ekbang doktrin doktrin modern dalam hukum perusahaan
TRANSCRIPT
DOKTRIN-DOKTRIN MODERN DALAM HUKUM PERUSAHAAN
© MUHAMMAD AJISATRIA050400718Y
PIERCING THE CORPORATE VEIL
Hampir semua sistem hukum menganut teori ini
Doktrin atau teori yang diartikan sebagai suatu proses untuk membebani tanggung jawab ke pundak orang atau perusahaan lain, atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh perusahaan pelaku (badan hukum), tanpa melihat fakta bahwa perbuatan tersebut sebenarnya dilakukan oleh perusahaan pelaku
Status kemandirian badan hukum dari perusahaan akan diabaikan
PIERCING THE CORPORATE VEIL: Contoh-contoh universal Penggunaan dana perusahaan secara pribadi Ketiadaan formalitas pendirian perusahaan Terdapat elemen penipuan Terjadi transfer modal/aset perseroan kepada
pemegang saham Pemilahan badan hukum Perusahaan hanya sebagai alter ego/dummy
dari pemegang saham Terjadinya kasus quasi-criminal. Mis:
Perjudian
PIERCING THE CORPORATE VEIL: Contoh-contoh universal PERUSAHAAN TIDAK MENGIKUTI
FORMALITAS TERTENTU
Tidak tuntasnya pendirian perusahaan Tidak melakukan rapat, pemilihan direksi atau
komisaris Tidak melakukan penyetoran modal Pencampuradukan urusan perseroan dengan
urusan pribadi
PIERCING THE CORPORATE VEIL: Contoh-contoh universal BADAN HUKUM TERPISAH SECARA
ARTIFISIAL
Suatu Perusahaan meskipun terpisah namun dalam kenyataannya adalah tunggal (satu entitas bisnis)
PIERCING THE CORPORATE VEIL: Contoh-contoh universal ADANYA HUBUNGAN KONTRAKTUAL
Perusahaan berhubungan hukum dengan pihak ketiga dan teori ini harus diterapkan untuk mengatasi kerugian pihak ketiga
Biasanya teori ini diterapkan apabila terjadi keadaan yang “tidak lazim” seperti:
Pihak ketiga diperdaya untuk bertransaksi Tindakan bisnis membingungkan, apakah dilakukan
atas nama pribadi atau perusahaan Semua dana disedot oleh pemegang saham Adanya jaminan pribadi pemegang saham
PIERCING THE CORPORATE VEIL: Contoh-contoh universal HUBUNGAN HOLDING COMPANY-ANAK
PERUSAHAAN: Instrumentality Doctrine
Perusahaan Holding (Sebagai Pemegang Saham) dapat bertanggungjawab atas perbuatan hukum Anak Perusahaan sepanjang dipenuhinya unsur-unsur tertentu, misalnya:
Anak perusahaan dikontrol penuh oleh Holding Holding menjadikan Anak perusahaan sebagai
sarana melakukan penipuan Adanya kerugian akibat breach of duty perusahaan
Holding Pembuktian dapat melalui berbagai cara
(karyawan, aset, direksi yang sama, dll)
PIERCING THE CORPORATE VEIL: Contoh-contoh universal TERJADINYA PERBUATAN MELAWAN
HUKUM ATAU TINDAK PIDANA
Misalnya: Bisnis perusahaan berskala besar sementara modalnya sangat kecil
PIERCING THE CORPORATE VEIL: INDONESIA HUKUM INDONESIA: UU NOMOR 1 TAHUN
1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (“UUPT”)
Tanggungjawab Pada Pemegang Saham Tanggungjawab Pada Direksi Tanggungjawab Pada Komisaris
TANGGUNG JAWAB PADA PEMEGANG SAHAM
Pasal 3(1) Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku apabila: a. persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi;
c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan; atau
d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.
TANGGUNG JAWAB PADA PEMEGANG SAHAM Pasal 7 (1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan
akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. (2) Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham
pada saat perseroan didirikan. (3) Dalam hal setelah perseroan disahkan pemegang saham
menjadi kurang dari 2 (dua) orang, maka dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain.
(4) Dalam hal setelah lampau jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), pemegang saham tetap kurang dari 2(dua) orang, maka pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.
TANGGUNG JAWAB PADA PEMEGANG SAHAMBERDASARKAN INTEPRETASI- Modal tidak disetor Pasal 26 ayat (3) dan (4)
- Campur aduk urusan pribadi-perseroan- Dana perseroan untuk urusan pribadi- Aset milik perseroan atasnama pribadi
- Perseroan sebagai alter ego
TANGGUNG JAWAB PADA DIREKSI Direksi tidak melaksanakan fiduciary duty
Pasal 85 ayat (1)
PT sudah disahkan oleh Negara, namun belum didaftarkan dan diumumkan Pasal 7 ayat (6)
Perseroan memperoleh status badan hukum setelah Akta Pendirian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disahkan oleh Menteri.
Pasal 23 Selama pendaftaran dan pengumuman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 dan Pasal 22 belum dilakukan, maka Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas segala perbuatan hukum yang dilakukan perseroan.
TANGGUNG JAWAB PADA DIREKSI Dokumen Penghitungan Tahunan tidak benar
Pasal 60 ayat (3) (1) Persetujuan laporan tahunan dan pengesahan perhitungan
tahunan dilakukan oleh RUPS. (2) Keputusan atas persetujuan laporan tahunan dan
pengesahan perhitungan tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diambil sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan atau Anggaran Dasar.
(3) Dalam hal dokumen perhitungan tahunan yang disediakan ternyata tidak benar dan atau menyesatkan, anggota Direksi dan Komisaris secara tanggung renteng bertanggungjawab terhadap pihak yang dirugikan.
Perusahaan beroperasi tidak layak sesuai business judgment
Direksi Penyebab Kepailitan Perusahaan
TANGGUNG JAWAB PADA KOMISARIS Komisaris melanggar Fiduciary Duty
Pasal 98 (1) Komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.
(2) Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.
Perhitungan anggaran tidak benar (Pasal 60 ayat (3))
FIDUCIARY DUTY DARI DIREKSI
Seseorang dikatakan memiliki fiduciary capacity apabila melakukan transaksi (bisnis) menggunakan uang atau properti yang bukan miliknya atau bukan untuk kepentingannya melainkan untuk orang lain.
Orang lain tersebut mempunyai kepercayaan besar sehingga pihak yang dipercaya wajib mempunyai itikad baik dalam menjalankan tugasnya
KONSEP UMUM FIDUCIARY Common law: TRUST People vs Mancuse: “..the same degree of
care and prudence that men prompted by self interesy generally exercise in their own affairs…”
Civil Law: Man Patio Familiae: Transaksi untuk kepentingan pihak ketiga Hukum Islam: Wakaf ???
Konsep Teoritis Fiduciary Duty Direksi Adanya hubungan kepercayaan antara
Perusahaan dengan Direksi, dimana Direksi berkedudukan sebagai pihak yang dipercayai (trustee). Dengan demikian, seorang direksi harus dalam derajat yang tinggi (high degree) mempunyai:
kepedulian dan kemampuan (duty of care and skill),
itikad baik Loyalitas dan kejujuran
Konsep Teoritis Fiduciary Duty Direksi Konsep Duty of Care Ada dua persyaratan:
A. Syarat Prosedural: Direksi harus menaruh perhatian sungguh-sungguh kepada perseroan dan mendapat informasi lengkap mengenai perseroannya
B. Syara Substantif: Dalam mengambil keputusan, direksi harus menggunakan pertimbangan rasional, optimal, dan respons wajar dari situasi yang ada, dan untuk kepentingan terbaik perseroan
Fiduciary Duty dalam UUPT Pasal 82 Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan
perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Pasal 84 (1) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila: a. terjadi perkara di depan pengadilan antara perseroan dengan anggota Direksi yang
bersangkutan; atau b. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan
kepentingan perseroan. (2) Dalam Anggaran Dasar ditetapkan yang berhak mewakili perseroan apabila terdapat
keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 85 (1) Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. (2) Setiap anggota Direksi bertanggungjawab penuh secara pribadi apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.
ULTRA VIRES DOCTRINE “ULTRA VIRES” : “OUTSIDE THE POWER” Tindakan Ultra Vires berbeda dengan Perbuatan
Melawan Hukum, Perbuatan Pidana, atau Perbuatan Ilegal Lainnya
Tindakan Ultra Vires pada dasarnya Sah/Legal, namun tidak mendapat otorisasi
Istilah Ultra Vires berasal dari common law Ashbury and Iron Company vs Riche: kontrak yang
dibuat ultra vires adalah tidak sah dan pemegang saham tidak dapat meratifikasi tindakan tersebut.
Dalam code civil: Specialite Statutaire: suatu perusahaan dilarang membuat transaksi yang tidak termasuk lingkup obyek perseroan sebagaimana disebut dalam Anggaran Dasar
ACUAN UNTUK MENENTUKAN ULTRA VIRES SECARA UMUM
Peraturan perundang-undangan Anggaran Dasar Putusan Peradilan
DI INDONESIA Sama Sekali tidak diatur dalam Per-UU-an,
tetapi diserahkan sepenuhnya kepada ANGGARAN DASAR PERSEROAN
ULTRA VIRES DOCTRINE Berbagai Modifikasi dalam Doktrin ini:
Implied Power theory (Jacksonville, Mayport vs Hooper): Dapatkah suatu perusahaan kereta api mengoperasikan resort hotel?
Hak Pemegang Saham untuk Meratifikasi Tindakan Ultra Vires: Boleh atau tidak boleh? Tidak boleh karena transaksi itu sendiri sudah batal demi hukum
Apabila transaksi telah dieksekusi dengan sempurna, maka ultra vires tidak dapat berlaku lagi
ULTRA VIRES DOCTRINE Beberapa keberatan doktrin ultra vires (Francis Rose,
1989): Perseroan memiliki kewenangan melakukan apa saja.
Jika dibatasi, maka kegiatan bisnis sangat kaku
Perseroan terikat tindakan direksi atau komisaris Pihak ketiga tidak boleh dibebankan kewajiban
untuk mencari tahu lingkup kewenangan direksi atau dipaksa mengetahui isi dokumen pendaftaran perusahaan
ULTRA VIRES DOCTRINE Jika Tindakan Ultra Vires dianggap Batal Demi
Hukum (Null and Void), berarti merugikan pihak ketiga
Landasan Keberatan atas Doktrin Ultra Vires: Perlindungan Terhadap Pihak Ketiga, apabila:
Pihak ketiga beritikad baik Pihak ketiga tidak menyadari unsur ultra vires
Bagaimanapun, tetap harus ada yang bertanggungjawab atas transaksi ultra vires. Siapa? Direksi sesuai teori piercing the corporate veil
APAKAH HAL-HAL INI DIANGGAP ULTRA VIRES? Membeli saham perusahaan lain Ikut dalam suatu konsorsium Memberikan bantuan kemanusiaan Memberikan kontribusi politik Memberikan pinjaman kepada direksi atau
karyawannya Memberikan jaminan perusahaan kepada
pihak lain
ULTRA VIRES DALAM UUPT Pasal 12 Anggaran Dasar memuat sekurang-kurangnya … maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Pasal 75 Keputusan RUPS untuk mengubah Anggaran Dasar sah apabila dihadiri oleh
pemegang saham yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara tersebut.
Pasal 15 ayat (2) Perubahan tertentu Anggaran Dasar harus mendapat persetujuan Menteri dan
didaftarkan dalam Daftar Perusahaan serta diumumkan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini, meliputi …maksud dan tujuan perseroan;
Pasal 16 Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)
dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Pasal 17 Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)
mulai berlaku sejak tanggal persetujuan diberikan.
BUSINESS JUDGEMENT RULES
“Suatu keputusan direksi tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun, meskipun keputusan tersebut salah dan merugikan perseroan, sepanjang: Keputusan sesuai hukum Dilakukan dengan itikad baik Dilakukan dengan tujuan bisnis yang benar
(tergantung bisnisnya masing2, mis. Perbankan, asuransi, reksadana, dll..)
Atas dasar pertimbangan rasional Dilakukan dengan hati-hati (due care), bukan tergesa-
gesa (hasty action) Dilakukan dengan layak untuk dipercaya (reasonably
belief) Kepentingan terbaik perusahaan