efusi pleura respi pbl.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: efusi pleura respi pbl.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082411/5695cffa1a28ab9b02906208/html5/thumbnails/1.jpg)
DEFINISI
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang
berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price
C Sylvia, 1995)
ETIOLOGI
A. Berdasarkan Jenis Cairan
Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudatif, eksudatif dan
hemoragis
I. Efusi pleura transudatif .
Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan
penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.
II. Efusi pleura eksudatif
Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan
penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.
Efusi pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran kadar Laktat
Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan, pleura. Efusi pleura eksudatif memenuhi
paling tidak salah satu dari tiga kriteria berikut ini, sementara efusi pleura transudatif tidak
memenuhi satu pun dari tiga kriteria ini :
1. Protein cairan pleura / protein serum > 0,5
2. LDH cairan pleura / cairan serum > 0,6
3. LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang normal di dalam
serum.
a. Eksudat, disebabkan oleh :
![Page 2: efusi pleura respi pbl.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082411/5695cffa1a28ab9b02906208/html5/thumbnails/2.jpg)
1. Pleuritis karena virus dan mikoplasma
2. Pleuritis karena bakteri piogenik, permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal
dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen
3. Pleuritis karena fungi penyebabnya Aktinomikosis, Aspergillus, Kriptococcus, dll. Efusi
timbul karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi.
4. Pleuritis tuberkulosa merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi melalui focus
subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening, dapat juga secara hemaogen dan
menimbulkan efusi pleura bilateral. Efusi yang disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada
hemithoraks kiri dan jarang yang masif.
5. Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paru-paru, mammae,
kelenjar linife, gaster, ovarium
6. Efusi parapneumoni adalah efusi pleura yang menyertai pneumonia bakteri, abses paru atau
bronkiektasis.
7. Efusi pleura karena penyakit kolagen: SLE, Pleuritis Rheumatoid, Skleroderma
8. Penyakit AIDS, pada sarkoma kapoksi yang diikuti oleh efusi parapneumonik.
b. Transudat, disebabkan oleh :
1. Gangguan kardiovaskular
Penyebab terbanyak adalah decompensatio cordis. Sedangkan penyebab lainnya adalah
perikarditis konstriktiva, dan sindroma vena kava superior. Patogenesisnya adalah akibat
terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler dinding dada sehingga terjadi
peningkatan filtrasi pada pleura parietalis.
2. Hipoalbuminemia
Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura dibandingkan dengan
tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat.
3. Hidrothoraks hepatic
![Page 3: efusi pleura respi pbl.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082411/5695cffa1a28ab9b02906208/html5/thumbnails/3.jpg)
Mekanisme yang utama adalah gerakan langsung cairan pleura melalui lubang kecil yang ada
pada diafragma ke dalam rongga pleura. Efusi biasanya di sisi kanan dan biasanya cukup besar
untuk menimbulkan dyspneu berat.
4. Meig’s Syndrom
Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-penderita dengan tumor
ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat menimbulkan sindrom serupa : tumor ovarium
kistik, fibromyomatoma dari uterus, tumor ovarium ganas yang berderajat rendah tanpa adanya
metastasis.
5. Dialisis Peritoneal
Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi unilateral ataupun
bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura terjadi melalui
celah diafragma.
III. Effusi hemoragis
Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, tuberkulosis.
B. Berdasarkan Lokasi Cairan Yang Terbentuk
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral.
- Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya
- Effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit ini : Kegagalan jantung kongestif,
sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.
EPIDEMIOLOGI
- Efusi pleura sering terjadi di negara – negara yang sedang berkembang, salah satu di Indonesia.
Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi tuberkolosis. Bila di negara – negara barat, efusi
pleura disebabkan oleh gagal jantung kongestif, keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika
efusi pleura menyerang 1,3 juta orang / tahun. Di indonesia TB paru penyebab utama efusi
![Page 4: efusi pleura respi pbl.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082411/5695cffa1a28ab9b02906208/html5/thumbnails/4.jpg)
pleura, disusul oleh keganasan. 2/3 efusi pleura manigna mengenai wanita. Efusi pleura yang
disebabkan oleh TB lebih banyak mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura
ditentukan berdasarkan penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura.
- Menurut laporan WHO tahun 2004 diperkirakan angka kematian akibat TBadalah 8000 setiap
hari dan 2-3 juta setiap tahun di seluruh dunia, dimana jumlahterbesar kematian akibat TB
terdapat di Asia Tenggara yaitu 625 orang atau angkamortaliti sebesar 39 orang per 100.000
penduduk. Angka mortalitas tertinggi terdapatdi Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk,
prevalensinya meningkat seiring denganpeningkatan kasus HIV.
Indonesia masih menempati urutan ke-3 setelah India, dan China denganangka insiden efusi
pleura akibat TB paruh tertinggi di dunia. Di Indonesia setiap tahun terdapat ± 250.000 kasus
baru dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia TB adalahpembunuh nomor satu
diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematiannomor 3 setelah penyakit jantung
dan pernafasan akut pada seluruh kalangan usia.
PATOFISIOLOGI
Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan sebagai akibat
transudasi (perubahan tekanan hidro-statik dan onkotik) dan eksudasi (perubahan permeabilitas
membran) pada permukaan pleura seperti terjadi pada proses infeksi dan neoplasma.
Pada keadaan normal ruangan interpleura terisi sedikit cairan untuk sekedar melicinkan
permukaan kedua pleura parietalidan viseralis yang saling bergerak karena pernapasan. Cairan
disaring keluar pleura parietalis yang bertekanan tinggi dan di-serap oleh sirkulasi di pleura
viseralis yang bertekanan rendah.
Di samping sirkulasi dalam pembuluh darah, pembuluh limfe pada lapisan sub epitelial pleura
parietalis dan viseralis mem-punyai peranan dalam proses penyerapan cairan pleura tersebut. Jadi
mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya efusi pleura pada umumnya ialah kenaikan
tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada sirkulasi kapiler, penurunan tekanan
kavum pleura, kenaikan permeabilitas kapiler dan pe-nurunan aliran limfe dari rongga pleura.
Sedangkan pada efusi pleura tuberkulosis terjadinya disertai pecahnya granuloma di subpleura
yang diteruskan ke rongga pleura.
![Page 5: efusi pleura respi pbl.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082411/5695cffa1a28ab9b02906208/html5/thumbnails/5.jpg)
GEJALA KLINIK
Pada kebanyakan penderita umumnya asimptomatis atau memberikan gejala demam, ringan dan
berat badan yang menurun seperti pada efusi yang lain.
- Nyeri dada : dapat menjalar ke daerah permukaan karena inervasi syaraf interkostalis dan
segmen torakalis atau dapat menyebar ke lengan. Nyerinya terutama pada waktu bernafas dalam,
sehingga pernafasan penderita menjadi dangkal dan cepat dan pergerakan pernapasan pada
hemithorak yang sakit menjadi tertinggal.
- Sesak napas : terjadi pada waktu permulaan pleuritis disebab-kan karena nyeri dadanya dan
apabila jumlah cairan efusinya meningkat, terutama kalau cairannya penuh.
- Batuk : pada umumnya non produktif dan ringan, terutama apabila disertai dengan proses
tuberkulosis di parunya.
ALUR DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
- Inspeksi : pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung,
iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan
mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari
posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Pernapasannya
biasanya dyspneu.
- Palpasi : Fremitus tokal menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah
cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan
dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
- Perkusi : Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila
cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas
cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk.
Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang
jelas di punggung.
- Auskultasi : Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan
makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin
![Page 6: efusi pleura respi pbl.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082411/5695cffa1a28ab9b02906208/html5/thumbnails/6.jpg)
saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
Ditambah lagi dengan tandai – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka
akan terdengar suara-- e sengau, yang disebut egofoni
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural
yang signifikan.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah
(raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis
Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah ekak karena cairan mendorong mediastinum
kesisi lain, pada auskultasi aerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Apusan dan Kultur Sputum, Cairan Pleura dan Jaringan Pleura
2. Biopsi Pleura
3. Uji Tuberkulin
4. Analisis Cairan Pleura
5. Adenosin Deaminase (ADA)
6. Interferon gamma (IFN-γ)
7. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pada pemeriksaan foto toraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa perselubungan homogen
menutupi struktur paru bawah yang biasanya radioopak dengan permukaan atas cekung, berjalan
dari lateral atas ke arah medial bawah. Karena cairan mengisi ruang hemithoraks sehingga
jaringan paru akan terdorong ke arah sentral / hilus, dan kadang – kadang mendorong
![Page 7: efusi pleura respi pbl.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082411/5695cffa1a28ab9b02906208/html5/thumbnails/7.jpg)
mediastinum ke arah kontralateral. Apabila pengambilan X-foto toraks pasien dilakukan dalam
keadaan berbaring (AP), maka penilaian efusi dapat dilihat dari adanya gambaran apical cup
sign. Gambaran radiologis tidak dapat membedakan jenis cairan mungkin dengan tambahan
keterangan klinis atau kelainan lain yang ikut serta terlihat sehingga dapat diperkirakan jenis
cairan tersebut.
- CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya
pneumonia, abses paru atau tumor (Kallanagowdar and Craver, 2006).
- USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan. Gambar 8. USG Efusi pleura dengan
celah yang multiple
- Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan
cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada
dibawah pengaruh pembiusan lokal).
PENATALAKSANAAN
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui selang
iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokuler, perlu
tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau
larutan antiseptik.
Pengobatan secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak
diiringi pengeluaran cairan yang adequate. Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah
aspirasi dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis.
Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.
1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
3. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
![Page 8: efusi pleura respi pbl.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082411/5695cffa1a28ab9b02906208/html5/thumbnails/8.jpg)
4. Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis), menghilangkan
dispnea.
5. Water seal drainage (WSD)
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri,
dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah
meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan
berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
6. Antibiotika jika terdapat empiema.
7. Operatif.
Referensi
1. AHMAD, Z., KRISHNADAS, R. & FROESCHLE, P. 2009. Pleural effusion:diagnosis and
management. J Perioper Pract,19. 242-7
2. HALIM & HADI 2006. Penyakit-penyakit Pleura. In:EKAYUDA, I. (ed.) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.4 ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI.
4. KALLANAGOWDAR, C. & CRAVER, R. D. 2006. Neonatal pleural effusion. Spontaneous
chylothorax in a newborn with trisomy 21. Arch Pathol Lab Med, 130, e22-3
5. MÜLLER, N. L., FRANQUET, T., LEE, K. S. & SILVA, C. I. S. 2007. Imaging of pulmonary
infections, Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins.
7. RASAD, S. 2005. Radiologi Diagnostik, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
Argha Yudiansya
2013730126