media yang menampilkan
suara dan gambar diam, seperti Film bingkai suara (sound slides),
Film rangkai suara.
2. Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara
dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette. Jenis
media yang termasuk dalam kelompok ini adalah televisi, video tape,
dan film bergerak.
Adapun pembagian yang lain dari media audiovisual ini adalah
sebagai berikut:
1. Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar
berasal dari satu sumber seperti film video-cassette.
2. Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambar berasal
dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur
gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya
bersumber dari tape recorder.
Adapun tujuan pemakaian media audio visual, dalam hal ini yang
dimaksud secara umum dalam proses pembelajaran adalah :
1. Untuk Tujuan Kognitif
Dengan menggunakan video, mitra kognitif dapat
dikembangkan yakni yang menyangkut kemampuan mengenal
kembali kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang
serasi. Misalnya : pengamatan benda terhadap kecepatan relatif suatu
objek atau benda yang bergerak, penyimpangan dalam gerak interaksi
antara ojek dan benda. Dengan video dapat pula dipertunjukan
serangkaian gambar diam maupun untuk menunjukkan contoh-contoh
bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang
menyangkut interaksi manusiawi, sehingga dapat dimungkinkan
mengoreksi langsung terhadap penampilan yang tidak memenuhi
syarat.
2. Untuk Tujuan Psikomotor
Video merupakan media yang paling tepat untuk
memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak, karena
dapat diperjelas dengan cara dipercepat atau diperlambat.
3. Untuk Tujuan Afektif
Dengan menggunakan dengan berbagai teknik dan efek, video
dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap
dan emosi.
c. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual Gerak
Media audio visual mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-
sendiri. Ada dua jenis media audio visual disini yaitu audio visual gerak
dan audio visual diam.
1. Kelebihan dan kekurangan film sebagai media audio visual gerak.
a. Keuntungan atau manfaat film sebagai media pengajaran antara
lain:
1) Film dapat menggambarkan suatu proses, misalnya proses
pembuatan suatu keterampilan tangan dan sebagainya.
2) Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu.
3) Penggambarannya bersifat 3 dimensional.
4) Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar
dalam bentuk ekspresi murni.
5) Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat
penampilannya.
6) Kalau film dan video tersebut berwarna akan dapat menambah
realita objek yang diperagakan.
7) Dapat menggambarkan teori sain dan animasi.
b. Kekurangan-kekurangan film sebagai berikut:
1) Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-
keterangan yang diucapkan sewaktu film diputar, penghentian
pemutaran akan mengganggu konsentrasi audien.
2) Audien tidak akan dapat mengikuti dengan baik kalau film
diputar terlalu cepat.
3) Apa yang telah lewat sulit untuk diulang kecuali memutar
kembali secara keseluruhan.
4) Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.
2. Kelebihan dan kekurangan video sebagai media audio visual gerak
a. Kelebihan video
1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat
dari rangsangan lainnya.
2) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapt
memperoleh informasi dari ahli-ahli/ spesialis.
3) Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam
sebelumnya, sehingga dalam waktu mengajar guru dapat
memusatkan perhatian dan penyajiannya.
4) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
5) Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan
disisipi komentar yang akan didengar.
6) Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan
gambar tersebut, artinya kontrol sepenuhnya ditangan guru.
7) Ruangan tidak perlu digelapkan waktu menyajikannya.
b. Kekurangan video
1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang
dipraktekkan.
2) Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi
dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain.
3) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan
secara sempurna.
4) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.
d. Video Sebagai Media Pembelajaran
1. Pengartian Video
Video berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya
melihat (mempunyai daya penglihatan) dapat melihat (K.Prent, 1969:
926). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119)
mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada
pesawat televisi, 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada
pesawat televisi.
Senada dengan itu, Peter Salim dalam The Contemporary
English-Indonesian Dictionary (1996: 2230) memaknainya dengan
sesuatu yang berkenaan dengan penerimaan dan pemancaran gambar.
Tidak jauh berbeda dengan dua definisi tersebut, Smaldino
(2008: 374) mengartikannya “the storage of visuals and their display
on television-type screen” (penyimpanan/perekaman gambar dan
penanyangannya pada layar televisi).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa video
itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat, utamanya adalah gambar
hidup (bergerak; motion), proses perekamannya, dan penayangannya
yang tentunya melibatkan teknologi. Selain itu juga Vidio merupakan
media komunikasi yang sangat cepat ditangkap informasinya oleh
manusia. Karena tampilannya selain berupa gambar juga berupa suara
dan gerak.
2. Pembelajaran Video
Proses pembelajaran memang sangat kompleks karena ada
beberapa faktor yang berpengaruh di dalamnya. Dalam hal ini, salah
satunya adalah proses transfer ilmu kepada peserta didik yang menjadi
bahan pembaharuan secara kontinu. Suatu materi tidak dapat diserap
secara sempurna oleh peserta didik apabila pesan yang disampaikan
tidak dapat disajikan secara baik.
Penggunaan video sebagai bahan bantu mengajar memberikan
satu pengalaman baru kepada sebilangan pelajar. Media video dan
televisi dapat membawa pelajar ke mana-mana saja, terutama sekali
jika tempat atau peristiwa yang ditayangkan itu terlalu jauh untuk
dilawati, atau berbahaya.
Dengan penayangan video, pelajar dapat merasa seolah-olah
mereka berada atau turut serta dalam suasana yang digambarkan.
Sebagai contoh, proses penjalanan elektrik dapat ditunjukkan kepada
pelajar melalui video. Kiranya dapat membantu pelajar
membayangkan cara kerja stesen janakuasa elektrik di samping
memberi pengalaman kepada para pelajar secara visual.
Menurut Norizan, 2002 (dalam Norhaziana, 2005)
menyatakan, sesuatu media berbentuk simulasi adalah perisian yang
memberi gambaran situasi sesuatu keadaan. Pengguna akan seolah-
olah berada di tempat kejadian dan boleh bertindak balas terhadap
keadaan tersebut.
Pengaruh media video akan lebih cepat masuk ke dalam diri
manusia daripada media yang lainnya. Karena penayanggannya
berupa cahaya titik fokus, sehingga dapat mempengaruhi fikiran dan
emosi manusia. Dalam kegiatan belajar mengajar, fokus dan
mempengaruhi emosi dan psikologi anak didik sangat diperlukan.
Karena dengan hal tersebut peserta didik akan lebih mudah
memehami pelajarannya. Tentunya media vidio yang disampaikan
kepada anak didik harus bersangkutan dengan tujuan pemebelajaran.
Menurut Hamalik, 1986: 43 (dalam Azhar, 2003: 15-16)
Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan stimulan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media
pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu.
Pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses
mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan
mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari
bahan pengajaran, maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh
siswa. Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman,
maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa. Pada
kelas eksperimen yang mana memanfaatkan media video sebagai
media pembelajaran sebelum praktikum dilakukan, membuat kegiatan
praktikum siswa lebih terarah (Retno, dalam Dimyati, 2006: 9).
Penyampaian materi melalui media video dalam pembelajaran
bukan hanya sekedar menyampaikan materi sesuai dengan kurikulum.
Akan tetapi ada hal lain yang perlu diperhatikan yang dapat
mempengaruhi minat peserta didik dalam belajar. Hal tersebut berupa
pengalaman atau situasi lingkungan sekitar, kemudian dibawakan ke
dalam materi pelajaran yang disampaikan melalui vidio. Selain itu
juga dalam pelajaran peraktek peserta didik akan lebih mudah
melakukan apa yang dilihatnya dalam video daripada materi yang
disampaikan melalui buku atau gambar. Kegiatan seperti ini akan
memudahkan peserta didik dan guru dalam proses belajar mengajar.
Ada banyak kelebihan video ketika digunakan sebagai media
pembelajaran di antaranya menurut Nugent (dalam Smaldino, 2008:
310 ) video merupakan media yang cocok untuk berbagai ilmu
pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa
seorang diri sekalipun. Hal itu, tidak dapat dilepaskan dari kondisi
para siswa saat ini yang tumbuh berkembang dalam dekapan budaya
televisi, di mana paling tidak setiap 30 menit menayangkan program
yang berbeda. Dari itu, video dengan durasi yang hanya beberapa
menit mampu memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat
mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan siswa.
Pembelajaran dengan video dapat ditujukan bagi beragam tipe
pebelajar. Teks bisa didisplay dalam aneka bahasa untuk menjelaskan
isi video. Beberapa DVD bahkan menawarkan kemampuan
memperlihatkan suatu objek dari berbagai sudut pandang yang
berbeda.
e. Manfaat Mengguanakan Media Berbasis Audio Visual (Video)
1. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa
ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik, dan lain-lain. Film
merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan
objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung
ketika berdenyut.
2. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
3. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, video
menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya
4. Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.
5. Video dapat menyajikan eristiwa yang berbahya bila dilihat secara
langsung;
6. Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kecil, kelompok
yang heterogen, maupun perorangan.
f. Pembelajaran Menyimak dengan Media Audio Visual
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak
dengan menggunakan media video dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Guru dan peneliti menyiapkan laptop, LCD proyektor, layar
proyektor, dan CD/VCD cerita siswa sesuai pelajaran yang di ajarkan.
2. Siswa diminta untuk mengkondisikan diri dengan duduk rapih.
3. Siswa ditayangkan video sesuai pelajaran yang di ajarkan sebanyak
satu kali.
4. Siswa diminta untuk mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita
seperti penokohan, tema, latar, dan amanat cerita.
5. Salah satu siswa diminta untuk membacakan hasil dari tugas yang
diberikan oleh guru di depan kelas.
6. Beberapa siswa diminta dengan sukarela untuk menceritakan kembali
tayangan film yang sudah diputar.
B. Kerangka Konseptual
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh setiap individu dengan berbagai
upaya demi penyiapan dirinya di masa yang akan datang. Potensi yang
dikembangkan atau diaktualisasikan meliputi cipta, rasa, dan karsa atau potensi
yang berhubungan dengan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Peran seorang pendidik dalam membantu siswa mengoptimalkan
danmengaktualisasikan potensinya sangat tinggi. Pendidik bertugas
mengemasproses pembelajaran termasuk dalam hal ini menciptakan kondisi
belajar yang kondusif, menyenangkan, membangkitkan motivasi, dan
menggairahkan tentu menjadi sebuah keniscayaan. Dalam mata pembelajaran
bahasa Indonesia misalnya, karena bahasa Indonesia bukan ilmu pasti seperti
matematika, maka pendidik yang cenderung menggunakan metode ceramah
atau hafalan yang menjadikan siswa cenderung bosan, ditambah lagi dengan
tidak adanya upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan media belajar.
Kebosanan ini menimbulkan rendahnya minat dan motivasi siswa untuk
berpartisipasi dalam proses pembelajaran (aktivitas belajar). Jika kedua hal
tersebut terus menerus terjadi maka bukan tidak mungkin prestasi siswa juga
ikut turun, dan tujuan pembelajaran yang tertuang dalam standart kompetensi
lulusan tidak dapat dipenuhi. Oleh karena itu, berdasarkan asumsi sementara
ada kecenderungan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan media
audiovisual pada pembelajaran menyimak cerita lebih efektif dibandingkan
dengan tanpa media atau pembelajaran konvensional. Ada keyakinan bahwa
pembelajaran menyimak cerita dengan media audiovisual lebih menarik
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian di atas
maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
KURIKULUM 2013
Membaca Berbicara Menyimak Menulis
Media Pembelajaran
Visual Audio Audio Visual
Video
Temuan
Aspek Berbahasa
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka pikir
seperti tersebut di atas, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan yaitu terlihat
jelas sangat efektif menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran
keterampilan menyimak siswa XI SMA Negeri 3 Pangkep Kecamatan
Bungoro dibanding menggunakan metode konvensional (ceramah) dalam
meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas XI SMA Negeri 3
Pangkep Kecamatan Bungoro.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pre-eksperimental designs dengan
metode one group pre-test-post-test design (Sugiyono, 2009: 74), alasan
peneliti memilih penelitian eksperimen karena peneliti ingin mengetahui
apakah efektiv penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia pada keterampilan menyimak siswa kelas XI SMA Negeri 3
Pangkep. Alasan pemilihan metode one group pre-test-post-test design, karena
jumlah populasi yang terdapat pada kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep terbatas,
sehingga tidak memungkinkan membagi antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan sehingga tidak memungkinkan membagi antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam rancangan ini digunakan satu
kelompok subyek, pertama-tama dilakukan pengukuran (pre-test), lalu
dilakukan perlakuan (treatment), kemudian dilakukan pengukuran kembali
(post-test). Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat,
karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi
perlakuan.
Dalam penelitian ini sampel pertama-tama kelas diberikan pre-test
terlebih dahulu, lalu diberi perlakuan dengan menggunakan media audiovisual
dan setelah itu diberikan post-test. Kemudian dianalisis apakah ada pengaruh
penggunaan media audiovisual dan kefektifannya dibandingkan menggunakan
media konvensional. Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
O
Gambar 3.1. Desain Penelitian
Keterangan :
O1 = Pre-Test
X = Treatment menggunakan media audiovisual
O2 = Post-Test
Dengan menggunakan metode pre-eksperiment diharapkan dapat
membantu pembelajaran bahasa Indonesia dalam keterampilan menyimak pada
siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Riduwan & Akdon (2010: 237) menguraikan bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Nawawi (Riduwan &
Akdon 2010: 237) menyebutkan bahwa,”populasi adalah totalitas semua
nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif
maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek
O1 x O2
yang lengkap”. Adapun rincian populasi dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Tabel 3.1. Populasi Penelitian
NO KELAS JUMLAH SISWA
1 XI MIA I 23
2 XI MIA II 28
3 XI MIA IV 28
4 XI MIA V 25
JUMLAH SISWA 104
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA sebanyak 104 siswa.
2. Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel
dengan teknik Simple Random Sampling (Riduwan & Akdon, 2010) simple
random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi
dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam
anggota populasi. Berdasarkan populasi sebanyak 104 siswa diperoleh 23
siswa untuk menjadi sampel penelitian dan 23 siswa sebagai sampel uji coba
instrumen.
C. Definisi Operasional Variabel
Suharsimi Arikunto (2002: 104) variabel adalah gejala yang bervariasi,
yang menjadi obyek penelitian.
1. Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media audiovisual.
2. Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan menyimak.
D. Instrumen Penelitian
Dalam pengumpulan data, diperlukan instrumen yang tepat agar data
yang berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian dapat dikumpulkan
secara lengkap. Berikut ini prosedur pengumpulan data yaitu:
1. Dokumentasi Sekolah
Data hasil ujian semesteran bahasa Indonesia siswa dapat diperoleh
dari sekolah, dikumpulkan apa adanya. Nilai tersebut akan dianalisa
kesamaannya.
2. Tes
Metode tes adalah cara untuk mengetahui hasil dari pelajaran yang
diberikan dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini, tes menjadi
metode utama yang terdiri dari pertanyaan/pernyataan yang harus dijawab.
Penelitian dengan metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang
peningkatan keterampilan menyimak yang diterapkan pada pre test dan post
test. Dalam penelitian ini data diperoleh dari tes objektif berbentuk pilihan
ganda dengan indikator: keruntutan cerita, hubungan antar informasi,
ketepatan struktur dan kata-kata, kewajaran urutan wacana, kelancaran
dalam menceritakan kembali. Sehingga apabila semua jawaban benar,
skornya 20 dan apabila semua jawaban salah, skornya 0. Masing-masing
item menggunakan skala Likert (bobot terendah adalah 0 dan bobot
tertinggi adalah 1).
3. Observasi
Observasi (pengamatan) adalah metode pengumpulan data dimana
peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka
saksikan selama penelitian. Observasi akan dilakukan di kelas ketika proses
belajar mengajar antar siswa dan guru berlangsung. Data-data yang dicatat
adalah hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan, perbuatan, atau tingkah
laku siswa. Observasi yang digunakan ialah observasi tidak terstruktur, yaitu
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang pelaksanaan
belajar mengajar atau tanpa instrumen yang telah baku.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian diperlukan teknik pengumpulan data
yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes awal (pre-test) dan
tes akhir (pos-test), observasi, dan dokumentasi.
F. Teknk Analisis Data
Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan
dari suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil
penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui tahap penelitian berikut ini :
1. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Peneliti merancang kelas yang akan dijadikan sampel.
b. Peneliti membuat instrumen-instrumen penelitian yang akan digunakan
untuk penelitian.
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Peneliti melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian.
b. Peneliti menguji coba, menganalisis dan menetapkan instrumen
penelitian.
3. Evaluasi
Pada tahap ini, peneliti menganalisis dan mengolah data yang telah
dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan.
4. Penyusunan Laporan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun dan
melaporkan hasil-hasil penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Pangkep Kecamatan
Bungoro pada tanggal 14 Mei sampai 14 Juli 2018. Peserta didik
berjumlah 23 siswa yang mempunyai karakteristik yang relatif sama
dengan subjek yang menjadi sampel penelitian.
2. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian dengan menggunakan pre-eksperimental designs yang
dilakukan oleh peneliti terhadap 23 murid dapat diuraikan dan
dideskripsikan secara rinci tentang ”Efektivitas Penerapan Pembelajaran
Berbasis Audiovisual dalam Pembelajaran Menyimak Bahasa Indonesia
Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep”. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimanakah tingkat efektivitas penggunaan media
audiovisual dalam pembelajaran menyimak bahasa Indonesia siswa kelas
XI SMA Negeri 3 Pangkep. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari
nilai pretest dan posttest tingkat keterampilan menyimak cerita siswa kelas
XI SMA Negeri 3 Pangkep yang diajar menggunakan metode
konvensional dengan tingkat keterampilan menyimak cerita siswa kelas XI
SMA Negeri 3 Pangkep yang diajar menggunakan media audiovisual.
46
3. Deskripsi Keterampilan Menyimak Cerita Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep Sebelum Menggunakan Media Audio Visual (Pretest)
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Pangkep dikelas XI MIA
1 yang berlangsung selama 2 bulan ( 14 Mei – 14 Juli), yang dilakukan
empat kali pertemuan. Jenis penelitian ini menggunakan pre-eksperimental
design. Sebelum memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan
prosedur persuratan sebagai bukti perizinan untuk pihak sekolah, kampus
dan instansi yang terkait.
Sebelum menerapkan metode one group pre-test-post-test design
peneliti terlebih dahulu mengamati proses pembelajaran yang berlangsung
dikelas XI MIA 1. Pada awal kegiatan siswa memulai pembelajaran
dengan berdoa, guru mengecek kehadiran siswa, dan melakukan tanya
jawab tentang materi yang telah dipelajari. Pada kegiatan ini guru
menyampaikan indikator pembelajaran yang harus dicapai dan manfaat
pembelajaran, setelah itu guru menjelaskan materi dan memberikan tugas
kepada siswa.
Peneliti mengamati proses pembelajaran dengan menerapkan
metode one group pre-test-post-test design yang akan diterapkan oleh guru
bahasa indonesia. Dari hasil pengamatan, siswa belum bisa menyerap
materi dengan baik karena baru pertama kali menggunakan model
pembelajaran audivisual dalam pembelajaran bahasa indonesia disekolah
tersebut, sehingga membutuhkan empat kali pertemuan untuk melakukan
uji coba penggunaan audio visual pada pembelajaran bahasa indonesia.
Setelah itu, pada awal kegiatan siswa memulai pembelajaran
dengan berdoa, kemuadian guru mengecek kehadiran siswa, guru
memotivasi siswa agar mengikuti pembelajaran dengan baik dan
melakukan tanya jawab dengan siswa berdasarkan materi yang dipelajari
sebelumya. Setelah itu, guru menyampaikan indikator yang harus dicapai
dan manfaat pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi
pembelajaran tentang menyimak cerita bahasa Indonesia, setelah itu guru
mulai membagikan soal yang telah disediakan kepada siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan ini, guru mulai bisa
memahami dengan baik langkah-langkah dari cara menyimak siswa,
namun masih terlihat kaku dan tidak terstruktur. Selain itu siswa juga
terlihat masih bingung dengan penerapan pembelajaran menyimak cerita,
berhubung pelajaran tersebut baru pertama kali mereka dapatkan selama
mengikuti proses pembelajaran bahasa indonesia.
Berdasarkan analisis data pretest hasil belajar menyimak cerita
pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep, jumlah siswa sebanyak 23
orang, maka diperoleh gambaran yaitu tidak ada siswa yang mampu
memperoleh nilai 100 sebagai nilai maksimal. Nilai tertinggi hanya 75
yang diperoleh 1 murid dan nilai terendah adalah 25 yang diperoleh 1
murid.
Berdasarkan hal tersebut, maka deskripsi yang lebih jelas dan
tersusun rapi mulai dari nilai tertinggi menurun ke nilai terendah yang
diperoleh siswa beserta frekuesinya dapat dilihat pada tabel 3.1. Selain itu,
pada tabel 3.1 dipaparkan pula data secara umum tentang distribusi nilai,
frekuensi, dan persentase hasil belajar menyimak cerita pada siswa kelas
XI SMA Negeri 3 Pangkep.
Tabel 3.1. Distribusi Nilai, Frekuensi, dan Persentase Hasil Belajar Menulis Laporan Pengamatan pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep Sebelum Menggunakan Media Audio Visual .
No. Nilai Frekuensi
(f) Persentase
(%) 1 75 1 4,35 2 65 1 4,35 3 60 9 39,13 4 55 5 21,73 5 50 3 13,04 6 45 3 13,04 7 25 1 4,35
Jumlah 23 100
Gambar 3.1 Grafik Nilai Pretest Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6
Nilai
Frekuensi
Berdasarkan presentase (4,35%) sampel yang mendapat nilai 75 berjumlah 1 orang
(4,35%) sampel yang mendapat nilai 65 berjumlah 1 orang
(39,13%) sampel yang mendapat nilai 60 berjumlah 9 orang
(21,73%) sampel yang mendapat nilai 55 berjumlah 5 orang
(13,04%) sampel yang mendapat nilai 50 berjumlah 3 orang
(13,04%) sampel yang mendapat nilai 45 berjumlah 3 orang
(4,35%) sampel yang mendapat nilai 25 berjumlah 1orang
Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa perolehan nilai siswa
berada pada rentang nilai 25 sampai dengan 75 yang kemungkinan dapat
diperoleh siawa. Berdasarkan perolehan nilai beserta frekuensinya dapat
diketahui tingkat hasil belajar keterampilan menyimak cerita pengamatan
mata pelajaran bahasa Indonesia murid kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep
dengan melihat tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 3 Pangkep (Pretest)
No. Perolehan Nilai Frekuensi
(f) Persentase
(%) 1 Nilai 70 ke atas 1 4,35
2 Nilai 70 ke bawah 22 95,65
Jumlah 23 100
Berdasarkan tabel 4.2, maka dapat diketahui bahwa frekuensi dari
persentase nilai hasil belajar keterampilan menyimak cerita pada siswa
kelas XI MIA 1 SMA Negei 3 Pangkep Kecamatan Bungoro yaitu siwa
yang mendapat nilai 70 ke atas sebanyak 1 orang (4,35%) dari jumlah
sampel. Sedangkan siswa yang mendapat nilai 70 ke bawah sebanyak 22
siswa (95,65%) dari jumlah sampel. Dengan demikian, dapat dikatakan
hasil belajar keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas XI MIA 1
sma Negeri 3 Pangkep sebelum menggunakan metode pembelajaran belum
memadai karena nilai yang mencapai kriteria kemampuan siswa yaitu
hanya mencapai 4,35% atau sebanyak 1 swa.
4. Deskripsi Keterampilan Menyimak Bahasa Indonesia pada Siswa
Kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep Kecamatan Bungoro
Berdasarkan analisis data posttest hasil belajar menyimak cerita
pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep dengan jumlah siswa 23
orang, maka diperoleh gambaran yaitu ada 13 murid yang mampu
memperoleh nilai 85 sebagai nilai maksimal dan nilai 70 yang diperoleh 9
murid dan ada 1 murid memperoleh nilai 65 di kategorikan tidak tuntas.
Berdasarkan hal tersebut, maka gambaran yang lebih jelas dan
tersusun rapi mulai dari nilai tertinggi menurun ke nilai terendah yang
diperoleh siswa beserta frekuesinya dapat dilihat pada tabel 4.1. Selain itu,
pada tabel 4.1 dipaparkan pula data secara umum tentang distribusi nilai,
frekuensi, dan persentase hasil menyimak cerita pada murid siswa kelas XI
SMA Negeri 3 pangkep setelah menggunakan media audiovisual.
Tabel 4.1 Distribusi Nilai, Frekuensi, dan Persentase Keterampilan Menyimak Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3
Pangkep setelah Menggunakan Audiovisual.
No. Nilai Frekuensi
(f)
Persentase (%)
1 85 13 56,52
2 70 9 39,13
3 65 1 4,35
Jumlah 23 100
Gambar 4.2 Grafik Nilai Posttest murid Kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep
Berdasarkan Presentase
(56,42) sampel yang mendapatkan nilai 85 berjumlah 13 orang
(39,13%) sampel yang mendapat nilai 70 berjumlah 9 orang
(4,35%) sampel yang mendapat nilai 65 berjumlah 1 orang
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4
NilaiFrekuensiPersentase
Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa perolehan nilai siswa
berada pada rentang nilai 65 sampai dengan 85 dari yang kemungkinan
dapat diperoleh siswa. Berdasarkan perolehan nilai beserta frekuensinya
dapat diketahui tingkat hasil keterampilan menyimak cerita pada siswa
kelas XI MIA 1 SMA Negeri 3 Pangkep dengan melihat tabel 4.4 berikut
ini.
Tabel 4.2 Klasifikasi Nilai Siswa Kelas XI MIA 1 (Posttest)
No. Perolehan Nilai Frekuensi (f)
Persentase (%)
1 nilai 70 ke atas 22 95,65
2 nilai 70 ke bawah 1 4,35
Jumlah 23 100
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, maka dapat diketahui bahwa
frekuensi dari persentase nilai hasil belajar meyimak cerita pada siswa
kelas XI MIA 1 SMA Negeri 3 Pangkep setelah menggunakan media
audio visual yaitu murid yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak 21 orang
(95,65%) dari jumlah sampel masih ada murid yang mendapat nilai di
bawah 70 sebanyak 1 orang (4,34,%) dari jumlah sampel. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa hasil belajar menyimak cerita pada siswa
kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep menggunakan media audio visual sudah
cukup memadai karena 22 murid sudah mencapai kriteria yang ditetapkan,
kemampuan murid yaitu mencapai 95,65% dan 1 orang murid masih
belum mencapai kriteria yang di tetapkan yaitu nilai di bawah 70 (4,34,%)
maka dapat di simpulkan siswa berjumlah 23 orang, ada 1 murid yang
masih belum memenuhi standar KKM yang di tetapkan.
5. Deskripsi Aktivitas Belajar Menyimak Cerita Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep Selama Penerapan Pembelajaran Menggunakan Media Audio Visual
Hasil observasi aktivitas belajar murid dalam proses pembelajaran
bahasa Indonesia dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan pemberian
perlakuan yaitu dinyatakan dalam persentase sebagai berikut:
Tabel data 5.1. Hasil Observasi Penelitian.
No. Aspek yang diamati Jumlah murid yang
aktif pada pertemuan ke-
Rata-rata Persentase
1 2 3 4 1. Murid yang memperhatikan
penjelasan guru
P R E T E S T
21 23
P O S T T E S T
22 95,65
2. Murid yang menyimak saat guru menjelaskan materi 21 23 22 95,65
3. Murid yang aktif dalam melakukan pengamatan 23 23 23 100
4. Murid yang berani bertanya saat proses pembelajaran 18 20 19 82,60
5. Murid yang menulis laporan pengamatan dengan kalimat yang baik dan benar
19 21 20 86,95
6. Murid yang menjelaskan kesimpulan hasil pengamatan yang dilakukan
18 20 19 82,60
Tabel data 5.1 menunjukkan hasil observasi penelitian di atas
terhadap subjek penelitian yang berjumlah 23 orang, didapatkan data hasil
observasi aktifitas belajar murid berdasarkan 7 aspek yang diamati.
Adapun hasil pengamatan untuk pertemuan 2 dan 3 menunjukkan bahwa
persentase murid yang memperhatikan penjelasan guru sebesar 95,65%,
persentase murid yang menyimak saat guru menjelaskan sebesar 95,65%,
persentase murid yang aktif dalam melakukan pengamatan sebesar 100%,
persentase murid yang berani bertanya pada saat proses pembelajaran
sebesar 82,60%, persentase murid yang menulis laporan pengamatan
dengan baik dan benar sebesar 86,95%, dan persentase murid yang
menjelaskan kesimpulan hasil pengamatan sebesar 82,60%.
B. Pembahasan
Pada bagian ini, diuraikan temuan yang diperoleh dari hasil analisis
data penelitian keefektifan media audio visual dalam pembelajaran bahasa
Indonesia pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep. Setelah dilakukan
pengujian, diperoleh terdapat perbedaan antara hasil belajar menyimak
cerita dengan metode konvensional sebelum menggunakan media audio
visual dan setelah menggunakan media audio visual. Hasil belajar
menyimak cerita sesudah menggunakan media audio visual lebih tinggi
atau lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar menulis laporan
pengamatan sebelum menggunakan media audio visual. Hal ini dapat
ditunjukkan dari hasil pretest dan posttest murid .
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa terdapat
keefektifan yang signifikan pada penggunaan media audiovisual terhadap
efektifitas pembelajaran keterampilan menyimak cerita siswa kelas XI
SMA Negeri 3 Pangkep. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan
bahwa persentase siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebesar
95,65%, persentase murid yang menyimak saat guru menjelaskan sebesar
95,65%, persentase murid yang aktif dalam melakukan pengamatan
sebesar 100%, persentase murid yang berani bertanya pada saat proses
pembelajaran sebesar 82,60%, persentase murid yang menulis laporan
pengamatan dengan baik dan benar sebesar 86,95%, dan persentase murid
yang menjelaskan kesimpulan hasil pengamatan sebesar 82,60%.
Berdasarkan hasil analisis data secara deskriptif menunjukkan bahwa nilai
rata-rata pretest murid dapat diketahui bahwa frekuensi dari persentase
nilai hasil belajar keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas XI MIA
1 SMA Negei 3 Pangkep Kecamatan Bungoro yaitu siwa yang mendapat
nilai 70 ke atas sebanyak 1 orang (4,35%) dari jumlah sampel. Sedangkan
siswa yang mendapat nilai 70 ke bawah sebanyak 22 siswa (95,65%) dari
jumlah sampel.
Namun, setelah diberi perlakuan, terjadi peningkatan nilai yang
dapat dilihat dari hasil posttest siswa. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar
menyimak cerita pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep
menggunakan media audio visual sudah cukup memadai karena 22 murid
sudah mencapai kriteria yang ditetapkan, kemampuan murid yaitu
mencapai 95,65% dan 1 orang murid masih belum mencapai kriteria yang
di tetapkan yaitu nilai di bawah 70 (4,34,%) maka dapat di simpulkan
siswa berjumlah 23 orang, ada 1 murid yang masih belum memenuhi
standar KKM yang di tetapkan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa terdapat
keefektifan yang signifikan pada penggunaan media audiovisual terhadap
efektifitas pembelajaran keterampilan menyimak cerita siswa kelas XI
SMA Negeri 3 Pangkep. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan
bahwa persentase siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebesar
95,65%, persentase murid yang menyimak saat guru menjelaskan sebesar
95,65%, persentase murid yang aktif dalam melakukan pengamatan
sebesar 100%, persentase murid yang berani bertanya pada saat proses
pembelajaran sebesar 82,60%, persentase murid yang menulis laporan
pengamatan dengan baik dan benar sebesar 86,95%, dan persentase murid
yang menjelaskan kesimpulan hasil pengamatan sebesar 82,60%.
Berdasarkan hasil analisis data secara deskriptif menunjukkan bahwa nilai
rata-rata pretest murid dapat diketahui bahwa frekuensi dari persentase
nilai hasil belajar keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas XI MIA
1 SMA Negei 3 Pangkep Kecamatan Bungoro yaitu siwa yang mendapat
nilai 70 ke atas sebanyak 1 orang (4,35%) dari jumlah sampel. Sedangkan
siswa yang mendapat nilai 70 ke bawah sebanyak 22 siswa (95,65%) dari
jumlah sampel.
Setelah diberi perlakuan, terjadi peningkatan nilai yang dapat
dilihat dari hasil posttest siswa. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar 58
menyimak cerita pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pangkep
menggunakan media audio visual sudah cukup memadai karena 22 murid
sudah mencapai kriteria yang ditetapkan, kemampuan murid yaitu
mencapai 95,65% dan 1 orang murid masih belum mencapai kriteria yang
di tetapkan yaitu nilai di bawah 70 (4,34,%) maka dapat di simpulkan
siswa berjumlah 23 orang, ada 1 murid yang masih belum memenuhi
standar KKM yang di tetapkan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan
di atas, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Siswa disarankan agar dapat meningkatkan keterampilan
menyimak cerita berdasarkan materi yang sudah diberikan oleh
pihak sekolah maupun sumber belajar lainnya seperti internet,
buku, dan sebagainya, sehingga hasil belajar dapat dicapai dengan
maksimal.
2. Bagi Guru
Guru diharapkan mampu melanjutkan penggunaan media
audiovisual dan mampu memvariasikan media audiovisual dalam
proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan
menyimak cerita sesuai dengan kondisi peserta didik.
3. Pihak Sekolah
60
Pihak sekolah diharapkan dapat memfasilitasi dan mendukung
pengembangan media pembelajaran, mengingat pentingnya dan
bergunanya media dalam proses belajar mengajar karena dapat
membantu peserta didik dalam menerima materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan bagi peneliti selanjutnya dan sebagai
bahan referensi untuk melanjutkan penelitian. Hal ini perlu
dilakukan agar proses pembelajaran dimasa-masa selanjutnya bisa
lebih inovatif dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman
yang semakin modern.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Abdul Azis. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Ahmad Rohani HM dan Abu Ahmadi. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Gema Insan Pers.
Akhadiah, Sabarti dkk. 1997. Pembinaan Kemampuan Menyimak Bahasa Indonesia. Jakarta Erlangga.
Alhadar. 1989, Menerobos Budaya Bisu: Panduan Media Komunikasi Rakyat, Jakarta: P3M
Ali Mahsun. 2010. Pengaruh penerapan media audiovisual dalam pembelajaran bercerita di MI Perguruan Mu’allimat Cukir Jombang. Thesis. Universitas Negeri Yogyakarta.
Amir Hamzah Sulaiman. 1985. Media Audio Visual untuk Pengajaran Pengarahan dan Penyuluhan. Jakarta: P.T Gramedia.
Anida, 2015. Media Pembelajaran (Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran). http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/index. Diakses tanggal 24 Januari 2018.
Anggi, Rani Wahyuningsih. 2011. Efektivitas Penggunaan Media Audio-Visual Dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa Prancis Pada Siswa Kelas X Man 1 Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id/4339/1/Rani.%2006204241038.pdf. Diakses tanggal 24 Januari 2018.
Asnawir dan Basyirudin Usman. 2002, Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press.
Arsyad, Azhar. 2003, Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Burhan Nurgiyantoro. 2010. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE UGM.
Cahyono, A. 2011. Pembelajaran Menulis Sastra dengan Metode Estafet Writing di SMA. http://risecahyono.blogspot.com. Diakses pada tanggal 24 Januari 2018.
61
Dani Suci Arini. 2001. Pengaruh Keefektifan Media Komik terhadap Keterampilan Bercerita siswa kelas V SD N Tegalpanggung Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: FIP.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang Press.
Deni, Arisandi. 2011, Manfaat Penggunaan Video Sebagai Media Pembelajaran. http://arisandi.com/manfaat-penggunaan-video-sebagai-media-pembelajaran/. Diakses tanggal 2 Januari 2018.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djamarah, dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa Sebagai Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Indeks.
Dwi Purwanto. 2009. Pengaruh Media Audio Visual Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Skripsi. Universitas Pancasakti. Semarang.
Fitria Ningtias Rahmawati. 2011. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Video Pembelajaran dalam Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sejarah. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Hujair AH. Sanaky. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press.
Nana Sudjana & Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru. Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Nurbayati. 2009. Efektivitas Penggunaan Audio Visual Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Islam Al-Azhar 12 Cikarang-Bekasi. Skripsi. Lembaga Pendidikan YAI. Bekasi.
Poerwadarminta, WJS. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.
Ramadhani, Mawar. 2012, Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Kalasan. http://eprints.uny.ac.id/8481/1/cover_08520241028.pdf. Diakses tanggal 24 Januari 2018.
Riduwan dan Akdon. 2010. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rini Afiati. 2009. Efektifitas media komputer dan audio cassette recorder dalam pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Kebondalem Kabupaten Pemalang. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Saifuddin Azwar. 2007. Sikap Manusia. Teori Dan Pengukurannya. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rohani. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Samsuri, Andi Sukri. 2013. Keterampilan Menyimak dan Ancaman Pembelajarannya. Makassar.
Setiawan. 2007. Sikap Manusia. Teori Dan Pengukurannya. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sumber : http://rochmatun-naili.blogspot.com/2012/05/media-audio-visual.html Diposting 6th March 2013 oleh Adhi Susanto, diakses 2 Januari 2018.
Sumber lain http://id.wikipedia.org/wiki/Video, diakses 2 Januari 2018).
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Dj. 2003. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia I Universitas Terbuka. Jakarta: Depdikbud.
Warsita, Bambang. 2008, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta.
63
L
A
M
P
I
R
A
N
EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PANGKEP PEDOMAN OBSERVASI
1. Situasi dan kondisi sekolah.
2. Situasi dan kondisi siwa.
3. Situasi dan kondisi lingkungan sekolah
4. Mengamati proses pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan
menyimak cerita siswa kelas XI SMAN 3 Pangkep tanpa menggunakan
audiovisual.
5. Mengamati dampak penggunaan media audiovisual pada proses
pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak cerita siswa
kelas XI SMAN 3 Pangkep.
6. Mengamati penggunaan media audiovisual pada proses pembelajaran
bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak cerita siswa kelas XI
SMAN 3 Pangkep.
EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PANGKEP PEDOMAN WAWANCARA GURU
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Jabatan :
4. Hari, tanggal :
B. Daftar pertanyaan:
1. Apakah proses pembelajaran dengan menggunakan media audio visual
pernah diterapkan di sekolah ini?
2. Jenis media tersebut apa saja?
3. Bagaimanakah respon siswa ketika proses pembelajaran dilakukan tanpa
menggunakan media audiovisual?
4. Bagaimanakah respon siswa ketika proses pembelajaran dilakukan
menggunakan media audiovisual?
5. Bagaimana proses pembelajaran tanpa mengunakan media?
6. Bagaimana dampak penggunaan media audiovisual terhadap proses
pembelajaran siswa?
7. Langkah-langkah apa sajakah yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual?
8. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat dalam melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual?
9. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?
EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PANGKEP PEDOMAN WAWANCARA SISWA
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Jabatan :
4. Hari, tanggal :
B. Daftar Pertanyaan:
a. Bagaimana pendapat adik tentang pembelajaran dengan menggunakan
media audiovisual?
b. Apa sajakah yang adik peroleh melalui pembelajaran dengan dengan
menggunakan media audiovisual?
c. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual lebih
menarik? Mengapa?
d. Bagaimana pendapat adik tentang guru bidang studi bahasa Indonesia?
e. Bagaimana pendapat adik tentang cara Bapak / Ibu mengajar mata
pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media audiovisual?
f. Menurut adik apakah pemilihan media tersebut sudah tepat?
g. Kesulitan apa sajakah yang adik temui saat pembelajaran dengan
menggunakan media audiovisual?
h. Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang adik hadapi, saran adik seperti
apa?
Lampiran Materi
KISAH PIPA DAN EMBER
Di sebuah desa terjadi krisis air sumber mata air terletak di gunung (yang tentunya
lebih tinggi dari desa itu) tetapi dipisahkan oleh sebuah lembah sehingga air tidak
bisa mengalir ke desa tersebut. Pak kepala desa mengadakan sayembara untuk
mengalirkan air dari gunung ke desa tersebut dengan ember (Imbalan tiap
embernya $1). Ternyata ada dua orang yang berminat dan menerima tawaran itu
yaitu si Pipo dan Embro. Mereka adalah dua orang pemuda miskin yang rajin dan
ingin merubah dirinya untuk menjadi kaya. Dan kedua pemuda itu setuju dan
mulai mengerjakannya pada pagi harinya.
Mulanya mereka mengerjakan pekerjaan yang sama dengan bersemangat, tetapi
setelah berbulan-bulan mereka merasa bosan dengan pekerjaan yang itu-itu saja
dan penghasilan yang tidak lebih dari hitungan ember itu tadi. Mereka mulai
berkreasi dan kita lihat apa yang mereka lakukan :
Embro
Embro berfikir jika dia bisa membawa ember lebih banyak tentunya dia akan
mendapatkan uang yang lebih banyak, maka ia berlatih "fitness" dan berusaha
membawa dua ember tiap kali mengambil air. Kemudian ia mengubah ukuran
embernya yang isinya dua kali lebih besar dari ukuran sebelumnya hingga sekali
mengambil air ia bisa menghasilkan empat ember. Namun, apa yang terjadi?
walaupun badan Embro semakin berotot dan dia banyak menghasilkan banyak
uang (4 x dari yang dihasilkan oleh Pipo pada waktu itu) tetapi ia banyak
menghabiskan energinya untuk mengangkat ember, membelanjakan uangnya
untuk memulihkan kondisi badannya dan menambah supply makanan untuk
mendukung pekerjaannya.
Bahkan di malam harinya ia sering meminum minuman keras sebagai
pelampiasan tekanan atas kerja kerasnya sehari penuh. Akhirnya setelah berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun badan Embro pun semakin tua dan lemah sehingga
Ia mengurangi porsi kerjanya dan malangnya ia jatuh sakit.
Embro kehilangan pekerjaannya dan penghasilannya hingga ia membutuhkan
pertolongan orang lain untuk menyambung hidupnya.
Pipo
Pada awalnya Pipo melakukan hal yang sama dengan Embro dan mencari cara
yang lebih baik untuk menambah penghasilannya, tetapi ia tetap mengerjakan
pekerjaan itu secara wajar. Namun, Pipo lebih tertarik untuk membangun jaringan
pipa yang menghubungkan antara sumber mata-air di gunung dan desanya.
Ia menyisakan waktu luang dan penghasilannya untuk membangun jaringan pipa
meter demi meter dan peralatan penyangga serta sebuah dam yang bisa
menampung seluruh air yang berhasil dialirkan. (Dimana Embro hanya
beristirahat untuk memulihkan kondisi badannya) Pipo bercita-cita bisa menjadi
penyalur air di desanya yang bisa memenuhi seluruh warga desa tersebut (Cita-
cita yang mulia bukan?) walaupun banyak penduduk sekitar yang mencemooh
termasuk si Embro.
Hingga berbulan-bulan dan bertahun-tahun akhirnya dengan kerja yang tidak
hanya keras, tetapi cerdas dan efektif Pipo berhasil membangun jaringan pipa air
dan dam dengan nama "Pipo Corporation" yang menyediakan supply air dengan
harga yang murah dan jumlah yang tak terbatas.
Akhirnya Pipo pun berhenti dari pekerjaan biasanya dan menerima uang hasil
usahanya tanpa ia bersusah payah yang jumlahnya jauh lebih banyak dari yang
Embro dapatkan.
Pipo telah berhenti bekerja dan ia tetap menerima uang dari keuntungan
perusahaan yang ia bangun, ia bisa pergi berlibur ke luar negri, bisa punya rumah
bagus dan yang utama bisa memberi manfaat kepada seluruh desa bahkan ke desa
sekitarnya.
Nah dalam dunia nyata ini sejujurnya kita juga menemukan kenyataan yang tidak
jauh dari cerita tersebut dimana banyak orang yang sibuk dan menghabiskan
waktu efektifnya hanya untuk melakukan pekerjaan yang kurang efektif sehingga
mendapatkan hasil yang sesuai pula.
Kita bisa melihat kisah bagaimana Bill Gates (Mahasiswa Harvard Univ. yang
tidak menyelesaikan studinya) membangun Microsoft Corporation dengan sebuah
ide hanya ingin menciptakan Operating System (software, Windows) untuk IBM-
PC yang bisa dipakai oleh berbagai macam platform dan macam komputer
sehingga dari situ diharapkan penggunanya bisa lebih mudah menggunakannya
(user-friendly), integritas PC yang tergabung dalam Internet Explorer serta mobile
operating systemnya, WindowsCE (Siapa yang nggak kenal DOS, Windows,
Internet Explorer?) dan yang membanggakan hampir seluruh saham Microsoft
Corporation dimilikinya hingga ia dikenal sebagai orang terkaya di dunia.
Kita juga masih ingat Oprah Winfley (Seorang Presenter wanita ternama di USA)
yang berhasil membangun HARPO Corporation, hingga profesi presenter yang
semula menjadi tulang punggung penghasilannya kini menjadi kegiatan
sampingannya.
Juga Ustadz Abdullah Gymnastiar yang begitu hebatnya mengambangkan MQ
Corporation yang memiliki lebih dari 17 anak perusahaan. Ia berhasil
mengurusnya dan tanpa mengganggu aktivitas dakwahnya.
Bagaimana dengan kita?
Pernahkah kita ingin merasakan seperti mereka?
Sudahkah kita berniat dan berusaha untuk menjadi seperti mereka ataupun lebih
baik lagi?
Pernahkah kita memberanikan diri untuk melakukan seperti apa yang mereka
lakukan?
SOAL PRETEST
Nama:
Kelas:
Pertanyaan :
1. Apa isi pokok dari cerita pipa dan ember?
2. Siapakah nama tokoh dari cerita pipa dan ember?
3. Kapan pipo dan embro mendapatkan pekerjaan mengangkat air ke desa?
4. Dimana pipo dan embro mendapatkan air?
5. Mengapa pipo lebih memilih membuat saluran air?
6. Bagaimana tanggapan anda tentang cerita pipo dan embro dengan melihat
teks yang ada?
Jawaban :
SOAL POSTTEST
Nama:
Kelas:
Pertanyaan :
1. Apa isi pokok dari cerita pipa dan ember?
2. Siapakah nama tokoh dari cerita pipa dan ember?
3. Kapan pipo dan embro mendapatkan pekerjaan mengangkat air ke desa?
4. Dimana pipo dan embro mendapatkan air?
5. Mengapa pipo lebih memilih membuat saluran air?
6. Bagaimana tanggapan anda tentang cerita pipo dan embro ini dengan
melihat audio visual yang telah disediakan?
Jawaban :
DAFTAR NILAI KELAS XI SMA NEGERI 3 PANGKEP SEBELUM
MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL
PRE-TEST
No Nama L/P Nilai Keterangan
1 Agung Putra L 60 Tidak Tuntas
2. Agus Reynaldi L 45 Tidak Tuntas
3. Annisa Nurlatifah Yumey P 25 Tidak Tuntas
4. Andi Armayanti P 45 Tidak Tuntas
5. Andi Atira Sari P 65 Tidak Tuntas
6. Erwin Sukarno Putra L 50 Tidak Tuntas
7. Evi Nasir P 45 Tidak Tuntas
8. Andi Fahmi L 55 Tidak Tuntas
9. Hikmatul Fadilah P 55 Tidak Tuntas
10. Indayanti P 60 Tidak Tuntas
11. Haeril Anwar L 55 Tidak Tuntas
12. Lisasu P 60 Tidak Tuntas
13. Marhama P 60 Tidak Tuntas
14. Maryam P 60 Tidak Tuntas
15. Meisa Suci P 60 Tidak Tuntas
16. Mirnawati P 60 Tidak Tuntas
17. Mutia Annisa P 55 Tidak Tuntas
18. Nurajannah P 60 Tidak Tuntas
19. M. Setia Ramoy L 55 Tidak Tuntas
20. Sahria L 50 Tidak Tuntas
21. Tallasa L 50 Tidak Tuntas
22. Muhammad Yusri syahrir L 60 Tidak Tuntas
23 Putri Nurul Aulia Sudirman P 75 Tuntas
DAFTAR NILAI KELAS XI SMA NEGERI 3 PANGKEP SETELAH
MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL POST-TEST
No. Nama L/P Nilai Keterangan
1. Agung Putra L 85 Tuntas
2. Agus Reynaldi L 70 Tuntas
3. Annisa Nurlatifah Yumey P 85 Tuntas
4. Andi Armayanti P 70 Tuntas
5. Andi Atira Sari P 70 Tuntas
6. Erwin Sukarno Putra L 85 Tuntas
7. Evi Nasir P 70 Tuntas
8. Andi Fahmi L 70 Tuntas
9. Hikmatul Fadilah P 85 Tuntas
10. Indayanti P 65 Tidak Tuntas
11. Haeril Anwar L 85 Tuntas
12. Lisasu P 70 Tuntas
13. Marhama P 85 Tuntas
14. Maryam P 85 Tuntas
15. Meisa Suci P 70 Tuntas
16. Mirnawati P 85 Tuntas
17. Mutia Annisa P 85 Tuntas
18. Nurajannah P 70 Tuntas
19. M. Setia Ramoy L 85 Tuntas
20. Sahria L 85 Tuntas
21. Tallasa L 85 Tuntas
22. Muhammad Yusri syahrir L 70 Tuntas
23 Putri Nurul Aulia Sudirman P 85 Tuntas
HASIL TES BELAJAR MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL
(PRE-TEST & POST-TEST)
No
Nama
L/P
Pre-test
Post-test
1. Agung Putra L 60 85
2. Agus Reynaldi L 45 70
3. Annisa Nurlatifah Yumey P 25 85
4. Andi Armayanti P 45 70
5. Andi Atira Sari P 65 70
6. Erwin Sukarno Putra L 50 85
7. Evi Nasir P 45 65
8. Andi Fahmi L 55 70
9. Hikmatul Fadilah P 55 85
10. Indayanti P 60 65
11. Haeril Anwar L 55 85
12. Lisasu P 60 70
13. Marhama P 60 85
14. Maryam P 60 85
15. Meisa Suci P 60 70
16. Mirnawati P 60 85
17. Mutia Annisa P 55 85
18. Nurajannah P 60 70
19. M. Setia Ramoy L 55 85
20. Sahria L 50 85
21. Tallasa L 50 85
22. Muhammad Yusri syahrir L 60 70
23. Putri Nurul Aulia Sudirman P 75 85
Jumlah 1265 1783
RATA-RATA 55 77,52
DAFTAR HADIR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PANGKEP
No
. Nama
L/
P
Pertemuan Ke-
I II III IV V VI
1. Agung Putra L √ √ √ - √ √
2. Agus Reynaldi L √ √ √ √ √ √
3. Annisa Nurlatifah Yumey P √ - √ √ √ √
4. Andi Armayanti P √ √ √ √ √ √
5. Andi Atira Sari P √ √ √ √ √ √
6. Erwin Sukarno Putra L √ √ √ √ √ √
7. Evi Nasir P √ √ √ √ √ √
8. Andi Fahmi L √ - √ √ √ √
9. Hikmatul Fadilah P √ √ √ √ √ √
10. Indayanti P √ √ √ √ √ √
11. Haeril Anwar L √ √ √ √ √ √
12. Lisasu P √ √ √ √ √ √
13. Marhama P √ √ √ √ √ √
14. Maryam P √ √ √ √ √ √
15. Meisa Suci P √ √ √ √ √ √
16. Mirnawati P √ √ √ - √ √
17. Mutia Annisa P √ √ √ √ - √
18. Nurajannah P √ √ √ √ √ √
19. M. Setia Ramoy L √ √ √ √ √ √
20. Sahria L √ √ √ √ √ √
21. Tallasa L √ √ √ √ √ √
22. Muhammad Yusri syahrir L √ √ √ √ √ √
23. Putri Nurul Aulia
Sudirman
P √ √ √ √ √ √