eksistensi transportasi sungai (ketek) sebagai sarana alternatif di kota jambi
DESCRIPTION
ABSTRAKHanif, Muhammad Abdul. Eksistensi Transportasi Sungai (Ketek) sebagai Sarana Alternatif di Kota Jambi. Skripsi, Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pembimbing: (I) Drs. Sayuti, M. Pd. I (II) Mailinar, S. Sos, M. UdPenelitian ini dilatarbelakangi oleh pesatnya perkembangan alat transportasi yang modern dan canggih serta kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah berupa pembangunan jembatan, dengan sendirinya akan mengancam keberadaan ketek sebagai transportasi sungai yang memiliki nilai dan muatan lokal. Hal ini dikhawatirkan akan mematikan jalur transportasi sungai di DAS Batang Hari Kota Jambi. Ketek merupakan sarana yang sangat penting, karena merupakan satu-satunya jenis transportasi angkutan sungai yang berfungsi sebagai sarana transportasi penyeberangan sungai di DAS Batang Hari Kota Jambi.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana eksistensi transportasi sungai ketek, fungsi transportasi sungai ketek dan persepsi masyarakat tentang eksistensi transportasi sungai ketek sebagai sarana alternatif di Kota Jambi.Penelitian ini merupakan penelitian etnografi ala James P. Spradley dengan pendekatan emik dan perspekstif kualitatif-fenomenologi. Data diperoleh dari hasil pengamatan berperanserta (observation participant) dan wawancara mendalam (indept interview) dengan batasan wilayah di Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi. Hasilnya adalah eksistensi transportasi sungai ketek di Kota Jambi saat ini berada pada tingkat keprihatinan karena mengalami kemunduran. Kemunduran dalam penurunan jumlah transportasi sungai ketek, sistem pelaksanaan (penempatan parkir.berlabuhnya ketek) yang tidak proporsional dan kemunduran dalam mempertahankan nilai budaya masa lalu. Fungsi transportasi sungai ketek di kota Jambi adalah sebagai sarana mata pencaharian hidup, sarana penyeberangan sungai Batang Hari serta sarana lomba dan rekreasi. Persepsi masyarakat tentang eksistensi transportasi sungai ketek di kota Jambi bahwa ketek merupakan urat nadi masyarakat lokal sebagai roda perekonomian dan sebuah tradisi yang sudah mendarah daging, sehingga keberadaan transportasi sungai ketek tetap dipertahankan oleh masyarakat Seberang Kota Jambi.Kata Kunci: Transportasi sungai ketek, eksistensi, fungsi dan persepsiTRANSCRIPT
-
EKSISTENSI TRANSPORTASI SUNGAI (KETEK)
SEBAGAI SARANA ALTERNATIF
DI KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam
OLEH
MUHAMMAD ABDUL HANIF
NIM. AS.101055
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2013/2014
-
i
NOTA DINAS
Jambi, 12 Mei 2014
Pembimbing I : Drs. Sayuti, M. Pd. I
Pembimbing II : Mailinar, S. Sos, M. Ud
Alamat : Fakultas Adab dan Humaniora
Kepada Yth,
Ibu Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di_
Jambi
Assalamualaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, kami berpendapat bahwa
skripsi saudara Muhammad Abdul Hanif yang berjudul Eksistensi Transportasi
Sungai (Ketek) sebagai Sarana Alternatif di Kota Jambi telah dapat diajukan untuk
dimunaqasahkan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat mencapai
gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar dapat diterima
dengan baik.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan agama,
nusa dan bangsa.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Dosen Pembimbing I
Drs. Sayuti, M. Pd. I
NIP. 19590902 199003 2 001
Dosen Pembimbing II
Mailinar, S. Sos, M. Ud
NIP. 19770505 200501 2 007
-
ii
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dimunaqasahkan oleh sidang Fakultas Adab dan Humaniora
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada Selasa tanggal 20 Mei 2014 dan telah
diterima sebagai bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam.
Jambi, 10 Juni 2014
Dekan
Fakultas Adab dan Humaniora
Dr. Armida, M.Pd.I
NIP. 19621223 199003 2 001
Sekretaris Sidang
Ulfati, M.Pd.I
NIP. 19670525 199203 2 001
Ketua Sidang
Samsul Huda, M.Ag
NIP. 19700703 200212 1 002
Penguji I
Prof. Dr. Adrianus Chatib, S.S, M.A
NIP. 19550106 198203 1 001
Pembimbing I
Drs. Sayuti, M.Pd.I
NIP.19590902 199003 2 001
Penguji II
M. Nur, S.Sos, M.Sy
NIP. 19730423 200604 1 003
Pembimbing II
Mailinar, S.Sos, M.Ud
NIP. 19770505 200501 2 007
-
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Nama : Muhammad Abdul Hanif
NIM : AS.101055
Pembimbing I : Drs. Sayuti, M. Pd. I
Pembimbing II : Mailinar, S. Sos, M. Ud
Fakultas : Adab dan Humaniora
Jurusan : Sejarah Kebudayaan Islam
Judul Skripsi : Eksistensi Transportasi Sungai (Ketek) sebagai Sarana
Alternatif di Kota Jambi
Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi ini adalah asli bukan plagiasi serta
telah diselesaikan dengan ketentuan ilmiah menurut peraturan yang berlaku.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
apabila dikemudian hari, ternyata telah ditemukan sebuah pelanggaran plagiasi
dalam karya ilmiah/skripsi ini, maka saya siap diproses berdasarkan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Jambi, 12 Mei 2014
Muhammad Abdul Hanif
NIM. AS.101055
Materai 6000
-
iv
MOTTO
( :176)
Artinya: Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka
berfikir.(QS. Al-Araf: 176)1
1Departemen Agama RI Indonesia, Al-Quran danTerjemahnya, (Jakarta: Swakarya, 1989),
hal. 251.
-
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan kepada:
Ayah dan Ibu
Yang selalu menjadi cahaya kehidupan ku
Menjadi Rembulan di saat datangnya malam
Dan Matahari di saat siang
Tak Lekang panas menyengat tubuhnya demi mencari kehidupan
Tak peduli hujan membasahinya demi secerik penghasilan
Tanpa pamrih berjuang
Rela berkorban membanting tulang dengan ketulusan hati yang terdalam
Mengasuh, membesarkan, mendidik, membina dan membimbing
Sungguh perjuangan yang melelahkan
Semoga ketulusan Ayah dan Ibu
Diridhoi oleh Allah SWT
Dengan balasan Surga-Nya
Bapak dan Ibu Guru (Ustadz dan Ustadzah)
Yang selalu menjadi inspirasi ku
Memberi motivasi di saat aku terjatuh, menawarkan harapan di saat aku terbangun
Mengingatkan di saat lupa, menasehati di saat salah
dan mengapresiasi di saat benar
Semoga jasa-jasa Bapak dan Ibu Guru
Dibalas oleh Allah SWT
Dengan keadaan husnul khatimah
Kakak, Adik dan Sahabat-Sahabat Ku
Eni Defiriani, M. Pd, Muhammad Munawar Holil, Qatrunnada Ramadhaniah
Dewan Pembimbing (Demisioner)
dan segenap pengurus Asrama Mahad Al-Jamiah
yang selalu mewarnai kehidupanku
Susah, senang dan sedih bersama
Semoga kalian diberikan kebahagian
Dunia dan Akhirat
Amin Ya Rabbal Alamin
-
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis diberikan
kekuatan dan ketegaran dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul Eksistensi
Transportasi Sungai (Ketek) sebagai Sarana Alternatif di Kota Jambi. Shalawat
teriring salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para
sahabat, keluarga dan umatnya sepanjang zaman. Amin ya rabbal alamin.
Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan,
dukungan dan masukan, baik berupa ide ataupun saran dari berbagai pihak. Untuk itu,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang teristimewa
kepada Bapak Zainuddin dan Ibu Zuhriyah selaku orang tua penulis yang selalu
memberikan cinta, doa dan motivasinya yang luar biasa. Selanjutnya, ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan terutama kepada Bapak Drs.
Sayuti, M.Pd.I selaku Pembimbing Skripsi I dan Ibu Mailinar, S.Sos, M.Ud selaku
Pembimbing Skripsi II yang selalu memberikan koreksi dan masukan demi
kesempurnaannya skripsi ini, terima kasih luar biasa. Selanjutnya tak lupa pula penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Armida, M.Pd
selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak Samsul Huda, M.Ag selaku Wakil
Dekan I, Bapak H. Mislan, M.Pd.I selaku Wakil Dekan II, Ibu Zarfina Yenti, M.Ag
selaku Wakil Dekan III, Ibu Mailinar, S.Sos, M.Ud selaku Ketua Jurusan dan Bapak
-
vii
Aliyas, M.Fil.I selaku Sekretaris Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan
Humaniora IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, serta para karyawan dan karyawati
Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah
bersusah payah memberikan pelayanan dan berbagi urusan bagi penulis dalam
penyelesaian dan penyusunan skripsi.
Kemudian, terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Umil Muhsinin,
M.Pd (Menga) selaku bibi penulis yang selalu mendukung dan memberikan support
serta bantuannya yang tak terhingga kepada penulis selama menempuh jenjang
perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini, terima kasih yang luar biasa. Terima kasih
juga penulis ucapkan kepada seluruh Civitas Akademik Mahad Al-Jamiah IAIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi atas bimbingannya selama ini terkhusus kepada Ust. H.
Abu Mansur Al-Maturidi Lc., M.Hi dan Ummi Shinta Wati MF, M.Pd, terima kasih
yang sedalam-dalamnya atas didikan mentalitasnya sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan tegar. Dan juga kepada sahabat-sahabat perjuangan
Dewan Pembimbing (Demisioner) Mahad Al-Jamiah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, Muhammad Ilham S.Ud, Ahmad Mustaniruddin, S.Ud, Suparno, S.Hum, Erick
Pratama, S.Sos, Suprapno, S.Pd.I, Alif Rahman Hakim, S.Pd, Muhammad Halim, S.Ud,
Libra Khusayaini, S.IP, Muhammad Amin, S.E.Sy dan Andes Saputra, S.E,Sy, terima
kasih untuk sharing nya dan semangatnya selama ini serta tidak lupa untuk sahabat
terbaik ku Ardiansah, S.Hum yang selama ini menjadi teman juang dan saing ku selama
duduk di bangku perkuliahan, terima kasih atas motivasinya. Serta kepada semua pihak
-
viii
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
namanya satu persatu, terima kasih semuanya.
Akhir kata, penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penyusunan
Skripsi ini. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk hasil yang lebih baik di kemudian
hari. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya rabbal alamin.
Jambi, 12 Mei 2014
Penulis
-
ix
ABSTRAK
Hanif, Muhammad Abdul. Eksistensi Transportasi Sungai (Ketek) sebagai Sarana
Alternatif di Kota Jambi. Skripsi, Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas
Adab dan Humaniora IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pembimbing: (I)
Drs. Sayuti, M. Pd. I (II) Mailinar, S. Sos, M. Ud
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pesatnya perkembangan alat transportasi
yang modern dan canggih serta kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
berupa pembangunan jembatan, dengan sendirinya akan mengancam keberadaan
ketek sebagai transportasi sungai yang memiliki nilai dan muatan lokal. Hal ini
dikhawatirkan akan mematikan jalur transportasi sungai di DAS Batang Hari Kota
Jambi. Ketek merupakan sarana yang sangat penting, karena merupakan satu-satunya
jenis transportasi angkutan sungai yang berfungsi sebagai sarana transportasi
penyeberangan sungai di DAS Batang Hari Kota Jambi.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana eksistensi transportasi
sungai ketek, fungsi transportasi sungai ketek dan persepsi masyarakat tentang
eksistensi transportasi sungai ketek sebagai sarana alternatif di Kota Jambi.
Penelitian ini merupakan penelitian etnografi ala James P. Spradley dengan
pendekatan emik dan perspekstif kualitatif-fenomenologi. Data diperoleh dari hasil
pengamatan berperanserta (observation participant) dan wawancara mendalam
(indept interview) dengan batasan wilayah di Kecamatan Pelayangan Seberang Kota
Jambi.
Hasilnya adalah eksistensi transportasi sungai ketek di Kota Jambi saat ini
berada pada tingkat keprihatinan karena mengalami kemunduran. Kemunduran dalam
penurunan jumlah transportasi sungai ketek, sistem pelaksanaan (penempatan
parkir.berlabuhnya ketek) yang tidak proporsional dan kemunduran dalam
mempertahankan nilai budaya masa lalu. Fungsi transportasi sungai ketek di kota
Jambi adalah sebagai sarana mata pencaharian hidup, sarana penyeberangan sungai
Batang Hari serta sarana lomba dan rekreasi. Persepsi masyarakat tentang eksistensi
transportasi sungai ketek di kota Jambi bahwa ketek merupakan urat nadi masyarakat
lokal sebagai roda perekonomian dan sebuah tradisi yang sudah mendarah daging,
sehingga keberadaan transportasi sungai ketek tetap dipertahankan oleh masyarakat
Seberang Kota Jambi.
Kata Kunci: Transportasi sungai ketek, eksistensi, fungsi dan persepsi
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
NOTA DINAS .................................................................................................... i
PENGESAHAN ................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................... iii
MOTTO .............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN .............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 10
E. Ruang Lingkup dan Pembatasan Penelitian ............................................. 11
F. Metode Penelitian .................................................................................... 12
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................... 12
2. Penentuan Lokasi Penelitian ................................................................ 14
3. Penentuan Informan ............................................................................. 16
4. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 17
5. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 19
6. Teknik Analisis Data ........................................................................... 23
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 24
8. Jadwal Penelitian ................................................................................. 27
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Eksistensi ............................................................................... 28
B. Transportasi .............................................................................................. 28
1. Pengertian Transportasi ...................................................................... 28
2. Unsur-unsur Transportasi .................................................................... 30
3. Peranan Transportasi ........................................................................... 30
4. Jenis-Jenis Transportasi ...................................................................... 31
5. Konsep Dasar Transportasi ................................................................. 31
C. Transportasi dan Kebudayaan .................................................................. 32
D. Transportasi, Kearifan Lokal dan Modernisasi ........................................ 38
-
xi
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Jambi ................................................................. 43
1. Kondisi Wilayah Fisik ....................................................................... 43
2. Batas Administrasi ............................................................................. 44
3. Kependudukan ................................................................................... 45
4. Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................... 46
B. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ..................................................... 47
1. Monografi .......................................................................................... 47
2. Pemerintahan ...................................................................................... 48
3. Penduduk ............................................................................................ 50
4. Sosial, Pendidikan dan Agama .......................................................... 53
5. Perumahan dan Perhubungan ............................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Eksistensi Transportasi Sungai Ketek di Kota Jambi ............................... 59
1. Sejarah Munculnya Transportasi Sungai ketek .................................. 59
2. Macam-Macam Transportasi Sungai di Kota Jambi .......................... 63
3. Istilah Lain Ketek sebagai Transportasi Sungai ................................. 69
4. Proses Pembuatan Transportasi Sungai ketek .................................... 69
5. Jumlah Transportasi Sungai Ketek ..................................................... 76
6. Struktur dan Sistem Pelaksanaan Organisasi Ketek ........................... 79
7. Fungsi Pelabuhan Masa Lalu dan Sekarang ...................................... 82
8. Penumpang dan Aktivitas Transportasi Sungai Ketek ....................... 85
B. Fungsi Transportasi Sungai ketek di Kota Jambi ..................................... 88
1. Ketek sebagai Sarana Mata Pencaharian Hidup .................................. 88
2. Ketek sebagai Sarana Penyeberangan Sungai ..................................... 93
3. Ketek sebagai Sarana Lomba dan Rekreasi......................................... 94
C. Persepsi Masyarakat Tentang Eksistensi Transportasi
Sungai ketek di Kota jambi ...................................................................... 95
1. Ketek sebagai Roda Perekonomian ..................................................... 95
2. Ketek sebagai Tradisi Masyarakat Lokal ............................................ 97
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 99
1. Pembahasan Eksistensi Transportasi Sungai Ketek
di Kota Jambi ...................................................................................... 99
2. Pembahasan Fungsi Transportasi Sungai Ketek
di Kota Jambi ...................................................................................... 101
3. Pembahasan Persepsi Masyarakat tentang Eksistensi
Transportasi Sungai Ketek di Kota Jambi ........................................... 103
-
xii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 105
B. Rekomendasi ............................................................................................ 105
C. Kata Penutup ............................................................................................ 106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 13
Gambar 2 Lokasi Penelitian ......................................................................... 15
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambar 1 Struktur Organisasi Kecamatan Pelayangan ............................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambar 1 Bentuk Struktur Perahu Mesin di Pulau Pandan ......................... 61
Gambar 2 Bentuk Struktur Transportasi Sungai Ketek di Seberang
Kota Jambi ................................................................................... 63
Gambar 3 Bentuk Tajuk Ketek ..................................................................... 72
Gambar 4 Bentuk Gading Ketek ................................................................... 73
Gambar 5 Bentuk Mal Ketek ........................................................................ 74
Gambar 6 Bentuk Pisang-pisang Ketek ........................................................ 74
Gambar 7 Bentuk Haluan dan Tutup Jgong Ketek ....................................... 75
Gambar 8 Bentuk Buritan dan Tutup Jgong Ketek ....................................... 75
Gambar 9 Struktur Ketek dalam bentuk Kerangka ....................................... 76
Gambar 10 Kondisi Tempat Parkir Roda Dua di Kelurahan
Arab Melayu ................................................................................ 79
Gambar 11 Kondisi Transportasi Sungai Ketek di Kelurahan
Arab Melayu ................................................................................ 81
Gambar 12 Kondisi Transportasi Sungai Ketek di Kelurahan
Mudung Laut, Jelmu dan Tengah ................................................ 82
-
xiv
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 1 Jadwal Penelitian ................................................................................ 27
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Tabel 1 Luas Kecamatan, Kelurahan dan RT di Kota Jambi Tahun 2012 ....... 44
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
di Kota Jambi Tahun 2012 .................................................................. 45
Tabel 3 Distibusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto
Kota Jambi Atas Dasar Berlaku Tahun 2010-2012 ............................ 46
Tabel 4 Nama-Nama Pejabat Camat Pelayangan Sampai dengan 2012 .......... 48
Tabel 5 Nama-Nama Pejabat Pemerintahan di Dinas Vertikal
Kecamatan Pelayangan 2012 .............................................................. 48
Tabel 6 Nama-Nama Pejabat Kelurahan dalam Kecamatan
Pelayangan 2012 ................................................................................. 50
Tabel 7 Banyaknya Rukun Tetangga, Rumah Tetangga, Penduduk
dan Anggota Rumah Tangga Dirinci Per Kelurahan 2012 ................. 51
Tabel 8 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dirinci Per Kelurahan 2012 ......... 52
Tabel 9 Rata-Rata Kepadatan Penduduk Per Km2 Dirinci Menurut
Kelurahan 2012 ................................................................................... 52
Tabel 10 Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut
Mata Pencaharian ................................................................................ 53
Tabel 11 Banyaknya Karang Taruna, Unit Olahraga dan Lapangan
di Kecamatan Pelayangan 2012 .......................................................... 54
Tabel 12 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Kecamatan
Pelayangan 2012 ................................................................................. 55
Tabel 13 Banyaknya Penduduk Menurut Agama Dirinci
Per Kelurahan 2012 ............................................................................. 55
Tabel 14 Banyaknya Sarana, Peribadatan Dirinci Menurut Jenisnya
Per Kelurahan 2012 ............................................................................. 56
Tabel 15 Banyaknya Perumahan Penduduk di Kecamatan
Pelayangan Dirinci Per Kelurahan 2012 ............................................. 57
Tabel 16 Persentase Pemakaian Alat Transportasi di Kecamatan
Pelayangan 2012 ................................................................................. 57
Tabel 17 Banyaknya Alat Transportasi Menurut Kelurahan
di Kecamatan Pelayangan 2012 .......................................................... 58
-
xv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 Banyaknya Transportasi Sungai Ketek Dirinci Per Kelurahan
di Kecamatan Pelayangan 2014 .......................................................... 77
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas beribu pulau
sepanjang garis khatulistiwa yang menempati peringkat keempat dari 10 negara
berpopulasi terbesar di dunia.1 Tanpa sarana transportasi yang memadai maka akan
sulit untuk menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini.
Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan yang sangat penting karena
berkaitan dengan kebutuhan setiap orang. Kebutuhan ini misalnya kebutuhan untuk
mencapai lokasi kerja, lokasi sekolah, mengunjungi tempat hiburan atau pelayanan,
dan bahkan untuk bepergian ke luar kota. Transportasi tidak hanya mengangkut orang,
tetapi juga untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain.2
Pentingnya peranan transportasi tersebut akan tercermin pada penyelenggaraan
dari peran dan fungsi transportasi itu sendiri yang mempengaruhi semua aspek
kehidupan bangsa dan negara serta semakin meningkatnya kebutuhan jasa transportasi
bagi mobilitas orang dan barang dalam negeri. Disamping itu, transportasi juga
berperan sebagai penunjang, pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang
memiliki potensi sumber daya alam yang besar tetapi belum berkembang.
1Lihat CIA World Factbook Tahun 2013 (ilmupengetahuanumum.com/10-negara-dengan-
jumlah-penduduk-populasi-terbanyak-di-dunia/), tanggal akses 28 Februari 2013 pukul 10.00 WIB. 2Rizki Permata Sari, Pergeseran Pergerakan Angkutan Sungai di Sungai Martapura Kota
Banjarmasin, Tesis, (Semarang, Undip, 2008), hal. 1.
-
2
Perkembangan transportasi memungkinkan berbagai kegiatan dapat diangkut
melalui darat, udara ataupun laut dengan jenis angkut yang beragam. Namun yang
perlu diingat, bahwa sebagai fasilitas pendukung kegiatan kehidupan, maka
perkembangan transportasi harus diperhitungkan dengan tepat dan secermat mungkin
agar dapat mendukung tujuan pembangunan secara umum dari satu dearah.3
Transportasi sungai di Indonesia pada umumnya digunakan untuk melayani
mobilitas barang dan penumpang, baik di sepanjang aliran sungai maupun
penyeberangan sungai.4 Sistem perairan sungai yang dapat dilayari harus memenuhi
persyaratan teknis, yakni: kedalaman, kelandaian, dan kecepatan arus tertentu,
sehingga aman dan mudah dilayari. Angkutan sungai sangat menonjol di Kalimantan,
Sumatera dan Papua. Di Kalimantan, angkutan sungai banyak digunakan untuk
kebutuhan angkutan lokal dan perkotaan, terutama di wilayah yang belum tersedia
prasarana transportasi jalan.5
Dalam kacamata sejarah, transportasi/angkutan sungai itu sudah dikenal mulai
zamannya nenek moyang kita selama sudah ribuan tahun yang lalu berprofesi sebagai
pelaut. Sejak lama Indonesia telah dikenal sebagai salah satu negara perahu
tersohor. Hal ini dapat dibuktikan pada gambar relief yang berupa perahu pada candi
Borobudur, candi Perambanan dan beberapa candi yang lain.6
3Fidel Miro, Perencanaan Transportasi, (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 2.
4Rizki Permata Sari, Pergeseran Pergerakan Angkutan Sungai di Sungai Martapura Kota
Banjarmasin, hal. 54. 5A. Taufik Mulyana, Transportasi Air. (Banjarmasin: Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat, 2005), hal. 5. 6Baca Lisbijanto, Kapal Pinisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 7.
-
3
Ada yang mengatakan pada awalnya nenek moyang kita membuat perahu
dengan hanya kemampuan yang sederhana, yaitu mengaitkan beberapa batang bamboo
menjadi satu, yang kemudian dikenal sebagai rakit atau gethek. Namun rakit ini hanya
bisa digunakan untuk pelayaran jarak dekat dan hanya cocok untuk pelayaran di
sungai yang tidak ada gelombang. Bentuk rakit merupakan bentuk perahu yang paling
sederhana, tanpa kemudi dan layar. Kemungkinan lain nenek moyang kita jauh
sebelum mengenal perahu masih menggunakan batang pohon pisang yang disatukan
dengan tali atau batang dan digunakan untuk pelayaran yang jarak dekat serta daerah
sungai yang tanpa gelombang. Kedua jenis perahu sederhana tersebut sampai sekarang
masih digunakan oleh penduduk di pedesaan dan pedalaman.7
Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki kebudayaan dan suku bangsa
yang beragam, maka terdapat berbagai jenis perahu yang sesuai dengan adat dan
tradisi masing-masing daerah. Jenis perahu yang dikenal di Indonesia, antara lain
disebut sampan, biduk, bidar, kora-kora, klotok, ketingting, pancalang, lancing,
kalulus, bahtera, tongkang, janggolan, jung, palari, sandek, paduakang, orembai,
rorehe, sope, balaso-e, eretan, kano dan sekoci. Bentuk perahu-perahu tersebut juga
beragam, ada yang polos, ada yang berwarna-warni dipenuhi hiasan atau ukiran dan
ada yang memiliki ciri tertentu. Perahu-perahu tersebut mempunyai fungsi dan
kegunaan yang bermacam-macam, misalnya perahu yang berfungsi untuk membawa
7Lisbijanto, Kapal Pinisi, hal. 7.
-
4
hasil tangkapan, membawa barang dagangan, olahraga, transportasi, pesiar, menjaga
keamanan, berperang dan kegunaan lainnya.8
Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Jambi merupakan salah satu daerah yang
memiliki sungai terpanjang di pulau Sumatera yaitu Sungai Batang Hari. Daerah
Aliran Sungai (DAS) Batang Hari merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia,
mencakup luas areal tangkapan (catchment area) 4.9 juta Ha. Sekitar 76 % DAS
Batang Hari berada pada provinsi Jambi, sisanya berada pada provinsi Sumatera
Barat.9
Sungai Batang Hari berasal dari Pegunungan Bukit Barisan dari 2 lokasi
sebagai awalnya sungai yaitu Danau Kerinci (Jambi) dari arah selatan menuju ke
utara-timur menjadi Sungai Batang Tembesi dan Danau Kembar dari arah utara
(Sumbar) menuju selatan-timur yang menjadi Sungai Batanghari Hulu. Kedua sungai
tersebut bertemu di Kota Muara Tembesi dan selanjutnya mengalir ke timur menuju
ke timur bernama Sungai Batanghari melewati Kota Jambi menuju laut di Selat
Berhala.10
Keberadaan Sungai Batang Hari di Provinsi Jambi memberikan ruang lingkup
yang luas terhadap perkembangan transportasi sungai di Kota Jambi. Salah satu jenis
transportasi sungai yang berkembang di Kota Jambi yang sesuai dengan adat dan
tradisi daerahnya adalah transportasi sungai ketek. Transportasi sungai ketek
8Lisbijanto, Kapal Pinisi, hal. 8.
9Lihat (http://id.wikipedia.org/wiki/Batang_Hari). Tanggal diakses Minggu, 11 Mei 2014
pukul 14.45 WIB. 10
Lihat(http://www.pu.go.id/satminkal/dit_sda/profil%20balai/bws/profilebws%20sumatera%20
VI.pdf).Tanggal diakses 11 Mei 2014 pukul 19.15 WIB.
-
5
merupakan sarana transportasi sungai utama masa lalu dan hingga saat ini masih
dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat di Kota Jambi khususnya di Seberang Kota
Jambi.
Tata ruang kota Jambi memiliki keunikan dibandingkan dengan wilayah lain,
karena dialiri Sungai Batang Hari yang berfungsi sebagai batas alami antara kota yang
menjadi pusat pemerintahan dan cenderung modern dengan wilayah tradisional,
maka dibutuhkan penanganan khusus dalam hal mobilitas penduduk. Terdapat dua
alternatif penghubung, yaitu jalur darat yang melalui jembatan Aur Duri dan jalur
sungai dengan menggunakan perahu kecil atau ketek.11
Sebelum berkembangnya ketek, pada tahun 1960 transportasi sungai yang
digunakan adalah berupa sampan atau perahu dayung yang terbuat dari kayu.12
Kemudian perahu dayung tersebut berkembang menjadi perahu bermesin yang
awalnya digunakan oleh orang Palembang yang tinggal di daerah Pulau Pandan bagian
Selatan Sungai Batang Hari. Kemudian setelah orang-orang Palembang itu maju, baru
selanjutnya diikuti oleh masyarakat seberang kota Jambi.13
Saat itu lah, Istilah perahu
bermesin berubah menjadi ketek. Namun, saat ini keberadaan transportasi sungai ketek
di Kota Jambi sedang mengalami perkembangan yang diagresif sebagai akibat dari
arus modernisasi yang berkepanjangan tanpa kendali. Hal ini dapat dibuktikan dengan
11
Bondan Seno Prasetyadi, dkk, Transportasi Sungai dan Masyarakat Melayu Jambi, ISSN :
18582559 (Depok, Jurnal Universitas Gunadarma, 2005), hal. 12. 12
Lihat Yosephine H. K., Djarot Sadharto W. 2013, Kajian Penggunaan Moda Transportasi
Sungai Di Kota Jambi (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2013), hal. 309. 13
Hasil wawancara dengan bapak Abdul Kadir. Salah satu tukang ketek di Kelurahan Tengah.
Kamis, 22 November 2012 pukul 09.30 s/d 10.00 WIB di Rumah kediamannya.
-
6
berbagai ancaman yang datang silih berganti terhadap perkembangan transportasi
sungai ketek yang dimulai pada tahun 1986.
Pada tahun 1986an, Pemerintah Provinsi Jambi berhasil membangun jembatan
Batang Hari I (Aurduri) di ujung barat Kota Jambi. Tujuan pembangunan jembatan ini
adalah untuk memperlancar arus transportasi antar kota dan antar provinsi yang
harapannya dapat berdampak positif pada perkembangan ekonomi daerah. Tetapi
pembangunan jembatan ini berdampak negatif pada penggunaan transportasi sungai
karena mereka beralih pada transportasi darat. Tetapi penurunan pengguna transportasi
sungai ini tidak terlalu besar yaitu sebesar 5-15 %.14
Berdasarkan hasil survey awal peneliti dari informasi di lapangan setelah
dibangunnya Jembatan Batang Hari I (Aurduri) oleh pemerintah Provinsi Jambi,
pendapatan tukang ketek mengalami penurunan.15
Hal ini dikarenakan jasa transportasi
sungai mulai ditinggalkan. Dengan kata lain, terdapat penurunan dari jumlah
penumpang ketek. Hal ini menggambarkan bahwa terjadi peralihan dalam
menggunakan jenis transportasi di kalangan masyarakat, dimana yang mulanya
menggunakan transportasi sungai beralih menggunakan transportasi darat.
Pada tahun 2010, pemerintah kembali berhasil membangun jembatan yang
kedua yaitu Jembatan Batang Hari II yang berada di ujung timur Kota Jambi.
Jembatan ini bertujuan melancarkan transportasi hasil perekonomian sebagai akses
untuk mendukung ekspor-impor daerah menuju pasar global, melayani arus lalu lintas
14
Yosephine, Kajian Penggunaan Moda Transportasi Sungai di Kota Jambi, hal. 310. 15
Hasil wawancara dengan Bapak Senang. Salah seorang tukang ketek di Kelurahan Tengah.
Selasa, 11 Maret 2014. Pukul 10.00 s/d 10.05 WIB.
-
7
timur sumatera dan mempercepat pengembangan wilayah pedalaman pantai timur
Provinsi Jambi dan sekitarnya. Pembangunan ini lagi-lagi memberikan dampak negatif
pada transportasi sungai dimana 30-50% pengguna transportasi sungai beralih
menggunakan transportasi darat.16
Selain itu, hal ini juga mengakibatkan
berkurangnya jumlah ketek yang ada di Kelurahan Tanjung johor dan Tahtul Yaman.
Setelah dibangunnya Jembatan Batang Hari II jumlah ketek yang ada di Tanjung Johor
hanya tersisa tinggal 8 buah dari 30 jumlah total ketek di Kelurahan Tanjung Johor.17
Dan tidak ditemukan lagi keberadaan ketek di Kelurahan Tahtul Yaman.
Pada tahun 2013, Pemerintah kembali membangun jembatan yang ketiga yaitu
Jembatan Gantung yang dibangun oleh Pemerintah Daerah khusus untuk para pejalan
kaki sebagai peningkatan mutu pariwisata Provinsi Jambi. Jembatan ini terletak di
antara kawasan Tanggo Rajo (Ancol) Kecamatan Pasar dengan Kecamatan
Pelayangan tepatnya di Kelurahan Arab Melayu Seberang Kota Jambi yang saat ini
masih dalam tahap proses pembangunan. Dikhawatirkan, dengan adanya
Pembangunan Jembatan Gantung ini akan kembali mengancam keberadaan
transportasi sungai ketek di Kota Jambi, karena letaknya yang tepat berada di tengah-
tengah kawasan sungai penyeberangan ketek.
Dewasa ini, dengan semakin tingginya animo masyarakat seberang yang
cenderung lebih tertarik menggunakan jenis transportasi darat yang lebih canggih dan
berbasis teknologi daripada menggunakan jenis transportasi sungai. Hal ini membuat
16
Yosephine, Kajian Penggunaan Moda Transportasi Sungai di Kota Jambi, hal. 310. 17
Hasil Wawancara dengan Bapak Ilyas. Salah satu tukang ketek yang ada di kelurahan
Tanjung Johor. Selasa, 15 Maret 2014 pukul 20.15 s/d 20.45 WIB di Rumah kediamannya.
-
8
peran dan fungsi transportasi darat lebih banyak diminati oleh masyarakat Seberang
Kota Jambi, sehingga transportasi sungai ketek mulai ditinggalkan dan berada pada
level bawah.
Kehadiran transportasi sungai ketek di Kota Jambi sangat penting. Karena
ketek merupakan satu-satunya jenis transportasi angkutan sungai yang berfungsi
sebagai sarana transportasi penyeberangan di DAS Batang Hari dari seberang kota
menuju kota Jambi atau dari kota menuju Seberang Kota Jambi.
Oleh karena itu, dengan perkembangan alat transportasi yang modern dan
canggih serta kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah berupa pembangunan
jembatan, dengan sendirinya akan mengancam keberadaan ketek sebagai transportasi
sungai yang memiliki nilai dan muatan lokal. Hal ini dikhawatirkan akan mematikan
jalur transportasi sungai di DAS Batang Hari Kota Jambi.
Secara teori, dalam konsep modernisasi pada umumnya modernisasi membawa
kepada perubahan sosial dan pembangunan yang berlangsung menuju ke arah
kemajuan dan pembaruan yang bermakna dan bernilai positif.18
Namun, dalam
perakteknya mengapa modernisasi di Kota Jambi sendiri memberikan dampak negatif
bagi perkembangan transportasi sungai ketek di Kota jambi dan mengapa alat
transportasi sungai ketek di Kota Jambi mengalami kemunduran.
Berangkat dari permasalah ini, penulis merasa tertarik untuk melakukan
sebuah kajian tentang keberadaan transportasi sungai ketek di Kota Jambi terkait
18
Nursid Sumaatmadja, Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup.
(Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 67.
-
9
dengan kelangsungan masa depan ketek tersebut sebagai ikon transportasi sungai di
DAS Batang Hari. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba melihat
bagaimana eksistensi transportasi sungai ketek di Kota Jambi, dengan spesifikasi judul
penelitian yaitu EKSISTENSI TRANSPORTASI SUNGAI (KETEK) SEBAGAI
SARANA ALTERNATIF DI KOTA JAMBI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana eksistensi transportasi sungai ketek di Kota Jambi?
2. Bagaimana fungsi transportasi sungai ketek di Kota Jambi?
3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap eksistensi transportasi sungai ketek di
Kota Jambi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan bagaimana eksistensi transportasi Sungai ketek di Kota Jambi.
2. Mendeskripsikan bagaimana fungsi transportasi Sungai ketek di Kota Jambi.
3. Mendeskripsikan bagaimana persepsi masyarakat terhadap eksistensi
transportasi sungai ketek di Kota Jambi.
-
10
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi objek yang diteliti
a. Diharapkan agar transportasi sungai ketek di kota Jambi mendapatkan
perhatian dan kebijakan dari pemerintah kota maupun provinsi Jambi
sehingga kelangsungan transportasi sungai ketek tersebut lebih menjanjikan
ke depannya.
b. Diharapkan agar transportasi sungai ketek di kota Jambi dikenal lebih luas
oleh masyarakat dalam kota maupun luar kota dan menjadi ikon kota Jambi,
sehingga bisa dikembangkan menjadi transportasi sungai pariwisata di DAS
Batang Hari.
2. Bagi almamater
a. Bisa memberikan sumbangan analisis etnografi tentang transportasi sungai
ketek di Kota Jambi.
b. Bisa menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa yang ingin mengetahui perihal
tentang transportasi sungai ketek di Kota Jambi.
c. Bisa menjadi bahan acuan bagi mahasiswa yang tertarik untuk meneliti
lebih jauh lagi tentang transportasi sungai masa lalu di Provinsi Jambi.
3. Bagi penulis
a. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang transportasi sungai
ketek di Kota Jambi.
-
11
b. Sebagai bahan pembelajaran untuk mengasah daya berpikir kritis dan
sistematis.
c. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana (S.1) di
Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab-Sastra dan Kebudayaan
Islam IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
E. Ruang Lingkup dan Pembatasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
a. Subjek/informan dalam penelitian ini ialah pemilik budaya itu sendiri. Dalam
hal ini tukang ketek dan penumpang ketek yang secara umum merupakan
masyarakat Seberang Kota Jambi.
b. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi.
2. Pembatasan Penelitian
Adapun pembatasan dalam penelitian ini adalah:
a. Eksistensi transportasi sungai ketek sebagai sarana alternatif di kota Jambi.
b. Fungsi transportasi sungai ketek sebagai sarana alternatif di kota Jambi.
c. Persepsi masyarakat tentang eksistensi transportasi sungai ketek sebagai sarana
alternatif di kota Jambi.
-
12
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada sub bab
sebelumnya. maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan emik dengan
perspektif kualitatif. Pendekatan emik adalah pengkategorian fenomena budaya
menurut warga setempat (pemilik budaya).19
Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.20
Metode alamiah
yang dimaksud adalah metode-metode yang biasanya dimanfaatkan oleh penelitian
kualitatif seperti wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.
Kemudian, penelitian ini juga menggunakan paradigma fenomenologi dengan
jenis penelitian etnografi baru ala James P. Spradley. Paradigma fenomenologi adalah
sebuah landasan berpikir yang berusaha untuk memahami budaya lewat pandangan
pemiliki budaya atau pelakunya.21
Berbeda dari etnografi modern yang dipelopori
Radcliffe-Brown dan Malinowski yang memusatkan perhatiannya pada organisasi
internal suatu masyarakat dan membanding-bandingkan sistem sosial dalam rangka
untuk mendapatkan kaidah-kaidah umum tentang masyarakat, maka etnografi baru ini
19
Baca Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistimologi, dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006), hal. 55. 20
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), hal. 6. 21
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,
dan Aplikasi, hal. 65.
-
13
memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat
mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan Kemudian
menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.22
Untuk lebih jelasnya lihat Gambar
1 Pendekatan dan Jenis Penelitian di bawah ini.
PENELITIAN BUDAYA23
Gambar 1
Pendekatan dan Jenis Penelitian
22
James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hal, xii. 23
Penelitian budaya merupakan suatu upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu
fenomena atau permasalahan dengan tujuan menemukan prinsip-prinsip umum. Yang dimaksud prinsip
umum adalah berbagai hal yang didukung oleh sebagian informan budaya. Dalam kaitan ini, prinsip
umum berupa kebenaran secara objektif dan logis melalui langkah-langkah matang, pengumpulan data,
teknik analisis data, dan simpulan yang meyakinkan. Lihat Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik
Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi, dan Aplikasi, hal, 74-75.
Perspektif Kualitatif:
Deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa secara
holistik.
Pendekatan Emik:
Pengkategorian budaya
menurut pemilik budaya.
Jenis Penelitian Etnografi Baru ala James P. Spradley:
Usaha untuk menemukan keunikan dari suatu
masyarakat melalui persepsi dan organisasi
pikiran dari masyarakat atas fenomena
material yang ada disekelilingnya. Dalam hal
ini peneliti berusaha untuk mengoreknya
keluar dari pikiran mereka.
Paradigma Fenomenologi:
Usaha untuk memahami
budaya lewat pandangan
pemilik budaya.
-
14
2. Penentuan Lokasi Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini dilakukan di Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi. Kecamatan Pelayangan adalah salah satu kecamatan yang
terletak di Seberang Kota Jambi setelah Kecamatan Danau Teluk. Tidak seperti
kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Jambi, di kecamatan ini cukup banyak
ditemukan transportasi sungai ketek. Hampir setiap kelurahan di kecamatan ini
memiliki transportasi sungai ketek, mulai dari Kelurahan Tengah, Jelmu, Mudung
Laut, Arab Melayu, Tahtul Yaman hingga Tanjung Johor. Berdasarkan hasil observasi
awal bahwa kecamatan ini adalah tempat awal mulanya berkembang transportasi
sungai ketek. Sehingga dipilihlah kecamatan ini sebagai lokasi penelitian.
Setelah lokasi penelitian ditentukan, maka selanjutnya proses memasuki lokasi
lapangan. Mula-mula peneliti akan mengunjungi setiap pelabuhan yang ada di
Kecamatan Pelayangan ini satu-persatu dalam rangka untuk melihat secara garis besar
situasi sosial dan budaya yang ada di setiap pelabuhan-pelabuhan tersebut. Kemudian
peneliti akan mendata jumlah transportasi sungai ketek yang ada di pelabuhan-
pelabuhan tersebut secara keseluruhan. Setelah itu, baru kemudian peneliti memilih
beberapa tukang ketek yang berpengalaman untuk dijadikan sebagai informan utama.
Sebagai catatan, ada 3 pelabuhan ketek yang terletak di Kecamatan Pasar Kota
Jambi yang berfungsi sebagai tempat tujuan berlabuhnya transportasi sungai ketek
yang ada di Seberang Kota Jambi. Pelabuhan-pelabuhan itu adalah Pelabuhan ketek di
Pasar Angso Duo, Pelabuhan ketek di Ramayanan dan Pelabuhan ketek di Tanggo
-
15
Rajo. Tiga pelabuhan ini juga menjadi lokasi penelitian dalam penelitian ini. Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2 Lokasi Penelitian di bawah ini.
Gambar 2
Lokasi Penelitian
Keterangan:
1. = Jembatan Gantung
2. = Menara (Gentala Arsy)
SUNGAI BATANGHARI
RUMAH GUBERNUR
Kel.
Kampung
Tengah
Kel.
Jelmu
Kel.
Mudung
Laut
Kel. Arab Melayu
Kel.
Tahtul
Yaman
Kel.
Tanjung
Johor
Kawasan
Angso Duo
Kawasan
Ramayana
Kawasan
Tanggo Rajo
-
16
3. Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan model snowball
sampling. Model snowball sampling adalah strategi yang dinilai tepat, karena
menentukan jumlah dan sampel tidak semata-mata oleh peneliti. Peneliti bekerjasama
dengan informan, menentukan sampel berikutnya yang dianggap penting.24
Teknik Penyampelan seperti ini Menurut Frey ibarat bola salju yang
menggelinding saja dalam menentukan subjek penelitian. Maksudnya, peneliti
mencari relawan di lapangan, yaitu orang-orang yang mampu diajak berbicara dan dari
mereka data akan diperoleh. Dari mereka pula akan ada penambahan sampel dan atau
subjek, atas rekomendasinya itu, peneliti segera meneruskan ke subjek yang lain.
Jumlah sampel tidak ada batas minimal atau maksimal, yang penting telah memadai
dan mencapai data jenuh, yaitu tidak ditemukan informasi baru lagi dari subjek
penelitian.25
Adapun informan yang akan dijadikan sebagai sasaran dalam penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
1. Tukang Ketek
Tukang ketek yang akan dijadikan sebagai informan adalah tukang ketek yang
berpengalaman, yang sudah lama berkecimpung di dalam dunia ketek, karena
dianggap memiliki pengetahuan yang banyak tentang perkembangan transportasi
sungai ketek. Dalam hal ini biasanya adalah tukang ketek yang sudah memiliki usia
yang cukup tua. Tukang ketek yang berusia tua cenderung lebih berpengalaman
24Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,
dan Aplikasi, hal. 115. 25
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,
dan Aplikasi, hal. 116.
-
17
daripada tukang ketek yang masih berusia muda. Sehingga diharapkan bisa
memberikan informasi yang akurat terkait dengan masalah penelitian ini.
2. Penumpang ketek
Penumpang ketek yang akan dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini
terdiri dari para pedagang, pemuda/pemudi, tuo tengganai, anak-anak sekolahan yang
mayoritas adalah masyarakat di Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi, dll.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti
dari sumber pertama/utama.26
Menurut Lofland dan Lofland bahwa sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.27
Kata-kata dan tindakan yang dimaksud
adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancari yang
dicatat melalui catatan tertulis atau perekaman video/audio tapes, pengambilan foto
atau film.28
Data primer tersebut merupakan data utama dari hasil pengamatan,
wawancara dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti berkenaan dengan
eksistensi, fungsi dan persepsi masyarakat terhadap transportasi sungai ketek yang ada
di Kota Jambi.
b. Data Sekunder
26Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra
dan Kebudayaan Islam, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2012), hal. 31. 27
Lihat Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 157. 28
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 157.
-
18
Data Sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak
lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal29
, dokumen (sumber tertulis),
foto, data statistik. Data sekunder tersebut merupakan data tambahan yang diperoleh
dalam bentuk tertulis yang berkenaan dengan sejarah, letak geografis, demografis, dan
kehidupan sosial budaya (keagamaan, pendidikan, adat-istiadat, dan ekonomi)
masyarakat Kota Jambi. Data sekunder seperti dokumen yang dimaksud tersebut
berupa buku-buku ilmiah, tesis, skripsi, jurnal ilmiah, hasil penelitian lapangan dan
lain sebagainya yang bisa diperoleh dari perpustakaan IAIN STS Jambi, perpustakaan
wilayah kota Jambi, atau di tempat-tempat asrsip lainnya seperti Kantor Dinas
Lembaga Adat Kota, Kantor Dinas BPCB (Badan Penelitian Cagar Budaya) Provinsi,
kantor Camat dan Lurah Seberang Kota Jambi, atau bisa juga diperoleh dari hasil
searching di internet, buku-buku pribadi, pinjaman, dan lain-lain. Bahkan sampai
dokumen-dokumen pribadi subjek penelitian jika ada.
Kemudian, data sekunder lainnya seperti foto, juga digunakan untuk keperluan
penelitian ini. Ada dua kategori foto yang dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif,
yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.30
Kedua kategori foto tersebut juga akan dijadikan sebagai data tambahan. Sebagai
catatan jika foto tersebut hendak dipublikasikan, maka peneliti akan meminta
persetujuan terlebih dahulu dari pihak-pihak yang terkait. Dan data tambahan lainnya
seperti data statistik juga digunakan sesuai dengan keperluan dalam penelitian ini.
29
Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra
dan Kebudayaan Islam, hal. 31. 30
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 160.
-
19
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini menggunakan teknik
Observasi/pengamatan, wawancara dan dokumentasi, sebagaimana yang dijelaskan di
bawah ini:
a. Observasi/pengamatan
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal, maka dalam penelitian
ini, secara peranannya digunakan teknik participant observation (pengamatan
berperanserta). Pengamatan berperanserta, berarti pengamat (peneliti) budaya ikut
terlibat baik pasif ataupun aktif ke dalam tindakan budaya.31
Pengamatan
berperanserta akan lebih memungkinkan peneliti memasuki fenomena yang lebih
dalam. Peneliti tidak hanya mengamati serampangan saja, melainkan ikut terlibat dan
menghayati sebuah fenomena.32
Dalam hal ini, peneliti akan melakukan pengamatan
dengan langsung berperan sebagai penumpang ketek atau bisa jadi sebagai tukang
ketek, sehingga bisa secara langsung melihat, mendengar dan menghayati bagaimana
proses budaya terjadi.
Dengan melakukan pengamatan, peneliti bisa melihat dunia sebagaimana dilihat
oleh subjek penelitian dan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan
dihayati oleh subjek penelitian, sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber
data. Teknik ini digunakan dengan maksud untuk membentuk pengetahuan yang
diketahui bersama baik dari pihak peneliti maupun subjek penelitian. Walaupun tidak
31Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,
dan Aplikasi, hal. 136. 32
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,
dan Aplikasi, hal. 136.
-
20
secara keseluruhan menyelami kehidupan subjek penelitian, setidaknya peneliti
memiliki gambaran umum dari pengalaman pribadinya untuk membandingkannya
dengan keterangan-keterangan yang didapatkan dari subjek penelitian ataupun
informan.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan proses pengamatan dalam
penelitian ini adalah dengan cara tidak terstruktur. Maksudnya peneliti bisa kapan saja
turun ke lapangan untuk melakukan pengamatan. Dalam proses pengamatan, peneliti
juga melakukan proses wawancara. Hal ini dilakukan ketika kondisinya
memungkinkan. Jadi, antara pengamatan dan wawancara bisa dilakukan secara
bersamaan.
b. Wawancara
Agar dalam proses melakukakan wawancara bisa berjalan dengan lancar,
nyaman, informasi yang didapatkan akurat, dan tidak ada yang merasa tertekan antara
pewawancara dengan terwawancara, maka digunakanlah teknik indepth interview
(wawancara mendalam) atau wawancara tak berstruktur.
Wawancara mendalam biasanya dinamakan wawancara baku etnografi atau
wawancara kualitatif. Wawancara dilakukan dengan santai, informal, dan masing-
masing pihak seakan-akan tidak ada beban psikologis. Wawancara mendalam akan
memperoleh kedalalaman data secara menyeluruh.33
33
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,
dan Aplikasi, hal. 168.
-
21
Teknik pengumpulan data melalui wawancara yaitu teknik bagaimana peneliti
memperoleh informasi secara langsung dari informan berupa keterangan-keterangan
yang sesuai dengan tujuan wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.34
Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai langsung pihak-pihak yang terkait
dengan masalah penelitian ini sebagaimana yang telah dijelaskan pada sub bab
sebelumnya yaitu tukang ketek dan penumpang ketek yang secara umum merupakan
masyarakat di Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi. Adapun langkah-langkah
dalam melakukan proses wawancara ini, secara umum dijelaskan sebagai berikut:
1) Peneliti akan menentukan siapa orang pertama (informan kunci) yang akan
diwawancari terlebih dahulu.
2) kemudian barulah peneliti menjajaki kepada informan-informan lainnya
untuk diwawancarai dan seterusnya sampai informasi yang diperoleh utuh
dan jelas.
3) Proses wawancara berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak
(pewawancara dan yang akan diwawancarai).
4) Pertanyaan wawancara tidak dibuat secara terstruktur, namun hanya dalam
bentuk gambaran umum saja.
34
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 186.
-
22
5) Waktu wawancara tidak dibatasi dan dianggap selesai ketika tidak ada lagi
informasi baru yang didapatkan dari seorang informan.
6) Bahasa yang digunakan pada saat wawancara menggunakan bahasa sehari-
sehari masyarakat setempat (bahasa melayu jambi). Jika kiranya diperlukan
menggunakan bahasa Indonesia, maka peneliti menggunakan bahasa
Indonesia.
7) Suasana dalam proses wawancara pun akan dibuat senyaman-nyaman
mungkin.
8) Alat rekam yang digunakan dalam proses wawancara ini yaitu
menggunakan hand phone tipe Nokia Asha 302.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik terakhir yang digunakan untuk pengumpulan data
dalam penelitian ini. Di dalam sebuah pendokumentasian, sering dikenal istilah
dokumen, record35
, foto, dan video/film. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari
seseorang yang berfungsi sebagai bukti bahwa hasil penelitian dari
observasi/pengamatan dan wawancara mengandung nilai yang kredibel. Sebagai
penunjang dalam pendokumentasian, maka akan diperlukan berbagai macam jenis
koleksi foto dan video/film yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. untuk
35Menurut Guba dan Lincoln, record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh
seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau penyajian akunting. Dokumen
ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya
permintaan seorang penyidik. Lihat J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 216-
217.
-
23
pengumpulan data melalui dokumentasi ini diperlukan alat/instrument yang membantu
dalam pengambilan data-data seperti kamera/handycam.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data-data diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi
terkumpulkan, maka tahap berikutnya adalah menganalisis data. Analisis Data adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.36
Adapaun teknik analisis
data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:37
a. Analisis Domain
Analisis domain dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan
berperanserta/wawancara atau pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan
lapangan. Pengamatan deskriptif berarti mengadakan pengamatan secara menyeluruh
terhadap sesuatu yang ada dalam latar penelitian.
b. Analisis Taksonomi
Setelah selesai analisis domain, dilakukan pengamatan dan wawancara
terfokus berdasarkan fokus yang sebelumnya telah dipilih oleh peneliti. Oleh hasil
pengamatan terpilih dimanfaatkan untuk memperdalam data yang telah ditemukan
36
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 248. 37
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 149.
-
24
melalui pengajuan sejumlah pertanyaan struktural. Data hasil wawancara terpilih
dimuat dalam catatan lapangan.
c. Analisis Komponen
Setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan terpilih
untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah
pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dimuat dalam catatan lapangan.
d. Analisis Tema
Analisis tema merupakan seperangkat prosedur untuk memahami secara
holistic pemandangan yang sedang diteliti. Sebab setiap kebudayaan terintegrasi
dalam beberap jenis pola yang lebih luas.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data berfungsi sebagai salah satu usaha untuk
menghasilkan nilai kredibilitas data yang baik. Pemeriksaan keabsahan data
didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan
(kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Masing-masing kriteria
tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri.38
Di dalam buku Lexy J. Moleong yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif:
Edisi Revisi dijelaskan bahwa penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas)
berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuannya dapat dicapai. Selain itu, untuk mempertunjukkan derajat kepercayaan
38
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 344.
-
25
hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda
yang sedang diteliti.39
Dijelaskan kembali di dalam buku tersebut, untuk mendapatkan nilai
kredibilitas (derajat kepercayaan) data yang baik, maka ada beberapa teknik
pemeriksaan di dalamnya, yaitu:40
(1) perpanjangan keikut-sertaan,
(2) ketekunan pengamatan,
(3) triangulasi, dan
(4) pengecekan sejawat
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut
Denzin, ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang dimanfaatkan,
yaitu (1) pemanfaatan penggunaan sumber, (2) pemanfaatan penggunaan metode, (3)
pemanfaatan penggunaan penyidik, dan (4) pemanfaatan penggunaan teori.41
Maka berdasarkan penjelasan di atas, dalam penelitian ini digunakan teknik
pemeriksaan keabsahan data melalui teknik triangulasi dengan pemanfaatan
penggunaan sumber. Triangulasi dengan pemanfaatan penggunaan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
39
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 344. 40
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 327. 41
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 330.
-
26
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu
dapat dicapai dengan jalan:42
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah, atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
8. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan mulai dari pembuatan proposal skripsi,
pengajuan proposal skripsi dan penunjukkan Dosen Pembimbing. Setelah itu,
konsultasi Dosen Pembimbing dan Seminar. Kemudian, dilanjutkan dengan perbaikan
hasil seminar, pengesahan judul dan permohonan izin riset. Setelah itu, baru
pengumpulan data, penyusan data, analisis data, penulisan draf skripsi, penyusunan
dan penggandaan. Terakhir ujian skripsi. Lihat Jadwal Penelitian pada Tabel 1 pada
halaman 27.
42
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 331.
-
27
Tabel 1
JADWAL PENELITIAN
NO TAHAP PENELITIAN
BULAN DAN TAHUN
Nov
2013
Des
2013
Jan
2014
Feb
2014
Mar
2014
Apr
2014
Mei
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan Proposal Skripsi x x x x x x x x
2 Pengajuan Proposal Skripsi x x
3 Penunjukan Dosen Pembimbing x x
4 Konsultasi Dosen Pembimbing x
5 Seminar Proposal x
6 Perbaikan Hasil Seminar x
7 Pengesahan Judul x
8 Permohonan Izin Riset x
9 Pengumpulan Data x x x x x x x x x
10 Penyusunan Data x
11 Analisis Data x
12 Penulisan Draf Skripsi x
13 Penyusunan dan Penggandaan x
14 Ujian Skripsi (munaqasah) x
-
28
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Eksistensi
Secara bahasa, istilah eksistensi diartikan sebagai keberadaan atau
adanya.1 Keberadaan atau adanya di sini dalam konteks merujuk kepada ada atau
tidak adanya pengaruh dari keberadaan sesuatu tersebut terhadap sesuatu yang lain
(benda/orang). Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa eksistensi adalah
adanya kehidupan.2
B. Transportasi
1. Pengertian Transportasi
Transportasi berasal dari Bahasa Latin yaitu transportare, dimana trans
berarti seberang atau sebelah lain, dan portare berarti mengangkut atau
membawa.3 Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan,
mengangkut atau mengalihkan obyek dari satu tempat ke tempat lain, sehingga
obyek tersebut menjadi lebih bermanfaat atau berguna untuk tujuan tertentu.4 Alat
pendukung yang dipakai untuk melakukan kegiatan tersebut bervariasi tergantung
1Budiono M. A., Kamus Ilmiah Populer Internasional, (Surabaya: Karya Harapan, 2005),
hal. 141. 2Tim Reality, Kamus Praktis Bahasa Indonesia: Edisi Terbaru, (Penerbit: Reality
Publisher, 2008), hal. 156. 3Adib Kamaludin, Ekonomi Transportasi (Cetakan Pertama), (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1987), hal. 9. 4Fidel Miro, Perencanaan Transportasi, hal. 4.
-
29
dari bentuk obyek yang akan dipindahkan, jarak antara suatu tempat ketempat lain
dan maksud obyek yang akan dipindahkan tersebut.5
Secara konteks, transportasi mengandung makna/arti yang tidak jauh
berbeda dengan makna/arti daripada angkutan, hanya saja terkadang antara
tansportasi dan angkutan sering ditemukan dalam susunan kalimat-kalimat dengan
kedudukan dan fungsi yang berbeda. Namun, secara makna memiliki maksud yang
sama. Secara etimologi angkutan berasal dari kata angkut yang berarti
mengangkat atau membawa, memuat dan membawa atau mengirim.6 Mengangkut
berarti mengangkat dan membawa, memuat atau mengirim. Pengangkutan berarti
pengangkatan atau pembawaan barang atau orang, pemuatan dan pengiriman
barang atau orang yang diangkut. Dengan demikian, angkutan dapat berarti suatu
proses atau gerakan dari satu tempat ke tempat yang lain.7
Berdasarkan ulasan tersebut dapat diartikan bahwa pengangkutan
mengandung pengertian suatu kegiatan memuat barang atau mengangkut orang
yang biasa disebut penumpang, membawa barang atau penumpang ke tempat yang
lain. Bilamana dirumuskan dalam satu kalimat yang dimaksud angkutan adalah
proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam alat tempat pemuatan ke
tempat tujuan dan menurunkan penumpang/barang dari alat angkut ke tempat yang
telah ditetapkan.8
5Rizki Permata Sari, Pergeseran Pergerakan Angkutan Sungai di Sungai Martapura Kota
Banjarmasin, hal. 34. 6Muhammad Abdulkadir, Hukum Pengangkatan, Darat, Laut dan Udara, (Bandung: Citra
Aditya Bhakti, 1994), hal. 19. 7Martono Eka Budi Tjahjono, Transportasi di Perairan Berdasarkan Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2008. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 5-6. 8Martono Eka Budi Tjahjono, Transportasi di Perairan Berdasarkan Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2008. hal. 6.
-
30
2. Unsur-unsur Transportasi
Transportasi memiliki lima unsur pokok di dalamnya, yaitu:9
a. Ada manusia, sebagai yang membutuhkan transportasi
b. Ada barang yang dibutuhkan manusia
c. Ada kendaraan sebagai sarana/alat angkut
d. Ada jalan sebagai prasarana, dan
e. Organisasi sebagai pengelola transportasi.
3. Peranan Transportasi
Dalam peranannya, tansportasi mampu menciptakan dan meningkatkan
aksebilitas (degree of accessibility) potensi-potensi sumber daya alam yang
awalnya tidak termanfaatkan menjadi terjangkau dan dapat diolah. Kemajuan
transportasi juga akan membawa pada peningkatan mobilitas manusia, dimana
semakin tinggi mobilitas akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas. Dengan
peningkatan produktivitas tersebut, maka akan membawa dampak pada kemajuan
perekonomian.10
Dalam aspek sosial budaya, transportasi menyebabkan terjadinya
penyebaran penduduk.11
Dan membuka peluang interaksi satu sama lain untuk
saling mengenal dan menghormati budaya masing-masing.12
Hal demikian, berarti
9Ahmad Munawar, Dasar-dasar Teknik Transportasi, (Yogyakarta: Beta Offset, 2005),
hal. 2. 10
Nur Nasution, Manajemen Transportasi (Edisi Kedua), (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2004), hal. 14. 11
Abbas Salim, Manajemen Transportasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), hal. 11. 12
Nur Nasution, Manajemen Transportasi (Edisi Kedua), hal. 17.
-
31
dapat menciptakan kehidupan bermasyarakat yang beranekaragam dan dituntut
untuk saling bertoleransi satu sama lain.
4. Jenis-jenis Transportasi
Jenis transportasi yang umumnya dikenal dan dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:13
a. Udara, yaitu dengan moda pesawat dan prasarana bandara
b. Air, yaitu dengan moda kapal dan prasarana dermaga atau pelabuhan
c. Darat, yaitu: jalan raya (dengan moda berupa mobil, bus, sepeda motor), jalan
rel (kereta api), dsb.
5. Konsep Dasar Transportasi
Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara tempat
asal (origin) dan tujuan (destination). Dalam suatu perjalanan, ada perjalanan yang
merupakan pergerakan yang diawali dari rumah (home based trip) dan ada juga
perjalanan yang asal maupun tujuannya adalah bukan rumah (non-home based
trip).14
13
Ahmad Munawar, Dasar-dasar Teknik Transportasi, hal. 2. 14
Ofyar Tamin, Perencanaan dan Permodelan Transportasi, (Bandung: Intitut Teknologi
Bandung, 1997), hal. 94.
-
32
C. Transportasi dan Kebudayaan
C. Kluckhohn dalam karangannya berjudul Universal Categories Of Culture
(1953) dengan mengambil intisari dari berbagai kerangka yang ada mengenai
unsur-unsur kebudayaan universal. Unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan
pada semua bangsa di dunia berjumlah tujuh buah, yang dapat disebut sebagai isi
pokok dari setiap kebudayaan, yaitu:15
a. Bahasa
b. System pengetahuan
c. Organisasi social
d. System peralatan hidup dan teknologi
e. System mata pencaharian hidup
f. System religi
g. Kesenian.
Dari ketujuh unsur yang disebutkan di atas, salah satunya adalah sistem
mata pencaharian hidup. System mata pencaharian hidup dapat dirinci ke dalam
sub-sub unsur sebagai berikut: perburuan, peladangan, perkebunan, pertanian,
peternakan, perdagangan, industri kerajinan, industry pertambangan, industry jasa,
industry manufaktur, dan lain-lain.16
Secara fungsional, ketujuh unsur kebudayaan itu memiliki fungsi
sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam karangan buku Malinowski tentang
teori fungsionalisme yang berjudul A Scientific Theory of Culture and Other
Essays (1944). Dalam buku itu Malinowski mengembangkan teori tentang fungsi
15
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal 80. 16
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 83.
-
33
unsur-unsur kebudayaan yang sangat Komplex. Tetapi inti dari teori itu adalah
pendirian bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud
memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia
yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.17
Menurut Malinowski berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam suatu
masyarakat gunanya untuk memuaskan sejumlah hasrat naluri manusia. Karena itu
unsur kesenian, misalnya, berfungsi untuk memuaskan hasrat naluri manusia
akan keindahan; unsur system pengetahuan, berfungsi memuaskan hasrat untuk
tahu.18
Begitu juga dengan unsur system mata pencaharian hidup, berfungsi
untuk memuaskan hasrat naluri manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Jika berkiblat pada pandangan Vansina, yang mengatakan bahwa Seorang
peneliti budaya perlu memaknai kebudayaan sebagai proses dan produk.
Kebudayaan sebagai proses perlu dicermati terjadinya transmisi pesan budaya dari
waktu ke waktu. Sedangkan kebudayaan sebagai produk merupakan warisan
generasi masa lalu ke generasi sekarang.19 Untuk itu, terdapat dua sub
pembahasan dalam memaknai sebuah kebudayaan. Maka dapat dihubungkan
antara transportasi dengan kebudayaan sesuai dengan pandangan Vansina, sebagai
berikut:
a. Kebudayaan sebagai proses
Apabila manusia menemukan suatu tindakan yang terbukti berdayaguna
dalam menanggulangi suatu masalah hidup, maka tingkah laku itu tentu akan
17
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi 1, (Jakarta: UI Press, 2009), hal. 171. 18
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal 88. 19
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistimologi, dan Aplikasi, hal. 223.
-
34
diulanginya lagi tatkala masalah yang sama kembali dialaminya. Pola tingkah laku
itu kemudian dikomunikasikan kepada individu-individu lain dalam kolektifnya,
dan terutama kepada keturunannya sehingga menjadi mantap dan kemudian
menjadi adat yang dijalankan warga kolektif tersebut. Dengan demikian berbagai
pola tindakan manusia yang telah dibakukan menjadi adat-istiadat itu, telah
menjadi bagian dari dirinya melalui proses belajar.20
Dan apabila telah menjadi
bagian dari dirinya tentu telah menjadi bagian dari hidupnya.
Otak manusia telah berevolusi mengembangkan kemampuan akalnya,
sehingga ia mampu membayangkan dirinya maupun peristiwa-peristiwa yang
mungkin menimpanya, dan menentukan pilihannya di antara berbagai alternatif
dalam tingkah lakunya untuk mencapai pendayagunaan yang optimal dalam
mempertahankan hidupnya.21
Transportasi sungai yang ada di Kota Jambi sebagai sarana utama dalam
penyeberangan Sungai Batanghari merupakan salah satu tradisi yang telah lama
berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat masyarakat Melayu Jambi sendiri.
Mereka beranggapan bahwa cara transportasi sungai merupakan tradisi yang
bersifat turun-temurun dan sudah menjadi identitas budaya mereka.22 Sehingga
tradisi tersebut berkembang menjadi adat dan kemudian telah menjadi bagian
dalam diri setiap orang yang berada di dalam komunitasnya. Berdasarkan
penjelasan di atas, maka komunitas tersebut akan menentukan berbagai alternatif
untuk mencapai pendayagunaan yang optimal dalam mempertahankan hidup
20
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 116. 21
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 116. 22
Bondan Seno Prasetyadi, dkk, Transportasi Sungai dan Masyarakat Melayu Jambi,
ISSN: 18582559, hal. 12.
-
35
mereka. Karena transportasi sungai (ketek) tersebut telah menjadi bagian dari hidup
mereka, sehingga mereka akan mempertahankannya.
Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli psikologi tentang dorongan naluri
yang terkandung dalam naluri manusia, mereka semua sependapat bahwa ada
sedikitnya tujuh macam dorongan naluri, satu diantaranya yang akan disebutkan
dalam bagian ini, yaitu: Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini
merupakan suatu kegiatan biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk
dapat bertahan hidup.23
b. Kebudayaan sebagai produk
Menurut antropologi,kebudayaan adalah seluruh system gagasan dan rasa,
tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat,
yang dijadikan miliknya dengan belajar.24
Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan,
karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang
tidak dibiasakannya dengan belajar (yaitu tindakan naluri, reflex, atau tindakan-
tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi, maupun berbagai tindakan
membabibuta), sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan
nalurinya (misalnya makan, minum, dan berjalan) juga telah banyak dirombak oleh
manusia sendiri sehingga menjadi tindakan berkebudayaan. Manusia makan pada
waktu-waktu tertentu yang dianggap wajar dan pantas; ia makan dan minum
dengan menggunakan alat-alat, cara-cara, serta sopan-santun atau protokol yang
23
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 103-104. 24
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 72.
-
36
kadang-kadang sangat rumit, yang harus dipelajarinya dengan susah payah.
Berjalan pun tidak dilakukannya lagi sesuai dengan wujud organismenya yang
telah ditentukan oleh alam, karena gaya berjalan itu telah disesuaikan dengan
berbagai gaya berjalan yang harus dipelajarinya terlebih dahulu, yaitu misalnya
gaya berjalan seorang prajurit atau pragawati, atau gaya berjalan yang lemah-
lembut.25
Maka, berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa transportasi
sungai yang ada di Kota Jambi (ketek) selain sebagai sarana utama dalam
penyeberangan Sungai Batanghari, system mata pencaharian hidup, juga
merupakan hasil produk dari sebuah kebudayaan masa lalu masyarakat setempat
yang dulu hidup dan tinggal berdekatan di tepian Sungai Batanghari, sehingga
mereka melahirkan ide/gagasan baru akibat rasa yang dialami dengan kondisi dan
keadaan alam yang telah mereka pelajari pada masa lalu untuk kepentingan
bersama (dari mereka, oleh mereka dan untuk mereka). kemudian hasil dari
ide/gagasan itu dijadikan sebagai warisan budaya generasi sekarang.
Hal ini memiliki relasi yang sepadan dengan pendapat Rafael R. M. di
dalam bukunya Manusia & Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar
tentang cirri-ciri Kebudayaan, sebagai berikut:26
1. kebudayaan adalah produk manusia. Artinya, kebudayaan adalah ciptaan
manusia, bukan ciptaan Tuhan atau Dewa. Manusia adalah pelaku sejarah dan
kebudayaannya.
25
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 72-73. 26
Rafael Raga Maran, Manusia & Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 49.
-
37
2. Kebudayaan selalu bersifat sosial. Artinya kebudayaan tidak pernah dihasilkan
secara individual, melainkan oleh manusia secara bersama. Kebudayaan adalah
suatu karya bersama, bukan karya perorangan.
3. Kebudayaan diteruskan lewat proses belajar. Artinya, kebudayaan itu
diwariskan dari generasi satu ke generasi lainnya melalui suatu proses belajar.
Kebudayaan berkembang dari waktu ke waktu karena kemampuan belajar
manusia. Tampak di sini bahwa kebudayaan itu selalu bersifat historis, artinya
proses yang selalu berkembang.
Sebagai produk manusia, kebudayaan adalah ekspresi eksistensi manusia
sebagai makhluk historis. Sebagai ekspresi eksistensi manusia, kebudayaan pun
berwujud sesuai dengan corak dasar keberadaan manusia. Menurut
koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, yakni wujud
ideal, system social, dan kebudayaan fisik.27
Transportasi sungai (ketek) yang ada di seberang kota jambi merupakan
salah satu bentuk wujud kebudayaan yang ketiga sebagai objek fisik hasil karya
manusia masa lalu. Walaupun bentuk dari transportasi sungai ketek tersebut telah
mengalami perkembangan, Namun secara penampilannya ketek masih bisa
mempertahankan identitas dirinya sebagai transportasi tradisional, dikatakan
tradisional karena ketek tersebut masih terbuat dari bahan kayu dan diolah serta
dibentuk secara manual tradisional oleh manusia.
27
Rafael Raga Maran, Manusia & Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar, hal.
47.
-
38
D. Transportasi, Kearifan Lokal dan Modernisasi
Dalam pengertian kebahasaan, kearifan lokal berarti kearifan setempat
(local wisdom) yang dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan lokal yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai yang tertanam dan diikuti oleh warga
masyarakatnya. Dalam konsep antropologi, kearifan lokal dikenal pula sebagai
pengetahuan setempat (indigenous or local knowledge), atau kecerdasan setempat
(local genius), yang menjadi dasar identitas kebudayaan (cultural identity).28
Kearifan lokal menurut I Ketut Gobyah adalah kebenaran yang telah
mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Dengan kata lain, kearifan lokal
merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan
sebagai pegangan hidup bagi masyarakatnya.29
Apabila produk budaya ini
berusaha untuk dipertahankan secara terus menerus dari waktu ke waktu, dengan
sendirinya akan menjadi sebuah tradisi sekaligus identitas budaya bagi masyarakat
tersebut.
Tradisi berarti traditum, segala sesuatu yang ditransmisikan, diwariskan
oleh masa lalu ke masa sekarang, berupa pola-pola atau citra (image) dari tingkah
laku termasuk di dalamnya kepercayaan, aturan, anjuran dan larangan untuk
menjalankan kembali pola-pola tingkah laku yang terus menerus mengalami
perubahan. Dalam prakteknya, tradisi berwujud pada suatu aktivitas yang
dilakukan secara terus menerus dan berulang sebagai upaya peneguhan pola-pola
28
Tim Penyusun, Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi, (Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, 2011), hal. ix. 29
Baca Sartini, Menggali Kearifan Lokal, Jurnal Filsafat, Agustus 2004, Jilid 37, Nomor
2, hal 112.
-
39
tingkah laku yang bersandar pada norma-norma bagi tindakan-tindakan di masa
depan.30
Berkaitan dengan hal tersebut, transportasi sungai ketek adalah salah satu
produk budaya masa lalu yang sudah lama berkembang dan mentradisi dalam
aktivitas masyarakat seberang di Kota Jambi. Tradisi ini telah dilakukan secara
terus-menerus serta turun-temurun dari waktu ke waktu sebagai sarana
penyeberangan sungai di DAS Batang Hari Kota Jambi. Hal ini menggambarkan
bahwa transportasi sungai ketek di Kota Jambi merupakan salah satu bagian dari
hasil kearifan lokal masyarakat setempat (masyarakat seberang).
Sejatinya, kearifan lokal merupakan perwujudan dari daya tahan dan daya
tumbuh yang dimanifestasikan melalui pandangan hidup, pengetahuan, dan
pelbagai strategi kehidupan yang berupa aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
lokal untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya,
sekaligus memelihara kebudayaannya.31
Untuk itu, kehadiran transportasi ketek di
Kota Jambi sebagai hasil kearifan lokal masyarakat seberang yang tertanam nilai
budaya di dalamnya adalah merupakan pengejawantahan dari budaya masa lalu
untuk menjawab salah satu persoalan vital masyarakat seberang dalam pemenuhan
kebutuhan hidup mereka sehari-hari, yaitu dalam hal penyeberangan sungai Batang
Hari yang hingga saat ini masih menjadi dinamika sosial modernisasi.