eksperimentasi pembelajaran team game...
TRANSCRIPT
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT
DAN REALISTICS MATHEMATIC EDUCATION TERHADAP HASIL
BELAJAR DITINJAU DARI KEMANDIRIAN SISWA
(Pada Siswa kelas IX MTs Suniyyah Selo Tawangharjo tahun 2013/2014)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh :
LUH PARAMAWARTI
A 410090271
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT
DAN REALISTICS MATHEMATICEDUCATION TERHADAP HASIL
BELAJAR DITINJAU DARI KEMANDIRIAN SISWA
(Pada Siswa Kelas IX MTs Suniyyah Selo Tawangharjo tahun 2013/2014)
Luh Paramawarti1, dan Masduki
2.
1mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2Staf Pengajar UMS Surakarta, [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji: (1) pengaruh penerapan model
TGT dan RME terhadap hasil belajar siswa Kelas IX MTs Suniyyah Selo
Tawangharjo 2013/2014, (2) pengaruh hasil belajar matematika ditinjau dari
kemandirian siswa Kelas IX MTs Suniyyah Selo Tawangharjo 2013/2014, (3)
pengaruh interaksi model pembelajaran dan kemandirian siswa terhadap hasil
belajar matematika siswa Kelas IX MTs Suniyyah Selo Tawangharjo 2013/2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs Suniyyah Selo
Tawangharjo tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 3 kelas. Sampel dari penelitian ini
kelas IX A sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran TGT dan
kelas IX B sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran RME. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Closter Rando Sampling. Model
pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan angket sebagai metode pokok
dan dokumentasi sebagai metode bantu. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis variansi dua jalur dengan sel tak sama yang
sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Dari hasil penelitian
pada α = 5%, diperoleh : (1) tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap
hasil belajar matematika dengan Fa = -5390,6, (2) artinya tidak ada pengaruh
hasil belajar matematika ditinjau dari kemandirian siswa Kelas IX MTs Suniyyah
Selo Tawangharjo 2013/2014, dengan Fb = -327,53, (3) ada pengaruh interaksi
model pembelajaran dan kemandirian terhadap hasil belajar matematika dengan
Fab = 18921,7.
Kata kunci: Team Game tournament (TGT), Realistics Mathematic Education
(RME), hasil belajar, kemandirian.
1. Pendahuluan
Dalam proses pembelajaran matematika, guru perlu mempersiapkan
strategi. Meliputi kegiatan pembelajaran, model pembelajaran dan media
pembelajaran. Tetapi masih banyak guru di Indonesia belum
menerapkannya. Mereka hanya menggunakan metode ceramah dalam proses
pembelajaran. Padahal sekarang sudah banyak pilihan metode pembelajaran
yang ditujukan untuk pembelajaran matematika.
Kurang sadarnya guru akan perlunya strategi pembelajaran
matematika dapat mempengaruhi kelancaran dalam proses pembelajaran
dan hasil belajar matematika. Hal ini disebabkan guru tidak mau susah
payah menyiapkan strategi pembelajaran yang dirasa terlalu membuang-
buang waktu. Mereka lebih memilih menerapkan motode ceramah dalam
proses pembelajaran matematika, dengan acuan buku modul kelas yang saja
tanpa adanya penjelasan konsep.
Menurut Desmita (2009: 185) menyatakan bahwa kemandirian adalah
kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan
tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi
perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan. Kemandirian yang dimiliki
siswa dapat menimbulkan perubahan berfikir siswa sesuai tingkah laku
mereka dan bertanggung jawab atas tugas yang mereka punya tanpa campur
tangan orang lain. Dengan demikian guru dapat mengetahui kemampuan
yang dimiliki masing –masing siswa.
Menurut Purwanto (2009: 46) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Pencapaian siswa kepada
suatu keberhasilan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan nilai yang
diperoleh dalam proses pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam proses
pembelajaran matematika dapat membangun kemandirian siswa untuk
berusaha sendiri dalam pemahaman materi dan mengerjakan tugas yang
telah diberikan. Bila perlu dalam pembelajaran siswa dituntut untuk mencari
sendiri materi yang telah ditentukan untuk mereka bahas sendiri. Dengan
demikian hasil belajar matematika yang akan diperoleh masing-masing
siswa akan lebih maksimal tanpa ada campur tangan orang lain. Begitupun
sebaliknya jika penggunaan model pembelajaran kurang tepat maka hasilnya
pun akan kurang maksimal.
Menurut Khuiru Ahmadi (2011) pembelajaran kooperatif Team Game
Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran yang
mudah diterapkan melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Menurut Ariyadi (2012) Realistics Mathematics Education (RME)
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika di Belanda.
Pembelajaran Team Game Tournament dan Realistics Mathematics
Education merupakan salah dua pilihan model pembelajaran yang bisa
digunakan oleh guru-guru matematika di Indonesia dalam proses
pembelajaran. Dan dapat membantu guru untuk mengupayakan peningkatan
hasil belajar dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini secara umum memiliki tujuan untuk menganalisis dan
menguji adanya perbedaan hasil belajar selelag dilakukannya pembelajaran
TGT dan RME ditinjau dari kemandirian. Secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh hasil belajar matematika setelah
dilakukan pembelajaran dengan model TGT dan RME, (2) mengetahui
pengaruh hasil belajar matematika ditinjau dari kemandirian siswa, (3)
mengetahui pengaruh model pembelajaran dan kemandirian siswa terhadap
hasil belajar matematika.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.
Dengan variabel terikat adalah hasil belajar siswa dan variabel bebasnya
adalah model penelitian dan kemandirian belajar siswa. Model pembelajar
yang diterapkan adalah model pembelajaran TGT sebagai perlakuan pada
kelas eksperimen dan model pembelajaran RME sebagai perlakuan pada
kelas kontrol. Kedua kelas tersebut akan dibandingkan, dengan meninjau
pada kemandirian belajar siswa. Dengan membandingkan kedua kelas
tersebut, diharapkan dapat diketahui perbedaan hasil belajar antara model
pembelajaran TGT dengan RME.
Melalui penerapan model pembelajaran TGT pada kelas eksperimen
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Model
pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung permainan dan reinforcement. Ada lima komponen utama
dalam TGT yaitu (1) penyajian Kelas, pada awal pembelajaran guru
menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan
pembelajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.
Pada saat penyajian kelas ini siswa harus memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan oleh guru, karena akan membantu siswa bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game
akan menentukan skor kelompok, (2) kelompok(team), kelompok biasanya
terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah
untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih
khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik
dan optimal pada saat game, (3) game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapatkan siswa dari
penyajian kelas dan belajar kelompok. Menjawab Kebanyakan game terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor
itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
Skor ini nantinya dikumpulkan siswa untuk turnament mingguan, (4)
tournament, biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada
setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke
dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya
dikelompokkab pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan
seterusnya, (5) team recognize(penghargaan kelompok), guru kemudian
mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan
mendapat sertifikat atau hadiah apablia rata-rata skoe memenihi kriteria
yang ditentukan. Team mendapat julukan "Super Team” jika rata-rata skor
45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good
Team” apabila rata-ratanya 30-40. Penerapan model pembelajaran RME
padakelas kontrol merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran
matematika di Belanda. Penggunaan permasalahan realistik (sering juga
disebut sebagai context problems) dalam Pendidikan Matematika Realistik
memiliki posisi yang jauh perbedaan dengan penggunaan permasalahan
realistik dalam pendekatan mekanistik. Dalam Pendidikan Matematika
Realistik, permasalahan Realistik digunakan sebagai fondasi dalam
membangun konsep matematika atau disebut juga sebagai sumber untuk
pembelajaran.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cluster random sampling dengan cara undian untuk menentukan
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum diberikan perlakuan dilakukan
uji normalitas mengunakan uji Liliefors dengan taraf signifikasi 5% dan uji
homogenitas menggunakan model Leverne’s dengan taraf signifikasi 5%
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan bantuan program excel.
Perbedaan hasil belajar siswa diketahui melalui metode tes dalam
mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran TGT dan RME terhadap
hasil belajar. Namun sebelumnya, soal tes harus diuji apakah layak
digunakan dalam penelitian. Pengujian yang digunakan adalah uji validitas
dan reliabilitas soal. untuk mengetahui validitas tiap item instrumen
digunakan rumus Product Moment, yaitu :
Sedangkan untuk mengetahui reliabilitas soal digunakan rumus Alpha
Sebagai berikut :
Selain itu metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui
keterlibatan siswa dalam menikuti pembelajaran dan keseriusan
mengerjakan tes. Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, model
pembelajaran TGT dan RME dianjurkan pada guru sebagai alternatif
pembelajaran di kelas.
3. Hasil dan Pembahasan
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 10 soal, instrument
tersebut dinyatakan reliabel dengan hasil yang tinggi, yaitu r11 = 0,855.
Sedangkan untuk validitas soal dapat dilihat jelas pada Tabel 1.
Tabel 1
Nilai Validitas Instrumen
item
soal
rxy rtabel validitas
1 0,546 0,312 valid
2 0,549 0,312 valid
3 0,159 0,312 tidak
valid
4 0,635 0,312 valid
5 0,268 0,312 tidak
valid
6 0,735 0,312 valid
7 0,210 0,312 tidak
valid
8 0,577 0,312 valid
9 0,250 0,312 tidak
valid
10 0,293 0,312 Tidak
valid
Berdasarkan Tabel 1 didapatkan 5 item tidak valid dan 5 item valid.
Ini berarti terdapat 5 soal yang nilai validitasnya lebih dari nilai validitas
tabel dengan jumlah subyeknya 40, yaitu rtabel = 0,312.
Model pembelajaran RME mendapat tanggapan positif dari siswa dan
guru. Ini terbukti dari pengolahan hasil prestasi yang dilakukan pada akhir
pembelajaran. Hasil analisis data dipaparkan pada gambar 1.
Gambar 1
Diagram batang perbandingan rata-rata dalam penggunaaan model
pembelajaran
Gambar 1 menunjukan bahwa hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran RME memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi daripada rata-
rata hasil belajar model pembelajar TGT. Penerapan model pembelajaran
RME didukung oleh peneliti Robert dkk (2008) mengungkapkan pentingnya
kolaborasi antara matematika pendidik dan guru di mengembangkan materi
kurikulum RME. Ketersediaan materi kurikulum RME merupakan
kompetensi penting dalam keberhasilan gerakan RME, terutama dalam
mendukung siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar pada mata
pelajaran matematika. Sebagian besar siswa dan guru di dua sekolahan
menilai positif pengajaran dan pembelajaran dengan dikembangkan bahan.
Karena guru secara aktif terlibat dalam mengembangkan bahan, mereka
74,8
74,9
75
75,1
75,2
75,3
75,4
Kelas Kontrol Kelas eksperimen
Perbandingan Rata-rata Nilai Model Pembelajaran
Rerata
merasakan rasa kepemilikan dan mengakui bahwa membantu mereka
menghindari kesulitan.
Efek model pembelajaran ditinjau dari kemandirian belajar siswa ini
ditampilkan pada Tabel 2 hasil analisis ANAVA dua jalan dengan bantuan
program excel dan Tabel 3 melalui rerata prestasi dan kemandirian belajar
siswa.
Tabel 2
Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber
Variansi JK db RK F F
Keputusan
0H
A (Baris) -260511 1 -260511 -5390,6 3,955 F < Fα
B (Kolom) -31656 2 -15828 -327,53 3,105 F < Fα
Interaksi AB 1828839 2 914420 18921,7 3,105 F > Fα
Galat 4059,43
84 48,33 - - -
Total 1540731 89 - - - -
Tabel 3
Rerata Hasil Belajar dan Kemandirian belajar Siswa
Kelas Kemandirian Siswa Rerata
Marginal Tinggi Sedang rendah
Eksperimen
77,25
7
74,46
6
68,00
7
73,24
Kontrol 7
6,33
7
74,50
7
77,18
7
76,01
Rerata
Marginal
7
6,79
7
74,48
7
72,59
Gambar 2
Grafik Profil Efek Variansi Model Pembelajaran dan Kemandirian
Belajar Siswa
Dari hasil ANAVA dua jalan sel tak sama dengan taraf signifikasi 5%
pada hipotesis pertama diperoleh Fa = -5390,6 > Ftabel =3,955, maka H0
ditolak artinya tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap hasil
belajar matematika. Pada kelas eksperimen (dengan penggunaan model
pembelajaran TGT) diperoleh rata-rata hasil belajar matematika sebesar
75,02. Sedangkan pada kelas kontrol (dengan penggunaan model
pembelajaran RME ) diperoleh rata-rata hasil belajar matematika sebesar
75,4. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran RME lebih unggul
atau lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran TGT.
Penelitian ini didukung kondisi dilapangan yang menunjukan bahwa
guru tidak terlalu meminati untuk menerapkan model pembelajaran yang
baru terhadap kegiatan belajar mengajar dikelas. Guru cenderung lebih
meminati metode ceramah dari pada menggunakan model pembelajaran,
60,00
65,00
70,00
75,00
80,00
Tinggi Sedang Rendah
Rerata dan Marginal
TGT
RME
disertai siswa yang kurang tertarik dengan pembelajaran matematika dan
lebih memilih untuk duduk dan diam tanpa mengerjakan permasalahan yang
diberikan. Hal ini menyebabkan penurunan prestasi belajar pada siswa.
Sedangkan dalam model pembelajaran TGT yang lebih menitik besarkan
tutor sebaya dan pekerjaan kelompok. Model pembelajaran RME lebih
menerapkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat
menimbulkan ketertiban masing-masing siswa dalam bekerjasama,
berinteraksi antar kelompok maupun guru dan saling mengasah pemikiran
dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Kemudian untuk hipotesis kedua, hasil ANAVA dua jalan sel tak
sama dengan signifikasi 5% diperoleh Fb = -327,53 > Ftabel = 3,105, maka
H0b ditolak artinya tidak ada pengaruh kemandirian siswa terhadap hasil
belajar matematika siswa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kemandirian antar siswa
sangatlah berbeda (tinggi, sedang dan rendah). Perbedaan kemampuan yang
signifikasi terjadi pada siswa dengan kemandirian belajar tinggi dan rendah.
Siswa kemampuan tinggi mampu menguasai materi dan kesadaran
penyelesaian permasalahan lebih baik. Siswa kemandirian sedang dan
rendah masih kurang tanggap akan penjelasan materi.
Untuk hipotesis ketiga, ANAVA dua jalan sel tak sama dengan taraf
sigmifikasi 5% diperoleh Fab = 18921,7 < Ftabel = 3,105, maka H0 diterima
artinya ada pengaruh model pembelajaran dan kemandirian terhadap hasil
belajar matematika. Karena tidak ada pengaruh interaksi yang signifikasi
antara model pembelajaran dan kemandirian belajar siswa, maka
perbandingan antar kelas eksperimen dan kelas kontrol mengikuti
perbandingan marginalnya.
Dengan demikian melalui model pembelajaran TGT dan RME,
perolehan prestasi yang tinggi tidak selalu bergantung pada kemandirian
siswa yang tinggi pada kelas penerapan model pembelajaran TGT. Hal ini
dapat disebabkan karena faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa, yaitu faktor dalam diri individu itu sendiri seperti kecerdasan, latihan,
keinginan yang kuat, dan faktor dari luar seperti keluarga, guru dan
lingkungan.
4. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang telahdiuraikan
pada bab sebelumnya, dengan mengacu pada hipotesis α = 5% yang telah
dirumuskan dapat disimpulkan bahwa, (1) ada pengaruh model
pembelajaran Team Game Tournament dan Realistic Mathematic Education
terhadap hasil belajar metematika pokok bahasan Kesebangunan. Terlihat
dari nilai rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang diterapkan model
pembelajaran RME sebesar 75,40 lebih tinggi dari pada nilai rata prestasi
siswa yang diterapkan model pembelajaran TGT sebesar 75,25. Dengan
demikian pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran RME lebih
unggul daripada pembelajaran yang diterapkan model pembelajaran TGT.
(2) Ada pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar
matematika. Semakin tinggi kemandirian belajar siswa, maka semakin
unggul prestasi yang dicapai dan sebaliknya semakin rendah kemandirian
belajar siswa maka semakin rendah prestasi yang diperolehnya. (3) Tidak
ada pengaruh model pembelajaran dan kemandirian terhadap hasil belajar
matematika. Hal ini berdasarkan analisis data diperoleh Fab = -19,232 < Ftabel
= 3,105. Efek penggunaan model pembelajaran TGT terhadap hasil belajar
matematika tidak selalu bergantung pada besarnya kemandirian belajar
siswa, dimana berlaku juga besarnya kemandirian belajar siswa terhadap
hasil belajar siswa terhadap hasil belajar matematika juga tidak tergantung
pada model pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, khoiru,dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Desmita. 2009. PsikologiPerkembangan Peserta Didik. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Djamar, Syaifu Bahri. 2011. Psikolosi Belajar. Yogyakarta: PT Rineka
Cipta.
Hardini, Isriani,dkk. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta:
Familia.
Imellia, Hanny,dkk. 2010. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IIB
SMp Negri 16 Banjarmasin Tentang Sub Kompetensi Sistem Indra
Pada Hewan dengan Pendekatan Kooperatif Tipe Team Game
Tournament(TGT)”.
Koh, Jorce Hwee Ling. 2010. “Implementing Autonomy Support: Insights from a
Montessori Classroom”.
Mustari, Muhamad. 2011. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: LaksBank PRESSindo.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Robert,dkk. 2008. “Reforming mathematics learning in Indonesian classrooms
through RME”.
Samino,dkk. 2012. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Fairus Media.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suhardi Iwan. 2010. “Peran Pendidikan Teknologi Informasi dalam Rangka
Mendukung Kemandirian Indonesia”.
Wijaya, Ariyadi. 2011. Pendidikan Matematika Realistis. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.