efikasi ekstrak lengkuas pada mikroba indigenous...

111
EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS BUAH SALAK (Salacca edulis Reinw) REIVANIA ROSIHAN PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1436 H

Upload: vanmien

Post on 06-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA

INDIGENOUS BUAH SALAK (Salacca edulis Reinw)

REIVANIA ROSIHAN

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1436 H

Page 2: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas
Page 3: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas
Page 4: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH ASIL

KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI

ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN.

Jakarta, Desember 2014

Reivania Rosihan

1110096000049

Page 5: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

ABSTRAK

REIVANIA ROSIHAN, Efikasi Ekstrak Lengkuas Pada Mikroba Indigenous

Buah Salak (Salacca edulis Reinw). Dibawah bimbingan SETYADJIT dan

SANDRA HERMANTO.

Penelitian mengenai potensi ekstrak rimpang lengkuas merah dalam menghambat

pertumbuhan kapang/ khamir indigenous salak telah dilakukan. Bahan yang

digunakan adalah rimpang lengkuas merah yang diekstrak dengan berbagai

pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas (±100˚C), etil asetat, dan n-

heksana. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas antijamur dan uji pembentukan zona

hambat pada variasi suhu (15˚C,25˚C,30˚C, dan 35˚C), analisis total fenolik dan

identifikasi konventional dengan pengamatan karakter morfologi kapang. Kapang

yang digunakan dalam penelitian diisolasi langsung dari buah salak busuk. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa jenis ekstrak dan suhu inkubasi mempengaruhi

pertumbuhan kapang/khamir perusak buah salak. Ekstrak terbaik dalam

menghambat pertumbuhan kapang/ khamir adalah ekstrak etil asetat. Hasil

identifikasi morfologi kapang diduga sebagian kapang dan khamir yang tumbuh

dalam buah salak adalah Aspergillus sp, Thielaviopsis sp, Penicillium sp,

Saccharomyces sp, Rhodotorula sp, dan Streptomyces sp. Ekstrak lengkuas tidak

diperlukan pada ruang pendingin, namun sebaiknya digunakan pada suhu kamar.

Kata Kunci: antijamur, ekstrak lengkuas, salak.

Page 6: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

ABSTRACT

REIVANIA ROSIHAN, Efficacy of Galangal Extract on Indigenous Microbes of

Snake Fruit (Salacca edulis Reinw). The adviser are SETYADJIT and SANDRA

HERMANTO.

Research on the potential of red galangal rhizome extract in inhibiting the growth

of mold / yeast indigenous snake fruit has been done. The materials used were red

galangal rhizome extracted with various solvents with cold water (distilled water),

hot water (± 100˚C), ethyl acetate, and n-hexane. After that, antifungal activity

tested on inhibition zone formation by used variations of incubation temperatures

(15C, 25˚C, 30C, and 35˚C), the analysis of total phenolic and conventional

identification with the observed morphological characters mold. Molds used in the

study were isolated directly from rotten snake fruit. The results showed that the

type of extract and incubation temperature affects the growth of mold / yeast

destroyer snake fruit. The best extract in inhibiting the growth of mold / yeast is

ethyl acetate. The results of the morphological identification of suspected mold

fungi and yeasts are partially grown in snake fruit were Aspergillus sp,

Thielaviopsis sp, Penicillium sp, Saccharomyces sp, Rhodotorula sp, and

Streptomyces sp. Galangal extract is not required in the refrigerator, but should be

used at room temperature.

Keywords: antifungal, galangal extract, snake fruits.

Page 7: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan pada Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul

“Efikasi Ekstrak Lengkuas Pada Mikroba Indigenous Buah Salak (Salacca

edulis Reinw)”. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa

raga dan lainnya untuk tegaknya syi’ar Islam, yang pengaruh dan manfaatnya

hingga kini masih terasa.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat adanya pihak-pihak yang

telah memberikan bimbingan dan dukungannya kepada penulis. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-

tingginya terutama kepada :

1. Dr. Setyadjit, MAppSc, selaku pembimbing I yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Sandra Hermanto, M.Si, selaku pembimbing II yang telah membimbing dan

memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Anna Muawanah, M.Si, selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran

dan kritiknya pada skripsi ini.

4. Adi Riyadhi, M.Si, selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan

kritiknya pada skripsi ini.

Page 8: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

ii

5. Yusraini Dian Inayati Siregar, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Isalmi Aziz, MT selaku pembimbing akademik dan seluruh dosen Program

Studi Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu

pengetahuan serta bimbingan kepada penulis.

8. Para karyawan BB-Pascapanen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

pengalaman kepada penulis.

9. Kedua orang tua, Bapak Rosihan Rosman dan Ibu Vera Syarief serta kakakku

Riviega Rosihan, yang selalu mendoakan, melimpahkan kasih sayang,

memotivasi dan memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis.

10. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Kimia 2010 yang telah

memberikan semangat, doa dan dukungan serta membantu penulis.

11. Teman-teman di Laboratorium Kimia dan Mikrobiologi BB-Pascapanen

Bogor, yang telah memberi masukan hingga skripsi ini selesai.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan.

Jakarta, Desember 2014

Penulis

Page 9: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR. ....................................................................................... i

DAFTAR ISI. ..................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL. .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. ............................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah. .................................................................................... 3

1.3 Hipotesa Penelitian. ..................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian. ........................................................................................ 4

1.5 Manfaat Penelitian. ...................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lengkuas (Alpinia Galanga) . ...................................................................... 5

2.1.1. Karakteristik Lengkuas ........................................................................ 5

2.1.2. Kandungan Bioaktif. ............................................................................ 6

2.1.2.1. Senyawa Fenolik ..................................................................... 6

2.1.2.2. 1’-Asetosikhavikol Asetat (ACA). .......................................... 8

2.2. Ekstraksi ....................................................................................................... 10

2.2.1. Pelarut Organik .................................................................................... 11

Page 10: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

iv

2.2.2. Cara Ekstraksi ..................................................................................... 12

2.3. Kandungan Senyawa Fenolik ........................................................................ 15

2.4 Salak Pondoh .................................................................................................. 19

2.4.1. Karakteristik ......................................................................................... 19

2.4.2. Kerusakan Pascapanen ......................................................................... 22

2.4.3. Mikroba Perusak Salak... ..................................................................... 23

2.4.3.1. Kapang ..................................................................................... 23

2.4.3.2. Klasifikasi Kapang.. ................................................................ 25

2.4.3.3. Morfologi Kapang ................................................................... 26

2.5 Antimikroba ................................................................................................... 27

2.5.1. Jenis-Jenis Antimikroba ....................................................................... 28

2.5.2. Mekanisme Kerja Antimikroba ........................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian . ....................................................................... 32

3.2 Alat dan Bahan . .............................................................................................. 32

3.2.1 Alat . ....................................................................................................... 32

3.2.2 Bahan . ................................................................................................... 32

3.3 Metode Penelitian . ......................................................................................... 33

3.3.1 Pembuatan Ekstrak . ............................................................................... 33

3.3.1.1. Ekstraksi lengkuas dengan air dingin (akuades) ....................... 32

3.3.1.2. Ekstraksi lengkuas dengan air panas ....................................... . 33

3.3.1.3. Ekstraksi lengkuas dengan pelarut n-heksana ........................... 34

Page 11: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

v

3.3.1.4. Ekstraksi lengkuas dengan pelarut etil asetat ............................ 34

3.3.2. Analisis Total Fenolik .......................................................................... 34

3.3.2.1.Persiapan Larutan Standar Asam Galat .................................... 34

3.3.2.2. Penetapan Kadar Fenol ............................................................ 35

3.3.3. Uji Aktivitas Antimikroba ................................................................... 35

3.3.3.1 Penyiapan Isolasi Kapang / Khamir ......................................... 35

3.3.3.2 Uji Pembentukan Zona Hambat ............................................... 36

3.4 Pengamatan Karakter Morfologi Kapang ........................................................ 37

3.5. Hubungan Antara Jenis Ekstrak dan Daya Hambat ....................................... 37

3.6. Skema Penelitian ........................................................................................... 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Total Fenolik Ekstrak Lengkuas .................................................................... 40

4.2. Karakter Morfologi Isolat Kapang ................................................................. 41

4.2.1. Isolat S13E, S13F, S13G, dan S11D .................................................. 42

4.2.2. Isolat S8A1 ........................................................................................ 47

4.2.3. Isolat S11B ........................................................................................... 48

4.2.4. Isolat S10B ........................................................................................... 51

4.2.5. Isolat S11A1 ....................................................................................... 52

4.2.6. Isolat S11A3 ....................................................................................... 53

4.3. Aktivitas Antimikroba Berbagai Jenis Ekstrak .............................................. 56

4.5. Hubungan Antara Bahan Aktif dan Daya Hambat......................................... 72

Page 12: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

vi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 74

5.2. Saran .............................................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA . ...................................................................................... 75

LAMPIRAN ......................................................................................................... 83

Page 13: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Aktivitas beberapa komponen bioaktif pada rempah-rempah (Duke,

1994). . .................................................................................................. 7

Tabel 2. Konstanta dielektrikum pelarut organik .............................................. 12

Tabel 3. Komposisi kimia daging buah salak pondoh ....................................... 22

Tabel 4. Kadar total fenolik pada ekstrak lengkuas ............................................ 40

Tabel 5. Hasil pengamatan karakter morfologi dari isolat buah salak busuk ..... 55

Tabel 6. Pertumbuhan kapang Aspergillus sp. (S13E) pada berbagai

perlakuan .............................................................................................. 58

Tabel 7. Pertumbuhan kapangAspergillus sp. (S13F) pada berbagai

perlakuan .............................................................................................. 59

Tabel 8. Pertumbuhan kapang Aspergillus sp. (S13G) pada berbagai

perlakuan ............................................................................................... 61

Tabel 9. Pertumbuhan kapang Aspergillus sp. (S11D) pada berbagai

Perlakuan .............................................................................................. 62

Tabel 10. Pertumbuhan kapang Thielaviopsis sp. (S8A1) pada berbagai

perlakuan ............................................................................................... 64

Tabel 11. Pertumbuhan kapang Penicillium sp. (S11B) pada berbagai

perlakuan ............................................................................................ 66

Tabel 12. Pertumbuhan khamir Saccharomyces sp. (S10B) pada berbagai

perlakuan ............................................................................................ 68

Page 14: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

viii

Tabel 13. Pertumbuhan khamir Rhodotorula sp. (S11A1) pada berbagai

perlakuan ............................................................................................ 70

Tabel 14. Pertumbuhan kapang Streptomyces sp. (S11A3) pada berbagai

perlakuan ............................................................................................ 71

Tabel 15. Hubungan antara daya hambat dengan konsentrasi ACA .................. 72

Page 15: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lengkuas Merah (A) (Dokumentasi pribadi) dan lengkuas

Putih (B) (Ulfah, 2013). ..................................................................... 5

Gambar 2. Struktur Kimia 1’-Asetoksihavikol asetat (Stecher, 1968).. ............... 9

Gambar 3. Struktur kimia dari beberapa kandungan utama lengkuas

(Chudiwal et al., 2010)...................................................................... 10

Gambar 4 Reaksi Pembentukan Kompleks Molibdenum-Tungsten Blue

(Julkunen-Tiito, 1985)...................................................................... 15

Gambar 5. Sistem Komponen Spektrometer UV-Vis (Munifah, 2005) ............... 19

Gambar 6. (a) Struktur Morfologi Aspergillus secara umum; (b) Hifa bersekat dan

tidak bersekat (Benson, 2001). ............................................................ 27

Gambar 7. Struktur kimia Benomyl (Mnif et al., 2011) ....................................... 29

Gambar 8. Diagram alir penelitian ........................................................................ 39

Gambar 9. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dari

Aspergillus sp. S13E umur 7 hari pada medium PDA di suhu ruang 43

Gambar 10. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dari

Aspergillus sp. S13F umur 7 hari pada medium PDA di suhu ruang 44

Gambar 11. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dari

Aspergillus sp. S13G umur 7 hari pada medium PDA di suhu ruang 45

Gambar 12. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dari

Aspergillus sp. S11D umur 7 hari pada medium PDA di suhu ruang 46

Page 16: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

x

Gambar 13. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dan

makroskopik dari Thielaviopsis sp. S8A1 umur 7 hari pada medium

PDA di suhu ruang. .......................................................................... 48

Gambar 14. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dan

makroskopik dari Penicillium sp. S11B umur 7 hari pada medium

PDA di suhu ruang. ............................................................................ 50

Gambar 15. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dan

makroskopik dari Saccharomyces sp. S10B umur 7 hari pada

medium PDA di suhu ruang. ........................................................... 52

Gambar 16. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dan

makroskopik dari Rhodotorula sp. S11A3 umur 7 hari pada medium

PDA di suhu ruang ........................................................................... 53

Gambar 17. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dan

makroskopik dari Streptomyces sp. S11A3 umur 7 hari pada medium

PDA di suhu ruang ........................................................................... 54

Page 17: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Aspergillus sp.

(S13E). ............................................................................................. 83

Lampiran 2. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Aspergillus sp.

(S13F) .............................................................................................. 84

Lampiran 3. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Aspergillus sp.

(S13G) .............................................................................................. 85

Lampiran 4. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Aspergillus sp.

(S11D) .............................................................................................. 86

Lampiran 5. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Thielaviopsis sp.

(S8A1) .............................................................................................. 87

Lampiran 6. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Penicillium sp.

(S11B) .............................................................................................. 88

Lampiran 7. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Saccharomyces sp.

(S10B) .............................................................................................. 89

Lampiran 8. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Rhodotorula sp.

(S11A1) ............................................................................................ 90

Lampiran 9. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Streptomyces sp.

(S11A3) ............................................................................................ 91

Lampiran 10. Contoh Perhitungan Total Fenolik ................................................. 92

Lampiran 11. Total Fenolik .................................................................................. 93

Lampiran 12. Jumlah Daya Hambat Secara Umum .............................................. 94

Page 18: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Buah salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia yang

banyak digemari karena mempunyai rasa yang khas. Salah satu jenis salak adalah

salak pondoh. Buah salak pondoh harganya lebih tinggi dibanding dengan salak

jenis yang lain sehingga mampu untuk meningkatkan pendapatan petani dari hasil

panennya. Buah salak pondoh (Sallaca edulis) sama dengan hasil hortikultura

yang lain yang cepat mengalami kerusakan selama penyimpanan, kerusakan

tersebut dapat terjadi karena reaksi enzimatis, reaksi kimia dan aktivitas

mikroorganisme (Syafi’ah, 2010).

Salak termasuk buah yang bersifat perishable/ mudah rusak. Tranggono

(1992) mengatakan bahwa salak pondoh yang telah dipetik dan disimpan pada

suhu kamar, pada hari ke 10 sudah menunjukkan tanda-tanda kebusukan dan tidak

layak dikonsumsi. Pangkal buah salak yang berbentuk meruncing sangat peka

terhadap beban mekanik yang menimpanya. Kerusakan fisik pada salak menjadi

titik awal infasi jamur perusak yang sudah mengkontaminasi buah sejak di

lapangan. Pertumbuhan dan kegiatan fisiologik jamur akan meningkatkan suhu

dalam tumpukan buah. Peningkatan suhu, memar pada buah dan serangan jamur,

akan mempercepat terjadinya penurunan mutu dan kerusakan buah.

Page 19: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

2

Usaha pencegahan kerusakan dan pengendalian penyakit buah yang

disebabkan oleh jamur selama pasca panen, umumnya menggunakan fungisida.

Penanganan menggunakan bahan kimia masih dipandang sebagai metode yang

paling efektif dan murah dalam menghambat penyakit pasca panen. Senyawa

seperti thiabendazole, imazilil, sodium ortho-phenylphenate adalah komponen-

komponen aktif dalam fungisida yang sering digunakan. Namun, penggunaan

senyawa-senyawa ini secara terus-menerus ternyata justru menyebabkan resistensi

beberapa jenis jamur perusak terhadap fungisida ini (Novianti, 2009).

Peningkatan kesadaran masyarakat akan efek samping penggunaan

fungisida terhadap lingkungan dan kesehatan karena residu toksisitasnya

mendorong dilakukannya penelitian tentang senyawa-senyawa antijamur yang

aman dan ramah lingkungan (natural fungisida). Dalam penelitian ini digunakan

lengkuas sebagai fungisida yang ramah lingkungan.Lengkuas (Alpinia galanga L.

Swartz) merupakan salah satu tanam-an dari famili Zingiberaceae yang

rimpangnya dapat dimanfaatkan sebagai obat (Hernani, 2010). Berdasarkan warna

rimpang, dikenal dua kultivar lengkuas, yaitu lengkuas berimpang putih (Alpinia

galanga (L) Wild) dan lengkuas berimpang merah (Alpinia purpurata K. Schum).

Lengkuas merah merupakan tanaman obat yang telah dibuktikan pada

berbagai penelitian, memiliki daya antijamur dibandingkan jenis lengkuas putih.

Kandungan minyak atsiri dan komponen antijamur pada lengkuas merah,

memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibanding lengkuas putih (Budiarti, 2007).

Berdasarkan penelitian Yuharmen, et al. (2002) menunjukkan adanya

aktivitas penghambatan pertumbuhan mikroba oleh minyak atsiri dan fraksi

Page 20: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

3

metanol rimpang lengkuas pada beberapa spesies bakteri dan jamur. Efikasi

merupakan efektivitas pestisida terhadap organisme sasaran yang didaftarkan

berdasarkan pada hasil percobaan lapangan atau laboratorium menurut metode

yang berlaku (Permentan, 2007). Pestisida yang dimaksud juga termasuk

fungisida.

Penggunaan ekstrak rimpang lengkuas sebagai penanggulangan hama dan

penyakit khususnya jamur dinilai bersifat ramah lingkungan. Namun demikian,

ekstrak lengkuas belum banyak digunakan untuk pengawetan buah-buahan

termasuk buah salak segar. Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian dengan

menggunakan ekstrak rimpang lengkuas merah sebagai agen antimikroba untuk

mencegah kerusakan dari buah salak pondoh selama penyimpanan.

1.2.Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak rimpang lengkuas merah mampu menghambat

pertumbuhan mikroba indigenous salak?

2. Jenis pelarut manakah yang menghasilkan efikasi terbesar dalam

penghambatan pertumbuhan mikroba indigenous salak?

3. Bagaimanakah hubungan total fenolik ekstrak rimpang lengkuas merah

terhadap penghambatan pertumbuhan mikroba indigenous salak?

1.3.Hipotesis Penelitian

1. Ekstrak rimpang lengkuas merah mampu menghambat pertumbuhan

mikroba indigenous salak.

Page 21: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

4

2. Jenis pelarut yang paling bisa menghasilkan efikasi terbesar adalah

pelarut semipolar.

2. Total fenolik ekstrak rimpang lengkuas merah berhubungan dengan

penghambatan pertumbuhan mikroba indigenous salak.

1.4.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kemampuan ekstrak lengkuas merah dalam menghambat

pertumbuhan mikroba indigenous salak.

2. Mengetahui pengaruh jenis pelarut yang digunakan terhadap efikasi

ekstrak lengkuas dalam menghambat pertumbuhan mikroba indigenous

salak.

3. Mengetahui hubungan antara total fenolik ekstrak rimpang lengkuas

merah dengan daya hambat pertumbuhan mikroba indigenous salak.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi secara ilmiah

kepada masyarakat tentang potensi, kandungan senyawa aktif dan total fenolik

dari ekstrak rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata K. Schum) yang dapat

dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba indigenus salak dalam

rangka meningkatkan mutu dan nilai jual buah salak pondoh.

Page 22: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lengkuas (Alpinia galanga)

2.1.1. Karakteristik Lengkuas

Tanaman lengkuas termasuk famili Zingiberaceae (Sudarnadi, 1996 dan

Mangoting et al., 2008). Secara umum ada dua jenis lengkuas yang dikenal, yaitu

lengkuas merah (Alpinia purpurata K. Schum) dan lengkuas putih (Alpinia

galanga (L) Wild). Lengkuas putih biasanya digunakan untuk bumbu masakan

dan lengkuas merah dimanfaatkan sebagai obat (Hernani et al., 2007). Lengkuas

berkhasiat untuk mengobati panu, bronkhitis, masuk angin, dan diare.

Gambar 1. Lengkuas Merah (A) (Dokumentasi pribadi) dan

lengkuas Putih (B) (Ulfah, 2013).

Secara umum ada dua jenis lengkuas yang dikenal, yaitu lengkuas merah

(Alpinia purpurata K. Schum) dan lengkuas putih (Alpinia galanga (L) Wild).

Lengkuas putih biasanya digunakan untuk bumbu masakan dan lengkuas merah

dimanfaatkan sebagai obat (Hernani et al., 2007). Lengkuas berimpang merah

memiliki batang semu berukuran tinggi 1-1,5 m, diameter batang 1 cm, dan

diameter rimpang 2 cm (Budiarti, 2007). Lengkuas berimpang putih mempunyai

A B

Page 23: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

6

batang semu setinggi 3 m, diameter batang 2,5 cm, dan diameter rimpang 3-4 cm.

Lengkuas merah merupakan tanaman obat yang telah dibuktikan berbagai

penelitian memiliki daya antijamur dibandingkan jenis lengkuas putih.

Kandungan minyak atsiri dan komponen antijamur pada lengkuas merah,

memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan pada lengkuas putih

(Budiarti, 2007).

2.1.2. Kandungan Bioaktif

2.1.2.1. Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik terdiri atas molekul-molekul besar dengan beragam

struktur, karakteristik utamanya adalah adanya cincin aromatik yang memiliki

gugus hidroksil. Kebanyakan senyawa fenolik termasuk ke dalam kelompok

flavonoid (Pratt dan Hudson, 1990). Perasan rimpang lengkuas mempunyai daya

hambat dan daya bunuh terhadap bakteri karena mengandung minyak atsiri antara

lain alkohol, senyawa fenol termasuk flavonoid dan deterjen yang bersifat

bakterisidal. Flavonoid merupakan senyawa fenol bekerja dengan cara

mendenaturasi protein dan merusak membran sel bakteri. Denaturasi protein

menyebabkan aktivitas metabolisme sel terhenti karena berhentinya semua

aktivitas metabolisme berakibat pada kematian sel bakteri (Sumayani et al.,

2008).

Selain itu, komponen bioaktif pada rempah-rempah, khususnya dari famili

Zingiberaceae yang terbanyak adalah dari jenis flavonoid yang merupakan

golongan fenolik terbesar. Pada golongan flavonoid dikenal golongan flavonol.

Page 24: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

7

Komponen flavonol yang banyak tersebar pada tanaman misalnya yang terdapat

pada lengkuas adalah galangin, kaemferol, kuersetin, dan mirisetin. Salah satu

golongan flavonoid adalah kalkon. Kalkon adalah komponen yang berwarna

kuning terang. Komponen lainnya yang ditemukan pada Alpinia adalah flavonon.

Komponen flavonon dan dihidroflavonol dikenal sebagai senyawa yang bersifat

fungistatik dan fungisida dan yang terdapat pada tumbuhan Alpinia dan

Kaempferia dari golongan Zingiberaceae adalah alpinetin (Hemzela, 2006). Pada

minyak atsiri lengkuas, seperti telah diteliti oleh Scheffer et al. (1981) dan De

Pooter et al. (1985) terdapat senyawa 1,8-sineol, a-pinen, limonen, terpineol,

tujon, mirsen. Masing-masing komponen tersebut mempunyai aktivitas bioaktif

seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Aktivitas beberapa komponen bioaktif pada rempah-rempah (Duke,

1994).

Jenis Komponen Beberapa aktivitas bioaktif

1,8-sineol Antiseptik, bakterisida, herbisida, insektifuga

a-pinen Pencegah kanker. Insektifuga

Limonen Antikanker, herbisida, insektisida

Terpineol Antialergik, antiseptik, bakterisida, insektifuga

Tujon Herbisida

Kaemferol Antifertilitas, antioksidan, pencegah kanker, mutagenik

Kuersetin Antioksidan, bakterisida, mutagenik, antifeedant

Mirisetin Antifeedant, pencegah kanker

Mirsen Bakterisida, insektifuga

Senyawa antijamur dari lengkuas yang sangat efektif untuk menghambat

pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes dan Candida albicans adalah

Page 25: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

8

(E)-8β, 17 epoksilabd-12-en-15, 16-dial, (E)-8-(17)-12-labadiene-15, 16-dial, dan

galanolakton. Senyawa-senyawa tersebut termasuk dalam golongan diterpen

(Parwata, 2008).

2.1.2.2. 1’-Asetosikhavikol Asetat (ACA).

Lengkuas merah merupakan tanaman obat yang telah dibuktikan berbagai

penelitian memiliki daya antijamur dibandingkan jenis lengkuas putih.

Kandungan minyak atsiri dan komponen antijamur pada lengkuas merah,

memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan pada lengkuas putih

(Budiarti, 2007).

Komponen kimia utama yang memberikan aroma pada lengkuas adalah

senyawa asetoksihavikol asetat (ACA/ galangal asetat) yang bersifat sebagai anti

alergi, antioksidan, dan antijamur (Hernani, 2010). De Pooter et al. (1985)

menyatakan bahwa rimpang lengkuas mengandung senyawa 1’-asetosikhavikol

asetat sekitar 0,5-1% dari minyak atsiri rimpang lengkuas segar dengan metode

destilasi uap, sedangkan Kondo et al. (1993) menemukan senyawa ACA sebesar

lebih kurang 0,11% (per 100 gram bahan lengkuas segar) yang diperoleh dengan

metode kromatografi kinerja tinggi (HPLC) preparatif.

ACA termasuk kelompok monoterpen, tergolong ke dalam fenil propanoid

yang diduga berasal dari jalur sikhimat. ACA larut dalam pelarut yang semipolar

seperti etil asetat, diklorometana atau kloroform. ACA memiliki nama lain yaitu

Benzenemethanol, 4-(acetyloxy)-alpha-ethenyl-acetate, (S)-Acetoxychavicol

acetate (CAS). Berat molekul ACA (C13H15O4) adalah 234 (Rusmarilin, 2003).

Page 26: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

9

ACA juga memiliki titik didih 325,4˚C dalam 760 mmHg (CAS). Struktur ACA

dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Struktur Kimia 1’-Asetoksihavikol asetat (Stecher, 1968).

ACA diduga berasal dari jalur sikhimat dan disintesis melalui jalur

metabolisme yang berasal dari L-fenilalanin dan atau L-tirosin, selanjutnya akan

dihasilkan asam p-kumarat, sampai akhirnya terbentuk senyawa ACA (Manitto,

1992 ; Mann 1994).

Analisis kadar ACA lengkuas merah menggunakan GC-MS bertujuan

untuk untuk identifikasi atau penentuan kadar ACA yang dikandungnya Analisis

GC-MS menunjukkan bahwa senyawa utama ekstrak lengkuas adalah 1, 8-

cineole, β- bisaboline dan β -selinene. Sedangkan α-selinene, farnesene, asam 1,2-

benzenedicarboxylic, germacrene B dan pentadekana adalah komponen kecil. 1,

8-Cineole adalah monoterpen teroksigenasi, sementara β-caryophyllene adalah

sesquiterpene. Selain itu, β-bisabolene dan β-selinene adalah terpen (Chudiwal et

al., 2010).

Page 27: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

10

Gambar 3. Struktur kimia dari beberapa kandungan utama lengkuas (Chudiwal et

al., 2010).

2.2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dengan pembagian antara dua

pelarut yang tidak dapat bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari

suatu pelarut ke pelarut lain (Setyowati, 2009). Serbuk yang diekstrak

mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan tidak dapat larut dalam pelarut

organik seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang

terdapat dalam berbagai serbuk dapat digolongkan ke dalam golongan minyak

Galanga

Camphor β-Pinene α-Pinene

Kaemperol β-Bisaboline

β-Selinene 1,8- Cineole Trans-p-coumaryl diacetate

Trans-p-hidroxycinnamyl acetate Trans-p-coumaryl alcohol Trans-p-hydroxycinnamaldehyde

1’S’-1’-hydrotoxychavicol acetate 1’S’-1’-acetoxyeugenol acetate 1’S’-1’-acetoxychavikol acetate

Page 28: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

11

atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda dapat

mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap

pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman. Diketahuinya

senyawa aktif yang dikandung dalam serbuk dapat mempermudah pemilihan

pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa dari serbuk nabati atau serbuk hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian pelarut diuapkan sehingga diperoleh massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Soesilo,

1989). Beberapa faktor utama yang diperlukan pada pemilihan pelarut yaitu

selektivitas, ekonomis, dan ramah lingkungan. Pemekatan dan penguapan

(evaporasi) merupakan proses penguapan pelarut sehingga diperoleh ekstrak

kental atau pekat (Soesilo, 1989).

2.2.1. Pelarut Organik

Proses ekstraksi didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen

lain dalam campuran. Kelarutan suatu komponen tergantung pada derajat

kepolarannya. Pelarut organik berdasarkan konstanta elektrikum dapat dibedakan

menjadi dua yaitu pelarut polar dan pelarut non-polar. Konstanta dielektrikum

dinyatakan sebagai gaya tolak-menolak antara dua partikel yang bermuatan listrik

dalam suatu molekul. Semakin tinggi konstanta dielektrikumnya maka pelarut

bersifat semakin polar (Sudarmadji et al., 1989). Urutan tingkat kepolaran

Page 29: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

12

beberapa pelarut organik berdasarkan nilai konstanta dielektriknya dapat dilihat

pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Konstanta dielektrikum pelarut organik

Pelarut Rumus Kimia Tititk Didih Konstanta

Dielektrik

Heksana CH3-CH2-CH2-CH2-

CH2-CH3

69˚C 2,0

Benzen C6H6 80˚C 2,3

Khloroform CHCl3 61˚C 4,8

Etil asetat CH3-C(=O)-O-CH2-

CH3

77˚C 6,0

Etanol CH3-CH2-OH 78,4˚C 24,3

Metanol CH3-OH 65˚C 33,1

Air H-O-H 100˚C 80,4

Sumber : Sudarmadji et al., (1989)

Ekstraksi dapat menggunakan pelarut tunggal dan pelarut campuran. Pelarut

campuran yang biasa digunakan yaitu campuran air dan etanol, campuran air dan

metanol, campuran air dan eter (Agoes, 2007). Menurut Guenther (1987), syarat

pelarut yang digunakan pertama harus bersifat selektif artinya pelarut harus dapat

melarutkan semua senyawa dengan cepat. Syarat kedua harus mempunyai titik

didih yang cukup rendah. Hal ini supaya pelarut mudah dapat diuapkan tanpa

menggunakan suhu tinggi, namun titik didih pelarut tidak boleh terlalu rendah

karena akan mengakibatkan kehilangan akibat penguapan. Syarat ketiga bersifat

inert artinya pelarut tidak bereaksi dengan komponen minyak.

2.2.2. Cara Ekstraksi

Metode ekstraksi menggunakan pelarut dapat dibagi menjadi dua

berdasarkan temperatur yang digunakan (Ritiasa, 2000), yaitu:

1. Cara dingin, terdiri dari:

Page 30: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

13

1. Maserasi, ialah suatu proses pengekstrak serbuk dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruang. Metode maserasi digunakan untuk mengekstrak serbuk

yang mengandug komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

pengekstrak. Cairan pengekstrak akan masuk ke dalam sel melewati

dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya

tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan pengekstrak dengan

konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai

terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam

sel.

2. Perkolasi, ialah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prinsip

perkolasi yaitu serbuk sampel ditempatkan dalam suatu bejana silinder,

yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan pengekstrak dialirkan

dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan pengekstrak akan

melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.

Gerak kebawah disebabkan adanya gaya gravitasi, dikurangi dengan daya

kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada

perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan

permukaan, difusi, osmosis, adhesi dan daya kapiler. Secara umum proses

perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan parameter

berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung

Page 31: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

14

senyawa lagi berdasarkan pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan

alam terlihat pada tetesan perkolat yang sudah tidak berwarna.

2. Cara panas, terdiri dari:

1. Refluks, ialah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan adanya pendinginan balik. Ekstraksi dengan refluks digunakan

untuk bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan. Penarikan komponen

kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas

bulat bersama-sama dengan cairan pengekstrak lalu dipanaskan, uap-uap

cairan ekstrak terkondensasi pada kondesor menjadi molekul-molekul

cairan pengekstrak yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan

mengekstrak kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian

seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyaringan

sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.

Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

2. Sokhletasi, ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru pada

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara

terus-menerus dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendinginan balik (Ritiasa, 2000). Sokhletasi merupakan metode ekstraksi

dengan cara pemanasan dan terjadi sirkulasi pelarut yang membasahi

sampel. Akan tetapi proses ini hanya cocok untuk senyawa organik yang

tidak dipengaruhi oleh suhu atau bersifat termostabil (Harborne, 1996).

Page 32: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

15

3. Digestasi, ialah maserasi kinetik (dengan adanya pengadukan) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan. Pada umumnya

dilakukan pada suhu 40-50ºC (Ritiasa, 2000).

2.3. Kandungan Senyawa Fenolik

Pengujian total fenolik dilakukan dengan metode Folin Ciocalteau yang

didasarkan pada kemampuan senyawa fenolik bereaksi dengan oksidator

fosfomolibdat dibawah kondisi alkalis menghasilkan senyawa fenolat dan

kompleks molibdenum-tungsten berwarna biru. Reagen ini tidak bersifat spesifik

untuk senyawa fenol dan warna yang dihasilkan sangat tergantung pada gugus

hidroksi dan kedudukan gugus tersebut dalam struktur molekul. Warna biru yang

dihasilkan tidak hanya ditentukan oleh jumlah senyawa fenolik yang ada, tetapi

juga oleh variasi struktur dan agen-agen pereduksi non fenolik (Julkunen-Tiito,

1985).

Gambar 4. Reaksi Pembentukan Kompleks Molibdenum-Tungsten Blue

(Julkunen-Tiito, 1985).

Penggunaan asam galat sebagai standar pengujian karena asam galat (asam

3,4,5-trihidroksibenzena) memiliki gugus hidroksil dan ikatan rangkap

terkonjugasi pada masing-masing cincin benzena sehingga senyawa ini mudah

Page 33: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

16

bereaksi membentuk kompleks dengan reagen Folin-Ciocalteau serta merupakan

unit penyusun senyawa fenolik (Rorong dan Suryanto, 2010). Reaksi uji dapat

dilihat pada gambar 4.

Pada saat direaksikan antara reagen Folin-Ciocalteau dengan senyawa

fenolik akan terjadi perubahan warna dari kuning menjadi biru. Intensitas warna

biru ditentukan dengan banyaknya kandungan fenol dalam larutan sampel.

Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik dalam sampel semakin pekat warna

biru yang terlihat. Menurut Singleton dan Rossi (1965), warna biru yang teramati

berbanding lurus dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, semakin besar

konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang terbentuk

sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat. Nely (2007) mengatakan

penambahan larutan Na2CO3 pada uji fenolik bertujuan untuk membuat suasana

basa agar terjadi reaksi reduksi Folin-Ciocalteau oleh gugus hidroksil dari fenolik

di dalam sampel.

Spektrofotometer Uv-Vis (Harmita, 2006)

Spektrum Uv-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi elektromagnetik

(REM) dengan molekul. REM merupakan bentuk energi radiasi yang memiliki

sifat gelombang dan partikel (foton). REM bersifat sebagai gelombang maka

perlu diketahui beberapa parameter, seperti panjang gelombang, frekuensi,

bilangan gelombang dan serapan. REM memiliki vektor listrik dan magnet yang

bergetar dalam bidang yang tegak lurus satu sama lain dan masing-masingnya

tegak lurus pada perambatan radiasi.

Page 34: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

17

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur besarnya energi yang

diabsorbsi atau diteruskan. Jika radiasi monokromatik melewati larutan

mengandung zat yang dapat menyerap, maka radiasi ini akan dipantulkan,

diabsorbsi oleh zat tersebut dan sisanya akan ditransmisikan.

Lambert dan Beer telah menurunkan secara empiris hubungan antara

intensitas cahaya yang ditransmisikan dengan tebalnya larutan dan hubungan

antara intensitas tersebut dengan konsentrasi zat. Hukum Lambert-Beer:

dimana: Po = Intensitas cahaya masuk

P = Intensitas cahaya keluar

c = Konsentrasi zat yang menyerap sinar

k = Tetapan

Hukum Lambert menyatakan bahwa bila suatu cahaya monokromatik

dialirkan pada suatu media yang transparan, maka bertambah turunnya cahaya

berbanding lurus dengan panjang media penyerapan cahaya. Hal itu juga dapat

ditulis dengan persamaan berikut:

dimana: Po = Intensitas cahaya masuk

P = Intensitas cahaya keluar

b = Konsentrasi zat yang menyerap sinar

k = Tetapan

Jadi, apabila hukum Beer-Lambert digabung dapat dinyatakan bahwa bila

suatu media penyerap yang transparan, maka bertambah turunnya cahaya

Page 35: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

18

berbanding lurus dengan media penyerap dan konsentrasi media penyerap. Hal ini

dapat dinyatakan dengan persamaan:

dimana: Po = Intensitas cahaya masuk

P = Intensitas cahaya keluar

c = Konsentrasi zat yang menyerap sinar

A = Absorbansi (Sinar yang diserap)

a = Absortivitas spesifik (jika c dalam gr/L)

b = Ketebalan media yang dilalui sinar

E = Extingsi (Absortivitas molar (jika c dalam mol/L).

Ada empat bagian penting dalam spektofotometer UV-Vis yaitu:

1. Lampu

Berkas cahaya putih yang keluar dari lampu ini adalah kombinasi dari semua

panjang gelombang spektrum tampak (visible).

2. Monokromator

Bagian yang mengisolasi suatu pita dengan panjang gelombang yang sempit dari

dalam semua energi cahaya yang memasukinya.

3. Phototube

Tempat ditaruhnya sampel yang akan diradiasi.

4. Detektor

Suatu piranti yang mengubah energi radiasi menjadi energi listrik yang

berhubungan dengan daya radiasi yang di adsorpsi oleh permukaan yang peka.

Page 36: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

19

5. Sistem Komputer

Suatu program untuk menerjemahkan sistem dari penurunan intensitas cahaya

akibat absopsi oleh sampel berbanding dengan konsentrasinya serta menyimpan

data kurva kalibrasi atau hasil uji sebelumnya (Munifah, 2005).

Gambar 5. Sistem Komponen Spektrometer UV-Vis (Munifah, 2005)

Spektrometer UV-Vis memiliki kemampuan untuk mengukur konsentrasi

suatu sampel baik yang tidak berwarna maupun yang berwarna. Larutan tanpa

warna akan diabsorpsi pada panjang gelombang lebih rendah dari 400 nm oleh

sinar UV, sedangkan larutan yang berwarna akan diabsorpsi pada kisaran panjang

gelombang antara 400 nm hingga 780 nm. Panjang gelombang absorpsi biasanya

dilaporkan sebagai λ max, yaitu panjang gelombang pada titik tertinggi kurva.

2.4. Salak Pondoh

2.4.1. Karakteristik

Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah yang disukai dan

mempunyai prospek yang baik untuk diusahakan. Tanaman salak termasuk famili

Palmae yang tumbuh berumpun dengan tinggi 4,5-7 meter (Kusumo, et al, 1999).

Page 37: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

20

Salak merupakan salah satu buah tropis yang banyak diminati oleh orang. Buah

salak memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi (Tim Karya Mandiri, 2010).

Buah salak terdiri atas kulit buah, daging buah dan biji. Sisik kulit buah

menjadi satu dengan kulit buahnya. Kulit buah sangat tipis, tebalnya sekitar 0,3

mm. Sedangkan kulit luar buah salak berfungsi sebagai pelindung alami terhadap

daging buah yang dibungkusya terhadap pengaruh keadaan lingkungan. Daging

buah tidak berserat berwarna putih kekuningan, kuning kecoklatan, atau merah

tergantung varietasnya. Rasa buah manis, manis agak asam, manis agak sepet atau

manis bercampur asam dan sepet. Dalam 1 buah salak mengandung 1-3 biji.

Bijinya berwarna coklat berbentuk persegi dan berkeping satu (Nazarudin dan

Kristiawati, 1992).

Umur buah salak yang baik untuk dipasarkan adalah antara 6-7 bulan sejak

keluarnya bunga, tetapi jika musim hujan tiba pada saat buah salak sudah

membesar (4-5 bulan), maka petani memanen buahnya lebih awal dari biasanya.

Hal ini disebabkan karena buah salak tersebut cepat membesar sehingga terjadi

ketidak seimbangan dalam membesarkan kulit dan isi mengakibatkan kulit buah

pecah sebelum mencapai umur 6-7 bulan (Sumarto, 1976).

Menurut Nazaruddin dan Kristiawati, (1992) buah salak yang sudah masak

umumnya mempunyai ciri-ciri seperti di bawah ini :

a. Kulit buah bersih mengkilap dan susunan sisiknya tampak lebih renggang.

b. Bila buah dipetik, mudah sekali terlepas dari tandan buah.

c. Biji salak berwarna coklat gelap kehitaman.

d. Bila dipijit dibagian ujungnya, telah terasa lembut dan empuk.

Page 38: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

21

e. Bila dicium menyebar aroma salak dan bila dimasukan kedalam air akan

terapung.

Diantara bermacam-macam salak yang ada, salak pondoh merupakan salak

yang paling disukai oleh konsumen. Salak pondoh merupakan salah satu varietas

salak yang banyak dibudidayakan di daerah Sleman, Yogyakarta. Tanaman salak

pondoh mempunyai batang pendek, berumah dua, berduri banyak, tumbuh tegak

dengan ketinggian 3-7 meter dari atas permukaan tanah, batang beruas banyak,

perakaran dangkal dan kuat, daun majemuk menyirip dengan ujung anak daun

lebih lebar (Santosa, 1990). Buah salak pondoh pada umumnya lebih kecil

daripada buah salak jenis lain. Namun dewasa ini dikenal jenis salak pondoh

ekspor yang ukurannya normal seperti buah salak biasa. Warna kulit salak pondoh

bervariasi mulai dari coklat kehitaman, coklat kemerahan, kuning kemerahan,

coklat kekuningan dan merah gelap kehitaman dengan rasa buahnya yang manis

(Santoso, 1990).

Salak pondoh memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh salak

varietas lain yaitu telah manis ketika buah masih muda. Namun kelemahan dari

buah ini adalah umur simpannya setelah panen sangat singkat. Menurut

Tranggono (1992), buah salak pondoh yang telah dipetik dan disimpan pada suhu

kamar, pada hari ke 10 sudah menunjukkan tanda-tanda kebusukan dan tidak

layak dikonsumsi.

Adapun komposisi kimia dari daging buah salak pondoh dalam setiap 100 g

dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 39: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

22

Tabel 3. Komposisi kimia daging buah salak pondoh

Komposisi Kadar

Energi (Kkal) 77

Protein (g) 0,40 (0,94*)

Lemak (g) 0,00

Karbohidrat (g) 20,90

Serat kasar (g) -

Kadar abu (g) 0,67 (0,63*)

Kalsium (mg) 28,00

Fosfor (mg) 18,00

Besi (mg) 4,2

Vitamin A (IU) 0,00

Vitamin B1 (mg) 0,04

Vitamin C (mg) 2,00 (2,43*)

Air (g) 78,00 (82,81)

Tanin (g) 0,58 (0,63*)

Pektin (g) 0,94*

Asam sitrat (g) 0,62*

Asam Malat (g) 2,04*

Sumber : Novianti (2009); *Suhardi et al (1997)

2.4.2. Kerusakan Pasca panen

Di daerah tropis, kehilangan pasca panen pada buah dan sayuran segar

sangat besar. Kerusakan oleh mikrobia dianggap faktor utamanya. Infeksi oleh

mikroba yang terjadi melalui luka pada saat panen atau sesudahnya merupakan

kerugian utama yang menyebabkan pembusukan buah. Perkembangan selanjutnya

setelah terjadi infeksi bergantung pada kemampuan enzimatis patogen dan kondisi

fisiologis jaringan inang yang meliputi kelembaban, kemudahan untuk diserang

patogen, dan ketahanan jaringan inang sebelum proses infeksi sempurna

(Novianti, 2009).

Kebanyakan buah mempunyai pH yang rendah (<4,5). Ini berarti kerusakan

mikrobiologis yang mungkin timbul disebabkan oleh jamur perusak pangan,

karena pada pH rendah bakteri sulit tumbuh pada bahan pangan. Berdasarkan

Page 40: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

23

daya perusaknya maka jamur perusak pangan dapat dikelompokkan menjadi 2

yaitu, jamur yang merusak tanaman sebelum panen dan jamur yang menyerang

komoditas setelah panen. Sifat pertumbuhan yang khas dari jamur adalah

berbentuk kapas dan biasanya terlihat pada buah-buahan yang membusuk.

Pertumbuhannya dapat berwarna hitam, putih, atau berbagai macam warna.

Adanya jamur pada buah atau sayuran dapat menimbulkan kerusakan sangat hebat

hingga merusak jaringan tanaman hingga menyerupai bubur (Novianti, 2009).

2.4.3. Mikroba Perusak Salak

Bahan pangan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan bahan yang

mudah rusak (perishable), misalnya buah salak yang memar sehingga daging

buahnya menjadi berwarna coklat. Buah salak yang ketika dipanen berasa manis,

namun setelah dibiarkan beberapa hari kemudian daging buah berangsur-angsur

melunak dan kemudian menjadi berasa asam karena perubahan oleh enzim. Hal

ini terjadi disebabkan adanya kerusakan mikrobiologis oleh bakteri, ragi dan

jamur karena kondisi bahan sesuai dengan kebutuhan hidup mikroba. Pembusukan

buah salak disebabkan oleh tiga jenis jamur yaitu Ceratocystis paradoxa,

Fusarium sp, dan Aspergilus sp (Novianti, 2009). Menurut Oka (1964) dalam

Semangun (1989) pembusukan buah salak pondoh kadang-kadang juga

disebabkan oleh bakteri, Erwinia carotovora. Namun, kerusakan oleh mikroba

yang paling utama disebabkan oleh kapang.

2.4.3.1. Kapang

Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan

ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang termasuk mikroba yang penting

Page 41: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

24

dalam mikrobiologi pangan karena selain berperan penting dalam industri

makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan pangan. Kapang

adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada

makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.

Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul

akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang.

Sifat fisiologi kapang (Waluyo, 2007), yaitu: (1) Umumnya kebanyakan

kapang membutuhkan water activity (aw) minimal untuk pertumbuhan lebih

rendah dibandingkan dengan khamir dan bakteri. Kadar air bahan pangan kurang

dari 14-15%, misalnya pada beras dan serealia, dapat menghambat atau

memperlambat pertumbuhan kebanyakan khamir; (2) Kebanyakan kapang bersifat

mesofilik yaitu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk

kebanyakan kapang adalah sekitar 25-300C tetapi beberapa dapat tumbuh pada

suhu 35-37°C atau lebih tinggi. Beberapa kapang bersifat psikrotrofik dan

beberapa bersifat termofilik; (3) Semua kapang bersifat aerobik, yaitu

membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan kapang dapat pada

kisaran pH yang luas, yaitu 2-8,5 tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik

pada kondisi asam atau pH rendah; (4) Pada umumnya kapang dapat

menggunakan berbagai komponen makanan, dari yang sederhana hingga

kompleks. Kebanyakan kapang memproduksi enzim hidrolitik, misal amylase,

pektinase, proteinase dan lipase, oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan-

makanan yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid, dan (5) Beberapa

kapang mengeluarkan komponen yang dapat menghambat organisme lainnya.

Page 42: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

25

Komponen itu disebut antibiotik,misalnya penisilin yang diproduksi oleh

Penicillium chrysogenum dan clavasin yang diproduksi oleh Aspergillus clavatus.

Pertumbuhan kapang biasanya berjalan lambat bila dibandingkan dengan

pertumbuhan khamir dan bakteri. Oleh karena itu jika kondisi pertumbuhan

memungkinkan semua mikroorganisme untuk tumbuh, kapang biasanya kalah

dalam kompetisi dengan khamir dan bakteri. Tetapi sekali kapang dapat mulai

tumbuh, pertumbuhan yang ditandai dengan pembentukan miselium dapat

berlangsung dengan cepat.

2.4.3.2. Klasifikasi Kapang

Berdasarkan ada tidaknya septa dibedakan beberapa kelas (Waluyo, 2007)

yaitu :

1. Kapang tidak bersepta

a. Kelas Oomycetes (spora seksual disebut oospora) terdiri dari ordo

saprolegniales (spesies Saprolegnia) dan ordo Peronosporales (spesies

Pythium).

b. Kelas Zygomycetes (spora seksual zigospora) terdiri dari ordo Mucorales

(spora aseksual adalah sporangiospora) seperti : Mucor mucedo,

Zygorrhynchus, Rhizopus, Absidia dan Thamnidium.

2. Kapang bersepta

a. Kelas fungi tidak sempurna (imperfecti) tidak mempunyai spora

seksual

1). Ordo Moniales

Page 43: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

26

a). Famili Monialiaceae: Aspergillus, Penicillium, Trichothecium,

Geotrichum, Neurospora, Sporatrichum, Botrytis, Cephalosporium,

Trichoderma, Scopulariopsis, Pullularia.

b). Famili Dematiceae: Cladosporium, Helminthosporium, Alternaria,

Stempylium.

c). Famili Tuberculariaceae : Fusarium

d). Famili Cryptococcaceae (fungsi seperti khusus atau false yeast) :

Candida (khamir), Cryptococcus

e). Famili Rhodotorulacee : Rhodotorula (khamir).

2). Ordo Melanconiales : Colletotrichum, Gleosporium, Pestalozzia.

3). Ordo Sphaeropsidales (konidia berbentuk botol, dinamakan piknidia) :

Phoma, Dlipodia.

b. Kelas Ascomycetes. Spora seksual adalah askospora, sperti : jenis

Endomyces, Monascus, Sclerotinia. Yang termasuk dalam fungi

imperfecti: Neurospora, Eurotium (tahap seksual dari Aspergillus), dan

Penicillium.

2.4.3.3. Morfologi Kapang

Kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang

bercabang yang disebut dengan hifa. Kumpulan dari hifa disebut dengan

miselium. Hifa tumbuh dari spora yang melakukan germinasi membentuk suatu

tuba germ, dimana tuba ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang panjang

dan bercabang yang disebut hifa, kemudian seterusnya akan membentuk suatu

Page 44: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

27

massa hifa yang disebut miselium. Pembentukan miselium merupakan sifat yang

membedakan grup-grup didalam fungi.

Hifa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hifa vegetatif atau hifa

tumbuh dan hifa fertil yang membentuk bagian reproduksi. Pada kebanyakan

kapang hifa fertil tumbuh di atas permukaan, tetapi pada beberapa kapang

mungkin terendam. Penyerapan nutrien terjadi pada permukaan miselium.

Sifat-sifat kapang baik penampakan makroskopik ataupun mikroskopik

digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang. Kapang dapat dibedakan

menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa yaitu hifa tidak bersekat atau

nonseptat dan hifa bersekat atau septatyang membagi hifa dalam ruangan-

ruangan, dimana setiap ruangan mempunyai satu atau lebih inti sel (nukleus).

Dinding penyekat yang disebut septum tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma

masih bebas bergerak dari suatu ruangan ke ruangan lainnya.

Gambar 6. (a) Struktur Morfologi Aspergillus secara umum; (b) Hifa bersekat dan

tidak bersekat (Benson, 2001).

2.5. Antimikroba

Mikroorganisme dapat menyebabkan rusaknya bahan pangan, infeksi, dan

menimbulkan penyakit. Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat, dan

(a) (b)

Page 45: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

28

dibunuh dengan cara fisik maupun kimia. Senyawa antimikroba adalah zat yang

dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan dapat digunakan untuk kepentingan

pengobatan infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Antimikroba meliputi

antibakteri, antifungal, antiprotozoa, dan antivirus (Inayati, 2007).

2.5.2. Jenis-Jenis Antimikroba

Antifungi/antimikroba adalah suatu bahan yang dapat mengganggu

pertumbuhan mikroorganisme. Pemakaian bahan antimikroba umumnya dalam

suatu usaha untuk mengendalikan bakteri maupun jamur. Pengendalian mikroba

yaitu segala kegiatan yang dapat menghambat, membasmi, atau menyingkirkan

mikroorganisme. Tujuan utama pengendalian mikroorganisme untuk mencegah

pembusukan dan perusakan oleh mikroorganisme, mencegah penyebaran penyakit

dan infeksi, dan membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi. Ada

beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu bahan antimikroba, seperti

mampu mematikan mikroorganisme, mudah larut dan bersifat stabil, tidak bersifat

racun bagi manusia dan hewan, tidak bergabung dengan bahan organik, efektif

pada suhu kamar dan suhu tubuh, tidak menimbulkan karat dan warna,

berkemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, murah dan mudah didapat

(Pelczar & Chan 1988).

Upaya pengendalian penyakit pada buah yang disebabkan oleh jamur

selama pasca panen umumnya dilakukan menggunakan fungisida (Pantastico,

1975). Senyawa-senyawa seperti thiabendazole, imazilil, sodium ortho-

phenylphenate, benzimidazole (benomyl) adalah komponen-komponen aktif dalam

Page 46: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

29

fungisida sintetis, sedangkan fungisida alami tidak mengandung bahan aktif yang

membahayakan.

Gambar 7. Struktur Kimia Benomyl (Mnif et al., 2011)

2.5.3. Mekanisme Kerja Antimikroba

Mekanisme kerja antijamur dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama,

sebagai pengganggu membran sel, gangguan ini terjadi karena adanya ergosterol

dalam sel jamur, ini adalah komponen sterol yang sangat penting dan sangat

mudah diserang oleh antibiotik turunan polien. Kompleks polien-ergosterol yang

terjadi dapat membentuk suatu pori dan melalui pori tersebut konstituen essensial

sel jamur seperti ion K, fosfat anorganik, asam karboksilat, asam amino dan ester

fosfat bocor keluar hingga menyebabkan kematian sel jamur. Penghambatan

biosintesis ergosterol dalam sel jamur, mekanisme ini merupakan mekanisme

yang disebabkan oleh senyawa turunan imidazol karena mampu menimbulkan

ketidakteraturan membran sitoplasma jamur dengan cara mengubah permeabilitas

membran dan mengubah fungsi membran dalam proses pengangkutan senyawa –

senyawa essensial yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolik

sehingga menghambat pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur

(Sholichah 2010).

Page 47: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

30

Kedua, melalui hambatan sintesis asam nukleat dan protein jamur,

merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan pirimidin. Efek

antijamur terjadi karena senyawa turunan pirimidin mampu mengalami

metabolisme dalam sel jamur menjadi suatu antimetabolit. Metabolik antagonis

tersebut kemudian bergabung dengan asam ribonukleat dan kemudian

menghambat sintesis asam nukleat dan protein jamur. Penghambatan mitosis

jamur, efek antijamur terjadi karena senyawa antibiotik griseofulvin yang mampu

mengikat protein mikrotubuli dalam sel, kemudian merusak struktur spindle

mitotic dan menghentikan metafasa pembelahan sel jamur (Sholichah, 2010).

Pengujian aktivitas bahan antimikroba secara in vitro dapat dilakukan

melalui dua cara. Cara pertama yaitu metode dilusi, cara ini digunakan untuk

menentukan kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum dari bahan

antimikroba. Prinsip dari metode dilusi menggunakan satu seri tabung reaksi yang

diisi medium cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Selanjutnya

masing-masing tabung diisi dengan bahan antimikroba yang telah diencerkan

secara serial, kemudian seri tabung diinkubasi pada suhu 37˚C selama 18-24 jam

dan diamati terjadinya kekeruhan konsentrasi terendah bahan antimikroba pada

tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada

pertumbuhan jamur merupakan konsentrasi hambat minimum). Biakan dari semua

tabung yang jernih ditumbuhkan pada medium agar padat, diinkubasi selama 24

jam, dan diamati ada tidaknya koloni jamur yang tumbuh (Tortora et al, 2001).

Cara kedua yaitu metode difusi cakram (Uji Kirby-Baner). Prinsip dari

metode difusi cakram adalah menempatkan kertas cakram yang sudah

Page 48: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

31

mengandung bahan antimikroba tertentu pada medium lempeng padat yang telah

dicampur dengan jamur yang akan diuji. Medium ini kemudian diinkubasi pada

suhu 37˚C selama 18-24 jam, selanjutnya diamati adanya zona jernih disekitar

kertas cakram. Daerah jernih yang tampak di sekeliling kertas cakram

menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba. Jamur yang sensitif terhadap

bahan antimikroba akan ditandai dengan adanya daerah hambatan disekitar

cakram, sedangkan jamur yang resisten terlihat tetap tumbuh pada tepi kertas

cakram (Tortora et al, 2001).

Penentuan daya antimikroba didasarkan pada besarnya zona hambat yang

terbentuk, dinyatakan dalam tiga kategori (Lorian, 1980), yaitu:

1. Zona hambat total yaitu bila zona hambat yang terbentuk di sekitar silinder

terbentuk jernih.

2. Zona hambat parsial yaitu bila di dalam zona hambat yang terbentuk masih

terdapat adanya pertumbuhan beberapa koloni jamur.

3. Zona hambat nol yaitu bila tidak ada zona hambat yang terbentuk disekeliling

silinder.

Page 49: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian yang bertempat di Cimanggu-Bogor. Penelitian

dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Oktober 2014.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Erlenmeyer, tabung

reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, pipet tetes, pipet mikro, gelas ukur, gelas

piala, kertas saring, labu ukur, autoklaf, rotary evaporator, sentrifuge, cover glass,

Spektrofotometer UV-Vis Cary 60, dan Mikroskop Trinokular LW Scientific.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lengkuas merah dari

daerah Bogor, buah salak pondoh yang telah busuk, pelarut n-heksana, pelarut

etil asetat, akuades, tween 80, larutan benomyl 500 ppm, larutan natrium klorida,

media PDA (Potato Dextrosa Agar), reagen Folin Ciocalteu, pelarut metanol

80%, larutan asam galat, dan larutan natrium karbonat 7%.

Page 50: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

33

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Pembuatan Ekstrak

Bahan baku rimpang lengkuas merahyang berumur ± 7 bulan, dicuci dan

dibersihkan dari kotoran yang melekat. Setelah itu rimpang lengkuas dikecilkan

ukurannya melalui pengirisan, dan kemudian diparut. Selanjutnya, dilakukan

pembuatan ekstrak secara maserasi dengan empat jenis pelarut, yaitu air dingin,

air panas, pelarut n-heksana dan pelarut etil asetat.

1.3.1.1. Ekstraksi lengkuas dengan air dingin (akuades)

Lengkuas yang sebelumnya telah diparut ditimbang sebanyak 50 g, lalu

dimasukkan ke dalam gelas beaker kemudian ditambah 500 ml akuades.

Selanjutnya, ditunggu selama 10 menit sambil diaduk rata. Kemudian direndam

selama 24 jam, selanjutnya di sentrifuge dan filtrat yang dihasilkan diuapkan

pelarutnya menggunakan rotary evaporator selama 45 menit dengan suhu 50°C

sampai sisa pelarut habis dan menghasilkan ekstrak kental.

1.3.1.2. Ekstraksi lengkuas dengan air panas

Lengkuas sebelumnya telah diparut, kemudian 500 ml air dipanaskan

sampai mendidih dan lengkuas sebanyak 50 g dimasukkan, lalu ditunggu selama

10 menit (± 100°C) sambil diaduk rata. Kemudian direndam selama 24 jam,

selanjutnya di sentrifuge dan filtrat yang dihasilkan diuapkan pelarutnya

menggunakan rotary evaporator selama 20 menit dengan 50°C sampai sisa pelarut

habis dan menghasilkan ekstrak kental.

Page 51: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

34

1.3.1.3. Ekstraksi lengkuas dengan pelarut n-heksana

Pembuatan ekstrak lengkuas dengan menggunakan larutan n-heksana

dilakukan secara maserasi basah. Lengkuas ditimbang sebanyak 50 g dan

dilarutkan dalam 500 ml larutan n-heksan.Kemudian direndam selama 24 jam,

selanjutnya di sentrifuge dan filtrat yang dihasilkan diuapkan pelarutnya

menggunakan rotary evaporator pada suhu 55°C sampai 20 menit sisa pelarut

habis dan menghasilkan ekstrak kental.

1.3.1.4. Ekstraksi lengkuas dengan pelarut etil asetat

Pembuatan ekstrak lengkuas dengan menggunakan larutan etil asetat

dilakukan secara maserasi basah. Lengkuas ditimbang sebanyak 50 g dan

dilarutkan dalam 500 ml larutan etil asetat. Kemudian direndam selama 24 jam,

selanjutnya di sentrifuge dan filtrat yang dihasilkan diuapkan pelarutnya

menggunakan rotary evaporator pada suhu 40°C selama 20 menit sampai sisa

pelarut habis dan menghasilkan ekstrak kental.

3.3.2. Analisis Total Fenolik

3.3.2.1. Persiapan Larutan Standar Asam Galat

Pembuatan larutan induk asam galat, ditimbang 50 mg asam galat

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan akuades sampai 100 ml

sehingga diperoleh konsentrasi 500 ppm dari larutan induk dipipet 1;

2.5;5;10;15,20 ml diencerkan dengan akuades sampai volume 50 ml. Sehingga

dihasilkan larutan dengan konsentrasi 10, 25, 50, 100, 150, 200 ppm asam galat.

Page 52: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

35

3.3.2.2. Penetapan Kadar Fenol

Ekstrak diambil sebanyak 0,5 ml dan dilarutkan dalam 9,5 ml metanol,

kemudian di ultrasonic selama 20 menit. Setelah itu disaring, filtrat diambil 0,5

ml. Kemudian ditambahkan 1 ml reagen Folin Ciocalteu, 10 ml Na2CO3 7% dan

ditambahkan akuades sampai dengan 25 ml. Campuran tersebut didiamkan disuhu

ruang selama 90 menit lalu dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer Uv-

Vis pada panjang gelombang 750 nm. Semua sampel dianalisa dua kali (Singleton

dan Rossi, 1965).

3.3.3. Uji Aktivitas Antimikroba

3.3.3.1. Penyiapan Isolasi Kapang / Khamir

Kapang diisolasi dari buah salak pondoh yang telah rusak. Tanda-anda

kerusakan adalah sampel berbau busuk dan ditumbuhi kapang/khamir. Setelah itu

sampel diambil sebanyak 10 g, lalu dimasukkan ke dalam 90 ml larutan pengencer

NaCl 0,85% steril. Sebanyak 1 ml cairan dari sampel diambil dan dimasukkan

dalam cawan petri steril kemudian dituangkan media PDA dan diinkubasi pada

suhu kamar selama dua hari. Koloni kapang/khamir yang tumbuh dari sampel

diambil dengan menggunakan ose secara aseptis dan dipindahkan ke cawan yang

berisi PDA beku dan dilakukan gores kuadran. Gores kuadran dilakukan sebanyak

tiga kali untuk mendapatkan kultur murni. Cara ini dilakukan untuk setiap jenis

koloni kapang / khamir yang berbeda.Setelah diperoleh kultur kapang/khamir

Page 53: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

36

murni selanjutnya dibuat agar miring untuk masing-masing kultur dan diberi kode

kultur sebagai stok. Kultur stok disegarkan terlebih dahulu setiap kali digunakan.

Isolat kapang dari kultur stok yang telah berumur 7 hari, dipanen sporanya.

Sebanyak 10 ml pengencer steril ditambahkan menjadi ± 109. Kemudian

dilakukan metode plating. Sebanyak 1 ml suspensi spora dituamgkan ke dalam

cawan petri steril . kemudian dituangkan media PDA dan diinkubasi selama 2 hari

(Daulay, 1989 dalam Sukasih et al., 2008).

3.3.3.2 Uji Pembentukan Zona Hambat

Pengujian ini dilakukan dengan metode difusi sumur (Berghe dan

Vlientinck, 1991; Rios et al., 1988 dalam Hutasoit et al., 2013). Uji ini dilakukan

dengan menentukan daya hambat ekstrak dengan melihat terbentuknya zona

hambat disekitar sumur ekstrak, meliputi zona hambat total yang ditandai dengan

zona hambat bening sempurna, zona hambat parsial yang ditandai dengan zona

hambat tidak bening sempurna dan zona hambat yang tidak dapat terukur. Ekstrak

diuji dengan metode difusi sumur. Sebanyak 1 ml suspensi semua masing-masing

isolat dengan konsentrasi 1x105

konidia/ml dimasukkan ke dalam cawan petri

kemudian dituangi media PDA 20 ml yang masih cair. Biakan tersebut digoyang

sampai konidia bercampur rata ke seluruh media. Setelah beku dibuat lubang

dengan blue tips steril ± 5 mm tepat di bagian tengah petri. Selanjutnya lubang

sumur diisi 100 μl ekstrak. Biakan diinkubasi pada suhu 35°C, ditaruh dalam suhu

kamar 30°C, disimpan dalam suhu AC dan suhu kulkas dengan masing-masing

suhu 25°C dan 15°C. Selanjutnya diameter koloni diukur dengan jangka sorong

selama 2-3 hari sampai jamur memenuhi petri. Kontrol yang digunakan adalah

Page 54: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

37

PDA, Benomyl 500 ppm, tween 80 + pelarut etil asetat dan tween 80 + pelarut n-

heksana.

3.4. Pengamatan Karakter Morfologi Kapang (Listiandiani, 2011).

Identifikasi isolat kapang dilakukan dengan pengamatan karakter

morfologi kapang. Hal-hal yang perlu diamati pada pengamatan karakter

morfologi secara mikroskopik meliputi ada atau tidak spora, dan bentuk spora

seksual dan spora aseksual, jenis dan bentuk hifa kapang dan karakter lainnya.

Pengamatan kapang menggunakan mikroskop cahaya atau mikroskop trinokular,

yaitu biakan yang telah 7 hari pada agar miring diambil dengan ose secara aseptis.

Lalu digoreskan ke media PDA dengan cara gores sinambung. Setelah 3-5 hari,

kapang yang tumbuh di dalam media PDA tersebut diamati warna koloni dan

warna sebalik koloni.

Kemudian pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan mengambil

sedikit biakan kapang dengan menggunakan ose, lalu ditusuk ke dalam kaca

obyek cekung yang berisi media PDA, lalu ditutup dengan cover glass. Setelah itu

diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 40X.

3.5. Hubungan Antara Jenis Ekstrak dan Daya Hambat

Pada penelitian ini, metode perhitungan jumlah daya hambat terhadap

ekstrak dengan berbagai suhu, tidak ditemukan referensi yang terkait dengan

metode ini, namun dikarenakan metode ini diperlukan untuk mendukung adanya

hubungan senyawa aktif lengkuas merah dengan daya hambat yang dihasilkan

dari ekstrak tersebut. Sehingga dibentuk metode pengukuran daya hambat jenis

Page 55: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

38

ekstrak lengkuas pada masing-masing isolat pada berbagai suhu dengan kisaran

keefektifan yaitu ekstrak sangat efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

(+), ekstrak efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir (++) sampai

ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir (+++). Kisaran

data ini diperoleh berdasarkan hasil pertumbuhan kapang/ khamir yang

dipengaruhi oleh berbagai ekstrak lengkuas dan benomyl 500 ppm. Kemudian

dihitung total keseluruhan hasil jumlah daya hambat dari masing-masing isolat.

Page 56: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

39

3.6. Skema Penelitian

Skema penelitian dibuat agar memudahkan dalam melihat dan mengetahui

proses penelitian. Dimana skema penelitian tersebut akan diawali dengan

pembuatan ekstrak lengkuas yang dilakukan dengan proses maserasi sampai

didapatkan ekstrak kental, hingga berbagai macam pengujian.

Gambar 8. Diagram alir penelitian

Ekstrak Lengkuas

Air Dingin

Air Panas

n-Heksana

Etil Asetat

Rimpang Lengkuas

Dicuci, Diparut

di sentrifuge

dan di

evaporasi

Uji Aktivitas Antimikroba

Penyiapan Isolasi

Kapang / Khamir dari

buah salak busuk

Uji Pembentukan

Zona Hambat

Pengamatan Karakter

Morfologi Kapang

Analisis Total Fenolik

Persiapan

Larutan Standar

Asam Galat

Penetapan Fenol

Page 57: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Total Fenolik Ekstrak Lengkuas

Analisa total fenolik pada penelitian ini menggunakan ekstrak lengkuas

dengan bermacam-macam variasi pelarut. Pelarut ysng digunakan adalah air

dingin, air panas, pelarut etil asetat, dan pelarut n-heksana. Ekstrak lengkuas

dibuat dengan menggunakan metode maserasi selama 24 jam. Hal ini bertujuan

untuk melarutkan komponen flavonon dan dihidroflavonol dikenal sebagai

senyawa yang bersifat fungistatik dan fungisida yang terdapat pada lengkuas

(Hemzela, 2006). Hal ini dibuktikan dengan dihasilkannya Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Kadar total fenolik pada ekstrak lengkuas.

Keterangan: * Srividya et al., (2010)

Hasil pengujian kadar total fenolik menunjukkan bahwa ekstrak air panas

lengkuas memiliki kandungan senyawa fenolik paling tinggi yaitu 1110,3 ppm

GAE, lalu ekstrak etil asetat lengkuas sebesar 746, 3 ppm GAE, ekstrak air dingin

lengkuas sebesar 733,6 ppm GAE dan ekstrak n-heksana lengkuas sebesar 293, 4

ppm GAE. Sedangkan hasil penelitian Srividya et al., (2010) total fenolik dari

Sampel Kadar Total Fenolik (ppm GAE)

Ekstrak Air Dingin Lengkuas 733,6 (220 ± 0.87*)

Ekstrak Air Panas Lengkuas 1110,3

Ekstrak Etil Asetat Lengkuas 746, 3 (227 ± 1.03*)

Ekstrak N-Heksana Lengkuas 293, 4

Page 58: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

41

ekstrak etil asetat lengkuas adalah 227 ± 1.03 ppm GAE dan ekstrak air dingin

lengkuas 220 ± 0.87 ppm GAE. Hal ini membuktikan bahwa penelitian telah

dilakukan memiliki total fenolik jauh lebih tinggi daripada dengan hasil penelitian

Srividya et al., (2010).

Berdasarkan Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa kadar total fenolik

tertinggi adalah ekstrak air panas lengkuas dibandingkan dengan ekstrak air

dingin lengkuas. Perbedaan pelarut ternyata menghasilkan perbedaan total fenolik

dan lama ekstraksi juga mempengaruhi ekstrak yang dihasilkan (Revilla et al.,

1998). Hal ini juga terlihat pada ekstrak etil asetat lengkuas yang memiliki kadar

total fenolik lebih tinggi dibandingkan ekstrak n-heksana lengkuas.

4.2. Karakter Morfologi Isolat Kapang

Identifikasi konvensional kapang dilakukan dengan pengamatan karakter

morfologi. Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologi, terlihat bahwa

sembilan isolat tersebut adalah tujuh isolat berbentuk kapang dan dua isolat

berbentuk khamir. Sembilan isolat ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda

dan diidentifikasi sebagai kapang Aspergilus sp. (Isolat S13E, S13F, S13G dan

S11D), Penicillium sp. (Isolat S11B), Thielaviopsis sp. (Isolat S8A1),

Saccharomyces sp. (Isolat S10B), Rhodotorula sp. (Isolat S11A1) dan

Streptomyces sp. (Isolat S11A3). Hasil identifikasi berdasarkan karakter

morfologi kapang/khamir sebagai berikut.

Page 59: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

42

4.2.1. Isolat S13E, S13F, S13G, dan S11D.

Pengamatan karakter morfologi dilakukan pada isolat kapang S13E, S13F,

S13G dan S11D berumur 7 hari, pada medium PDA yang ditaruh di suhu ruang.

Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dengan

pembesaran 40X, isolat kapang S13E, S13F, S13G dan S11D ditemukan struktur

kepala konidia, konidiofor, vesikel, dan hifa. Berdasarkan hasil pengamatan

karakter morfologi secara makroskopik, koloni kapang S13E berwarna hijau

lumut dan S13F terlihat berwarna hijau lumut agak gelap. Berbeda dengankoloni

kapang S13G dan S11D, yang mana koloni kapang S13G berwarna putih agak

krem, sedangkan koloni kapang S11D berwarna hitam. Hasil yang diperoleh

menunjukkan isolat kapang S13E, S13F, S13G, dan S11D diduga termasuk ke

dalam genus Aspergillus sesuai dengan deskripsi kapang Aspergillus oleh Barnett

dan Barrry (1972). Menurut Koneman dan Roberts (1985), Aspergillus sp.

memiliki variasi warna koloni dari kuning, hijau, kebiruan, putih hingga hitam.

Hasil pengamatan karakter morfologi pada isolat S13E dan S13F secara

mikroskopis dengan pembesaran 40X dan makroskopis diduga termasuk ke dalam

genus Aspergillus sp. sesuai dengan deskripsi kapang Aspergillus sp. (Barnett and

Barry, 1972). Hal ini disebabkan karena adanya bentuk struktur kepala konidia

semibulat dan konidia yang berbentuk bulat. Selain itu, terbentuk adanya hifa

berseptat dan konidiofor tidak berseptat. Berdasarkan gambar diatas, terlihat

bahwa warna koloni S13E pada tampak depan berwarna hijau lumut dan tampak

belakang berwarna kuning muda. Begitu juga pada warna koloni S13F terlihat

Page 60: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

43

pada tampak depan berwarna hijau lumut agak gelap dan tampak belakang sama

seperti S13E yaitu berwarna kuning muda.

Keterangan :

a. Kepala konidia; b. Konidiofor; c. Vesikel; d. Hifa;

e. Konidia; f. Sekat; g. Tampak depan; h. Tampak belakang.

a

b c

d

e f

Gambar 9. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik

dari Aspergillus sp. S13E umur 7 hari pada medium PDA

di suhu ruang.

g h

Page 61: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

44

Keterangan:

a. Kepala konidia; b. Konidiofor; c. Vesikel; d. Hifa;

e. Konidia; f. Sekat; g. Tampak depan; h. Tampak belakang.

Gambar 10. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dari

Aspergillus sp. S13F umur 7 hari pada medium PDA di suhu

ruang.

Hasil pengamatan karakter morfologi pada isolat S13E dan S13F secara

mikroskopis dengan pembesaran 40X dan makroskopis diduga termasuk ke dalam

genus Aspergillus sp. sesuai dengan deskripsi kapang Aspergillus sp. (Barnett and

Barry, 1972). Hal ini disebabkan karena adanya bentuk struktur kepala konidia

semibulat dan konidia yang berbentuk bulat. Selain itu, terbentuk adanya hifa

berseptat dan konidiofor tidak berseptat. Berdasarkan gambar diatas, terlihat

bahwa warna koloni S13E pada tampak depan berwarna hijau lumut dan tampak

belakang berwarna kuning muda. Begitu juga pada warna koloni S13F terlihat

pada tampak depan berwarna hijau lumut agak gelap dan tampak belakang sama

seperti S13E yaitu berwarna kuning muda.

a

b

c d

e

f

g h

Page 62: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

45

Keterangan:

a. Kepala konidia; b. Konidiofor; c. Vesikel; d. Hifa;

e. Konidia; f. Sekat; g. Tampak depan; h. Tampak belakang.

Gambar 11. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dari

Aspergillus sp. S13G umur 7 hari pada medium PDA di suhu ruang.

Hasil pengamatan karakter morfologi pada isolat S13G secara mikroskopis

dan makroskopis diduga juga termasuk ke dalam genus Aspergillus sp. sesuai

dengan deskripsi kapang Aspergillus sp. (Barnet and Barry, 1972). Hal ini

disebabkan karena adanya bentuk struktur kepala konidia semibulat dan konidia

yang berbentuk bulat. Selain itu, terbentuk adanya hifa berseptat dan konidiofor

tidak berseptat. Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa warna koloni S13G

a

b

c

d

e f

g h

Page 63: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

46

pada tampak depan berwarna putih agak kekuningan dan tampak belakang

berwarna coklat muda.

Hasil pengamatan karakter morfologi pada isolat S11D secara mikroskopis

dan makroskopis diduga juga termasuk ke dalam genus Aspergillus sp. sesuai

dengan deskripsi kapang Aspergillus sp. (Barnet and Barry, 1972). Hal ini

disebabkan karena adanya bentuk struktur kepala konidia semibulat dan konidia

yang berbentuk bulat. Selain itu, terbentuk adanya hifa berseptat dan konidiofor

tidak berseptat. Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa warna koloni S11D

pada tampak depan berbentuk bintik-bintik dengan warna hitam dan tampak

belakang berwarna putih transparan.

Keterangan:

a. Kepala konidia; b. Konidiofor; c. Vesikel; d. Hifa;

e. Konidia; f. Sekat; g. Tampak depan; h. Tampak belakang.

Gambar 12. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dari

Aspergillus sp. S11D umur 7 hari pada medium PDA di suhu ruang.

a

b

c d

e

f

g h

Page 64: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

47

4.2.2. Isolat S8A1.

Berdasarkan hasil isolasi kulit buah salak, diperoleh satu jenis kapang

yang berbeda dari isolat-isolat lainnya. Salah satu jenis cendawan ini diduga

termasuk ke dalam genus Thielaviopsis sp. sesuai dengan deskripsi kapang

Thielaviopsis oleh Barnet dan Barry (1972). Pengamatan karakter morfologi

dilakukan pada isolat kapang S8A1 berumur 7 hari, pada medium PDA yang

ditaruh di suhu ruang. Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologi secara

mikroskopik dengan pembesaran 40X isolat kapang S8A1 ditemukan struktur

fialid, fialospora, konidiofor, dan hifa. Sedangkan hasil pengamatan karakter

morfologi secara makroskopik, koloni kapang S8A1 berwarna hitam berserabut.

Kapang ini diidentifikasi berdasarkan morfologi spora, yaitu memiliki ciri-ciri

letak konidiofor pada miselium cabang lateral yang pendek, spora berwarna

subhialin gelap, spora berbentuk agak oval melonjong, tersusun dalam bentuk

massa (kumpulan rantai yang panjang), dan memiliki klamidospora yang

berdinding tebal. (Simajuntak, et al. 2008). Selain itu, terbentuk adanya hifa

berseptat dan konidiofor tidak berseptat. Berdasarkan gambar dibawah, terlihat

bahwa warna koloni S8A1 pada tampak depan berbentuk serabut dengan warna

hitam dan tampak belakang berwarna putih transparan. Hal ini terlihat pada

gambar dibawah ini.

Page 65: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

48

Keterangan:

a. Konidiofor; b. Fialid; c. Fialospora; d. Klamidospora;

e. Hifa; f. Sekat; g. Tampak depan; h. Tampak belakang

Gambar 13. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dan

makroskopik dari Thielaviopsis sp. S8A1 umur 7 hari pada medium

PDA di suhu ruang.

4.2.3. Isolat S11B.

Berdasarkan hasil isolasi kulit buah salak, diperoleh satu jenis kapang

yang berbeda dari isolat-isolat lainnya. Salah satu jenis cendawan ini diduga

termasuk ke dalam genus Penicillium sp. sesuai dengan deskripsi kapang

Penicillium oleh Barnet dan Barry (1972). Pengamatan karakter morfologi

dilakukan pada isolat kapang S11B berumur 7 hari, pada medium PDA yang

ditaruh di suhu ruang. Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologi secara

a

b c d

e

g

h

f

Page 66: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

49

mikroskopik dengan pembesaran 40X, isolat kapang S11B ditemukan struktur

konidia, fialid, konidiofor, dan hifa. Selain itu tidak ditemukannya bentuk seksual

sehingga dapat disimpulkan bahwa kapang tersebut dalam fase anamorf.

Sedangkan hasil pengamatan karakter morfologi secara makroskopik, koloni

kapang S11B berwarna putih berserabut. Kapang ini diidentifikasi berdasarkan

morfologi spora, yaitu memiliki ciri-ciri yaitu: (1) Hifa septat, miselium

bercabang, biasanya berwarna, (2) Konidiofora septat dan muncul diatas

permukaan, berasal dari hifa dibawah permukaan, bercabang atau tidak

bercabang, (3) Kepala yang membawa spora berbentuk seperti sapu, dengan

sterigmata atau fialida muncul dalam kelompok, (4) Konidia membentuk rantai

karena muncul satu per satu dari sterigmata, (5) Konidia waktu masih muda

berwarna hijau, kemudian berubah menjasi kebiruan atau kecoklatan. (Waluyo,

2007). Menurut Samson, et al. (2004), karakter morfologi Penicillium yaitu

memiliki konidia tersusun seperti rantai yang dihasilkan oleh conidiogenous cell

yang disebut fialid. Fialid dihasilkan oleh struktur yang disebut metula. Metula

pada Penicillium dapat bercabang atau tidak bercabang. Struktur antara metula

dengan konidiofor disebut branch. Tipe- tipe percabangan atau branch pada

Penicilliumterdiri dari: simple branch(non-branched or monoverticillate), one-

stage branched (biverticillate-symmetrical), two-stage branched (biverticillate-

asymmetrical) atau three to more staged branched. Fialid umumnya berbentuk

seperti botol dengan ujungnya agak menyempit. Konidia tersusun seperti rantai

yang memanjang, berbentuk bulat atau agak lonjong (Ellis, et al. 2007).

Page 67: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

50

Berdasarkan gambar dibawah, terlihat bahwa warna koloni S11B pada

tampak depan berbentuk serabut dengan warna putih dan tampak belakang

berwarna coklat muda. Selain itu, tipe percabangan dari Penicillium sp. S11B

adalah two-stage branched, memiiki hifa dan konidiofor berseptat. Hal ini terlihat

pada gambar dibawah ini.

Keterangan:

a. Konidia; b. Metula; c. Fialid; d. Konidiofor septat; e. Hifa septat;

f. Tampak depan; g. Tampak belakang.

Gambar 14. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dan

makroskopik dari Penicillium sp. S11B umur 7 hari pada medium

PDA di suhu ruang.

a

b

c

d e

f g

Page 68: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

51

4.2.4. Isolat S10B

Berdasarkan hasil isolasi kulit buah salak, bukan hanya kapang saja yang

ditemukan tetapi juga diperoleh khamir. Salah satu jenis cendawan ini diduga

termasuk ke dalam genus Saccharomyces sp. sesuai dengan deskripsi kapang

Saccharomyces oleh Sanger (2004).

Pengamatan karakter morfologi dilakukan pada isolat khamir S10B

berumur 7 hari, pada medium PDA yang ditaruh di suhu ruang. Menurut Alwi

(2009) genus Saccharomyces memiliki reproduksi aseksual dengan pembelahan

(fission). Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik

dengan pembesaran 40X, isolat kapang S10B ditemukan bentuk blastospora

berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh

strainnya. Sedangkan hasil pengamatan karakter morfologi secara makroskopik,

koloni khamir S10B dilihat dari tampak depan terlihat berwarna putih mengkilat,

sedangkan pada tampak belakang berwarna putih transparan. Dapat berkembang

biak dengan membelah diri melalui “budding cell”. Reproduksinya dapat

dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi

pertumbuhan sel. Hal ini terlihat pada gambar dibawah ini.

Page 69: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

52

Keterangan:

a. Blastospora; b. Tampak depan; c. Tampak belakang.

Gambar 15. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik

dan makroskopik dari Saccharomyces sp. S10B umur 7 hari

pada medium PDA di suhu ruang.

4.2.5. Isolat S11A1.

Spesies-spesies khamir selain genus Saccharomyces, ditemukan juga

spesies khamir lain yang diduga termasuk dalam Filum Basidiomycota yaitu

genus Rhodotorula. Menurut Alwi (2009), genus Rhodotorula memiliki warna

koloni orange, merah atau kuning. Bentuk sel bulat, semi bulat atau elips, dan

memiliki reproduksi aseksual. Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologi

secara mikroskopik dengan pembesaran 40X, isolat kapang S11A1 ditemukan

bentuk bulat dengan titik berwarna orange didalamnya. Sedangkan jika dari hasil

a

b

c

Page 70: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

53

makroskopik, terlihat pada tampak depan bahwa koloni berwarna orange

mengkilat dan dilihat dari tambak belakang berwarna kuning transparan. Hal ini

dapat terlihat dari gambar dibawah ini.

Keterangan:

a. Tampak depan; b. Tampak belakang

Gambar 16. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dan

makroskopik dari Rhodotorula sp. S11A1 umur 7 hari pada

medium PDA di suhu ruang.

4.2.6. Isolat S11A3.

Streptomyces merupakan bakteri yang berbentuk batang bercabang dan

termasuk Gram positif (Madigan et al., 2003). Secara mikroskopik dengan

pembesaran 40X, isolat S11A3 menurut Madigan et al. (2006) diduga termasuk

kedalam bakteri Streptomyces sp. Hal ini terlihat seperti jamur karena memiliki

hifa dan konidia, ukuran hifa yang kecil, sebagian besar hifa bercabang,

a b

Page 71: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

54

menghasilkan konidia yang berbentuk rantai. Menurut Rao (2001), pada medium

agar, koloni Actinomycetes menunjukkan konsistensi berbubuk dan melekat kuat

pada medium serta tumbuh secara lambat. Bila satu koloni Actinomycetes diamati

dibawah mikroskop akan terlihat miselium ramping bersel satu yang bercabang

dan membentuk spora aseksual. Hal ini dapat terlihat pada gambar dibawah ini.

Keterangan:

a. Hifa; b. Konidia; c. Tampak depan; d. Tampak belakang.

Gambar 17. Hasil pengamatan karakter morfologi secara mikroskopik dan

makroskopik dari Streptomyces sp. S11A3 umur 7 hari pada

medium PDA di suhu ruang

Hal ini dilihat berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis yang

menunjukkan bahwa isolat S11A3 dari tampak depan berbentuk bubuk hijau tua

yang melekat pada media PDA, sedangkan pada tampak belakang terlihat

transparan.

b

a

d

c

Page 72: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

55

Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologi dari berbagai isolat

dapat disimpulkan pada Tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Hasil pengamatan karakter morfologi dari isolat buah salak busuk.

Isolat Hasil Identifikasi Ciri Khas

S13E Aspergillus sp. Kepala konidia semibulat, konidia bulat. Warna

hijau lumut (depan) dan kuning muda (belakang).

S13F Aspergillus sp. Kepala konidia semibulat, konidia bulat. Warna

hijau lumut agak gelap (depan) dan kuning muda

(belakang).

S13G Aspergillus sp. Kepala konidia semibulat, konidia bulat. Warna

putih agak kekuningan (depan) dan coklat muda

(belakang).

S11D Aspergillus sp. Kepala konidia semibulat, konidia bulat. Warna

putih agak kekuningan (depan) dan coklat muda

(belakang).

S8A1 Thielaviopsis sp. Klamidospora berdinding tebal, spora berbentuk

agak oval melonjong, dan memiliki fialospora.

Warna hitam serabut (depan) dan putih transparan

(belakang).

S11B Penicillium sp. Konidiofor septat, two-stage branched, dan

kepala konidia berbentuk sapu. Warna putih

berserabut (depan) dan coklat muda (belakang).

S10B Saccharomyces sp. Spora aseksual dan blastospora oval atau lonjong.

Warna putih mengkilat (depan) dan putih

transparan (belakang).

S11A1 Rhodotorula sp. Bentuk sel bulat dan memiliki titik berwarna

orange di dalamnya. Warna orange mengkilat

(depan) dan kuning transparan (belakang).

S11A3 Streptomyces sp. Ukuran hifa yang kecil, hifa bercabang, dan spora

aseksual. Warna hijau tua berbentuk bubuk

(depan) dan putih tansparan (belakang).

Page 73: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

56

4.3. Aktivitas Antimikroba Berbagai Jenis Ekstrak

Aktivitas antimikroba terlihat dari besar atau kecil zona hambat yang

terbentuk dan tergantung pada tinggi atau rendahnya zat aktif yang terkandung

dalam ekstrak. Daya hambat yang tinggi dan zona bening yang besar

menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang ada dalam ekstrak sangat efektif

untuk jenis kapang/khamir tersebut. Dalam penelitian ini, menurut Fauziah

(2012) zona hambat yang terbentuk, meliputi (1) zona hambat total merupakan

daerah jernih di sekitar sumur yang menunjukkan bahwa terdapat senyawa

bioaktif yang mampu membunuh mikroorganisme uji; (2) zona hambat parsial

merupakan daerah yang menunjukkan masih terdapat pertumbuhan

mikroorganisme uji di sekitar sumur yang mengandung senyawa bioaktif, namun

dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan daerah yang tidak berada

disekitar sumur. Hal tersebut disebabkan karena senyawa bioaktif yang terdapat di

dalam sumur, hanya menghambat mikroorganisme uji, namun tidak

membunuhnya; (3) zona hambat yang tidak dapat terukur. Selain itu, digunakan

kontrol positif yaitu media PDA tanpa menggunakan ekstrak didalamnya

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan jamur pada media

tersebut. Sedangkan kontrol negatif untuk mengetahui stabilitas media

pertumbuhan atau menunjukkan bahwa pelarut bahan uji tidak menimbulkan zona

hambatan sendiri. Kontrol negatif yang digunakan adalah media PDA yang

mengandung isolat, pelarut etil asetat / n-heksana yang ditambahkan tween 80

sebanyak 10%. Penambahan tween 80 dilakukan untuk menurunkan tegangan

antarmuka antara ekstrak etil asetat atau ekstrak n-heksana dengan air sehingga

Page 74: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

57

ekstrak tersebut dapat terdispersi sempurna. Selain itu digunakan Benomyl 500

ppm yang merupakan fungisida sintetik digunakan sebagai kontrol pembanding.

Aktivitas antimikroba ekstrak lengkuas dengan masing-masing pelarut

pada suhu yang berbeda yaitu suhu ruang pendingin, suhu kamar, suhu AC, dan

suhu inkubator. Hasilnya menunjukkan bahwa kapang relatif peka terhadap suhu

ruang pendingin yaitu 15ºC. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya pertumbuhan

kapang dan khamir yang tumbuh pada media tersebut. Sehingga kapang dan

khamir ini tidak bersifat psikrotrofik, yakni tidak dapat tumbuh baik pada suhu

lemari es. Melainkan kapang dan khamir ini bersifat mesofilik, yaitu mampu

tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan

kapang adalah sekitar 25ºC sampai 30ºC, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu

35ºC sampai 37 ºC atau lebih (Waluyo, 2007).

Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Aspergillus sp. S13E dapat

dilihat pada Tabel 6. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh perlakuan

tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC. Hal ini ditandai

dengan seluruh perlakuan dengan kontrol negatif S13E sama-sama memiliki nilai

+++++. Sedangkan ekstrak air dingin dan ekstrak air panas pada temperatur 30ºC

dan 35ºC dapat menekan pertumbuhan kapang, meskipun kurang efektif.

Perlakuan ekstrak etil asetat dapat menekan dan cukup efektif

menghambat pertumbuhan kapang, dengan menghasilkan zona hambat parsial

masing-masing sebesar 34 mm dan 33 mm pada temperatur 30ºC dan 35ºC.

Sedangkan ekstrak n-heksana dapat menekan pertumbuhan kapang, meskipun

Page 75: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

58

kurang efektif menghambat pada temperatur 30ºC dan 35ºC.Perlakuan lainnya

seperti benomyl 500 ppm, pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-

heksana dengan tween 80, tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada

temperatur 30ºC dan 35ºC.

Tabel 6. Pertumbuhan kapang Aspergillus sp. (S13E) pada berbagai perlakuan

No. Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

1 PDA - - - -

2 S13E - +++++ +++++ +++++

3 Air Dingin - +++++ ++++ ++++

4 Air Panas - +++++ ++++ ++++

5 Etil Asetat - +++++ +++/ 2 / 34 mm +++/ 2 / 33 mm

6 N-Heksana - +++++ ++++ ++++

7 Benomyl 500

ppm - +++++ +++++ +++++

8 Tween 80 +

Etil Asetat - +++++ +++++ +++++

9 Tween 80 +

N-Heksana - +++++ +++++ +++++

Keterangan:

2 = Zona hambat parsial

- = Tidak adanya pertumbuhan kapang / khamir

+++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

Pembentukan zona hambat (Lihat lampiran 1).

Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Aspergillus sp. S13F dapat

dilihat pada Tabel 7. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh perlakuan

tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC. Hal ini ditandai

Page 76: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

59

dengan seluruh perlakuan dengan kontrol negatif S13Fsama-sama memiliki nilai

+++++. Sedangkan ekstrak air dingin pada temperatur 30ºC dan 35ºC tidak dapat

menekan pertumbuhan kapang. Perlakuan lainnya seperti ekstrak air panas,

ekstrak etil asetat, ekstrak n-heksana dan benomyl 500 ppm cukup efektif dan

dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC.

Tabel 7. Pertumbuhan kapangAspergillus sp. (S13F) pada berbagai perlakuan

No. Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

1 PDA - - - -

2 S13F - +++++ ++++ ++++

3 Air Dingin - +++++ ++++ ++++

4 Air Panas - +++++ +++ +++

5 Etil Asetat - +++++ +++ +++

6 N-Heksana - +++++ +++ +++

7 Benomyl 500 ppm - +++++ +++ +++

8 Tween 80 + Etil

Asetat - +++++ ++++ ++++

9 Tween 80 +

N-Heksana - +++++ +++ ++++

Keterangan:

- = Tidak adanya pertumbuhan kapang / khamir

+++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

Pembentukan zona hambat (Lihat lampiran 2).

Perlakuan pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana

dengan tween 80, kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang pada

temperatur 35ºC. Sedangkan pada temperatur 30ºC, pelarut etil asetat dengan

tween 80 cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang sedangkan pelarut n-

Page 77: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

60

heksana dengan tween 80, kurang efektif. Hal ini diduga bahwa tween 80

merupakan bahan pembantu pendispersian komponen galangal asetat yang dapat

meningkatkan daya hambat komponen dari ekstrak tersebut.

Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Aspergillus sp. S13G dapat

dilihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh perlakuan

tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC, kecuali pada

ekstrak n-heksana dan ekstrak etil asetat dapat menekan pertumbuhan kapang ini,

meskipun kurang efektif menghambat. Sedangkan ekstrak air dingin, ekstrak n-

heksana dan ekstrak etil asetat lengkuas pada temperatur 30ºC dan 35ºC dapat

menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang. Tetapi yang

membedakan dari ketiga ekstrak ini adalah, ekstrak etil asetat lengkuas

menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur pada kedua temperatur

tersebut dan memiliki zona hambat total sebesar 12 mm pada temperatur 25ºC.

Sedangkan pada ekstrak n-heksana lengkuas dihasilkan adanya zona hambat yang

tidak dapat terukur pada temperatur 35ºC.

Perlakuan ekstrak air panas dan benomyl 500 ppm kurang efektif dan tidak

dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. Hal ini

ditandai dengan seluruh perlakuan dengan kontrol negatif S113G sama-sama

memiliki nilai ++++. Perlakuan lainnya seperti pelarut etil asetat dengan tween 80

dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80, tidak dapat menekan dan tdak efektif

menghambat pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC.

Page 78: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

61

Tabel 8. Pertumbuhan kapang Aspergillus sp. (S13G) pada berbagai perlakuan

No. Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

1 PDA - - - -

2 S13G - +++++ +++++ +++++

3 Air Dingin - +++++ +++++ +++++

4 Air Panas - +++++ ++++ ++++

5 Etil Asetat - ++++ / 1 /

12 mm +++ / 3 +++ / 3

6 N-Heksana - ++++ +++ +++ / 3

7 Benomyl 500 ppm - +++++ +++++ +++++

8 Tween 80 + Etil

Asetat - +++++ +++++ ++++

9 Tween 80 +

N-Heksana - +++++ +++++ ++++

Keterangan:

1 = Zona hambat total

3 = Zona hambat yang tidak dapat terukur

- = Tidak adanya pertumbuhan kapang / khamir

+++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir.

Pembentukan zona hambat (Lihat lampiran 3).

Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Aspergillus sp. S11D dapat

dilihat pada Tabel 9. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh perlakuan

tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC. Hal ini ditandai

dengan seluruh perlakuan dengan kontrol negatif S11D sama-sama memiliki nilai

+++++. Sedangkan ekstrak air dingin, ekstrak n-heksana dan ekstrak etil asetat

lengkuas pada temperatur 30ºC dan 35ºC dapat menekan dan cukup efektif

menghambat pertumbuhan kapang. Tetapi yang membedakan dari ketiga ekstrak

Page 79: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

62

ini adalah, ekstrak etil asetat lengkuas menghasilkan zona hambat yang tidak

dapat terukur pada kedua temperatur tersebut.

Tabel 9. Pertumbuhan kapang Aspergillus sp. (S11D) pada berbagai perlakuan

No. Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

1 PDA - - - -

2 S11D - +++++ ++++ ++++

3 Air Dingin - +++++ +++ +++

4 Air Panas - +++++ ++++ ++++

5 Etil Asetat - +++++ +++ / 3 +++ / 3

6 N-Heksana - +++++ +++ +++

7 Benomyl 500

ppm - +++++ ++++ ++++

8 Tween 80 + Etil

Asetat - +++++ +++ +++

9 Tween 80 +

N-Heksana - +++++ +++ +++

Keterangan:

3 = Zona hambat yang tidak dapat terukur

- = Tidak adanya pertumbuhan kapang / khamir

+++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

Pembentukan zona hambat (Lihat lampiran 4).

Perlakuan ekstrak air panas dan benomyl 500 ppm kurang efektif dan tidak

dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. Hal ini

ditandai dengan seluruh perlakuan dengan kontrol negatif S11D sama-sama

memiliki nilai ++++. Perlakuan lainnya seperti pelarut etil asetat dengan tween 80

dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80, dapat menekan dan cukup efektif

menghambat pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. Hal ini diduga

Page 80: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

63

bahwa tween 80 merupakan bahan pembantu pendispersian komponen galangal

asetat yang dapat meningkatkan daya hambat komponen dari ekstrak tersebut.

Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Thielaviopsis sp. (S8A1)

dapat dilihat pada Tabel 10. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

ekstrak air dingin dan ekstrak air panas lengkuas tidak dapat menekan

pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC. Hal ini ditandai dengan perlakuan

kontrol negatif S8A1 dengan ekstrak air dingin dan ekstrak air panas sama-sama

memiliki nilai +++++. Berbeda dengan perlakuan ekstrak etil asetat dan ekstrak n-

heksana lengkuas dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC.

Sedangkan pada temperatur 30ºC dan 35ºC, ekstrak air dingin lebih dapat

menekan dan efektif dalam menghambat pertumbuhan kapang ini. Lain halnya

dengan perlakuan ekstrak air panas yang lebih dapat menekan dan efektif

menghambat pertumbuhan kapang pada temperatur 35ºC, namun cukup efektif

menghambat pada temperatur 30ºC. Pada temperatur 30ºC dan 35ºC, perlakuan

ekstrak n-heksana lebih dapat menekan dan efektif dalam menghambat

pertumbuhan kapang ini, dibandingkan ekstrak etil asetat yang cukup efektif

dalam menghambat.

Page 81: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

64

Tabel 10. Pertumbuhan kapang Thielaviopsis sp. (S8A1) pada berbagai perlakuan

No. Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

1 PDA - - - -

2 S8A1 - +++++ ++++ ++++

3 Air Dingin - +++++ ++ ++

4 Air Panas - +++++ +++ ++

5 Etil Asetat - ++++ +++ +++

6 N-Heksana - ++++ ++ ++

7 Benomyl 500

ppm - ++++ +++ / 3 +++ / 3

8 Tween 80 + Etil

Asetat - ++++ ++++ +++

9 Tween 80 +

N-Heksana - +++ / 2 / 20 mm ++++ ++++ / 3

Keterangan:

2 = Zona hambat parsial

3 = Zona hambat yang tidak dapat terukur

- = Tidak adanya pertumbuhan kapang / khamir

++ = Ekstrak efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

Pembentukan zona hambat (Lihat lampiran 5).

Pada temperatur 25ºC, perlakuan lainnya yaitu benomyl 500 ppm dapat

menekan pertumbuhan kapang ini, meskipun kurang efektif menghambat.

Sedangkan pada temperatur 30ºC dan 35ºC, dapat menekan dan cukup efektif

menghambat pertumbuhan kapang ini, serta menghasilkan zona hambat yang

tidak dapat terukur. Selain itu, perlakuan pelarut etil asetat dengan tween 80,

dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC, sedangkan pada

temperatur 30ºC tidak dapat menekan pertumbuhan kapang ini, meskipun

Page 82: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

65

keduanya kurang efektif dalam menghambat. Tetapi pada temperatur 35ºC,

pelarut etil asetat dengan tween 80 dapat menekan dan cukup efektif menghambat

pertumbuhan kapang ini. Sedangkan pada temperatur 25ºC, pelarut n-heksana

dengan tween 80 dapat menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan

kapang ini, dengan menghasilkan zona hambat parsial sebesar 20 mm. Berbeda

dengan temperatur 30ºC dan 35ºC, pelarut n-heksana dengan tween 80 sama-sama

tidak dapat menekan pertumbuhan kapang ini, tetapi menghasilkan zona hambat

yang tidak dapat terukur pada temperatur 35ºC.

Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Penicillium sp. (S11B) dapat

dilihat pada Tabel 11. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak

air dingin, ekstrak air panas, ekstrak n-heksana lengkuas dan benlate 500 ppm

tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC,

meskipun kurang efektif menghambat. Hal ini ditandai dengan perlakuan kontrol

negatif S11B dengan ekstrak air dingin dan ekstrak air panas dan ekstrak n-

heksana sama-sama memiliki nilai ++++. Pada temperatur 25ºC, ekstrak air panas,

ekstrak n-heksana lengkuas, benomyl 500 ppm mampu menekan pertumbuhan

kapang ini walaupun kurang efektif menghambat, tetapi tidak pada ekstrak air

dingin lengkuas, pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana

dengan tween 80. Berbeda dengan perlakuan ekstrak etil asetat lengkuas mampu

menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang pada temperatur

25ºC, 30ºC dan 35ºC.

Page 83: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

66

Tabel 11. Pertumbuhan kapang Penicillium sp. (S11B) pada berbagai perlakuan

No. Perlakuan Temperatur (ºC)

15ºC 25ºC 30ºC 35ºC

1 PDA - - - -

2 S11B - +++++ ++++ ++++

3 Air Dingin - +++++ ++++ ++++

4 Air Panas - ++++ ++++ ++++

5 Etil Asetat - +++ +++ +++

6 N-Heksana - ++++ ++++ ++++

7 Benomyl 500

ppm - ++++ ++++ ++++

8 Tween 80 + Etil

Asetat - +++++ +++++ +

9 Tween 80 +

N-Heksana - +++++

+++++ / 2 / 24

mm ++++ / 3

Keterangan:

2 = Zona hambat parsial

3 = Zona hambat yang tidak dapat terukur

- = Tidak adanya pertumbuhan kapang / khamir

+ = Ekstrak sangat efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

Pembentukan zona hambat (Lihat lampiran 6).

Pada temperatur 30ºC perlakuan lainnya yaitu pelarut etil asetat dengan

tween 80 tidak dapat menekan pertumbuhan kapang ini, meskipun kurang efektif

menghambat. Berbeda pada temperatur 35ºC, pelarut etil asetat dengan tween 80

lebih dapat menekan dan sangat efektif menghambat pertumbuhan kapang ini.

Selain itu, perlakuan pelarut n-heksana dengan tween 80, tidak dapat menekan

pertumbuhan kapang, tetapi memiliki zona hambat parsial sebesar 24 mm pada

temperatur 30ºC. Sedangkan pada temperatur 35ºC, pelarut n-heksana dengan

Page 84: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

67

tween 80 juga tidak dapat menekan dan kurang efektif menghambat pertumbuhan

kapang ini, dengan menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur.

Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap khamir Saccharomyces sp. S10B

dapat dilihat pada Tabel 12. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

ekstrak air dingin dan ekstrak air panas lengkuas tidak dapat menekan

pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºC, 30ºC dan 35ºC. Hal ini ditandai

dengan perlakuan kontrol negatif S10B dengan ekstrak air dingin dan ekstrak air

panas sama-sama memiliki nilai ++++. Masing-masing pemberian pelarut etil

asetat dan n-heksana pada ekstrak lengkuas dapat menekan dan cukup efektif

menghambat pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºCdan 35ºC. Sedangkan

pada suhu 30ºC, ekstrak etil asetat cukup efektif dan ekstrak n-heksana sangat

efektif menghambat pertumbuhan khamir.

Perlakuan lainnya yaitu benomyl 500 ppm cukup efektif menghambat

pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºC, 30ºC dan 35ºC, serta menghasilkan

zona hambat yang tidak dapat terukur pada temperatur 30ºC. Selain itu, perlakuan

pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80,

kurang efektif pada temperatur 25ºC dan 30ºC. Pada temperatur 35ºC, pelarut n-

heksana dengan tween 80 menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur

tetapi kurang efektif menghambat. Sedangkan pada pelarut etil asetat dengan

tween 80 cukup efektif menghambat pertumbuhan khamir.

Page 85: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

68

Tabel 12. Pertumbuhan khamir Saccharomyces sp. (S10B) pada berbagai

perlakuan

No. Perlakuan

Temperatur (ºC)

15 25 30 35

1 PDA - - - -

2 S10B - ++++ ++++ ++++

3 Air Dingin - ++++ ++++ ++++

4 Air Panas - ++++ ++++ ++++

5 Etil Asetat - +++ +++ +++

6 N-Heksana - +++ ++ +++

7 Benomyl 500 ppm - ++++ +++ / 3 +++

8 Tween 80 + Etil

Asetat - ++++ ++++ +++

9 Tween 80 +

N-Heksana - ++++ ++++ ++++/3

Keterangan:

3 = Zona hambat yang tidak dapat terukur.

- = Tidak adanya pertumbuhan kapang / khamir

++ = Ekstrak efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

Pembentukan zona hambat (Lihat lampiran 7).

Perlakuan lainnya yaitu benomyl 500 ppm cukup efektif menghambat

pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºC, 30ºC dan 35ºC, serta menghasilkan

zona hambat yang tidak dapat terukur pada temperatur 30ºC. Selain itu, perlakuan

pelarut etil asetat dengan tween 80 dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80,

kurang efektif pada temperatur 25ºC dan 30ºC. Pada temperatur 35ºC, pelarut n-

heksana dengan tween 80 menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur

Page 86: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

69

tetapi kurang efektif menghambat. Sedangkan pada pelarut etil asetat dengan

tween 80 cukup efektif menghambat pertumbuhan khamir.

Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap khamir Rhodotorula sp. S11A1 dapat

dilihat pada Tabel 13. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak

air dingin lengkuas mampu menekan pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºC,

30ºC dan 35ºC, meskipun kurang efektif. Hal ini ditandai dengan perlakuan

kontrol negatif S11AI nilainya +++++ , sedangkan ekstrak air dingin memiliki

nilai ++++. Perlakuan ekstrak air panas dapat menekan pertumbuhan khamir pada

temperatur 30ºC dan 35ºC, meskipun kurang efektif. Kurang efektifnya dalam

menekan pertumbuhan khamir ini, diduga karena konsentrasi ekstrak lengkuas

rendah. Masing-masing pemberian pelarut etil asetat dan n-heksana pada

lengkuas dapat lebih menekan pertumbuhan khamir pada temperatur 25ºC, 30ºC

dan 35ºC.

Pada perlakuan lainnya yaitu benomyl 500 ppm, pelarut etil asetat dengan

tween 80 dan juga pelarut n-heksana dengan tween 80, kurang efektif. Namun

perlakuan benomyl 500 ppm menghasilkan zona hambat total pada temperatur

30ºC dan 35ºC sebesar 22 mm dan 16 mm. Sedangkan perlakuan pelarut n-

heksana dengan tween 80 terbentuk adanya zona hambat parsial pada temperatur

30ºC sebesar 13 mm. Hal ini diduga bahwa tween 80 merupakan bahan pembantu

pendispersian komponen galangal asetat yang dapat meningkatkan daya hambat

komponen dari ekstrak tersebut.

Page 87: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

70

Tabel 13. Pertumbuhan khamir Rhodotorula sp. (S11A1) pada berbagai perlakuan

No. Perlakuan

Temperatur (ºC)

15 25 30 35

1 PDA - - - -

2 S11A1 - +++++ +++++ +++++

3 Air Dingin - ++++ ++++ ++++

4 Air Panas - +++++ ++++ ++++

5 Etil Asetat - + + +

6 N-Heksana - +++ + -

7 Benomyl 500

ppm - ++++ +++ / 1 / 22 mm

+++ / 1 / 16

mm

8 Tween 80 + Etil

Asetat - ++++ ++++ ++++

9 Tween 80 +

N-Heksana - ++++ ++++ / 2 / 13 mm ++++

Keterangan:

1 = Zona hambat total

2 = Zona hambat parsial

- = Tidak adanya pertumbuhan kapang / khamir

+ = Ekstrak sangat efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

Pembentukan zona hambat (Lihat lampiran 8).

Pengaruh ekstrak lengkuas terhadap kapang Streptomyces sp. S11A3 dapat

dilihat pada Tabel 14. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh perlakuan

tidak dapat menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 25ºC, kecuali pada

ekstrak n-heksana dan ekstrak etil asetat dapat menekan pertumbuhan kapang ini,

meskipun kurang efektif menghambat. Sedangkan ekstrak air panas, ekstrak n-

heksana dan ekstrak etil asetat lengkuas pada temperatur 30ºC dan 35ºC dapat

menekan dan cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang. Tetapi yang

Page 88: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

71

membedakan dari ketiga ekstrak ini adalah, ekstrak etil asetat lengkuas

menghasilkan zona hambat yang tidak dapat terukur pada temperatur 25ºC.

Tabel 14. Pertumbuhan kapang Streptomyces sp. (S11A3) pada berbagai

perlakuan

No. Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

1 PDA - - - -

2 S11A3 - +++++ +++++ +++++

3 Air Dingin - +++++ +++++ +++++

4 Air Panas - +++++ +++ +++

5 Etil Asetat - ++++ / 3 +++ +++

6 N-Heksana - ++++ +++ +++

7 Benomyl 500

ppm - +++++ +++++ +++++

8 Tween 80 + Etil

Asetat - +++++ ++++ ++++

9 Tween 80 +

N-Heksana - +++++ ++++ ++++

Keterangan:

3 = Zona hambat parsial

- = Tidak adanya pertumbuhan kapang / khamir

+++ = Ekstrak cukup efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

++++ = Ekstrak kurang efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

+++++ = Ekstrak tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang/ khamir

Pembentukan zona hambat (Lihat lampiran 9).

Perlakuan lainnya seperti benomyl 500 ppm tidak efektif dan tidak dapat

menekan pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC. Hal ini ditandai

dengan seluruh perlakuan dengan kontrol negatif S11A3 sama-sama memiliki

nilai +++++. Perlakuan lainnya seperti pelarut etil asetat dengan tween 80 dan

juga pelarut n-heksana dengan tween 80, mampu menekan tetapi kurang efektif

menghambat pertumbuhan kapang pada temperatur 30ºC dan 35ºC.

Page 89: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

72

4.4. Hubungan Antara Bahan Aktif dan Daya Hambat

Tabel 15. Hubungan antara daya hambat dengan konsentrasi ACA

Keterangan : * : Rusmarilin, 2003)

**: Hernani, et al. 2007)

. Dari hasil penelitian Rusmalin (2003) dan Hernani et al., (2007), bila

dihubungkan dengan hasil penelitian ini dengan metode yang sama, maka

meningkatnya ACA juga berpotensi meningkatkan daya hambat mikroba. Hasil

analisis senyawa aktif dengan GC-MS (Rusmarilin (2003) dan Hernani et al.,

(2007)), menunjukkan bahwa kandungan 1’-asetoksikhavikol asetat (ACA) dari

rimpang lengkuas merah yang tertinggi adalah ekstrak etil asetat sebesar 1,62%

dan ekstrak n-heksana sebesar 0,88%.

ACA mudah larut dalam pelarut semipolar seperti etil asetat, yang

ditunjukkan bahwa senyawa 1’-asetoksikhavikol asetat lebih mudah larut dalam

pelarut organik yang polaritasnya rendah dibandingkan dalam pelarut polar

(Winarti et al., 2007). Hal ini ditunjukkan dengan tidak terdeteksinya adanya

No. Sampel Ʃ Daya Hambat ACA (%)

1 Ekstrak Air Dingin

Lengkuas 4 -

2 Ekstrak Air Panas

Lengkuas 6 -

3 Ekstrak Etil Asetat

Lengkuas 21 1,62

*

4 Ekstrak N-Heksana

Lengkuas 15 0,88

**

5 Benomyl 500 ppm 8

Page 90: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

73

senyawa 1’-asetoksikhavikol asetat didalam ekstrak air lengkuas merah (Mahae

dan Siree, 2009).

Hasil kandungan ACA pada Tabel 14 dihubungkan dengan Tabel 4

mengenai total fenol, maka ada kaitan diantara kedua senyawa tersebut. Hal ini

ditunjukkan bahwa meningkatnya total fenol sejalan dengan meningkatnya

konsentrasi 1’-asetoksikhavikol asetat (ACA), yaitu keduanya mampu

meningkatkan daya hambat mikroba.

Page 91: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak rimpang lengkuas mampu menghambat pertumbuhan mikroba

indigenous pada buah salak. Mikroba yang dihasilkan dari isolasi buah

salak busuk adalah Aspergillus sp, Thielaviopsis sp, Penicillium sp,

Saccharomyces sp, Rhodotorula sp, dan Streptomyces sp.

2. Jenis ekstrak dan suhu inkubasi mempengaruhi pertumbuhan

kapang/khamir perusak buah salak. Ekstrak terbaik dalam menghambat

pertumbuhan kapang/ khamir adalah ekstrak etil asetat.

3. Kandungan senyawa fenol paling tinggi yaitu 1110,3 ppm GAE pada

ekstrak air panas, lalu ekstrak etil asetat sebesar 746, 3 ppm GAE, ekstrak

air dingin sebesar 733,6 ppm GAE dan ekstrak n-heksana sebesar 293, 4

ppm GAE.

5.2. Saran

1. Pemurnian ekstrak dengan metode kromatografi.

2. Identifikasi senyawa aktif dalam ekstrak terbaik dengan menggunakan

GC-MS.

3. Uji genotif mikroba untuk mengkarakterisasi melalui identifikasi suatu

gen 16 SRNA.

Page 92: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

75

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of

Analysis of The Association Analytical of Chemist. The Association of

Official Analysis Chemist, Inc., Arlington.

Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. ITB Press Bandung.

Alwi, M. 2009. Karakterisasi Khamir yang Hidup pada Buah Kakao di Sulawesi

Tengah. Jurnal Biocelebes. 3(1): 51-58.

Aprianti, D. 2011. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Picung (Pangium Edule

Reinw) Dan Pengaruhnya Terhadap Stabilitas Fisiko Kimia, Mikrobiologi

dan Sensori Ikan Kembung (Rastrelliger neglectus). [Skripsi]. Fakultas

Sains dan Teknologi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Association of Official Agriculture Chemist. 2002. Official methods of analysis of

AOAC international. Volume 1. P.2.5-2.37.In Horwitz, W. (Ed.).

Agricultural Chemicals, Contaminants, Drugs. AOAC International,

Maryland, USA. 17th

ed.

Barnett H.L. and Barry B.H. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Third

Edition. Burgess Publishing Company. 241p.

Benson, H.J. 2001. Microbiological application: Laboratory manual in general

mcrobiology. TheMcGraw-Hills Company, Inc., New York: xi + 478 hlm.

Budiarti, R. 2007. Pemanfaatan Lengkuas Merah(Alpinia purpurata K.

Schum)sebagai Bahan Antijamur dalam Sampo. [Skripsi]. Fakultas

Teknologi Pertanian. Bogor: IPB.

CAS. 1’-acetoxychavicol acetate. URL: http://www.chemnet.com/cas/id/52946-

22-2/1%27-Acetoxychavikol%acetate.html. Diunduh tanggal 21 Januari

2015.

Chudiwal A.K., DP. Jain., and RS. Somani. 2010. Alpinia Galanga Willd.-An

Overview on Phyto-pharmacological properties. Indian Journal of Natural

Products and Resources. Vol 1 (2): 143-149.

Page 93: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

76

Citrosupomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

De Pooter, H.L., M. Nor Omar, B.A. Coolsaet and N.M. Schamp. 1985. The

essential oil of greater galanga (Alpinia galanga) from Malaysia.

Phytochem. 24:93.

Duke, J.A. 1994. Biologically-Active Compound In Important Spices.Di dalam

Charalambous (Ed.). Spices, Herbs and Edible Fungi. Elsevier.

Amsterdam.

Ellis, D.,S. Davis, H. Alexiou, R. Handke, & R. Bartley. 2007. Descriptions of

medical fungi. 2nd

ed. The National Library of Australia Cataloguing-in-

Publication. Adelaide.

Fauziah, A. 2012. Kemampuan Antifungi Lactobacillus plantarum Terhadap

Kapang yang Tumbuh pada Silase. [Skripsi]. Depok: Universitas

Indonesia.

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. IPB: PAU Pangan dan Gizi. Bogor.

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Jakarta: UI Press.

Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia. Edisi Kedua. ITB Bandung.

Harmita. 2006. Buku Ajar Analis Fisikokimia. Depok : Departemen Farmasi

FMIPA Universitas Indonesia. Hlm 115-132.

Hemzela R. 2006. Daya Antijamur Ekstrak Lengkuas Merah (Alpinia purpurata

K. Schum) dalam Sediaan Salep. [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian.

IPB. Bogor.

Hernani, Tri Mawarti dan Christina Winarti. 2007. Pemilihan Pelarut pada

Pemurnian Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga) secara Ekstraksi. Jurnal

Pascapanen 4 (1) : 3.

Hernani, Tatit K Bunasor, dan Fitriati. 2010. Formula Sabun Transparan Antijamur

Dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz.). Bul.Littro. Hlm 192-205.

Page 94: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

77

Hesse, P.R. 1971. A Textbook of Soil Chemical Analysis. Chemical Publishing

Co.,Inc. New York. p. 520.

Hutasoit, S., I Ketut S., dan I Gede Ketut S. 2013. Uji Aktivitas Antijamur

Ekstrak Beberapa Jenis Biota Laut terhadap Aspergillus flavus LINK dan

Penicillium sp. LINK. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Bali:

Universitas Udayana.

Ilyas, H. 2007. Penyerapan Ion Besi dan Ammonium dalam Air Oleh Zeolit

Lampung [Skripsi]. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Inayati, H. 2007. Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Kendondong Bangkok

(Spondias Dulcis Forst.). [Skripsi]. FPMIPA. IPB. Bogor.

Janssen, A.M. dan J.J.C. Scheffer. 1985. Acetoxycavicol acetate, an antifungal

components of Alpinia galanga. Planta Medica. 6: 507-511.

Jones Jr., J.B. 1984. Laboratory guide of exercises in conducting soil tests and

plant analysis. Benton Laboratories, INC, Athens. Georgia. p. 62.

Julkunen-Tiitto, R. 1985. Phenolic constutuens in the leaves of Northen willows:

Methods for the analysis of certain Phenolics. J. Agic. Food. Chem. 33:

213-217.

Kondo, A., H. Ohigashi, A. Murakami, J. Suratwasee and K. Koshimazu. 1993.

Acetoxy chavicol acetate as a potency inhibitor of tumor promotor induced

Epsteinbar virus activation from Languas Galanga, a Thai condiment. J.

Biosci. Biotech. Biochem. 57(8): 1344-1345.

Koneman, E.W., and G.D. Roberts. 1985. Practical Laboratory Mycology. Third

Edition. Williams and Wilkins Publisher, Baltimore: vii + 211 hlm.

Listiandiani, K. 2011. Identifikasi Kapang Endofit ES1, ES2, ES3, dan ES4 dari

Broussonetia Papyrifera Vent. Dan Pengujian Aktivitas Antimikroba.

[Skripsi]. FMIPA. Depok: Universitas Indonesia.

Lorian, V. 1980. Antibiotics in Laboratory Medicine. Baltimore: The Williams

and Wilkins Company.

Page 95: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

78

Madigan M. T., Martinko, J. M., and Parker, J. 2003. Brock: Biology of

Microorganisms. Tent Edition. Prentice Hall, USA.

Madigan M. T, J. M. Martinko, J. Parker. 2006. Brock: Biology of

Microorganism. New Jersey American: Prentice Hall, USA.

Mahae, N and Siree Chaiseri. 2009. Antioxidant Activities and Antioxidative

Components in Extracts of Alpinia Galanga (L.) Sw. Kasetsart J. (Nat.

Sci.) 43 : 358-369.

Mann, J. 1994. Chemical Aspects of Biosynthesis. Oxford University Press. Inc.,

New York.

Mangoting, D., Irawan, I., Abdullah, S.2008. Tanaman Lalap Berkhasiat Obat.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Manitto, P. 1992. Biosintesis Produk Alami. Koensoemardiyah, (penerjamah).

IKIP Semarang Press, Semarang.

Marinova D, Ribanova F, dan Atanassova M. 2005. Total Phenolics and total

flavonoids in Bulgarian fruits and vegetables. Journal of University of

Chemical Technology and Metallurgy. 40(3): 255-260.

Munifah, Ifah. 2005. Petunjuk Praktikum Teknik Instrumentasi Kimia. Jakarta :

UIN Syarif Hidayatullah.

Nazarudin dan R. Kristiawati. 1992. 18 Varietas Salak. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nely, F. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik

dengan Metode Polifenol dan Uji AOM (Active Oxygen Method).

[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Novianti, Y.A. 2009. Potensi Antijamur Minyak Daun Cengkeh Dan Minyak

Lengkuas Dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Perusak Salak Pondoh

(Salacca edulis) Selama Penyimpanan. [Thesis]. Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Parwata, I., dan Dewi, P.F.S. 2008. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak

Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.). Jurnal Kimia 2 (2) :

2.

Page 96: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

79

Pelczar, M.J. dan Chan, E. C. S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Alih Bahasa:

Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S.L., Jakarta: UI

Press.

Permentan. 2007. Peraturan Menteri Pertanian Tentang Syarat dan Tatacara

Pendaftaran Pestisida. Nomor: 07/Permentan/SR.140/2/2007.

Pratt, D. E. dan B. J. F. Hudson. 1990. Natural antioxidant not exploited

commercially. In: Hudson, B. J. F. (Ed.). Food Antioxidant, Elsevier

Applied Science. London.

Rahmawati, S dan Bundjali B. 2012. Kinetics of oxidation vitamin C. Indonesia.

Journal Chemistry. 12(3): 291-296.

Rao. N. S. S. 2001. Soil Microbiology. Soil Microorganism and Plant Growth.

Fourth Edition. Science Publisher, Inc. Enfield (NH), USA.

Revilla, E., J.M. Ryan and G.M. Ortega. 1998. Comparison of several procedures

used for the extraction of antocyanins from red grapes. J. Agric. Food

Chem. 46 : 4592-4597.

Rorong, J.A dan E. Suryanto. 2010. Analisis Fitokimia Enceng Gondok

(Eichhornia crassipes) Dan Efeknya Sebagai Agen Photoreduksi Fe3+.

Chem. Prog. 3(1): 33-41.

Ritiasa, Ketut. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

Dirjen BPPOM. Departemen Kesehatan: 10-11.

Rusmarilin, H. 2003. Anti-Cancer Activity Of Local Alpinia Galanga L(SW)

Rhizome Extracts On Cancer Cell Line Of Human And Mice Transplated

With Primary Tumor Cells.

http://library.usu.ac.id/download/fp/D0300608.pdf. Diunduh tanggal 16

januari 2015.

Samson, R.A., E.S. Hoekstra, & J.C. Frisvad. 2004. Introduction to food and

airborne fungi. 7th

ed. Centraalbureau voor Schimmelcultures. Utrecht:

389 hlm.

Santoso, H.B. 1990. Salak Pondoh. Yogyakarta: Kanisius.

Page 97: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

80

Sanger. 2004. Peptidase of Saccharomyces cerevisae.

http://merops.Sanger.ac.Uk/speccards/peptidase/sp000895.htm. ( Diunduh

10 November 2014).

Scheffer, J.J.C., A. Gani dan A. Baerheim- Svendsen. 1981. Monoterpenes in the

essential rhizome oil Alpinia galanga (L.) Willd. Sci. Pharm. 49: 337-346.

Semangun, H. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gajah

Mada University Press. 850 hal.

Setyowati, Rahayu dan Suparni. 2009. Ekstraksi. URL: http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/ekstraksi/ diakses

pada 11 November 2014.

Simajuntak, D dan Agus Susanto. 2013. Penyakit Kering Pelepah pada Tanaman

Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Timur dan Sumatera Utara. Jurnal

Fitopatologi Indonesia. 9 (3): 95-98.

Singleton,V.L. and J.A. Rossi. 1965. Colorimerty of Total Phenolic with

Phosphomolybdic-Phosphotungstic Acid Reagent. American Journal

Enology and Viticulture. 16: 147.

Soesilo, Slamet. 1989. Materia Medika Jilid V. Jakarta. Departemen Kesehatan

RI: 137-139.

Solichah NM. 2010. Isolasi Rare Actinomyces Dari Pasir Pantai Depok Daerah

Istimewa Yogyakarta Yang Berpotensi Antifungi Terhadap Candida

Albicans. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Stecher, P.G. 1968. The Merck Index: an Encyclopedia of Chemicals and Drugs.,

Merck & Co. Inc. USA., p 31-32; 472.

Sudarmadji S, B. Haryono, dan Suhardi. 1989. Analisis untuk Bahan Makanan

dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. 171 hal.

Sudarnadi, H. 1996. Tumbuhan Monokotil. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suhardi, Tranggono dan Santosa, U. 1997. Perubahan Kimia dan Sensoris Buah

Salak Pondoh Selama Penyimpanan Termodifikasi. Agritech vol 17 (1): 6-

9.

Page 98: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

81

Sukasih, E., W. Haliza., I. Agustinisari, E.Y. Purwani dan Setyadjit. 2008.

Kemampuan Rhamnosidase Dari Isolat Kapang Untuk Hidrolisis Naringin

Jeruk Siam. Jurnal Pascapanen 5 (1) : 41-50. ISSN: 0216-1192.

Sukasih, E, Tati Sukarti, dan Wisnu Broto. 2011. Efektivitas Antimikroba Ekstrak

Kulit Manggis Terhadap Beberapa Bakteri Kontaminan (S. Aureus,

Salmonella sp, dan E.Coli). Jurnal Pascapanen 8 (1) : 32-38.

Sumarto. 1976. Kajian Sifat Kimia Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw).

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sumayani, R, Rahayu Kusdarwati, dan Yudi Cahyoko.2008. Daya Antibakteri

Perasan Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga) dengan Konsentrasi

Berbeda Terhadap Pertumbuhan Aeromonas hydrophila secara In Vitro.

Berkala Ilmiah Perikanan 3 (1) : 3.

Srividya A.R., Dhanabal S.P, Satish kumar M.N, Parth kumar H. Bavadia. 2011.

Antioxidant and Antidiabetic Activity of Alpinia Galanga. IJPPR. Volume

3 (1) : P6-12.

Syafi’ah. 2010. Analisis Penawaran Salak Pondoh (Salacca edulis) di Kabupaten

Sleman. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Tim Karya Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Buah Salak. Bandung: CV Nuansa

Aulia.

Tortora, G.J., B.R.Funke, & C.L. Case. 2010. Microbiology, an introduction. 10th

ed. Pearson Education Inc, San Francisco: xxxi + 812 hlm.

Tortora, G.J., B.R.Funke, & C.L. Case. 2001. Microbiology, an introduction. 7th

ed. Pearson Education Inc. USA.

Tranggono. 1992. Buku Monograf Biokimia. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas.

Universitas Gadjah Mada.

Udjiana, S. 2008. Upaya Pengawetan Makanan Menggunakan Ekstrak Lengkuas.

Jurnal Teknologi Separasi 1 (2) : 6.

Page 99: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

82

Ulfah, M. 2013. Pengaruh Pemberian Campuran Ekstrak Rimpang Lengkuas

Merah Dan Lengkuas Putih Dalam Menghambat Pertumbuhan

Escherichia Coli. [Skripsi]. FMIPA. Semarang: IKIP PGRI.

Vinod KS, Raghuveer I, dan Aok SHG. 2010. Phytochemical investigation and

chromatographic evaluation of ethanolic extract of whole plant extract of

Dendrophtoe falcata (L.F.). Ettingsh. International Journal Pharmacy

Science Res. 1:39-45.

Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.

Winarti C, Hernani dan Tri Marwati. 2007. Pengaruh Konsentrasi Pelarut Dan

Lama Ekstraksi Terhadap Rendemen Dan Mutu Ekstrak Lengkuas Merah.

Prosiding Seminar Nasional. Bogor: Balai Besar Litbang Pascapanen

Pertanian.

Mnif, W, Aziza Ibn H.H, Aicha Bouaziz, Aghleb Bartegi, Olivier Thomas and

Benoit Roug. 2011. Effect of Endocrine Disruptor Pesticides. Int. J.

Environ. Res. Public Health.

Yuharmen, Y. Eryanti dan Nurbalatif. 2002. Uji Aktifitas Antimikroba Minyak

Atsiri Dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga). Jurusan Kimia.

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Riau.

Riau.

Page 100: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

83

Lampiran 1. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Aspergillus sp.

(S13E)

Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

PDA

S13E

Air Dingin

Air Panas

Etil Asetat

N-Heksana

Benomyl

500 ppm

Tween 80 +

Etil Asetat

Tween 80 +

N-Heksana

Page 101: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

84

Lampiran 2. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Aspergillus sp.

(S13F)

Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

PDA

S13F

Air Dingin

Air Panas

Etil Asetat

N-Heksana

Benomyl

500 ppm

Tween 80 +

Etil Asetat

Tween 80 +

N-Heksana

Page 102: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

85

Lampiran 3. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Aspergillus sp.

(S13G)

Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

PDA

S13G

Air Dingin

Air Panas

Etil Asetat

N-Heksana

Benomyl

500 ppm

Tween 80 +

Etil Asetat

Tween 80 +

N-Heksana

Page 103: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

86

Lampiran 4. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Aspergillus sp.

(S11D)

Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

PDA

S11D

Air Dingin

Air Panas

Etil Asetat

N-Heksana

Benomyl

500 ppm

Tween 80 +

Etil Asetat

Tween 80 +

N-Heksana

Page 104: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

87

Lampiran 5. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Thielaviopsis sp.

(S8A1)

Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

PDA

S8A1

Air Dingin

Air Panas

Etil Asetat

N-Heksana

Benomyl

500 ppm

Tween 80 +

Etil Asetat

Tween 80 +

N-Heksana

Page 105: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

88

Lampiran 6. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Penicillium sp.

(S11B)

Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

PDA

S11B

Air Dingin

Air Panas

Etil Asetat

N-Heksana

Benomyl

500 ppm

Tween 80 +

Etil Asetat

Tween 80 +

N-Heksana

Page 106: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

89

Lampiran 7. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Saccharomyces sp.

(S10B)

Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

PDA

S10B

Air Dingin

Air Panas

Etil Asetat

N-Heksana

Benomyl

500 ppm

Tween 80 +

Etil Asetat

Tween 80 +

N-Heksana

Page 107: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

90

Lampiran 8. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Rhodotorula sp.

(S11A1)

Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

PDA

S11A1

Air Dingin

Air Panas

Etil Asetat

N-Heksana

Benomyl

500 ppm

Tween 80 +

Etil Asetat

Tween 80 +

N-Heksana

Page 108: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

91

Lampiran 9. Tabel Foto Uji Pembentukan Zona Hambat Streptomyces sp.

(S11A3)

Perlakuan Temperatur (ºC)

15 25 30 35

PDA

S11A3

Air Dingin

Air Panas

Etil Asetat

N-Heksana

Benomyl

500 ppm

Tween 80 +

Etil Asetat

Tween 80 +

N-Heksana

Page 109: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

92

Lampiran 10. Contoh Perhitungan Total Fenolik

1) Grafik Kalibrasi Asam Galat

Persamaan garis regresi : y = ax + b

2) y = Absorbansi Ekstrak Air Dingin Lengkuas; substitusi ke persamaan

garis regresi

0,2210 = 0,003x + 0,001

10 = 733,3, ppm

y = 0.0031x + 0.001 R² = 0.9974

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0 50 100 150 200 250

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (ppm)

Asam Galat

Absorbansi

Linear (Absorbansi )

Page 110: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

93

Lampiran 11. Total Fenolik

No Sampel Ulangan Absorbansi Total

Fenolik

(ppm)

Total

Fenolik

Rata-

Rata

(ppm )

SD

1 Ekstrak Air Dingin 1 0,2210 733,3 733,6 0,47

2 0,2212 734

2 Ekstrak Air Panas 1 0,3296 1095,3 1110,3 21,21

2 0,3386 1125,3

3 Ekstrak Etil Asetat 1 0,1188 785,3 746,3 55,15

2 0,1071 707,3

4 Ekstrak N-Heksana 1 0,0466 304 293,3 15,08

2 0,0434 282,7

Page 111: EFIKASI EKSTRAK LENGKUAS PADA MIKROBA INDIGENOUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28876/1/REIVANIA... · pelarut yaitu dengan air dingin (akuades), air panas

94

Lampiran 12. Jumlah Daya Hambat Secara Umum

Sampel Mikroba

I (S13E) II (S13F) III (S13G) IV (S11D) V (S8A1)

Ekstrak Air

Dingin

0 0 0 2 2

Ekstrak Air

Panas

0 2 0 0 2

Ekstrak Etil

Asetat

2 2 2 2 2

Ekstrak N-

Heksana

0 2 2 2 2

Benomyl

500 ppm

0 2 0 0 2

Sampel

Mikroba

VI

(S11B)

VII

(S10B)

VIII

(S11A1)

IX

(S11A3)

Ʃ Daya

Hambat

Ekstrak Air

Dingin

0 0 0 0 4

Ekstrak Air

Panas

0 0 0 2 6

Ekstrak Etil

Asetat

3 3 3 2 21

Ekstrak N-

Heksana

0 3 2 2 15

Benomyl

500 ppm

0 2 2 0 8

Keterangan : Jumlah efektif daya hambat terhadap suhu (+ sampai +++)