efisiensi produksi dan pemasaran serta daya...
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumbuhan kelapa dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia
sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat
pesisir. Tanaman kelapa dapat digunakan baik untuk keperluan pangan maupun
non pangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa bisa di manfaatkan untuk
kepentingan manusia. Karena itu, pohon kelapa dijuluki sebagai The Tree of Life
(pohon kehidupan), karenanya tanaman ini mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di dataran
rendah maupun dataran tinggi. Kelapa dapat tumbuh di pinggir laut hingga
dataran tinggi. Kelapa dapat dibedakan menjadi kelapa varietas dalam dan hibrida.
Ada juga yang membedakannya menjadi 3 varietas, yaitu dalam, genjah dan
hibrida. Setiap varietas dibagi lagi dalam beberapa jenis (Samosir, 1992). Arti
penting kelapa bagi masyarakat tercermin dari luasnya areal perkebunan rakyat
yang mencapai 98% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih dari tiga juta rumah
tangga petani. Kelapa diusahakan di seluruh provinsi di Indonesia yang tersebar
pada ketinggian 0-700 m dpl, pada tanah mineral sampai tanah gambut, beriklim
basah sampai kering. Areal terkonsentrasi di tiga wilayah, yaitu Sumatera
(32,8%), Jawa dan Bali (26,2%), serta Sulawesi (18,4%). Jika dilihat dari luas
wilayah dalam hubungannya dengan luas areal kelapa yang ada maka potensi
pengembangan terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
Sebaran tanaman kelapa terdapat diseluruh kepulauan Indonesia, pada
tahun 2005, total areal meliputi 3,29 juta ha, yakni terdistribusi di pulau Sumatera
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
33,8%, Jawa 22,4%, Bali, NTB dan NTT 5,9%, Kalimantan 6,8%, Sulawesi
22,1%, Maluku dan Papua 9%. Walaupun sebarannya cukup merata, namun
produktivitasnya masih rendah. Produktivitas tanaman kelapa baru mencapai
2.700 – 4.500 kelapa butir yang setara 0,8 – 1,2 ton kopra/ha. Produktivitas ini
masih dapat ditingkatkan menjadi 6.750 butir atau setara 1,5 ton kopra. Selain itu,
potensi kayu kelapa yang dapat dihasilkan sebesar 200 juta m3. Produktivitas
aktual perkebunan kelapa rakyat masih sangat rendah karena diusahakan secara
tradisional. Perkembangan usahatani kelapa sangat lambat atau tidak ada
perkembangan sama sekali dan nilai tukar produk utama kelapa malah menurun
dengan munculnya substitusi dari komoditas lain. Lambatnya perkembangan
usahatani kelapa bukanlah disebabkan tidak tersedianya teknologi, tetapi lebih
ditentukan oleh status petani dan status kelapa itu sendiri. Tingkat pendidikan,
wawasan, dan ekonomi petani sangat mempengaruhi perkembangan usahatani
kelapa, demikian pula dengan asal muasal dari kebun tersebut. Petani yang
memperoleh kebun kelapa dari warisan biasanya hanya memungut hasilnya saja,
tidak akan memperhatikan pemeliharaannya. Berbeda dengan petani yang
membangun kebun kelapa dengan menanam sendiri akan mengurus kebunnya
dengan baik.
Menurut Kementerian Pertanian (2010), perkebunan kelapa di Indonesia
sebagian besar masih merupakan perkebunan rakyat, meskipun ada juga yang
merupakan perkebunan negara dan swasta. Pada periode tahun 1970-2009 luas
areal perkebunan kelapa di Indonesia menunjukkan pola peningkatan yang
cukup konsisten. Pola perkembangan luas areal kelapa Indonesia menyerupai
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
pola perkembangan luas areal perkebunan kelapa rakyat karena sekitar 98%
areal pertanaman kelapa diusahakan oleh rakyat (PR) sedangkan sisanya
diusahakan oleh perkebunan besar negara (PBN) dan perkebunan besar swasta
(PBS).
Pada kurun waktu tersebut rata-rata pertumbuhan luas areal kelapa di
Indonesia sebesar 1,95% per tahun. Peningkatan luas areal kelapa yang cukup
tinggi umumnya terjadi sebelum tahun 1997 (sebelum terjadinya krisis moneter),
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,68% per tahun. Setelah tahun tersebut
luas areal kelapa masih meningkat tetapi lebih lambat, yaitu rata-rata sebesar
0,33% per tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Rata-rata Laju Pertumbuhan Dan Kontribusi Luas Areal Dan Produksi
Kelapa Di Indonesia, 1970 - 2009
Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan: 1)
PR= Perkebunan Rakyat 2)
PBN= Perkebunan Besar Negara 3)
PBS= Perkebunan Besar Swasta
Tahun 2009: Angka Sementara
Berdasarkan jenis pengusahaannya, perkembangan luas areal kelapa PR
juga lebih stabil dibandingkan luas areal kelapa yang diusahakan oleh PBN dan
PBS. Pada tahun 1970-1997 pertumbuhan luas areal kelapa PR rata-rata sebesar
Tahun Luas Areal Produksi
PR1) PBN2) PBS3) Total PR1) PBN2) PBS3) Total
Pertumbuhan (%)
1970-2009 1,93 0,78 10,44 1,95 2,61 10,14 18,00 2,66 1970-1997 2,58 7,06 15,68 2,68 3,02 19,31 24,07 3,13 1998-2009 0,47 -13,34 -1,35 0,33 1,68 4,32 4,32 1,59
Kontribusi (%) 1970-2009 97,69 0,46 1,84 100,00 98,09 0,37 1,55 100,00 1970-1997 97,62 0,60 1,79 100,00 98,51 0,47 1,02 100,00 1998-2009 97,83 0,23 1,94 100,00 97,48 0,21 2,31 100,00
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
2,58% per tahun, PBN sebesar 7,06% per tahun dan PBS sebesar 15,68% per
tahun. Setelah tahun 1997 pertumbuhan luas areal kelapa PR melambat menjadi
sebesar 0,47% per tahun, sedangkan luas areal kelapa PBN dan PBS turun
masing-masing sebesar 13,34% per tahun dan 1,35% per tahun.
Dari sisi status pengusahaannya, produktivitas kelapa PR relatif lebih
stabil dan lebih tinggi dibandingkan produktivitas kelapa PBN. Produktivitas
kelapa Indonesia terbaik ada di jenis pengusahaan PBS dengan rata-rata
produktivitas sebesar 1,28 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya
produksi kelapa dalam negeri masih dapat ditingkatkan dengan upaya budidaya
yang lebih intensif. Produktivitas kelapa di Indonesiadapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Perkembangan Produktivitas Kelapa Di Indonesia Menurut Status
Pengusahaan, 2004 - 2009
Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan: 1)
PR= Perkebunan Rakyat 2)
PBN= Perkebunan Besar Negara 3)
PBS= Perkebunan Besar Swasta
Tahun 2009: Angka Sementara
Menurut Asean and Pacific Coconut Community (APCC), Indonesia
merupakan negara produsen kelapa terbesar di dunia dengan jumlah produksi
pada tahun 2001 mencapai 3,0 juta MT ton setara kopra. Pesaing utama adalah
Tahun Produktivitas
PR (ton/ha)
Pertumb (%)
PBN (ton/ha)
Pertumb (%)
PBS (ton/ha)
Pertumb (%)
Indonesia (ton/ha)
Pertumb (%)
2004 1,09 1,11 1,03 1,09 2005 1,11 1,34 0,84 -23,85 1,36 31,92 1,11 1,09 2006 1,12 0,58 0,67 -21,08 1,02 -24,66 1,12 1,27 2007 1,14 2,35 0,79 18,21 1,34 30,83 1,14 2,30 2008 1,16 1,98 1,47 86,68 1,45 8,26 1,17 2,10 2009*) 1,16 -0,68 1,47 0,16 1,48 2,40 1,16 -0,63
Rata-rata
1,13 1,11 1,06 12,02 1,28 9,75 1,13 1,22
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Filipina dan India dengan produksi masing-masing sebesar 2,8 juta ton dan 1,8
juta ton pada tahun yang sama. Sebagian besar (> 90%) kelapa dalam di
Indonesia dipasarkan (dieskpor) ke negara-negara Asia diantaranya Cina dan
Malaysia. Sedangkan Negara Eropa yang mengimpor kelapa dari Indonesia
diantaranya Belanda dan Rusia. Dari tahun ke tahun ekspor kelapa Indonesia terus
mengalami peningkatan.
Walaupun sebaran tanaman kelapa di Kalimantan hanya 6,8%, tetapi
potensinya juga memberikan kontribusi yang penting untuk penyediaan pangan
dan sebagai bahan baku industri pengolahan. Salah satunya adalah Provinsi
Kalimantan Timur. Tanaman kelapa dalam merupakan komoditi tradisional
Kalimantan Timur, tumbuh dengan baik pada semua tempat yang diusahakan oleh
masyarakat sebagai tanaman perkarangan maupun yang diusahakan dalam
hamparan yang cukup luas. Luas areal kelapa rakyat di Kalimantan Timur tahun
2011 (Angka Sementara) tercatat sebanyak 30.250 Ha dengan jumlah produksi
sebanyak 25.172 ton/luasan total. Produksi dari tanaman kelapa rakyat tersebut
diatas seluruhnya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kelapa segar
masyarakat di dalam daerah.
Perkembangan data statistik, produksi, produktivitas dan tenaga kerja
perkebunan Kalimantan Timur komoditi kelapa tahun 2000-2011
(http://perkebunan.kaltimprov.go.id/komoditi-2-kelapa-dalam.html.21-2-2012)
dapat dilihat pada Tabel 1.3. dan 1.4.
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Tabel 1.3. Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Kelapa
Tahun Luas TM (ha)
Luasan Total (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (kg/ha)
TKP (Orang)
2012 23.338,00 30.712,00 23.562,00 1.010,00 26.331 2011 23.615,00 29,804,00 26.134,00 1.107,00 25.944 2010 23.867,00 29.983,00 27.994,00 1.172,92 30.469 2009 24.816,50 33.308,50 29.250,00 1.178,65 38.758 2008 25.273,50 33.416,00 32.007,00 1.266,43 40.069 2007 25.910,00 35.057,50 33.907,00 1.309,00 43.806 2006 37.437,00 47.807,50 44.111,50 1.178,29 49.691 2005 36.388,00 45.643,00 45.030,00 1.237,50 55.557 2004 37.385,00 46.307,50 44.700,50 1.195,68 55.590 2003 34.870,00 49.466,00 40.830,50 1.170,93 57.461 2002 35.474,50 53.588,50 40.649,00 1.145,87 63.270 2001 34.766,50 53.564,50 41.883,50 1.204,71 69.254 2000 34.708,50 51.584,50 31.332,00 902,72 67.776
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (2013)
Keterangan : Luas TM: Luas Tanaman Menghasilkan
Jika kita lihat dari Tabel 1.3.. produksi dan produktivitas kelapa di
Kalimantan Timur cukup fluktuatif. Rata-rata pendapatan petani yang
mengusahakan kelapa yang sudah berproduksi per hektarnya berkisar Rp
23.809.500,- hingga Rp 28.571.400,- per hektar per tahun (dengan asumsi:
populasi tanaman 143 pohon per hektar dengan jumlah buah 75 - 90 butir per
pohon per tahun dan harga jual kelapa Rp 2.220,- per butir). Untuk perkembangan
produksi dan produktivitas kelapa tiap kabupaten dan kota di Kalimantan Timur
dapat dilihat pada Tabel 1.4.
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
Tabel 1.4. Luas Areal, Produksi dan Tenaga Kerja Menurut Kabupaten/Kota
2010
Sumber : Bagian Perencanaan Program (2012)
Melihat latar belakang di atas, kelapa mempunyai peluang agribisnis hulu
maupun hilir yang cukup potensial, maka peluang pengembangan agribisnis
kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi sangat besar. Alternatif produk
yang dapat dikembangkan antara lain virgin coconut oil (VCO),
oleochemical (OC), dessicated coconut (DC), coconut milk / cream (CM/CC),
coconut charcoal (CCL), activated carbon (AC), brown sugar (BS), coconut
fiber (CF) dan coconut wood (CW), yang diusahakan secara parsial maupun
terpadu. Bahkan dengan perkembangan teknologi saat ini, kelapa bisa digunakan
sebagai bahan tenaga listrik yaitu dari buah kelapa yag diolah menjadi biofuel.
Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu meningkatkan pendapatan
5-10 kali dibandingkan dengan bila hanya menjual produk buah segar atau
kopra. Hal ini senada dengan data dari Deptan (2007) bahwa Profil usaha produk-
Kabupaten/Kota Luasan Total (Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (kg/Ha)
TKP (Orang)
Samarinda 886 523 785 4.789 Balikpapan 1.574 2.032 2.341 1.291 Kutai Kartanegara
9.665 5.086 648 4.058
Kutai Barat 1.270 244 444 1.435 Kutai Timur 2.150 3.388 1.999 4.051 Bontang 26 7 304 30 Paser 4.133 7.704 2.119 5.788 Penajam P.U 4.823 2.950 676 1.572 Berau 2.594 2.537 1.178 3.310 Bulungan 1.068 1.222 1.252 1.266 Malinau 35 6 462 25 Nunukan 1.090 1.899 3.093 2.470 Tana Tidung 42 21 1.050 99 Tarakan 627 375 852 285
Tahun 2010 29.983 27.994 1.172,92 30.469
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
produk akhir kelapa yang sudah mulai berkembang hingga saat ini antara lain nata
de coco, serat, arang tempurung, gula merah, dan desicated coconut (Tabel 1.5)
menunjukkan kelayakan usaha yang tinggi. Akhir-akhir ini telah berkembang pula
virgin coconut oil (VCO) yang merupakan makanan suplemen dan juga obat.
Beberapa hambatan yang diperkirakan muncul seperti kontinuitas pasok bahan
baku ternyata dapat diatasi sehingga industri masih bertahan dengan kondisi yang
baik. Bila pengembangan dapat dilaksanakan secara ”terpadu” maka pasok bahan
baku akan lebih terjamin.
Tabel 1.5. Profil Usaha Beberapa Produk Akhir Kelapa
Produk Akhir Skala*)
NPV
(Rp.Juta)
B/C IRR
(%)
PBP
(th)
Nata de Coco Kecil 953 1,32 32 1
Coconut Fiber Menengah 2.462 2,30 52,4 2
Activated Carbon Menengah 2.924 1,12 21 4
Brown Sugar Kecil 1.396 2,45 73 1
Desiccated Coconut Besar 8.670 1,54 22 4 *)
Investasi Skala Kecil : maks Rp 1 miliar, Menengah : maks Rp 10 miliar, Besar
: lebih dari Rp 10 miliar.
1.2. Rumusan Masalah
Kebijakan pembangunan perkebunan saat ini pada dasarnya diarahkan
untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Hal
ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti: peremajaan, rehabilitasi,
perbaikan mutu tanaman, penganekaragaman jenis dan pemanfaatan lahan
transmigrasi perkebunan, lahan kering dan rawa yang ditangani secara intensif.
Tujuannya adalah meningkatkan pendapatan taraf hidup petani.
Dalam jangka panjang arah kebijakan pengembangan usaha agribisnis
kelapa adalah ”Mewujudkan agribisnis kelapa yang berdaya saing dan
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
berkeadilan yang dapat memberikan tingkat kesejahteraan secara berkelanjutan
bagi pelaku usahanya”. Untuk itu, diperlukan program jangka panjang yang
ditempuh melalui beberapa tahapan implementasi program lima tahunan (jangka
menengah). Program jangka panjang ini dirumuskan berdasarkan pemanfaatan
potensi sumberdaya utama (exsisting area, sdm petani, dan lahan) yang ada
didukung dengan potensi sumber daya penunjang (pendanaan, sarana pengolahan,
pemasaran, infrastruktur, dan lain-lain.) yang memungkinkan dan berpotensi
untuk diintegrasikan dan dikonsolidasikan dalam program pengembangan jangka
panjang komoditi kelapa. Salah satu fokus kebijakan pengembangan agribisnis
kelapa adalah pengembangan industri hilir dan peningkatan nilai tambah kelapa.
Kebijakan ini dimaksudkan agar produk kelapa Indonesia tidak lagi berupa bahan
mentah (kopra), tapi dalam bentuk hasil olahan, sehingga nilai tambah dapat
dinikmati di dalam negeri. Dalam Grand Strategi Dewan Kelapa Indonesia (DKI),
penerapan kebijakan pengembangan industri hilir ini ditempuh antara lain melalui:
a. Mempersiapkan Indonesia sebagai negara produsen kelapa terbesar di dunia
dengan mengembangkan usaha agribisnis kelapa yang berdaya saing dengan
proyeksi produksi (setara kopra) sekitar 4 juta ton.
b. Produktivitas tanaman dapat ditingkatkan dari 1,1, menjadi 1,5 ton setara
kopra/ha/tahun.
c. sekitar 20% dari total areal tanaman kelapa merupakan tanaman kelapa yang
berasal dari bibit unggul.
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
d. Jumlah dan jenis produk kelapa yang diproduksi dan diekspor lebih banyak dan
beragam, pemanfaatan hasil samping (batang kelapa) dan limbah (tempurung,
air dan sabut) semakin berkembang.
e. Pendapatan petani dari usahataninya dapat ditingkatkan minimal 1.00 US
$/KK/tahun
f. Harga produk di tingkat petani 75% dari harga Free On Board (FOB) untuk
setiap jenis produk yang diekspor
g. Kebutuhan pupuk untuk perluasan dan peremajaan adalah urea sebanyak
78.650 ton, Sp.36 sebanyak 58.850 ton.
h. Penerapan Good Agriculture Product (GAP) dan Good Handling Product
(GHP) serta zero waste product secara konsisten.
i. Petani dikonsolidasikan dalam kelembagaan usaha yang efektif (koperasi)
j. Kemampuan petani dalam mengantisipasi perubahan/permintaan pasar
meningkat.
k. Tersedianya sumber dana untuk membiayai peremajaan kelapa
l. Pelaksanaan intensifikasi, peremajaan, pengembangan, diversifikasi dan
pembangunan unit pengolahan.
Pengembangan agroindustri diyakini akan berdampak pada penciptaan
kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus menciptakan pemerataan
pembangunan. Saat ini ekonomi Indonesia mempunyai masalah yang krusial
dalam bidang pengangguran dan kemiskinan. Titik lemah perekonomian kita
adalah pergerakan sektor riil tidak optimal sehingga kesempatan kerja
terbatas. Padahal sebagian besar penduduk miskin berada pada sektor ini,
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
khususnya pertanian dalam arti luas. Oleh karena itu, diperlukan keberanian
pemerintah melakukan terobosan strategi menjadikan agroindustri sebagai
lokomotif ekonomi untuk menarik sektor lainnya.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya, menurut Dewan Kelapa Indonesia
(DKI), ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis
kelapa di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Produktivitas tanaman kelapa rendah yaitu sekitar 1,1 ton/ha setara kopra atau
sekitar 50% dari potensi produksinya
b. Kondisi tanaman sudah tua dan tidak produktif sekitar 438 ribu ha (11,58%
dari total areal kelapa)
c. Sekitar 98,225 perkebunan kelapa merupakan perkebunan rakyat dengan
kepemilikan lahan terbatas, pemanfaatannya belum optimal serta penerapan
teknologi yang belum utuh.
d. Struktur industri perkelapaan saat ini belum terpadu dan hampir seluruhnya
masih bersifat parsial, sehingga nilai tambahnya belum optimal.
e. Ekspor sebagian besar masih dalam bentuk produk primer.
f. Hasil samping dan limbah belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga belum
dapat dihasilkan nilai tambah yang berarti secara ekonomi, baik di tingkat
petani maupun ditingkat prosesor.
g. Jenis produk turunan kelapa yang baru dapat dihasilkan masih terbatas
dibanding negara produsen kelapa lain, seperti Philipina, telah dapat
mengembangkan sebanyak lebih dari 100 jenis produk.
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
h. Penanganan agribisnis perkelapaan masih tersegmentasi/sektoral, belum dan
cenderung merugikan posisi petani kelapa sebagai penghasil produk primer.
i. Pengelolaan usaha belum dilakukan secara optimal, sehingga masih banyak
potensi sumberdaya belum termanfaatkan serta belum dapat memberikan
jamninan pendapatan yang layak bagi petani kelapa.
j. Persaingan dengan minyak nabati lainnya, khususnya kelapa sawit telah
menekan pengembangan tanaman kelapa.
k. Tidak tersedianya kredit murah untuk peremajaan tanaman tua dan rusak.
Permasalahan tersebut di atas juga dialami oleh petani kelapa dalam di
wilayah perbatasan. Perbatasan suatu negara mempunyai peranan penting dalam
penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, menjaga
keamanan dan keutuhan wilayah. Pembangunan Ekonomi dan Percepatan
Pertumbuhan Perekonomian Perbatasan Berbasis Kerakyatan. Sumber daya
manusia merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan ketahanan di
daerah perbatasan. Kualitas sumber daya manusia ataupun tingkat kesejahteraan
yang rendah akan mengakibatkan kerawanan terutama dalam hal yang
menyangkut masalah sosial dan pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas
nasional secara keseluruhan. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan taraf hidup
masyarakat di daerah perbatasan.
Kondisi perbatasan di Indonesia yang berbeda satu dengan yang lainnya,
baik antara kawasan perbatasan kontinen dan laut, maupun antar perbatasan di
wilayah daratnya sendiri, sehingga masing-masing memerlukan kebijakan khusus
dan strategi serta pendekatan yang berbeda. Khususnya di wilayah perbatasan
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
Kalimantan Timur, potensi sumberdaya alam dan yang berasal dari pintu-pintu
masuk (border gates) di wilayah-wilayah tersebut sampai saat ini belum terkelola
dengan baik sehingga cenderung belum memberikan kesejahteraan ekonomi yang
memadai bagi masyarakat diwilayah-wilayah perbatasan. Panjang wilayah
perbatasan Kalimantan Timur dengan Sabah dan Sarawak sepanjang lebih kurang
850 km meliputi 3 (tiga) daerah kabupaten yaitu: Kutai Barat, Malinau dan
Nunukan yang meliputi 9 kecamatan. Menurut data dari Bappenas (2006),
perekonomian di wilayah perbatasan Kalimantan masih didominasi oleh sektor
Pertanian. Hal ini bisa dilihat dari persentase terhadap total PDRB di tiap-tiap
kabupaten. Akan tetapi Sektor perdagangan yang dapat dilakukan oleh masyarakat
Indonesia di wilayah perbatasan dengan Malaysia masih terbatas pada komoditas
hasil hutan dan hasil perkebunan saja. Itupun pada umumnya dilakukan secara
tidak resmi (illegal) sehingga mereka berada pada posisi tawar yang sangat lemah.
Selain itu transaksi yang dilakukan di sana menggunakan dua nilai mata uang
yaitu rupiah dan ringgit, akan tetapi nilai tukar ringgit tidak menggunakan nilai
tukar resmi yang satiap hari berubah tetapi ditetapkan sebesar tiga ribu rupiah
setiap satu ringgitnya.
Oleh karena itu dirasa penting untuk melakukan penelitian Efisiensi
Produksi dan Pemasaran Serta Daya Saing Komoditi Kelapa Dalam Di
Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur sehingga dapat dihasilkan suatu hasil
penelitian yang holistik untuk melihat komoditi ini dalam mendukung ketersedian
bahan baku pangan maupun non pangan dalam negeri maupun luar negeri serta
pertahanan negara yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani,
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
local capacity building dan pendapatan daerah, khususnya di daerah perbatasan
Kalimantan Timur bagian utara secara menyeluruh.
Dari uraian di atas, ada beberapa permasalahan yang mendasari penelitian
ini, yaitu:
1. Bagaimana efisiensi produksi usahatani kelapa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya?
2. Bagaimana efisiensi pemasaran komoditi kelapa dilihat dari marjin pemasaran,
integrasi pasar dan transmisi harga ?
3. Bagaimana daya saing berupa keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif komoditi kelapa ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang Efisiensi Produksi dan Efisiensi Pemasaran Serta Daya
Saing Komoditi Kelapa Dalam Di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur
bertujuan untuk:
1. Mengetahui efisiensi produksi usahatani kelapa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2. Mengetahui efisiensi pemasaran komoditi kelapa dilihat dari marjin pemasaran,
integrasi pasar dan transmisi harga.
3. Mengetahui daya saing berupa keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif komoditi kelapa.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
1. Memberikan gambaran secara menyeluruh tentang potensi komoditi kelapa
baik produksi dan produktivitasnya serta pasarnya di Kabupaten Nunukan
Kalimantan Timur.
2. Memberikan gambaran tentang daya saing komoditi kelapa
3. Dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat kebijakan pembangunan
daerah dalam membaca peluang di era globalisasi dan otonomi daerah.
4. Dapat mendorong industrialisasi (agroindustri) di tingkat daerah khususnya
industri di bidang pertanian untuk berkompetisi secara internasional sehingga
dapt meningkatkan pendapatan masyarakat.
5. Dapat menciptakan sinergi antara kekuatan ekonomi lokal berbasis sumberdaya
lokal dan kekuatan ekonomi global.
1.5. Keaslian dan Kebaruan Penelitian
Penelitian tentang usahatani kelapa memang sudah banyak dilakukan, baik
dari sisi efisiensi, pemasaran, maupun daya saingnya, namun masih dilakukan
secara terpisah. Akan tetapi dalam penelitian ini, dilakukan penelitian tentang
komoditi kelapa secara holistik baik dari sisi efisiensi, pemasaran, maupun daya
saingnya dan juga lokasi penelitian yang diambil masih belum pernah dilakukan
penelitian yang sejenis untuk komoditi yang sama yaitu kelapa.
EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/