efektivitas penggunaan model pembelajaran … · jurusan : pendidikan guru sekolahdasar s1 fakultas...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE
CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TERHADAP HASIL
BELAJAR PKN SISWA KELAS V SD INPRES PABAENG-BAENG
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
SITI NURAZMI AMIRUDDIN
NIM. 10540 9655 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (S1)
2019
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : SITI NURAZMI AMIRUDDIN
Nim : 10540 9655 15
Jurusan : Pendidikan Guru SekolahDasar S1
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) Terhadap Hasil Belajar
PKn Kelas V SD Inpres Pabaeng-baeng Kota Makassar.
Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya
sendiri, bukan hasil ciplakan atau buatan oleh orang lain.
Demikian pernytaan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Agustus 2019
Yang Membuat Permohonan
SITINURAZMI AMIRUDDIN
NIM : 10540 9655 15
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : SITI NURAZMI AMIRUDDIN
Nim : 10540 9655 15
Jurusan : Pendidikan Guru SekolahDasar S1
Fakultas : Keguruan dan IlmuPendidikan
Judul Skripsi : Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) Terhadap Hasil Belajar
PKn Kelas V SD Inpres Pabaeng-baeng Kota Makassar.
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan selalu melakukan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2 dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikan Perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran
Makassar, Agustus 2019
Yang Membuat Perjanjian
SITI NURAZMI AMIRUDDIN
NIM : 10540 9655 15
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
Kau bisa jadi yang terbaik, Kau bisa jadi yang terhebat, Jangan tunggu
keberuntungan, Kau takkan pernah tahu jika kau tak pernah mencoba,
Abdikan dirimu dan kau bisa temukan dirimu berdiri di panggung
kesuksesan.
Jangan hantui dirimu dengan kegagalan yang belum pasti sehingga
takut berbuat. Orang yang takut gagal berarti dia sudah gagal karena
kegagalan ada dibalik keberhasilan. Yakinlah tak ada orang yang tak
berpotensi gagal karena setelah itu ada keberhasilan.
Masa lalu bukan suatu penghalang. Jadikanlah pelajaran yang pernah
terjadi agar tidak terjatuh pada lubang yang sama. Dan mintalah
nasihat kepada orang-orang yang sudah sukses.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras(untuk
urusan yang lain). dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”
Q.S.Al- Insyirah, 94:6-8.
Persembahan
Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya
sederhana ini kepada :
Kedua orang tuaku Ayah Amiruddin dan Ibu Hj
Muliana yang telah mendidik, mencurahkan kasih
sayang dan memberikan motivasi serta doanya.
Saudaraku tercinta, keluarga dan sahabat-sahabatku
yang senantiasa membantu dengan tulus ikhlas baik
moril maupun materi.
Kepada teman-teman yang dengan iklas membantu
saya dalam penyusunan karya ini.
ABSTRAK
SITI NURAZMI AMIRUDDIN, 2019. “Efektivitas Penggunaan Model
Pembelajaran Value Clarification Technique (Vct) Terhadap Hasil Belajar Pkn
siswa kelas V SD Inpres Pabaeng-baeng Kota Makassar”. Skripsi Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing : Muhajir, dan Muhajirah
Hasanuddin.
Penelitian ini bertujuan menguji kebenaran tentang Apakah penggunaan
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) efektif terhadap hasil
belajar PKn kelas V SD Inpres Pa‟baeng-baeng Kota Makassar.
Penelitian ini adalah penelitian dengan jenis Pre-Experimental Design
(Nondesigns) dengan jenis desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design,
Pembelajaran diukur sebelum dan sesudah pemberian perlakuan yang bertujuan
untuk mengetahui Apakah penggunaan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) efektif terhadap hasil belajar PKn kelas V SD Inpres Pa‟baeng-
baeng Kota Makassar.
Variabel bebas dalam penelitian ini penggunaan model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT) pada mata pelajaran PKn murid kelas V SD
Inpres Pa‟baeng-baeng Kota Makassar. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas
V SD Inpres Pa‟baeng-baeng yang berjumlah 30 peserta didik. Sampel penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas V SD Inpres Pa‟baeng-baeng dengan jumlah 30
peserta didik.
Data hasil penelitian diperoleh dengan memberikan pretest pada awal
pertemuan dan posttest pada akhir pertemuan, dengan soal berbentuk uraian dan
isian kemudian di analisis menggunakan Uji-t. Berdasarkan hasil analisis
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) efektif terhadap hasil belajar PKn kelas V SD Inpres Pa‟baeng-
baeng Kota Makassar.
Kata Kunci: Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT), hasil
belajar PKn Class.
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil „Alamin puji dan syukur ke hadirat Allah subhanahu
wa ta‟ala atas segala limpahan rahmat dan segala nikmat yang selalu tercurahkan
kepada penulis, salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammmad
shallallahu alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan seluruh ummat muslim yang
tetap istiqomah pada ajarannya.
Penyusunan skripsi ini, tidak sedikit mengalami hambatan, akan tetapi atas
berkat pertolongan sang Khalik Allah subhanahu wa ta‟ala penulis dapat
mengatasinya dengan baik. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan
sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya baik berupa moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini
mulai dari awal sampai selesai. Ucapan terima kasih yang tak terhingga dan
teristimewa untuk kedua orang tua yang penulis cintai dan mencintai penulis
dengan sepenuh hati Ayahanda Sanuddin dan Ibunda Siani atas pengorbanannya
yang tak akan pernah bisa penulis balas walaupun sampai titik peluh, Dr. Muhajir,
M.Pd., selaku Pembimbing I dan Dra. Hj. Muhajirah Hasanuddin, M.Si., selaku
Pembimbing II, yang ditengah kesibukannya masih dapat meluangkan waktunya
membantu dan membimbing penulis.
Demikian juga terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak: Prof. Dr. H.
Abd. Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd. Ph.D., Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Makassar. Bapak Aliem Bahri, S.Pd., M. Pd., dan Ibu Ernawati, S.Pd, M.Pd.,
Ketua prodi dan Sekretaris prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak dan Ibu Dosen pada Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar
yang telah memberikan bekal dan ilmu pengetahuan selama mengikuti
pendidikan.
Tiada imbalan yang dapat diberikan, hanya kepada Allah subhanahu wa
ta‟ala penulis menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama
ini bernilai ibadah disisi-Nya Amin. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat yang baik untuk berbagai pihak.
Makassar, Juli 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ....................................................................................... v
KARTU KONTROL BIMBINGAN ................................................................. vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
ABSTRAK ......................................................................................................... i x
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 9
A. Landasan Teori........................................................................................ 9
1. Belajar, Hasil Belajar, dan Pembelajaran ........................................... 9
2. Konsep Pembelajaran Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Dasar .. 14
3. Model Pembelajaran Value Clarification Techique (VCT) ............. 20
4. Penelitian yang Relevan ................................................................... 29
B. KERANGKA PIKIR ............................................................................. 31
C. HIPOTESIS PENELITIAN .................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 34
A. Rancangan Penelitian ............................................................................ 34
1. Jenis Penelitian ................................................................................. 34
2. Desain Penelitian .............................................................................. 34
3. Lokasi Penelitian .............................................................................. 35
4. Waktu Penelitian .............................................................................. 36
5. Sumber Data ..................................................................................... 36
B. Populasi dan Sampel ............................................................................. 36
1. Populasi ............................................................................................ 36
2. Sampel .............................................................................................. 37
C. Definisi Operasional Variabel.............................................................. 38
D. Instrumen Penelitian ............................................................................. 39
D. Tehnik Pengumpulan Data.................................................................... 39
E. Tehnik Analisis Data ...................................................... ..................... .40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 43
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 43
B. Pembahasan Data Penelitian ................................................................. 57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 57
A. Simpulan ............................................................................................... 57
B. Saran ..................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
PERSURATAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Daftar Populasi .......................................................................................... 38
3.2 Daftar Sampel............................................................................................ 39
3.3 Tabel Kategori Penilaian ........................................................................... 42
4.1 Hasil Belajar PKn (Pretest) ....................................................................... 46
4.2 Hasil Belajar PKn (Posttest) ..................................................................... 47
4.3 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest .......................... 48
4.4 Tingkat Penguasaan Materi Pretest PKn siswa kelas V SD Inpres
Pa‟baeng- Baeng ....................................................................................... 49
4.5 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar PKn (Pretest) ................................... 50
4.6 Perhitungan untuk Mencari Mean (rata-rata) Nilai Posttest ..................... 51
4.7 Tingkat Penguasaan Materi Posttest PKn siswa kelas V SD Inpres
Pa‟baeng- Baeng ....................................................................................... 52
4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar PKn (Posttest) .................................. 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pikir ................................................................................. 33
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2. Tabel Hasil Belajar Pretest dan Posttest Siswa
Lampiran 3. Soal Pretest dan Posttest
Lampiran 4. Perhitungan untuk Mencari Nilai Mean (rata-rata) Pretest
Lampiran 5. Hasil Belajar Pretest dan Posttest
Lampiran 6. Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu pilar sebuah negara, negara yang maju
dapat diukur dari kualitas pendidikannya. Di era modern seperti sekarang ini
pendidikan menjadi hal yang sangat penting karena dengan pendidikan suatu
negara dapat berkembang menjadi negara yang maju. Pendidikan secara umum
mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri untuk dapat
hidup dan melangsungkan kehidupannya pada yang lebih baik. Kita dididik
menjadi orang yang berguna baik bagi negara, Nusa dan Bangsa. Pendidikan
pertama kali yang kita dapatkan yaitu di lingkungan keluarga (Pendidikan
informal), lingkungan sekolah (Pendidikan formal), dan lingkungan masyarakat
(Pendidikan nonformal). Oleh karena itu, setiap negara selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikannya. Selain itu pendidikan juga dapat menjadi
sarana pembentukan karakter suatu bangsa.
Bagi suatu negara sistem keyakinan atau filosofi yang isinya berupa
konsep, prinsip, serta nilai yang dianut oleh masyarakat suatu negara. Suatu pilar
kebangsaan harus kokoh dan kuat untuk menangkal berbagai bentuk ancaman dan
gangguan, baik dari dalam maupun dari luar. Berikut ini adalah 4 pilar
kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia: 1). Pilar pancasila, merupakan
pilar pertama untuk kokohnya negara-negara Indonesia. Pemikiran dasar mengapa
pancasila berperan sebagai pilar kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sila
yang terdapat dalam pancasila yang menjadi belief system. 2). Pilar Undang-
Undang Dasar 1945, merupakan pilar kedua dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di indonesia. Tidak memahami prinsip yang terdapat pada pembukaan
UUD 1945 maka tidak mungkin melakukan evaluasi terhadap pasal-pasal yang
ada pada batang tubuh UUD yang menjadi derivatnya. 3). Pilar Negara Kesatuan
Repubik Indonesia, alasan utama para pendiri bangsa indonesia memilih bentuk
negara kesatuan adalah karena sejarah strategi pecah belah yang dilakukan
Belanda bisa berhasil karena Indonesia belum bersatu pada masa penjajahan.
Terbukti, setelah negara Indonesia berbentuk negara kesatuan, taktik pecah belah
tersebut dapat dipatahkan. Inilah yang menjadi dasar dalam membentuk negara
kesatuan. 4). Pilar Bhinneka Tunggal Ika, sesanti atau semboyan yang dituangkan
dalam karyanya Kakawin Sutasoma, yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika,
Tanhana dharma mangrwa” yang berarti “berbeda-beda tetap satu, tak ada
pengabdian yang mendua”. Pada masa itu pemerintah kerajaan Majapahit
menjadikan semboyan tersebut menjadi prinsip hidup mereka. Hal ini untuk
mengantisipasi perpecahan dimasyarakat mereka yang memang terdapat
keanekaragaman agama. Meskipun mereka berbeda agama tetapi mereka tetap
satu dalam pengabdian.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan
memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan
dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan rohani dan jasmani, kepribadian yang mandiri serta rasa tanggung
jawab dan berbangsa.
Proses pendidikan, utamanya di sekolah dasar merupakan landasan
paling mendasar untuk tersel enggaranya kegiatan belajar mengajar pada jenjang
yang lebih tinggi yaitu pendidikan menengah dan jenjang pendidikan tinggi. Ini
berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid pada jenjang pendidikan
sekolah dasar. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3 dimana dijelaskan bahwa “tujuan pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan membentuk watak dan karakter serta peradaban
untuk mengembangkan potensi murid dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi murid agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pelaksanaan proses pendidikan di sekolah dasar terdiri dari beberapa
mata pelajaran salah satunya adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn). Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia
yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan
sehari-hari murid baik sebagai individu, masyarakat, warganegara dan makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib pada
semua satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Aspek-aspek yang
menjadi lingkup pelajaran ini adalah, mencakup persatuan dan kesatuan bangsa,
norma hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara,
kekuasaan dan politik, pancasila, dan globalisasi (Depdiknas, 2007). Selanjutnya
menurut Dikti, substansi kajian pendidikan kewarganegaraan mencakup : 1).
pengantar; 2). hak asasi manusia; 3). hak dan kewajiban warga negara; 4). bela
negara; 5). demokrasi; 6). wawasan nusantara; 7). ketahanan nasional; 8). politik
strategi nasional. Kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio kultural, bahasa,
usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya
adalah untuk membantu mengembangkan pendidikan pembelajaran dalam
meningkatkan nilai dan moral murid di sekolah. Tujuan utama pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam peningkatan moral adalah kedisiplinan
dan pemahaman konsep yang benar dengan memberikan pola tingkah laku yang
baik nantinya dalam bermasyarakat dan juga untuk mengembangkan sikap, etika,
nilai-nilai moral, dan adat istiadat dalam Pendidikan Kewarganegaraan.
Pembelajaran di SD adalah tahapan pembelajaran penting bagi seorang
anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan serta masa-masa
peka sebagai tempat penanaman nilai dan moral. Mengingat pentingnya tahapan
tersebut maka didedikasi, keahlian dan keterampilan para guru sekolah dasar
harus lebih profesional lebih bervariasi dan berkualitas. Sehingga, penggunaan
model yang tepat dapat memudahkan pembelajaran untuk diterapkan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada saat Magang II di
kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar, menunjukan bahwa minat
murid terhadap pembelajaran PKn masih tergolong rendah. Selain itu,
pembelajaran masih bersifat konvensioal sehingga terkadang membuat murid sulit
untuk memahami materi yang diajarkan. Pada akhirnya murid masih menganggap
pembelajaran PKn sebagai pembelajaran hafalan semata tanpa mengetahui
pentingnya pembelajaran tersebut dalam membentuk nilai dan moral yang ada
dalam dirinya dan berakibat pada rendahnya hasil belajar murid. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata pencapaian hasil belajar murid adalah 53,33.
Berdasarkan permasalahan tersebut, hal ini merupakan salah satu indikasi
perlunya perbaikan model yang kurang tepat yang digunakan oleh guru, sehingga
peneliti berusaha mencari suatu alternatif lain atau model pembelajaran lain dalam
proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang bisa memfasilitasi
yaitu Value Clarification Technique (VCT). Model pembelajaran dengan cara
mengklarifikasi nilai Value Clarification Technique (VCT) merupakan pengajaran
untuk membentuk siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang
dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis
nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa, model pembelajaran ini
diadaptasikan dengan kemampuan murid dalam proses pembelajarannya serta
membangun kemampuan murid untuk nilai dan moral murid dan meningkatkan
pemahaman konsep murid terhadap materi yang diajarkan.
Hal ini terlihat dari ketidak mampuan murid dalam menjabarkan secara
kompleks mengenai konsep yang benar, jadi untuk mengatasi masalah tentang
pemahaman konsep didalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
maka dipandang perlu untuk memilih model pembelajaran dan bagaimana proses
pelaksanaan model tersebut dalam pembelajaran, sehingga dapat ditelaah dengan
baik oleh guru maupun murid melalui cara pengajaran model yang baik. Sanjaya
(Taniredja 2017:87) menyatakan bahwa:
“Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification technique) atau
sering di singkat VCT merupakan teknik pengajaran untuk membantu
siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik
dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai
yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa”.
Menurut Djahiri (Ayu,dkk 2014:3) “VCT dimaksudkan untuk melatih
dan membina murid tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan
terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga
masyarakat”.
Melalui model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT),
murid belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam konteks pengalaman
nyata, yang meliputi aplikasi keterampilan berpikir, memecahkan masalah,
apresiasi budaya, aspirasi nilai-moral, dan pada pendidikan kewarganegaraan
pengetahuan yang dibangun melalui model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) akan ada pada diri murid sebagai perlindungan situasi
kehidupan nyata masyarakat dimana mereka hidup sehari-hari dengan bingkai
nilai kebangsaannya.
Oleh karena itu peneliti bermaksud mengadakan suatu penelitian dengan
judul “Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD Inpres Pa’baeng-
Baeng Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu : “Apakah penggunaan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) efektif terhadap hasil belajar PKn kelas V SD
Inpres Pa’baeng-Baeng Kota Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan
dalam penelitian ini yaitu: “Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) terhadap hasil belajar PKn
kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar”.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan acuan peneliti lain dalam pengembangan penelitian selanjutnya
terutama penggunaan model pe mbelajaran Value Clarificatian Technique
(VCT) dalam pembelajaran Pkn di Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) diharapkan agar
dapat diterapkan di sekolah dasar dalam pembelajaran PKn.
b. Bagi Murid
1) Dapat meningkatkan hasil belajar PKn
2) Mendapat kejelasan nilai yang diyakini
3) Dapat menerima-menilai dirinya dan posisi nilai orang lain
4) Dapat menerima serta mengambil keputusan terhadap suatu persoalan
yang berhubungan dengan pergaulannya dan kehidupan sehari-hari.
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan dan memperbaiki
proses pembelajaran pada mata pelajaran PKn melalui penerapan model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).
d. Bagi Peneliti
Sebagai acuan untuk mempelajari dan mengetahui prosedur tentang
penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) dalam pembelajaran PKn.
e. Bagi Pembaca
Dapat mengetahui sebagai relevansi dalam menambah wawasan dan
pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) dalam pembelajaran PKn.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kajian Pustaka
1. Belajar, Hasil Belajar, dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang paling utama dalam suatu
pembelajaran, hal ini berarti keberhasilan pencapaian pendidikan banyak
bergantung pada proses belajar yang dialami anak didik. Belajar menurut definisi
yang paling sederhana adalah proses yang dilakukan seseorang untuk mengubah
keadaan dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Proses belajar memegang peranan penting dalam mencapai hasil yang
baik. Ini dapat dilihat dalam berbagai aktifitas manusia. Pada dasarnya belajar
tidak dibatasi ruang, waktu dan tempat. Kapan dan dimana saja manusia
senantiasa berada dalam keadaan belajar.
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan akibat
interaksi individu dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku ini tidak
terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja di recanakan dan ada yang
dengan sendirinya terjadi karena proses kematangan. Proses yang sengaja
direncanakan agar terjadi perubahan perilaku ini disebut dengan proses belajar.
Proses ini merupakan aktvitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif
konstan dan berbekas. Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada
semua orang, serta berlangsung seumur hidup. Karena kompleksnya masalah
belajar, banyak sekali teori yang menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi.
Sutikno dalam (Fathurrohman 2011:5) menyatakan bahwa “belajar
adalah proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannyasendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Sementara itu, Skinner dalam ( Fathurrohman 2011:5) mengartikan
belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif”.
Gagne dalam Yulianti (2014:14) mendefinisikan “belajar sebagai
kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama
proses pertumbuhan. Belajar merupakan suatu peristiwa yang terjadi didalam
kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah, dan dikontrol”.
Menurut Ali dalam Yulianti (2014: 14) “belajar adalah proses perubahan
perilaku (dalam hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap,
dan sebagainya), akibat interaksi individu dengan lingkungannya”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diperoleh kesimpulan
bahwa belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu
pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan
keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Adapun
pengalaman dalam proses belajar ialah bentuk interaksi antara individu dengan
lingkungan.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh murid setelah melalui
kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang
yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar.
Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran. Menurut Winarni dalam (Mirati 2014: 41) bahwa:
“Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu
sisi murid dan dari sisi guru. Dari sisi murid, hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada
saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud
pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran”.
Soediarto dalam (Solihatin 2012:6), mendefinisikan “hasil belajar sebagai
tingkat penugasan suatu pengetahuan yang dicapai oleh murid dalam mengikuti
program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”. (Syah
2000:150) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang
dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar atau evaluasi belajar
yang dilakukan oleh guru di sekolah”.
Gegne dalam ( Baso 2016: 13) menyatakan “hasil belajar merupakan
hasil interaksi stimulus dari luar dengan pengetahuan internal siswa”.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan perilaku murid akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena
murid mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses
belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
c. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan murid dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Muhaimin (2010:132) mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah
upaya membelajarkan murid untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan
melibatkan murid mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien”.
Fontana dalam (Suherman, 2003:8) mengemukakan bahwa
“pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar
program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”.
Pembelajaran sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang No. 20
tahun 2003, adalah proses interaksi murid dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Definisi ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
oleh Oemar Hamalik, bahwa “pengajaran/pembelajaran adalah proses yang
kompleks, dimana didalamnya terjadi interaksi anatar mengajar dan belajar. Di
dalam proses ini kita akan dapat melihat berbagai aspek atau faktor, yakni guru,
murid, tujuan, metode, dan penilaian dan sebagainya” (Supriadie dan Deni
Darmawan, 2012:12). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa
pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang diatur sedemikian rupa sehingga
tercipta hubungan timbal balik antara guru dan murid untuk tujuan tertentu.
d. Efektivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti
efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah
keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas pada dasarnya
menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan
pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya.
Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat
pada bagaiman cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan
antara input dan outputnya (Siagian,2001:24).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah
suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin
banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut,
sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang
dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Media pembelajaran bisa dikatakan efektif ketika memenuhi kriteria,
diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat membawa hasil.
Ketika kita merumuskan tujuan instruksional, maka efektivitas dapat dilihat dari
seberapa jauh tujuan itu tercapai. Semakin banyak tujuan tercapai, maka semakin
efektif pula media pembelajaran tersebut.
Menurut Sondang dalam Othenk (2008: 4), efektivitas adalah
pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang
secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa
kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi
tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin
mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Abdurahmat dalam Othenk (2008: 7), efektivitas adalah pemanfaatan
sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada
waktunya. Dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya
semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari
anggota serta merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan
menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang
dicapai.
2. Konsep Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah
Dasar
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan
sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur dan moral ini diharapkan
dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari, baik sebagai
individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa, yang merupakan usaha untuk membekali murid dengan pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antarwarga dengan negara serta
pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan Negara.
Perilaku-perilaku tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam
penjelasan Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) dalam
Mirati (2014:33) yaitu “perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan
agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang
mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam
kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan”. Cholisin dalam Mirati (2014:16)
mengemukakan bahwa:
“Penddikan kewarganegaraan di Indonesia diartikan sebagai pendidikan
politik yang fokus materinya adalah peranan warga negara dalam
kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk
membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD
1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara”.
Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang disingkat dengan PKn
adalah merupakan salah satu bidang studi wajib yang dipelajari murid mulai dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan kewarganegaraan (PKn)
merupakan mata pelajaran yang berisi budi pekerti nilai-nilai, ketaatan persamaan
hak dan kewajiban serta tata krama. Khusus pada sekolah dasar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dipelajari mulai dari kelas satu sampai
dengan kelas enam.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada kelas satu
sampai dua terintegrasi pada mata pelajaran membaca. Kemudian kelas tiga
sampai dengan kelas enam sudah menjadi mata pelajaran tersendiri yaitu mata
pelajaran pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) memuat tentang nilai-nilai moral seperti; budi pekerti
seperti hal-hal yang lainnya termasuk perbuatan yang baik dan perbuatan yang
tidak baik, perbuatan jahat dan perbuatan baik, tingkah terpuji dan tidak terpuji,
kelakuan yang termaksud kejahatan atau kebaikan serta prilaku yang bermoral dan
tidak bermoral.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis
dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang diagonal. Oleh karena itu
(Pendidikan Kewarganegaraan) karena bahannya meliputi pengaruh positif dari
pendidikan di sekolah, pendidikan di rumah, dan pendidikan di luar sekolah.
Unsur-unsur ini harus dipertimbangkan dalam menyusun program Civic
Education yang diharapkan akan menolong para murid untuk:
a. Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional.
b. Dapat membuat keputusan yang cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai
macam masalah seperti masalah pribadi, masyarakat dan negara.
Branson dalam Fathurrohman dan Wuri Wuryandani (2011:10)
mengemukakan bahwa “dalam KBK kewarganegaraan telah mengarah pada
pengembangan tiga komponen PKn paradigma baru berikut adalah:
pengetahuan kewarganegaraa, keterampilan kewarganegaraan, dan karakter
kewarganegaan”. Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn perlu diberikan
pengarahan, mereka harus terbiasa untuk mendengar ataupun menerapkan serta
mencatat hal-hal yang berkaitan dengan ilmu PKn, salah satu keberhasilan
pembelajaran adalah jika murid yang diajar merasa senang dan memerlukan
materi ajar.
Berdasarkan pengertian PKn di atas maka dapat disimpulkan bahwa PKn
merupakan usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran supaya murid
mengembangkan kemampuan dirinya untuk mempunyai kecerdasan,
keterampilan, bertanggung jawab, demokratis, dan memiliki kesadaran hak serta
kewajiban sebagai warga negara.
b. Ruang Lingkup PKn di Sekolah Dasar
Mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh “pancasila dan
UUD 1945”.
Andi Baso (2016:36) mengemukakan bahwa: Ruang lingkup mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1).
Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan
keadilan. 2). Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-
peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
Sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional. 3). Hak
asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan
dan perlindungan HAM. 4). Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong
royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,
kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi
diri, persamaan kedudukan warga Negara. 5). Konstitusi negara meliputi:
Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang
pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi. 6).
Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan
daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya
politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers
dalam masyarakat demokrasi. 7). Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar
negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila
sebagai ideologi terbuka. 8). Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya,
politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
Kajian yang mencakup aspek-aspek di atas dapat disimpulkan bahwa
murid sekolah dasar diharapkan mendapatkan pengetahuan dasar PKn,
memperoleh kecakapan hidup (Skill of live) dalam bekerja,dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya dan memiliki sikap ilmiah bagi dirinya sendiri sehingga
proses pembelajaran PKn yang dikembangkan guru akan semakin dapat melayani
kebutuhan murid dan pembelajaran itu benar-benar menjadi menarik dan
bermakna.
c. Tujuan Pembelajaran PKn
Suatu pembelajaran itu bergantung pada strategi yang digunakan oleh guru
dengan tidak lupa mengingat aspek apa saja yang harus diperhatikan, misalnya
pembelajaran yang diberikan sesuai dengan perkembangan anak SD, karakteristik
cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, apabila materi
sesuai dengan model, teknik, pendekatan yang digunakan, maka tujuan
pembelajaran akan tercapai. Proses pembelajaran akan mendapatkan hasil yang
baik jika tingkat kebutuhan anak dipenuhi oleh guru, dan diimbangi dengan
suasana yang tidak membosankan.
Fathurrohman dan Wuri Wuryanti (2011:7) mengemukakan bahwa:
“Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah
untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut: 1)
Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan. 2) Berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia
agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. 3)
Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara
cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
anti-korupsi. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam
peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan
manfaatkan teknologi informasi dan komunikasi”.
Secara lebih luas menurut Susanto dalam Mirati (2014:34) tujuan
pembelajaran PKn di SD adalah “agar murid dapat memahami dan melaksanakan
hak serta kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai
warga negara terdidik dan bertanggung jawab”. Agar murid menguasai dan
memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung
jawab yang berlandaskan pancasila, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas guru dituntut untuk memiliki kekreatifan
yang tinggi serta dibutuhkan keterampilan dalam memilih media pembelajaran
yang sesuai dengan materi dan melaksanakan model pembelajaran yang tepat agar
proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar murid sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Berdasarkan tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn
memiliki tujuan yaitu menjadikan warga negara yang baik, berkarakter,
berwawasan, bermoral, warga negara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan
kewajibannya. Dengan demikian dapat, diharapkan kelak dapat menjadi bangsa
yang beradab, terampil, cerdas, dan bersikap baik sehingga mampu mengikuti
kemajuan teknologi modern.
3. Model Pembelajaran Value Clarification Techique (VCT)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model
tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai
kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah
pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan,
strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu model pembelajaran ditentukan bukan
hanya apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan,
prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem penunjang yang disyaratkan
Menurut Arends (dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Menurut Joice& Weil (dalam Isjoni, 2013:
50) model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan
sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi
pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Sedangkan Istarani
(2011: 1) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajaryang
meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan
guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam proses belajar.
Menurut Amri (2013: 34) model pembelajaran kurikulum 2013 memiliki
empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri
tersebut yaitu:
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
Dalam pembelajaran yang efektif dan bermakna peserta didik dilibatkan
secara aktif, karena peserta didik adalah pusat dari kegiatan pembelajaran serta
pembentukan kompetensi dan karakter. Model pembelajaran sangat erat kaitannya
dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru. Usahaguru dalam
membelajarkan peserta didik merupakan bagian yang sangat penting dalam
mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh
karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, teknik maupun model
pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.
Pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah suatu pola atau perencanaan yang di rancang untuk menciptakan
pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Model-model pembelajaran
variasi, salah satunya model Explicit Instruction.
b. Pengertian Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Techique
(VCT)
Mata pelajaran yang lebih baik menitikberatkan pada ranah afektif seperti
Pendidian Kewarganegaraan sangat tepat menggunakan model pembelajara Value
Clarification Techique (VCT). Pendidikan Kewarganegaraan serta mata pelajaran
sejenis berada pada ranah sikap yaitu wahana penanaman nilai, moral dan norma
baku seperti rasa sosial, nasionalisme, bahkan sistem keyakinan. Pendidikan
Kewarganegaraan seharusnya mampu mengeksplorasi internal side dan seseorang
atau wilayah dalam seseorang, dan salah satu hasil dari internal side, adalah sikap.
Sikap merupakan posisi seseorang atau keputusan seseorang sebelum berbuat,
sehingga sikap merupakan ambang batas seseorang antara sebelum melakukan
sesuatu perbuatan atau perilaku tertentu dengan berbuat atau berperilaku tertentu.
Untuk mengubah sikap inilah maka bisa mengunakan pembelajaran salah satunya
adalah Value Clarification Techique (VCT). Model pembelajaran Value
Clarification Techique (VCT) ini ditemukan pertama kali oleh Louis Raths pada
tahun 1950-an ketika mengajar di New York UnVersity Menurut Sanjaya dalam
Taniredja (2017:87) bahwa:
“Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Techique) atau sering
singkat VCT merupakan teknik pengajaran untuk membantu murid
mencari dan menentukan menentukan suatu nilai yang dianggap baik
dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganilis nilai yang
sudah ada dan tertanam dalam diri murid”.
Karakteristik nilai, moral dan norma murid yang ingin dicapai melalui
Teknik Klarifikasi Nilai (Value Clarification Techique-VCT) sebagai suatu model
dalam strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan
melaui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri murid
kemudian menyelaraskan dengan nilai-nilai baru yang hendak ditanamkan.
Menurut Adisusilo dalam Mirati (2014: 188) mengemukakan bahwa:
“VCT adalah pendidikan nilai dimana murid dilatih untuk menemukan,
memilih, menganalisis, memutuskan, mengambil sikap sendiri nilai-nilai
hidup yang ingin diperjuangkannya”.
Hall dalam (Arya, dkk 2012:4) yang menjelaskan bahwa “VCT
merupakan cara atau proses dimana pendidik membantu murid menemukan
sendiri nilai-nilai yang melatarbelakangi sikap, tingkah laku, perbuatan serta
pilihan-pilihan penting yang dibuatnya”. Menurut Djahiri dalam (Ayu, dkk
2014:3) “VCT dimaksudkan untuk melatih dan membina murid tentang
bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk
kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”. Taniredja (2017:89)
menyatakan bahwa:
“Prinsip-prinsip VCT : 1) Penanaman nilai-nilai dan pengubahan sikap
dipengaruhi banyak faktor antara lain faktor potensi diri; kepekaan
emosi, intelektual dan faktor lingkungan; norma nilai masyarakat, sistem
pendidikan dan lingkungan keluarga dan lingkungan bermain. 2) Sikap
dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa dan
kekuatan nilai yang telah tertanam atau dimiliki pada diri siswa. 3) Nilai,
moral, dan norma dipengaruhi oleh faktor perkembangan, sehingga guru
harus mempertimbangkan tingkat perkembangan moral (moral
development) dari setiap siswa. Tingkat perkembangan moral untuk
siswa dipengaruhi oleh usia dan pengaruh lingkungan terutama
lingkungan sosial. 4) Pengubahan sikap dan nilai memerlukan
keterampilan mengklarifikasi nilai/sikap secara rasional, sehingga dalam
diri bukan karena rasa kewajiban bersikap tertentu atau berbuat tertentu.
5) Pengubahan nilai memrlukan keterbukaan, karena itu pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan melalui VCT menuntut keterbukaan antara
guru dengan siswa.
Beberapa pendapat ahli tentang VCT dapat disimpulkan bahwa VCT
merupakan pembelajaran nilai yang mampu mengarahkan murid mempunyai
keterampilan atau kemampuan menentukan nilai-nilai hidup yang tepat sesuai
dengan tujuan hidupnya.
c. Tujuan Menggunakan VCT dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaran
Taniredja,dkk (2011: 88) mengungkapkan bahwa:
“Tujuan VCT dalam pembelajaran PKn adalah: 1). Mengetahui dan
mengukur tingkat kesadaran murid tentang suatu nilai, sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan dicapai.
2). Menanamkan kesadaran murid tentang nila-nilai yang dimiliki baik
tingkat yang sifat positif maupun yang negatif untuk selanjutnya
ditanamkan ke arah peningkatan dan pencapaian target nilai. 3).
Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada murid melalui cara yang rasional
(logis) dan diterima oleh murid, sehingga pada akhirnya nilai tersebut
akan menjadi milik murid sebagai proses kesadaran moral bukan
kewajiban moral. 4). Melatih murid dalam menerima-menilai dirinya dan
posisi nilai orang lain, menerima serta mengambil keputusan terhadap
suatu persoalan yang berhubungan dengan pergaulannya dan kehidupan
sehari-hari”.
Berdasarkan pendapat tersebut, tujuan menggunakan model pembelajaran
VCT dalam pembelajaran PKn adalah untuk mengetahui dan mengukur
kesadaran murid tentang nilai-nilai, menanamkan kesadaran murid tentang nilai-
nilai positif, dan melatih murid menerima nilai-nilai dirinya dan posisi orang lain
dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghargai pendapat orang lain. Adapun
pendapat Adisusilo dalam Mirati (2014:37) juga mengungkapkan bahwa:
“Tujuan menggunakan pembelajaran VCT antara lain: 1) Membantu
murid untuk menyadari dan mengidentifikasi nilainilai mereka sendiri
serta nilai-nilai orang lain. 2) Membantu murid agar mampu
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berkaitan
sengan nilai-nilai yang diyakininya. 3) Membantu murid agar mampu
menggunakan akal budi dan kesadaran emosionalnya untuk memahami
perasaan, nilai-nilai dan pola tingkah lakunya sendiri”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran
VCT adalah membantu murid supaya memiliki keterampilan atau kemampuan
untuk menentukan nilai-nilai hidup yang tepat sesuai dengan tujuan hidupnya dan
mengimpementasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga nilai- nilai tersebut
menjadi pedoman dalam bertingkah laku atau bersikap.
d. Prinsip-Prinsip VCT
Taniredja (2017: 89) menyatakan bahwa:
“Adapun prinsip-prinsip dalam Value Clarification Techique VCT adalah
sebagai berikut; (1) Penanaman nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi
banyak faktor potensi diri; kepekaan emosi, intelektual dan faktor
lingkungan; norma nilai masyarakat, sistem pendidikan dan lingkungan
keluarga serta lingkungan bermain. (2) Sikap dan perubahan sikap
dipengaruhi oleh stimulus yang diterima murid dan kekuatan nilai yang
telah tertanam atau dimiliki pada diri murid. (3) Nilai, moral dan norma
dipengaruhi oleh faktor perkembangan, sehingga guru harus
mempertimbangkan tingkat perkembangan moral (moral developmen)
dari setiap murid. Tingkat perkembangan moral untuk murid dipengaruhi
oleh usia dan pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial. (4)
Pengubahan sikap dan nilai memerlukan keterampilan mengklarifikasi
nilai/sikap secara rasional, sehingga dalam diri murid muncul kesadaran
diri bukan karena rasa kewajiban bersikap tertentu atau berbuat tertentu.
(5) Pengubahan nilai memerlukan keterbukaan, karena itu pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan melalui model pembelajaran Value
Clarification Techique (VCT) menuntut keterbukaan antara guru dengan
murid”.
e. Langkah-Langkah Pembelajaran VCT
Menurut Jarolimek dalam (Taniredja 2017:89) ada 7 tahap yang dibagi
dalam 3 tingkat yaitu:
Tingkat 1: kebebasan memilih
Pada tingkat ini terdapat 3 tahap;
1. Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang
menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara
penuh.
2. Memilih dari beberapa alternatif, artinya menentukan pilihannya dari
beberapa alternatif pilihan secara bebas.
3. Memilih setelah melakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan
timbul sebagai akibat atas pilihannya itu.
Tingkat 2: menghargai
Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran;
1. Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya,
sehingga nilai tersebut akan menjadi integral pada dirinya.
2. Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian internal dalam dirinya didepan
umum, yaitu menganggap bahwa nilai itu sebagai pilihannya sehingga harus
berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan orang lain.
Tingkat 3: berbuat
Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran;
1. Adanya kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya.
2. Mau mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya, yaitu nilai yang
menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Value Clarification Techique (VCT) memberikan
kebebasan kepada murid untuk menentukan, memilih, bertindak, dan bersikap
berdasarkan nilainya sendiri dengan bimbingan seorang guru. VCT memberi
penekakan pada pemilihan dan penentuan nilai secara bebas berdasarkan
pengalaman dan nalarnya sendiri, tidak ditentukan secara sepihak oleh pengaruh
lain seperti agama, masyararat dan lain-lain. Peran guru di sini bukan sebagai
pengajar nilai tetapi sebagai motivator dan fasilitator. Pada kegiatan
pembelajarannya guru dituntut memiliki keterampilan bertanya tingkat tinggi
untuk mengungkap nilai yang ada di dalam diri murid.
e. Kelebihan VCT
Menurut Djahiri dalam Taniredja (2017: 91) Model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) memiliki keunggulan untuk pembelajaran afektif
karena bahwa:
“(1) Mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah
internal side. (2) Mampu mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan
isi pesan materi yang disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi
guru untuk menyampaikan makna/pesan nilai/moral. (3) Mampu
mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri murid, melihat nilai
yang ada pada orang lain dan memahami nilai moral yang ada dalam
kehidupan nyata. (4) Mampu mengundang, melibatkan, membina dan
mengembangkan potensi diri murid terutama mengembangkan potensi
sikap. (5) Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari
berbagai kehidupan. (6) Mampu menangkal, meniadakan mengintervensi
dan memadukan berbagai nilai moral dalam sistem nilai dan moral yang
ada dalam diri seseorang. (7) Memberi gambaran nilai moral yang patut
diterima dan menuntun serta memotivasi untuk hidup layak dan bermoral
tinggi”.
Adisusilo dalam Mirati (2014:43) mengungkapkan bahwa model
pembelajaran VCT memiliki kelebihan diantaranya adalah:
“(1) Membantu murid untuk berproses menyadari dan mengidentifikasi
nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain. (2) Membantu murid
supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan
orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri. (3) Membantu
murid supaya mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan
berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami perasaan,
nilai-nilai, sikap dan pola tingkah laku mereka sendiri dan akhirnya
didorong untuk menghayatinya”.
Bersadarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan VCT
adalah mampu membina dan mengembangkan nilai moral, tanpa memaksakan
nilai- nilai tersebut, melainkan memberi keterampilan pada murid supaya murid
mampu memilih, mengembangkan, dan mempertanggungjawabkan nilai- nilainya
sendiri, murid dilatih untuk memecahkan persoalan hidup dan murid terlibat
dalam menolak, mengambil atau mempertahankan keputusan.
f. Kelemahan VCT
Menurut Taniredja (2017: 92) bahwa kelemahan Value Clarification
Techique VCT sebagai berikut;:
“ (a) Apabila guru tidak memiliki kemampuan melibatkan murid dengan
keterbukaan, saling pengertian dan penuh kehangatan maka murid akan
memunculkan sikap semu atau imitasi/palsu. Murid akan bersikap
menjadi murid yang sangat baik ideal patuh dan penurut namun hanya
bertujuan untuk menyenangkan guru atau memperoleh nilai yang layak.
(a) Sistem nilai yang dimiliki dan tertanam guru, murid dan masyarakat
yang kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target nilai
baik yang ingin dicapai/nilai etik. (c) Sangat dipengaruhi oleh
kemampuan guru dalam mengajar terutama memerlukan kemampuan
atau keterampilan bertanya tingkat tinggi yang mampu mengungkap dan
menggali nilai yang ada dalam diri murid. (d) Memerlukan kreaktivitas
guru dalam menggunakan media yang tersedia di lingkungan terutama
yang aktual dan faktual sehingga dekat dengan kehidupan sehari-hari
murid”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan VCT
adalah proses pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
mengajar terutama kemampuan keterampilan bertanya tingkat tinggi yang mampu
mengungkap nilai yang ada pada siswa. Jika guru yang mengajar kurang
menguasai keterampilan bertanya dan kurang melibatkan peserta didik dengan
susana ketrbukaan maka proses pembelajaran kurang efektif dan tidak tercipta
pembelajaran yang demokratis.
g. Cara Mengatasi Kelemahan VCT
Menurut Taniredja (2017: 92) bahwa:
“Cara untuk mengatasi kelemahan VCT adalah sebagai berikut: (1) Guru
berlatih dan memiliki keterampilan mengajar sesuai standar kompetensi
guru. Pengalaman guru yang berulang kali menggunakan Value
Clarification Techique (VCT) akan memberikan pengalaman yang sangat
berharga karena memunculkan model-model Value Clarification
Techique (VCT) yang merupakan modifikasi sesuai kemampuan dan
kreaktifitas guru. (2) Dalam setiap pembelajaran menggunakan tematik
atau pendekatan kontekstual, antara lain dengan mengambil topik yang
sedang terjadi dan ada disekitar murid, menyesuaikan dengan program
yang sedang dilaksanakan pemerintah”.
4. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan referensi bagi
penulis, diantaranya adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Safaruddin (2014) yang berjudul “ Penerapan
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) untuk
meningkatkan hasil belajar PKn murid kelas IV SD Negeri 106 Pinceng Pute
Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) dapat meningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran PKn. Hal
ini dapat dilihat pada siklus I yang tuntas secara individual dari 15 murid hanya
6 murid atau 40% yang memenuhi KKM dengan nilai rata-rata 60 atau berada
pada kategori rendah. Pada siklus II dari 15 murid terdapat 13 atau 86,7% telah
memenuhi KKM dengan nilai rata-rata 76,7 atau berada pada kategori tinggi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2014) yang berjudul “Penerapan
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dalam pembelajaran
PKn pada murid kelas III SD Inpres 12/79 Mattampa Walie Kecamatan Mare
Kabupaten Bone”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil
belajar murid sebelum diberikan tindakan adalah 65,74, kemudian setelah
diberikan tindakan pada siklus I dari 27 murid adalah 71,9 dan termasuk dalam
kategori rendah, dengan ketuntasan belajar murid sebanyak 70,37%, sedangkan
nilai rata-rata hasil belajar murid pada siklus II adalah 81,33 dan termasuk
dalam kategori tinggi, dengan ketuntasa belajar murid sebanyak 100%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar PKn pada murid kelas III SD Inpres 12/79 Mattampa Walie Kecamatan
Mare Kabupaten Bone murid melalui penerapan model pembelajaran value
clarification technique (VCT) mengalami peningkatan.
B. Kerangka Pikir
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya adalah
untuk membantu mengembangkan pendidikan dalam meningkatkan nilai dan
moral murid di sekolah. Rendahnya hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) disebabkan karena minat murid terhadap pembelajaran PKn masih
tergolong rendah. Selain itu, pembelajaran masih bersifat konvensioal sehingga
terkadang membuat murid sulit untuk memahami materi yang diajarkan. Pada
akhirnya murid hanya menganggap pembelajaran PKn sebagai pembelajaran
hafalan semata tanpa mengetahui pentingnya pembelajaran tersebut dalam
membentuk nilai dan moral yang ada dalam dirinya dan berakibat pada rendahnya
hasil belajar murid.
Taniredja (2017:87) mengemukakan bahwa “Mata pelajaran/mata kuliah
yang lebih menitikeratkan pada ranah afektif seperti Pendidikan Kewarganegaraan
sangat tepat menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT)”. Model ini dimaksudkan untuk menatih dan membina murid tentang
bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk
kemudian dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada penelitian ini dikaji tentang “Efektivitas Model Pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD Inpres
Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar”. Untuk mengetahui hal tersebut penelitian ini
dirancang melalui penelitian korelasional. Efektivitas Model Value Clarification
Technique (VCT) terhadap hasil belajar murid dapat dilihat dari skema kerangka
pikir berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Kondisi Awal
1. Faktor guru :
Penggunaan model pembelajaran yang masih konvensional.
2. Faktor murid :
Murid sulit untuk memahami materi yang diajarkan
Pemberian Tindakan Penerapan model pembelajaran value
clarification technique(VCT) dalam
pembelajaran PKn
Kondisi Akhir M elalui model
pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) dapat meningkatkan hasil belajar PKn kelas V
C. Hipotesis Penelitian
Adapun yang menjadi hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol atau
hipotesis nihil (H0) dalam penelitian ini adalah :
Ha : Terdapat efektifitas Penggunaan model pembelajara Value Clarification
Technique (VCT) terhadap hasil belajar PKn kelas V SD Inpres Pa‟baeng-
Baeng Kota Makassar.
H0 : Tidak terdapat efektifitas penggunaan model pembelajara Value Clarification
Technique (VCT) terhadap hasil belajar PKn kelas V SD Inpres Pa‟baeng-
Baeng Kota Makassar
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Pre-Eksperimen. Penelitian Pre-
Eksperimen belum merupakan eksperimen sungguh - sungguh karena masih
terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan
semata - mata di pengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena
tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara rondom. (Sugiyono,
2017:109).
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Pre-Eksperimental Designs bentuk
desain ini adalah One-Group Pretest-Postest Design. Menurut Sugiono
(2017:109) Pre-Eksperimental Designs hasil eksperimen merupakan variabel
dependen itu bukan semata mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini
dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara
random. Pada desain One-Group Pretest-Postest Design ini terdapat pretest
sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan
dan sesudah diberi perlakuan. Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh
treatment dianalisis dengan uji beda. Berdasarkan bentuk desain eksperimen yang
telah dijabarkan, maka pada penelitian ini menggunakan One-Group Pretest-
Postest Design. Menurut Sugiyono (2017:110) rancangan penelitian tersebut di
atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Pre test Treatment Post test
O1 X O2
Keterangan :
O1 = Hasil dari pre-test prestasi belajar murid sebelum diberikan
perlakuan
X = Perlakuan / treatment
O2 = post-test merupakan prestasi belajar murid setelah diberikan
perlakuan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini direncanakan bertempat di SD Inpres Pa‟baeng-
baeng terletak di Jl. Sultan Alauddin, Kelurahan Pa‟baeng-baeng, Kecamatan
Tamalate, Kota Makassar. Berdasarkan observasi yang dilakukan ketika
melaksanakan magang II di kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar
bahwa, minat murid terhadap pembelajaran PKn masih tergolong rendah. Selain
itu, pembelajaran masih bersifat konvensioal sehingga terkadang membuat murid
sulit untuk memahami materi yang diajarkan. Pada akhirnya murid masih
menganggap pembelajaran PKn sebagai pembelajaran hafalan semata tanpa
mengetahui pentingnya pembelajaran tersebut dalam membentuk nilai dan moral
yang ada dalam dirinya dan berakibat pada rendahnya hasil belajar murid.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019,
selama kurang lebih 2 bulan yang dimulai pada tanggal 6 Agustus sampai dengan
tanggal 6 Oktober 2018.
5. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder.
a. Data Primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan.
b. Data Sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan
dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah artikel, jurnal, serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian
yang dilakukan.
B. Subjek Penelitian
1. Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2017:117). Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah ada pada obyek/subyek yang dipelajarai,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek
itu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi adalah
keseluruhan murid kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar dengan
jumlah murid 30 orang yang terdiri dari 16 laki-laki dan 14 perempuan.
Tabel 3.1 Daftar Populasi
No Kelas Jenis kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. Kelas I 14 24 38
2. Kelas II 14 26 40
3. Kelas III 22 20 42
4. Kelas IV 18 24 42
5. Kelas V 12 14 30
6. Kelas VI 14 20 34
Jumlah total 94 128 222
(Sumber Tata Usaha SD Inpres Pa’baeng-Baeng tahun 2018/2019)
2. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut” (Sugiyono, 2017:118). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah simpel random sampling dengan metode undian. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah murid kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng
Kota Makassar dengan jumlah murid 30 orang yang terdiri dari 16 laki-laki dan 14
perempuan.
Tabel 3.2 Sampel
Kelas Jumlah siswa
V 30
Jumlah 30
(Sumber Tata Usaha SD Inpres Pa’baeng-Baeng tahun 2018/2019)
C. Definisi Operasional Variabel
“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan” (Sugiyono,
2017:60). Kerlinger dalam Sugiyono (2017:61) menyatakan bahwa “variabel
adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari”. Selanjutnya Kidder
dalam Sugiyono (2017:61), menyatakan bahwa “variabel adalah suatu kualitas
(qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya”.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitan ini adalah penggunaan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) pada mata pelajaran PKn murid kelas V SD Inpres
Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar.
b. Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar PKn murid kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota
Makassar.
D. Instrument Penelitian
“Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati” (Sugiyono, 2017:148). Adapun
instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian “Efektivitas penggunaan
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) terhadap hasil belajar
PKn kelas V SD Inpres Pa’baeng-Baeng Kota Makassar” adalah sebagai berikut:
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk Essay. Tes
tersebut dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan murid terhadap
materi pembelajaran yang diperoleh setelah menerapkan model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT) pada pembelajaran PKn.
2. Dokumentasi
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian yaitu bersumber dari
data kelas III SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar yang memuat :
a. Foto keadaan murid kelas III SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar
b. Nilai atau hasil belajar PKn murid kelas III SD Inpres Pa‟baeng-Baeng
Kota Makassar sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT)
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
awal dan tes akhir, adapun langkah-langkah pengumpulan data yang akan
dilakukan sebegai berikut :
1. Tes awal (pretest) : tes awal dilakukan sebelum treatment, pretest dilakukan
untuk mengetahui keterampilan berbicara yang dimiliki oleh siswa sebelum
digunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).
2. Treatment (pemberian perlakuan) : dalam hal ini peneliti menggunakan model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada mata pelajaran PKn.
3. Tes akhir (posttest) : setelah treatment, tindakan selanjutnya adalah posttest
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT).
F. Teknik Analisis Data
Menganalisis data yang diperolah dari hasil penelitian akan digunakan
analisis deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa nilai pretest dan
nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua nilai dengan
mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang didapatkan antara
nilai pretest dan nilai posttest. Pengajuan perbedan nilai hanya dilakukan terhadap
rerata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan tekhnik yang di sebut
uji-t (t-test). Dengan demikian langkah-langkah analisi data eksperimen dengan
model eksperimen adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data Deskriptif
Sugiyono (2017: 207) menyatakan bahwa analisis deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses penelitian dan
bersifat kuantitatif tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi. Adapun langka-langkah dalam penyusunan melalui
analisis ini adalah sebagai berikut:
a. Rumus mencari rata-rata
N
xX
Note:
X = mean
= tiap nilai dalam sebaran
N = jumlah populasi
b. Persentase nilai rata-rata
100xn
fgP
Keterangan:
P = Angka persentase
Fg = Frekuensi yang dicari persentasenya
N = Banyaknya sampel
Pedoman yang digunakan oleh peneliti yakni menggunakan kategorisasi
standar yang teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional (1985:6) yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.3 Teknik Kategori Standar Penilaian Berdasarkan Ketetapan
Depdiknas
No. Nilai Kategori 1. < 35 Sangat Kurang
2. 35-55 Kurang
3. 56-65 Cukup
4. 66-75 Cukup baik
5. 76-85 Baik
6 86-100 Sangat baik
(Depdikbud, 1985:6)
2.Analisis Data Statistik Infrensial
Sugiyono (2017: 209) menyatakan bahwa analisis infrensial adalah
tekhnik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi. Ciri dari analisis infrensial yaitu digunakan untuk
rumus statistik tertentu
Dalam pengguanan statistik infrensial ini peneliti menggunakan teknik
statistik t (uji t). Dengan tahapan sebagai berikut:
√
Ketrangan:
Md : mean dari perbedaan pretest dengan posttest
X1 : hasil belajar sebelum perlakuan(pretest)
X2 : hasil belajar setelah perlakuan (posttest)
d : deviasi masing-masing subjek (d-Md)
∑X2d : jumlah kuadrat deviasi
n : sabjek pada sampel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
SD Inpres Pa‟baeng-baeng terletak di Jl. Sultan Alauddin, Kelurahan
Pa‟baeng-baeng, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Letaknya berada di
Asrama Brimob Pa‟baeng-Baeng, Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) adalah
40307602 dan Nomor Statistik Sekolah (NSS) adalah 101190304026.
2. Gambaran Proses Belajar Di Kelas
a. Gambaran proses belajar sebelum diterapkan Model Pembelajaran Value
ClarificatIion Technique (VCT)
Gambaran proses pembelajaran PKn di kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng
Kecamatan Tamalate Kota Makassar sebelum diterapkan model pembelajaran
Value ClarificatIion Technique (VCT) adalah umumnya murid belum mampu
mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari masih
kurangnya murid yang aktif dalam proses pembelajaran. Murid cenderung kurang
memperhatikan guru saat memberikan penjelasan, sibuk dengan aktvitasnya
sendiri, dan kurang bertanya serta memberikan tanggapan terhadap materi yang
diajarkan.
Kurangnya murid yang aktif dalam proses belajar mengajar sebagian besar
disebabkan karena minat murid terhadap belajar PKn masih tergolong rendah.
Sebagian lagi disebabkan karena pembelajaran masih bersifat konvensioal
sehingga terkadang membuat mereka sulit untuk memahami materi yang
diajarkan. Pada akhirnya murid hanya menganggap pembelajaran PKn sebagai
pembelajaran hafalan semata tanpa tahu betapa pentingnya pembelajaran tersebut
dalam membentuk nilai dan moral yang ada dalam dirinya dan berakibat pada
rendahnya hasil belajar murid. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pencapaian hasil
belajar murid dalam pembelajaran PKn sebelum diterapkan model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT) adalah 53,33.
b. Gambaran proses belajar setelah diterapkan Model Pembelajaran Value
ClarificatIion Technique (VCT)
Gambaran proses pembelajaran PKn di kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng
Kecamatan Tamalate Kota Makassar setelah diterapkan model pembelajaran
Value ClarificatIion Technique (VCT) adalah sebagian besar murid mampu
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran, murid lebih memperhatikan guru saat
memberikan penjelasan, murid lebih berani mengungkapkan pendapatnya pada
saat proses pembelajaran berlangsung, murid dapat memahami dan mengambil
manfaat pembelajaran mengenai materi yang diajarkan, serta dapat berperilaku
yang lebih baik.
Melalui penerapan model Pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) dalam mata pelajaran PKn murid dapat menilai dan mengambil keputusan
terhadap suatu persoalan yang berhubungan dengan pergaulannya dan kehidupan
sehari-hari, dapat membantu murid dalam membentuk nilai dan moral yang ada
dalam dirinya. Adapun rata-rata pencapaian hasil belajar murid dalam
pembelajaran PKn setelah diterapkan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) adalah 78,66.
B. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti untuk
mendapatkan data hasil penelitian Pendidikan Kewarganegaraan, peneliti
melakukan pengamatan kesekolah terlebih dahulu dengan melihat kondisi di
sekitar sekolah tersebut. Pada tahap berikutnya melakukan proses pembelajaran
kemudian memberikan test yang sudah disiapkan sebelumnya. Dengan begitu
peneliti dapat meraih data prestasi belajar siswa.
Tujuan diberikan test adalah untuk memperoleh penilaian hasil belajar
siswa dalam memahami suatu materi dalam proses pembelajaran. Test yang
diberikan oleh peneliti ada dua yaitu pretest dan posttest. Data yang disajikan
dalam penelitian ini adalah data mentah hasil belajar PKn murid kelas V SD
Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar. Hasil belajar ini nantinya akan menjadi
alat baca yang baik dari keberhasilan penggunaan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) di SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar.
Adapun hasil pretest kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Hasil Belajar PKn (Pretest)
No. Nama Siswa Nilai
1. Aurelia Muthia 60
2. Nur Fina 50
3. Fakhirah Dzakiyah 55
4. Najwa Rasak 55
5. Nur Selvi 45
6. Nursatriani 50
7. Ilham 50
8. Zahy Faiq Zahran 40
9. Khusnul Farah 75
10. Asyfah Resky 55
11. Muh. Ardiansyah 65
12. Bayu Saputra 30
13. Muh. Dewa Nandar S. 50
14. Muh. Aksa Jaya 40
15. Muh. Fikri Fahresi 50
16. Muh. Bulhari Yusuf 65
17. Salsabila Radhifa 65
18. Maulana 40
19. Tsany Fairus Rafi 55
20. Aditya 55
21. Rifaldi Pratama 50
22. Muh. Fahresa 60
23. Muh. Fauzan 75
24. Saskia Madira Putri 55
25. Andika 60
26. St. Khumairah 45
27. Muh. Teguh Hidayat 40
28. Hisyam Alfaragil 55
29. Nur Aini 55
30. Nabila Nur Rachman 55
Jumlah 1600
Rata-Rata 53,33
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah nilai pada hasil
pretest yaitu 1.600 dengan nilai terendah adalah 30 dan nilai tertinggi adalah 75
Nilai rata-rata pada pretest adalah 55,16. Dapat dilihat pula pada tingkat
ketuntasan hasil belajar pretest, sebanyak 21 murid yang berada di klasifikasi
tidak tuntas dan 2 murid berada di klasifikasi tuntas. Hal ini membuktikan bahwa
hasil belajar PKn sebelum digunakan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) masih tergolong rendah.
Adapun hasil posttest pada kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota
Makassar dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Hasil belajar PKn (Posttest)
No. Nama Siswa Nilai
1. Aurelia Muthia 100
2. Nur Fina 95
3. Fakhirah Dzakiyah 60
4. Najwa Rasak 100
5. Nur Selvi 60
6. Nursatriani 90
7. Ilham 65
8. Zahy Faiq Zahran 80
9. Khusnul Farah 85
10. Asyfah Resky 80
11. Muh. Ardiansyah 90
12. Bayu Saputra 50
13. Muh. Dewa Nandar S. 55
14. Muh. Aksa Jaya 80
15. Muh. Fikri Fahresi 80
16. Muh. Bulhari Yusuf 85
17. Salsabila Radhifa 80
18. Maulana 80
19. Tsany Fairus Rafi 85
20. Aditya 75
21. Rifaldi Pratama 60
22. Muh. Fahresa 95
23. Muh. Fauzan 80
24. Saskia Madira Putri 100
25. Andika 75
26. St. Khumairah 85
27. Muh. Teguh Hidayat 60
28. Hisyam Alfaragil 70
29. Nur Aini 70
30. Nabila Nur Rachman 90
Jumlah 2360
Rata-Rata 78,66
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah nilai pada hasil
pretest yaitu 2360 dengan nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 100.
Nilai rata-rata pada pretest adalah 78,66. Dapat dilihat pula pada tingkat
ketuntasan hasil belajar pretest, sebanyak 7 murid yang berada di klasifikasi tidak
tuntas dan 23 murid berada di klasifikasi tuntas. Hal ini membuktikan bahwa hasil
belajar PKn sesudah digunakan metode simulasi tergolong tinggi.
C. Hasil Penelitian
1. Hasil Belajar pretest Siswa
Data hasil belajar PKn kelas V SD Inpres Pa‟baeng – Baeng Kecamatan
Tamalate Kota Makassar sebelum menggunakan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) dapat diketahui sebagai berikut :
Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest siswa kelas V SD Inpres
Pa‟baeng-baeng Kota Makassar, sebagai berikut:
Tabel 4.3. Perhitungan untuk mencari mean (rata–rata) nilai pretest
X F F.X
30 1 30
40 4 160
45 2 90
50 6 300
55 9 495
60 3 180
65 3 195
75 2 150
Jumlah 30 1.600
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 1.600, sedangkan
nilai dari N sendiri adalah 30. Oleh karena itu dapat diperoleh nilai rata-rata
(mean) sebagai berikut :
= 53.33
Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil tes
belajar PKn siswa kelas V SD Inpres Pa‟baeng-baeng Kota Makassar, sebelum
menggunakan model pembelajaran Value Clarification technique (VCT) yaitu
53.33. Adapun tingkat penguasaan materi pretest murid dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.4.Tingkat Penguasaan Materi Pretest PKn Siswa Kelas V SD Inpres
Pa’baeng-baeng
No. Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori
1. 0-59 22 73 % Sangat rendah
2. 60-69 6 20 % Rendah
3. 70-79 2 7 % Sedang
4. 80-89 0 0 % Tinggi
5. 90-100 0 0 % Sangat tinggi
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
tes belajar PKn siswa pada tahap pretest dengan menggunakan instrument test
menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat rendah
sebanyak 22 orang dengan persentase 73%, siswa yang memperoleh nilai dengan
kategori rendah sebanyak 6 orang dengan persentase 20%, siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori sedang sebanyak 2 orang dengan persentase
7%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori tinggi tidak ada dengan
persentase 0%, dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat tinggi
tidak ada dengan persentase 0%. Hasil dari persentase ini dapat dikatakan bahwa
tingkat kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran PKn sebelum
pembelajaran model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
tergolong sangat rendah.
Tabel 4.5 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Pretest
Skor Kategorisasi Frekuensi %
0 ≤ × <70 Tidak tuntas 28 93 %
70 ≤ × ≤ 100 Tuntas 2 7 %
Jumlah 30 100 %
Kriteria ketuntasan hasil belajar PKn adalah 70. Berdasarkan indikator
kriteria ketuntasan hasil belajar siswa peneliti telah menentukan jika jumlah siswa
yang mencapai atau melebihi nilai KKM 70, maka dapat dikatakan pembelajaran
tersebut berhasil dan memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar PKn secara
klasikal, sedangkan pada tabel 4.4 siswa yang dikategorikan tidak tuntas mencapai
93%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn siswa kelas V SD
Inpres Pa‟baeng-Baeng, belum memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar PKn
klasikal dimana siswa yang tuntas hanya sebesar 7%.
2. Hasil Belajar posttest Siswa
Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap kelas setelah
diberikan perlakuan, perubahan tersebut berupa hasil belajar PKn yang datanya
diperoleh setelah diberikan posttest. Perubahan tersebut dapat dilihat dari data
hasil belajar PKn siswa kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng setelah menggunakan
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada tabel Untuk
mencari mean (rata-rata) nilai post-test dari kelas V SD Inpres Pa‟baeng-baeng
Kota Makassar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.6. Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai post-test
X F F.X
50 1 50
55 1 55
60 4 240
65 1 65
70 2 140
75 2 150
80 7 560
85 4 340
90 3 270
95 2 190
100 3 300
Jumlah 30 2360
Dari data hasil posttest di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ =
2360 dan nilai dari N sendiri adalah 30. Kemudian dapat diperoleh nilai rata-rata
(mean) sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh
nilai rata-rata dari hasil belajar PKn siswa kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng
Kota Makassar, setelah menggunakan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT), yaitu 78,66 dari skor ideal 70. Adapun tingkat penguasaan
materi posttest dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7.Tingkat Penguasaan Materi Post-test Pembelajaran PKn Siswa
Kelas V SD Inpres Pa’baeng-Baeng
No. Interval Frekuensi Persentase
(%)
Kategori hasil belajar
PKn
1. 0-59 2 7% Sangat Rendah
2. 60-69 5 17% Rendah
3. 70-79 4 13% Sedang
4. 80-89 11 37% Tinggi
5. 90-100 8 27% Sangat Tinggi
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas maka dapat dilihat bahwa hasil belajar
PKn siswa pada tahap posttest dengan menggunakan instrument test menunjukkan
bahwa siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat tinggi 8 orang dengan
persentase 27%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori tinggi sebanyak 11
orang dengan persentase 37%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
sedang sebanyak 4 orang dengan persentase 13%, dan siswa yang memperoleh
nilai dengan kategori rendah sebanyak 5 orang dengan persentase 17%, sedangkan
yang memperoleh nilai dengan kategori sangat rendah sebanyak 2 orang dengan
persentase 7%. Hasil dari persentase ini dapat dikatakan bahwa tingkat
kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran PKn setelah menggunakan
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) tergolong tinggi.
Tabel 4.8.Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Inpres
Pa’baeng-Baeng Kota Makassar
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 69 Tidak tuntas 7 23%
70 – 100 Tuntas 23 77%
Jumlah 30 100%
Apabila tabel di atas dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil
belajar PKn siswa yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah siswa yang
mencapai atau melebihi nilai KKM 70 maka dapat dikatakan pembelajaran
tersebut berhasil dan memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar PKn secara
klasikal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Kelas V SD Inpres
Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar telah memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar
secara klasikal dimana siswa yang dikategorikan tuntas mencapai 77% dan siswa
yang tidak tuntas hanya 23%.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian
pre-eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest
Posttest Design yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu
kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Pada desain ini menggunakan pretest
sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian
hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) terhadap hasil belajar PKn.
Sampel diambil satu kelas yaitu kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota
Makassar.
Pada bagian ini akan dibahas hasil yang ditemukan dalam penelitian. Hasil
yang dimaksud yaitu kesimpulan yang diambil berdasarkan data yang terkumpul
dan analisis data yang telah dilakukan.
Berdasarkan data hasil belajar siswa pada tahap pretest dengan
menggunakan instrumen test diperoleh 28 siswa yang belum tuntas dan 2 siswa
yang tuntas dalam pembelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran
PKn siswa sebelum diterapkan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) tergolong sangat rendah.
Hasil belajar pada tahap post-test dengan menggunakan instrumen test
yang sama diperoleh jumlah siswa yang tidak tuntas menurun menjadi 7 siswa dan
jumlah siswa yang tuntas bertambah menjadi 23 siswa, sehingga dapat dikatakan
bahwa pembelajaran PKn setelah diterapkan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) tergolong tinggi. Jadi hasil belajar setelah
diterapkan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) mempunyai
hasil belajar yang lebih baik dibanding dengan sebelum diterapkan model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan rumus
uji t, dapat diketahui bahwa nilai thitung sebesar 11,1305. Dengan frekuensi (dk)
sebesar 30 - 1 = 29, pada taraf signifikan 0.05% diperoleh ttabel = 1.70. Oleh
karena thitung> ttabel pada taraf signifikan 0.05, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan
hipotesis alternatife (H1) diterima yang berarti model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa
kelas V SD Inpres Pa‟Baeng - Baeng. Jadi hasil belajar PKn murid setelah
menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
mempunyai hasil yang lebih baik dibanding dengan sebelum menggunakan model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT). Selain itu persentase kategori
hasil belajar PKn murid tergolong tinggi. Hal ini membuktikan bahwa
pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) dapat meningkatkan pengetahuan dan hasil belajar murid. Hasil
yang didapatkan sesuai dengan teori milik Anitah Sri (2009: 219) yang
berpendapat bahwa hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku
atau perolehan perilaku yang baru dari murid yang bersifat menetap, fungsional,
positif, dan disadari. Hal ini mengandung arti bahwa perubahan tingkah laku
secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Safaruddin (2014) yang berjudul “Penerapan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) untuk meningkatkan hasil belajar PKn murid kelas
IV SD Negeri 106 Pinceng Pute Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) dapat meningkatkan hasil belajar murid pada mata
pelajaran PKn. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pada siklus I adalah 60
menjadi 76,7 pada siklus II. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Evi Yulianti (2006) dengan judul penerapan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) dalam pembelajaran Pkn pada murid kelas III SD
Inpres 12/79 Mattampa Walie Kecamatan Mare Kabupaten Bone. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa murid menyetujui penerapan model pembelajaran value
clarification technique (VCT) dalam Pembelajaran PKn yang ditandai dengan
adanya perbedaan hasil belajar murid dari nilai rata-rata 65,74 menjadi 81,33.
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, serta merujuk pada
penelitian sebelumnya yang relevan, membuktikan bahwa model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT) efektif terhadap hasil belajar PKn kelas V
SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar.
Berdasarkan efektivitas model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) terhadap hasil belajar PKn kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng
Kota Makassar, ada murid yang merespon tinggi pada angket model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT) dan hasil belajarnya sangat tinggi. Ada
murid yang merespon tinggi pada angket model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) dan hasil belajarnya juga tinggi, ada murid yang merespon
sedang pada angket model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dan
hasil belajarnya tinggi.
.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang
diajukan,serta hasil penelitian yang didasarkan pada analisis data dan pengujian
hipotesis, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa sebelum
digunakannya model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
menunjukkan bahwa 28 siswa (93%) tidak memenuhi nilai KKM 70,00 dan 2
siswa (7%) yang memenuhi nilai KKM 70,00. Sedangkan hasil belajar PKn
setelah digunakannya model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
menunjukkan 23 siswa (77%) memenuhi nilai KKM dan 7 siswa (23%) tidak
memenuhi nilai KKM.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan
rumus uji t, dapat diketahui bahwa nilai thitung sebesar 11,1305. Dengan frekuensi
(dk) sebesar 30-1 = 29, pada taraf signifikan 0.05% diperoleh ttabel = 1.70. Oleh
karena thitung> ttabel pada taraf signifikan 0.05, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan
hipotesis alternatife (H1) diterima yang berarti model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) efektif terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V
SD Inpres Pa‟Baeng - Baeng.
Maka hipotesis yang diujikan yaitu Penggunaan model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT) efektif terhadap hasil belajar PKn kelas V
SD Inpres Pa‟baeng-baeng Kota Makassar diterima yang berarti bahwa
Penggunaan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) efektif
terhadap hasil belajar PKn kelas V.
B. Saran
Berdasarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian, hasil penelitian, dan
pembahasan hasil penelitian maka saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Siswa sebagai generasi penerus hendaknya mau dan mampu meningkatkan
belajarnya demi mencapai prestasi belajar yang maksimal. Hendaknya selalu
aktif dan disiplin dalam belajar agar apa yang dipelajari dapat bermanfaat bagi
dirinya dan orang-orang disekitarnya.
2. Guru hendaknya bertindak cermat dan berperan aktif serta berani untuk
melakukan inovasi dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman dan
hasil belajar peserta didik, antara lain dengan menerapkan model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
3. Sekolah seharusnya selalu menggunakan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) sebagai alternatif pemilihan model
pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Bagi peneliti lain, diharapkan agar dapat mengembangkan pengetahuan
penelitian yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) dan dapat mengembangkan lebih jauh
mengenai pembelajaran secara umum.
Demikianlah saran-saran yang dapat peneliti kemukakan dalam skripsi ini,
mudah-mudahan ada manfaatnya demi kemajuan dan keberhasilan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
(2003). Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas
Agus Suprijono, 2009. Cooperative learning: TEORI & APLIKASI PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran Dalam Kurikulum,
Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Arya, Gd. Wiratama, dkk. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran VCT Berbantuan
Media Cerita Bergambar terhadap Hasil Belajar Ranah Afektif
Murid Mata Pelajaran Pkn Kelas V SD, (Online),
(http://ejournal.undiksha.ac.iad/index.php/.../705, diakses 8 April 2015,
Pukul 02.30 WITA)
Ayu, Dewa Tri Wahyuni, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Value
Clarification Technique Berbantuan Media Cerita Bergambar terhadap
Hasil Belajar Pkn Murid Kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Gianyar. e-
Journal Mimbar PGSD UnVersitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD,
(Online), Vol. 2, No. 1, (http://ejournal.undiksha.ac.id/index.../1674,
diakses 8 April 2015, Pukul 02:55 WITA).
Baso, Andi. 2016. Konsep Dasar PKn SD, Makassar: Media Sembilansembilan.
Baso, Andi. 2015. Pancasila, Makassar: Media Sembilansembilan.
Baso, Andi. 2016. Pembelajaran PPKn SD Kelas Rendah, Makassar: Media
Sembilansembilan.
Depdikbud. 1985. Standar Penilaian Pendidikan.jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Fathurrohman, dan wuri wuryandani. 2011. Pembelajaran PKn Di Sekolah Dasar
(Untuk PGSD dan Guru SD). Yogyakarta: Nuha Litera.
Isjoni. 2013. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok, Bandung: Alfabeta
Istarani.2011.Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran, Medan:
Media Persada.
Mirati. 2014. Kolaborasi Value Clarification Technique (VCT) Dengan Teknik
Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Serta Mengembangkan Karakter Demokratis Murid (PTK pada
Pembelajaran PKn Kelas VB SD Negeri 25 Kota Bengkulu. Bengkulu:
Universitas Bengkulu.
Muhaimin. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta : Kencana.
0tenk.2008. Pengertian Efektivitas Dan Landasan Teori Efektifitas. Tersedia di
http//literaturbook,blogspot.co.id (diakses tanggal 2 maret 2016)
Safaruddin. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Murid Kelas IV SD
Negeri 106 Pinceng Pute Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone. Skripsi
tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sondang P, Siagian. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suherman, Eman.2009. Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi
Kompetensi Siswa. http://www.wordpress.com/html, diakses tanggal 23
desember 2012.
Supriadi, Didi & Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Syamsuri, A. Sukri, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: Panrita Press Unismuh Makassar.
Taniredja, Tukiran, dkk. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.
Bandung: Alfabeta.
Yulianti, Evi. 2014. Penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) dalam pembelajaran PKn pada murid kelas III SD Inpres 12/79
Mattampa Walie Kecamatan Mare Kabupaten Bone. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
L
A
M
P
I
R
A
N
1
RENCANA PELAKSANAAAN
PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Kompetensi Inti
1. Menerima dan menjalankan ajaran Agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai
makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan
pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih. 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang
makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan
ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri
dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah
kosakata baku
Satuan Pendidikan : SDN Inpres Pabaeng-Baeng
Kelas / Semester : V / 1
Tema 1 : Benda-Benda di Lingkungan Sekitar
Sub Tema 1 : Wujud Benda dan Cirinya
Pembelajaran Ke : 3
Alokasi Waktu : 1 Hari
PPKn
3.6 Memahami perlunya saling memenuhi keperluan hidup
Matematika 3.2 Memahami berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, desimal
dan persen) dan dapat mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan
desimal, serta melakukan perkailan dan pembagian 4.8 Mengurai sebuah pecahan sebagai hasil penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian dua buah pecahan yang dinyatakan dalam
desimal dan persen dengan berbagai kemungkinan jawaban C. Indikator
Bahasa Indonesa
1. Menjelaskan isi informasi dari bacaan tentang alam dan pengaruh kegiatan
manusia 2. Mengidentifikasi dari bacaan pengaruh penggunaan bahan kimia pada
lingkungan melalui pengamatan, misalnya penggunaan pupuk dan pestisida
secara berlebihan.
PPKn
Mengidentifikasi keperluan hidup anggota keluarga di rumah Matematika
1. Mengenal arti perkalian pecahan.
2. Melakukan operasi perkalian berbagai bentuk pecahan
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan eksplorasi, murid dapat mengidentifikasi kebutuhan sehari-hari
anggota keluargamu beserta cara memenuhinya. E. Materi Pembelajaran
Jenis-jenis kebutuhan hidup manusia F. Pendekatan dan Model Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan
ceramah
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru memberikan salam dan mengajak
semua siswa berdo‟a menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan memeriksa
kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
Menginformasikan tema yang akan
dibelajarkan yaitu tentang ” Wujud Benda
dan Cirinya”.
Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang
meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengomunikasikan dan
menyimpulkan.
10 10 Menit
Inti Guru menstimulus ide, gagasan, dan
motivasi siswa dengan memberikan narasi
keterkaitan air dengan kebersihan.
Kemudian dilanjutkan dengan meminta
siswa menyebutkan kebutuhan sehari-
harinya yang membutuhkan bantuan atau
campur tangan orang lain.
Setelah semua siswa memberikan jawaban,
guru mengkonfimasi jawaban-jawaban
siswa.
Gunakan jawaban-jawaban siswa sebagai
pengetahuan awal untuk melakukan
kegiatan-kegiatan pembelajaran berikutnya.
Secara interaktif, guru memberikan
penjelasan mengenai jenis-jenis kebutuhan.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya dan memberikan pendapat.
Setelah memahami jenis-jenis kebutuhan,
secara mandiri siswa diminta untuk
mengidentifikasi kebutuhan anggota
keluarganya dan cara memenuhinya.
45 Menit
Guru memberikan narasi sebagai
penghubung antarkompetensi. Adapun
kalimat kuncinya adalah Banjir benar-benar
telah melumpuhkan aktVitas warga. Warga
tidak bisa ke sekolah, bekerja, dan
berinteraksi satu sama lain seperti
biasa.Namun ada satu hal yang
membanggakan. Dalam suasana
keprihatinan karena banjir, jiwa solidaritas
diantara sesama warga cenderung
meningkat. Mereka saling membantu, saling
memenuhi kebutuhan terutama sandang dan
pangan. Bahkan solidaritas itu juga
ditunjukkan warga dari daerah lain yang
tidak dilanda banjir. Mereka memberikan
bantuan berupa makanan, obat-obatan,
pakaian, dan merelakan rumahnya untuk
tempat pengungsian.
Penutup Bersama-sama siswa membuat kesimpulan /
rangkuman hasil belajar selama sehari
Bertanya jawab tentang materi yang telah
dipelajari (untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi)
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan pendapatnya tentang
pembelajaran yang telah diikuti.
Melakukan penilaian hasil belajar
Mengajak semua siswa berdo‟a menurut
agama dan keyakinan masing-masing
(untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)
15 menit
H. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Sumber : a. Buku tematik terpadu untuk Guru kurikulum 2013 Kelas V, Penerbit
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, halaman 35-
43 b. Buku tematik terpadu untuk Murid kurikulum 2013 Kelas V, Penerbit
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, halaman 26-
33
2. Media/Alat Pembelajaran : Buku, gambar, dan teks
I. Penilaian
1. Penilaian kognitif : Soal Essay (terlampir)
Teknik Penilaian :
Setiap jawaban yang benar mendapatkan skor 25
Nilai =
X 100
2. Penilaian afektif : Mandiri, disiplin, dan percaya diri
Makassar, Juli 2019
Wali Kelas Mahasiswi Peneliti
Surialang, S.Pd Siti Nurazmi Amiruddin
NIP.108712272010012018 NIM.10540965515
Mengetahui,
Kepala Sekolah SD INP Pabaeng Baeng
Edrianis, S.Pd
NIP: 197001241993082003
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SDN ROMANG POLONG
Kelas / Semester : V / 1
Tema 1 : Benda-Benda di Lingkungan Sekitar
Sub Tema 1 : Wujud Benda dan Cirinya
Pembelajaran Ke : 4
Alokasi Waktu : 1 Hari
A. Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati, dan mencoba
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di
sekolah dan tempat bermain. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia
B. Kompetensi Dasar
IPS
3.1 Memahami aktVitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang,
konektVitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam
kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional 4.1 Menyajikan hasil pengamatan mengenai aktVitas dan perubahan
kehidupan manusia dalam ruang, konektVitas antar ruang dan waktu
serta dan keberlanjutannya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan
dan budaya dalam lingkup nasional dari sumber-sumber yang tersedia
PPkn
3.6 Memahami perlunya saling memenuhi keperluan hidup
Matematika
3.2 Memahami berbagai bentuk pecahan (pecaha biasa, campuran, desimal dan
persen) dan dapat mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan desimal,
serta melakukan perkalian dan pembagian 4.8 Mengurai sebuah pecahan sebagai hasil penjumlahan, pengurian dua buah
angan, perkalian, dan pembagian dua buah pecahan yang dinyatakan
dalam desimal dan persen dengan berbagai kemungkinan jawaban.
Bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dati teks laporan buku tentang makanan dan rantai
makanan, kesehatan manusia keseimbangan ekosistem, serta alam dan
pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang
makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan
ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri
dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah
kosakata baku. C. Indikator
IPS
1. Mengenal aktVitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di
bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dlam lingkup nasional. 2. Menyusun laporan secara tertulis tentang mengenai aktVitas dan
perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektVitas antarruang dan
waktu serta dan keberlanjutantannya dalam kehdupan soaial, ekonomi,
pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional.
PPkn
Mengidentifikasi kebutuhan hidup bertetangga
Matematika 1. Mengenal operasi perkalian barbagai bentuk pecahan 2. Melakukan operasi perkalian berbagai bentuk pecahan Bahasa Indonesia 1. Menjelaskan isi informasi dari bacaan tentang alam dan pengaruh kegiatan
manusia 2. Menuliskan contoh pengaruh penggunaan bahan kimia pada lingkungan
melalui pengamatan, misalnya penggunaan pupuk dan pestisida secara
berlebihan 3. Melakukan pembiasaan cara menghemat air.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan membaca, murid dapat mengidentifikasi kebutuhan hidup
bertetangga 2. Dengan mencermati, murid dapat menjawab pertanyaan mengenai perilaku
yang baik dalam bertetannga 3. Dengan membaca dan mencermati, murid dapat menyimpulkan aspek
kebutuhan dalam bertetangga E. Materi Ajar
Kebutuahn hidup bertetangga F. Pendekatan dan Model Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model : Value Clarification Technique (VCT)
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru memberikan salam dan mengajak
semua siswa berdo‟a menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan memeriksa
kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
Menginformasikan tema yang akan
dibelajarkan yaitu tentang ” Wujud Benda
dan Cirinya”.
Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang
meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengomunikasikan dan
menyimpulkan.
10 Menit
Inti Penentuan situasi yang bersifat
dilematik.
Penyajian situasi (pengalaman belajar)
melalui membacakan atau peragaan dengan
melibatkan murid, dengan cara:
pengungkapan pokok masalah, identifikasi
fakta, menentukan kesamaan pengertian,
dan menentukan masalah utama yang akan
dipecahkan.
Penentuan posisi/pendapat melalui:
penentuan pilihan indvidual, penentuan
pilihan kelompok dan kelas, klarifikasi atas
pilihan-pilihan tersebut.
Menguji alasan dengan: meminta
argumentasi, memantapkan argumen
dengan analogi, mengkaji akibat-akibat,
dan kemungkinan-kemungkinan dari
45 Menit
kenyataan.
Penyimpulan dan pengarahan
Tindak lanjut.
Penutup Bersama-sama siswa membuat kesimpulan /
rangkuman hasil belajar selama sehari
Bertanya jawab tentang materi yang telah
dipelajari (untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi)
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan pendapatnya tentang
pembelajaran yang telah diikuti.
Melakukan penilaian hasil belajar
Mengajak semua siswa berdo‟a menurut
agama dan keyakinan masing-masing
(untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)
15 menit
H. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Sumber : a. Buku tematik terpadu untuk Guru kurikulum 2013 Kelas V, Penerbit
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, halaman 35-
43 b. Buku tematik terpadu untuk Murid kurikulum 2013 Kelas V, Penerbit
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, halaman 26-
33
2. Media/Alat Pembelajaran : Buku, gambar, dan teks
I. Penilaian
1. Penilaian kognitif : Soal Essay (terlampir)
Teknik Penilaian :
Setiap jawaban yang benar mendapatkan skor 25
Nilai =
X 100
2. Penilaian afektif : Mandiri, disiplin, dan percaya diri
Makassar, Juli 2019
Wali Kelas Mahasiswi Peneliti
Surialang, S.Pd Siti Nurazmi Amiruddin
NIP.108712272010012018 NIM.10540965515
Mengetahui,
Kepala Sekolah SD INP Pabaeng Baeng
Edrianis, S.Pd
NIP: 197001241993082003
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Kompetensi Inti
1. Menerima dan menjalankan ajaran Agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.
D. Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai
makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan
pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan
dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta
Satuan Pendidikan : SD INP PABAENG BAENG
Kelas / Semester : V / 1
Tema 1 : Benda-Benda di Lingkungan Sekitar
Sub Tema 1 : Wujud Benda dan Cirinya
Pembelajaran Ke : 6
Alokasi Waktu : 1 Hari
alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
PPKn
3.3 Memahami keanekaragaman sosial, budaya dan ekonomi dalam bingkai
Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan rumah sekolah dan masyarakat 4.3 Membantu masyarakat dalam melaksanakan suatu kegiatan di lingkungan
rumah, sekolah, dan masyarakat tanpa membedakan agama, suku bangsa,
dan sosial ekonomi
IPS
3.4 Mengidentifikasi perubahan yang terjadi di alam, hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam, dan pengaruh kegiatan manusia terhadap
keseimbangan lingkungan sekitar 4.7 Menyajikan hasil laporan tentang permasalahan akibat terganggunya
keseimbangan alam akibat ulah manusia, serta memprediksi apa yang akan
terjadi jika permasalahan tersebut tidak diatasi
SBdP
3.4 Memahami prosedur dan langkah kerja dalam berkarya kreatif berdasarkan
ciri khas daerah. 4.13 Membuat karya kerajinan dari bahan tali temali.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati gambar serta menganalisis gambar dengan seksama
murid dapat memahami tema yang akan dipelajari dengan teliti
2. Dengan mengamati gambar dengan seksama murid dapat menjawab
pertanyaan berkaitan dengan tema yang sedang dipelajari. 3. Dengan memperhatikan teks bacaan murid dapat mengidentifikasi manfaat
dan arti pentingnya kerja sama di rumah, sekolah, dan masyarakat dalam
kerangka kerukunan.
4. Dengan membaca dan mencermati murid dapat menjelaskan manfaat dan
arti pentingnya kerja sama di rumah, sekolah, dan masyarakat
E. Materi Pembelajaran
1. Gambar ilustrasi 2. Teks bacaan tentang manfaat dan arti pentingnya kerja sama di rumah,
sekolah, dan masyarakat
F. Pendekatan & Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru memberikan salam dan mengajak murid
untuk berdoa (religius) menurut agama dan
kepercayan masing-masing
Guru mengecek kehadiran murid
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
ruang lingkup materi yang akan dipelajari
10 Menit
Inti Guru menciptakan suasana interaktif dan atraktif
dengan mengajak siswa melaksanakan diskusi
secara klasikal.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih para petugas diskusi, seperti pembawa
acara, sekretaris/notulis, dan lain-lain. Sementara
anak-anak yang lain bertindak sebagai peserta
diskusi.
Pembawa acara bertanggung jawab atas jalannya
diskusi. Pembawa acara juga bertugas untuk
membacakan pertanyaan-pertanyaan untuk
didiskusikan oleh peserta.
Notulis bertugas untuk mencatat kejadian-kejadian
45 Menit
yang terjadi saat diskusi berlangsung, seperti
pendapat-pendapat yang disampaikan oleh peserta
diskusi. Notulis juga bertugas untuk membuat
laporan dan kesimpulan hasil diskusi.
Setiap peserta diskusi berhak mengemukakan
pendapatnya berkaitan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh pembawa acara.
Setelah siswa memberikan pendapatnya, guru
mengkonfirmasi pendapat-pendapat siswa.
Kemudian guru memandu siswa untuk menarik
kesimpulan.
Masing-masing siswa menulis jawaban sesuai
pertanyaan pada buku siswa berdasarkan hasil
diskusi
Penutup Guru menyampaikan pesan moral untuk senantiasa
saling membantu dalam memenuhi kebutuhan di
rumah.
Guru bersama murid berdoa sebelum pulang
15 Menit
H. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Sumber :
c. Buku tematik terpadu untuk Guru kurikulum 2013 Kelas V, Penerbit
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, halaman
35-43
d. Buku tematik terpadu untuk Murid kurikulum 2013 Kelas V, Penerbit
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, halaman
26-33
2. Media/Alat Pembelajaran : Buku, gambar, dan teks.
I. Penilaian
1. Penilaian
Penilaian kognitif : Soal Essay (terlampir)
Teknik Penilaian :
Setiap jawaban yang benar mendapatkan skor 20
Nilai =
Skor
perolehan X 100
100
2. Penilaian afektif : Mandiri, disiplin, dan percaya diri
Makassar, 23 Juli 2019
Wali Kelas Mahasiswi Peneliti
Surialang, S.Pd Siti Nurazmi Amiruddin
NIP.108712272010012018 NIM.10540965515
Mengetahui,
Kepala Sekolah SD INP Pabaeng Baeng
Edrianis, S.Pd
NIP: 197001241993082003
L
A
M
P
I
R
A
N
2
TABEL HASIL BELAJAR
PRETEST DAN POSTTEST
Tabel 4.1. Hasil Tes Belajar PKn (Pretest) Siswa Kelas V SD Inpres
Pa’baeng-Baeng Kota Makassar Sebelum Menggunakan Model
Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
No Nama Siswa Nilai
1. Aurelia Muthia 60
2. Nur Fina 50
3. Fakhirah Dzakiyah 55
4. Najwa Rasak 55
5. Nur Selvi 45
6. Nursatriani 50
7. Ilham 50
8. Zahy Faiq Zahran 40
9. Khusnul Farah 75
10. Asyfah Resky 55
11. Muh. Ardiansyah 65
12. Bayu Saputra 30
13. Muh. Dewa Nandar S. 50
14. Muh. Aksa Jaya 40
15. Muh. Fikri Fahresi 50
16. Muh. Bulhari Yusuf 65
17. Salsabila Radhifa 65
18. Maulana 40
19. Tsany Fairus Rafi 55
20. Aditya 55
21. Rifaldi Pratama 50
22. Muh. Fahresa 60
23. Muh. Fauzan 75
24. Saskia Madira Putri 55
25. Andika 60
26. St. Khumairah 45
27. Muh. Teguh Hidayat 40
28. Hisyam Alfaragil 55
29. Nur Aini 55
30. Nabila Nur Rachman 55
Tabel 4.5.Hasil belajar PKn siswa (Posttest) Kelas V SD Inpres Pa’baeng-
Baeng setelah penggunaan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT)
No Nama Siswa Nilai
1. Aurelia Muthia 100
2. Nur Fina 80
3. Fakhirah Dzakiyah 60
4. Najwa Rasak 100
5. Nur Selvi 60
6. Nursatriani 90
7. Ilham 65
8. Zahy Faiq Zahran 80
9. Khusnul Farah 85
10. Asyfah Resky 80
11. Muh. Ardiansyah 90
12. Bayu Saputra 50
13. Muh. Dewa Nandar S. 55
14. Muh. Aksa Jaya 80
15. Muh. Fikri Fahresi 80
16. Muh. Bulhari Yusuf 85
17. Salsabila Radhifa 95
18. Maulana 80
19. Tsany Fairus Rafi 85
20. Aditya 75
21. Rifaldi Pratama 60
22. Muh. Fahresa 95
23. Muh. Fauzan 80
24. Saskia Madira Putri 100
25. Andika 75
26. St. Khumairah 85
27. Muh. Teguh Hidayat 60
28. Hisyam Alfaragil 70
29. Nur Aini 70
30. Nabila Nur Rachman 90
Tabel 4.7. Tabel perhitungan untuk mencari nilai selisih dari hasil post-test
dan pre-test
No X (Pre-test) Y (Post-test) d = Y - X d2
1 60 100 40 1600
2 50 95 45 2025
3 55 60 5 25
4 55 100 45 2025
5 45 60 15 225
6 50 90 40 1600
7 50 65 15 225
8 40 80 40 1600
9 75 85 25 625
10 55 80 25 625
11 65 90 25 625
12 30 50 20 400
13 50 55 5 25
14 40 80 40 1600
15 50 80 30 900
16 65 85 20 400
17 65 80 15 225
18 40 80 40 1600
19 55 85 30 900
20 55 75 20 400
21 50 60 10 100
22 60 95 35 1225
23 75 80 5 25
24 55 100 45 2025
25 60 75 25 625
26 45 85 40 1600
27 40 60 20 400
28 55 70 15 225
29 55 70 15 225
30 55 90 35 1225
∑ (6) 1600 2360 785 25325
∑ (7) 53.3333 78.6666 26.1
Tabel 4.2. Perhitungan untuk mencari mean (rata–rata) nilai pretest
X F F.X
30 1 30
40 4 160
45 2 90
50 6 300
55 9 495
60 3 180
65 3 195
75 2 150
Jumlah 30 1.600
L
A
M
P
I
R
A
N
3
Soal Pretest dan Posttest
LEMBAR PRE-TEST
Nama : ……………………….. No. Absen : ……………………….
1. Sekarang, coba identifikasikan kebutuhan sehari-hari anggota keluargamu
beserta cara memenuhinya!
No. Anggota Jenis Nama Cara
Keluarga Kebutuhan Kebutuhan Memenuhi
1. Ayah Primer
Sekunder
Tersier
2. Ibu Primer
Sekunder
Tersier
3. Anak Primer
Sekunder
Tersier
2. Apa yang akan terjadi jika kebutuhan masing-masing anggota keluargamu
ada yang tidak terpenuhi, khususnya kebutuhan primer dan sekunder?
3. Bagaimana sikapmu jika ada kebutuhanmu yang belum atau tidak bisa
dipenuhi oleh orang tuamu?
4. Menurutmu, apakah kasih sayang sesama anggota keluarga juga termasuk
kebutuhan? Jelaskan!
LEMBAR POST-TEST
NAMA :
No. Absen :
1. Tuliskan masing-masing contoh kerja sama di rumah dan di masyarakat! 2. Menurut anda, apakah yang akan terjadi jika tidak terjalin kerja sama yang baik
antara sesama teman? 3. Bagaimana cara agar tercipta kerukunan antara sesama teman di sekolah? 4. Pada hari senin Arini tidak masuk sekolah karena mengalami musibah yaitu
rumahnya terbakar. Semua barang dan perlengkapan sekolah Arini ikut
terbakar. Sebagai seorang teman yang baik, apakah yang akan kalian lakukan
untuk membantu Arini? 5. Apakah manfaat kerja sama?
L
A
M
P
I
R
A
N
4
PERHITUNGAN MENCARI
NILAI MEAN PRETEST
ANALISIS STATISTIK
Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest siswa kelas V SD Inpres Pa‟baeng-
Baeng Kota Makassar, dapat dilihat tabel di bawah ini :
Tabel 4.2. Perhitungan untuk mencari mean (rata–rata) nilai pretest
X F F.X
30 1 30
40 4 160
45 2 90
50 6 300
55 9 495
60 3 180
65 3 195
75 2 150
Jumlah 30 1.600
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 1.605, sedangkan
nilai dari N sendiri adalah 30. Oleh karena itu dapat diperoleh nilai rata-rata
(mean) sebagai berikut :
= 53.33
Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil tes
belajar PKn siswa kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar, sebelum
menggunakan model pembelajara Value Clarification Technique (VCT) yaitu
53.33. Adapun tingkat penguasaan materi pretest murid dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.3.Tingkat Penguasaan Materi PKn (Pretest) Siswa Kelas V SD Inpres
Pa’baeng-Baeng
No. Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori
6. 0-59 22 73 % Sangat rendah
7. 60-69 6 20 % Rendah
8. 70-79 2 7 % Sedang
9. 80-89 0 0 % Tinggi
10. 90-100 0 0 % Sangat tinggi
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa hasil
tes PKnbahasa Indonesia siswa pada tahap pretest dengan menggunakan
instrument test menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
sangat rendah sebanyak 22 orang dengan persentase 79%, siswa yang memperoleh
nilai dengan kategori rendah sebanyak 3 orang dengan persentase 11%, siswa
yang memperoleh nilai dengan kategori sedang sebanyak 2 orang dengan
persentase 7%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori tinggi 0 dengan
persentase 0% dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat tinggi
sebanyak 1 orang dengan persentase 3%. Hasil dari persentase ini dapat dikatakan
bahwa tingkat kemampuan siswa dalam memahami kosakata sebelum
menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
tergolong sangat rendah.
Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar
Skor Kategorisasi Frekuensi %
0 ≤ × <70 Tidak tuntas 28 93 %
70 ≤ × ≤ 100 Tuntas 2 7 %
Jumlah 30 100 %
Kriteria ketuntasan hasil belajar PKn adalah 70. Berdasarkan indikator
kriteria ketuntasan hasil belajar siswa peneliti telah menentukan jika jumlah siswa
yang mencapai atau melebihi nilai KKM 70, maka dapat dikatakan pembelajaran
tersebut berhasil dan memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar PKn secara
klasikal, sedangkan pada tabel 4.4 siswa yang dikategorikan tidak tuntas mencapai
93%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn siswa kelas V SD
Inpres Pa‟baeng-Baeng, belum memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar PKn
klasikal dimana siswa yang tuntas hanya sebesar 7%.
Untuk mencari mean (rata-rata) nilai post-test dari kelas V SD Inpres
Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.6. Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai post-test
X F F.X
50 1 50
55 1 55
60 4 240
65 1 65
70 2 140
75 2 150
80 7 560
85 4 340
90 3 270
95 2 190
100 3 300
Jumlah 30 2360
Dari data hasil posttest di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ =
2360 dan nilai dari N sendiri adalah 28. Kemudian dapat diperoleh nilai rata-rata
(mean) sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh
nilai rata-rata dari hasil belajar PKn siswa kelas V SD Inpres Pa‟baeng-Baeng
Kota Makassar, setelah menggunakan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT), yaitu 78,66 dari skor ideal 70. Adapun tingkat penguasaan
materi posttest dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7.Tingkat Penguasaan Materi Post-test Pembelajaran PKn Siswa
Kelas V SD Inpres Pa’baeng-Baeng
No. Interval Frekuensi Persentase
(%) Kategori hasil belajar
1. 0-59 2 7% Sangat Rendah
2. 60-69 5 17% Rendah
3. 70-79 4 13% Sedang
4. 80-89 11 37% Tinggi
5. 90-100 8 27% Sangat Tinggi
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas maka dapat dilihat bahwa hasil belajar
PKn siswa pada tahap posttest dengan menggunakan instrument test menunjukkan
bahwa siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat tinggi 8 orang dengan
persentase 27%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori tinggi sebanyak 11
orang dengan persentase 37%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
sedang sebanyak 4 orang dengan persentase 13%, dan siswa yang memperoleh
nilai dengan kategori rendah sebanyak 5 orang dengan persentase 17%, sedangkan
yang memperoleh nilai dengan kategori sangat rendah sebanyak 2 orang dengan
persentase 7%. Hasil dari persentase ini dapat dikatakan bahwa tingkat
kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran PKn setelah menggunakan
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) tergolong tinggi.
Tabel 4.8.Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Inpres
Pa’baeng-Baeng Kota Makassar
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 69 Tidak tuntas 7 23%
70 – 100 Tuntas 23 77%
Jumlah 30 100%
Apabila tabel di atas dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil
belajar PKn siswa yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah siswa yang
mencapai atau melebihi nilai KKM 70 maka dapat dikatakan pembelajaran
tersebut berhasil dan memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar PKn secara
klasikal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Kelas V SD Inpres
Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar telah memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar
secara klasikal dimana siswa yang dikategorikan tuntas mencapai 77% dan siswa
yang tidak tuntas hanya 23%.
2. Analisis Data dan Hasil Penelitian
1) Tabel Persiapan Menghitung thitung
Sebelum menghitung thitung, terlebih dahulu kita membuat tabel penolong
yaitu tabel perhitungan untuk mencari nilai selisih dari hasil posttest dan pretest.
Tabel 4.7. Tabel perhitungan untuk mencari nilai selisih dari hasil post-
test dan pre-test
No X (Pre-test) Y (Post-test) d = Y - X d2
1 60 100 40 1600
2 50 95 45 2025
3 55 60 5 25
4 55 100 45 2025
5 45 60 15 225
6 50 90 40 1600
7 50 65 15 225
8 40 80 40 1600
9 75 85 25 625
10 55 80 25 625
11 65 90 25 625
12 30 50 20 400
13 50 55 5 25
14 40 80 40 1600
15 50 80 30 900
16 65 85 20 400
17 65 80 15 225
18 40 80 40 1600
19 55 85 30 900
20 55 75 20 400
21 50 60 10 100
22 60 95 35 1225
23 75 80 5 25
24 55 100 45 2025
25 60 75 25 625
26 45 85 40 1600
27 40 60 20 400
28 55 70 15 225
29 55 70 15 225
30 55 90 35 1225
∑ (6) 1600 2360 785 25325
∑ (7) 78.6666 26.1
2) Mencari mean variable (x) dan variable (y)
3) Mencari mean gain (d) antara Pre-test dan Post-test.
Md = 26.1
3) Nilai Kuadrat Deviasi
= 25325 – 20540.8
= 4784.2
4) Menghitung Derajat Kebebasan
Db = n – 1
Db = 30 – 1
Db = 29
5) Mencari nilai thitung
thitung =
√
√
thitung = 11.1305
6) Menentukan harga t Tabel
Untuk mencari t Tabel peneliti menggunakan tabel distribusi t dengan taraf
signifikan = 30 – 1 = 29 maka diperoleh t 0,05 = 1.70
Setelah diperoleh thitung= 11.1305 dan ttabel = 1.70 maka diperoleh thitung >
ttabel atau 11.1305 > 1.70. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, yang
berarti bahwa hipotesis yang diujikan yaitu Penggunaan model pembelajara Value
Clarification Technique (VCT) efektif terhadap hasil belajar PKn kelas V SD
Inpres Pa‟baeng-Baeng Kota Makassar.
L
A
M
P
I
R
A
N
5
Distribusi Nilai ttabel
Distribusi Nilai ttabel
Untuk mencari ttabel peneliti menggunakan tabel distribusi t dengan taraf
signifikan = 30 – 1 = 29 maka
diperoleh t0,05 = 1,699.
L
A
M
P
I
R
A
N
6
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
SITI NURAZMI AMIRUDDIN, lahir di Barru ,
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Bulukumba, pada
tanggal 28 Februari 1998. Anak pertama dari empat
bersaudara dan buah cinta dan kasih sayang dari
pasangan suami istri Amiruddin dan Alm.Hj Muliana.
Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah
dasar di SD inpres Kampung Mejang Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2009 dan
pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di MTs Nahdlatul Ulum,
Kecamatan Barandasi Kabupaten Maros dan tamat pada tahun 2012, kemudian
melanjutkan Pendidikan ke MA PI DDI Mangkoso, Kabupaten Barru dan tamat
pada tahun 2015. Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada
Program Sarjana Pendidikan (S1) program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
dan akan menyelesaikan masa perkuliahan di Universitas Muhammadiyah
Makassar.