efendi proposal
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesionalisme yang dimiliki prajurit Batalyon Kesehatan adalah dasar-dasar
P3K dan Evakuasi (Pokera Korps Marinir 2003) .Di Batalyon Kesehatan Marinir,
tamtama merupakan bagian dari prajurit kesehatan dengan strata paling bawah.Tamtama
dalam regu kesehatan kompi mempunyai tugas bergerak disektor depan dengan fungsi
pokok memberikan P3K dan melakukan evakuasi apabila ada korban di daerah
penugasan. Untuk melengkapi kemampuan perorangan setiap tamtama diberikan buku
saku yang berisi panduan tentang P3K dengan materi yang meliputi ; penghentian
perdarahan, patah tulang, gawat jantung dan paru, sengatan panas, gigitan/sengatan
binatang, evakuasi,dan penanggulangan tenggelam. Tersedianya buku saku P3K tidak
berarti setiap tamtama memiliki kemampuan seperti yang ada dibuku tersebut. Terutama
tamtama remaja yang baru dinas dengan masa kerja kurang dari 4 tahun, masih memiliki
perilaku dalam penguasaan P3K yang sangat kurang. Hal ini disebabkan kurangnya
latihan serta kegiatan rutin yang tidak ada hubungan dengan wawasan P3K (Jaga,
pembinaan fisik ,latihan yang dititk beratkan pada kemampuan tempur individu), serta
latar belakang pendidikan mereka non kesehatan (Pers Yonkesmar 2002). Namun sampai
saat ini pengaruh latihan P3K terhadap perubahan perilaku kesehatan pada tamtama
didalam pertolongan pertama kecelakaan masih belum jelas.
Menurut data pada laporan kekuatan personel Batalyon Kesehatan Korprs Marinir
tahun 2003 jumlah personel tamtama yang belum menempuh pendidikan (SPK, AKPER,
1
LDD Kes/ Kursus P3K tingkat dasar kusus anggota tamtama) sebanyak 63,2% ( Laporan
tahunan pada tahun 2003). Dari data tersebut dapat diartikan bahwa lebih dari 50 %
tamtama belum memiliki dasar pengetahuan tentang P3K yang didapatkan dari sekolah
kesehatan.maupun kursus tingkat dasar. Kondisi tersebut berdampak pada kemampuan
tamtama sebagai prajurit yang bergerak disektor depan dalam P3K, yang berakibat
kurang profesionalnya kemampuan prajurit kesehatan yang dalam setiap penugasan.
Batalyon Kesehatan Marinir sebagai bagian dari kesehatan TNI AL dibawah
pembinaan Korps Marinir yang bertugas membina dan menyediakan kekuatan untuk
melaksanakan dukungan kesehatan dalam rangka pelaksanaan tugas latihan maupun
dalam operasi tempur(Binpers TNI AL 1996). Agar dukungan kesehatan yang diberikan
dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna , maka kemampuan prajurit
kesehatan sebagai pendukung utama harus benar-benar profesional dibidangnya.
Kenyataanya kemampuan tamtama tentang dasar-dasar P3K masih kurang ,hal ini
mungkin disebabkan karena beberapa hal antara lain latar belakang pendidikan yang
tidak sesuai dengan fungsi sebagai tamtama kesehatan (SMP ,SMU, SMK non
kesehatan ) serta kegiatan yang dilaksanakan setiap hari kebanyakan bersifat rutinitas,
misalnya apel pagi, pembinaan fisik, dinas dipenjagaan dan tugas lain yang tidak ada
hubungannya dengan kemampuan pembinaan dibidang kesehatan, dan kurangnya latihan
yang berhubungan dengan P3K. Sehingga hal ini berdampak pada kurang
profesionalismenya prajurit kesehatan dalam melakukan P3K ditempat latihan maupun
pada saat di daerah penugasan.
Kemampuan prajurit tamtama yang bertugas disektor depan masih kurang dalam
hal P3K. Dengan adanya latihan yang rutin maka kemampuan tamtama kesehatan dalam
2
pelaksanaan P3K akan terasah dan berdampak pada perubahan perilaku dalam P3K,
sehingga profesionalisme benar-benar ditonjolkan. Hal ini seperti yang disampaikan
oleh Andrew.E Sikula yang dikutip oleh Anwar Prabu Negoro (2000), bahwa hampir
90% dari pengetahuan pekerjaan (latihan P3K) diperoleh melalui On The Job Training
yaitu latihan ditempat kerja yaitu dengan cara demonstrasi berupa praktek menyelesaikan
sesuatu dalam rangka meningkatkan skill atau keterampilan. Solusi yang digunakan
untuk bisa memenuhi tuntutan tersebut diperlukan latihan, menurut (Anwar Prabu
Mangku Negoro ; 2000), tujuan latihan adalah untuk meningkatkan penghayatan jiwa dan
ideologi, meningkatkan kualitas kerja, meningkatkan sikap moral dan semangat kerja,
serta meningkatkan kemampuan. Untuk itu peneliti mencoba memberikan latihan untuk
meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat merubah
perilaku Tamtama Kesehatan dalam melaksanakan P3K secara optimal.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah perilaku tamtama dalam melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan sebelum dilaksanakan latihan P3K ?
2. Apakah pengaruh latihan P3K terhadap perubahan tingkat pengetahuan pada
tamtama dalam pertolongan pertama pada kecelakaan ?
3. Apakah pengaruh latihan P3K terhadap perubahan sikap pada tamtama dalam
pertolongan pertama pada kecelakaan ?
4. Apakah pengaruh latihan P3K terhadap perubahan ketrampilan pada tamtama
dalam perolongan pertama pada kecelakaan ?
3
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Membuktikan pengaruh latihan P3K terhadap perubahan perilaku kesehatan
dalam pertolongan pertama kecelakaan pada tamtama di Batalyon Kesehatan Korps
Marinir Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini diarahkan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi pengaruh latihan terhadap perubahan pengetahuan tamtama
tentang P3K.
2. Mengidentifikasikan pengaruh latihan terhadap perubahan sikap tamtama dalam
P3K
3. Mengidentifikasikan pengaruh latihan P3K terhadap perubahan keterampilan
tamtama Yonkesmar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam
pengembangan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang P3K.
1.4.2 Praktis
1. Sebagai bahan masukan bagi Perwira Yonkesmar untuk memberikan saran dan
pertimbangan kepada Komandan dalam pengembangan latihan selanjutnya.
2. Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pada tamtama Yonkesmar yang
belum sekolah formal dikesehatan (SPK dan Akper) dalam menambah pengetahuan
tentang P3K.
4
3. Dapat dijadikan salah satu sumber data untuk malaksanakan latihan dengan tingkat
yang lebih besar.
4. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi yonkesmar
sebagai salah satu bahan materi untuk pelaksanaan latihan P3K selanjutnya.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan beberapa konsep yang mendasari penelitian yaitu
tentang (1) Pendidikan Kesehatan, (2) Perilaku, (3) Latihan Dasar P3K.
2.1 Pendidikan Kesehatan
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan Kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat sadar, tahu dan
mengerti, juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan. (Azrul Anwar, dikutip oleh Nasrul Efendy,1995 ).
Menurut WHO dalam Ottawwa Charter,1986 seperti yang dikutip
Notoatmodjo,2003 bahwa pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatan dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu untuk mencapai derajad kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan
sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya dan mampu mengubah dan mengatasi lingkungannya.
2.1.2 Tujuan Pendidikan
Menurut Nasrul Efendy (1995), tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok
adalah :
1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina
dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
6
2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3) Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku
perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa tujuan akhir dari pendidikan kesehatan
adalah masyarakat dapat memperaktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan
masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style)
2.1.3 Sasaran Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa berdasarkan pentahapan
upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran :
1) Sasaran Primer (primary target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau
promosi kesehatan,maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi : kepala keluarga
untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA, anak
sekolah untuk kesehatan remaja dan sebagainya. Upaya ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat (empowerment)
2) Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran ini terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya,
karena kelompok ini merupkan contoh / acuan perilaku sehat dan diharapakan akan
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sekitarnya, maka para tokoh
masyarakat ini akan memberikan contoh dan acuan perilaku. Upaya ini sejalan degan
strategi dukungan sosial (social support)
7
3) Sasaran Tersier (tertiary target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah
adalah sasaran tertier, dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh
kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat dan
masyarakat umum. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tertier
sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
Faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan pendidikan
kesehatan diantaranya : tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat,
kepercayaan masyarakat dan ketersediaan waktu dari masyarakat.
2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang mempunyai masukan dan
keluaran, yaitu suatu proses menuju tercapainya tujuan pendidikan dengan sasaran
perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh banyak factor salah satunya yaitu factor
metode dan alat-alat bantu pendidikan yang dipakai. Untuk sasaran massa, harus berbeda
dengan sasaran individual dan sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa metode pendidikan, yaitu :
1) Metode pendidikan individual (perorangan)
Metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku
baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku
baru tersebut.
8
Bentuk pendekatan ini antara lain :
(1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
(2) Wawancara (interview)
2) Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran, misal :
(1) Kelompok besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan Itu lebih
dari 15 orang. Metode yang paling baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan
seminar.
(2) Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang, kelompok kecil ini antara lain :
diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling),
kelompok-kelompok kecil (buzz group), memainkan peran (role Play) dan
permainan simulasi (simulation game).
3) Metode pendidikan massa
Metode pendidikan massa (pendekatan), massa cocok untuk mengkomunikasikan
pesan - pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Contoh metode ini
adalah : ceramah umum, pidato / diskusi tentang kesehatan dimedia elektronik,
simulasi, tulisan-tulisan dimajalah atau Koran, billboard yang dipasang dipinggir
jalan, spanduk, poster dan lain-lain.
9
2.1.5 Alat Bantu / Media Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan alat Bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan
oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran, alat Bantu ini
sering disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan
memperagakan sesuatau didalam proses pendidikan ( Notoatmodjo,2003 )
2. Manfaat Alat Bantu Pendidikan
1) Menimbulakan minat sasaran pendidikan
2) Mencapai sasaran yang lebih baik
3) Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima
kepada orang lain.
5) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan
6) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan
akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik
7) Membantu penegakan pengertian yang diperoleh, sehingga apa yang diterima akan
lebih lama dalam ingatan
3. Macam-macam alat Bantu pendidikan
1) Alat bantu lihat (visual aids), missal yang diproyeksikan yaitu : slide, film. Yang
tidak diproyeksikan, misalnya : gambar peta, bagan, boneka dan lain-lain.
2) Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan
10
pendidikan atau pengajaran, misalnya : piring hitam, radio, pita suara, dan
sebagainya.
3) Alat bantu lihat dan dengar, misalnya : televisi dan video cassette.
4. Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan
1) Sasaran, misalnya : individu atau kelompok, kategori sasaran (kelompok umur,
pendidikan, pekerjaan), bahasa yang digunakan, adat istiadat, kebiasaan, minat dan
perhatian.
2) Tempat memasang misalnya : didalam keluarga, dimasyarakat, instansi-instansi
(puskesmas, rumah sakit, kantor, sekolah ,dan sebagainya)
3) Sedapat mungkin dipergunakan oleh : petugas-petugas kesehatan, guru sekolah,
tokoh masyarakat, pamong desa dan sebagainya.
5. Merencanakan dan menggunakan alat peraga.
Sebelum menggunakan alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga
yang paling penting dan tepat untuk digunakan, dan tujuan yang hendak dicapai;
1) Tujuan pendidikan:
(1) Menanamkan dan pengetahuan/pengertian, pendapatdan konsep-konsep.
(2) Mengubah sikap dan persepsi.
(3) Menamkan tingkah laku /kebiasaan yang baru.
2) Tujuan penggunaan alat peraga
(1) Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidkan
(2) Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah
(3) Untukmengingatkan suatu pesan/informasi
(4) Untuk menjelaskan fakta-fakta,prosedur,tindakan
11
6. Media Pendidikan Kesehatan
Merupakan saluran (chanel) untuk menyampaikan informasi kesehatan digunakan
untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat,berdasarkan
fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan media ini dibagi menjadi :
1) Media Cetak
Media cetak sebagai alat Bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan antara lain
sebagai berikut :
(1) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan – pesan kesehatan dalam
bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.
(2) Lembaran (Leaflet), ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan – pesan
kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk
kalimat maupun gambar atau kombinasi.
(3) Selebaran (flyer), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.
(4) Lembar balik ( flip chart), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan
dalam bentuk buku dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran
baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan
gambar tersebut.
(5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu
masalah kesehatan , atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
(6) Poster iadalah bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan kesehatan yang
biasanya ditempel ditembok-tembok, ditempat-tempat umum atau di kendaraan
umum.
(7) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
12
2) Media Elektronik
Media Elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan informasi kesehatan
berbeda-beda, antara lain : televisi, radio, video, slide, film strip.
3) Media Papan (Billboard)
Papan (billboard) yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-
pesan atau informasi-informasi kesehatan.
2.2 Perilaku
2.2.2 Pengertian Perilaku Manusia
Yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang disebut perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar. ( Notoatmodjo,2003 ).
Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi sesorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus
- Organisme - Respon. ( Notoatmodjo,2003 ).
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua :
13
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku Terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain ( Notoatmodjo,2003 ).
2.2.2 Perilaku Kesehatan
Sedang yang dimaksud dengan perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo,2003
adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan
dengan sakit atau penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok (maintanance) :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan system atau fasilitas kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.
14
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya.
2.2.3 Domain Perilaku
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang
merupakan hasil bersama antara beberapa factor, antara lain :
1. Faktor Internal
Yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang dominan mewarnai perilaku sesorang, misalnya : lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.
Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan seperti
dikutip Notoatmodjo (2003) membagi perilaku itu dalam tiga domain (ranah/kawasan),
meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.
Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu
mengembangkan atau maningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari :
ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affective domain), ranah psikomotor
(psikomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
15
1. Pengetahuan (knowledge)
1) Pengertian Pengetahuan.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu ( Notoatmodjo,2003 ).
Jadi pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting untuk
membentuk tindakan seseorang, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada didasari
tanpa pengetahuan. Menurut Rogers (1974), yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
(1) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
(2) Interest, yaitu orang mulai teratrik pada stimulus
(3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
(4) Trial, yaitu orang telah mulai mencoba perilaku baru.
(5) Adoption, yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2) Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :
(1) Tahu (know) diartikan sebagai penginngat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
16
rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan
mennyatukan.
(2) Memahami (comprehension) yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap
obyek yang dipelajari.
(3) Aplikasi (aplication) yaitu sesuatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode,
prinsip dalam kontek dan situasi lain.
(4) Analisa (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarakan materi atau
suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
(5) Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi atau menyusun formulasi-
formulasi yang telah ada.
(6) Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi penilaian
terhadap materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
17
2. Sikap
1) Pengertian Sikap
Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan
yang mungkin akan terjadi (Ahmadi,1999). Ahmadi juga mengutip pernyataan
W.J.Thomas yang memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang
menentukan perbuatan yang nyata maupun yang mungkin akan terjadi didalam
kegiatan-kegiatan sosial. Dalam hal ini Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang
selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau sesuatu obyek tertentu, tidak ada satu
sikap pun yang tanpa obyek.
2) Ciri-ciri sikap
Menurut (Heri Purwanto, 1998), menyebutkan cirri-ciri sikap adalah :
(1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari, sepanjang
perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya.
(2) Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari bila terdapat
keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada
orang itu.
(3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu obyek.
(4) Obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu dan juga merupakan kumpulan dari
hal-hal tersebut.
(5) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.
18
3) Pembentukan dan Perubahan Sikap
Manusia tidak dilahirkan dengan sikap tertentu. Sikap dibentuk sepanjang
perkembangannya, peranan sikap dalam kehidupan manusia sangat besar, sebab jika
sudah terbentuk pada manusia dia akan turut menentukan cara manusia bertingkah
laku terhadap obyek-obyek sikapnya (Sutarno,2000).
Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ia dapat berkembang atau berubah
manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan
mengesankan. Umumnya proses perubahan sikap didahului oleh suatu stumuli persuasive
yang biasanya berupa komunikasi verbal diantaranya pendidikan tentang kesehatan.
Perhatian dan pemahaman subyek terhadap komunikasi atau pesan yang disampaikan
akan menentukan apa yang dipelajari oleh subyek mengenai isi pesan tersebut, sedangkan
proses lain dianggap menentukan apakah isi yang dipelajari akan diterima atau diadopsi
oleh subyek ataukah tidak.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau obyek. Allport menjelaskan seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003) bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
1) kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
3) Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan ;
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek)
19
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mngerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktek atau tindakan (practice)
Pengertian dari tindakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan seseorang setalah
menentukan sikap, tindakan dalam perilaku disebut psikomotor, postulat konsistensi
tergantung menjabarkan bahwa hubungan sikap dan perilaku ditentikan oleh faktor-
faktor situasional tertentu. Breackler dan Wiggins yang dikutip oleh Syaifudin Aswar
(1995), mengatakan bahwa sikap-sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan
menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata, diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor
dukungan (support).
Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception)
20
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dngan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh
adalah merupakan indicator praktek tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan seseatu dangan bennar secara otomatis,
atau seseatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat
tiga.
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
2.2.4 Teori tentang Perilaku
Ada beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang
dapat mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, antara lain :
1. Teori Lawrence Green
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.
Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes)dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
21
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
Puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril, dan sebagainya.
3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
2. Teori Snehandu B. Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior intention)
2) Dukungan social dari masyarakat sekitarnya (social support)
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information)
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy)
5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation)
3. Teori WHO
WHO menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu
adalah :
22
1) Pemikiran atau perasaan (thoughts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap obyek
(obyek kesehatan )
(1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
(2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan berdasarkan kepercayaan berdasarkan keyakinan dan
tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
(3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap obyek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau oaring lain yang paling dekat.
Sikap membuat seseorang mendekati atau menajuhi orang lain atau obyek lain.
Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud
didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti atau
tidak diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti
atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang.
2) Orang penting sebagai referensi, yaitu apabila seseorang itu penting untuknya, maka
apa yang ia katakana atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu,tenaga,
dan sebagainya.
4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan.
23
4. Teori Katz
Kemudian Katz (1960) juga mengatakan bahwa perilaku dilatar belakangi oleh
kebutuhan individu yang bersangkutan, maka ia berasumsi bahwa :
1) Perilaku mempunyai instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan
palayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berparilaku) positif
terhadap obyek ini demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila obyek tidak
memenuhi kebutuhannya. Sebaliknya bila obyek tidak memenuhi kebutuhannya,
maka ia akan berperilaku negatif.
2) Perilaku berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam
menghadapi lingkungannya. Artinya degan perilakunya, manusia dapat melindungi
ancaman-ancaman yang dating dari luar.
3) Perilaku berfungsi sebagai penerima obyek dan pemberi arti. Dalam perannya dalam
tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut
kebutuhan.
4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi. Oleh sebab itu didalam kehidupan manusia perilaku itu tampak terus-
menerus dan berubah secara relatif ( Notoatmodjo,2003 ).
2.3 Latihan Dasar P3K
2.3.1 Latihan
1) Pengertian Latihan
Berdasarkan pendapat Andre E Sikuley yang dikutip oleh (A.A Anwar Prabu
Mangkunegara , 2000),dikemukakan bahwa pelatihan (training) adalah suatu proses
pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan teroganisir dimana
24
pegawai non manejerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan
terbatas. Dengan demikian istilah pelatihan ditujukan kepada pegawai pelaksana (dalam
hal ini penulis samakan Di Batalyon Kesehatan Korps Marinir setara dengan tingkat
tamtama sebagai prajurit pelaksana dilapangan) dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan teknis.
2) Tujuan Pelatihan
Adapun tujuan dari pelatihan adalah memperbaiki penguasaan berbagai
keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang serta
meningkatkanefisiensi dan efektifitas dalam mencapai sasaran kerja.
3) Lokasi Pelatihan
Menurut (Husein Umar, 2003) Pelatihan dapat dilaksanakan pada dua tempat :
1. Ditempat kerja (on the job training) misal :Demonstrasi (praktek menyelesaikan
sesuatu dalam rangka meningkatkan skill (keterampilan).
2. Diluar tempat kerja (off the job training) misal:Study kasus,permainan
peran,pelatihan ditempat terbuka,belajar melalui tindakan
Menurut Anwar Prabu Negara yang dikutip dari Andrew E.Sikula hampir 90%
dari pengetahuan pekerjaaan diperoleh melalui on the job training,prosedur metode ini
adalah informal , dimana pegawai senior memberikan contoh cara mengerjakan pekerjaan
dan training baru memperhatikan,metode ini dapat menggunakan peta-peta,
gambar,sample masalah dan mendemonstrasikan sehingga peserta training memahaminya
dengan jelas.
4) Komponen-komponen pelatihan :
1. Tujuan dan sasaran pelatihan harus jelas dan dapat diukur.
25
2. Para pelatih harus memiliki kualifikasi yang memadai
3. Materi latihan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
4. Metode pelatihan sesuai dengan tingkat kemampuan peserta.
5. Peserta latihan harus memenuhi persyratan yang ditentukan.
5) Prinsip-prinsip pelaksanaan latihan
Menurut pendapat MC.Gehee (1979) yang dikutip Prabu Mangkunegara
merumuskan prinsip-prinsip perencanaan latihan sebagai berikut:
1. Materi harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapan-tahapan.
2. Tahapan-tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
3. Adanya penguat (Reinforcement) guna membanngkitkan respon yang positif dari
peserta.
4. Menggunakan konsep Shaping (pembentukan) prilaku.
5. Penatar harus mampu memotivasi dan menyebarkan respon yang berhubungan
dengan serangkaian materi materi pelajaran.
2.3.2 P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dilapangan.
Pengertian P3K adalah memberikan pertolongan dan pengobatan yang sifatnya
darurat serta dilaksanakan secara tepat dan tepat (http://www.geocities.com\mpacakra\
04a-skill\ 01-a-skill-isi,htm)
Menurut pendapat Sulistro sudirman (tahun 2003) tujuan utama P3K sebagai
berikut:
1. Mempertahankan penderita tetap hidup.
2. Membuat keadaan penderita tetap stabil.
3. Mengurangi rasa nyeri,ketidaknyamanan dan rasa cemas.
26
Menurut Kartono Muhammad (2003), Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) ditujukan untuk memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan
yang lebih mantap diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.
Usaha-usaha yang dijalankan harus dikerjakan berfokus untuk :
1. Menyelamatkan jiwa korban.
2 Meringankan penderitaan mereka serta mencegah agar cedera tidak semakin parah.
3 Mempertahankan daya tahan korban hingga perolongan yang lebih pasti dapat
diberikan.
Prinsip P3K (http://www.geocities.com\mpacakra\04a-skill\ 01-a-skill-isi,htm)
1. Penolong mengamankan diri sendiri sebelum bertindak
2. Amankan korban dari gangguan sekitar tempat kejadian ,bebas dari bahaya.
3. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu kalau disekitar itu ada kecelakaan.
4. Lakukan tindakan P3K yang tepat terhadap korban.
Materi-materi yang dipelajari dalam P3K mengacu pada buku saku tentang
Pertolongan Pertama Kecelakaan Di Lapangan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Korps Marinir (1995) dan dimodifikasi dengan Pertolongan Pertama, Kartono
Muhammad (2003)
1. Penghentian Perdarahan
1) Macam-macam perdarahan.
(1) Perdarahan luar yaitu perdarahan yang terjadi dipermukaan luar tubuh.
Tindakan yang dilakukan dalam penghentian perdarahan luar dengan tujuan
mencegah hilangnnya banyak darah atau terjadinya syok dan kematian.
Tindakan ini dapat dilakukan denngan cara :
27
1. Penekanan dengan jari tangan, yaitu dengan cara :
- Tentukan sumber dari perdarahan tersebut
- Menekan dengan kassa steril pada luka atau menekan pada titik pangkal
pembuluh darah arteri yang mengalami luka. ( Lihat Gambar 2.1 )
Keterangan gambar
1 Luka daerah kepala2. Luka daerah muka dibawah mata3. Luka daerah leher4. Luka daerah sendi lengan atas dan lengan bawah 5. Luka daerah lengan atas bagian bawah6. Luka daerah lengan bawah7. Luka daerah tangan8/9.Luka daerah tunkai atas10. Luka daerah tungkai bawah11. Luka daerah pergelangan kaki
Gambar : 2.1 Penekanan dengan jari tangan
28
2. Pembalut tekanan, yaitu dengan cara :
Menentukan sumber perdarahan.
Ambil pembalut steril
Letakkan kassa pada luka dan dibalut yang keras dengan kain pembalutnya.
( Lihat Gambar 2.2 )
Gambar : 2.2 Penghentian perdarahan dengan pembalut tekanan
3 Pengikatan dengan tourniquet, yaitu dengan cara :
- Tindakan pengikatan dengan tourniquet hanya dilakukan untuk luka
perdarahan luar didaerah tungkai, tangan dan jarinya.
- Tentukan sumber dari perdarahan itu.
- Lakukan pengikatan dengan tourniquet pada bagian pangkal dari luka
tersebut.
- Lama pengikatan hanya tiap 15 menit, yang diselingi dengan istirahat
kemudian dikendorkan tiap 5 menit ( Lihat Gambar 2.3 )
Gambar : 2.3 Pengikatan dengan tourniquet
29
(2) Perdarahan Dalam, yaitu perdarahan yang terjadi didalam tubuh.
Tindakan yang dilakukan :
- Perhatikan apabila ada tanda-tanda batuk darah (perdarahan paru), apabila
muntah darah dan berak darah (perdarahan organ dalam, misalnya :
lambung, usus).
- Penderita merasakan haus dan lemah.
- Muka terlihat pucat
- Nadi cepat sekali kadang-kadang tidak terasa.
- Kondisi penderita gelisah hingga tak sadar diri.
- Jangan sekali-kali memberi makanan atau minuman melalui mulut (bila
perdarahannya pada alat pencernaan.
2. Patah Tulang
Patah Tulang (fracture) adalah hilangnnya hubungan/kontinuitas jaringan tulang
yang disebabkan oleh trauma dari luar atau kelainan tulang itu sendiri.
Macam-macam Patah Tulang:
1. Patah tulang tertutup
2. Patah tulang terbuka
Tindakan yang dilakukan pertama kali pada patah tulang, menggunakan prinsip :
Membuat ruas-ruas tulang tidak bergerak (imobilisasi dengan membidai) hal ini
mempunyai maksud :
1) Ujung-ujung ruas tulang tidak merusak jaringan yang lemah, otot-otot, pembuluh
darah, maupun syaraf.
2) Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
30
3) Tidak membuat adanya luka yang terbuka
Teknik membidai pada daerah patah tulang :
1. Pembidaian pada anggota badan atas
1) Pembidaian patah tulang jari tangan dan pergelangan :
- Meletakkan lengan bawah dan tangan dengan posisi menyiku dan tertelungkup.
- Memberi bantalan (kapas) antara lengan bawah tangan dan bidai. Posisi tangan
tertelungkup dan agak mengepal. Lihat gambar (2.4 )
Gambar 2.4 : Pembidaian pada tulang jari tangan dan pergelangan
2) Pembidaian patah tulang lengan bawah dengan sarana yang kurang :
- Dengan sebatang bamboo sepanjang lengan bawah yang telah dibungkus dengan
kain, kita gunakan sebagai bidai tulang.
- Pengikatan bidai diatas dan dibawah bagian patah tulang
- Penyanggah lengan bawah dengan bagian baju depan sisi lengan yang patah.
- Pengikat penguat dengan arah menyilang tegak lurus terhadap penyanggah siku
( Lihat Gambar 2.5 )
31
1
23
Gambar 2.5 : Pembidaian lengan dengan sarana kurang.
Keterangan Gambar:1).Kayu dan bamboo dilingkari dengan kain,2) tempat patah tulang 3)bagian bawah baju,4)pengikat penguat
3) Pembidaian patah tulang lengan atas dengan sarana yang cukup
- Dengan dua papan bidai untuk bagian permukaan dalam lengan dan permukaan
luar lengan.
- Pengikatan bidai dengan bagian atas dan bawah patah tulang
- Ikatan penyanggah sebanyak dua buah bagian atas dan bawah tulang dengan
arah ikatan kearah sisi dada sebelahnya.( Lihat gambar 2.6 )
Gambar : 2.6 :Pembidaian dengan sarana cukup.
2. Pembidaian patah tulang pada tungkai
1) Pembidaian patah tulang pada tungkai bawah dan sendi pergelangan kaki :
32
- Dengan dua bidai yang ukurannya sampai dipertengahan paha, kita letakkan
pada sisi luar dan dalam tungkai.
- Meletakkan bantalan diantara bidai dan tungkai
- Mengikat bidai dan kaki tersebut pada tempat diatas dan dibawah bagian tulang
- Telapak kaki bagian depan saling diikat satu sama lain agar tidak bergerak
( Lihat gambar 2.7 )
Gambar 2.7 :Pembidaian pada patah tulang pada tungkai
Keterangan gambar: 1) tempat patah tulang, 2) pengikat agar kaki tidak bergerak terhadap tungkai, 3) pengikat, 4) pengikat, 5) bantalan
2) Pembidaian patah tulang pada bagian paha dan pinggang :
- Menyiapkan dua bidai, satu untuk permukaan bagian dalam sampai lipat paha
dan satu lagi untuk permukaan luar samapai setinggi lipat ketiak
- Memberi bantalan antara bidai dan tungkai yang patah
- Mengikat bidai pada bagian atas dan bawah tulang dengan simpul pada
permukaan bidai luar.( Lihat gambar 2.8 )
33
3&4 3&45
21
43
1
Gambar 2.8 : Pembidaian tulang paha dan pinggang.
Keterangan gambar:1) Tempat patah tulang, 2)Pengikat, 3) Bantalan, 4) Papan bidai, 5) Pengikat agar kaki tidak bergerak.
3) Pembidaian pada patah tulang selangka :
- Pembidaian dapat dengan ikat pinggang yang dililitkan dipundak dan punggung
menyilang membentuk angka delapan.
- Pada daerah pundak kanan dan kiri, daerah ketiak kanan dan kiri diberi bantalan.
( Lihat gambar 2.8 )
Gambar 2.8 : Pembidaian tulang selangka. Keterangan gambar: 1) Bantalan 2) Ikat pinggang
3. Resusitasi Jantung Paru
Resusitasi jantung paru dibagi menjadi:
34
25
1. Gawat Jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat berfungsi
memompakan darah keseluruh tubuh,sehingga jaringan tubuh (jaringan otak) tidak
mendapat oksigen.
2. Gawat Paru adalah suatu keadaan dimana paru-paru tidak dapat berfungsi (tidak dapat
menghisap O2 dan menngeluarkan CO2.
Tindakan yang dilakukan pada gawat jantung paru pada tahap bantuan dasar terdiri dari
tiga tindakan yaitu :
1) Menguasai jalan nafas agar bebas dan bersih
2) bantuan pernafasan fentilasi buatan darurat dan oksigenisasi paru.
3) Bantuan peredaran darah dengan pijat jantung.
Teknik pemberian pernafasan bantuan pada gawat jantung dan paru.
1) Teknik dari mulut ke mulut, yaitu :
(1) Dengan menengadahkan kepala
(2) Bila mulut tertutup, pindahkan kebawah leher untuk membantu dagu dan mulut
dibuka sedikit
(3) Tarik nafas dalam hembusan udara melalui mulut penderita sambil menutup
hidung untuk mencegah kebocoran dan perhatikan apakah dada mengembang
atau tidak.
(4) Bila terlihat dada mengembang, hentikan tiupan dan lepas mulut dari mulut
penderita, biarkan penderita mengeluarkan nafas secara pasif.
(5) Ulangi tiupan setiap 5 detik. ( Lihat gambar 2.9 )
35
Gambar 2.9 : Teknik dari mulut ke mulut.
2) Teknik dari mulut kehidung, dilakukan bila mulut penderita sukar dibuka atau
sewaktu kejang dengan cara :
(1) Satu tangan memegang dagu, kemudian mulut penderita ditutup dengan ibu jari.
(2) Tarik nafas dalam, tiupkan udara melalui hidung penderita, mulut dibuka pada
waktu tiupan selesai.
4. Sengatan Panas
Sengatan Panas adalah gangguan akibat latihan fisik dilingkungan udara panas
dan kelembaban udara yang jenuh sehingga mennyebabkan gangguan pada fungsi
pengaturan suhu badan.
Macam-macam Sengatan Panas:
1. Bercak merah (Heat Rash) yaitu bercak merah pada kulit,nyeri bila kena panas atau
sentuhan.Hal ini karena adannya sumbatan pada kelenjar keringat.
Tindakan yang dilakukan :
- Bagian yang terkena diberi vaselin salep dan penderita dipindahlkan ketempat
yang sejuk.
- Longgarkan pakaian dan barang yang mengikat (kendorkan ikat pinggang)
- Beri air minum secukupnya
36
2. Kejang panas (Heat Cramps) biasanya terjadi pada otot-otot kaki,tangan dan
perut,hal ini karena adanya gangguan keseimbangan cairan elektrolit tubuh.
Tindakan yang dilakukan :
- penderita dipindahkan ketempat yang sejuk.
- Longgarkan pakaian dan barang yang mangikat (kendorkan ikat pinggang)
- Beri air minum biasa dicampur dengan garam dapur secukupnya.
3. Sengatan panas (Heat Stroke) terjadi karena bekerja diudara panas dalam jangka
waktu yang lama sehingga kelenjar keringat menjadi lemah dan tidak mampu lagi
mengeluarkan keringat,akibatnya panas yang mengenai tubuh tidak ditahan oleh
adanya penguapan keringat, suhu badan meningkat sampai 40 derajat – 41 derajat
celcius.
Tindakan yang dilakukan :
- Dinginkan tubuh penderita dengan membawa ketempat yang teduh, banyak
angin, dan kompres badannya dengan air dingin atau es.
- Usahakan agar penderita tidak mengigil, dengan cara memijit-mijit kaki dan
tangannya.
- Setelah suhu badannya menurun hingga 38o C, hentikan pengompresan
kirim ke pos kesehatan terdekat (rumah sakit)
5. Gigitan dan Sengatan Binatang
1. Gigitan binatang jenis ular berbisa
37
Gejala dan tanda yang muncul : adanya bekas lubang dan dalam waktu 30 menit
akan terjadi pembengkakan pada lokasi gigitan, nadi cepat, mual dan muntah, susah
bernafas akibat kelumpuhan otot pernafasan, kejang-kejang sampai dengan syok.
Tindakan darurat pada ular berbisa :
- Pangkal gigitan diikat erat untuk mencegah menjalarnya racun keseluruh tubuh
(ikatan yang baik terlihat apabila ada cairan bening yang keluar dari bekas
gigitan), kendorkan ikatan setiap 30 menit.
- Lakukan penyayatan silang (membuat luka baru dengan pisau atau silet yang
steril) pada kulit lubang bekas gigitan.
- Lakukan penghisapan pada daerah yang luka (mulut si penolong tidak boleh ada
luka).
- Rawat luka seperti perawatan biasa.
2. Sengatan binatang
1) Sengatan ikan
Tindakan pertolongan :
- Apabila penyengat masih ketinggalan dikulit korban segera diambil
- Mencuci bekas sengatan dengan air garam, kemudian dicuci dengan air hangat
selama beberapa kali.
- Merawat luka seperti luka biasa.
2) Sengatan Kalajengking
Tindakan pertolongan :
- Korban disuruh tenang, pasang tourniquet, luka bekas sengatan diiris dan
dihisap (Teknis sama seperti tindakan pertolongan pada gigitan ular berbisa)
38
- Luka direndam dengan air pans, dikompres dengan larutan soda kue dalam air
dingin.
6. Evakuasi
Evakuasi adalah kegiatan untuk membantu memindahkan penderita dari suatu
tempat ketempat lain guna mendapatkan tindakan pertolongan kesehatan yang lebih
sempurna.
Macam-macam teknik evakuasi:
1. Evakuasi oleh satu orang,misalnya dengan cara diantaranya: Firemans, Kopelrim,
Dipapah, Menggotong, Menggendong, Memanggul, Mengkait.
2. Evakusi oleh dua orang,misalnya dengan cara diantaranya : Memapah dengan dua
orang, Cara menggotong dengan dua orang.
3. Evakuasi dengan tandu darurat,misalnya dengan menggunakan diantaranya : Dari
selimut, perlak atau terpal lapangan, Dari baju lapangan, Dari karung goni.
4. Evakuasi denngan teknik khusus,misalnya :
1) Evakuasi didarat,contoh : Evakuasi naik turun tangga, Evakuasi turun pohon
dengan tali, Evakuasi naik turun tebing, Evakuasi naik turun kendaraan.
2) Evakuasi diair,contoh : Evakuasi menyebrang sungai, Evakuasi dengan sekoci
buatan.
3) Evakuasi diudara yaitu efakuasi yang dilaksanakan denngan menggunakan
pesawat udara.
Materi yang diberikan pada latihan P3K oleh peneliti adalah Evakuasi dengan pembawa
satu orang :
Evakuasi dengan pembawa satu orang ini dapat dilakukan dengan cara :
39
1. Cara Firemans.
Cara Firemans ini tidak dapat dilakuan untuk penderita dengan kelainan patah tulang
tangan, leher, tulang belakang, pinggul, kaki. Evakuasi penderita dengan cara Firemans
ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1) Membetulkan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga tubuh terletak pada bagian
yang tidak mengalami luka atau kelainan.
2) Merubah posisi tubuh penderita dari posisi terlentang atau tertelungkup ke posisi
berdiri.
3) Dengan sedikit mengangkat tubuh penderita dan menarik kebelakang sedemikian
rupa sehingga terlentang dan tertahan oleh kedua tangan penolong.
4) Penderita diangkat sedemikian rupa sehingga tubuh dalam posisi berdiri didepan
penolong. Posisi penolong dibelakang penderita sambil kedua tangan memeluk tubuh
penderita.
5) Dengan mengangkat lengan kanan penderita dan melalui dibawahnya, penolong
merubah posisi sedemikian rupa sehingga saling berhadapan dan tangan memeluk
penderita.
6) Sambil berjongkok (kaki kiri didepan kaki kanan) mengatur tubuh penderita perut
tepat diatas leher, tangan kiri penolong tetap memegang tangan kanan penderita dan
tangan kanan penolong paha kanan penderita.
7) Menyinggung tangan kanan penderita ketangan kanan penolong sambil memeluk
paha kanan. Lengan kiri penolong berada dipundak paha kirinya sebagai penolong
diwaktu mengangkat tubuh penderita, dengan gerakan spontan tubuh penderita
40
diangkat. Tangan kanan penderita tetap masih terpegang oleh tangan kanan
sipenolong sambil memeluk paha penderita. ( Lihat gambar 2.10 )
Langkah pertama
Langkah kedua Langkah ketiga Langkah keempat
Gambar 2.10 : Teknik evakuasi perorangan cara Firemans
2. Cara Kopel Rim
41
Dengan cara ini kita menggunakan 2 buah kopel rim untuk membawa penderita.
Cara ini sangat baik untuk membawa penderita untuk jarak jauh, dan dapat kita lakukan
dengan beberapa cara :
1) Setelah dua buah kopel rim disambung sedemikian rupa sehingga diperkirakan
cukup, letakkan kopel rim dibawah penderita sehingga dua kunci kopel berada
dibawah bokong dan pinggang penderita.
2) Dengan terbaring penolong memasukkan tangan kiri kedalam lengkungan konel
sebelah kiri, tangan kanan sipenolong mengambil tangan kiri penderita untuk dapat
membantu penderita keatas punggung penolong.
3) Dengan memutar tubuh kekiri bersama-sama membawa tubuh penderita dan
merubah posisi menjadi tengkurap, masukkan tangan kanan kedalam lengkungan
kopel sebelah kanan.
4) Dengan posisi jongkok kaki kanan didepan dan tangan kanan menyanggah, bersikap
untuk mengangkat tubuh keatas. ( Lihat gambar 2.11 )
Gambar 2.11 Teknik evakuasi dengan kopel rem
3. Cara Dipapah
42
Cara ini merupakan salah satu cara pada evakuasi cara firemans. Biasanya cara ini
digunakan untuk penderita yang dapat berjalan
4. Cara Menggendong
Cara ini dapat dilakukan apabila penderita masih mempunyai kesadaran yang baik.
5. Cara Mengkait
yaitu dengan mengkait kedua tangan kesela kedua ketiak penolong agar penderita
dapat ditarik atau diturunkan kebawah.
7. Penyelamatan Orang Tenggelam
1. Cara penyelamatan tanpa alat diantaranya :
1) Menggunakan tangan (dari tepi kolam/dermaga,dan lain sebagainya).
Tindakan yang dilakukan;
- Kita tengkurap dengan badan sejajar dengan tepi
- Kaki dan tangan kita rentangkan agar supaya badan bertahan kokoh
- Kita pegang tangan korban dari atas kemudian tarik pelan-pelan
- Letakan tangan korban diatas tepi kolam, jangan lepaskan pegangan
- Putar badan kita sehingga dapat memgang tangan kita yang satu lagi,letakan
tangan korban yang kedua diatas tangan yang telah kita letakan diatas tepi kolam
tadi, jangan lepaskan pegangan.
- angkat dagu korban atau miringkan dahinya kebelakang supaya mulut dan
hidung diatas permukaan air.
2) Menggunakan tangan (dari dalam kolam/dermaga dan lain sebagainya).
43
Tindakan yang dilakukan :
- Kita masuk kedalam air, pegang tepi kolam/dermaga dengan kuat menggunakan
salah satu tangan.
- Tindakan-tindakan selanjutnya prinsipnya sama dengan dari tepi kolam.
2. Cara menyelamatkan dengan alat
1) Dengan menggunakan handuk, galah.
Tindakan yang dilakukan :
- Kita tengkurap ditepian sedemikian rupa hingga terasa aman dan tidak mudah
terbalik.
- Untuk handuk, basahi hujung handuk untuk mempermudah melempar kearah
korban.
- Kita lempar handuk/galah, setelah terpegang oleh korban tarik ketepi dengan
tenang.
- Dengan alat yang menggunakan galah dapat dilakukan dengan duduk atau
sambil berdiri.
44