efektivitas penggunaan metode the firing...
TRANSCRIPT
1
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE THE FIRING LINE DENGAN
PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA MATERI PENAMAAN
SENYAWA KIMIA ( Suatu eksperimen di MA An-Nidham Demak Kelas X
Tahun Ajaran 2011/2012)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Progam Studi Tadris / Pendidikan Kimia
Oleh:
NUR AINI
NIM. 083711020
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
ABSTRAK
Judul : Efektivitas Metode The Firing line Dengan Pendekatan Active Learning
Pada Materi Penamaan Senyawa Kimia (Suatu Eksperimen Di MA An-
Nidham Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012).
Penulis : Nur Aini
NIM : 083711020
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang berdesain “Two
Group, Pretest Posttest Design”. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu
Efektifkah metode Firing Line dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik
kelas X di MA An-Nidham Kalisari Sayung Demak?
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektifitas penggunaan metode
Firing Line dengan pendekatan active learning pada materi penamaan senyawa
kimia di MA An-Nidham tahun 2011/2012.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X semester 1 MA
An-Nidham Kalisari Sayung Demak tahun pelajaran 2011/2012 yang terbagi
dalam 2 kelas sebanyak 80 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik cluster random sampling. Terpilih peserta didik kelas X-2 sebagai kelas
eksperimen dan peserta didik kelas X-1 sebagai kelas kontrol. Pada akhir
pembelajaran kedua kelas diberi tes dengan menggunakan instrumen yang sama
yang telah diuji validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya pembedanya.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode observasi,
dokumentasi dan tes. Data dianalisis dengan uji statistik yakni perbedaan rata-rata
(uji t) pihak kanan. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil perhitungan pada
kemampuan akhir kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan dengan
menggunakan metode pembelajaran firing line diperoleh rata-rata 72,00 dan (SD)
adalah 11,81, sedangkan untuk kelas kontrol dengan setelah mendapat perlakuan
dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata 64,25 dan
(SD) adalah 11,91 dan hitungt = 2,923 dikonsultasikan dengan tabelt pada α = 5 %
)2( 21 −+= nndk = 78 diperoleh tabelt = 1,991. Hal ini menunjukkan bahwa hitungt
> tabelt sehingga Ho di tolak dan Ha diterima. Artinya rata-rata hasil belajar yang
diajar dengan metode pembelajaran Firing Line lebih baik dari pada rata-rata hasil
belajar kimia yang diajar dengan pembelajaran langsung dengan metode ceramah.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kimia dengan menggunakan metode firing line lebih baik dan
efektif digunakan dari pada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan
pemecahan masalah pada materi tata nama senyawa kimia di MA An-nidham
Sayung Demak dan disarankan guru dapat terus mengembangkan metode
pembelajaran firing line dan menerapkan pada pembelajaran materi pokok yang
lainnya.
iii
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan taufik serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi dengan judul”Efektivitas Metode The Firingline Dengan
Pendekatan Active Learning Pada Materi Penamaan Senyawa Kimia( Suatu
Eksperimen Di MA An-Nidham Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012)”
dengan baik.
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun
materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang
dalam penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak DR. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Iislam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian
dalam rangka penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Atik Rahmawati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Tadris Kimia
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang,
sekaligusdosenpembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga
dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Dosen, pegawai dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
4. Bapak Su’udi Syukur, S.Ag Kepala MA An-nidham Kalisari Sayung Demak
yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
5. Ibu Lina Agustina, S.Pd, guru kimia MA An-nidham Kalisari Sayung Demak
yang telah berkenan memberi bantuan, informasi dan kesempatan waktu untuk
melakukan penelitian.
6. Bapak dan Ibu guru serta karyawan MA An-nidham Kalisari Sayung Demak.
7. Abah Matrokani, Umi Maskanahsertaadik-adik (Faizah, Nikmah dan
Khomsatun), yangtidakhenti-hentinya memberikan segalanya baik do’a
semangat, cinta, kasih sayang, ilmu dan bimbingan, yang tidak dapat penulis
ganti dengan apapun, serta dukungan materiil dan spritualnya.
viii
8. Sahabat-sahabat terbaikkuAni, Nunik, Pika, Niswah, Nadif yang telah
memberikan semngat.
9. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Kimia Angkatan 2008 atas motivasi yang
diberikan kepada penulis.
10. Keluarga KKN posko 47 Bugel (Shonif, Ulung, Bari, Milan, Ja’far,
Ariyanto, Endro, Nirma, Mb luq, Ila, Kokom, dan Firoh), yang
telahmensuportselamapembuatanskripsi.
11. Semua pihak yang tdak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil demi terselesaikannya
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kekurangan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan bagi setiap pembaca.
Demikian penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat dan inspirasi
bagi penulis sendiri dan pembaca.
Semarang, 30Mei 2012
Penulis
Nur Aini
NIM.083711020
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iii
PENGESAHAN ............................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka………………………………..………………. 7
B. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Belajar............................................................... 8
2. Hasil Belajar....................................................................... 10
3. Factor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.............. 12
4. Efektivitas........................................................................... 15
5. Pembelajaran Active Learning............................................ 16
6. Metode The Firing Line...................................................... 18
7. Tata Nama Senyawa Kimia................................................. 20
C. Kefektifan Metode Pembelajaran Firing Line Pada Materi Pokok
Tata Nama Senyawa Kimia Terhadap Hasil Belajar Kelas X di MA
An-Nidham…………………………………………………… 27
D. Pengajuan Hipotesis.................................................................. 30
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ...................................................................... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 31
C. Variabel...................................................................................... 31
D. Metode Penelitian...................................................................... 32
x
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 36
G. Teknik Analisis Instrumen…………………………………..... 39
H. Teknik Analisis Data ................................................................ 43
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ................................................ 48
1. Instrument Test Dan Analisis Butir Soal Instrumen……... 50
2. Data Nilai Awal (Pre-test)..……………………………… 53
3. Data Nilai Akhir Eksperimen……………………………. 55
B. Analisis Data dan Pengujian Uji Hipotesis ............................... 57
1. Analisis Data Keadaan Awal……………………………. 57
2. Analisis Data Tahap Akhir……………………………… 59
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 62
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 66
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 67
B. Saran-saran ................................................................................ 67
C. Penutup ..................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Nama-nama beberapa senyawa poliatomik ................................. 23
Tabel 2.2 : Beberapa rumus molekul dan tata nama asam ............................. 25
Tabel 2.3 : Nama senyawa basa ..................................................................... 26
Tabel 2.4 : Rumus molekul dan nama trivialnya ........................................... 26
Tabel 4.1 : Hasil prosentase validitas butir soal ............................................. 48
Tabel 4.2 : Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal ............................ 49
Tabel 4.3 : Hasil prosentase daya beda butir soal ........................................... 50
Tabel 4.4 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai awal kelas
eksperimen ...................................................................................... 51
Tabel 4.5 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai awal kelas kontrol ....... 52
Tabel 4.6 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai akhir kelas
eksperimen ...................................................................................... 53
Tabel 4.7 : Daftar distribusi frekuensi dari data nilai akhir kelas kontrol ....... 54
Tabel 4.8 : Daftar chi kuadrat data nilai awal ................................................. 55
Tabel 4.9 : Daftar uji homogenitas data nilai awal ......................................... 56
Tabel 4.10: Daftar chi kuadrat data nilai akhir ................................................ 57
Tabel 4.11: Daftar uji homogenitas data nilai akhir ......................................... 57
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ..... 12
Gambar 4.1: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas
Eksperimen .............................................................................. 51
Gambar 4.2: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal kelas
Kontrol ........................................................................................ 52
Gambar 4.3: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir kelas
eksperimen .................................................................................. 53
Gambar 4.4: Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir kelas
kontrol ......................................................................................... 54
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kisi-kisi soal uji coba
Lampiran 2 : Soal uji coba
Lampiran 3 : Kunci Jawaban soal uji coba
Lampiran 4 : Hasil analisis uji coba soal
Lampiran 5 : Perhitungan validitas soal
Lampiran 6 : Perhitungan realibilitas soal
Lampiran 7 : Perhitungan daya pembeda soal
Lampiran 8 : Perhitungan tingkat kesukaran soal
Lampiran 9 : Silabus
Lampiran 10 : RPP
Lampiran 11 : Soal pretest
Lampiran 12 : Kunci jawaban soal pretest
Lampiran 13 : Soal posttest
Lampiran 14 : Kunci jawaban soal posttest
Lampiran 15 : Daftar nilai peserta didik kelas eksperimen
Lampiran 16 : Daftar nilai peserta didik kelas kontrol
Lampiran 17 : Data test kelompok eksperimen dan kontrol
Lampiran 18 : Uji normalitas nilai Pre-test kelas kontrol
Lampiran 19 : Uji normalitas nilai Pre-test kelas eksperimen
Lampiran 20 : Uji normalitas nilai Post-test kelas kontrol
Lampiran 21 : Uji normalitas nilai Post-test kelas eksperimen
Lampiran 22 : Uji kesamaan dua varians data pre-test antara kelas eksperimen dan
kontrol
Lampiran 23 : Uji kesamaan dua varians data post-test antara kelas eksperimen
dan kontrol
Lampiran 24 : Uji perbedaan dua rata-rata data pre-test antara kelas eksperimen
dan kontrol
Lampiran 25 : Lembar observasi aktivitas psikomotorik peserta didik dalam
pembelajaran dengan metode firing line
Lampiran 26 : Lembar observasi aktivitas afektif peserta didik dalam
xiv
pembelajaran dengan metode firing line
Lampiran 27 : Hasil lembar observasi aktivitas psikomotorik peserta didik kelas
eksperimen
Lampiran 28 : Hasil lembar observasi aktivitas afektif peserta didik kelas
eksperimen
Lampiran 29 : Hasil lembar observasi aktivitas psikomotorik peserta didik kelas
kontrol
Lampiran 30 : Hasil lembar observasi aktivitas afektif peserta didik kelas kontrol
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang RI nomor 21 Tahun 2003 mendefinisikan
pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia serta keterampilan yang diperlukan
masyarakat, bangsa dan negara.1 Pendidikan memegang peranan penting dalam
mencerdaskan bangsa.
Berdasarkan undang-undang tersebut, dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan maka perlu dilakukan upaya-upaya menciptakan pendidikan
yang mampu mendorong diri seseorang mau dan dapat belajar untuk
mengembangkan bakat dan potensi-potensi lainnya secara optimal kearah positif.
Kimia mempunyai konsep yang abstrak sehingga siswa sulit memahami dan
membayangkan materi kimia. Maka dari itu guru dituntut agar bisa aktif dan
kreatif serta dapat mengembangkan diri, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan terutama dalam hal belajar mengajar, dengan demikian siswa lebih
mudah menyerap ilmu.
Dewasa ini pengajaran kimia di Madrasah Aliyah dikembangkan sesuai
dengan kurikulum yang berlaku yaitu KBK tahun 2004 yang kemudian
disempurnakan dengan KTSP tahun 2006 dimana para peserta didik diharapkan
mampu menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Dalam KTSP guru dapat berkreasi dalam kegiatan belejar
mengajarnya dengan berpatokan pada standar isi dan standar kompetensi
kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk tercapainya tujuan pendidikan
yang meliputi afektif, kognitif dan psikomotorik. Namun hal tersebut kurang
1Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,
(Jakarta: Rieneka Cipta, 2007), hlm. 10-11
2
dimanfaatkan secara optimal oleh para guru, sebagian besar guru masih belum
paham akan pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Tiga pilar utama yang menunjukkan bahwa guru telah bekerja secara
profesional dalam melaksanakan tugas pembelajaran kependidikan, yaitu:
1. Menguasai materi pembelajaran.
2. Profesional untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dan,
3. Berkepribadian matang.2
Ketiga pilar tersebut saling kait mengait dan saling mendukung untuk
meningkatkan kinerja pembelajaran. Dengan menguasai materi seorang guru
dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, hal ini dapat diartikan
sebagai usaha sadar seorang guru dalam pengelolaan kelas sehingga siswa dapat
belajar aktif dan menyenangkan.
Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar
yang maksimum. Karena pada dasarnya pembelajaran aktif merupakan suatu
pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk turut serta dalam proses
pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara
ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan
sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Salah satu strategi belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan mutu
pendidikan adalah strategi active learning. Strategi active learning adalah salah
satu cara strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan serta partisipasi siswa
dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin sehingga siswa mampu
mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien.3
Satu cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan belajar
aktif adalah dengan membagi peserta didik dengan berpasang-pasangan dan
menyusun partner belajar. Sungguh sulit untuk terlewatkan dalam berpasangan.
Juga sulit untuk bersembunyi dalam partner. Belajar dengan partner dapat dalam
waktu pendek atau panjang. Belajar dengan partner dapat melakukan berbagai
2Iskandar,Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru,(Ciputat: Gudang Persda Press),
hlm. 107-108.
3Hamdani,Strategi Belajar Mengaja, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 49
3
tugas secara cepat atau tugas yang memerlukan waktu lebih lama.4 Ketika peserta
didik berjuang mempelajari keterampilan baru dan mengembangkan keterampilan
yang ada, mereka perlu melatihnya secara efektif dan memperoleh feedback yang
berguna.
Firing line (garis tembak) adalah format gerakan cepat yang dapat
digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran, ia
menonjolkan secara terus-menerus pasangan yang berputar, peserta didik
mendapatkan kesempatan untuk merespon secara cepat pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang lain.5
Setiap materi pada mata pelajaran kimia memiliki karakteristik yang
berbeda dan memiliki konsep yang berbeda dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, sehingga peserta didik harus memahami konsep yang satu
digunakan dalam menyelesaikan soal atau suatu masalah tertentu. Selain itu dalam
memahami setiap permasalahan antara peserta didik satu dengan peserta didik
yang lain berbeda, begitu pula dalam menyelesaikan permasalahan pun dengan
cara yang berbeda pula.
“Tata nama dan penulisan rumus kimia sangatlah penting. Jenis senyawa
anorganik sangat banyak, dan senyawa dinamai berdasarkan berbagai sistem tata
nama.”6Tatanama senyawa kimia merupakan cara penamaan senyawa kimia yang
sistematis dan spesifik, namun pemberian nama yang spesifik bukan berarti tanpa
masalah sebab jumlah senyawa kimia sangat banyak.
Tatanama senyawa kimia merupakan materi yang relatif mudah, bahkan
dalam materi selanjutnya penamaan senyawa kimia seringkali diterapkan dalam
berbagai soal. Tatacara penulisan senyawa kimia yang ada pada suatu senyawa
organik berbeda dengan tatacara penulisan senyawa anorganik, masing-masing
mempunyai karakteristik tersendiri. Tatanama senyawa kimia mudah dipahami
karena jarang menggunakan simbol unsur kimia yang abstrak dan berada di
lingkungan sekitar peserta didik. Pada materi ini tingkat pemahaman peserta didik
l4Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Yogyakarta:
Pustaka Insan Madabi, 2007 ), hlm. 22
5Melvin L. Silberman, Active, hlm.212
6David E. Golberg, Kimia Untuk Pemula, (Jakarta: Erlangga, 2008), EdisiKetiga, hlm. 70
4
dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada perlu adanya ketelitian dan
kecermatan.
Akan tetapi kecermatan dalam memberi nama suatu senyawa adalah salah
satu permasalahan yang ada dalam materi tatanama senyawa kimia yang sering
dialami peserta didik. Sehingga peserta didik cenderung merasa kesulitan
mengerjakan setiap soal yang berkaitan dengan hal tersebut. Selain itu tingkat
pemahaman tentang tatacara penulisan senyawa yang ada pada materi ini pun
peserta didik masih kurang. Dengan demikian, guru dituntut mampu menerapkan
metode yang sesuai dan mampu meningkatkan pemahaman peserta didik.
Selama ini pembelajaran tatanama senyawa kimia yang diberlakukan di
sekolah hanya mengajar secara monoton dan menggunakan metode ceramah. Hal
ini membuat siswa jenuh dan kurang maksimal pemahamannya karena dalam
penerapannya terdapat aturan-aturan tertentu untuk menentukan nama ilmiah zat
yang bersangkutan.
Penelitian akan dilaksanakan di MA An-Nidham Demak, dari observasi
awal proses pembelajaran di kelas yang berlangsung di MA An-Nidham,
menunjukkan bahwa siswa merasa jenuh, kurang semangat karena guru mengajar
senantiasa untuk belajar kimia secara monoton, menggunakan metode ceramah,
pembelajaran satu arah (berpusat pada guru) tanpa melibatkan kemampuan siswa.
Sehingga suasana dalam pembelajaran terlihat kurang aktif dan tidak
menyenangkan bagi peserta didik, sedangkan dalam pembelajaran kimia terutama
pada materi tatanama senyawa kimia dalam pemecahan masalah dibutuhkan
metode atau cara untuk menggali pemahaman dan pengetahuan peserta didik
dalam menyelesaikan pemecahan masalah dengan mencari solusi sesuai
pengetahuannya, dengan menerapkan konsep yang tepat. Dari kondisi ini maka
diperlukan pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan berbeda, sehingga siswa bersemangat untuk pembelajaran
kimia yang melibatkan kemampuan siswa untuk memahami bacaan, menuangkan
ide-ide, dan mengkomunikasikan pemikiran ide-ide mereka.
Seperti halnya mengajak belajar sambil bermain dengan melibatkan
peserta didik lain secara berpasangan, sehingga antara peserta didik satu dengan
5
peserta didik yang lain dapat berbagi dan saling bantu baik dalam kelompok kecil
maupun dalam kelas. Karena dengan berpasangan diharapkan agar peserta didik
dapat saling bantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dapat belajar
untuk lebih cermat dalam mengerjakan materi pokok tatanama senyawa kimia
yang berkaitan dengan memberi nama senyawa dan menentukan rumus kimia,
serta lebih memahami aturan-aturan tertentu untuk menentukan nama ilmiah suatu
zat.
Dilihat dari fasilitas pembelajaran yang kurang memadai di MA An-
Nidham peneliti mencoba untuk menggunakan metode pembelajaran yang cocok
untuk belajar dan sesuai dengan materi kimia. Sehingga peneliti menciptakan
metode belajar yang menyenangkan dan berbeda. Untuk itu peneliti memilih
metode Firing Line.
Berdasarkan pemikiran diatas tersebut, maka dilakukan penelitian dengan
judul: ”EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE THE FIRING LINE
DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA MATERI
PENAMAAN SENYAWA KIMIA ( Suatu eksperimen di MA An-Nidham
Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang timbul adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana efektifitas penggunaan metode Firing Line dengan pendekatan
Active Learning dibandingkan dengan metode ceramah pada materi penamaan
senyawa kimia di MA An-Nidham tahun 2011/2012?
2. Bagaimana hasil belajar siswa-siswi MA An-Nidham pada materi penamaan
senyawa kimia dengan metode Firing Line melalui pendekatan Active
Learning?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode Firing Line dengan
pendekatan active learning pada materi penamaan senyawa kimia di MA An-
Nidham tahun 2011/2012.
2. Untuk mengetahui efektifitas belajar siswa-siswi MA An-Nidham terhadap
hasil belajar pada materi penamaan senyawa kimia dengan metode Firing Line
melalui pendekatan Active Learning.
Dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi pihak yang
bersangkutan (peneliti dan objek yang diteliti), antara lain:
1. Bagi peneliti.
Menambah pengetahuan khususnya di bidang pendidikan, yaitu penerapan
metode-metode dalam pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dalam
penelitian ini peneliti menetapkan metode Firing Line.
2. Bagi siswa
a. Memberikan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.
b. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep kimia
c. Menjadikan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
3. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi tentang alternatif pembelajaran
kimia untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan metode Firing
Line.
4. Bagi Sekolah
a. Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijaksanaan yang akan
diambil guna meningkatkan mutu siswa.
b. Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan pembelajaran untuk
semua pelajaran.
c. Dapat memberikan masukan berharga dalam upaya meningkatkan dan
mengembangkan proses pembelajaran kimia yang lebih efektif.
7
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara
masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta hubungannya
dengan penelitian yang terdahulu yang relevan. Untuk menghindari terjadinya
pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama baik dalam
bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk lainnya, maka peneliti akan memaparkan
karya-karya yang relevan dalam penelitian ini yaitu:
1. Dalam skripsi Yeni Setiyorini dengan nomor NIM A 410 070 271 Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang
berjudul “IMPLEMENTASI STRATEGI FIRING LINE DAN ROLE PLAY
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR SISWA (PADA KELAS VII SEMESTER GENAP SMP
MUHAMMADIYAH 2 MASARAN TAHUN AJARAN 2010/2011)”. Pada
penelitian ini menyatakan bahwa ada perbedaan efek antara strategi
pembelajaran Firing Line dan Role Play terhadap prestasi belajar matematika,
strategi Firing Line lebih baik daripada strategi Role Play.
2. Dalam skripsi Khomisah dengan nomor NIM 3102318 jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang berjudul
“IMPLEMENTASI ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI di
SMP N2 KEBUMEN” menyimpulkan bahwa active learning merupakan
sebuah konsep pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan
semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi
yang mereka miliki.
Hasil kedua penelitian menyebutkan, bahwa metode Firing Line dan
pembelajaran Active Learning akan dapat diterapkan dalam belajar mengajar dan
mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa melalui pemberian perlakuan yang
berbeda pada tingkat perbedaan kemampuan siswa.
8
Dari kajian penelitian yang telah diteliti tersebut, penelitian ini
menggunakan metode Firing Line dengan pembelajaran Active Learning, dengan
judul ”Efektivitas Metode the Firing Line dengan Pendekatan Active Learning
pada Materi Penamaan Senyawa Kimia ( Suatu Eksperimen di MA AN-NIDHAM
Demak Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012)”.
B. Kerangka Teoritik
1. Belajar
Sebagai landasan mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,
terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi:
a. “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan
lingkungannya”.1
b. “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan”.2
c. Menurut Cronbach mengartikan belajar “learning is shown by change in
behavior as result of experience”. Belajar adalah perubahan yang
ditunjukkan perubahan sikap sebagai hasil pengalaman.3
d. Dalam kamus besar bahasa indonesia secara etimologi belajar memiliki
arti “ berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” definisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu.4
1 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 35
2 Muhibbin syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Rosdakarya,
2000), hlm. 87
3 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), Cet 4 hlm. 13.
4 Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz
Media, 2010), hlm. 13.
9
Dalam keagamaan pun (dalam hal ini islam) belajar merupakan
kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan
sehingga derajat kehidupan manusia meningkat. Al Mujadalah ayat 11.5
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:“Berlapang-
lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka
berdirilah, niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al Mujadalah 11)
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
merupakan proses yang dilakukan individu yang terjadi pada semua orang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi
dengan lingkungannya maupun dalam jenjang pendidikan dan berlangsung
seumur hidup.
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang
peran penting dalam perkembangan kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan,
kepribadian, dan bahkan prestasi manusia sehingga seseorang harus mampu
memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peran penting dalam proses
psikologis.
Para ahli telah coba menjelaskan pengertian belajar dengan
mengemukakan rumusan atau definisi menurut sudut pandang masing-
masing. Baik bentuk rumusan atau aspek-aspek yang ditekankan dalam
belajar, beda antara ahli satu dengan ahli yang lain. Namun perlu diketahui
5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), hlm. 543.
10
bahwa disamping perbedaan terdapat pula persamaan diantaranya belajar
adalah hal yang menyenangkan.
2. Hasil Belajar
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.6 Hasil belajar pada hakekatnya
merupakan kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Penilaian proses dan hasil belajar saling berkaitan satu dengan yang lainnya
karena hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar.
“Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.7 Pengertian hasil menunjukkan
pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil perolehan yang
didapatkan karena adanya kegiatan belajar itu sendiri.
“Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan
dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar”.8
Hasil
belajar merupakan suatu prosedur parameter yang dapat digunakan dalam
menentukan berhasil atau tidaknya tujuan suatu pendidikan yang telah
dilaksanakan dalam satuan pendidikan.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni:
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi, dan
internalisasi.
6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), cet ke 14, hlm. 22.
7 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), hlm. 44
8 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar,hlm.47
11
c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, keterampilan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan
ekspresif dan interpretatif. 9
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru
disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam
menguasai bahan pengajaran.
Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang
hendak dicapai, ketiganya harus tampak sebagai hasil belajar siswa di
sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut, harus dipandang sebagai hasil
belajar siswa dari proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut nampak dalam
perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan
verbal melalui tujuan pengajaran (tujuan instruksional). Dengan perkataan
lain rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang diharapkan
dikuasai siswa yang mencakup ketiga aspek tersebut.10
Jadi hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Tingkah laku sebagai
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti perubahan pengertian, pemahaman, keterampilan, kecakapan serta
aspek-aspek lain yang ada pada individu belajar.
Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini meliputi tiga ranah
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif diperoleh dari
test evaluasi diakhir pembelajaran, hasil belajar afektif dan psikomotorik
diperoleh melalui lembar observasi dari pengamatan selama proses belajar
mengajar berlangsung.
9 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, hlm. 22-23.
10 Nana Sudjana, Dasar-Dasar dan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2008), hlm. 49-50.
12
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dengan pendekatan sistem kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar11
Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input)
merupakan bahan baku yang perlu diolah (siswa), dalam hal ini diberi
pengalaman belajar dalam proses belajar mengajar (teaching-learning
proses). Dalam proses belajar mengajar turut berpengaruh pula sejumlah
faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environment input)
baik lingkungan alami maupun lingkungan sosial. Dan sejumlah faktor yang
sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) misalnya
kurikulum, sarana dan fasilitas, dan lain-lain guna menunjang tercapainya
keluaran yang dikehendaki (output) yaitu hasil belajar.
Di dalam kegiatan belajar, berhasil atau tidaknya seseorang dalam
pencapaian hasil belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi:
a. Faktor dalam (internal)
Faktor dalam merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya:
1) Faktor fisiologis yang meliputi, cacat tubuh dan jasmani seperti
kesehatan akan mempengaruhi proses belajar peserta didik. Faktor-
11
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1996),
Cet. 11, hlm. 106.
Instrumental
Raw Input Teaching-Learning Process Output
Environment Input
13
faktor fisiologis seperti, kurang bersemangat, cepat lelah, buta, patah
tulang. 12
2) Faktor psikologis merupakan hal yang utama dalam menentukan
intensitas belajar seseorang dan mempengaruhi proses hasil belajar
peserta didik. Yang meliputi, inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kelelahan.13
b. Faktor luar (eksternal)
Faktor luar yaitu merupakan faktor yang berasal dari luar peserta
didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya yaitu:
1) Faktor keluarga yang meliputi, cara mendidik orang tua terhadap
anaknya dan keadaan rumah akan mempengaruhi keberhasilan belajar.
2) Faktor sekolah yang meliputi, kualitas guru dan metode pengajarnya
lebih baik maka akan mempengaruhi keberhasilan belajar. 14
3) Faktor masyarakat yaitu apabila terdiri dari orang-orang berpendidikan
maka mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya apabila
dalam lingkungan tidak bersekolah maka akan mengurangi semangat
untuk belajar.
4) Faktor lingkungan sekitar yaitu keadaan yang membisingkan, suara
hiruk-pikuk orang di sekitar ini akan mempengaruhi kegairahan belajar
peserta didik.15
Dari uraian diatas faktor internal merupakan faktor yang ada dalam
diri peserta didik yang sedang belajar meliputi fisiologis dan psikologis,
sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang ada diluar diri peserta
didik meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Kedua faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi, keduanya tidak
dapat berdiri sendiri. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang
12 Slameto, Belajar , hlm. 54.
13Slameto, Belajar , hlm. 55.
14 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. 5, hlm. 59.
15Dalyono, Psikologi, hlm. 60.
14
mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam rangka mencapai
prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah sebagai berikut:
1. Faktor internal (faktor individu peserta didik)
Yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik yang
meliputi kesehatan mata, telinga, intelegensi, bakat dan minat peserta
didik.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar dindividu peserta didik)
Yakni segala sesuatu diluar individu peserta didik yang merangsang
individu peserta didik untuk mengadakan reaksi atau pembuatan
belajar dikelompokkan dalam faktor eksternal. Diantaranya faktor
keluarga, masyarakat lingkungan, teman sekolah, fasilitas, dan
kesulitan bahan ajar.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Faktor ini berkaitan dengan jenis upaya belajar peserta didik yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan
kegiatan pembelajaran. 16
Faktor-faktor diatas baik internal maupun eksternal saling
berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang peserta didik yang
kondisi jasmani dan rohaninya kurang serta kurang mendapat motivasi dari
orang tua, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang
sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang peserta didik yang
berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari
orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar
yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi, karena pengaruh
factor-faktor tersebut diataslah muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi
dan berprestasi rendah atau gagal sekali.
16 Muhibbin syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Rosdakarya,
2000), hlm. 132
15
4. Efektivitas
“Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan
(kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai”.17
“Efektivitas merupakan
adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran
yang dituju”.18
Mengacu pada pengertian tersebut, efektivitas dapat diartikan
tercapainya tujuan belajar dalam proses belajar. Pembelajaran ini terkait
dengan bagaimana membelajarkan peserta didik atau bagaimana membuat
peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemampuannya
sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum
sebagai kebutuhan peserta didik.
Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan
pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. “Efektivitas
menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai”.19
Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan
tercapainya tujuan pembelajaran, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan
dalam mengelola suatu situasi.
Maka efektivitas dalam penelitian ini hanya terbatas pada dua
indikator tercapainya tujuan belajar dalam proses belajar dengan
menggunakan metode firing line yaitu dengan meningkatkan hasil belajar
aspek kognitif dan meningkatnya aktivitas peserta didik yang merupakan hasil
belajar aspek afektif dan aspek psikomotorik.
Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah efektivitas
penggunaan metode firing line dengan pendekatan active learning dan
tercapainya tujuan belajar dalam proses belajar dengan menggunakan metode
firing line dengan pendekatan active learning dengan indikator hasil belajar
meningkat dan partisipasi aktif siswa. Meningkatnya hasil belajar ditinjau dari
17 Rohiat, Manajemen Sekolah-Teori Dasar dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama, 2009),
hlm. 49
18 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2007), hlm. 82
19 Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, hlm.287
16
nilai hasil belajar siswa (dilihat dari nilai kognitif) dan jumlah siswa yang
lulus KKM (dilihat dari nilai kognitif), sedangkan partisipasi aktif peserta
didik ditinjau dari hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Dikarenakan metode firing line adalah suatu metode pembelajaran yang
sederhana dan penerapannya tidak sulit sehingga dapat menarik partisipasi
aktif peserta didik untuk belajar.
5. Pembelajaran Active Learning.
“Strategi active learning adalah strategi belajar mengajar yang
bertujuan meningkatkan mutu pendidikan”.20
Metode active learning menurut
Ujang Sukanda adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai
kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan
informasi yang dilakukan oleh siswa, bukan oleh guru, serta menganggap
mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan
inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa sehingga berkeinginan terus untuk
belajar selama hidupnya, dan tidak bergantung kepada guru atau orang lain
apabila mereka mempelajari hal-hal yang baru.21
“Menurut Melvin L. Silberman, strategi active learning merupakan
sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi pembelajaran yang komprehensif,
meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik menjadi aktif”.22
Hasil pengembangan dari pernyataan Confusius ini oleh Silberman
diabadikan dengan kredo:
What I hear, I forget.
What I hear and see, I remember a little.
What I hear, see, and ask question about or discuss with someone else,
I begin to understand.
What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill.
What I teach to another, I master.23
20
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. hlm. 48
21 Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. hlm. 49
22 Melvin L.Silberman, Active Learning;101 Cara Belajar SiswaAktif, (Bandung:
Nusamedia, 2006), hlm. 16
23 Melvin L.Silberman, Active Learning;101 srtategies to teach any subject, (U.S.A.: allyn
and Bacon Boston, 1996), hlm. 1
17
Menurut Silberman, cara belajar dengan cara mendengarkan akan
lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara
mendengarkan, melihat, dean mendiskusikan dengan siswa lain akan paham,
dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang
terbagus adalah dengan mengajarkan. Ketika ada informasi yang baru, otak
manusia tidak hanya sekedar menerima dan menyimpan. Akan tetapi otak
manusia akan memproses informasi tersebut sehingga dapat dicerna
kemudian disimpan.
Strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajarannya
adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk
berfikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau
menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima
layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Siswa bukanlah gelas
kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang
pengetahuan atau informasi.24
Bertitik tolak dari uraian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa strategi active learning adalah salah satu strategi belajar mengajar
yang menuntut keaktifan serta partisipasi siswa dalam setiap kegiatan belajar
seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara
efektif dan efisien. Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif.
Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan
semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik
dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki. Dalam pembelajaran ini guru sengaja mendesain
proses pembelajaran agar peserta didik dapat berperan secara aktif dan
bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya. Dengan mengajak,
merangsang dan memberikan kesempatan terhadap peserta didik untuk ikut
24 Hamzah B. Uno, Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), hlm. 77
18
serta mengemukakan pendapat, belajar mengambil keputusan, belajar
berpasangan, berdiskusi dan lain-lain. Akan membawa peserta didik pada
suasana belajar yang sesungguhnya dan bukan pada suasana diajar belaka.
Sistem ini tidak lagi memposisikan peserta didik sebagai objek pembelajaran,
sebagaimana selama ini terjadi, tapi memposisikan sebagai subjek
pembelajaran.
6. Metode The Firing Line
The firing line adalah strategi yang diformat menggunakan pergerakan
cepat, yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain
peran. Strategi ini menghendaki pergantian secara terus menerus dari
kelompok. Peserta didik mendapatkan kesempatan untuk merespon secara
cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang
dimunculkan.25
Firing line (garis tembak) merupakan format gerakan cepat yang dapat
digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran, ia
menonjolkan secara terus-menerus pasangan yang berputar, peserta didik
mendapatkan kesempatan untuk merespon secara cepat pertanyaan-pertanyaan
yang dilontarkan atau tipe tantangan yang lain.26
Prosedur metode The Firing
Line:
a. Tentukan tujuan yang akan kamu sukai menggunakan “garis lingkaran”
inilah beberapa contoh ketika tujuanmu adalah pengembangan kecakapan.
1) Peserta didik dapat saling mengetes atau melatih satu sama lain.
2) Peserta didik dapat memainkan peran situasi yang ditugaskan
kepadanya.
3) Peserta didik dapat mengajar satu sama lain.
b. Guru bisa juga menggunakan strategi ini untuk situasi yang lain. Inilah
beberapa contoh:
25 Hamruni, Strategi dan model-model pembelajaran aktif, (Yoyakarta: Fakultas Tarbiyah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hlm. 286
26 Melvin L. Silberman, Active Learning.hlm. 212
19
1) Peserta didik dapat mewawancarai yang lainnya untuk memperoleh
pandangan dan opininya.
2) Peserta didik dapat mendiskusikan teks atau kutipan pendek.
c. Aturlah kursi-kursi dalam dua baris yang berhadapan, usahakan kursi-
kursi itu cukup untuk semua peserta dikelas.
d. Pisahkanlah kursi-kursi itu kedalam kelompok-kelompok tiga sampai lima
pada setiap baris. Susunan mungkin nampak seperti ini:
XXX XXX XXX
YYY YYY YYY
e. Didistribusikan kepada setiap siswa kelompok X sebuah kartu yang berisi
tugas untuk dijawab ( direspon ) oleh peserta kelompok Y yang ada
dihadapannya. Gunakan satu cara berikut:
1) Topik wawancara (contoh: tanyakan peserta dihadapanmu pertanyaan
ini: “Bagaimana pendapat kamu mengenai tatanama senyawa
kimia?”)
2) Pertanyaan test (contoh: tanyakan pada peserta di hadapanmu, “apa
saja aturan-aturan dalam tatanama senyawa kimia?”)
3) Tugas mengajar (contoh: minta teman di hadapanmu untuk
mengajarkan tentang menamai senyawa poliatom).
f. Selanjutnya, berikanlah kartu yang berbeda kepada setiap anggota
kelompok Y. Misalnya tentang cara mengajar bagaimana melakukan
kontak mata dengan baik dan berbicara dengan lancar. Guru memberi
pada anggota Y setiap kelompok salah satu kertu berikut ini:
1. Mintalah teman dihadapan kamu untuk memberikan pandangannya
tentang aturan-aturan tatanama senyawa kimia.
2. Mintalah teman dihadapan kamu untuk menceritakan kepada kamu
tentang pemberian nama pada senyawa poliatom.
3. Mintalah teman dihadapan kamu untuk menjelaskan penamaan
senyawa organik.
g. Mulailah tugas pertama. Setelah periode waktu yang singkat umumkan
bahwa waktu untuk semua peserta Y untuk memindahkan satu kursi ke
20
kiri atau kanan dalam kelompok. Jangan pindahkan kursi X. Perintahkan
teman X menyampaikan tugasnya kepada teman Y dihadapannya.
Teruskan untuk sebanyak mungkin tugas yang berbeda yang dimiliki, dan
begitu juga sebaliknya giliran kelompok Y. 27
Guru dapat memberikan variasi dengan:
a. Ubahlah peran sehingga peserta X menjadi peserta Y.
b. Dalam beberapa situasi mungkin menarik dan sesuai untuk
memberikan tugas yang sama pada setiap anggota kelompok. Dalam
contoh ini siswa Y akan diminta untuk merespons instruksi yyang
sama bagi setiap anggota kelompoknya. Misalnya: peserta didik dapat
diminta untuk memainkan peran situasi yang sama dalam beberapa
menit. 28
Dalam metode firing line membutuhkan persiapan dan perencanaan
yang matang sebelum pelaksanaan sebagai pedeoman dan petunjuk yang jelas
bagi seorang guru dalam pelaksanaan proses pembelajarannya.
7. Tatanama Senyawa Kimia
Komunikasi diantara para ilmuwan adalah hal yang esensial. Tanpa
komunikasi tidak ada artinya sama sekali penelitian-penelitian yang telah
dilakukan. Untuk ahli kimia, komunikasi yang terpenting adalah penjelasan
tentang penggunaan bahan kimia dalam penelitian-penelitian dan untuk itu
kita membutuhkan suatu cara memberi nama senyawa kimia. Pada penelitian
ini akan dipelajari bagaimana menulis rumus kimia (formula) untuk
bermacam-macam senyawa kimia dan akan dijelaskan bagaimana
terbentuknya senyawa tersebut.
Sejauh ini, senyawa-senyawa kimia dinyatakan dengan rumus
molekul, bukan namanya. Sebenarnya rumus molekul memberikan informasi
kuantitatif mengenai susunan senyawanya. Tetapi perlu juga mengenal
senyawa berdasarkan namanya. “Nama adalah panggilan paling sederhana
27
Hamruni, Strategi dan model-model pembelajaran aktif, hlm. 286-288
28 Hamruni, Strategi dan model-model pembelajaran aktif, hlm. 286-288
21
untuk mengingat sifat-sifat zat. Alasan selanjutnya adalah terdapatnya
senyawa yang berbeda dengan rumus yang sama, karena itu perlu
membedakannya melalui nama.”29
Pengetahuan mengenai nama
memungkinkan kita mencari sifat-sifat senyawanya dalam buku ajar, mencari
senyawa dalam rak-rak penyimpan, atau dalam diskusi dengan rekan-rekan.
Tata Nama Senyawa Anorganik
1) Penamaan Senyawa Biner
Senyawa biner terdiri dari atom-atom dari dua macam unsur
yang berbeda. Senyawa biner dapat terbentuk dari unsur logam dan
unsur non logam, atau terbentuk dari unsur-unsur nonlogam. Misalnya
senyawa N2O, BaO, HCl, H2S.
a) Tata nama senyawa biner yang terbentuk dari unsur logam dan non
logam (Biner Ionik).
“Senyawa biner adalah senyawa yang dibentuk oleh dua
unsur, sebuah senyawa ion biner dibentuk oleh satu unsur logam dan
satu unsur bukan logam”.30
Cara penamaannya yakni nama logam
ditulis lebih dahulu, kemudian diikuti oleh nama non logam. Untuk
logam yang hanya mempunyai satu bilangan oksidasi (yaitu atom
unsur golongan IA, IIA, IIIA), nama logam tersebut dalam bahasa
inggris yang selalu dipakai. Nama untuk unsur yang kedua diperoleh
dengan cara menambahkan akhiran –ida pada kata tersebut.31
Sebagai
contoh adalah:
NaCl natrium klorida
SrO strontium oksida
Al2S3 aluminium sulfida
Mg3P2 magnesium fosfida
29
Suminar Achmadi, General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth
edition, (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm. 74
30 Suminar Achmadi, General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth
edition, hlm. 78.
31 James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk, (Jakarta:
Binarupa Aksara, 1999), hlm. 176
22
b) Tata nama senyawa biner yang terbentuk dari unsur-unsur non logam
(Biner Kovalen).
Senyawa ini terdiri dari dua unsur non logam. Senyawa biner
ini dinamai dengan menuliskan terlebih dulu unsur di bagian kiri atau
dibawah tabel periodik. Kemudian unsur yang lainnya dinamai,
dengan akhirannya diubah menjadi –ida dan diberi awalan untuk
menyatakan jumlah atom dari unsur tersebut.32
Apabila unsur yang
pertama menyatakan jumlah satu unsur, tidak perlu diikuti kata mono,
kata mono hanya berlaku pada unsur yang kedua.
Jumlah unsur dinyatakan dalam bahasa Yunani sebagai
berikut:
1= mono 6= heksa
2= di 7= hepta
3= tri 8= okta
4= tetra 9= nona
5= penta 10= deka
Angka indeks satu tidak perlu disebutkan, kecuali untuk nama
senyawa karbon monoksida. Contoh:
BCl3 boron triklorida
CCl4 karbon tetraklorida
CO2 karbon dioksida
NO2 nitrogen dioksida
2) Penamaan Senyawa Poliatom
“Ion-ion yang terdiri dari dua atom atau lebih yang terikat
bersama, disebut ion poliatomik yang umum dijumpai, terutama
dijumpai unsur-unsur bukan logam”.33
“Senyawa ini menjadi tergabung
32
James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk, hlm.
178
33 Suminar Achmadi, General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth
edition,hlm, 81
23
ke dalam senyawa ion, tetapi merupakan satuan tersendiri dan pada
umumnya tetap utuh dalam kebanyakan reaksi kimia”.34
Pada umumnya, anion suatu senyawa poliatom terbentuk dari
dua jenis atom yang berbeda. Cara penamaannya yakni, nama kation
disebutkan terlebih dahulu, diikuti nama anion. Anion poliatom yang
mengandung oksigen sebagai atom pusatnya dan memiliki bolangan
oksidasi besar, diberi akhiran –at. Adapun anion poliatom yang
memiliki bilangan oksidasi lebih kecil diberi akhiran –it, dan beberapa
nama lagi berawalan (misalnya “hipo” dan “per”). Contoh nama-nama
beberapa senyawa poliatomik dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Nama-nama Beberapa Senyawa Poliatomik
Rumus Ion Nama Senyawa Rumus Ion Nama Senyawa
NH4+
OH-
CN-
CH3COO-
CO32-
HCO3-
SiO32-
NO2-
NO3-
SO32-
SO42-
Amonium
Hidroksida
Sianida
Asetat
Karbonat
Bikarbonat
Silikat
Nitrit
Nitrat
Sulfit
Sulfat
PO32-
PO43-
AsO3-
AsO43-
ClO-
ClO2-
ClO4-
MnO4-
MnO42-
CrO42-
Cr2O72-
Fospit
Fosfat
Arsenit
Arsenat
Klorit
Klorat
Perklorat
Permanganat
Manganat
Kromat
Dikromat
Contoh nama kation diikuti anion poliatomik:
N2CO3 natrium karbonat
(NH4)2SO4 amonium sulfat
34 James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk, hlm.
179
24
3) Tatanama Asam dan Basa
Teori asam-basa yang paling sederhana pada awalnya
dikemukakan oleh Svante Arrhenius pada 1884. Menurut teori
Arrhenius, asam adalah spesies yang mengandung ion-ion hidrogen, H+
atau H3O+, dan basa mengandung ion hidroksida, OH
-.35
Pendekatan yang lebih umum untuk asam dan basa diusulkan
secara terpisah oleh ahli kimia Denmark J. N. Bronsted dan ahli kimia
Inggris T. M. Lowry. Definisi asam-basa Bronsted-Lowry adalah
sebagai berikut:
Asam adalah suatu senyawa yang memberikan proton (ion
hidrogen H+) pada zat lain. Basa adalah suatu zat yang menerima proton
dari asam.36
Senyawa asam mempunyai pH < 7, sedangkan basa
mempunyai pH > 7. senyawa yang mempunyai pH = 7 bersifat netral.
a) Tata Nama Asam
“Asam (acid) dapat digambarkan sebagai zat yang
menghasilkan ion hidrogen (H+) ketika dilarutkan dalam air”.
37
Senyawa asam, terdiri atas molekul biner (HCl, HF, HBr, dan H2S),
dan molekul poliatom (HNO2, HNO3, H2SO4, dan H2SO3).
Senyawa asam memiliki penamaan khusus, yaitu senyawa
asam biner diberi nama dengan menyebutkan asam sebagai
penggantian hidrogen. Kemudian, menyebutkan nama atom
berikutnya dengan diakhiri kata –ida. Contoh: HF (asam fluorida),
HCl (asan klorida), HBr (asam bromida), HI (asam iodida), H2S
(asam sulfida).
Adapun asam poliatom terbentuk dari oksida non logam
(oksidasi asam) yang bereaksi dengan air.
Contoh:
35 Kristian, Sugiyarto, Kimia Anorganik I, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yoyakarta),
hlm. 92
36 James E Brady, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk,hlm.
439-440
37 Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, (Jakarta : Erlangga, 2005), hlm, 48
25
N2O3 + H2O → 2HNO2 (bilok N= +3)
N2O5 + H2O → 2HNO3 (bilok N= +5)
SO3 + H2O → H2SO4 (bilok S= +6)
P2O3 + 3H2O → 2H3PO4 (bilok P= +3)
P2O5 + 3H2O → 2H3PO4 (bilok P= +5)
Asam yang mengandung unsur non logam dengan bilangan
oksidasi kecil diberi akhiran –it. Adapun asam yang mengandung
unsur nonlogam dengan bilangan oksidasi besar diberi akhiran –at.
Contoh rumus molekul dan tata nama asam dapat dilihat pada Tabel
2.2.
Tabel 2.2 Beberapa Rumus Molekul dan Tata Nama Asam
Rumus Molekul Bilok logam Nama
HNO2
HNO3
H2SO3
H2SO4
N = +3
N = +5
S = +4
S = +6
Asam nitrit
Asam nitrat
Asam sulfit
Asam sulfat
b) Tata Nama Basa
“Basa (base) dapat digambarkan sebagai zat yang
menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika dilarutkan dalam air”.
38
Senyawa basa termasuk senyawa poliatom yang terbentuk dari
oksidasi logam (oksida basa) dengan air. Contoh:
Na2O + H2O → 2NaOH
K2O + H2O → 2KOH
BaO + H2O → Ba(OH)2
Penamaan senyawa basa, yaitu dengan cara menyebut nama
logamnya, diikuti dengan kata hidroksida. Contoh penulisan
senyawa basa dapat dilihat pada Tabel 2.3.
38
Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, hlm, 51
26
Tabel 2.3 Nama Senyawa Basa
Basa Nama
LiOH
NaOH
Mg(OH)2
Ba(OH)2
Al(OH)2
Litium hidroksida
Natrium hidroksida
Magnesium hidroksida
Barium hidroksida
Alumunium hidroksida
a. Tatanama Senyawa Organik
Senyawa organik adalah senyawa-senyawa C dengan sifat-sifat
tertentu. Senyawa organik mempunyai tata nama khusus, mempunyai nama
lazim atau nama dagang ( nama trivial ).
Senyawa organik jauh lebih banyak dan lebih kompleks
dibandingkan dengan senyawa anorganik. Oleh sebab itu, diperlukan
penggolongan senyawa karbon secara sistematika selain nama lazim (nma
trivial), yaitu berdasarkan kekhasan senyawanya. Misalnya senyawa-
senyawa organik yang hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen
disebut senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon juga masih
diklasifikasikan. Salah satu pengklasifikasian tersebut adalah pembagian
senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Pembagian senyawa tersebut
didasarkan pada ada tidaknya ikatan rangkap dalam senyawa hidrokarbon.
Senyawa-senyawa alkana memiliki beberapa nama tergantung jumlah atom
karbon yang terdapat pada senyawa tersebut. Tabel 2.4 berikut contoh-
contoh rumus molekul dan nama trivialnya.
27
Tabel 2.4 Rumus Molekul dan Nama Trivialnya39
Rumus Molekul Nama Trivial
CH4
CH3COOH
CHI3
CHCl3
C6H12O6
CO(NH2)2
CH3COCH3
HCHO
C12H22O11
C2H5OH
metana (gas alam)
asam asetat (cuka)
iodoform (suatu antiseptik)
kloroform (bahan pembius)
Glukosa
Urea
aseton (pembersih kuteks)
formaldehida (formalin)
sukrosa (gula tebu)
Alkohol
Tata nama IUPAC untuk senyawa yang lain didasarkan pada tata
nama alkana dengan jumlah atom C yang bersesuaian dengan mengubah
akhiran sesuai dengan nama masing-masing senyawa.
C. Keefektifan metode pembelajaran firing line pada materi pokok tata
nama senyawa kimia terhadap hasil belajar kelas X di MA An-Nidham.
Pembelajaran kimia kerap dianggap sulit oleh peserta didik.
Karakteristik dari kimia yang abstrak juga salah satu faktor kesulitan peserta
didik dalam menerima pembelajaran kimia terlebih dalam pemecahan
masalah yang mengharuskan peserta didik untuk berpikir lebih keras untuk
menyelesaikannya. Disamping faktor internal peserta didik, kesulitan juga
muncul dikarenakan pendekatan pembelajaran kimia yang dipilih guru
kadang kala tidak sesuai dengan aspek dan karakter materi yang akan
disampaikan sehingga pembelajaran yang terjadi kurang optimal yang
berakibat tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai peserta didik.
39
Kirana, “nama-nama senyawa poliatomik”, dalam http
://esdikimia.wordpress.com/2011/05/04/tata-nama-senyawa-poliatomik-asam-basa, diakses 29
maret 2012.
28
Materi tata nama senyawa merupakan materi yang diajarkan di
sekolah menengah atas. Materi ini tingkat keabstrakkannya tidak terlalu
tinggi, hampir sebagian peserta didik sudah mengerti tentang materi tata nama
senyawa karena merupakan materi yang diajarkan paling dasar dalam
pelajaran kimia. Permasalahan terletak pada ketentuan-ketentuan dalam
menentukan rumus kimia dan aturan-aturan dalam memberi nama suatu
senyawa serta mengaplikasikannya.
Selama ini pembelajaran kimia pada materi tata nama senyawa yang
diterapkan secara konvensional hanya menekankan pada hasil tanpa
menghiraukan perolehan cara-cara yang tepat dalam memperoleh hasil,
sehingga pembelajaran kimia yang diharapkan tidak tercapai. Dan
pembelajaran kimia menjadi momok, pembelajaran yang menakutkan
menjadi semakin membosankan, dan merusak seluruh minat peserta didik.
Pada metode firing line permasalahan peserta didik dalam
menghadapi pembelajaran kimia terutama materi tata nama senyawa kimia
diharapkan dapat berkurang, metode Firing line (garis tembak) merupakan
format gerakan cepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti
testing dan bermain peran, ia menonjolkan secara terus-menerus pasangan
yang berputar, peserta didik mendapatkan kesempatan untuk merespon secara
cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan atau tipe tantangan yang lain.40
Meode ini merupakan cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang
materi pembelajaran. Metode ini membolehkan pesera didik untuk
berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas.
Dengan karakteristik metode seperti halnya diatas akan sangat
membantu guru dan peserta didik menemukan formula yang tepat dalam
pembelajaran kimia khususnya dalam memahaminya. Proses yang
menyenangkan akan memotivasi peserta didik untuk memahami dan
menelaah pembelajaran dengan metode pembelajaran aktif tanpa harus
menjadi mata pelajaran yang abstrak sehingga sulit dipahami peserta didik.
40
Melvin L. Silberman, Active Learning.hlm. 212
29
Soal pada materi tata nama senyawa kimia memungkinkan peserta didik
untuk menyelesaikannya.
Kecenderungan peserta didik yang menganggap pembelajaran kimia
sebagai mata pelajaran yang abstrak menjadikan peserta didik kurang aktif
dalam belajar, mengesampingkan pembelajaran kimia itu sendiri dan malu
bertanya pada guru. Dengan pembelajaran yang menyenangkan ini yang
mendesain antara peserta didik berkomunikasi dengan persaingan secara
sehat membentuk kelompok berpasangan.
Pengembangan lanjutan akan terbuka juga untuk memicu kreativitas
berpikir peserta didik, dengan diajak berpikir kritis dan kreatif namun
menyenangkan sehingga menuntun peserta didik dalam keberhasilan
pembelajaran.
“Efektivitas merupakan adanya kesesuaian antara orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju”.41
Maka dapat dikemukakan
bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok,
tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari peserta
didik. Suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya.
Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan
tentang usaha atau tindakan yaitu keberhasilan penerapan metote firing line
pada materi tata nama senyawa kimia. Dikatakan efektif jika nilai rata-rata
hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode firing line lebih baik
dari pada nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dengan pembelajaran
konvensional serta menganalisis apakah aktivitas peserta didik berupa hasil
belajar ranah afektif dan ranah psikomotorik baik kelas eksperimen atau kelas
kontrol meningkat atau tidak, lebih baik atau tidak.
Penilaian hasil belajar dilakukan setelah suatu kegiatan pembelajaran
dilaksanakan, penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan
secara efektif. Keefektivan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta
41 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2007), hlm. 82
30
didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian
hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektivan mengajarnya,
apakah metode pembelajaran yang digunakan mampu membantu peserta
didik mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
D. Pengajuan Hipotesis
“Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.42
“Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada
teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
memperoleh melalui pengumpulan data”.43
Dugaan jawaban sementara ini
pada prinsipnya bermanfaat membantu peneliti, agar proses penelitiannya
lebih terarah. Mengacu pada alasan pemilihan judul dan tinjauan pustaka.
Berdasarkan latar belakang dan kerangka berfikir di atas maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Firing Line dengan
pendekatan Active Learning lebih efektif dari pada metode ceramah pada
materi pokok tata nama senyawa kimia terhadap hasil belajar siswa kelas X
semester gasal di MA AN-NIDHAM.
Mengingat hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang
mungkin benar dan mungkin juga salah, maka dilakukan pengkajian pada
bagian analisis data untuk mendapat bukti apakah hipotesis yang diajukan itu
dapat diterima atau tidak.
42 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet. XIII, hlm.71
43 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitati, Kualitatif dan R dan
D), (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm.96
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas penggunaan metode firing line pada materi pokok tata
nama senyawa kimia terhadap hasil belajar siswa kelas X semester ganjil MA An-
Nidham kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Untuk memperoleh data tentang efektivitas penggunaan metode firing line
pada materi pokok tata nama senyawa kimia terhadap hasil belajar siswa kelas X
semester gasal MA An-Nidham Demak.
Waktu Penelitian : tanggal 4 Januari s/d 1 Februari 2012
Tempat Penelitian : MA An-Nidham Demak
C. Variabel
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.1Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang
menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat, sementara
variabel bebas berada posisi yang melepas dari pengaruh variabel terikat.
Variabel ini sering disebut pengaruh atau mempengaruhi variabel lain.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah penggunaan metode
firing line. Indikator variabel ini yaitu siswa dapat membentuk
1Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.(Bandung : Alfabeta,
2008).hlm. 38
32
danbekerjasama dalam kelompoknya sertamengatur tempat
duduk,memindahkan kursi dan memutar posisi ketika proses pembelajaran
dengan metode firing line berlangsung.
2. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar peserta didik kelas X dalam materi tata nama senyawa kimiadi
MAAn-Nidham. Dalam kaitannya guna meningkatkan hasil belajar peserta
didik khususnya materi pokok tata nama senyawa kimia.Indikator kemampuan
pemecahan masalah materi tatanama senyawa kimia adalah peserta didik dapat
memahami ketentuan-ketentuan dalam menentukan rumus dan nama senyawa
kimia dan dapat mengaplikasikannya.
D. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai
cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam
bidang pendidikan.2 Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian eksperimen. Dengan kata lain, penelitian eksperimen dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari/membandingkan
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.3
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen (kuantitatif). Eksperimen
adalah merupakan suatu penelitian yang menuntut peneliti memanipulasi dan
mengendalikan satu atau lebih variabel bebas serta mengamati variabel terikat
untuk melihat perbedaan sesuai dengan manipulasi variabel bebas (independent)
tersebut atau penelitian yang melihat hubungan sebab akibat kepada dua atau
2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 5, hlm. 6. 3Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
hlm.107.
33
lebih variabel dengan memberi perlakuan lebih (treatment) kepada kelompok
eksperimen.4
Rancangan penelitian yang digunakan adalah : Two Group, Pretest
posttest design. Rancangan tersebut berbentuk seperti berikut:
Kelas Pretest Perlakuan Postest
X A P1 Q P 2
X B P1 Qn P 2
Keterangan:
X A : Kelas eksperimen.
X B : Kelas kontrol.
Q : Perlakuan metode Firing Line dengan pendekatan Active Learning.
Qn : Perlakuan tanpa metode Firing Line dengan pendekatan Active
Learning.
P 1 : Pemberian pretest
P 2 : Pemberian postest
Dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu
sebelum dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum
eksperimen (P1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (P2) disebut
posttest. Perbedaan antara P1 dan P2 yakni P1 - P2 diasumsikan merupakan efek
dari perlakuan atau eksperimen.
Kelas eksperimen diterapkan pembelajaran kimia menggunakan metode
pembelajaran firing line. Sedangkan kelas kontrol dibiarkan tanpa diberlakukan
menggunakan metode pembelajaran firing line yaitu dengan metode ceramah dan
tanya jawab. Setelah proses belajar mengajar selesai, untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah peserta didik dilakukan posttest dikedua kelas
sampel dengan menggunakan soal evaluasi yang sama.
Dari hasil skor posttest kedua kelas sampel dilakukan uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata atau uji t pihak kanan dari skor
4Iskandar. Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), (Ciputat : Gudang Persda
Press),hlm.20
34
pencapaian tersebut untuk mengetahui apakah perbedaan skor pencapaian pada
kedua kelas sampel itu signifikan atau tidak secara statistik.
Data untuk mengetahui aktivitas dalam proses pembelajaran baik aktivitas
dari peserta didik maupun kemampuan guru dalam mengelola kelas diperoleh
dengan melakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung.
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.5 Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pesrta didik kelas X dari MA
An-nidhamtahun pelajaran 2011/2012 semester ganjil yang terdiri dari 2 kelas
yang berjumlah 80 siswa, dengan rincian sebagai berikut:
Kelas X -1 : 40 siswa
Kelas X -2 : 40 siswa
Dua kelas ini dipandang sebagai satu kesatuan populasi, karena adanya
kesamaan-kesamaan sebagai berikut:
a. Siswa yang terdapat dalam populasi tersebut adalah siswa yang berada pada
kelas dan semester yang sama yaitu kelas X semester satu.
b. Seluruh siswa tersebut memperoleh materi pelajaran kimia dengan silabus
yang sama.
c. Seluruh siswa tersebut memperoleh materi pelajaran kimia dengan pengajar
yang sama.
Sebelum populasi dipilih menjadi sampel, populasi tersebut diuji
homogenitas untuk mengetahui bahwa populasi tersebut bersifat homogen.
2. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.”6 Maka dari itu peneliti dapat menggunakan sampel
5Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, hlm. 80. 6Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, hlm. 81
35
yang ada dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul mewakili. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan teknik cluster randomsampling, teknik pengambilan sampel ini
karena kompetensi dari masing-masing kelas hampir sama. Kelas pertama
sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol, sedangkan
satu kelas dijadikan sebagai kelas uji coba instrumen.
3. Teknik Pengambilan Data
Kelas X yang ada di MA An-nidham Demak adalah kelas yang
homogen dengan alasan peserta didik mendapat materi berdasarkan kurikulum
yang sama, peserta didik yang menjadi objek penelitian duduk dikelas yang
sama, dan pembagian kelas tidak ada kelas yang unggulan sehingga peserta
didik memiliki kemampuan yang setara.
“Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan
sampel”.7Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik cluster random sampling. Cluster random sampling yaitu teknik
kelompok atau rumpun, dilakukan sebagai jalan memilih sampel yang
didasarkan pada kelompoknya bukan pada individunya.8Sampel yang diambil
dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster random sampling
mengambil dua kelas pada kelas X, kelas X-1 yang berjumlah 40 anak sebagai
kelas kontrol, dan kelas X-2 yang berjumlah 40 anak sebagai kelas
eksperimen. Dalam kelas kontrol diterapkan pembelajaran ceramah dan pada
kelas eksperimen dengan menerapkan metode pembelajaran firing line.
Nilai pretest diambil dari soal pretest yang dikerjakan peserta didik
untuk mengetahui tingkat kemampuan masing-masing peserta didik. Kelas
kontrol adalah sebagai kelas pembanding. Dengan demikian, pengaruh metode
pembelajaran firing line sebagai variabel yang akan dicari keefektifannya
7Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,. hlm. 81
8Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian Psikologi Pendidikan, (Malang: UMM
Press,2004), Cet.II, HLM 17.
36
untuk meningkatkan hasil belajar kimia materi pokok tata nama senyawa
kimia.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Metode Tes
“Tes merupakan metode pengumpulan data yang sifatnya
mengevaluasi hasil proses (pre-test dan post-test). Instrumennya dapat berupa
soal-soal ujian atau soal-soal tes.”9 Sehingga baik pretest maupun posttest
diukur dengan menggunakan tes. Metode tes ini nantinya dipakai untuk
mendapatkan skor pemecahan masalah peserta didik yang menjadi sampel
penelitian. Tes yang digunakan adalah tes yang dalam bentuk tes objektif
(Multiple Choice) dengan 5 pilihan, dan hanya satu pilihan yang benar.
Dalam penelitian ini tes digunakan untuk memperoleh data hasil
belajar siswa pada materi tatanama senyawa kimia. Tes dilakukan dalam
bentuk pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Studi Dokumentasi
“Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.”10
Metode ini digunakan
untuk memperoleh nilai akhir semester (nilai raport), dan data-data yang
berkaitan dalam penelitian.
c. Metode Observasi
“Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain
pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.”11
Teknik
9Hariwijaya .Triton.Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi Dan Tesis.(Jakarta : SUKA
BUKU, 2011). hlm. 63 10Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.(Jakarta : Rineka
Cipta, 2006).hlm. 231 11
BurhanBungin,, Metodologi Penelitian Kuantitatif.(Jakarta : Prenada Media Group,
2005).cet.5. hlm.133
37
pengumpulan data dengan observasi meliputi pengamatan terhadap perilaku
siswa, proses belajar mengajar, dan respon dari siswa terhadap pembelajaran.
Dalam penelitian kali ini observasinya dilakukan dengan mengamati
jalannya kegiatan pembelajaran yang ada pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, yaitu dengan mengamati hasil belajar pada aspek efektif dan
psikomotorik dengan menggunakan lembar observasi.
2. Instrumen Penelitian
“Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu
metode.”12
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat
tes dari mata pelajaran yang disajikan. Perangkat tes inilah yang digunakan
untuk mengungkapkan hasil belajar yang dicapai peserta didik pada
pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan tes adalah sebagai
berikut.
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan, yaitu tahap pembuatan tes. Bentuk tes pada
penelitian ini adalah tes obyektif pilihan ganda dengan lima pilihan
jawaban dan satu jawaban yang benar. Langkah-langkah penyusunan tes
obyektif adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan mengadakan tes.
2) Mengadakan pembatasan terhadap materi yang akan diteskan. Materi
yang diajarkan dalam penelitian ini yaitu materi pokok tata nama
senyawa kimia.
3) Menentukan jumlah waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes.
Dalam penelitian ini waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal
adalah 90 menit.
4) Menentukan jumlah butir soal. Butir soal disusun sesuai dengan kisi-
kisi. Soal yang dibuat sebanyak 50 butir.
5) Menentukan tipe tes13
12
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 149. 13
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm.153.
38
Dalam penelitian ini tipe soal yang digunakan adalah obyektif
dengan 5 pilihan jawaban pilihan soal obyektif ini dengan pertimbangan
sebagai berikut.
1) Dapat mewakili isi dan keluasan materi.
2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya.
3) Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.
4) Dalam pemeriksaannya, tidak ada unsur subjektif yang
mempengaruhinya.14
Adapun kelemahan-kelemahannya antara lain:
1) Persiapan penyusunannya jauh lebih sulit karena soalnya banyak dan
harus teliti.
2) Soal – soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya
pengenalan serta sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
3) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan
4) Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih
terbuka.15
b. Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal.
Kisi-kisi soal disusun berdasarkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan sesuai dengan standar kompetensi, yang meliputi jenjang
ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), aplikasi (C4), sintesis
(C5), dan evaluasi (C6).16
c. Tahap uji coba
Setelah perangkat disusun, langkah selanjutnya adalah
mengujicobakan pada siswa di luar sampel. Pada penelitian ini uji coba
dilakukan pada siswa kelas XI, sebanyak 40 siswa dengan alasan bahwa
kelas ini telah mendapatkan materi tata nama senyawa. Perangkat tes yang
diujicobakan sebanyak 50 soal. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui
apakah instrumen layak digunakan sebagai alat pengambilan data atau
tidak.
14 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 164-165. 15 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 165. 16Ibid, hlm. 153-154.
39
G. Teknik Analisis Instrumen
Untuk mendapatkan data yang valid, maka instrumen yang digunakan juga
harus valid. Untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen perlu diadakan
pengukuran validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal
terhadap instrumen tersebut.
1. Analisis Butir Soal
a) Validitas
“Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.”17
Untuk
menghitung validitas item soal digunakan rumus korelasi produk moment
sebagai berikut:
Keterangan
r xy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
n = Jumlah Peserta didik
= Jumlah skor tem nomor
= Jumlah skor total
= Jumlah hasil perkalian antara x dan y18
Kemudian hasil rxy yang didapat dari penghitungan dibandingkan
harga tabel r product moment. Harga r tabel dihitung dengan taraf
signifikasi 5% dan N sesuai dengan jumlah peserta didik.. Jika rxy> r tabel,
maka dapat dinyatakan butir soal tersebut valid.
b) Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
17Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.hlm. 121. 18 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2005), cet. 5, hlm. 72.
xΣ
yΣ
xyΣ
( ) { } ( ){ }2 2 2 2
)(
Y Y N X X N
xyN yxr
Σ Σ Σ −Σ
Σ −Σ =
ϕ
40
karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk perhitungan reliabilitas
dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan
ri = Reliabilitas tes secara keseluruhan
P = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
a = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (a = 1-P)
Pa = Jumlah hasil perkalian antara P dan a
K = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah alat varians)19
Kemudian hasil ri yang di dapat dari perhitungan dibandingkan
dengan harga tabel k product moment. Harga r tabel dihitung yang taraf
signifikan 5% dan k sesuai dengan jumlah butir soal. Jika ri r tabel, maka
dapat dinyatakan bahwa butir soal tersebut reliabel.
c) Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan siswa menjadi putus asa. Dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.20
Rumus yang
digunakan
Keterangan
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta test
19 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 100. 20 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,hlm 207-208
Σ
≥
JS
BP =
Σ −
−=r
2
2
i 1 S
pa S
k
k
41
Menurut ketentuan, indeks kesukaran yang sering digunakan
diklasifikasikan sebagai berikut:
Soal dengan
- 0,30 < P <0.70 maka dikategorikan soal sedang
- 0,70 < P <1,00 maka dikategorikan soal mudah
d) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan
adalah :
D =21
Keterangan:
J = Jumlah peserta test
JA = Banyaknya peserta didik kelompok atas
JB = Banyaknya peserta didik kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta didik kelompok atas yang menjawab
soal itu dengan benar
BB= = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab hal
itu dengan benar.
PA= = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda
D = 0,00 – 0,20 = jelek D = 0,40 – 0,70 = baik
D = 0,20 – 0,40 = cukup D = 0,70 – 1,00 = baik sekali.22
21 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,hlm. 213-214 22 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Grafindo
Persada, 2006), hlm. 81.
BA
BA
PPJ
BB
J
BA−=−
A
A
J
B
B
B
J
B
42
2. Uji Efektivitas Metode Pembelajaran Kimia
Efektivitas metode pembelajaran firing line pada penelitian ini dilihat dari
3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
a) Aspek Kognitif
Penilaian pada aspek kognitif peserta didik di sekolah dapat dilihat
dari hasil belajar peserta didik tersebut. Keberhasilan yang ingin dilihat
yaitu seberapa besar pemahaman peserta didik terhadap materi. Untuk
lebih jelasnya dapat menggunakan rumus berikut ini:
Skor= ��������������� ���
������ ���� 100%
Pada penelitian ini target pada aspek kognitif adalah 65% berdasarkan
nilai KKM yang ditetapkan di MA An-Nidham Demak. Maka metode
pembelajaran firing line dapat dikatakan efektif terhadap hasil belajar
siswa minimal mencapai 65%. Adapun indikator keberhasilan pada aspek
kognitif seperti pada Tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1. Indikator tingkat keefektifan metode pada aspek kognitif
Tingkat Penguasaan Kriteria
86-100% Sangat Efektif
65-85% Efektif
55-64% Kurang Efektif
<54% Tidak Efektif
b) Aspek Afektif dan Psikomotorik
Penilaian afektif dan psikomotorik peserta didik menggunakan
analisis rata-rata dan analisis nilai. Analisis nilai dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Skor= ��������������� ���
������ ���� 100%
Hasil perhitungan diatas kemudian ditafsirkan dengan rentang seperti
pada Tabel 3.2 yaitu:
43
Tabel 3.2. Tingkat Penguasaan analisis nilai
Tingkat
Penguasaan
Nilai Huruf Bobot Predikat
86-100% A 4 Sangat Baik
76-85% B 3 Baik
60-75% C 2 Cukup
55-59% D 1 Kurang
<54% TL 0 Kurang Sekali
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji efektivitas penggunaan metode
firing lineterhadap hasil belajar siswa. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
teknik analisis uji t pada skor hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Dimana secara umum, pola penelitian dilakukan terhadap dua kelompok,
yang satu merupakan kelompok eksperimen(yang diberi perlakuan) dan kelompok
yang satu kelompok kontrol (kelompok pembanding) yang tidak dikenai
perlakuan. Analisis data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Analisis Data Tahap Awal
Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam
penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpan hasil
penelitian.“Sebelum peneliti menentukan teknik analisis statistik yang
digunakan terlebih dahulu keabsahan sampel. Cara yang digunakan adalah
dengan uji normalitas dan uji homogenitas.”23
a. Uji Normalitas.
“Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal atau tidak. Untuk
23Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm.314.
44
mengetahuinya dapat diuji dengan menggunakan statistik chi kuadrat”24
.
Rumus untuk mencari nilai chi-square adalah sebagai berikut:
( )∑
−=
fe
fefo2
2χ
Keterangan:
χ 2 = Normalitas sampel
fo = Frekuensi yang diperoleh (obtained frequency)
fe = Frekuensi yang diharapkan (expected frequency)25
Ho : data terdistribusi normal
Ha : data tidak terdistribusi normal
“Kriteria pengujian adalah: tolak Ho jika ≥ (1-α), (k-1) denganα
= taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya, Ho diterima.”26
Pada penelitian ini digunakan taraf signifikan 5%. Apabila uji
empirik (te) ≥ α 5% maka sebaran data pada uji normalitas dikatakan
normal.
b. Uji Homogenitas.
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut
homogen ataukah tidak. Prosedur yang digunakan untuk menguji
homogenitas varian dalam kelompok adalah dengan jalan menemukan
harga Fmax. Penafsirannya bilamana harga F terbukti signifikan artinya
terdapat perbedaan. Dan sebaliknya jika tidak signifikan ini berarti tidak
ada perbedaan.Hipotesis yang dilakukan dalam uji homogenitas adalah
sebagai berikut:
Ho : 2
2
2
1 σσ = (variannya homogen)
Ha : 2
1σ ≠ 2
2σ (variannya tidak homogen)
Keterangan:
24Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: PT. Tarsito,2001),hlm. 273. 25
Tulus Winarsunu, Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, (Malang: UMM
Press, 2002), hlm. 94. 26
Sudjana, Metoda, hlm. 273
2χ 2χ
45
2
1σ : varian nilai data awal kelas eksperimen
2
2σ : varian nilai data awal kelas kontrol
Homogenitas data awal dapat dianalisis dengan menggunakan
statistik F, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:27
terkecilian
terbesariansFhitung
−
−=
var
var
Kedua kelompok mempunyai varian yang sama apabila
menggunakan = 5% menghasilkan F ≥ F1/2α(V1 , V2) dengan:
v1 = n1 -1 (dk pembilang)
v2 = n2 -1 (dk penyebut)
2. Analisis Data Tahap Akhir
Sebelum melakukan analisis tahap akhir ini, terlebih dalulu melakukan
analisis baik dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Sehingga nilai yang dihasilkan tersebut kemudian digunakan pada analisis
data tahap akhir. Adapun tahapannya sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan langkah-
langkah uji normalitas pada analisis tahap awal.
b. Uji Homogenitas
Langkah-langkah pengujian kesamaan dua varians (homogenitas)
sama dengan langkah-langkah uji kesamaan dua varians (homogenitas)
pada analisis tahap awal.
c. Uji perbedaan rata-rata (uji pihak kanan)
Uji kesamaan dua rata-rata ini bertujuan untuk mengetahui apakah
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai rata-rata yang
27Sudjana, Metoda, hlm. 186.
( )
( )1)(
2
2
2
−
−
=∑
∑
N
N
XX
SDVarian
46
tidak berbeda. Jika rata-rata kedua kelompok tersebut tidak berbeda berarti
kelompok tersebut mempunyai kondisi yang sama.
Uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji satu pihak
(uji t) yaitu pihak kanan. Hipotesis yang di uji adalah sebagai berikut:
Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1> µ2
Keterangan:
µ1 : rata-rata hasil belajar kelompokeksperimen
µ2 : rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
Setelah itu hipotesis yang telah dibuat diuji signifikannya dengan
analisis Uji – t (uji satu pihak yaitu pihak kanan). Bentuk rumus t-test
adalah sebagai berikut:
S
nn
xxt
21
21
11+
−= dengan
( ) ( )2
11
21
2
22
2
112
−+
−+−=
nn
SnSnS
Keterangan:
r = nilai korelasi antar dua sampel
−
1x = rata-rata sampel 1 (kelas eksperimen)
2
−
x = rata-rata sampel 2 (kelas kontrol)
n1 = jumlah individu sampel kelas eksperimen
n2 = jumlah individu sampel sampai kelas kontrol
S = simpangan baku gabungan
S1 = simpangan baku kelas eksperimen
S 2 = simpangan baku kelas kontrol28
Dengan hipotesis:
Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1> µ2
Keterangan:
µ1 : rata-rata data kelompokeksperimen
28Sudjana, Metoda , hlm. 239.
47
µ2 : rata-rata data kelompok kontrol
Nilai t-test disebut nilai empirik (te). Untuk menentukan taraf
signifikan perbedaannya harus digunakan nilai t teoritik (tt) yang terdapat
dalam tabel nilai-nilai t. Untuk memeriksa nilai-nilai t harus ditemukan
terlebih dahulu derajat kebebasan (dk) pada keseluruhan distribusi yang
diteliti.29
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika ttabel (1-α),(db=n1+n2-2) < thitung.
Dengan derajat kebebasan db (n1+ n2 – 2), taraf signifikan 5% dan tolak
Ho untuk harga t lainnya.
29
Tulus winarsunu.Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. hlm. 90
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian, peneliti mendapatkan hasil studi lapangan
untuk pembelajaran yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih efektif manakah antara
pembelajaran dengan menggunakan metode firing line dengan pembelajaran
metode ceramahterhadap hasil belajar kimia peserta didik MA An-
NidhamKalisariSayung Demak pada materi pokok tata nama senyawa kimia.
Penelitian ini menggunakan model eksperimen dengan desain “Two
Group, Pretest posttest design” yakni menempatkan subyek penelitian ke dalam
dua kelompok (kelas) yang dibedakan menjadi kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran
metode firing line dan kelas kontroldiberi perlakuan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional.
Pelaksanaan pembelajaran di MA An-Nidham Kalisari Sayung Demak,
meliputi:
1. Tahap Persiapan
Pelaksanaan penelitian ini merupakan penelitian eksperimen terbagi
dalam dua kelas yaitu kelas eksperimen (kelas X-2) dan kelas kontrol (kelas
X-1).Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil dari bulan
Januari hingga Februari tahun 2012.
Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, peneliti menentukan
materi pokok serta menyusun rencana pembelajaran. Materi pokok yang
dipilih adalah tata nama senyawa kimia. Instrumen yang dijadikan evaluasi
dalam penelitian ini adalah instrumen tes objektif dalam bentuk pilihan ganda
dengan 5 pilihan tetapi hanya satu yang tepat dan benar. Pembelajaran yang
digunakan dalam kelas eksperiman dengan menerapkan metode firing line,
sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran metode ceramah.
49
2. Tahap Pelaksanaan
a. Proses Pembelajaran dengan Penerapan Metode Firing Line pada Kelompok
Eksperimen.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen adalah
dengan menggunakan metode firing line. Dalam pelaksanaannya, waktu yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 3 kali pertemuan (6 jam mata
pelajaran).Pelaksanaan pembelajaran pada kelompok eksperimen pada
awalnya dilakukan pretest, untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik.
Pada kelompok eksperimen diperlakukan penerapan metode firing line,
dimana guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Guru dan siswa
mengatur kursi-kursi dalam dua baris yang berhadapan. Kemudian guru
memisahkan kursi-kursi itu ke dalam kelompok-kelompok tiga sampai lima
pada setiap baris. Guru membagi kepada setiap siswa X sebuah kartu yang
berisi tugas dimana dia akan memberikan pertanyaan kepada peserta didik Y
dihadapannya untuk menjawab. Dan guru memberikan kartu yang berbeda
kepada setiap anggota X dari suatu kelompok.Setelah periode waktu yang
singkat, guru mengumumkan bahwa waktu untuk semua peserta Y untuk
memindahkan satu kursi kekiri atau kekanan dalam kelompok. Jangan
memindahkan kursi X. Siswa anggota X menyampaikan tugasnya kepada
teman Y dihadapannya. Teruskan untuk sebanyak mungkin tugas yang
berbeda yang siswa miliki.
Pada pembelajaran guru membantu peseta didik untuk merefleksi
kembali materi yang telah dipelajari. Pemberian evaluasi berupa test dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik
setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Pada hasil nilai posttest
terlihat bahwa kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik kelompok
eksperimen dalam mengerjakan soal tersebut sedikit bila di bandingkan
kesalahan yang di lakukan oleh peserta didik kelompok kontrol.
Menurut hasil perhitungan observasi ranah afektif dan ranah
psikomotorik menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas peserta didik ranah
afektif yaitu dalam kegiatan pembelajaran, kelas eksperimen lebih tinggi dari
50
pada kelas kontrol. Pada kegiatan diskusi dengan metode firing line atau hasil
belajar ranah psikomotorik kelas eksperimen terlihat lebih tinggi dibanding
hasil belajar ranah psikomotorik kelas kontrol. Berdasarkan hasil ranah afektif
dan psikomotorik disimpulkan pada kelas eksperimen, metode firing line
dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, peserta didik lebih aktif dan
tidak membosankan, dengan adanya metode firing line menambah lebih
menarik dan dapat memanfaatkan kedua belah otak sehingga siswa tidak jenuh
selama pembelajaran berlangsung.
b. Proses Pembelajaran Konvensional pada Kelompok Kontrol
Pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kontrol adalah
pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah dan tanya jawab.
Dalam proses pembelajaran ini guru menerangkan secara runtut dan memberi
waktu peserta didik untuk bertanya dan mencatat. Guru memberikan
kesempatan bertanya kepada peserta didik yang belum paham.
Pada proses pembelajaran ini awalnya diberi pretest untuk mengetahui
kemampuan awal peserta didik. Kemudian peserta didik duduk dan
memperhatikan guru yang menerangkan materi pelajaran. Hal semacam ini
menjadikan guru sulit memahami tingkat pemahaman peserta didik, karena
kebanyakan peserta didik yang belum paham tidak mau bertanya dan juga
mengakibatkan peserta didik bersifat pasif yang selalu menunggu arahan dari
guru.
Secara rinci data hasil penelitian dapat disajikan sebagai berikut:
1. Instrumen Tes dan Analisis Butir Soal Instrumen
Sebelum instrumen diberikan pada kelompok eksperimen sebagai alat
ukur hasil belajar peserta didik, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument.
Uji coba dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tersebut sudah
memenuhi kualitas soal yang baik atau belum. Adapun alat yang digunakan
dalam pengujian analisis uji coba instrumen meliputi validitas tes, reliabilitas
tes, tingkat kesukaran, dan daya beda.
51
a. Analisis Validitas Tes
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir-
butir soal tes. Butir soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak
digunakan. Sedangkan butir soal yang valid berarti butir soal tersebut dapat
mempresentasikan materi tata nama senyawa kimia yang telah ditentukan
oleh peneliti.
Hasil analisis perhitungan validitas butir soal ( xyr )dikonsultasikan
dengan harga kritik r product momen, dengan taraf signifikan 5 %. Bila
harga tabelxy rr > maka butir soal tersebut dikatakan valid.Sebaliknya bila
harga tabelxy rr < maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid. Diperoleh
hasil sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis perhitungan validitas butir soal diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.1Prosentase Validitas Butir Soal
No Kriteria No. Soal Jumlah Prosentase
1 Valid
1,4,6,11,13,15,16,20,21,
22,26,28,29,30,31,32,33,
35,36,37,40,41,43,44,45,
47,48,49,50
29 58%
2 Invalid
2,3,5,7,8,9,10,12,14,17,
18,19,23,24,25,27,34,38,
39,42,46
21 42%
Jumlah 50 100%
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5.
b. Analisis Reliabilitas Tes
Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas
pada instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
tingkat konsistensi jawaban tetap atau konsisten untuk diujikan kapan saja
instrumen tersebut disajikan.
Harga xyr yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga tabelr
product moment dengan taraf signifikan 5 %. Soal dikatakan reliabilitas
jika harga xyr > tabelr .
52
Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien reliabilitas butir soal
diperoleh rxy = 0,799sedang tabelr product moment dengan taraf signifikan 5
% dan n = 40 diperoleh tabelr = 0.312, karena xyr > tabelr artinya koefisien
reliabilitas butir soal uji coba memiliki kriteria pengujian yang tinggi
(reliabel).
c. Analisis Tingkat Kesukaran
Uji tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal tersebut apakah sukar, sedang, atau mudah.
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Soal dengan P = 0,00 adalah soal terlalu sukar;
- Soal dengan 0,00< P ≤ 0,30 adalah soal sukar;
- Soal dengan 0,30< P ≤ 0,70 adalah soal sedang;
- Soal dengan 0,70< P ≤ 1,00 adalah soal mudah; dan
- Soal dengan P = 1,00 adalah soal terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien tingkat kesukaran butir
soal diperoleh.
Tabel 4.2Prosentase Tingkat Kesukaran Butir Soal
No Kriteria No. Soal Jumlah Prosentase
1 Sukar 10,12,14,17,23,24,27,39,
40,42,46 11 22%
2 Sedang
4,5,6,7,8,9,11,13,15,16,
21,22,25,28,29,30,31,33,
37,38,43,44,45,47,48,49,
50
27 54%
3 Mudah 1,2,3,18,19,20,26,32,34,
35,36,41 12 24%
Jumlah 50 100%
d. Analisis Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan
peserta didik yang berkemampuan rendah. Soal dikatakan baik, bila soal
dapat dijawab dengan benar oleh peserta didik yang berkemampuan
53
tinggi.Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D.
Klasifikasi daya pembeda soal:
DP ≤ 0,00 = sangat jelek
0,00<DP ≤ 0,20 = jelek
0,20<DP ≤ 0,40 = cukup
0,40<DP ≤ 0,70 = baik
0,70<DP ≤ 1,00 = sangat baik
Berdasarkan hasil perhitungan daya beda butir soal pada lampiran
ke-6 diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.3Prosentase Daya Beda Butir Soal
No Kriteria No. Soal Jumlah Prosentase
1 Baik
Sekali 47,50 2 4%
2 Baik 13,16,22,29,30,31,
43,44,45,48,49 11 22%
3 Cukup 4,6,11,15,40 5 10%
4 Jelek
1,2,3,5,7,8,9,10,12,14,
17,18,19,20,21,23,24,25,
26,27,28,32,34,35,36,
37,38,39,41,42,46
32 64%
Jumlah 50 100%
2. Data Nilai Awal (Pre Test)
Data nilai awal kelas eksperimen diperoleh dari data nilai pretest pada
materi pokok tata nama senyawa kimiasebelum mendapat perlakuan. Pada kelas
eksperimen sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran
firing line, diperoleh data nilai tertinggi = 80 dan nilai terendah 15,rentang (R) =
65, banyaknya kelas yang diambil 6 kelas, panjang interval kelas 11, dari
perhitungan ( )∑ ii xf = 2043, ( )∑2
ii xf = 112305, sehingga rata-rata yang
diperoleh ( )x = 51,38 dengan simpangan baku14,76.Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut.
54
Tabel 4.4 Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas
Eksperimen
No Interval Frekuensi
Absolut Frekuensi Relatif (%)
1 15 – 25 1 2.5
2 26 – 36 6 15
3 37 – 47 8 20
4 48 – 58 14 35
5 59 – 69 6 15
6 70 – 80 5 12.5
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka daftar
perhitungan distribusi frekuensi di atas dapat kita buat Histogram seperti
pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas
Eksperimen
Pada kelas kontrolsebelum diberi perlakuan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional diperoleh data nilai tertinggi = 70 dan nilai terendah
25, rentang (R) = 45, banyaknya kelas yang diambil 6 kelas, panjang interval 8,
dari perhitungan ( )∑ ii xf = 1932, ( )∑2
ii xf = 98818, sehingga rata-rata yang
diperoleh ( )x = 47,38 dengan simpangan baku 12,14. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
15 – 25 26 – 36 37 – 47 48 – 58 59 – 69 70 – 80
Fre
ku
en
si
Kelas Interval
55
Tabel 4.5Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal KelasKontrol
No Interval Frekuensi
Absolut Frekuensi Relatif (%)
1 25 – 32 4 10
2 33 – 40 8 20
3 41 – 48 7 17.5
4 49 – 56 11 27.5
5 57 – 64 6 15
6 65 – 72 4 10
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka daftar perhitungan
distribusi frekuensi di atas dapat kita buat Histogram seperti pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas
Kontrol
3. Data Nilai akhir Kelas Eksperimen
Data nilai akhir kelas eksperimen diperoleh dari nilai hasil belajar peserta
didik setelah mendapat perlakuan. Pada kelas Eksperimen setelah diberi perlakuan
dengan menggunakan metode pembelajaran firing line, diperoleh data nilai
tertinggi = 95 nilai terendah 40, rentang (R) = 55, banyaknya kelas yang diambil 6
kelas, panjang interval kelas 10, dari perhitungan ( )∑ ii xf = 2960, ( )∑2
ii xf =
225030, sehingga rata-rata yang diperoleh ( )x = 72,00dengan simpangan baku
11,81. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut.
0
2
4
6
8
10
12
25 – 32 33 – 40 41 – 48 49 – 56 57 – 64 65 - 72
Fre
ku
en
si
Interval
56
Tabel 4.6 Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas
Eksperimen
No Interval Frekuensi
Absolut Frekuensi Relatif (%)
1 40 – 49 1 2.5
2 50 – 59 3 7.5
3 60 – 69 11 27.5
4 70 – 79 12 30
5 80 – 89 8 20
6 90 – 99 5 12.5
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka daftar perhitungan
distribusi frekuensi di atas dapat kita buat Histogram seperti pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas
Eksperimen
Pada kelas kontrol setelah diberi perlakuan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional diperoleh data nilai tertinggi = 90 dan nilai terendah
35, rentang (R) = 55, banyaknya kelas yang diambil 6 kelas, panjang interval
kelas 10, dari perhitungan ( )∑ ii xf = 2620, ( )∑2
ii xf = 177170, sehingga rata-
rata yang diperoleh ( )x = 64,25 dengan simpangan baku 11,91. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 99
Fre
ku
en
si
Interval
57
Tabel 4.7 Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas Kontrol
No Interval Frekuensi
Absolut Frekuensi Relatif (%)
1 35 – 44 1 2.5
2 45 – 54 8 20
3 55 – 64 8 20
4 65 – 74 13 32.5
5 75 – 84 9 22.5
6 85 – 94 1 2.5
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka daftar perhitungan
distribusi frekuensi di atas dapat kita buat histogram seperti pada gambar 4.4:
Gambar 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas
Kontrol
B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis DataKeadaan Awal
Analisis data keadaan awal bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama
sebelum mendapat perlakuan yang berbeda, yakni kelompok eksperimen diberi
pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran firing line sedangkan
kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
0
2
4
6
8
10
12
14
35 – 44 45 – 54 55 – 64 65 – 74 75 – 84 85 – 94
Fre
ku
en
si
Interval
58
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis uji hipotesis
adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data Nilai Awal
Ho = data berdistribusi normal
Ha = data tidak berdistribusi normal
Dengan kriteria pengujian, Ho ditolak jika χ2
hitung≥ χ
2
tabel untuk
taraf nyata α = 05.0 dan dk = k-1 dan Ho terima jika χ2
hitung< χ
2
tabel.
Berdasarkan pengujian uji normalitas pretest kelas X-2 (kelompok
eksperimen) untukα = 05.0 dengan dk = 6-1 = 5. Diperoleh χ2
hitung=
2,558 dan χ2
tabel= 11,07. Karena χ
2
hitung< χ
2
tabelmaka dapat dikatakan
bahwa data populasi untuk kelas eksperimen berdistribusi normal.
Sedangkan pada pengujian uji normalitas pretest kelas X-1
(kelompok kontrol) untukα = 05.0 dengan dk = 6-1 = 5. Diperoleh χ
2
hitung= 2,572 dan χ
2
tabel = 11,07. Karena χ2
hitung< χ
2
tabel maka dapat
dikatakan bahwa data populasi untuk kelas eksperimen berdistribusi
normal. Berikut ini Tabel 4.8 disajikan hasil perhitungan uji normalitas
data nilai awal.
Tabel 4.8 Daftar Chi Kuadrat Data Nilai Awal
No Kelas Kemampuan χ2
hitung χ
2
tabel Keterangan
1 Eksperimen Nilai awal 2,558 11.07 Normal
2 Kontrol Nilai awal 2,572 11.07 Normal
59
b. Uji Homogenitas Data Nilai Awal
Hipotesis:
Ho = 2
1σ = 2
2σ
Ha = 2
1σ ≠2
2σ
Dengan kriteria pengujian, Ho diterima jika hitungF < tabelF untuk
taraf nyata α = 05.0 dan dk = k-1. Berikut Tabel 4.9 disajikan hasil
perhitungan uji homogenitas data nilai awal.
Tabel 4.9Daftar Uji Homogenitas Data Nilai Awal
No Kelas Kemampuan Varian n hitungF
tabelF Kriteria
1 Eks Nilai awal 217,933 40 1,478 1,70 Homogen
2 Kont Nilai awal 147,420 40
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diperoleh hitungF = 1,478 dan
tabelF = 1,70 dengan α = 05.0 . Jadi hitungF < tabelF berarti kedua kelas memiliki
varians yang homogen.
2. Analisis Data Tahap Akhir
Analisis ini dilakukan terhadap data hasil belajar peserta didik pada
pembelajaran materi pokok tata nama senyawa kimia yang telah mendapatkan
perlakuan yang berbeda, yakni kelompok eksperimendiberi pengajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran firing line sedangkan kelompok kontrol
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis uji hipotesis adalah
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data Nilai Akhir
Uji normalitas data dapat dilakukan dengan uji chi- kuadrat. Data akhir
yang digunakan untuk menguji normalitas adalah nilai post-test.
Dengan hipotesis:
Ho = data berdistribusi normal
Ha = data tidak berdistribusi normal
60
Dengan kriteria pengujian, Ho ditolak jika χ2
hitung≥ χ
2
tabel untuk taraf
nyata α = 05.0 dan dk = k-1 dan Ho terima jika jika χ2
hitung < χ
2
tabel. Berikut
Tabel 4.10 disajikan hasil perhitungan uji normalitas data nilai akhir.
Tabel 4.10 Daftar Chi Kuadrat Data Nilai Akhir
No Kelas Kemampuan χ2
hitung χ
2
tabel Keterangan
1 Eksperimen Nilai akhir 3,576 11.07 Normal
2 Kontrol Nilai akhir 3,909 11.07 Normal
Terlihat dari tabel tersebut bahwa uji normalitas post-test pada kelas
eksperimen (X-2) untuk taraf signifikanα = 05.0 dan dk = 6-1= 5, diperoleh χ
2
hitung= 3,576 dan χ
2
tabel.= 11,07. Karena χ
2
hitung < χ
2
tabel, maka dapat
dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
Sedangkan uji normalitas post-test pada kelas kontrol (X-1) untuk taraf
signifikanα = 05.0 dan dk = 6-1= 5, diperoleh χ2
hitung= 3,909 dan χ
2
tabel=
11,07. Karena χ2
hitung < χ
2
tabel, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Data Nilai Akhir
Hipotesis:
Ho = 2
1σ = 2
2σ
Ha = 2
1σ ≠2
2σ
Dengan kriteria pengujian, Ho diterima jika hitungF < tabelF untuk taraf
nyata α = 05.0 dan dk = k-1 maka data homogen. Di bawah ini disajikan
hasil perhitungan uji homogenitas nilai akhir seperti pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11Daftar Uji Homogenitas Data Nilai Akhir
No Kelas Kemampuan Varian N hitungF
tabelF Kriteria
1 Eks Nilai akhir 139,487 40 1,016 1,70 Homogen
2 Kntrl Nilai akhir 141,731 40
61
Pengujian uji homogenitas untuk sampel dengan menggunakan data
nilai hasil belajar (post-test).Diperoleh hitungF = 1,016 dengan taraf signifikan
sebesarα = 05.0 serta dk pembilang = 40-1= 39 dan dk penyebut = 40-1= 39
yaitu F (0.05)(39:39)= 1,70. Terlihat bahwa hitungF < tabelF hal ini berarti bahwa data
bervarians homogen.
c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji Pihak Kanan)
Perhitungan data hasil belajar atau data nilai akhir menunjukkan bahwa
hasil perhitungan pada kemampuan akhir kelas eksperimensetelah mendapat
perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran firing line diperoleh
rata-rata 72,00 dan (SD) adalah 11,81, sedangkan untuk kelas control dengan
setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional
diperoleh rata-rata 64,25 dan (SD) adalah 11,91.
Dari hasil perhitungan t-test diperoleh hitungt = 2,923dikonsultasikan
dengan tabelt pada α = 5 % )2( 21 −+= nndk = 78 diperoleh tabelt = 1,991. hal
ini menunjukkan bahwa hitungt > tabelt sehingga Ho di tolak dan Ha diterima.
Artinya kelas eksperimen yang menggunakan metode firing line lebih efektif
dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.
d. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik
Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk mengetahui
aktivitas peserta didik yang merupakan hasil belajar peserta didik ranah afektif
dan ranah psikomotorik peserta didik. Observasi ranah afektif diambil dari
proses pembelajaran tata nama senyawa kimia, sedangkan observasi ranah
psikomotorik diambil dari pembelajaran dengan metode firing line. Analisis
yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
apakah aktivitas peserta didik berupa hasil belajar afektif dan ranah
psikomotorik baik kelas eksperimen atau kelas kontrol meningkat atau tidak,
lebih baik atau tidak.
62
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan analisis tahap
awal untuk mengetahui keadaan awal dari kelas yang akan dipakai dalam
penelitian yang meliputi kelas eksperimen, kelas kontrol dan kelas uji coba. Oleh
karena itu peneliti mengambil data awal dari nilai uji pada soal pretest sebagai
instrument pretest untuk analisis tahap awal.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas eksperimen adalah
pembelajaran kimia dengan menerapkan metode firing line. Dalam
pelaksanaannya penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan (6 jam
pelajaran) dengan jumlah peserta didik 40 orang. Pembelajaran pada kelas
eksperimen pada awalnya mengalami hambatan. Peserta didik yang belum
terbiasa dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan yang menuntut peserta
didik lebih aktif dan kreatif dalam berpikir dan juga guru yang masih canggung
dalam menjalankan metode ini. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan tujuan
pembelajaran secara jelas mengenai materi tata namasenyawa kimia, memberikan
motivasi kepada peserta didik dengan menumbuhkan sikap dan pandangan positif
terhadap pelajaran. Kemudian guru menyampaikan sebagian materi tata nama
senyawa kimia dengan metode firing line.
Pada pertemuan kedua melanjutkan pembelajaran yang telah dilaksanakan
pada pertemuan pertama. Pada awal-awal proses pembelajaran terjadi kericuhan
karena kekurang pahaman peserta didik terhadap instruksi yang diberikan oleh
guru, begitu juga ketika peserta didik diberikan soal latihan. Pada pertemuan
ketiga proses pembelajaran sudah mulai berjalan dengan lancar disamping karena
sudah mulai terbiasanya peseta didik dengan penerapan metode firing line juga
instruksi-instruksi yang diberikan oleh guru dapat dengan mudah diterima oleh
peserta didik. Pada saat penerapan metode firing line siswa terlihat lebih terampil
dalam mempraktekannya. Begitu pula ketika siswa X memberi pertanyaan kepada
siswa Y, dengan segera siswa Y menjawabnya. Berdasarkan pada pengalaman
pertemuan kedua, pada pertemuan ketiga ini siswa lebih cermat dalam
menempatkan diri ketika menggeser tempat duduknya kekanan hingga kurun
63
waktu yang ditentukan berakhir. Pada pertemuan terakhir peserta didik diberikan
posttest dengan materi yang telah diajarkan.
Dalam penelitian kali ini observasinya dilakukan dengan mengamati
jalannya kegiatan pembelajaran yang ada pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, yaitu dengan mengamati hasil belajar pada aspek efektif dan
psikomotorik dengan menggunakan lembar observasi. Menurut hasil perhitungan
observasi ranah psikomotor pada kelas eksperimen memiliki analisis nilai sebesar
76.6% sedangkan perhitungan observasi ranah afektif memiliki analisis nilai
sebesar 76%, Penelitian ini dapat dikatakan berhasil, jika tingkat penguasaan
minimal yang harus dicapai adalah 75%. Karena hasil observasi ranah afektif dan
ranah psikomotorik > 75% maka dapat dikatan penelitian ini berhasil.
Penilaian pada aspek kognitif peserta didik di sekolah dapat dilihat dari
hasil belajar peserta didik tersebut. Keberhasilan yang ingin dilihat yaitu seberapa
besar pemahaman peserta didik terhadap materi. Metode pembelajaran firing line
dapat dikatakan efektif terhadap hasil belajar siswa minimal mencapai 65%.
berdasarkan nilai KKM yang ditetapkan di MA An-Nidham Demak. Skor yang
didapatkan berdasarkan skor seluruh siswa adalah 72%, maka dapat dikatakan
indikator tingkat keefektifan metode pada aspek kognitif adalah efektif.
Pengamatan yang dilakukan pada proses kegiatan pembelajaran yang ada
pada kelas kontrol (kelas tanpa perlakuan) yakni aspek psikomotorik memiliki
analisis nilai sebesar 58,3%, sedangkan perhitungan observasi ranah afektif
memiliki analisis nilai sebesar 58%. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil, jika
tingkat penguasaan minimal yang harus dicapai adalah 75%. Karena hasil
observasi ranah afektif dan ranah psikomotorik <75% maka dapat dikatan
penelitian ini kurang efektif. Sedangkan penilaian pada aspek kognitif kelas
kontrol peserta didik di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik
tersebut. Keberhasilan yang ingin dilihat yaitu seberapa besar pemahaman peserta
didik terhadap materi. Metode pembelajaran ceramah dapat dikatakan efektif
terhadap hasil belajar siswa minimal mencapai 65% berdasarkan nilai KKM yang
ditetapkan di MA An-Nidham Demak. Skor yang didapatkan berdasarkan skor
64
seluruh siswa adalah 64%, maka indikator tingkat keefektifan metode ceramah
pada aspek kognitif adalah kurang efektif
Observasi ranah afektif dan ranah psikomotorik menunjukkan bahwa hasil
observasi aktivitas peserta didik ranah afektif yaitu dalam kegiatan pembelajaran,
kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Pada kegiatan diskusi
dengan metode firing line atau hasil belajar ranah psikomotorik kelas eksperimen
terlihat lebih tinggi dibanding hasil belajar ranah psikomotorik kelas kontrol.
Berdasarkan hasil ranah afektif dan psikomotorik disimpulkan pada kelas
eksperimen, metode firing line dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan,
peserta didik lebih aktif dan tidak membosankan, dengan adanya metode firing
line menambah lebih menarik dan dapat memanfaatkan kedua belah otak sehingga
siswa tidak jenuh selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan dari hasil observasi mengenai aktivitas peserta didik mulai
dari pertemuan pertama sampai terakhir menunjukkan persentase keaktifan
peserta didik mengalami kenaikan. Hal ini menjelaskan bahwa dengan
pembelajaran kimia berbasis firing line dapat meningkatkan aktivitas peserta didik
lebih baik. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran yang telah disesuaikan dengan
penerapan metode firing line membiasakan peserta didik dengan sendirinya untuk
selalu berpikir kritis kreatif sehingga pengetahuannya semakin bertambah.
Pada pertemuan-pertemuan awal aktivitas peserta didik masih jauh dari
apa yang diharapkan, perhatian peserta didik lebih banyak tersita untuk
beradaptasi dengan pendekatan yang mengakibatkan kegaduhan didalam kelas.
Jumlah peserta didik yang aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
firing line masih sangat minim. Keaktifan peserta didik dalam bertanya,
mengemukakan pendapat serta merumuskan strategi baru untuk menyelesaikan
soal juga masih sangat kurang. Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya semakin
mengalami peningkatan dalam segi jumlah peserta didik yang aktif dan terampil
dalam berpasangan untuk menyelesaikan soal dan sudah mulai bisa memerankan
dirinya dalam metode firing line ini. Keadaan seperti ini hampir menyeluruh
dilakukan oleh peserta didik, kemampuan pemecahan masalah peserta didik
semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan.
65
Persentase aktivitas pengelolaan kelas oleh guru pada waktu pembelajaran
juga mengalami peningkatan. Ketidak pahaman peserta didik pada metode
pembelajaran yang terjadi pada awal-awal pertemuan yang menghambat proses
pembelajaran dikoreksi sehingga pada pertemuan selanjutnya tidak terulang
berkat kejelian guru dalam memberikan motivasi dan ketegasan dalam
memberikan instruksi-instruksi yang memudahkan peserta didik belajar.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol adalah menggunakan
pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran ekspositori. Sedangkan metode
yang dipakai adalah metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Dalam
pembelajaran ekspositori, guru menjelaskan materi secara urut, kemudian peserta
didik diberi kesempatan untuk bertanya dan mencatat. Selanjutnya guru
memberikan contoh soal dan cara menjawabnya. Peserta didik diberi beberapa
soal latihan untuk dikerjakan mandiri. Kemudian guru membahas soal yang
diberikan dengan meminta beberapa peserta didik untuk mengerjakan dipapan
tulis. Di akhir pembelajaran guru membantu peserta didik untuk merefleksi
kembali materi yang telah dipelajari kemudian diberikan PR.
Pembelajaran konvensional pada awalnya memang membuat peserta didik
lebih tenang. Peserta didik duduk dengan tenang dan memperhatikan guru
menjelaskan materi pelajaran. Hal semacam ini justru mengakibatkan guru sulit
mengetahui pemahaman peserta didik, karena peserta didik yang sudah paham
maupun belum paham diam saja dan juga mengakibatkan peserta didik bersifat
pasif yang selalu menunggu arahan dari guru.
Pada analisis tahap awal diperoleh data yang menunjukkan keadaan awal
dari kedua kelas berada dalam keadaan berdistribusi normal, mempunyai variansi
yang homogen dan rata-rata skor awal yang sama. Hal ini berarti menunjukkan
kedua kelas berangkat dari keadaan atau kondisi awal yang sama, yaitu
mempunyai pengetahuan yang sama.
Berdasarkan uji perbedaan rata-rata satu pihak yaitu pihak kanan pada data
akhir diperoleh t hitung=2,923dan t tabel = 1,991, karena t hitung >ttabel maka H0 ditolak
dan Ha diterima, hal ini berarti hipotesis dapat diterima. Dengan demikian maka
hasilnya dapat dikemukakan bahwa rata-rata skor pencapaian tes kemampuan
66
pemecahan masalah materi tata nama senyawa kimia pada kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol. Selain itu dapat dilihat pula pada rata-rata hasil
belajar Kelas eksperimen setelah menggunakan metode pembelajaran firing line
adalah 72,00 dan (SD) adalah 11,81, sedangkan untuk kelas kontroldengan setelah
mendapat perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh
rata-rata 64,25 dan (SD) adalah 11,91.
Dari hasil perhitungan t-test diperoleh hitungt = 2,923 dikonsultasikan
dengan tabelt pada α = 5 % )2( 21 −+= nndk = 78 diperoleh tabelt = 1,991. hal ini
menunjukkan bahwa hitungt > tabelt sehingga Ho di tolak dan Ha diterima. Artinya
kelas eksperimen yang menggunakan metode firing line lebih efektif
dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah.
Dari hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta
didik dengan menggunakan metode pembelajaran firing line lebih baik dari hasil
belajar peserta didik dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada
materi pokok tata nama senyawa kimiapeserta didik kelas X semester ganjil MA
AN-NIDHAM Kecamatan Sayung Demak. Sehingga pembelajaran yang
menggunakan metode pembelajaran firing line efektif terhadap hasil belajar
peserta didik pada materi pokok tata nama senyawa kimia kelas X semester ganjil
MA AN-NIDHAM Kecamatan Sayung Demak tahun ajaran 2011-2012.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan Waktu
Waktu yang digunakan peneliti sangat terbatas. Peneliti hanya memiliki
waktu sesuai keperluan yang berhubungan dengan peneliti saja. Waktu yang
peneliti gunakan cukup singkat dan hasil hanya cocok untuk waktu ini saja,
bukan waktu yang lain.
2. Keterbatasan Kemampuan
Peneliti tidak lepas dari teori, oleh karena itu peneliti menyadari
keterbatasan kemampuan khususnya pengetahuan ilmiah. Tetapi peneliti
berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan penelitian dengan
67
kemampuan keilmuan dari beberapa referensi yang peneliti kutip serta
bimbingan dari dosen-dosen pembimbing.
3. Keterbatasan Biaya
Hal terpenting yang menunjang suatu kegiatan adalah biaya. Biaya
merupakan salah satu pendukung dalam proses penelitian. Dengan biaya yang
minim menjadi faktor penghambat dalam proses penelitian. Banyak hal yang
tidak bisa dilakukan penulis ketika harus membutuhkan biaya yang lebih
besar. Akan tetapi dari biaya yang secukupnya akhirnya dapat menyelesaikan
penelitian ini, apabila dilakukan dengan biaya yang besar kemungkinan
hasilnya tidak sama.
67
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan melihat hasil penelitian yang telah dibahas mengenai “Efektivitas
Metode The Firing Line Dengan Pendekatan Active Learning Pada Materi
Penamaan Senyawa Kimia ( Suatu Eksperimen Di MA An-Nidham Demak Kelas
X Tahun Ajaran 2011/2012) “ maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian
ini sebagai berikut:
1. Dari analisis data menunjukkan bahwa rata-rata skor tes kemampuan
pemecahan masalah kelas eksperimen sebesar 72,00 dan kelas control sebesar
64,25. Hal ini menunjukkan bahwa skor tes kelas eksperimen lebih baik dari
pada yang menerapkan pembelajaran konvensional.
2. Berdasarkan pengujian statistic yakni perbedaan rata-rata (uji t) pihak kanan
diperoleh hasil hitungt = 2,923 dikonsultasikan dengan tabelt pada α = 5 %
)2( 21 −+= nndk = 78 diperoleh tabelt = 1,991. Hal ini menunjukkan bahwa
hitungt > tabelt
sehingga H0 di tolakdan Ha diterima. Artinya rata-rata hasil
belajar yang diajar dengan metode pembelajaran Firing Line lebih baik dan
efektif digunakan dari pada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan
pemecahan masalah pada materi tata nama senyawa kimia di MA An-nidham
Sayung Demak..
B. Saran
Mengingat pentingnya pendekatan pembelajaran dalam suatu
pembelajaran dan sehubungan dengan hasil penelitian ini peneliti menyarankan
sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran firing line diharapkan menjadi alternatif yang dapat
digunakan dalam pembelajaran yang dilaksanakan di MA An-nidham Sayung
Demak.
68
2. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode firing line
sebaiknya guru harus mempersiapkannya secara matang dan materi harus yang
sesuai dengan karakteristik firing line, hal ini dilakukan untuk menghindari
kesulitan peserta didik dalam mengembangkan materi.
3. Pemecahan masalah yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan rata-rata dari peserta didik dan juga guru harus selalu mengawasi
karena dikhawatirkan peserta didik salah dalam memahami konsep.
4. Pembelajaran dengan menggunakan firing line perlu terus dikembangkan dan
diaplikasikan karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik.
5. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut guna pengembangan dan
peningkatan pembelajaran yang telah ada.
C. Penutup
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan inayah
yang telah diberikan, sehingga penyusunan skripsi yang sederhana ini dapat
terselesaikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini membutuhkan
penyempurnaan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan saran, masukan
kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini.
Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, para pembaca dan semua kalangan pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar, General Chemistry, Principles and Modern Application
Fourth edition, Jakarta: Erlangga, 1985
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006, Cet. XIII,
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2010, Cet 4.
Chang, Raymond, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Jakarta : Erlangga, 2005
Dalyono, PsikologiPendidikan, Jakarta: RinekaCipta, 2009, Cet. 5, hlm. 59.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Jakarta: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2009.
E Brady, James, Kimia Universitas Asas & Struktur, Terj. Sukmariah Maun dkk,
Jakarta: Binarupa Aksara, 1999
Golberg, David E,KIMIA UNTUK PEMULAEdisi ketiga. Jakarta : Erlangga.2009.
Hamdani, STRATEGI BELAJAR MENGAJAR.Bandung : Pustaka Setia.2011.
Hamruni, Strategi dan model-model pembelajaran aktif, Yoyakarta: Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
Hariwijaya , Triton, Pedoman Penulisan ilmiah SKRIPSI dan TESIS.Jakarta :
SUKA BUKU.2011.
Iskandar,Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Ciputat : Gudang Persda
Press. 2009.
Made Pidarta, Landasan Kependidikan : stimulus ilmu pendidikan
bercorak.Indonesia.Jakarta : Rieneka Cipta.2007.
Maun, Sukmariah,dkk, Kimia Universitas Asas & Struktur, Jilid I, Tangerang:
Binarupa Aksara.
Muhibbin syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, Bandung:
Rosdakarya, 2000,
Mulyasa,E, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Rosdakarya, 2007
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011.
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. RemajaRosdakarya,
1996, Cet. 11,
Rohiat,MANAJEMEN SEKOLAH-Teori Dasar dan Praktik.Bandung ; Refika
Aditama.2009.
Silberman, Melvin L, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.Yogyakarta
:PUSTAKA INSAN MADABI.2007.
, Active Learning;101 srtategies to teach any subject, U.S.A.: allyn and Bacon
Boston, 1996
Sudijono, Anas,Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja Grafindo
Persada. 2006.
Sudjana,Metoda Statistika, Bandung: PT. Tarsito.2001.
Sudjana, Nana , Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009, cet ke 14,
Sugiyarto, Kristian, Kimia Anorganik I, Yogyakarta: Universitas Negeri
Yoyakarta
Sugiyono,METODE PENELITIAN KUANTITATIF KUALITATIF DAN
R&D.Bandung : Alfabeta.2008.
Warsito, Bambang, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya,
Winarsunu, Tulus, Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, Malang:
UMM Press. 2002.
http ://esdikimia.wordpress.com/2011/05/04/tata-nama-senyawa-poliatomik-
asam-basa,
Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode firing line dikelas X-2 (sebagai kelas
eksperimen)
Lampiran 1
KISI-KISI SOAL UJI COBA
Materi = Tatanama Senyawa Kimia
Sekolah = MA ANNIDHAM
Mata Pelajaran = Kimia
Kelas = X
Jumlah soal = 50 butir
Waktu = 90 menit
Bentuk soal = Pilihan Ganda
Standar kompetensi = Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia Memahami hukum-hukum dasar kimia
dan penerapannya dalam perhitungan kimia
Kompetensi dasar = Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya.
Indikator Materi
pokok
C1
Pengetahuan
(knowledge)
C2
Pemahaman
(comprehension)
C3
Penerapan
(aplication)
C4
Analisis
(analysis)
C5
Sintesis
(synthesis)
C6
Penilaian
(evaluation)
1. Menjelaskan
tata cara
penulisan
nama dan
rumus
senyawa
Kimia 1, 17, 18, 28
2, 3, 8, 14, 16,
26, 36, 43
22, 44, 47
20, 24,
41
kimia 2. Menuliskan
nama dan
rumus
senyawa
biner 3. Menuliskan
nama dan
rumus
senyawa
poliatomik 4. Menuliskan
nama dan
rumus
senyawa
organik
sederhana
4, 5, 9, 10,
11, 12, 21,
25, 29, 30,
35
15, 33, 42,
46, 48
6, 7, 31, 34,
37, 38
13, 40
19, 32, 49
23
27
39, 45,
50
Lampiran 2
SOAL UJI COBA
Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling benar!
1. Satu molekul Mg3(PO4)2 terdiri atas……atom.
a. 5
b. 9
c. 10
d. 13
e. 15
2. 1 molekul kalsium sulfat terdiri atas 1 atom Ca, 1 atom S dan 4 atom O. Rumus molekul
senyawa tersebut adalah….
a. CaS2O4
b. Ca2SO4
c. CaSO4
d. Ca4SO2
e. Ca(SO2)2
3. Senyawa dengan rumus kimia Cu(H2O)6. (NO3)2 memiliki jumlah atom H, N dan O
berturut-turut adalah…
a. 2, 1 dan 4.
b. 2. 1 dan 11.
c. 8, 2 dan 11.
d. 12, 2 dan 12
e. 12, 2 dan 16
4. Nama untuk senyawa dengan rumus CaC2 adalah….
a. Kalsium karbonat
b. Kalsium karbida
c. Kalsium dikarbon
d. Kalsium karbohidrat
e. Kalsium dikarbonat
5. Nama yang tepat untuk senyawa KCN adalah….
a. Kalium nitrat
b. Kalium karbon
c. Kalium karbonat
d. Kalium nitrida
e. Kalium sianida
6. Nama trivial untuk senyawa dengam rumus C2H2 adalah….
a. Cuka
b. Asetilen
c. Paraffin
d. Karbohidrat
e. Hidrazin
7. Tatanama senyawa organik dengan rumus C8H18 adalah….
a. Heksana
b. Heptana
c. Oktana
d. Nonana
e. Dekana
8. Dari kelima rumus berikut yang merupakan rumus empirik adalah….
a. C3H8
b. C2H2
c. C6H12O6
d. C6H6
e. C2H4
9. Rumus kimia untuk kalsium karbonat adalah….
a. CaC2
b. CaH2
c. CaCO3
d. Ca(OH)2
e. Ca2CO3
10. Nama senyawa K2O adalah….
a. Dikalium oksida
b. Kalium dioksida
c. Kalium oksida
d. Kalsium oksida
e. Dikalsium oksida
11. Rumus senyawa alumunium klorida adalah….
a. AlCl
b. AlCl2
c. AlCl3
d. Al3Cl
e. Al2Cl
12. Nama senyawa CuS adalah….
a. Tembaga sulfur
b. Tembaga (I) sulfida
c. Tembaga (II) sulfida
d. Tembaga sulfat
e. Tembaga sulfid
13. Nama yang tepat untuk senyawa MgCl2 adalah….
a. Magnesium diklorida
b. Magnesium klorida
c. Magnesium triklorida
d. Magnesium klorid
e. Magnesium pentaklorida
14. Apabila diketahui ion-ion pembentuk senyawa adalah H+, NO3
-, Ca
2+, SO4
2-, Fe
3+, dan
PO43-
, maka rumus kimia yang benar adalah….
a. Fe2(SO4)3
b. CaPO4
c. H2SO4
d. FeSO4
e. HPO4
15. Rumus kimia alumunium fosfat adalah….
a. AlPO4
b. Al2(PO4)3
c. Al3(PO4)2
d. Al(PO4)2
e. Al(PO4)3
16. Apabila ion Mg2+
bertemu dengan ion O2-
, maka akan membentuk oksida logam dengan
rumus….
a. MgO
b. Mg2O
c. MgO2
d. Mg3O
e. Mg2O3
17. Nama-nama senyawa dibawah ini sesuai dengan rumus kimianya adalah….
a. Na2O = dinatrium monoksida
b. AlCl3 = alumunium triklorida
c. Fe2O3 = besi (II) klorida
d. CaCO3 = kalsium karbonat
e. Cu(NO3) = tembaga (II) nitrat
18. Senyawa HgCl2 mempunyai nama….
a. Raksa klorida
b. Raksa klorida (I)
c. Raksa (I) klorida
d. Raksa (II) klorida
e. Raksa diklorida
19. Bila ion Sn4+
bersenyawa dengan ion SO42-
, maka akan membentuk senyawa dengan
nama….
a. SnSO4, timah sulfat
b. Sn(SO4)2, timah (IV) sulfat
c. Sn2(SO4)3, timah (II) sulfat
d. Sn3(SO4)2, timah (III) sulfat
e. Sn(SO4)4, timah sulfat
20. Suatu senyawa terbentuk karena gabungan ion positif Na+
dengan ion negatif SO42-
,
maka senyawa ion yang terbentuk adalah….
a. Na2(SO4)
b. Na(SO4)3
c. Na(SO3)
d. Na2(SO4)3
e. Na(SO4)2
21. Penamaan zat berikut yang tidak benar adalah….
a. BCl3 = boron triklorida
b. MgCl2 = magnesium diklorida
c. Na2SO4 = natrium sulfat
d. Cu2S = tembaga (II) sulfid
e. Na2O = natrium oksida
22. Rumus molekul asam klorida, asam sulfat, dan asam fosfat berturut-turut adalah….
a. HClO, H2S, H3PO3
b. HCl, H2SO3, H3PO4
c. HClO3, H2SO4, H2PO4
d. HCl, H2SO4, H3PO4
e. HCl, H2SO3, H2PO4
23. Kelompok senyawa berikut yang merupakan senyawa biner ionik adalah….
a. NaCl, HCl, KCl
b. HBr, MgO, Al2O3
c. Al2O3, NaO, CO
d. AlCl3, MgBr2, NaI
e. P2O3, SO2, P2O5
24. Suatu senyawa tersusun atas unsur kalsium dan unsur oksigen. Rumus senyawa kimia
tersebur adalah….
a. K2O
b. KO
c. KO2
d. Ca2O3
e. CaO
25. Rumus kimia kalsium sulfid adalah….
a. KS
b. K2S
c. CaS
d. Ca2S
e. KS2
26. Jumlah atom Cl yang terkandung dalam molekul fosfor triklorida adalah….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
27. Berikut ini mengenai pernyataan benar tentang molekul NF3, kecuali….
a. Tersusun atas 1 atom N dan 3
atom F
b. Mempunyai nama kimia
mononitrogen trifluorida
c. Mengandung ion yang bermuatan
-3
d. Tersusun atas 2 atom nonlogam
e. Mempunyai ikatan kovalen
28. P2O5 merupakan senyawa kimia yang mempunyai nama kimia difosfor pentaoksida. Kata
penta menyatakan atom dari unsur….dan berjumlah….
a. Fosfor; 1
b. Fosfor; 2
c. Oksigen;2
d. Fosfor; 5
e. Oksigen; 5
29. Nama kimia dari CO adalah….
a. Monokarbon monoksida
b. Karbon oksida
c. Karbon monoksida
d. Monokarbon oksida
e. Oksigen karbida
30. Rumus kimia dari karbon tetraklorida adalah….
a. CCl4
b. CCl
c. KCl
d. K4Cl
e. C4Cl
31. Nama kimia dari HBr adalah….
a. Asam bromida
b. Asam metan
c. Karbon tetrahidrida
d. Asam karbon
e. Monokarbon tetrahidrida
32. Suatu senyawa mempunyai nama kimia kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun
senyawa tersebut adalah…
a. NO22-
b. NO2-
c. NO3-
d. NO-
e. NO2-
33. Nama kimia dari H2CO3 adalah….
a. Dihidrogen monokarbon
trioksigen
b. Dihidrogen monokarbon
trioksida
c. Hydrogen karbonit
d. Asam karbonit
e. Asam karbonat
34. Rumus kimia dari ammonium hidroksida adalah….
a. NH4OH
b. (NH4)2OH
c. NH4(OH)2
d. (NH2)2OH
e. (NH2)4OH
35. Nama senyawa dari H2S dan HCl berturut-turut adalah…
a. Dihidrogen monosulfida dan
hydrogen klorida
b. Hidrogen sulfida dan hydrogen
klorida
c. Asam sulfida dan asam klorida
d. Asam sulfur dan asam klorida
e. Asam sulfur dan asam klorida
36. PCl3 merupakan senyawa kimia yang mempunyai nama kimia fosfor triklorida. Kata tri
menyatakan atom dari unsur….dan berjumlah….
a. Fosfor; 1
b. Fosfor; 2
c. Oksigen;2
d. Klorida; 1
e. Klorida; 3
37. Rumus kimia dari asam asetat adalah….
a. CH3COOH
b. CH3COH
c. CH2COOH
d. C3COOH
e. H3COOH
38. Rumus kimia dari asam nitrat adalah….
a. HNO3
b. HNO
c. HNO3
d. HNO4
e. HN3
39. Suatu senyawa mempunyai nama kimia asam sulfat. Anion poliatomik yang menyusun
senyawa tersebut adalah…
a. SO42-
b. SO2-
c. SO3
d. SO32-
e. SO4-
40. Nama suatu senyawa yang tersusun atas kation Mg2+
dan anion Br-, rumus kimianya
adalah….
a. Mg2Br
b. MgBr
c. MgBr2
d. MgBr3
e. MgBr4
41. Apabila suatu kation K+ dan anion ClO4
- beraksi, maka akan terbentuk senyawa ....
a. KClO4
b. K2ClO4
c. K(ClO4)2
d. K3(ClO4)2
e. 2K(ClO4)
42. Nama senyawa yang terbentuk dari soal nomor 11 adalah ....
a. Kalsium Klorat
b. Kalium Klorat
c. Kalsium Perklorat
d. Kalium Perklorat
e. Kalium Klorit
43. Bilangan oksidasi unsur Pb=2+ dan bilangan oksidasi NO3=-1, maka rumus molekulnya
adalah ... ...
a. PbNO3
b. Pb2NO3
c. Pb((NO3)2
d. Pb(NO3)3
e. Pb2(NO3)2
44. Rumus senyawa yang terbentuk dari ion Ba2+
dan PO33-
adalah ... ...
a. BaPO3
b. Ba2(PO3)
c. Ba2(PO3)3
d. Ba3(PO3)
e. Ba3(PO3)2
45. Suatu senyawa mempunyai nama kimia Kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun
senyawa tersebut adalah ... ...
a. NO22-
b. NO2-*
c. NO3-
d. NO-
e. NO2-
46. Tata nama yang benar untuk senyawa Na2SO4 adalah ......
a. Natrium Sulfat
b. Natrium Sulfit
c. Natrium bisulfat
d. Natrium bisulfit
e. Natrium tiosulfat
47. Rumus kimia yang tepat, bila ion-ion pembentuknya NH4+, Ca
2+,Al
3+, Cl
- dan SO4
2-
adalah ...
a. Al2(SO4)3
b. CaCl
c. NH4SO4
d. Ca3(SO4)2
e. AlCl
48. Nama kimia dari (NH4)2SO4 yaitu ....
a. Ammonium sulfat
b. Diammonium sulfat
c. Ammoniak sulfat
d. Sulfat ammonium
e. Sulfat diammonium
49. Penamaan zat berikut yang tidak benar adalah ......
a. NaOH=Natrium Hidroksida
b. KNO3=Kalium Nitrat
c. Fe(OH)3=Besi(III)Hidroksida
d. H2SO4=Asam Sulfat
e. Ca(NO2)2= Kalium nitrit
50. Diketahui tabel pasangan rumus kimia dan nama senyawa sebagai berikut.
No Rumus
Kimia
Nama Senyawa
1.
2.
3.
4.
5.
Mg2(NO3)4
Na2SO4
Al2(PO4)3
K2(CO3)2
Al2(SO4)3
Magnesium Nitrat
Natrium Fosfit
Aluminium (II)
fosfat
Kalium Karbonat
Aluminium Sulfat
Pasangan Rumus Kimia dan nama senyawa yang paling tepat adalah .......
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
c. 3
Lampiran 3
KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA
1. D
2. C
3. D
4. B
5. E
6. B
7. C
8. C
9. C
10. C
11. C
12. C
13. B
14. C
15. A
16. A
17. D
18. D
19. B
20. A
21. B
22. D
23. D
24. A
25. C
26. C
27. B
28. E
29. C
30. A
31. A
32. B
33. E
34. A
35. C
36. E
37. A
38. C
39. A
40. C
41. A
42. D
43. C
44. E
45. B
46. A
47. A
48. A
49. E
50. E
Lampiran 9
SILABUS
Nama Sekolah : MA AN-NIDHAM
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : X/1
Standar Kompetensi : 2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri)
Alokasi Waktu : 16 jp (2X2 Jam untuk ulangan)
Kompetensi
dasar
Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
2.1
Mendeskrip
sikan tata
nama
senyawa
anorganik
dan organik
sederhana
serta
persamaan
reaksinya.
� tata nama
senyawa
� Menentukan senyawa biner
(senyawa ion) yang terbentuk dari
tabel kation (golongan utama) dan
anion serta memberi namanya
dalam diskusi kelompok.
� Menentukan nama senyawa biner
yang terbentuk melalui ikatan
kovalen.
� Menentukan nama senyawa
poliatomik yang terbentuk dari tabel
kation (golongan utama dan NH4+)
dan anion poliatomik serta memberi
namanya dalam diskusi kelompok.
� Menyimpulkan aturan pemberian
� Menjelaskan tata
cara penulisan nama
senyawa kimia
� Menuliskan nama
senyawa biner
� Menuliskan nama
senyawa poliatomik
� Menuliskan nama
senyawa organik
sederhana
Penugasan :
Tugas rumah
Tes Tertulis
PG
2 jp Michel
Purba,
Kimia X
2006,Erla
ngga,
Kompetensi
dasar
Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
nama senyawa biner dan
poliatomik.
� Menginformasikan nama beberapa
senyawa organik sederhana.
Demak , 25 februari 2012
Mengetahui,
Praktikan Kepala Sekolah
Nur Aini Su’udi Syukur, S.Ag.
NIM. 083711020 NIP:-
Lampiran 10
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : MA AN-NIDHAM
Mata Pelajaran : Kimia
Bahan Kajian : Hukum-Hukum Dasar Kimia
Kelas : X
Pertemuan : 1-2(pertemuan)
Alokasi Waktu :4 x45 menit
1. Standar kompetensi :
Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan
kimia Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam
perhitungan kimia
2. Kompetensi dasar :
Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta
persamaan reaksinya.
3. Indikator
1. Menjelaskan tata cara penulisan nama dan rumus senyawa kimia
2. Menuliskan nama dan rumus senyawa biner
3. Menuliskan nama dan rumus senyawa poliatomik
4. Menuliskan nama dan rumus senyawa organik sederhana
4. Tujuan
1. Siswa dapat menjelaskan tata cara penulisan nama dan rumus senyawa
kimia
2. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa biner
3. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa poliatomik
4. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa organik sederhana
5. Materi Pembelajaran
Tata Nama Senyawa Sederhana
1) Tata Nama Senyawa Molekul ( Kovalen ) Biner.
Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua jenis unsur.
Contoh : air (H2O), amonia (NH3)
a). Rumus Senyawa
Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut, ditulis di
depan.
B-Si-C-Sb-As-P-N-H-Te-Se-S-I -Br-Cl-O-F
b). Nama Senyawa
Nama senyawa biner dari dua jenis unsur non logam adalah
rangkaian nama kedua jenis unsur tersebut dengan akhiran –ida
(ditambahkan pada unsur yang kedua).
Catatan :
Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari sejenis
senyawa, maka senyawa-senyawa yang terbentuk dibedakan dengan
menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani.
1 = mono 2 = di 3 = tri 4 = tetra
5 = penta
6 = heksa 7 = hepta 8 = okta 9 = nona
10 = deka
Angka indeks satu tidak perlu disebutkan, kecuali untuk nama senyawa
karbon monoksida.
c). Senyawa yang sudah umum dikenal, tidak perlu mengikuti
aturan di atas.
2) Tata Nama Senyawa Ion.
Kation = ion bermuatan positif (ion logam)
Anion = ion bermuatan negatif (ion non logam atau ion poliatom)
a) Rumus Senyawa
Unsur logam ditulis di depan.
Rumus senyawa ion ditentukan oleh perbandingan muatan kation dan
anionnya.
Kation dan anion diberi indeks sedemikian rupa sehingga senyawa
bersifat netral (∑ muatan positif = ∑ muatan negatif).
b) Nama Senyawa
Nama senyawa ion adalah rangkaian nama kation (di depan) dan
nama anionnya (di belakang); sedangkan angka indeks tidak
disebutkan.
Catatan :
� Jika unsur logam mempunyai lebih dari sejenis bilangan oksidasi,
maka senyawa-senyawanya dibedakan dengan menuliskan bilangan
oksidasinya (ditulis dalam tanda kurung dengan angka Romawi di
belakang nama unsur logam itu).
� Berdasarkan cara lama, senyawa dari unsur logam yang mempunyai 2
jenis muatan dibedakan dengan memberi akhiran –o untuk muatan
yang lebih rendah dan akhiran – i untuk muatan yang lebih tinggi.
Cara ini kurang informatif karena tidak menyatakan
bilangan oksidasi unsur logam yang bersangkutan.
3) Tata Nama Senyawa Terner.
Senyawa terner sederhana meliputi : asam, basa dan garam.
Reaksi antara asam dengan basa menghasilkan garam.
a) Tata Nama Asam.
Asam adalah senyawa hidrogen yang di dalam air mempunyai rasa
masam.
Rumus asam terdiri atas atom H (di depan, dianggap sebagai ion H+)
dan suatu anion yang disebut sisa asam.
Catatan : perlu diingat bahwa asam adalah senyawa molekul, bukan
senyawa ion.
Nama anion sisa asam = nama asam yang bersangkutan tanpa kata
asam.
Contoh : H3PO4
Nama asam = asam fosfat
Rumus sisa asam = −3
4PO (fosfat)
b) Tata Nama Basa.
Basa adalah zat yang jika di dalam air dapat menghasilkan ion −OH
Pada umumnya, basa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation
logam dan anion −OH
Nama basa = nama kationnya yang diikuti kata hidroksida.
c) Tata Nama Garam.
Garam adalah senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa
asam.
Rumus dan penamaannya = senyawa ion.
4) Tata Nama Senyawa Organik.
Senyawa organik adalah senyawa-senyawa C dengan sifat-sifat tertentu.
Senyawa organik mempunyai tata nama khusus, mempunyai nama lazim
atau nama dagang ( nama trivial ).
6. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
1. Metode : firing line
2. Pendekatan : pendekatan active learning
3. media : kartu soal
Langkah-langkah pembelajaran:
Kegiatan Rincian Alokasi
Waktu Keterangan
Kegiatan
awal
Pendahuluan
• Guru memulai pelajaran dengan
mengecek prasyarat pengetahuan,
memberikan motivasi dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
� Pemberian motivasi :
menanyakan rumus molekul
karbon dioksida, hidrogen
dioksida, karbon monoksida.
20 menit Ditujukan
untuk seluruh
siswa
Kegiatan
inti
Eksplorasi
• Guru menerangkan tatacara
penulisan senyawa dan rumus kimia.
• Siswa mengkaji cara memberi nama
senyawa biner dan senyawa
poliatomik.
• Siswa mengkaji penulisan rumus
molekul dari buku paket.
Elaborasi
• Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok. Guru dan
siswa mengatur kursi-kursi dalam
dua baris yang berhadapan.
Pisahkan kursi-kursi itu ke dalam
kelompok-kelompok tiga sampai
lima pada setiap baris.
• Guru membagi kepada setiap siswa
X sebuah kartu yang berisi tugas
dimana dia akan menginstruksikan
kepada peserta didik Y
dihadapannya untuk merespons.
Dan guru memberikan kartu yang
berbeda kepada setiap anggota X
dari suatu kelompok.
• Setelah periode waktu yang
singkat, guru mengumumkan
bahwa waktu untuk semua peserta
Y untuk memindahkansatu kursi
kekiri atau kekanan dalam
kelompok. Jangan pindahkan kursi
X.
Konfirmasi
• Siswa anggota X menyampaikan
tugasnya kepada teman Y
dihadapannya. Teruskan untuk
sebanyak mungkin tugas yang
berbeda yang siswa miliki.
60 menit Ditujukan
untuk seluruh
siswa
Kegiatan
akhir
Memberikan tugas baca untuk
pertemuan selanjutnya.
10 menit Seluruh siswa
Pertemuan ke-2
1. Metode : firing line
2. Pendekatan : pendekatan active learning
3. media : kartu soal
Langkah-langkah pembelajaran:
Kegiatan Rincian Alokasi
Waktu Keterangan
Kegiatan
awal
Pendahuluan
• Guru memulai pelajaran dengan
mengecek prasyarat pengetahuan,
memberikan motivasi dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
� Pemberian motivasi :
menanyakan aturan tatanama
senyawa anorganik
20 menit Ditujukan
untuk seluruh
siswa
Kegiatan inti
Eksplorasi
• Guru menjelas tatacara memberi
nama senyawa organik.
• Siswa mengkaji cara memberi nama
senyawa organik.
• Siswa mengkaji penulisan rumus
molekul dari LKS.
Elaborasi
• Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok. Guru dan
siswa mengatur kursi-kursi dalam
dua baris yang berhadapan.
Pisahkan kursi-kursi itu ke dalam
kelompok-kelompok tiga sampai
lima pada setiap baris.
• Guru membagi kepada setiap siswa
X sebuah kartu yang berisi tugas
dimana dia akan menginstruksikan
kepada peserta didik Y
dihadapannya untuk merespons.
Dan guru memberikan kartu yang
60 menit Ditujukan
untuk seluruh
siswa
berbeda kepada setiap anggota X
dari suatu kelompok.
• Setelah periode waktu yang
singkat, guru mengumumkan
bahwa waktu untuk semua peserta
Y untuk memindahkan satu kursi
kekiri atau kekanan dalam
kelompok. Jangan pindahkan kursi
X.
Konfirmasi
• Siswa anggota X menyampaikan
tugasnya kepada teman Y
dihadapannya. Teruskan untuk
sebanyak mungkin tugas yang
berbeda yang siswa miliki.
Kegiatan
akhir
Memberikan tugas baca untuk
pertemuan selanjutnya.
10 menit Seluruh siswa
Media, Alat dan Sumber Pembelajaran :
Media : kartu soal
Alat : -
Sumber Belajar : Bahan Ajar Kimia tata nama senyawa kimia.
Buku Kimia SMA 1 Erlangga
LKS KIMIA Kelas X
Buku-buku penunjang lainnya.
Penilaian Proses Belajar :
• Penilaian keaktifan siswa yang meliputi : Bertanya, dan menjawab.
• Pertanyaan lisan saat KBM dan akhir pertemuan.
Penilain hasil belajar :
Hasil diskusi
Tugas-tugas yang dikerjakan dan ulangan harian
Semarang, 25 januari 2012
Praktikan Kepala Sekolah
Nur Aini Su’udi Syukur, S.Ag.
NIM.083711020 NIP:-
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : MA AN-NIDHAM
Mata Pelajaran : Kimia
Bahan Kajian : Hukum-Hukum Dasar Kimia
Kelas : X
Pertemuan : 1-2(pertemuan)
Alokasi Waktu :4 x45 menit
1. Standar kompetensi :
Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan
kimia Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam
perhitungan kimia
2. Kompetensi dasar :
Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta
persamaan reaksinya.
3. Indikator
1. Menjelaskan tata cara penulisan nama dan rumus senyawa kimia
2. Menuliskan nama dan rumus senyawa biner
3. Menuliskan nama dan rumus senyawa poliatomik
4. Menuliskan nama dan rumus senyawa organik sederhana
4. Tujuan
1. Siswa dapat menjelaskan tata cara penulisan nama dan rumus senyawa
kimia
2. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa biner
3. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa poliatomik
4. Siswa dapat menuliskan nama dan rumus senyawa organik sederhana
7. Materi Pembelajaran
Tata Nama Senyawa Sederhana
5) Tata Nama Senyawa Molekul ( Kovalen ) Biner.
Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua jenis unsur.
Contoh : air (H2O), amonia (NH3)
a). Rumus Senyawa
Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut, ditulis di
depan.
B-Si-C-Sb-As-P-N-H-Te-Se-S-I -Br-Cl-O-F
b). Nama Senyawa
Nama senyawa biner dari dua jenis unsur non logam adalah
rangkaian nama kedua jenis unsur tersebut dengan akhiran –ida
(ditambahkan pada unsur yang kedua).
Catatan :
Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari sejenis
senyawa, maka senyawa-senyawa yang terbentuk dibedakan dengan
menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani.
1 = mono 2 = di 3 = tri 4 = tetra
5 = penta
6 = heksa 7 = hepta 8 = okta 9 = nona
10 = deka
Angka indeks satu tidak perlu disebutkan, kecuali untuk nama senyawa
karbon monoksida.
c). Senyawa yang sudah umum dikenal, tidak perlu mengikuti
aturan di atas.
6) Tata Nama Senyawa Ion.
Kation = ion bermuatan positif (ion logam)
Anion = ion bermuatan negatif (ion non logam atau ion poliatom)
c) Rumus Senyawa
Unsur logam ditulis di depan.
Rumus senyawa ion ditentukan oleh perbandingan muatan kation dan
anionnya.
Kation dan anion diberi indeks sedemikian rupa sehingga senyawa
bersifat netral (∑ muatan positif = ∑ muatan negatif).
d) Nama Senyawa
Nama senyawa ion adalah rangkaian nama kation (di depan) dan
nama anionnya (di belakang); sedangkan angka indeks tidak
disebutkan.
Catatan :
� Jika unsur logam mempunyai lebih dari sejenis bilangan oksidasi,
maka senyawa-senyawanya dibedakan dengan menuliskan bilangan
oksidasinya (ditulis dalam tanda kurung dengan angka Romawi di
belakang nama unsur logam itu).
� Berdasarkan cara lama, senyawa dari unsur logam yang mempunyai 2
jenis muatan dibedakan dengan memberi akhiran –o untuk muatan
yang lebih rendah dan akhiran – i untuk muatan yang lebih tinggi.
Cara ini kurang informatif karena tidak menyatakan
bilangan oksidasi unsur logam yang bersangkutan.
7) Tata Nama Senyawa Terner.
Senyawa terner sederhana meliputi : asam, basa dan garam.
Reaksi antara asam dengan basa menghasilkan garam.
d) Tata Nama Asam.
Asam adalah senyawa hidrogen yang di dalam air mempunyai rasa
masam.
Rumus asam terdiri atas atom H (di depan, dianggap sebagai ion H+)
dan suatu anion yang disebut sisa asam.
Catatan : perlu diingat bahwa asam adalah senyawa molekul, bukan
senyawa ion.
Nama anion sisa asam = nama asam yang bersangkutan tanpa kata
asam.
Contoh : H3PO4
Nama asam = asam fosfat
Rumus sisa asam = −3
4PO (fosfat)
e) Tata Nama Basa.
Basa adalah zat yang jika di dalam air dapat menghasilkan ion −OH
Pada umumnya, basa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation
logam dan anion −OH
Nama basa = nama kationnya yang diikuti kata hidroksida.
f) Tata Nama Garam.
Garam adalah senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa
asam.
Rumus dan penamaannya = senyawa ion.
8) Tata Nama Senyawa Organik.
Senyawa organik adalah senyawa-senyawa C dengan sifat-sifat tertentu.
Senyawa organik mempunyai tata nama khusus, mempunyai nama lazim
atau nama dagang ( nama trivial ).
8. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
1. Metode : ceramah
2. Model : diskusi
Langkah-langkah pembelajaran:
Kegiatan Rincian Alokasi
Waktu Keterangan
Kegiatan
awal
Pendahuluan
• Guru memulai pelajaran dengan
mengecek prasyarat pengetahuan,
memberikan motivasi dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
� Pemberian motivasi :
menanyakan rumus molekul
20 menit Ditujukan
untuk seluruh
siswa
karbon dioksida, hidrogen
dioksida, karbon monoksida.
Kegiatan
inti
Eksplorasi
• Guru menjelaskan tatanama
senyawa biner dan poliatomik.
• Siswa mengkaji cara memberi nama
senyawa biner dan senyawa
poliatomik.
• Siswa mengkaji penulisan rumus
molekul dari buku paket.
Elaborasi
• Guru memberikan beberapa soal
kepada siswa.
• Siswa diberi kesempatan untuk
mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru dipapan tulis. Kemudian
guru memberikan tanya jawab
kepada siswa.
Konfirmasi
• Latihan soal untuk merefleksi
pemahaman siswa.
• Guru dan siswa-siswi hasil
pembelajaran yang dicapai.
60 menit Ditujukan
untuk seluruh
siswa
Kegiatan
akhir
Memberikan tugas baca untuk
pertemuan selanjutnya.
10 menit Seluruh siswa
Pertemuan ke-2
1. Metode : ceramah
2. Model : diskusi
Langkah-langkah pembelajaran:
Kegiatan Rincian Alokasi
Waktu Keterangan
Kegiatan
awal
Pendahuluan
• Guru memulai pelajaran dengan
mengecek prasyarat pengetahuan,
memberikan motivasi dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
� Pemberian motivasi :
menanyakan aturan tatanama
senyawa anorganik
20 menit Ditujukan
untuk seluruh
siswa
Kegiatan inti
Eksplorasi
• Guru menjelaskan tatacara memberi
nama senyawa organik.
• Siswa mengkaji cara memberi nama
senyawa organik.
• Siswa mengkaji penulisan rumus
molekul dari LKS.
Elaborasi
• Guru memberikan beberapa soal
kepada siswa.
• Siswa diberi kesempatan untuk
mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru dipapan tulis. Kemudian
guru memberikan tanya jawab
kepada siswa.
Konfirmasi
• Latihan soal untuk merefleksi
pemahaman siswa.
• Guru dan siswa-siswi hasil
pembelajaran yang dicapai.
60 menit Ditujukan
untuk seluruh
siswa
Kegiatan
akhir
Memberikan tugas baca untuk
pertemuan selanjutnya.
10 menit Seluruh siswa
Media, Alat dan Sumber Pembelajaran :
Media : LKS KIMIS Kelas X
Alat : papan tulis, kapur tulis, penghapus.
Sumber Belajar : Bahan Ajar Kimia tata nama senyawa kimia.
Buku Kimia SMA 1 Erlangga
LKS KIMIA Kelas X
Buku-buku penunjang lainnya.
Penilaian Proses Belajar :
• Penilaian keaktifan siswa yang meliputi : Bertanya, dan menjawab.
• Pertanyaan lisan saat KBM dan akhir pertemuan.
Penilain hasil belajar :
Hasil diskusi
Tugas-tugas yang dikerjakan dan ulangan harian
Semarang, 25 januari 2012
Guru Mata Pelajaran Praktikan
Agustin Sumarlina, S.Pd. Nur Aini
NIP:- NIM.083711020
Kepala Sekolah
Su’udi Syukur, S.Ag.
NIP:-
Lampiran 11
Nama =
Kelas =
No.absen =
SOAL PRETEST
Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling benar!
1. Satu molekul Mg3(PO4)2 terdiri atas……atom.
a. 5
b. 9
c. 10
d. 13
e. 15
2. Nama untuk senyawa dengan rumus CaC2 adalah….
a. Kalsium karbonat
b. Kalsium karbida
c. Kalsium dikarbon
d. Kalsium karbohidrat
e. Kalsium dikarbonat
3. Tatanama senyawa organik dengan rumus C8H18 adalah….
a. Heksana
b. Heptana
c. Oktana
d. Nonana
e. Dekana
4. Rumus senyawa alumunium klorida adalah….
a. AlCl
b. AlCl2
c. AlCl3
d. Al3Cl
e. Al2Cl
5. Apabila ion Mg2+
bertemu dengan ion O2-
, maka akan membentuk oksida logam dengan
rumus….
a. MgO
b. Mg2O
c. MgO2
d. Mg3O
e. Mg2O3
6. Suatu senyawa terbentuk karena gabungan ion positif Na+
dengan ion negatif SO42-
,
maka senyawa ion yang terbentuk adalah….
a. Na2(SO4)
b. Na(SO4)3
c. Na(SO3)
d. Na2(SO4)3
e. Na(SO4)2
7. Penamaan zat berikut yang tidak benar adalah….
a. BCl3 = boron triklorida
b. MgCl2 = magnesium diklorida
c. Na2SO4 = natrium sulfat
d. Cu2S = tembaga (II) sulfid
e. Na2O = natrium oksida
8. Jumlah atom Cl yang terkandung dalam molekul fosfor triklorida adalah….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
9. P2O5 merupakan senyawa kimia yang mempunyai nama kimia difosfor pentaoksida. Kata
penta menyatakan atom dari unsur….dan berjumlah….
a. Fosfor; 1
b. Fosfor; 2
c. Oksigen;2
d. Fosfor; 5
e. Oksigen; 5
10. Nama kimia dari CO adalah….
a. Monokarbon monoksida
b. Karbon oksida
c. Karbon monoksida
d. Monokarbon oksida
e. Oksigen karbida
11. Nama kimia dari HBr adalah….
a. Asam bromida
b. Asam metan
c. Karbon tetrahidrida
d. Asam karbon
e. Monokarbon tetrahidrida
12. Suatu senyawa mempunyai nama kimia kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun
senyawa tersebut adalah…
a. NO22-
b. NO2-
c. NO3-
d. NO-
e. NO2-
13. Nama senyawa dari H2S dan HCl berturut-turut adalah…
a. Dihidrogen monosulfida dan
hydrogen klorida
b. Hidrogen sulfida dan hydrogen
klorida
c. Asam sulfida dan asam klorida
d. Asam sulfur dan asam klorida
e. Asam sulfur dan asam klorida
14. Rumus kimia dari asam asetat adalah….
a. CH3COOH
b. CH3COH
c. CH2COOH
d. C3COOH
e. H3COOH
15. Apabila suatu kation K+ dan anion ClO4
- beraksi, maka akan terbentuk senyawa ....
a. KClO4
b. K2ClO4
c. K(ClO4)2
d. K3(ClO4)2
e. 2K(ClO4)
16. Bilangan oksidasi unsur Pb=2+ dan bilangan oksidasi NO3=-1, maka rumus molekulnya
adalah ... ...
a. PbNO3
b. Pb2NO3
c. Pb((NO3)2
d. Pb(NO3)3
e. Pb2(NO3)2
17. Rumus senyawa yang terbentuk dari ion Ba2+
dan PO33-
adalah ... ...
a. BaPO3
b. Ba2(PO3)
c. Ba2(PO3)3
d. Ba3(PO3)
e. Ba3(PO3)2
18. Suatu senyawa mempunyai nama kimia Kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun
senyawa tersebut adalah ... ...
a. NO22-
b. NO2-*
c. NO3-
d. NO-
e. NO2-
19. Diketahui tabel pasangan rumus kimia dan nama senyawa sebagai berikut.
No Rumus
Kimia
Nama Senyawa
1.
2.
3.
4.
5.
Mg2(NO3)4
Na2SO4
Al2(PO4)3
K2(CO3)2
Al2(SO4)3
Magnesium Nitrat
Natrium Fosfit
Aluminium (II)
fosfat
Kalium Karbonat
Aluminium Sulfat
Pasangan Rumus Kimia dan nama senyawa yang paling tepat adalah .......
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
c. 3
20. Rumus molekul asam klorida, asam sulfat, dan asam fosfat berturut-turut adalah….
a. HClO, H2S, H3PO3
b. HCl, H2SO3, H3PO4
c. HClO3, H2SO4, H2PO4
d. HCl, H2SO4, H3PO4
e. HCl,H2SO3,H2PO4
Lampiran 13
JAWABAN SOAL PRETES
1. D
2. B
3. C
4. C
5. A
6. A
7. B
8. C
9. E
10. C
11. A
12. B
13. C
14. A
15. A
16. C
17. E
18. B
19. E
20. D
Lampiran 13
Nama =
Kelas =
No. Absen =
SOAL POSTEST
Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling benar!
1. Jumlah atom Cl yang terkandung dalam molekul fosfor triklorida adalah….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
2. P2O5 merupakan senyawa kimia yang mempunyai nama kimia difosfor pentaoksida. Kata
penta menyatakan atom dari unsur….dan berjumlah….
a. Fosfor; 1
b. Fosfor; 2
c. Oksigen;2
d. Fosfor; 5
e. Oksigen; 5
3. Rumus kimia dari asam asetat adalah….
a. CH3COOH
b. CH3COH
c. CH2COOH
d. C3COOH
e. H3COOH
4. Apabila suatu kation K+ dan anion ClO4
- beraksi, maka akan terbentuk senyawa ....
a. KClO4
b. K2ClO4
c. K(ClO4)2
d. K3(ClO4)2
e. 2K(ClO4)
5. Rumus molekul asam klorida, asam sulfat, dan asam fosfat berturut-turut adalah….
a. HClO, H2S, H3PO3
b. HCl, H2SO3, H3PO4
c. HClO3, H2SO4, H2PO4
d. HCl, H2SO4, H3PO4
e. HCl,H2SO3,H2PO
6. Nama kimia dari HBr adalah….
a. Asam bromida
b. Asam metan
c. Karbon tetrahidrida
d. Asam karbon
e. Monokarbon tetrahidrida
7. Nama kimia dari CO adalah….
a. Monokarbon monoksida
b. Karbon oksida
c. Karbon monoksida
d. Monokarbon oksida
e. Oksigen karbida
8. Satu molekul Mg3(PO4)2 terdiri atas……atom.
a. 5
b. 9
c. 10
d. 13
e. 15
9. Nama untuk senyawa dengan rumus CaC2 adalah….
a. Kalsium karbonat
b. Kalsium karbida
c. Kalsium dikarbon
d. Kalsium karbohidrat
e. Kalsium dikarbonat
10. Bilangan oksidasi unsur Pb=2+ dan bilangan oksidasi NO3=-1, maka rumus molekulnya
adalah ... ...
a. PbNO3
b. Pb2NO3
c. Pb((NO3)2
d. Pb(NO3)3
e. Pb2(NO3)2
11. Rumus senyawa yang terbentuk dari ion Ba2+
dan PO33-
adalah ... ...
a. BaPO3
b. Ba2(PO3)
c. Ba2(PO3)3
d. Ba3(PO3)
e. Ba3(PO3)2
12. Diketahui tabel pasangan rumus kimia dan nama senyawa sebagai berikut.
No Rumus Kimia Nama Senyawa
1.
2.
3.
4.
5.
Mg2(NO3)4
Na2SO4
Al2(PO4)3
K2(CO3)2
Al2(SO4)3
Magnesium Nitrat
Natrium Fosfit
Aluminium (II) fosfat
Kalium Karbonat
Aluminium Sulfat
Pasangan rumus kimia dan nama senyawa yang paling tepat adalah .......
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
13. Penamaan zat berikut yang tidak benar adalah….
a. BCl3 = boron triklorida
b. MgCl2 = magnesium diklorida
c. Na2SO4 = natrium sulfat
d. Cu2S = tembaga (II) sulfid
e. Na2O = natrium oksida
14. Tatanama senyawa organik dengan rumus C8H18 adalah….
a. Heksana
b. Heptana
c. Oktana
d. Nonana
e. Dekana
15. Rumus senyawa alumunium klorida adalah….
a. AlCl
b. AlCl2
c. AlCl3
d. Al3Cl
e. Al2Cl
16. Suatu senyawa mempunyai nama kimia Kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun
senyawa tersebut adalah ... ...
a. NO22-
b. NO2-*
c. NO3-
d. NO-
e. NO2-
17. Suatu senyawa mempunyai nama kimia kalsium nitrit. Anion poliatomik yang menyusun
senyawa tersebut adalah…
a. NO22-
b. NO2-
c. NO3-
d. NO-
e. NO2-
18. Nama senyawa dari H2S dan HCl berturut-turut adalah…
a. Dihidrogen monosulfida dan
hydrogen klorida
b. Hidrogen sulfida dan hydrogen
klorida
c. Asam sulfida dan asam klorida
d. Asam sulfur dan asam klorida
e. Asam sulfur dan asam klorida
19. Apabila ion Mg2+
bertemu dengan ion O2-
, maka akan membentuk oksida logam dengan
rumus….
a. MgO
b. Mg2O
c. MgO2
d. Mg3O
e. Mg2O3
20. Suatu senyawa terbentuk karena gabungan ion positif Na+
dengan ion negatif SO42-
,
maka senyawa ion yang terbentuk adalah….
a. Na2(SO4)
b. Na(SO4)3
c. Na(SO3)
d. Na2(SO4)3
e. Na(SO4)2
Lampiran 15
KUNCI JAWABAN SOAL POSTTEST
1. C
2. E
3. A
4. A
5. D
6. A
7. C
8. D
9. B
10. C
11. E
12. E
13. B
14. C
15. C
16. B
17. B
18. C
19. A
20. A
1
Lampiran 25
Lembar Observasi Aktivitas Psikomotorik Peserta Didik Dalam Pembelajaran
No Kegiatan siswa Sikap Penilaian
1 2 3 4 5
1 Siswa dapat membentuk kelompok pada
awal pembelajaran.
2 Siswa dapat bekerja sama dalam
kelompok ketika pembelajaran.
3 Siswa dapat mengatur tempat duduknya
ketika pembelajaran.
4 Siswa dapat memindahkan satu kursi
kekiri dalam satu kelompok ketika
pembelajaran.
5 Siswa terampil dalam memutar posisinya
ketika pembelajaran.
2
Kriteria Penilaian Aspek Psikomotorik
1. Siswa dapat membentuk kelompok
Skor 1 : Tidak dapat membentuk kelompok
Skor 2 : Kadang-kadang ikut membentuk kelompok
Skor 3 : Membentuk kelompok sendiri
Skor 4 : Membentuk kelompok dengan beberapa teman saja
Skor 5 : Selalu aktif membentuk kelompok dengan seluruh anggota
kelompoknya
2. Bekerjasama dalam kelompok
Skor 1 : Tidak ada anggota kelompok yang bekerja, semua
menggantungkan kelompok lain
Skor 2 : Hanya satu yang bekerja
Skor 3 : Hanya beberapa/ sebagian anggota kelompok yang bekerja
Skor 4 : Bekerjasama dalam kelompok namun tidak kompak dan sedikit
arahan dari guru
Skor 5 : Bekerjasama dalam kelompok dengan kompak dan tanpa arahan
dari guru
3. Mengatur tempat duduk
Skor 1 : Tidak dapat mengatur tempat duduk sama sekali
Skor 2 : Mengatur tempat duduk tidak lengkap dan tidak rapi
Skor 3 : Mengatur tempat duduk tidak lengkap, namun rapi
Skor 4 : Mengatur tempat duduk dengan rapi dan lengkap
dan bekerjasama dengan teman
Skor 5 : Mengatur tempat duduk sendiri dengan rapi dan lengkap
4. Memindahkan kursi
Skor 1 : Tidak dapat memindahkan kursi sama sekali
Skor 2 : Pernah memindahkan kursi satu kali dengan ditunjuk guru
Skor 3 : Pernah Memindahkan kursi satu kali tanpa ditunjuk guru
Skor 4 : Kadang-kadang memindahkan kursi beberapa kali tanpa ditunjuk guru
Skor 5 : Selalu aktif (sering) memindahkan kursi tanpa ditunjuk guru
3
5. Memutar posisi
Skor 1 : Tidak dapat memutar posisi
Skor 2 : Memutar posisi dengan bertanya teman
Skor 3 : Dapat memutar posisi sendiri tapi kurang sesuai dengan instruksi guru
Skor 4 : Dapat memutar posisi sendiri, sesuai dengan instruksi guru
Skor 5 : Selalu aktif (sering) memutar posisi tanpa intruksi guru
Klasifikasi aktifitas
80% - 100% : Sangat baik
66% - 79% : Baik
56% - 65% : Cukup
40% - 55% : Kurang
30% - 39%% : Gagal
Observer 1 Observer 2
Nur Aini Munadhifah
4
Lampiran 26
Lembar Observasi Aktivitas Afektif Peserta Didik Dalam Pembelajaran
No Kegiatan siswa Sikap Penilaian
1 2 3 4 5
1 Siswa bertanya pada saat pembelajaran kimia pada
materi pokok tata nama senyawa.
2 Siswa aktif menjawab pertanyaan dari siswa yang
ada dihadapannya pada saat pembelajaran.
3 Siswa mampu mengikuti instruksi dari guru ketika
pembelajaran.
4 Siswa berani mengemukakan pendapat dalam
pembelajaran kimia pada materi pokok tata nama
senyawa kimia.
5 Siswa mempresentasikan hasil pembelajaran
kimia pada materi pokok tata nama senyawa.
5
Kriteria Penilaian Aspek Afektif
1. Bertanya pada saat pembelajaran
Skor 1 : Tidak bertanya pada saat pembelajaran
Skor 2 : Sedikit bertanya pada saat pembelajaran dengan ditunjuk guru
Skor 3 : Sedikit bertanya pada saat pembelajaran tanpa ditunjuk guru
Skor 4 : Aktif bertanya pada saat pembelajaran dengan ditunjuk guru
Skor 5 : Aktif bertanya pada saat pembelajaran tanpa ditunjuk guru
2. Aktif menjawab pertanyaan
Skor 1 : Tidak aktif menjawab pertanyaan
Skor 2 : Sedikit menjawab pertanyaan dengan ditunjuk guru
Skor 3 : Sedikit menjawab pertanyaan tanpa ditunjuk guru
Skor 4 : Aktif menjawab pertanyaan dengan ditunjuk guru
Skor 5 : Aktif menjawab pertanyaan tanpa ditunjuk guru
3. Mengikuti instruksi
Skor 1 : Tidak mengikuti instruksi guru dan membuat keramaian di
dalam kelas saat kegiatan pembelajaran
Skor 2 : Tidak membuat keramaian tapi melakukan kegiatan yang tidak
berhubungan dengan instruksi guru
Skor 3 : Mengikuti instruksi, tidak membuat keramaian tapi tidak
berani bertanya/ menjawab pertanyaan
Skor 4 : Mengikuti instruksi, tidak membuat keramaian, dan berani
bertanya/ menjawab pertanyaan dengan ditunjuk guru
Skor 5 : Mengikuti instruksi, tidak membuat keramaian dan berani
bertanya/menjawab pertanyaan tanpa ditunjuk guru
4. Berani mengemukakan pendapat
Skor 1 : Tidak berani mengemukakan pendapat
Skor 2 : Sedikit mengemukakan pendapat saat pembelajaran dengan ditunjuk guru
Skor 3 : Sedikit mengemukakan pendapat saat pembelajaran tanpa ditunjuk guru
Skor 4 : Aktif berani mengemukakan pendapat saat pembelajaran dengan ditunjuk
guru
Skor 5 : Aktif mengemukakan pendapat saat pembelajaran tanpa ditunjuk guru
6
5. Mempresentasikan hasil pembelajaran
Skor 1 : Tidak mempresentasikan hasil pembelajaran
Skor 2 : Sedikit mempresentasikan hasil pembelajaran dengan ditunjuk guru
Skor 3 : Sedikit mempresentasikan hasil pembelajaran tanpa ditunjuk guru
Skor 4 : Mempresentasikan hasil pembelajaran dengan ditunjuk guru
Skor 5 : Mempresentasikan hasil pembelajaran tanpa ditunjuk guru
Klasifikasi aktifitas
80% - 100% : Sangat baik
66% - 79% : Baik
56% - 65% : Cukup
40% - 55% : Kurang
30% - 39%% : Gagal
Observer 1 Observer 2
Munadhifah Nur Aini
1
Lampiran 27
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PSIKOMOTORIK SISWA KELAS
EKSPERIMEN
No Kode No. Pertanyaan Jumlah Rata-rata Kriteria
1 2 3 4 5
1 E-01 4 4 5 4 4 21 4,2 Sangat baik
2 E-02 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
3 E-03 3 4 4 5 4 20 4 Sangat baik
4 E-04 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
5 E-05 4 3 4 4 5 20 4 Sangat baik
6 E-06 5 4 4 4 4 21 4,2 Sangat baik
7 E-07 4 4 4 3 3 18 3,6 Baik
8 E-08 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
9 E-09 5 3 3 4 4 19 3,8 Baik
10 E-10 4 3 4 4 4 19 3,8 Baik
11 E-11 4 3 3 4 4 18 3,6 Baik
12 E-12 4 4 4 4 3 19 3,8 Baik
13 E-13 3 3 4 4 4 18 3,6 Baik
14 E-14 4 4 4 3 3 18 3,6 Baik
15 E-15 3 5 3 4 3 18 3,6 Baik
16 E-16 4 3 4 4 5 20 4 Sangat baik
17 E-17 4 4 4 4 4 20 4 Sangat baik
18 E-18 3 3 4 3 4 17 3,4 Baik
19 E-19 4 3 3 4 4 18 3,6 Baik
20 E-20 3 4 3 4 4 18 3,6 Baik
21 E-21 4 3 3 4 4 18 3,6 Baik
22 E-22 4 4 3 3 3 17 3,4 Baik
23 E-23 4 4 3 3 4 18 3,6 Baik
24 E-24 3 4 4 3 3 18 3,6 Baik
25 E-25 4 4 4 4 5 21 4,2 Sangat baik
26 E-26 4 4 4 3 3 18 3,6 Baik
27 E-27 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
28 E-28 3 5 3 4 4 20 4 Sangat baik
29 E-29 4 4 4 3 3 18 3,6 Baik
30 E-30 3 4 3 4 4 18 3,6 Baik
31 E-31 4 3 3 4 3 17 3,4 Baik
32 E-32 4 3 4 4 4 19 3,8 Baik
33 E-33 4 3 4 5 4 20 4 Sangat baik
34 E-34 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
35 E-35 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
36 E-36 3 4 3 4 4 18 3,6 Baik
37 E-37 4 3 3 3 4 17 3,4 Baik
38 E-38 3 3 4 3 3 16 3,2 Cukup
39 E-39 3 3 4 3 4 17 3,4 Baik
40 E-40 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
JUMLAH 733 146,6
Nilai = ����
���� ������� x 100 % Observer 1 = Nur Aini
= 75,5
2
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PSIKOMOTORIK SISWA KELAS
EKSPERIMEN
No Kode No. Pertanyaan Jumlah Rata-rata Kriteria
1 2 3 4 5
1 E-01 4 5 4 3 3 19 3,8 Baik
2 E-02 4 4 4 4 4 20 4 Sangat baik
3 E-03 4 4 3 4 4 19 3,8 Baik
4 E-04 4 4 3 3 4 18 3,6 Baik
5 E-05 4 3 3 4 4 18 3,6 Baik
6 E-06 4 3 4 4 4 19 3,8 Baik
7 E-07 4 4 4 3 3 18 3,6 Baik
8 E-08 4 5 4 4 4 21 4,2 Sangat baik
9 E-09 3 4 3 4 4 18 3,6 Baik
10 E-10 4 5 3 3 4 19 3,8 Baik
11 E-11 4 4 3 4 4 19 3,8 Baik
12 E-12 3 3 4 4 4 18 3,6 Baik
13 E-13 4 4 4 4 4 20 4 Sangat baik
14 E-14 4 5 3 4 4 20 4 Sangat baik
15 E-15 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
16 E-16 4 3 3 3 4 17 3,4 Baik
17 E-17 3 4 3 4 3 17 3,4 Baik
18 E-18 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
19 E-19 3 4 3 4 4 18 3,6 Baik
20 E-20 3 4 3 4 4 18 3,6 Baik
21 E-21 3 3 4 4 4 18 3,6 Baik
22 E-22 3 4 4 5 4 20 4 Sangat baik
23 E-23 4 4 4 4 5 21 4,2 Sangat baik
24 E-24 3 4 3 4 3 17 3,4 Baik
25 E-25 4 3 4 4 4 19 3,8 Baik
26 E-26 3 3 5 3 4 17 3,4 Baik
27 E-27 4 5 4 4 4 21 4,2 Sangat baik
28 E-28 4 3 4 4 4 19 3,8 Baik
29 E-29 4 3 4 4 4 19 3,8 Baik
30 E-30 5 4 4 3 4 20 4 Sangat baik
31 E-31 4 3 4 4 5 20 4 Sangat baik
32 E-32 4 3 5 4 4 20 4 Sangat baik
33 E-33 3 4 3 4 3 17 3,4 Baik
34 E-34 4 4 3 4 5 21 4,2 Sangat baik
35 E-35 4 3 5 4 4 20 4 Sangat baik
36 E-36 3 4 3 5 4 19 3,8 Baik
37 E-37 4 3 4 5 4 20 4 Sangat baik
38 E-38 3 3 4 3 4 17 3,4 Baik
39 E-39 3 3 4 5 3 18 3,6 Baik
40 E-40 3 4 4 3 4 18 3,6 Baik
JUMLAH 737 147,4
Nilai = ����
���� ������� x 100 % observer 2 = Munadhifah
= 76,7
3
Lampiran 28
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS AFEKTIF SISWA KELAS
EKSPERIMEN
No Kode No. Pertanyaan Jumlah Rata-rata Kriteria
1 2 3 4 5
1 E-01 3 4 4 3 3 17 3,4 Baik
2 E-02 3 5 4 4 4 20 4 Sangat baik
3 E-03 3 4 3 5 4 19 3,8 Baik
4 E-04 4 5 3 4 4 20 4 Sangat baik
5 E-05 4 4 3 4 3 18 3,6 Baik
6 E-06 4 4 4 3 4 19 3,8 Baik
7 E-07 4 4 4 3 4 19 3,8 Baik
8 E-08 4 4 4 4 4 20 4 Sangat baik
9 E-09 3 5 3 4 4 19 3,8 Baik
10 E-10 4 3 3 4 4 18 3,6 Baik
11 E-11 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
12 E-12 3 4 4 4 3 18 3,6 Baik
13 E-13 3 5 4 4 4 20 4 Sangat baik
14 E-14 4 3 4 3 3 17 3,4 Baik
15 E-15 4 4 4 3 3 18 3,6 Baik
16 E-16 4 4 4 4 4 20 4 Sangat baik
17 E-17 3 4 5 4 4 20 4 Sangat baik
18 E-18 3 3 4 4 4 18 3,6 Baik
19 E-19 4 3 3 3 4 17 3,4 Baik
20 E-20 3 4 5 3 4 19 3,8 Baik
21 E-21 4 3 3 3 4 17 3,4 Baik
22 E-22 3 4 4 3 3 17 3,4 Baik
23 E-23 4 3 3 3 4 17 3,4 Baik
24 E-24 3 4 4 4 3 18 3,6 Baik
25 E-25 4 4 3 4 3 18 3,6 Baik
26 E-26 3 4 5 3 3 18 3,6 Baik
27 E-27 4 4 3 4 4 19 3,8 Baik
28 E-28 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
29 E-29 4 4 4 4 4 20 4 Sangat baik
30 E-30 4 4 5 3 4 20 4 Sangat baik
31 E-31 4 4 4 4 3 19 3,8 Baik
32 E-32 4 3 3 4 4 18 3,6 Baik
33 E-33 3 4 4 4 3 18 3,6 Baik
34 E-34 3 4 3 3 4 17 3,4 Baik
35 E-35 4 4 4 3 4 19 3,8 Baik
36 E-36 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
37 E-37 4 4 5 4 4 21 4,2 Sangat bbaik
38 E-38 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
39 E-39 3 3 4 4 4 18 3,6 Baik
40 E-40 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
JUMLAH 702 140,4
Nilai = ����
���� ������� x 100 % Observer 1 = Nur Aini
= 75,7
4
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS AFEKTIF SISWA KELAS
EKSPERIMEN
No Kode No. Pertanyaan Jumlah Rata-rata Kriteria
1 2 3 4 5
1 E-01 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
2 E-02 3 5 4 4 4 20 4 Sangat baik
3 E-03 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
4 E-04 4 3 4 3 4 18 3,6 Baik
5 E-05 3 3 4 4 4 18 3,6 Baik
6 E-06 3 3 4 4 4 18 3,6 Baik
7 E-07 3 4 5 3 4 19 3,8 Baik
8 E-08 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
9 E-09 3 4 5 4 4 20 4 Sangat baik
10 E-10 4 5 4 4 4 21 4,2 Sangat baik
11 E-11 4 3 4 4 4 19 3,8 Baik
12 E-12 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
13 E-13 4 3 4 3 4 18 3,6 Baik
14 E-14 4 3 3 3 4 17 3,4 Baik
15 E-15 3 4 3 4 3 17 3,4 Baik
16 E-16 4 4 4 3 4 19 3,8 Baik
17 E-17 3 4 3 4 3 17 3,4 Baik
18 E-18 3 4 4 4 4 19 3,8 Baik
19 E-19 4 3 3 4 4 18 3,6 Baik
20 E-20 3 4 3 3 4 17 3,4 Baik
21 E-21 4 3 3 3 4 17 3,4 Baik
22 E-22 3 4 3 4 3 17 3,4 Baik
23 E-23 4 4 3 3 4 18 3,6 Baik
24 E-24 4 4 5 4 4 21 4,2 Sangat baik
25 E-25 4 3 3 4 4 19 3,8 Baik
26 E-26 3 3 4 4 4 18 3,6 Baik
27 E-27 3 4 3 4 4 18 3,6 Baik
28 E-28 3 3 3 4 3 16 3,2 Cukup
29 E-29 4 3 3 3 4 17 3,4 Baik
30 E-30 4 4 3 3 4 18 3,6 Baik
31 E-31 4 3 3 4 4 18 3,6 Baik
32 E-32 4 3 3 4 3 17 3,4 Baik
33 E-33 4 3 4 3 4 18 3,6 Baik
34 E-34 3 4 4 4 3 18 3,6 Baik
35 E-35 4 3 4 4 4 19 3,8 Baik
36 E-36 3 4 3 3 4 17 3,4 Baik
37 E-37 4 3 3 4 4 18 3,6 Baik
38 E-38 4 4 4 4 4 20 4 Sangat baik
39 E-39 2 3 4 3 4 16 3,2 Cukup
40 E-40 3 3 4 4 4 18 3,6 Baik
JUMLAH 764 152,8
Nilai = ����
���� ������� x 100 % observer 2 = Munadhifah
= 76,3
5
Lampiran 29
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PSIKOMOTORIK SISWA KELAS
KONTROL
No Kode No. Pertanyaan Jumlah Rata-rata Kriteria
1 2 3 4 5
1 K-01 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
2 K-02 3 3 3 2 2 13 2,6 Kurang
3 K-03 3 2 3 3 2 13 2,6 Kurang
4 K-04 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
5 K-05 2 3 3 3 2 13 2,6 Kurang
6 K-06 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
7 K-07 4 3 2 3 3 15 3 Cukup
8 K-08 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
9 K-09 3 3 3 2 2 13 2,6 Kurang
10 K-10 4 3 3 3 2 15 3 Cukup
11 K-11 2 3 3 2 3 13 2,6 Kurang
12 K-12 3 3 3 4 3 16 3,2 Cukup
13 K-13 3 3 4 3 2 15 3 Cukup
14 K-14 2 3 3 3 3 14 2,8 Cukup
15 K-15 3 3 3 2 3 14 2,8 Cukup
16 K-16 3 3 3 3 2 14 2,8 Cukup
17 K-17 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
18 K-18 3 2 4 3 3 15 3 Cukup
19 K-19 4 3 3 4 2 16 3,2 Cukup
20 K-20 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
21 K-21 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
22 K-22 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
23 K-23 2 4 3 3 2 15 3 Cukup
24 K-24 3 4 2 3 3 15 3 Cukup
25 K-25 4 3 3 2 3 15 3 Cukup
26 K-26 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
27 K-27 3 4 3 2 3 15 3 Cukup
28 K-28 2 3 3 4 2 14 2,8 Cukup
29 K-29 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
30 K-30 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
31 K-31 3 3 3 2 3 14 2,8 Cukup
32 K-32 3 3 3 3 2 14 2,8 Cukup
33 K-33 3 3 4 2 3 15 3 Cukup
34 K-34 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
35 K-35 2 3 3 3 3 14 2,8 Cukup
36 K-36 3 3 3 2 4 15 3 Cukup
37 K-37 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
38 K-38 2 3 2 3 3 13 2,6 Kurang
39 K-39 3 3 4 3 4 17 3,4 Baik
40 K-40 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
JUMLAH 589 117,8
Nilai = ����
���� ������� x 100 % observer 1 = Nur Aini
= 58,9
6
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PSIKOMOTORIK SISWA KELAS
KONTROL
No Kode No. Pertanyaan Jumlah Rata-rata Kriteria
1 2 3 4 5
1 K-01 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
2 K-02 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
3 K-03 3 2 3 3 3 14 2,8 Cukup
4 K-04 4 3 3 3 2 15 3 Cukup
5 K-05 3 3 3 2 2 13 2,6 Kurang
6 K-06 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
7 K-07 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
8 K-08 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
9 K-09 3 3 3 2 2 13 2,6 Kurang
10 K-10 4 3 3 3 2 15 3 Cukup
11 K-11 3 3 3 2 3 14 2,8 Cukup
12 K-12 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
13 K-13 3 3 4 3 2 15 3 Cukup
14 K-14 2 3 3 3 3 14 2,8 Cukup
15 K-15 3 3 3 4 3 16 3,2 Cukup
16 K-16 4 3 3 3 2 15 3 Cukup
17 K-17 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
18 K-18 3 3 2 3 4 15 3 Cukup
19 K-19 2 3 3 3 3 15 3 Cukup
20 K-20 3 2 3 3 3 14 2,8 Cukup
21 K-21 2 3 3 3 3 14 2,8 Cukup
22 K-22 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
23 K-23 2 2 3 3 3 13 2,6 Kurang
24 K-24 3 2 3 3 3 14 2,8 Cukup
25 K-25 2 3 3 2 3 13 2,6 Kurang
26 K-26 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
27 K-27 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
28 K-28 3 3 3 2 3 14 2,8 Cukup
29 K-29 2 2 3 3 3 13 2,6 Kurang
30 K-30 3 2 3 3 2 13 2,6 Kurang
31 K-31 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
32 K-32 4 3 3 2 3 15 3 Cukup
33 K-33 3 3 4 3 3 16 3,2 Cukup
34 K-34 3 4 3 2 2 14 2,8 Cukup
35 K-35 4 3 3 3 2 15 3 Cukup
36 K-36 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
37 K-37 2 3 3 3 4 15 3 Cukup
38 K-38 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
39 K-39 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
40 K-40 3 2 3 3 3 14 2,8 Cukup
JUMLAH 578 115,6
Nilai = ����
���� ������� x 100 % observer 2 = Munadhifah
= 57,8
7
Lampiran 30
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS AFEKTIF SISWA KELAS
KONTROL
No Kode No. Pertanyaan Jumlah Rata-rata Kriteria
1 2 3 4 5
1 K-01 3 2 2 3 3 13 2,6 Cukup
2 K-02 3 3 3 3 4 16 3,2 Cukup
3 K-03 2 2 3 3 2 12 2,4 Kurang
4 K-04 2 3 3 3 3 14 2,8 Cukup
5 K-05 3 2 3 2 2 12 2,4 Kurang
6 K-06 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
7 K-07 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
8 K-08 3 2 3 3 3 14 2,8 Cukup
9 K-09 3 3 3 2 2 13 2,6 Kurang
10 K-10 3 3 3 3 2 14 2,8 Cukup
11 K-11 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
12 K-12 3 3 4 4 3 17 3,4 Baik
13 K-13 3 3 3 3 2 14 2,8 Cukup
14 K-14 2 3 3 2 3 13 2,6 Kurang
15 K-15 3 3 3 2 2 13 2,6 Kurang
16 K-16 4 3 3 3 2 15 3 Cukup
17 K-17 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
18 K-18 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
19 K-19 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
20 K-20 3 3 3 3 4 16 3,2 Cukup
21 K-21 4 3 3 3 2 15 3 Cukup
22 K-22 3 2 3 3 3 14 2,8 Cukup
23 K-23 2 2 3 3 2 12 2,4 Cukup
24 K-24 3 2 3 3 3 14 2,8 Cukup
25 K-25 3 3 3 2 3 14 2,8 Cukup
26 K-26 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
27 K-27 3 2 3 2 3 13 2,6 Kurang
28 K-28 3 3 3 2 3 14 2,8 Cukup
29 K-29 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
30 K-30 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
31 K-31 3 3 3 2 3 14 2,8 Cukup
32 K-32 3 3 3 4 3 16 3,2 Cukup
33 K-33 3 3 2 4 3 15 3 Cukup
34 K-34 2 2 3 3 3 13 2,6 Kurang
35 K-35 2 3 3 3 3 14 2,8 Cukup
36 K-36 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
37 K-37 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
38 K-38 3 3 2 2 3 13 2,6 Kurang
39 K-39 3 3 4 3 2 15 3 Cukup
40 K-40 3 2 3 2 3 13 2,6 Kurang
JUMLAH 576 115,2
Nilai = ����
���� ������� x 100 % Observer 1 = Nur Aini
= 57,6
8
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS AFEKTIF SISWA KELAS
KONTROL
No Kode No. Pertanyaan Jumlah Rata-rata Kriteria
1 2 3 4 5
1 K-01 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
2 K-02 3 3 3 3 4 16 3,2 Cukup
3 K-03 3 2 2 3 3 13 2,6 Kurang
4 K-04 2 3 3 3 3 14 2,8 Cukup
5 K-05 2 3 3 2 2 12 2,4 Kurang
6 K-06 2 3 2 3 3 13 2,6 Kurang
7 K-07 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
8 K-08 3 2 3 3 3 14 2,8 Cukup
9 K-09 2 3 3 2 2 12 2,4 Kurang
10 K-10 4 3 3 3 2 15 3 Cukup
11 K-11 3 3 3 2 3 14 2,8 Cukup
12 K-12 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
13 K-13 3 3 3 3 4 16 3,2 Cukup
14 K-14 2 3 3 3 3 14 2,8 Cukup
15 K-15 3 2 3 2 3 13 2,6 Kurang
16 K-16 3 3 3 3 2 14 2,8 Cukup
17 K-17 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
18 K-18 3 3 4 3 4 17 2,8 Baik
19 K-19 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
20 K-20 3 4 3 3 2 15 3 Cukup
21 K-21 4 2 3 3 3 15 3 Cukup
22 K-22 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
23 K-23 3 3 3 3 2 14 2,8 Cukup
24 K-24 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
25 K-25 2 3 3 3 3 14 2,8 Cukup
26 K-26 3 3 2 3 3 14 2,8 Cukup
27 K-27 3 4 3 4 3 17 3,4 Baik
28 K-28 3 3 3 4 3 16 3,2 Cukup
29 K-29 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
30 K-30 3 2 3 3 2 13 2,6 Kurang
31 K-31 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
32 K-32 4 3 3 2 2 14 2,8 Cukup
33 K-33 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
34 K-34 3 2 3 3 3 14 2,8 Cukup
35 K-35 4 3 3 3 3 16 3,2 Cukup
36 K-36 3 4 3 3 3 16 3,2 Cukup
37 K-37 3 3 3 3 2 14 2,8 Cukup
38 K-38 3 3 4 3 3 16 3,2 Cukup
39 K-39 3 3 3 3 3 15 3 Cukup
40 K-40 3 2 3 3 3 14 2,8 Cukup
JUMLAH 584 116,8
Nilai = ����
���� ������� x 100 % Observer 2 = Munadhifah
= 58,4
9
Rata-Rata Lembar Observasi Aktivitas Psikomotorik Siswa
Kelas Observer I Observer II Rata-rata
Eksperimen 75,5 76,7 76,6
Kontrol 58,9 57,8 58,35
Rata-Rata Lembar Observasi Aktivitas Afektif Siswa
Kelas Observer I Observer II Rata-rata
Eksperimen 75,7 76,3 76
Kontrol 57,6 58,4 58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nur Aini
Tempat/ tanggal lahir : Demak/ 10 Maret 1990
Alamat : Kalisari Rt: 03/05 Sayung Demak
Jenjang Pendidikan :
1. SD N 3 Sayung Lulus Tahun 2002
2. MTs An-Nidham Sayung Lulus Tahun 2005
3. MAN 1 Semarang Lulus Tahun 2008
4. IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2008
Semarang, 18 Juni 2012
Nur Aini
083711020