eklampsia post partum slt
DESCRIPTION
eklampsia post partumTRANSCRIPT
I. REKAM MEDIS
A. Anamnesis
1. Identifikasi
Nama : Ny. A
Med Rec/Reg : 9022214 / RI 15029447
Umur : 30 tahun
Suku Bangsa : Sumatera
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Dusun IV Desa Tugu Agung, Lempuing, Ogan
Komering Ilir
MRS : 12-11-2015 Pukul 14:01 WIB
2. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali, lama 2 tahun
3. Riwayat Reproduksi
Menarche 12 tahun, lama haid 3-7 hari, siklus haid teratur 28 hari, HPHT
lupa
4. Riwayat kehamilan/melahirkan
1. 2006, abortus, dukun, tidak dikuret
2. 2006, spontan, aterm, dukun, perempuan, 3000 g, sehat
3. Hamil ini
5. Riwayat penyakit dahulu :
Disangkal
2
6. Riwayat gizi / sosioekonomi :
Sedang / sedang
7. Anamnesis Khusus
Keluhan utama: hamil kurang bulan dengan darah tinggi
Riwayat perjalanan penyakit:
Os kiriman dari RSUD Kayu Agung, dengan diagnosis G3P1A1 hamil 30
minggu belum inpartu dengan PEB janin tunggal hidup presentasi kepala. Os
telah dirawat 3 hari dan diberikan pengobatan protocol PEB namun tekanan
darah tidak turun (MgSO4, metildopa 3 x 250 mg, nifedipine 4 x 10 mg, inj.
Dexamethasone 2 x 6 mg ). Riwayat nyeri perut menjalar ke pinggang (-),
riwayat keluar darah lender (-), riwayat pandangan mata kabur (-), riwayat
nyeri perut/ulu hati (-), riwayat mual muntah (-), riwayat darah tinggi
sebelum hamil (+), riwayat darah tinggi hamil sebelumnya (-), riwayat darah
tinggi dalam keluarga (+) ayah os. Os mengaku hamil cukup bulan dengan
gerakan anak masih dirasakan.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
a. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Berat badan : 62 kg
Tinggi badan : 155 cm
Tekanan darah : 220/150 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,3°C
3
b. Keadaan khusus
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik
Leher : Tekanan vena jugularis (5-2) cmH2O,
Massa tidak ada
Toraks : Jantung: HR 84x/m, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Sonor, vesikuler normal, ronki tidak ada,
wheezing tidak ada
Abdomen : Status Obstetri
Ekstremitas : Edema tidak ada, varises tidak ada, refleks
fisiologis +/+, refleks patologis -/-.
Indeks gestosis Edema 1
Proteinuria 1
TD sistol 3
TD diastol 3
Jumlah 8
2. Pemeriksaan obstetri
Pada pemeriksaan obstetri saat masuk rumah sakit tanggal 12 November
2015 pukul 17:50 WIB didapatkan :
- Pemeriksaan luar: tinggi fundus uteri sepusat (20 cm), memanjang, puka,
kepala, U floating, his (-), DJJ : 152 x/m, taksiran berat badan janin 1080
g
- Pemeriksaan dalam :
o Inspekulo: portio livide, OUE tertutup, fluor (-), fluxus (-), E/L/P
(-)
o VT: portio lunak, posterior, effecement 0 %, ø kuncup, kepala,
ketuban dan penunjuk belum dapat dinilai
4
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (12-11-2015 pkl. 15:16 WIB)
Hb : 13,4 g/dL
RBC : 4.330.000/mm3
Ht : 39 %
Leukosit : 20.000/mm3
Trombosit : 134.000/mm3
DC : 0/1/55/36/8
SGOT : 39 U/L
SGPT : 24 U/L
LDH : 896 U/L
USG IRD (ASW) :
- Tampak janin tunggal hidup presentasi kepala
- Biometri janin :
o BPD : 82,8 mm
o HC : 279 mm
o AC : 223 mm
o FL : 52 mm
- Ketuban cukup, AFI: 12,7 cm
- Plasenta di corpus anterior
Kesan: Hamil 29 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala
D. Diagnosa kerja
G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu superimposed preeklampsia pada
hipertensi kronis + partial HELLP syndrome janin tunggal hidup presentasi
kepala
5
E. Prognosis
Ibu : dubia
Janin : dubia
F. Terapi
- Ekspektatif
- Stabilisasi 1 – 3 jam, O2 3 L/m
- Observasi tanda vital ibu, tanda inpartu, DJJ
- IVFD RL XX /m
- Nifedipine 3 x 10 mg PO
- Cek laboratorium DR, CM, KD, UR
- Inj. MgSO4 sesuai protokol lihat hasil Mg
- Konsul PDL dan Mata
- Kateter menetap, catat I/O
- Evaluasi sesuai satgas gestosis
- R/ USG konfirmasi
- Lapor DPJP : Dr. H. Iskandar Zulqarnain, SpOG(K)
o Ekspektatif
o USG konfirmasi
o MgSO4 tunggu hasil Mg
FOLLOW UP
TanggalJam
Pemeriksaan Terapi
12-11-1516:00 WIB
S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 160/90 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 84 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 152 x/m, TBJ 1080 g
A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan
- Ekspektatif- Observasi tanda vital ibu, DJJ,
tanda inpartu- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Inj. MgSO4 sesuai protocol
menunggu hasil Mg- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- R/ USG konfirmasi
6
superimposed preeclampsia on chronic hypertension JTH presentasi kepala
Laboratorium (12-11-2015, 15:16)Hb: 13,4 WBC: 20.900 PLT: 134.000 SGOT: 39 SGPT: 24 LDH: 890 Ur: 45 Cr: 0,79 As. Urat: 6,10 Mg: 3,6 CRP: (+)
Urinalisa: Proteinuria (++)
-
Konsul MATAA/ saat ini tidak ditemukan tanda-tanda koroidiopati dan retinopati hipertensiP/ - Regulasi tekanan darah sesuai TS
- Konsul ulang jika terjadi penurunan visus mendadakKonsul PDLA/ Hipertensi stage II
- Cor pulmo kompensata- G3P1A1 hamil 26 minggu- P/ Metildopa 3 x 500 mg
19:30 WIB D/ G3P1A1 hamil 29 minggu belum inartu dengan superimposed preeclampsia + partial HELLP syndrome JTH preskepA/ Lapor DPJP
- Tetap ekspektatif- Cek labor ulang 12 jam lagi- Konsul Fetomaternal besok pagi- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg- Tunda pemberian MgSO4 kecuali tekanan darah naik
13-11-1507.00 WIB
S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 160/90 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 84 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 152 x/m, TBJ 1080 g
A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia pada hipertensi kronis + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala
- Ekspektatif- Observasi tanda vital ibu, DJJ,
tanda inpartu- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV
USG Konfimasi (PM)- Tampak janin tunggal hidup presentasi kepala- Biometri janin
BPD: 7,46 cm AC: 25,08 cmHC: 26,65 cm FL: 5,59 cmEFW: 1461 g
- Plasenta di corpus deppan- Cairan ketuban cukup, SP: 3,5 cm- BPP, FB: 2 FM: 2, FT: 2, ICA: 2 NST: 2
- K/ hamil 29 minggu JTH preskep + BPP 1014-11-15
07.00 WIBS : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 160/100 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 88 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala,
- Ekspektatif- Observasi tanda vital ibu, DJJ,
tanda inpartu- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Evaluasi sesuai satgas Gestosis
7
penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 144 x/m, TBJ 1080 g
A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia on chronic hypertension + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala
- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV- R/ pindah bangsal gestosis
15-11-1507.00 WIB
S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 150/90 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 88 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 144 x/m, TBJ 1080 g
A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia on chronic hypertension + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala
Laboratorium:Hb: 15,4 WBC: 16.500 PLT: 243.000SGOT: 26 SGPT: 24 LDH: 732Ur: 66 Cr: 0,77
- Ekspektatif- Observasi tanda vital ibu, DJJ,
tanda inpartu- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV- Cek lab DR, KD
16-11-1507.00 WIB
S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 130/90 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 88 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 132 x/m, TBJ 1080 g
A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala
LaboratoriumLDH: 1224
- Ekspektatif- Observasi tanda vital ibu, DJJ,
tanda inpartu- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV- Cek lab LDH / 24 jam- Lapor DPJP:
Inj. MgSO4 40 % 4 g boka/boki/ 6 jam IMPasang kateterKonsul PDLKonsul Fetomaternal
Konsul Fetomaternal- Terapi diteruskan
17-11-1507.00 WIB
S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 210/150 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 88 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 128 x/m, TBJ 1080 g
A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala
- Observasi tanda vital ibu, DJJ, tanda inpartu
- O2 3 L/m- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV- Cek lab LDH / 24 jam- Inj. MgSO4 sesuai protocol- Pasang kateter
8
LaboratoriumHb: 15,2 WBC: 21.100 PLT: 333.000SGOT: 26 SGPT: 26 Ur: 74 Cr: 0,86 Ca: 7,3Mg: 6,54 LDH: 990Konsul PDLA/ Hipertensi gestationalISKPartial HELLP sindromP/ Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gMetildopa 3 x 500 mgPasang kateter urineTerapi lain sesuai TS obgynSelanjutnya konsul ulang ke poli Ginjal-Hipertensi
18-11-1507.00 WIB
IG: 8BS: 3
S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 210/120 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 88 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 128 x/m, TBJ 1080 gVT: portio lunak, posterior, eff 50%, Ø kuncup, kepala HI, ketuban dan penunjuk belum dapat dinilai
A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala
- Observasi tanda vital ibu, DJJ, tanda inpartu
- O2 3 L/m- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Metildopa 3 x 150 mg PO- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g IV- Cek kultur urine- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV- Konsul Divisi Ginjal hipertensi- Lapor DPJP:
Konsul ulang fetomaternalAlih rawat divisi fetomaternal
08.00 WIB Konsul Fetomaternal:Lapor Prof. Dr. Kurdi, SpOG(K)
- Terminasi kehamilan- Pasang bandul- Pematangan serviks dengan misoprostol 25 mcg / 6 jam- Pindah VK
II. PERMASALAHAN
A. Apa penyebab gagalnya manajemen ekspektatif pada pasien ini?
B. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat?
9
III. ANALISA KASUS
A. Apa penyebab gagalnya manajemen ekspektatif pada pasien ini?
Pasien masuk dengan keluhan hamil kurang bulan dengan darah tinggi.
Pada pemeriksaan status present didapatkan tekanan darah 220/140 mmHg
dengan indeks gestosis 8. Hasil konsul dengan penyakit dalam didapatkan
kesan: Hipertensi gestasional dengan cor dan pulmo fungsional
kompensata. Hasil pemeriksaan USG IRD didapatkan kehamilan 29
minggu janin tunggal hidup presentasi kepala. Hasil pemeriksaan
laboratorium darah rutin didapati pasien dengan parsial HELLP syndrome.
Diagnosis pada saat pasien masuk adalah G3P1A1 hamil 29 minggu belum
inpartu dengan superimposed preeklampsia, parsial HELLP syndrome
janin tunggal hidup presentasi kepala.
Pada kasus ini ditatalaksana sesuai satgas gestosis dan dilakukan
manajemen ekspektatif. Hipertensi dalam kehamilan merupakan
sekelompok gejala yang dapat terjadi dalam kehamilan. Angka kejadian
hipertensi dalam kehamilan lebih kurang 10% dimana angka kematian
perinatal lebih kurang 50%, sedangkan kematian maternal lebih kurang
33,3%. Preeklampsia berat adalah suatu keadaan dimana timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dengan atau tanpa edema yang disebabkan
oleh kehamilan setelah minggu ke-20. Kriteria preeklampsia berat adalah
bila terdapat satu atau lebih gejala-gejala tekanan darah sistolik lebih dari
160 mmHg dan diastolik sama atau lebih dari 110 mmHg, proteinuria lebih
dari 2 g/24 jam atau secara kualitatif +2, oliguria, gangguan visus,
gangguan serebral, nyeri epigastrium, edema paru, sianosis, PJT dan
adanya sindroma HELLP.1,2,3
Preeklampsia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian ibu,
sekitar 15%. Sebanyak 5-10% ibu hamil mengalami preeklampsia.
Preeklampsia merupakan suatu penyakit multiorgan yang ditandai dengan
10
hipertensi, proteinuria yang timbul pada usia kehamilan diatas 20 minggu.
Etiologi preeklampsia masih belum jelas, tapi preeklampsia tampak sebagai
puncak dari beberapa faktor yang melibatkan faktor maternal, plasenta, dan
fetal, diantaranya adanya implantasi plasenta dengan invasi trofoblas yang
tidak normal arteri uterina; gangguan maladaptasi imunologis antara
jaringan maternal, paternal, dan fetal; maladaptasi maternal terhadap
perubahan kardiovaskuler atau inflamasi kehamilan normal; dan faktor
genetik termasuk pengaruh epigenetik.3,4,5,6
Tujuan dasar dari penatalaksanaan preeklampsia adalah :
1. Terminasi kehamilan dengan kemungkinan sedikit trauma pada ibu
maupun janin
2. Melahirkan bayi yang dapat bertahan hidup
3. Memulihkan kesehatan ibu.
Persalinan merupakan pengobatan untuk preeklampsia. Jika diketahui atau
diperkirakan janin memiliki usia gestasi preterm, kecenderungannya adalah
mempertahankan sementara janin di dalam uterus selama beberapa minggu
untuk menurunkan risiko kematian neonatus. Khusus pada penatalaksanaan
preeklampsia berat (PEB), penanganan terdiri dari penanganan aktif dan
penanganan ekspektatif. Wanita hamil dengan PEB umumnya dilakukan
persalinan tanpa ada penundaan.5
Penanganan Aktif. Kehamilan dengan PEB sering dihubungkan dengan
peningkatan mortalitas perinatal dan peningkatan morbiditas serta mortalitas
ibu. Sehingga beberapa ahli berpendapat untuk terminasi kehamilan setelah
usia kehamilan mencapai 34 minggu. Terminasi kehamilan adalah terapi
definitif yang terbaik untuk ibu untuk mencegah progresifitas PEB.5
Indikasi untuk penatalaksanaan aktif pada PEB dilihat baik indikasi pada
ibu maupun janin:
1. Indikasi penatalaksanaan PEB aktif pada ibu:
11
a. kegagalan terapi medikamentosa:
setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi
kenaikan darah yang persisten
b. tanda dan gejala impending eklampsia
c. gangguan fungsi hepar
d. gangguan fungsi ginjal
e. dicurigai terjadi solusio plasenta
f. timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, dan perdarahan
g. umur kehamilan ≥ 37 minggu
h. Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) berdasarkan pemeriksaan
USG timbulnya oligohidramnion merupakan indikasi
penatalaksanaan PEB aktif
2. Indikasi lain yaitu trombositopenia progresif yang menjurus ke sindrom
HELLP.
Penanganan ekspektatif. Terdapat kontroversi mengenai terminasi
kehamilan pada PEB yang belum cukup bulan. Beberapa ahli
berpendapat untuk memperpanjang usia kehamilan sampai seaterm
mungkin sampai tercapainya pematangan paru atau sampai usia
kehamilan di atas 37 minggu. Adapun penatalaksanaan ekspektatif
bertujuan:
1. mempertahankan kehamilan sehingga mencapai umur kehamilan
yang memenuhi syarat janin dapat dilahirkan.
2. meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi
keselamatan ibu.
Berdasarkan luaran ibu dan anak, berdasarkan usia kehamilan, pada
pasien PEB yang timbul dengan usia kehamilan dibawah 24 minggu,
terminasi kehamilan lebih diutamakan untuk menghindari komplikasi
yang dapat mengancam nyawa ibu (misalnya perdarahan otak).
12
Sedangkan pada pasien PEB dengan usia kehamilan 25 sampai 34
minggu, penanganan ekspektatif lebih disarankan.5,6
Berdasarkan literatur di atas maka penatalaksanaan pasien ini sudah
tepat. Karena pasien dari awal didiagnosis dengan kehamilan kurang
bulan dengan preeklampsia berat, parsial HELLP syndrome maka
setelah diberikan informed consent pasien ditatalaksana manajemen
ekspektatif, dengan pemberian anti kejang Inj. MgSO4 sesuai protocol,
Nifedipine 3 x 10 mg sebagai antihipertensi dan inj. Dexamethasone 2 x
10 mg untuk penatalaksanaan partial HELLP sindrome.
Satgas Gestosis POGI dalam buku Panduan Pengolaan Hipertensi
Dalam Kehamilan di Indonesia menganjurkan cara pemberian dan dosis
magnesium sulfat sebagai berikut : 7
a. Preeklampsia berat
Dosis awal: 8 gram magnesium sulfat, (40% dalam 20 ml) intra
muskuler, dengan cara 4 gram intra muskuler di bokong kiri dan 4
gram di bokong kanan (40% dalam 10 ml)
Dosis pemeliharaan : diberikan 4 gram intramuskuler, setelah 6 jam
pemberian dosis awal, selanjutnya diberikan 4 gram intramuskuler
setiap 6 jam
b. Eklampsia
Dosis awal :4 gram magnesium sulfat 20% dalam larutan 20 ml
intravena selam 4 menit, disusul 8 gram larutan 40% dalam larutan
10 ml diberikan pada bokong kiri dan bokong kanan masing-
masing 4 gram.
Dosis pemeliharaan : Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram
intramuskuler.
13
Dosis tambahan: bila timbul kejang lagi dapat diberikan MgSO4 2
gram intravena 2 menit. Diberikan sekurang-kurangnya 20 menit
setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya
diberikan sekali dalam 6 jam saja. Bila setelah diberikan dosis
tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital 3-5
mg/KgBB secara intravena perlahan-lahan. Pemberian dilanjutkan
24 jam post partum.
Bila kadar magnesium dalam darah melebihi 4 meq/liter reflek
tendon dalam mulai berkurang dan mungkin menghilang dalam
kadar 10 meq/liter. Oleh karena itu selama pengobatan magnesium
sulfat harus dikontrol refleks patella. Refleks patella akan
menghilang bila kadar magnesium plasma 9-13 mg/dl, depresi
pernapasan terjadi pada kadar 14 mg/dl. Sebagai antodotum untuk
toksisitas magnesium adalah 1 g kalsium glukonas yang diberikan
secara intravena. Keseimbangan cairan harus dimonitor secara
ketat dan pemberian cairan secara intravena harus dibatasi untuk
mencegah terjadinya edema paru.7
Pada pasien ini setelah pemberian MgSO4 sesuai protokol dan
antihipertensi didapatkan keadaan umum dan tanda vital pasien stabil,
kemudian setelah 5 hari perawatan di bangsal, terjadi peningkatan
tekanan darah pada pasien, dimana tekanan darah menjadi 210/150
mmHg, tetapi hasil pemeriksaan laboratorium LDH mengalami
penurunan menjadi 990. Kriteria gagal terapi ekspektatif, dibagi menjadi:
a. Ibu ( maternal )
- Hipertensi berat yang tidak terkontrol ( TD sistolik ≥ 160 mmHg,
TD diastolik ≥ 110 mmHg) setelah mendapatkan dosis maksimum
antihipertensi ( Labetalol i.v 220 mg, hidralazin dan nifedipin oral)
- Eklampsia atau gejala serebral yang menetap
14
- Edema paru
- Solusio plasenta
- Trombositopenia (trombosit <100.000/mm3) atau peningkatan enzim
hati ( sindroma HELLP )
- Kreatinin serum ≥ 1,5 mg/dL atau oliguria (< 0,5 mL/kg/jam)
b. Janin ( fetal )
- IUGR berat (< presentil ke-5 usia kehamilan)
- Oligohidramnion persisten ( AFI < 5 pada minimal 2 kali
pemeriksaan dalam waktu > 24 jam )
- Dopler arteri umbilikalis menunjukkan persistent reverse end-
diastolic flow
- Prfil biofisik < 4 pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam
- Repetitive late deceleration atau severe variable deceleration atau
loss of variability
B. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat?
Pada manajemen aktif pada preeklampsia berat, sedapat mungkin
persalinan diarahkan pervaginam.7,8
1. Indikasi Ibu
a. Kegagalan terapi medikamentosa : setelah 6 jam sejak dimulai
pengobatan medika mentosa terjadi kenaikan darah yang
persisten. Setelah 24 jam sejak dimulai pengobatan medika
mentosa terjadi kenaikan tekanan darah yang persisten .
b. Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia
c. Gangguan fungsi hepar
d. Gangguan fungsi ginjal
e. Dicurigai terjadi solusio plasenta
f. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, perdarahan.
15
2. Janin
a.Umur kehamilan > 37 minggu
b. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG
c. NST non reaktif dan profil biofisik abnormal
d. Timbulnya oligo hidramnion
3. Laboratorium
Trombositopenia progresif yang menjurus adanya HELLP
syndrome.4,5
Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam :
1. Penderita belum inpartu
a. Dilakukan indikasi untuk persalinan pervaginam bila skor bishop ≥
8 bila perlu dilakukan pematangan servik dengan misoprostol.
Induksi persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24
jam. Bila tidak, induksi persalinan dianggap gagal dan harus
disusul dengan pembedahan sesar.
b. Indikasi pembedahan sesar:
1. tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam
2. induksi persalinan gagal
3. terjadi maternal distress
4. terjadi fetal distress
5. bila umur kehamilan < 33 minggu
2. Bila penderita sudah inpartu:
a. perjalanan persalinan diikuti dengan grafik friedman, dengan
memperpendek kala II
b. pembedahan sesar dilakukan bila terdapat maternal distress dan
fetal distress
c. primigravida direkomendasikan pembedahan sesar
16
d. anestesi : regional anestesi, epidural anestesi, tidak dianjurkan
anestesia umum.12,13,14,15
Pada pasien ini dilakukan terminasi secara pervaginam. Pasien ini
dilakukan pematangan serviks terlebih dahulu karena pasien masih dalam
keadaan belum inpartu.
RUJUKAN
1. American College of Obstetricians and Gynecologists. Vaginal birth after previous cesarean delivery. ACOG Practice Bulletin No.115. Obstetrics nd Gynecology. 2010,116(2):450-463.
2. Walker JJ. Decker GA. The etiology and patophysiology of hypertension in pregnancy. In Walker JJ. Gant N, eds. Hypertension in pregnancy. London: Chapman and Hall Medical, 1997:47-8.
3. Roberts JM, Funai EF. Pregnancy-related hypertension. In: Creasy RK, Resnik R, Iams JD, Lockwood CJ, Moore TR, ed. Creasy & Resnik’s maternal-fetal medicine 6th ed. Philadelphia: Sauders Elsevier, 2009: 651-88.
4. Decherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufe N. Current diagnosis and treatment obstetrics and gynaecology. 10th ed: Lange Mc-Graw-Hill;2016:321-7.
5. Pangemanan WT. Diagnosis dini dan prediksi hipertensi dalam kehamilan. Dalam: Makalah lengkap POGI cabang Palembang PIT VI Surakarta, 1991; 1-28.
6. Sibai BM. Hypertension. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson Jl, Landon MB, Galan ML, Jauniaux ER eds. Obstetrics: Normal and problem pregnancies. 6 th. Philadelphia; Elsevier Saunders.2012:779-815.
7. Angsar MD, Simanjuntak P, Handaya, Syahid S. Panduan pengolahan hipertensi dalam kehamilan di Indonesia. Edisi pertama. Satgas Gestosis POGI, 1985:1-24
8. American college of obstetricians and gynecologists. Diagnosis and management of preeclampsia and eclampsia, ACOG practice bulletin. No. 33. 2002;33.
9. Goodman and Gilman’s. The pharmacological bases of therapeutics. 7 th edition. New York : Mac Millian Publishing Co. Inc, 1985: 874-6
10. Idama To, Lindow SW. Magnesium sulfate : a review o clinical pharmacology applied to obstetrics. Br J Obstet Gynecol 1998; 105: 260-8
11. Goodman and Gilman’s. The pharmacological bases of therapeutics. 7 th edition. New York : Mac Millian Publishing Co. Inc, 1985: 874-6
12. Idama To, Lindow SW. Magnesium sulfate : a review o clinical pharmacology applied to obstetrics. Br J Obstet Gynecol 1998; 105: 260-8
13. Reynolds C, Mabie WC, Sibai BM. Hypertensive states of pregnancy. In: De Cherney AH, Nathan L, editors. Current obstetric & gynecologic diagnosis & treatment. 9th ed. Los Angeles: Appleton & Lange; 2002. p. 1075-9.
14. Lain KY, Roberts JM. Management of preeclampsia. In: Ransom SB, Evans MI, Dombrowski MP, editors. Contemporary therapy in obstetrics and gynecology. Philadelphia: WB Saunders Company; 2002. p. 45-6.
15. Burrow GN, Ferris TF. Medical complications during pregnancy. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1982.
17