ekosistem mangrove

21
EKOSISTEM MANGROVE 4.1. Ekosistem mangrove Istilah ‘mangrove’ tidak diketahui secara pasti asal usulnya. Ada yang mengatakan bahwa istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari bahasa Portugis dan Inggris. Bangsa Portugis menyebut salah satu jenis pohon mangrove sebagai ‘mangue’ dan istilah Inggris ‘grove’, bila disatukan akan menjadi ‘mangrove’ atau ‘mangrave’. Ada kemungkinan pula berasal dari bahasa Malay, yang menyebut jenis tanaman ini dengan ‘mangi-mangi’ atau ‘mangin’. Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau air payau. Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat payau. Tanaman dikotil adalah tumbuhan yang buahnya berbiji berbelah dua. Kelompok pohon di daerah mangrove bisa terdiri atas suatu jenis pohon tertentu saja atau sekumpulan komunitas pepohonan yang dapat hidup di air asin. Hutan mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, antara 32° Lintang Utara dan 38° Lintang Selatan. Istilah mangrove tidak selalu diperuntukkan bagi kelompok spesies dengan klasifikasi taksonomi tertentu saja, tetapi dideskripsikan mencakup semua tanaman tropis yang bersifat halophytic atau toleran terhadap garam. Tanaman yang mampu tumbuh di tanah basah lunak, habitat air laut dan

Upload: muhamad-yufansyah

Post on 10-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

about mangrove ecosystem

TRANSCRIPT

Page 1: Ekosistem Mangrove

EKOSISTEM MANGROVE

4.1.    Ekosistem mangroveIstilah ‘mangrove’ tidak diketahui secara pasti asal usulnya. Ada yang mengatakan bahwa

istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari bahasa Portugis dan Inggris. Bangsa Portugis menyebut salah satu jenis pohon mangrove sebagai ‘mangue’ dan istilah Inggris ‘grove’, bila disatukan akan menjadi ‘mangrove’ atau ‘mangrave’. Ada kemungkinan pula berasal dari bahasa Malay, yang menyebut jenis tanaman ini dengan ‘mangi-mangi’ atau ‘mangin’. Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau air payau.

Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat payau. Tanaman dikotil

adalah tumbuhan yang buahnya berbiji berbelah dua.  Kelompok pohon di daerah mangrove

bisa terdiri atas suatu jenis pohon tertentu saja atau sekumpulan komunitas pepohonan yang

dapat hidup di air asin. Hutan mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis

dan subtropis, antara 32° Lintang Utara dan 38° Lintang Selatan. Istilah mangrove tidak

selalu diperuntukkan bagi kelompok spesies dengan klasifikasi taksonomi tertentu saja, tetapi

dideskripsikan mencakup semua tanaman tropis yang bersifat halophytic atau toleran

terhadap garam. Tanaman yang mampu tumbuh di tanah basah lunak, habitat air laut dan

terkena fluktuasi pasang surut. Sebagai tambahan, tanaman tersebut mempunyai cara

reproduksi dengan mengembangkan buah vivipar yang bertunas (seed germination) semasa

masih berada pada pohon induknya.

Istilah “bakau” adalah sebutan bagi jenis utama pohon Rhizophora sp. Yang dominan hidup di habitat pantai. Walaupun tidak sama dengan istilah mangrove banyak orang atau penduduk awam menyebut hutan mangrove sebagai hutan bakau atau secara singkat disebut bakau. Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Daerah hutan Mangrove dunia yang diperkirakan seluas 15.429.000 ha, 25 % nya meliputi garis pantai

Page 2: Ekosistem Mangrove

kepulauan Karibia dan sampai 75 % meliputi daerah pantai lainnya seperti di kawasan Amerika Selatan dan Asia. Di Indonesia sendiri luas hutan Mangrove diperkirakan meliputi areal sekitar 4,25 juta ha atau sekitar 27 % luas Mangrove di dunia. Kondisi hutan Mangrove yang ada saat ini setengahnya telah mengalami kerusakan.

Mangrove merupakan formasi-formasi tumbuhan pantai yang khas di sepanjang pantai tropis dan sub tropis yang terlindung. Formasi mangrove merupakan perpaduan antara daratan dan lautan. Mangrove tergantung pada air laut (pasang) dan air tawar sebagai sumber makanannya serta endapan debu (silt) dari erosi daerah hulu sebagai bahan pendukung substratnya. Air pasang memberi makanan bagi hutan dan air sungai yang kaya mineral memperkaya sedimen dan rawa tempat mangrove tumbuh. Dengan demikian bentuk hutan mangrove dan keberadaannya dirawat oleh pengaruh darat dan laut. (FAO, 1994).

Hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah

pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

Berperan dalam melindungi garis pantai dari erosi, gelombang laut dan angin topan. Tanaman

mangrove berperan juga sebagai buffer (perisai alam) dan menstabilkan tanah dengan

menangkap dan memerangkap endapan material dari darat yang terbawa air sungai dan yang

kemudian terbawa ke tengah laut oleh arus. Hutan mangrove tumbuh subur dan luas di daerah

delta dan aliran sungai yang besar dengan muara yang lebar. Di pantai yang tidak ada

sungainya, daerah mangrovenya sempit. Hutan mangrove mempunyai toleransi besar

terhadap kadar garam dan dapat berkembang di daratan bersalinitas tinggi di mana tanaman

biasa tidak dapat tumbuh.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitastanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi danevolusi. Di Indonesia, mangrove telah dikenal sebagai hutan pasang surut dan hutan mangrove, atau hutan bakau. Akan tetapi, istilah bakau sebenarnya hanya merupakan nama dari istilah satu jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu Rhizophora spp.

Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai.  Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau.  Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau.  Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan

Page 3: Ekosistem Mangrove

mangrove. Istilah 'mangrove' digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp.  Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana.  Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.

 

Gambar 1. Ekosistem mangrove

A.     Ciri-ciri ekosistem mangrove

Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :

  memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;

  memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;

  memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora;

  memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah :

  tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama;

  tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;

  daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;

  airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.

B.     Ciri-ciri fisik habitat hutan mangrove

Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus.

Page 4: Ekosistem Mangrove

Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar.  Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh lebih 200 km, di Kalimantan Barat.  Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh secara "coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.

C.  Karakteristik hutan mangroveKarakteristik hutan mangrove dapat dilihat dari berbagai aspek seperti floristik, iklim,

temperatur, salinitas, curah hujan, geomorphologi, hidrologi dan drainase. Secara umum, karakteristik habitat hutan mangrove digambarkan sebagai berikut (Bengen, 2000):

   Umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir.

   Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove.

   Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.   Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Air bersalinitas payau (2-

22 permil) hingga asin (hingga 38 permil).D.  Struktur vegetasi hutan mangrove

Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang terdiri dari 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus) yang termasuk ke dalam delapan famili (Bengen, 2000).

Selanjutnya, menurut Bengen (2000) bahwa vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan yang termasuk ke dalam empat famili: Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera dan Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia) dan Meliaceae (Xylocarpus).

E.   Jenis-jenis mangrove.Di dunia dikenal banyak jenis mangrove yang berbeda-beda. Tercatat telah dikenali

sebanyak sampai dengan 24 famili dan antara 54 sampai dengan 75 spesies, tentunya

Page 5: Ekosistem Mangrove

tergantung kepada pakar mangrove yang mana pertanyaan kita tujukan. Ada yang menyatakan bahwa Asia merupakan daerah yang paling tinggi keanekaragaman dan jenis mangrovenya. Di Thailand terdapat sebanyak 27 jenis mangrove, di Ceylon ada 32 jenis, dan terdapat sebanyak 41 jenis di Filipina. Di benua Amerika hanya memiliki sekitar 12 spesies mangrove, sedangkan Indonesia disebutkan memiliki sebanyak tidak kurang dari 89 jenis pohon mangrove, atau paling tidak menurut FAO terdapat sebanyak 37 jenis. Dari berbagai jenis mangrove tersebut, yang hidup di daerah pasang surut, tahan air garam dan berbuah vivipar terdapat sekitar 12 famili.

Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp.), bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp.), merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya.

 

Avicennia sp                                Sonneratia sp

 

Rhizophora sp                                          Bruguiera sp.Gambar 2. jenis-jenis mangrove

Jenis api-api atau di dunia dikenal sebagai black mangrove mungkin merupakan jenis terbaik dalam proses menstabilkan tanah habitatnya karena penyebaran benihnya mudah, toleransi terhadap temperartur tinggi, cepat menumbuhkan akar pernafasan (akar pasak) dan

Page 6: Ekosistem Mangrove

sistem perakaran di bawahnya mampu menahan endapan dengan baik. Mangrove besar, mangrove merah atau Red mangrove (Rhizophora spp.) merupakan jenis kedua terbaik. Jenis-jenis tersebut dapat mengurangi dampak kerusakan terhadap arus, gelombang besar dan angin.

F.  Flora mangrove

Flora mangrove terdiri atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Menurut Hutching dan Saenger (1987) telah diketahui lebih dari 20 famili flora mangrove dunia yang terdiri dari 30 genus dan lebih kurang 80 spesies.  Sedangkan jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di hutan mangrove Indonesia adalah sekitar 89 jenis,  yang terdiri atas 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis parasit (Soemodihardjo et al, 1993).  Tomlinson (1986) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok, yakni :

1.      Flora mangrove mayor (flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang menunjukkan kesetiaan terhadap habitat mangrove, berkemampuan membentuk tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme fisiologis dalam mengontrol garam.  Contohnya adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera, Laguncularia danNypa.

2.      Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam struktur komunitas, contoh : Excoecaria, Xylocarpus, Heritiera, Aegiceras. Aegialitis, Acrostichum, Camptostemon, Scyphiphora, Pemphis, Osbornia dan Pelliciera.

3.      Asosiasi mangrove, contohnya adalah Cerbera, Acanthus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan lain-lain. 

Flora mangrove umumnya di lapangan tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan.  Zonasi di hutan mangrove mencerminkan tanggapan ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap gradasi lingkungan. 

Flora ekosistem hutan mangrove sangat bervariasi, tetapi pada umumnya adalah flora yang bersifat halofit. Jenis-jenis tumbuhan yang hidup di hutan mangrove antara lain adalah :

        Avicenniaceae (api-api, black mangrove, dll)        Combretaceae (teruntum, white mangrove, zaragoza mangrove, dll)        Arecaceae (nypa, palem rawa, dll)        Rhizophoraceae (bakau, red mangrove, dll)        Lythraceae (sonneratia, dll)

G.    Fauna mangrove

Page 7: Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik fauna khas mangrove maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove.  Berbagai fauna tersebut menjadikan mangrove sebagai tempat tinggal, mencari makan, bermain atau tempat berkembang biak.

Penelitian mengenai fauna mangrove di Indonesia masih terbatas, baik di bidang kajiannya maupun lokasinya. Sampai saat ini, beberapa hasil penelitian yang telah dipublikasikan mengenai fauna yang berasosiasi khusus dengan hutan mangrove mengambil lokasi di Pulau Jawa (Teluk Jakarta, Tanjung Karawang, Segara Anakan – Cilacap, Segara Anak – Jawa Timur, Pulau Rambut, Sulawesi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, Ambon, Sumatera (Lampung, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara), dan Kalimantan Barat.

Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa sederhana sampai burung, reptilia dan mamalia.  Secara garis besar fauna mangrove dapat dibedakan atas fauna darat (terrestrial), fauna air tawar dan fauna laut.  Fauna darat, misalnya kera ekor panjang (Macacaspp.), Biawak (Varanus salvator), berbagai jenis burung, dan lain-lain.  Sedangkan fauna laut didominasi oleh Mollusca dan Crustaceae.  Golongan Mollusca umunya didominasi oleh Gastropoda, sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh Bracyura.  Para peneliti melaporkan bahwa fauna laut tersebut merupakan komponen utama fauna hutan mangrove.

Beberapa jenis hewan yang bisa dijumpai di habitat mangrove antara lain adalah; dari jenis serangga misalnya semut (Oecophylla sp.), ngengat (Attacus sp.), kutu (Dysdercussp.); jenis krustasea seperti lobster lumpur (Thalassina sp.), jenis laba-laba (Argipe spp.,Nephila spp., Cryptophora spp.); jenis ikan seperti ikan blodok (Periopthalmodon sp.), ikan sumpit (Toxotes sp.); jenis reptil seperti kadal (Varanus sp.), ular pohon (Chrysopeleasp.), ular air (Cerberus sp.); jenis mamalia seperti berang-berang (Lutrogale sp,) dan tupai (Callosciurus sp.), golongan primate (Nasalis larvatus) dan masih banyak lagi seperti nyamuk, ulat, lebah madu, kelelawar dan lain-lain.

H.  Zonasi penyebaran mangroveJika diperhatikan di daerah yang makin mengarah ke darat dari laut terdapat zonasi

penguasaan oleh jenis-jenis mangrove yang berbeda. Dari arah laut menuju ke daratan terdapat pergantian jenis mangrove yang secara dominan menguasai masingmasing habitat zonasinya. Mangrove yang kondisinya buruk karena terganggu, atau berada pada derah pantai yang sempit, tidak menunjukkan keteraturan dalam pembagian jenis pohon dan zonasi di sepanjang pantai. Fenomena zonasi ini belum sepenuhnya difahami dengan jelas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembagian zonasi terkait dengan respons jenis tanaman terhadap salinitas, pasang-surut dan keadaan tanah.

Kondisi tanah mempunyai kontribusi besar dalam membentuk zonasi penyebaran tanaman dan hewan seperti perbedaan spesies kepiting pada kondisi tanah yang berbeda. Api-api dan pedada tumbuh sesuai di zona berpasir, mangrove cocok di tanah lembek berlumpur dan kaya humus sedangkan jenis tancang menyukai tanah lempung dengan sedikit bahan organik. Keadaan morfologi tanaman, daya apung dan cara penyebaran bibitnya serta persaingan antar spesies, merupakan faktor lain dalam penentuan zonasi ini. Formasi hutan

Page 8: Ekosistem Mangrove

mangrove yang terbentuk di kawasan mangrove biasanya didahului oleh jenis pohon pedada dan api-api sebagai pionir yang memagari daratan dari kondisi laut dan angin.

Jenis-jenis ini mampu hidup di tempat yang biasa terendam air waktu pasang karena mempunyai akar pasak. Pada daerah berikutnya yang lebih mengarah ke daratan banyak ditumbuhi jenis bakau (Rhizophora spp.). Daerah ini tidak selalu terendam air, hanya kedang-kadang saja terendam air. Pohon tancang tumbuh di daerah berikutnya makin menjauhi laut, ke arah daratan. Daerah ini tanahnya agak keras karena hanya sesekali terendam air yaitu pada saat pasang yang besar dan permukaan laut lebih tinggi dari biasanya.

Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa zonasi) tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan.  Beberapa faktor lingkungan yang penting dalam mengontrol zonasi adalah :

        Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air (water table) dan salinitas air dan tanah.  Secara langsung arus pasang surut dapat menyebabkan kerusakan terhadap anakan.

        Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah, tingginya muka air dan drainase.

        Kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies terhadap kadar garam.

        Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari species intoleran seperti Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia.

        Pasokan dan aliran air tawar

I.   Manfaat mangroveEkosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung (non

economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan manusia (economic vallues). Beberapa manfaat yang tidak langsung sebagai konsumsi manusia antara lain adalah:

1.  Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai.Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terrestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar yang dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.

2.  Secara Fisik

        Penahan abrasi pantai.

Page 9: Ekosistem Mangrove

        Penahan intrusi (peresapan) air laut.

        Penahan angin.

        Menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa pantai.

3.  Menjernihkan air.Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat daerah ini sebagailahan marginal yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah agar

4.  Mengawali rantai makanan.Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di habitat mangrove.

5.  Melindungi dan memberi nutrisi.Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove.

6.  Manfaat bagi manusia.Masyarakat daerah pantai umumnya mengetahui bahwa hutan mangrove sangat berguna dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pohon mangrove adalah pohon berkayu yang kuat dan berdaun lebat. Mulai dari bagian akar, kulit kayu, batang pohon, daun dan bunganya semua dapat dimanfaatkan manusia. Beberapa kegunaan pohon mangrove yang langsung dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:

        Tempat tambat kapal.      Daerah teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan  bertambatnya perahu.

Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan dengan bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove. Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan karena dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.

        Obat-obatan.      Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan.Macam-macam

obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulitbatang beberapa species

Page 10: Ekosistem Mangrove

mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lainlain. Getah sejenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-your-eye mangrove) atauExcoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila kena mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat sakit perut dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai menghentikan pendarahan. Daun mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam penangkapan ikan sebagai bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).

        Pengawet.      Buah pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan

merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat.  Air rebusan kulit pohon tingi dipakai untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.

        Pakan dan makanan.      Daunnya banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai

sayur atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan.

        Bahan mangrove dan bangunan.      Batang pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau dibuat

dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil. Batang pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove mencapai umur dan ukuran batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan tiang utama atau lunas kapal layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah tinggal. Batang kayunya yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok penguat tanah. Batang jenis tancang yang besar dan keras dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon atau bantalan jalan kereta api. Bagi nelayan kayu mangrove bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat dibuat tali atau bahan jaring.

J.   Sumber-sumber pengrusakan hutan mangrove        usaha tambak udang        penebangan kayu dan logging        penambangan minyak lepas pantai        pencemaran bibir pantai        tourism        urbanisasi dan perluasan wilayah        pembangunan jalan dan infrastruktur

Page 11: Ekosistem Mangrove

K.    Upaya pelestarian mangrove

Bentuk tekanan terhadap kawasan mangrove yang paling besar adalah pengalih-fungsian (konversi) lahan mangrove menjadi tambak udang/ikan, sekaligus pemanfaatan kayunya untuk diperdagangkan.  Selain itu, juga tumbuhnya berbagai konflik akibat berbagai kepentingan antar lintas instansi sektoral maupun antar lintas wilayah administratif. Secara ideal, pemanfaatan kawasan mangrove harus mempertimbangkan kebutuhan masyarakat tetapi tidak sampai mengakibatkan kerusakan terhadap keberadaan mangrove.  Selain itu, yang menjadi pertimbangan paling mendasar adalah pengembangan kegiatan yang menguntungkan bagi masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kelestarian fungsi mangrove secara ekologis (fisik-kimia dan biologis). Perlu juga mengembangkan matapencaharian alternatif bagi masyarakat  sekitar mangrove dengan mengandalkan bahan baku non-kayu dan diversifikasi bahan baku industri kehutanan dan arang seperti yang terjadi di Nipah Panjang, Batu Ampar, Pontianak.  Masyarakat merubah pola konsumsi bahan bakar dari minyak tanah dan arang bakau menjadi arang leban dan tempurung kelapa dan menggunakan tungku hemat energi atau anglo.

Tumbuh dan berkembangnya suatu hutan dikenal dengan istilah suksesi hutan (forest succession atau sere). Hutan bakau merupakan suatu contoh suksesi hutan di lahan basah(disebut hydrosere). Dengan adanya proses suksesi ini, perlu diketahui bahwa zonasi hutan bakau pada uraian di atas tidaklah kekal, melainkan secara perlahan-lahan bergeser. Suksesi dimulai dengan terbentuknya suatu paparan lumpur (mudflat) yang dapat berfungsi sebagai substrat hutan bakau.

Hingga pada suatu saat substrat baru ini diinvasi oleh propagul-propagul vegetasi mangrove, dan mulailah terbentuk vegetasi pionir hutan bakau. Tumbuhnya hutan bakau di suatu tempat bersifat menangkap lumpur. Tanah halus yang dihanyutkan aliran sungai, pasir yang terbawa arus laut, segala macam sampah dan hancuran vegetasi, akan diendapkan di antara perakaran vegetasi mangrove. Dengan demikian lumpur lambat laun akan terakumulasi semakin banyak dan semakin cepat. Hutan bakau pun semakin meluas.

Hasil praktek lingkungan fisik mangrove4.2.1.  Bentuk fisik perairan

Bentuk fisik perairan ekosistem mangrove untuk hasil pada pengukuran panjang mangrove dengan menggunakan meteran yang cara pengukurannya dengan mengukur mangrove dari tempat awal mangrove sampai keujung mangrove terakhir sehingga didapati panjang mangrove tersebut adalah 126 meter.

Kemudian identifikasi ekosistem mangrove yang terdapat dikarangantu Serang Banten. Mangrovenya terdiri dari :

a.       Mangrove 1

Page 12: Ekosistem Mangrove

Nama               : Rhizophora spp.Pohon ini disebut juga dengan bakau besar, bakau-genjah, tinjang, slindur, bakau merah, bakau akik atau bakau kurap, tergantung spesiesnya. Di dunia dikenal secara umum sebagai red mangrove. Kulit batangnya berwarna kemerahan terutama bila basah. Pohon dapat tumbuh sampai dengan tinggi 25 m. Termasuk famili rhizophoraceae. Pohon ini banyak terlihat sebagai pohon kecil yang tumbuh di air laut. Dapat tumbuh dengan toleransi yang cukup tinggi terhadap kadar garam, mulai yang tawar sampai kadar yang tinggi. Disebut sebagai pohon yang facultative halophyte yang artinya dapat tumbuh di air asin tetapi tidak terbatas hanya di habitat yang demikian saja. Pohon kecil yang dapat dijumpai tumbuh sendiri di tempat dangkal berair seringkali adalah jenis bakau ini. Spesies bakau jenis ini antara lain adalah R. mucronata, R. stylosa, dan R. apiculata.

Akar : Menjadi ciri khasnya adalah sistem perakaran yang kompleks (prop roots / stilt roots) dengan cabang-cabang rendah membentuk struktur yang lebat. Akar-akar membentuk lengkungan menembus air, lumpur dan tanah. Akar berwarna merah terutama pada waktu basah. Karena akar bakau ini berada di dalam air dan lumpur yang tidak mengandung oksigen bebas (anaerobik), pohon ini menumbuhkan cabang khusus yang mempunyai pori-pori (lenticels) untuk mengikat oksiden dari udara, disebut sebagai akar udara (air root). Akar udara ini tumbuh menggantung ke bawah dari batang atau cabang yang rendah, dilapisi semacam sel lilin yang dapat dilewati oksigen tetapi tidak tertembus air. Akar udara ini tidak mempunyai daun dan apabila masuk menembus permukaan air, terus ke tanah, akan berubah menjadi akar biasa.

Daun : Daun berbentuk oval atau ellips, agak keras, mengkilap berwarna hijau kekuningan dan tangkainya merah. Di bagian sebelah bawahnya terdapat bintik-bintik hitam kecil. Daun tumbuh berlawanan di kiri-kanan ranting. Daunnya berubah warna menjadi kuning dan merah pada waktu gugur dari pohonnya. Tergantung spesiesnya daun berukuran panjang antara 10 – 20 cm, lebar antara 5 – 8 cm.

Gambar 3. Daun pohon bakau (Rhizophora mucronata), di bagian bawah daun yang tua biasanya terdapat bintik-bintik.

Page 13: Ekosistem Mangrove

Bunga : Berbunga sepanjang tahun, tetapi berbunga lebih banyak antara bulan April sampai Oktober. Bunganya tumbuh kembar, berukuran kecil, kelopaknya 10 – 14 mm dam lebar diameternya (8 – 10 cm) berwarna putih sampai kuning, tidak berbau keras dan mempunyai empat petal.

 

Gambar 4. Bunga dan buah bakau

Buah : Buahnya vivipar, berbentuk seperti tongkat yang tumbuh berkembang sebagai tanaman embrio selama masih berada pada pohon induknya, disebut bakal pohon muda atau propagules. Bakal pohon ini berwarna hijau dan setelah matang mengeras, berwarna kuning kecoklatan, mencapai ukuran panjang 20 ~ 25 cm.Spesies lain ada yang ukuran propagulnya mencapai 50 cm. Buah ini akan jatuh ke bawah terbawa air dalam posisi horisontal. Dapat bertahan cukup lama terbawa air laut. Setelah beberapa minggu akan menyerap air, posisinya berubah vertikal dalam air, tumbuh akar dan daun pertamanya dan kemudian menancapkan akarnya ke tanah dan menetap.

b.  Mangrove 2Nama :  Avicennia spp.

Termasuk famili Avicenniaceae. Disebut juga sia-sia. Dikenal secara umum sebagaiblack mangrove. Pohon jenis ini mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kadar garam. Dapat tumbuh mencapai ketinggian 25 ~ 30 m. Pohon ini tidak mengeluarkan garam di bagian akarnya. tetapi mengeluarkan kelebihan garam melalui pori-pori daunnya yang akan terbawa oleh hujan dan angin. Seringkali garam terlihat sebagai lapisan kristal putih di bagian permukaan atas daun. Karena spesies Avicennia spp.mudah menumbuhkan cabangnya, memungkinkan untuk diambil cabang dan rantingnya tanpa mengganggu batang pohonnya. Karena bersifat toleran terhadap air berkadar garam tinggi, dapat menahan lumpur dan pasir dari hempasan ombak. Oleh karenanya merupakan juga jenis bakau yang dapat menstabilkan pantai, mencegah erosi dan memberi kesempatan pohon lain untuk tumbuh. Kulit batangnya tebal berwarna coklat tua atau kehitaman dan permukaannya kasar. Cabangnya berwarna keabu-abuan dan halus dengan pangkal cabang yang membesar. Beberapa spesies jenis api-api adalah: A. alba, A. officinalis, A. rhumphiana.

Page 14: Ekosistem Mangrove

Akar : Untuk mencegah kekurangan oksigen karena terbenam di lumpur, pohon ini mempunyai akar pengisap udara berbentuk pinsil yang mencuat ke permukaan tanah lumpur. Akar pinsil ini muncul pada interval tertentu dari akarnya yang berada di bawah tanah. Akar pinsil ini tumbuh mengarah ke atas, beberapa cm di atas permukaan air, disebut akar pasak yang berfungsi sebagai alat pernafasan (pneumatophores).

 

Gambar 5. Ranting, daun, bunga pohon api-api Avicennia spp.

Daun : Daun agak tebal, ada yang berbentuk bulat lonjong atau berbentuk elips agak meruncing di bagian ujungnya, berukuran antara 3 ~ 18 cm, tergantung spesiesnya. Berwarna hijau tua atau kekuningan, sebelah atas berwarna hijau, sering mengeluarkan kristal garam dan bagian bawahnya berwarna abu-abu keperakan. Bila lama tidak terkena hujan kristal garam mudah terlihat karena memantulkan sinar matahari.

Bunga : Berukuran kecil berdiameter 4 ~ 5 mm, berwarna putih, kuning sampai jingga. Bunga ini adalah hermaprodit, bunga betina memproduksi ovul dengan serbuk sari yang steril, bunga jantan memproduksi serbuk sari dengan ovul yang steril. Bunga dapat dijumpai sepanjang tahun. Kedua jenis bunga mengeluarkan nektar dan aroma untuk menarik serangga penyerbuk. Avicennia spp. merupakan pohon penghasil madu yang sangat baik.

a. Avicennia alba

a.Avicennia alba

 

Page 15: Ekosistem Mangrove

Avicennia rumphiana 

Avicennia officinalis

Gambar 6. Daun dan bunga api-api.Buah: Berukuran kecil antara 2,5 ~ 4 cm, berbentuk bulat. Buah terbungkus kelopak pelindung yang berbulu. Sebelum jatuh dari pohonnya akar tidak menembus pelindung, tipe buah ini disebut buah kriptovivipar. Bila jatuh dari pohon akan mengapung dan terbawa aliran air laut, dapat bertahan 3 ~ 4 hari. Di air laut yang salinitasnya tinggi kelopak pelindung buah lambat terlepas, di air payau lebih cepat mengelupas dan bijinya lebih cepat tumbuh dan menetap. Dapat dijumpai sepanjang tahun.

 

Gambar 7. Buah pohon api-api.

4.2.2.  Biota laut mangroveBiota laut yang terdapat pada ekosistem mangrove terdiri dari faktor biotik dan abiotik.

Faktor biotiknya yaitu hewan-hewan seperti kepiting, keong, cacing, ikan-ikan kecil, hewan bentos. Sedangkan untuk faktor abiotiknya terdiri dari lumpur, batu, air, dan tanah.

Page 16: Ekosistem Mangrove

4.3.   Hasil praktek lingkungan kimia mangrove4.3.1.  Ph dan suhu

Untuk mengukur ph dan suhu mangrove sama halnya seperti pengukuran ph

dan suhu dimuara yaitu menggunakan alat DO (dissloved oxygent) dengan cara

mencelupkan kabel ph yang dipasangkan dialat DO (dissloved oxygent) keparairan

dalam waktu 1 menit. Kemudian didapati ph mangrove yaitu 69,3 dan suhu yang

terdapat pada mangrove adalah 30,8 0 c.

4.3.2.  DO dan suhu

Kandungan oksigen (DO) dan suhu yang terdapat dimangrove yaitu dengan menggunakan alat dissolved oxygent dengan cara pemakainnya mencelupkan kabel DO yang sebelumnya dipasangkan ke alat DO (dissolved oxygen) kemudian dicelupkan kedalam perairan selama waktu 1 menit. Kemudian angkat dan diketahui kandungan oksigen mangrove sebesar 39 dan suhunya 30,2 0 c.