efisiensi produksi kayu gelondongan dengan konsep integral
TRANSCRIPT
MAKALAH PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP
EFISIENSI PRODUKSI KAYU GELONDONGAN DENGAN
KONSEP INTEGRAL
OLEH:
LIDYA KRISNA ANDANI NIM:1103113926
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pemodelan matematika dengan
penangkaran kandang (inbreeding) pada plant breeding”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dalam penulisan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin,
Namun hal itu tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan dan kesalahan penulis dalam
penulisannya, untuk itu penulis dengan kerendahan hati menerima saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Pekanbaru, desember 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kayu adalah salah satu bahan konstruksi yang didapatkan dari tumbuhan, merupakan SDA
yang pertumbuhannya membutuhkan waktu lama untuk layak ditebang. Kemudian diolah dari
kayu gelondongan menjadi kayu balok. Oleh karena itu, baik individu, kelompok maupun
pemerintah harus berupaya untuk memelihara dan melestarikannya. Pertumbuhan kayu yang
cukup lama untuk layak tebang dan meningkatnya jumlah permintaan terhadap kayu
menyebabkan persediaan bahan baku (kayu) semakin lama semakin berkurang sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan jumlah persediaan untuk menyeimbangkan
jumlah permintaan dan jumlah persediaan pengolah kayu diharuskan benar-benar mampu
mengolah kayu secara efisien. Pengolahan kayu yang efisien diperlukan perhitungan dan
perencanaan yang matang untuk meminimalkan sisa-sisa (sampah kayu) sehingga tidak terjadi
pemborosan waktu, bahan baku dan biaya.
Pengolah kayu UD. Marthen di Surabaya kurang memperhatikan perhitungan dan perencanaan
yang matang. Akibatnya banyak sisa-sisa kayu yang seharusnya masih layak untuk dibuat papan
sehingga jumlah papan yang dihasilkan kurang maksimal. Hal ini adalah suatu masalah bagi UD
Marthen yang harus dicari solusi untuk menuju ke arah yang lebih baik.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengaplikasikan konsep integral terhadap pengolah kayu
UD. Marthen di Surabaya sebagai landasan pengetahuan tentang pengolahan kayu yang efisien
untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah mengaplikasikan konsep integral untuk efisiensi pengolahan kayu di UD.
Marthen Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin di capai peneliti adalah ingin
mengaplikasikan konsep integral untuk efisiensi pengolahan kayu di UD. Marthen Surabaya.
1.4. asumsi penelitian dan batasan masalah
1. Asumsi penelitian konsep integral dapat diaplikasikan untuk efisiensi pengolahan kayu
2. .Batasan masalah agar penelitian tidak jauh menyimpang maka peneliti memberikan batasan-
batasan masalah sebagai berikut :
Kayu yang dihitung volumenya adalah kayu yang memiliki penampang berbentuk lingkaran atau
diidentifikasikan sebagai lingkaran yaitu kayu yang berbentuk tabung, sedangkan kayu
berbentuk kerucut tidak diteliti. Kayu yang diteliti adalah kayu yang berukuran
Diameter 87cm panjang 500cm
Diameter 86cm panjang 300cm
Diameter 77cm panjang 400cm
Diameter 65cm panjang 500cm
Metoda analisis data dalam penelitian ini setelah data hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi terkumpul. Langkah selanjutnya adalah memilah-milah data. Data mana yang
sesuai dipakai dan data mana yang tidak sesuai. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan
rumus volume benda putar dan volume benda pejal.
Volume kayu Gelondongan
Perhitungan volume kayu gelondongan menggunakan volume benda putar:
Vk = π∫ ¿ab▒〖[ f (x)]2 〗 dx, a≤ x≤ b (Baisuni,1986:244)
Dengan:
Vk = volume kayu 〖cm〗3 dx, a≤ x≤ b
Y = jari-jari kayu (silinder)
π=ketepatankonstan (−3,14 )
Dx = symbol differensial terhadap x
a = batas bawah integral
b =batas atas integral
volume kayu Balok
perhitungan kayu balok menggunkan perhitungan volume benda pejal.Vp : f(x-I y-i)∆Ai
volume kayu produksi
Vp =∑_(i=1)^n▒ ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ ).∆ Ai atau Vt=n .Vp
Dengan :
Vp = volume kayu balok (〖cm〗^3)
Vt = volume kayu produksi (〖cm〗^3)
N = jumlah kayu yang layak produksi
f(x ̅_i y ̅_i ) = z :panjang kayu/fungsi ke xy
x ̅_i y ̅_i :panjang sisi Ri
∆Ai = ∆x ̅_(i.) ∆y ̅_i : luas penampang kayu balok (Purcell,1994:284)
Limbah kayu (sisa kayu yang terbuang)= Vk –Vt kegiatan produksi.
Hasil produksi dari pengolah kayu “UD. Marthen” adalah kayu balok / papan dengan berbagai
jenis ukuran sesuai dengan permintaan konsumen, produk yang dihasilkan kemudian dipasarkan
ke berbagai daerah di antaranya, Madura, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Mojokerto, dan Gresik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari UD Marthen jumlah permintaan paling banyak adalah
daerah Sidoarjo.
Persediaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah kayu gelondongan. Jenis kayu yang
digunakan oleh pengolah kayu tersebut untuk diolah dari gelondongan menjadi balok/papan di
antaranya, kayu Marbau, Bengkirai, Kamper, Kempas, Meranti, dan Kruing. Jenis kayu ini
didatangkan dari daerah Tanjung Bumi dan Sepuluh di Bangkalan, Madura. Pembelian kayu
dilakukan jika ada kiriman kayu dari gudang kayu mentah yang berlokasi di Tanjung Bumi
dalam jumlah yang cukup besar dan disesuaikan dengan keadaan financial UD tersebut.
Proses Produksi
Proses produksi kayu pada UD Marthen dapat dilihat di skema berikut :
Adapun keterangan dari skema tersebut adalahgudang kayu mentah merupakan tempat
penyimpanan kayu gelondongan yang baru ditebang dari hutan. Gudang tersebut berlokasi di
Bangkalan tepatnya Desa Tanjung Bumi Kecamatan Sepuluh.
Kemudian dilakukan pemilihan terhadap kayu-kayu yang ada dalam gudang tersebut untuk
diangkut ke gudang pabrik. Dalam hal ini, pengolah kayu UD. Marthen selanjutnya pengolahan
kayu. Adapun proses pengolahan kayu sebagai berikut:
Kayu gelondongan dibelah menjadi beberapa bagian, disesuaikan dengan diameter (D) kayu
tersebut. Jika D ≤60cm maka boleh dibelah menjadi 4 bagian dan jika D≥60 cm maka dibelah
menjadi 6 bagian. Selanjutnya kayu belahan dibawa kegudang pengergajian untuk dibelah
kembali menjadi satu satuan balok papan sesuai dengan ukuran dari permintaan konsumen.
Kemudian balokpapan tersebut diangkut ke gudang penyimpanan objek. Dalam penelitian ini
yang menjadi objek penelitian adalah pengolah kayu “UD Marthen” di Surabaya.
BAB II
PEMBAHASAN
Jenis – jenis kayu yang diolah oleh UD. Marthen diantaranya Marbau, Bangkirai, Kamper,
Kempas, Meranti dan Kruing. Masing – masing jenis kayu tersebut dalam pengolahannya dari
gelondongan menjadi balok – balok atau papan – papan adalah sama. Pengolahnya ( SDM ) tidak
dibekali ilmu khusus, melainkan berdasarkan pengalaman – pengalaman proses pengerjaan
sebelumnya.
Bahan baku yang paling banyak digunakan untuk produksi adalah jenis kayu merbau, hal ini
disebabkan jenis kayu tersebut mudah didapatkan. Kayu gelondongan jenis ini digolongkan
menurut panjang masing-masing diameternya (D), antara lain:
Kayu gelondogan yang berdiameter kurang dari atau sama dengan 60cm (D D≤ 60 cm),Kayu
gelondongan yang berdiameter lebih dari 60cm (D>60). Proses pembelahan kayu gelondongan
yang berdiameter (D) ≤ 60 cm dengan kayu gelondongan yang berdiameter (D)>60 tidak sama.
Sedangkan dalam proses pengolahannya menjadi balok-balok atau papan-papan menggunakan
metode yang sama. Adapun metode terebut sebagai berikut:mengukur diameter kayu
gelondongan, membelah kayu gelondongan menjadi 4 bagian untuk kayu yang berdiameter (D)
≤60 cm, Sedangkan kayu yang berdiameter (D) > 60 cm dibelah menjadi 6 bagian. Menggergaji
salah satu sisi kayu gelondongan yang sudah dibelah, membalik kayu yang telah digergaji salah
satu sisinya, lalu menggergaji sisi yang lain. Dilanjutkan dengan merajang atau menggergaji
menjadi balok-balokdan papan-papan. Melanjutkan belahan gelondongan yang lain dengan
metode seperti diatas Staking yaitu menata papan hasil produksi UD. Marthen menjadi bentuk
palet ( menata papan menjadi bentuk seperti seperti balok yang tiap-tiap sap diberi pembatas
melintang.
Pada penelitian ini, peneliti menganalisis kayu gelondongan yang berdiameter 87 cm, 86 cm, 77
cm, dan 65 cm, sedangkan panjangnya 500 cm, 400 cm, 300 cm. Hal ini disebabkan pada saat
peneliti mengadakan penelitian, ukuran kayu yang diolah seperti yang telah disebutkan.
Hasil produksi yang diperoleh UD.Marthen dalam pengolahan satu kayu gelondongan berjenis
Merbau sebagai berikut :
1. Kayu gelondongan yang berdiameter 87cm dan panjangnya 500cm tebal papan 6cm
dengan lebar 12cm maka hasil yang diperoleh2.340.000 〖cm〗^3 (65 papan).
2. Kayu gelondongan yang berdiameter 86cm dan panjang 300cm tebal papan 12cm dengan
lbar 12cm maka hasil yang diperoleh 1.080.000 〖cm〗^3 (25 papan).
3. Kayu gelondongan yang berdiameter 77cm dan panjang 400cm tebal papan 2cm dengan
lbar 20cm maka hasil yang diperoleh 1.552.000 〖cm〗^3 (97papan).
4. Kayu gelondongan yang berdiameter 65cm dan panjang 500cm tebal papan 6cm dengan
lbar 12cm maka hasil yang diperoleh 1.116.000〖cm〗^3 (31papan).
Dalam menghitung volume kayu pergelondong, pengolah kayu UD Marthen menggunakan
volume tabung yaitu V = πr^2.t sedemikian hingga diperoleh :
1.Kayu gelondongan berdiameter 87cm, panjang (t) 500cm, maka volume kayu gelondongan
(Vk) adalah:
Vk =πr^2.t = π (〖43,5)〗^2.500)
= 3,14 (.(1892,25).500)
=2970832,5 〖cm〗^3
Karena hasil papan yang diperoleh 2.340.000 〖cm〗^3, maka sisa kayu yang terbuang adalah :
Limbah kayu : 2.970.832,5 - 2.340.000 = 630.832,5 〖cm〗^3
2. Gelondongan berdiameter 86 cm, panjang (t) 300 cm, maka volume kayu gelondongan (Vk)
adalah:
Vk =πr^2.t=π(〖43)〗^2.300)
= 3,14 (1849).300)
=1741758 〖cm〗^3
Karena hasil papan yang diperoleh 1.080..000 〖cm〗^3, maka sisa kayu yang terbuang adalah :
Limbah kayu 1.741.758-1.080.000 = 661758〖cm〗^3
3. Kayu gelondongan berdiameter 77cm, panjang (t) 400cm, maka volume kayu gelondongan
(Vk) adalah:
Vk =πr^2.t = π (〖43,5)〗^2.500)
= 3,14 (1482,25).400
=1861706〖cm〗^3
Karena hasil papan yang diperoleh 1.552.000〖cm〗^3, maka sisa kayu yang terbuang adalah :
Limbah kayu : 1861706- 1.552.000 = 309.706〖cm〗^3
4. Kayu gelondongan berdiameter 65cm, panjang (t) 500cm, maka volume kayu gelondongan
(Vk) adalah:
Vk =πr^2.t = π (〖32,5)〗^2.500)
= 3,14 (1056,25).500
=1658312,5〖cm〗^3
Karena hasil papan yang diperoleh 1.116.000〖cm〗^3, maka sisa kayu yang terbuang adalah :
Limbah kayu : 1.658.312,5 -1.116.000 =542.312,5〖cm〗^3
ANALISIS DATA
Berdasarkan deskripsi data yang diperoleh dari UD. Marthen, maka peneliti menganalisis data
tersebut dengan menggunakan konsep integral (menghitung volume benda putar dan benda
pejal). Adapun yang dianalisis sebagai berikut:
Analisis kayu gelondongan yang berdiameter 87 cm
Panjang kayu gelondongan 500 cm dapat dibentuk dalam sumbu koordinat dengan batas bawah
x=0 dan batas atas x=500, jika diameter 87 cm maka jari-jari kayu r = 43,5 cm. Dalam sumbu
koordinat r = 43,5 cm dapat dibuat jari-jari y = 43,5 cm. Jika garis y= 43,5 diputar mengelilingi
sumbu x, maka akan membentuk kayu gelondongan (gambar 3.5).
Y
r = 43,5
0 500 X
Gambar 3.5
Bentuk kayu gelondongan berdiameter 87 cm
Volume kayu gelondongan adalah :
Vk= π∫_0^b▒ 〖 r^(2 ) 〗 □ (24&dx)
= π∫_0^500▒ 〖 〖 (43,5) 〗 ^(2 ) 〗 □ (24&dx)
= π∫_0^500▒1892,25 □(24&dx)
= π.1892,25x ]_0^500
= π[1892,25(500) – 1892,25(0)]
= 946.125π atau 946.125(3,14)
= 2970832,5 〖cm〗^3
Jika volume dalam satu papan (Vp) dengan panjang 500 cm, tebal 6 cm, dan lebar 12 cm, maka :
Vp= ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ )∆Ai
= 500.6.12
= 36000 〖 cm 〗 ^3
Jadi volume kayu gelondongan Vk = 2970832,5 〖cm〗^3 ini dapat di reduksi menjadi papan
dengan volume dalam satuan Vp = 36000 〖 cm 〗 ^3 adalah :
n= Vk/Vp= (2970832,5 〖 cm 〗 ^3 )/(36000 〖 cm 〗 ^3 )=82,523=82 papan
Maka volume kayu produksi atau volume papan total (Vt) adalah :
Vt=∑_(i=1)^n▒ ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ ).∆Ai
= n.Vp
= 82.36000
= 2952000 〖 cm 〗 ^3
Jadi limbah kayu = Vk – Vt
= 2.970.832,5 〖 cm 〗 ^3 – 2.952.000 〖 cm 〗 ^3
= 18.832,5 〖cm〗^3
Analisis kayu gelondongan yang berdiameter 86 cm
Panjang kayu gelondongan 300 cm dapat dibentuk dalam sumbu koordinat dengan batas bawah
x=0 dan batas atas x=300, jika diameter 86 cm maka jari-jari kayu r = 43 cm. Dalam sumbu
koordinat r = 43 cm dapat dibuat jari-jari y = 43 cm. Jika garis y= 43 diputar mengelilingi sumbu
x, maka akan membentuk kayu gelondongan (gambar 3.5).
Y
r = 43
0 300 X
Gambar 3.6
Bentuk kayu gelondongan berdiameter 86 cm
Volume kayu gelondongan adalah :
Vk =π∫_0^b▒ 〖 r^(2 ) 〗 □ (24&dx)
=π∫_0^300▒ 〖 〖 (43) 〗 ^(2 ) 〗 □ (24&dx)
= π∫_0^300▒1849 □(24&dx)
= π.1849x ]_0^300
= π[1849(300) – 1849(0)]
= 554700π atau 554700(3,14)
= 1741758〖cm〗^3
Jika volume dalam satu papan (Vp) dengan panjang 300 cm, tebal 12 cm, dan lebar 12 cm, maka:
Vp= ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ )∆ Ai
= 300.12.12
= 43200 〖 cm 〗 ^3
Jadi volume kayu gelondongan Vk = 1741758 〖cm〗^3 ini dapat di reduksi menjadi papan
dengan volume dalam satuan Vp = 43200 〖 cm 〗 ^3 adalah :
n= Vk/Vp= (1741758 〖 cm 〗 ^3 )/(43200 〖 cm 〗 ^3 )=40,32=40 papan
Maka volume kayu produksi atau volume papan total (Vt) adalah :
Vt=∑_(i=1)^n▒ ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ ).∆ Ai
= n.Vt
= 40.43200
= 1728000 〖 cm 〗 ^3
Jadi limbah kayu = Vk – Vt
= 1.741.758 〖 cm 〗 ^3 – 1.728.000 〖 cm 〗 ^3
= 13758 〖cm〗^3
Analisis kayu gelondongan yang berdiameter 77 cm
Panjang kayu gelondongan 400 cm dapat dibentuk dalam sumbu koordinat dengan batas bawah
x=0 dan batas atas x=400, jika diameter 77 cm maka jari-jari kayu r = 38,5 cm. Dalam sumbu
koordinat r = 38,5 cm dapat dibuat jari-jari y = 38,5 cm. Jika garis y= 38,5 diputar mengelilingi
sumbu x, maka akan membentuk kayu gelondongan (gambar 3.5).
Y
r = 38,5
0 400 X
Gambar 3.5
Bentuk kayu gelondongan berdiameter 77 cm
Volume kayu gelondongan adalah :
Vk= π∫_0^b▒ 〖 r^(2 ) 〗 □ (24&dx)
= π∫_0^500▒ 〖 〖 (38,5) 〗 ^(2 ) 〗 □ (24&dx)
= π∫_0^500▒1482,25 □(24&dx)
= π.1482,25x ]_0^500
= π[1482,25(500) – 1482,25(0)]
= 592900π atau 592900(3,14)
= 1861706 〖cm〗^3
Jika volume dalam satu papan (Vp) dengan panjang 400 cm, tebal 2 cm, dan lebar 20 cm, maka :
Vp = ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ )∆ Ai
= 400.2.20
= 16000 〖 cm 〗 ^3
Jadi volume kayu gelondongan Vk = 1861706 〖cm〗^3 ini dapat di reduksi menjadi papan
dengan volume dalam satuan Vp = 16000 〖 cm 〗 ^3 adalah :
n= Vk/Vp= (1861706 〖 cm 〗 ^3 )/(16000 〖 cm 〗 ^3 )=116,36=116 papan
Maka volume kayu produksi atau volume papan total (Vt) adalah :
Vt =∑_(i=1)^n▒ ( (Xi) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ ).∆ Ai
= n.Vp
= 116.16000
= 1.856.000 〖 cm 〗 ^3
Jadi limbah kayu = Vk – Vt
= 1.861.706 〖 cm 〗 ^3 – 1.856.000 〖 cm 〗 ^3
= 5.706 〖 cm 〗 ^3
Analisis kayu gelondongan yang berdiameter 65 cm
Panjang kayu gelondongan 500 cm dapat dibentuk dalam sumbu koordinat dengan batas bawah
x=0 dan batas atas x=500, jika diameter 65 cm maka jari-jari kayu r = 32,5 cm. Dalam sumbu
koordinat r = 32,5 cm dapat dibuat jari-jari y = 32,5 cm. Jika garis y= 32,5 diputar mengelilingi
sumbu x, maka akan membentuk kayu gelondongan (gambar 3.5).
Y
r = 32,5
0 500 X
Gambar 3.5
Bentuk kayu gelondongan berdiameter 65 cm
Volume kayu gelondongan adalah :
Vk = π∫_0^n▒ 〖 r^(2 ) 〗 dx
= π∫_0^500▒ 〖 〖 (32,5) 〗 ^(2 ) 〗 dx
=π∫_0^500▒1056,25 dx
= π.1056,25x ]_0^500
= π[1056,25(500) – 1056,25(0)]
= 528.125π atau 528.125(3,14)
= 1.658.312,5 〖cm〗^3
Jika volume dalam satu papan (Vp) dengan panjang 500 cm, tebal 6 cm, dan lebar 12 cm, maka :
Vp= ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ )∆ Ai
= 500.6.12
= 36000 〖cm〗^3
Jadi volume kayu gelondongan Vk = 1.658.312,5 〖cm〗^3 ini dapat di reduksi menjadi papan
dengan volume dalam satuan Vp = 36000 〖 cm 〗 ^3 adalah :
n= Vk/Vp= (1658312,5 〖 cm 〗 ^3 )/(36000 〖 cm 〗 ^3 )=46,06=46 papan
Maka volume kayu produksi atau volume papan total (Vt) adalah :
Vt =∑_(i=1)^n▒ ( (X_i ) ⨍ ̅ .(Y_i ) ̅ ).∆ Ai
= n.Vp
= 46.36000
= 1.656.000 〖 cm 〗 ^3
Jadi limbah kayu = Vk – Vt
= 1.658.312,5 〖 cm 〗 ^3 – 1.656.000 〖 cm 〗 ^3
= 2.312,5 〖 cm 〗 ^3
Dari hasil analisis di atas, peneliti sajikan dalam bentuk tabulasi sebagai berikut:
Tabel 3.2
Ukuran dan Hasil Pengolahan Kayu gelondongan Merbau
Dengan Menggunakan Konsep Integral
No Panjang Kayu Gelondongan
(cm) Diameter Kayu Gelondongan
(cm) Tebal Papan
(cm) Lebar Papan
(cm) Hasil Papan
( 〖 cm 〗 ^3) Jumlah
(Papan)
`1.
2.
3.
4. 500
300
400
500 87
86
77
65 6
12
2
6 12
12
20
12 2.952.000
1.728.000
1.856.000
1.656.000 82
40
116
46
Untuk memperoleh jumlah papan yang maksimal dengan meminimalkan pembuangan sisa-sisa
kayu, maka teknik pengolahan kayu gelondong dari analisis data di atas sebagai berikut :
Gambar 3.9
a Penghilangan sisi atas (a) dan sisi bawah (b) dari kayu gelondongan
seminimalnya untuk memperoleh tebal papan.
b
c a Penghilangan sisi samping ( c ) dan (d) dari kayu gelondongan seminimal mungkin untuk
memperoleh lebar papan.
e d
Penggergajian kayu gelondongan (e) untuk memperoleh tebal papan.
Menghilangkan sisi-sisi papan (f) untuk memperoleh lebar papan.
Gambar 3.9 Proses Pengolahan Kayu Gelondongan menggunakan konsep integral
Implikasi Teori
Pengolaha kayu UD. Marthen mengolah kayu geondongan menjadi bentuk papan/balok dengan
menggunakan cara biasa sehingga banyak sisa-sisa kayu terbuang yang seharusnya masih layak
produksi, ini dapat menyebabkan terjadinya pemborosan waktu, biaya, dan bahan baku.
Pengolah kayu ini dapat mengetahui hasil produksi (jumlah papan) yang diperoleh dalam satu
kayu gelondongan setelah proses produksi. Dengan cara tersebut maka pengolah kayu UD.
Marthen tidak dapat menganalisis jumlah ppapan yang seharusnya dihasilkan dalam satu kayu
gelondongan, serta tidak dapat menekan pembuangan sisa-sisa kayu. Jika pembuangan sisa-sisa
kayu tidak dapat ditekan, maka papan/balok yang dihasilkan kurang optimal sehingga perolehan
laba pun kurang maksimal.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menganalisis data yang diperoleh dari UD. Marthen
dengan menggunakan konsep Integral. Jika pengolah kayu UD. Marthen menerapkan konsep ini
dalam pengolahan kayu gelondongan menjadi bentuk papan/balok maka :
Dapat menganalisis jumlah papan/balok yang dihasilkan sebelum proses produksi berlangsung.
Dapat menekan/mengurangi pembuangan sisa-sisa kayu.
Dapat mengoptimalkan hasil produksi (jumlah papan/balok).
Dapat menigkatkan perolehan laba.
Simpulan
Dari hasil analisis data diperoleh :
Pengolahan kayu gelondongan menjadi papan dengan menerapkan konsep integral dapat
mengeisiensikan bahan baku (kayu) yaitu meminimalkan pembuangan sisa-sisa kayu.
Jumlah papan yang di hasilkan lebih banyak menggunakan konsep integral dari pada yang
digunakan oleh UD. Marthen.
Daftar Pustaka
Baisuni, Hasyim, H.M. 1986. Kalkulus. Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press).
Jr. Thomas, B., George. 1984. Kalkulus dan Analisis Geometri, terjemahan oleh Akhmad
Sunjana, dkk, 1985. Bandung M2S.
Kristianto, M. Ghani. 1987. Konstruksi Perabot Kayu. Semarang : Pendidikan industry Kayu
Atas (PIKA).
Moesono, Djoko. 1996. Kalkulus II. Surabaya : Universitas Press IKIP Surabaya.
Purcell, J., Edwin dan Vanberg, Dale. Tanpa Tahun. Kalkulus dan Geometri Analisis, terjemahan
oleh I Nyoman Susila, Bana Kartasasmita dan Rawuh, 1994. Jakarta: Erlangga.
Widjojo, Edi, Sutopo dan Prabowo, Bhakti, 1977. Ilmu Bahan Bangunan I. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Menengah.
Yayasan Dana Normalisasi Indonesia. 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 PKKI.
Bandung : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
Yab, KH., Felix. 1992. Konstruksi Kayu. Semarang : Bima Cipta.