eksplorasi
DESCRIPTION
eksbijTRANSCRIPT
3. Tipe Survey Geokimia
3.1. Survey Sedimen Sungai Aktif (Stream Sediment)
Survey sedimen sungai aktif banyak digunakan untuk program penyelidikan pendahuluan, khususnya pada
daerah yang medannya sulit. Di daerah tropis, pengambilan conto sedimen sungai dapat dilakukan bersamaan
dengan pengamatan geologi dari float dan batuan dasar yang tersingkap.
Ada empat variasi dalam survey sedimen sungai aktif , yaitu:
ï Prospeksi mineral berat tanpa analisis kimia
ï Analisis konsentrasi mineral berat dari sedimen sungai
ï Analisis fraksi halus dari sedimen sungai
ï Analisis beberapa fraksi selain fraksi terhalus dari sedimen sungai
3.1.1 Prospeksi mineral berat
Teknik ini merupakan metode prospeksi paling tua. Sampai sekarang masih banyak digunakan untuk prospeksi
endapan yang mengandung mineral resisten seperti: kromit, kasiterit, emas, platina, mineral tanah jarang, rutil,
sirkon, turmalin, garnet, silimanit, kianit dsb. Material conto yang optimum adalah kerakal dengan diameter
rata-rata 5 cm. Untuk dapat melakukan pembandingan antar conto, perlu jumlah conto yang seragam dengan
teknik konsentrasi yang standar. Metode yang paling sederhana adalah pendulangan atau dengan meja Wilfey.
Spasi conto bervariasi antara satu per 50 – 100 km2 sampai l satu per 0,5 km2. Waktu yang diperlukan tergantung
ukuran butir conto, keadaan medan dan metode konsentrasi. Identifikasi akhir dari mineral dilakukan secara
petrografis di laboratorium.
3.1.2 Analisis konsentrat mineral berat dari sedimen
Konsentrat mineral berat yang diperoleh dianalisis unsur jejaknya untuk mengetahui mineral asalnya.
Contohnya pirit dipisahkan dari sedimen sungai dan dianalisis Cu-nya. Pirit yang berasal dari endapan Cu dapat
mengandung 1100–1700 ppm Cu, pirit dari endapan Au mengandung 40–480 ppm Cu, dan pirit dari batubara
menandung 100 -120 ppm Cu.
3.1.3. Analysis fraksi halus sedimen sungai aktif
Pengambilan contoh sedimen sungai aktif fraksi halus banyak digunakan di daerah yang drainagenya cukup
besar dan mengalami erosi aktif. Kerapatan conto ditentukan oleh kerapatan drainage, namun secara kasar
kerapatan conto dapat diambil satu per 2 –10 km2 untuk survey regional, kerapatan conto satu per 0,5 – 2 km2
digunakan untuk penyontoan pendahuluan yang lebih rinci.
Survey sedimen sungai aktif harus dilakukan pada sungai kecil, sedangkan sungai yang besar dengan catchment
area yang luas tidak sesuai untuk penyontoan. Interval penyontoan tergantung pada keperluan. Teknik yang
dilakukan umumnya sebagai berikut :
ï conto diambil dari muatan dasar sungai yang bergerak
ï menganalisis fraksi ukuran tertentu (umumnya fraksi pasir halus dan silt atau fraksi mineral berat. Hal ini sulut
dilakukan pada daerah yang pegunungan dengan erosi yang aktif, kadang perlu dicari dibalik bongkah untuk
mendapatkan fraksi yang sesuai. Material fraksi –80 mesh yang dibutuhkan untuk analisisi 80 – 120 gram
sedimen, ditempatkan pada kantong conto yang standar.
Deskripsi lapangan perlu dilakukan pada tiap lokasi conto Informasi harus mencakup: material organik, sifat sungai dan endapannya, kehadiran singkapan, apakah dijumpai endapan besi oksida atau mangan oksida sekunder. Pengukuran pH air sungai akan sangat berguna. Berikut ini adalah contoh lembar pengamatan lapangan.
Langkah pertama penyajian hasil survey drainage adalah mengeplot semua sungai yang ada di daerah
penyelidikan dan mengeplot nomor conto dan nilainya. Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik dapat
dilakukan pemilihan background dan threshold. Lokasi conto dapat ditandai dengan titik hitam, yang ukurannya
menunjukkan kandungan logamnya atau dengan menebalkan sungai yang kandungannya logamnya lebih tingg.
Dalam ekksplorasi mineral, data sedimen sungai aktif biasanya tidak harus disajikan dalam bentuk peta kontur,
tetapi dalam survey regional bentuk peta kontur lebih praktis untuk melihat kecenderungan geologi regional,
kemungkinan daerah mineralisasi dan mendala geokimia
Pekerjaan lanjut (Follow-up work ) biasa dilakukan dengan interval conto yang lebih rapat. Jika pada survey pendahuluan kerapatan conto cukup tinggi, maka survey dapat dilanjutkan dengan pengambilan conto tanah. Sebagai tahap awal dari survey tanah detil dapat dilakukan penyontoan tebing sungai dari kedua tepi sungai yang menunjukkan anomali, sehingga dapat terlihat arah asal dari anomali. Jika singkapannya bagus, pemetaan geologi dan prospeksi mungkin sudah cukup untuk melokalisasi sumber unsur anomali, namun umumnya memerlukan survey tanah.
3.2 Survey Tanah
Warna tanah dan perbedaan komposisi dapat merupakan indikator yang penting untuk berbagai kandungan
logam. Contohnya, tanah organik dan inorganik reaksinya akan berbeda terhadap logam (kandungan logamnya
berbeda). Dari kedua tipe ini dapat diharapkan perbedaan level background yang jelas. Mengabaikan perbedaan
ini akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan eksplorasi, yaitu anomali yang signifikan tidak
terlihat dan anomali yang salah
Anomali yang salah umumnya berkaitan erat dengan komponen yang menunjukkan konsentrasi unsur yang
ekstrim, seperti pada material organik dan mineral lempung, juga unsur jejak dalam airtanah.
Kegagalan mendefinisikan kondisi anomali (yang menunjukkan adanya mineralisasi) dapat terjadi jika conto
tidak berhasil menembus zona pelindian. Ini sering terjadi pada pengambilan conto yang tergesa-gesa, sehingga
bukti mineralisasi tidak terlihat.
Unsur jejak yang dikandung conto tanah umumnya mewakili daerah terbatas. Oleh karena itu diperlukan
sejumlah conto yang diambil secara sistematis untuk mengevaluasi sifat-sifat mineralisasi. Perencanaan
penyontoan biasanya mengikuti grid bujur sangkar atau empat persegi panjang. Conto tambahan diambil dari
lingkungan yang berasosiasi dengan akumulasi unsur jejak, seperti zona depresi atau rembesan untuk menguji
dispersi hidromorfik dari badan mineral yang tertimbun.
Survey tanah terdiri dari analisis conto tanah yang biasanya diambil dari horizon tanah khusus, kemudian diayak
untuk mendapatkan ukuran fraksi tertentu. Conto umumnya diambil pada pola kisi (grid) yang beraturan. Di
daerah yang terisolir dengan medan yang sulit, akan sulit pula untuk membuat grid pengambilan conto yang
baik.
Metode alternatif yang dapat digunakan adalah penyontoan ridge dan spur. Metode ini sangat baik
dikombinasikan dengan survey sedimen sungai untuk medan yang sulit. Metode pengambilan conto yang paling
ideal adalah dengan grid yang teratur. Prosedur yang normal adalah menentukan garis dasar kemudian buat
lintasan yang tegak lurus terhadap garis dasar. Penentuan garis dapat dilakukan dengan theodolit atau kompas.
Pemilihan grid yang digunakan tergantung pada tipe target yang dicari. Jika diketahui bahwa mineralisasi di
daerah itu memiliki dimensi panjang searah dengan jurus, seperti mineralisasi vein atau unit stratigrafi, maka
garis dasar harus diletakan paralel terhadap jurus. Conto diambil sepanjang garis lintang yang tegak lurus pada
garis dasar. Dalam kasus ini interval antar garis bisa lebih besar dari interval conto sepanjang garis dasar. Jika
jurusnya tidak dikenal dan targetnya diduga equidimensional, maka pengambilan conto dilakukan dengan grid
yang berbentuk bujur sangkar.
Untuk praktisnya sering digunakan grid segi empat panjang, karena penambahan frekuensi smpling sepanjang
garis dasar tidak membutuhkan banyak waktu. Ukuran grid yang digunakan umumnya 500 m x 100 m atau 200
m x 200 m untuk survey pendahuluan dan 100 m x 50 m atau 50 m x 50 m untuk survey detil. Kadang-kadang
digunakan juga grid jajaran genjang .
Pengambilan contoh :
ï Conto tanah umumnya diambil pada horizon B, pada kedalaman 30 - 50 cm. Untuk unsur tertentu seperti Ag
dan Hg horizon A dapat memberikan hasil yang lebih baik. Pada daerah yang keras dan kering conto diambil
dengan menggali lubang kecil dengan menggunakan sekop dan cangkul. Jika tanah lunak dan lembab dapat
digunakan sekop kecil atau hand auger. Conto ditempatkan pada kantong conto standar, diberi nomor dan
keterangan singkat yang mencakup tipe tanah, warna, kandungan organik. Gejala khusus sepanjang lintasan
perlu dicatat, contohnya singkapan, jalan setapak, sungai.
ï Sistem penomoran tergantung pada pola pengambilan contoh. Untuk pola grid lebih baik menggunakan sistem
koordinat dengan mengambil titik 0 pada garis lintasan dasar, dan memberi nomor rujukan pada tiap garis
lintang. Namun penomoran alfanumerik kurang praktis untuk analisis laboratorium. Cara penomoran
lainmenggunakan kode enam sampai delapan digit yang merupakan kode proyek, daerah dan nomor conto,
misalnya nomor 2040325 bisa berarti proyekk 2, kode daerah 04, conto 0325. Tipe ini lebih baik untuk
pengolahan data dengan komputer.
ï Di daerah kering dan banyak matahari, conto dapat dikeringkan di tempat terbuka di camp, tapi di daerah
basah dibutuhkan alat pengering. Jika conto sudah kering, dapat digerus dan diayak. Di daerah tropis yang
didominasi tanah latosol penggerusan dapat dilakukan dengan mortar agar agregat oksida besinya hancur.
Ayakan dari stainless steel atau dari nilon dapat digunakan Sebelum mengayak tiap-tiap sampel, ayakan
harus bersih. Ayakan dapat dibersihkan dengan kuas ukuran 3,5 cm atau 5 cm. Hasil pengayakan
dimasukkan ke dalam amplop kertas, kemudian ke dalam kantong plastik agar tidak bocor atau
terkontaminasi pada waktu pengangkutan. Fraksi ukuran yang umum untuk conto geokimia adalah -80 mesh
(0,2 mm), tapi ukuran yang lebih halus atau lebih kasar dapat digunakan untuk kasus-kasus tertentu.
ï Pada daerah baru yang belum diselidiki dianjurkan untuk melakukan survey orientasi untuk menentukan fraksi
ukuran yang optimum untuk analisis, kedalaman penyontoan yang terbaik , jika mungkin respons geokimia
dari mineralisasi .
Hasi survey tanah biasanya disajikan dalam bentuk peta kontur yang mengacu pada isopleth (garis yang
konsentrasinya sama). Selang antar kontur dapat digambarkan dengan warna atau arsir. Tiap titik conto dan
harganya harus diperlihatkan, tapi nomornya tidak perlu diterakan agar tidak membingungkan. Pola
pengambilan conto yang tidak beraturan dapat disajikan dalam peta dot, atau dengan memberikan warna yang
berbeda pada setiap titik conto.
Survey lanjut (follow-up) dilakukan dengan spasi grid yang lebih rapat. Contohnya suatu anomali yang terdapat
pada grid penyelidikan pendahuluan 500x200 m dapat dipenyontoan lagi dengan grid 250x100 m atau lebih
rapat lagi, tapi grid yang lebih rapat dari 25x25 m umumnya kurang menguntungkan, kecuali jika target yang
diharapkan berupa vein yang sangat kecil atau pegmatit. Jika hasil survey lanjut menjanjikan, maka pada daerah
anomali dapat dilnjutkan dengn survey geofisika sebelum diputuskan dilakukan pemboran.
3.3 Survey Batuan
Dalam rangka mendapatkan informasi kelimpahan background dari unsur yang dianalisis dalam survey tanah
atau sedimen sungai aktif perlu dilakukan sedikitnya pengambilan contoh batuan secara terbatas.
Survey batuan dapat dilakukan sendiri untuk mendeteksi kemungkinan dispersi primer yang berasosiasi dengan
bijih. Survey batuan dapat digunakan untuk prospeksi mineralisasi pada kondisi berikut:
ï Prospeksi bijih yang meghasilkan pola dispersi batuan dasar yang luas (contohnya seperti Si, K, F, Cl dapat
dijumpai pada lingkaran alterasi yang ekstensif mengitari bijih hidrotermal).
ï Prospeksi untuk endapan yang luas berkadar rendah (contohnya endapan Cu yang tersebar atau endapan Sn
yang tersebar) yang pengenalannya tidak mungkin dilakukan dari contoh setangan karena kadarnya rendah
atau mineral yang dicari tidak terlihat.
Pengambilan conto batuan bisa dilakukan dengan chip sampling secara acak pada singkapan atau dengan
pemboran dengan pola grid (bor auger untuk kedalaman yang kecil, atau dengan rotary percussion untuk daerah
yang overburdennya tebal). Conto batuan, yang diperoleh digerus dan diayak. Fraksi –80 mesh dianalisis.
3.4 Survey Air
Analisis air dari sungai, mata air, danau, rawa sumur, dan sumur bor, dapat dilakukan dalam prospeksi, tetapi
kesulitan analisis sehubungan dengan rendahnya konsentrasi, ditambah lagi fluktuasi yang cepat akibat variasi
musim menghambat meluasnya penggunaan metode ini.
Airtanah bisa kontak dengan batuan dan melarutkan unsur-unsur dan terjadi kesetimbangan kimia yang erat
kaitannya dengan kimia yang dikandung oleh akifer. Airtanah mengandung padatan terlarut yang bervariasi dari
satu tempat ke tempat lainnya. Contohnya air dari ladang minyak dengan endapan halit dapat mengandung
padatan terlarut yang lebih banyak dari air laut atau airtanah biasa. Namun airtanah digunakan juga dalam
eksplorasi mineral, umumnya dari sumber yang dangkal.
Air sungai dan danau umumnya berasal dari air permukaan, tapi air tanah dapat memberi kontribusi melalui
mata air dan sungai bawah tanah. Air danau dan sungai memperlihatkan kandungan padatan terlarut yang lebih
bervariasi, karena adanya variasi penambahan air permukaan yang besar dan tiba-tiba, yang akan merubah pH,
Eh, dan lingkungan kimia dalam jarak yang sangat pendek.
Conto diambil di lapangan dengan botol plastik yang bersih (250 – 500 ml) yang telah dicuci dua sampai tiga
kali. Agar bebas kontaminasi botol harus dibersihkan dengan asam yang bebas logam sebelum dibawa ke
lapangan. Untuk praktisnya, conto diasamkan dengan dua atau tiga tetes asam nitrit bebas logam untuk
mencegah pengendapan logam yang ada. Jika diperlukan pengukuran pH dan Eh atau penentuan substansi yang
mungkin dipengaruhi oleh asam, maka perlu diambil conto duplikat atau melakukan pengukuran ditempat. Jika
conto mengandung padatan suspensi, maka perlu dilakukna filtrasi, tapi biasanya dilakukan di laboratorium
sebelum analisis.
3.5 Survey Biogeokimia
Filosofinya adalah, bahwa akar tanaman menunjam jauh ke dalam tanah dan mengambil makanan dari batuan
dasar yang lapuk. Contohnya tanaman teh telah memperlihatkan batas-batas anomali Ni di Australia Barat.
Keuntungan metode ini dibandingkan dengan metode lainnya, yaitu dapat dilakukan untuk:
ï Prospeksi di daerah yang tanah penutupnya tertranspor
ï Prospeksi di daerah berawa
ï Prospeksi di daerah yang vegetasinya sangat rapat
Tanaman mengambil makanan dari tanah melalui akarnya. Dengan membandingkan konsentrasi unsur dalam
jaringan tanaman dengan konsentrasi unsur dalam tanah, unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok. Kelompok pertama terdiri dari unsur biogenikmencakup H, C, N, P, dan S, merupakan unsur
pembangun jaringan tanaman, konsentrasinya di atas konsentrasi unsur-unsur tsb dalam tanah.
Kelompok kedua berupa unsur yang jejak yang diperlukan utuk pertumbuhan yang sehat, terdiri dari B, Mg, K,
Ca, Mn, Fe, Cu dan Zn yang konsentrasinya dalam tanaman hampir sama dengan dalam tanah.
Kelompok ke tiga adalah unsur yang tidak diperlukan atau unsur toksik, antara lain Pb, Sr, HG, Be, U, NI, Cr,
Ag, Sn. Dan Se. Unsur toksik mungkin diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan unsur yang
diperlukan bisa menjadi toksik jika hadir dalam konsentrasi yang tinggi.
Pada tanah dengan konsentrasi Pb, Cu, Hg dan Ni tinggi, pertumbuhan vegetasi terhambat atau terbatas pada
jenis tertentu. Ada tanaman yang toleran terhadap konsentrasi toksik yang tinggi, adapula yang seolah-olah
membutuhkan unsur toksik untuk dapat mulai tumbuh. Tanaman yang demikian disebut tanaman indikator.
Yang paling dikenal adalah bunga tembaga di Zambia dan tanaman Selenium di Amerika. Kehadiran bunga
tembaga menjadi indikasi konsentrasi Cu ratusan sampai ribuan ppm. Tanaman selenium menjadi indikator
yang baik untuk mineralisasi uranium karena Se sering menyertai U. Daun yang menguning (chlorosis) dapat
disebabkan oleh konsentrasi unsur Cu, Zn, Mn dan Ni. Penelitian biogeokimia dalam prospeksi dilakukan sejah
tahun 1930. Material tanaman yang dikumpulkan dijadikan abu, untuk menghilangkan unsur biogenik penyusun
jaringan, unsur yang dicari akan dijumpai dalam residu (abu). Abu umumnya mencapai 1-3% berat, sehingga
unsur yang dicari akan terkonsentrasi sampai 100 kalinya dari unsur asal dalam jaringan.
Keuntungan lain survey biogeokimia dibandingkan dengan survey tanah adalah anomalinya di dalam abu akan
lebih mudah dideteksi karena konsentrasinya tinggi. Namun dalam hal pekerjaan, survey biogeokimia
melibatkan pekerjaan yang lebih banyak.
Untuk melakukan survey biogeokimia, sedikitnya diperlukan 300 gram material dari tiap tanaman. Tanaman
muda dan kurus umumnya memberikan hasil yang paling baik. Conto dapat divariasikan dengan spesies yang
berbeda, tapi menggunakan satu spesies lebih praktis. Pengambilan conto harus sedekat mungkin pada gridnya.
Setelah conto dimasukkan ke dalam kantung, material dikeringkan dan dapat dikirim ke laboratorium untuk
dijadikan abu dan dianalisis, atau dapat dibiarkan hangus di udara atau dalam oven, kemudian masukan ke
dalam kantung conto dan dikirim ke laboratorium. Sebelum conto dianalisis, dilakukan pengabuan terlebih dulu
pada temperatur 450 - 500 C. Temperatur ini terlalu tinggi untuk Sb, Hg , Se, dan Te, sehingga perlu
menggunakan metode pengabuan basah.
3.6 Survey Gas
Suatu teknik yang masih sedang dikembangkan adalah pengambilan conto gas untuk mencari anomali unsur
volatil di sekitar bijih. Saat ini perhatian difokuskan pada pendeteksian gas Hg di sekitar berbagai endapan bijih.
Sejumlah volume udara dilewatkan melalui suatui filter yang dapat menangkap uap Hg untuk dianalisis
kemudian. Pengambilan conto dapat dilakukan dekat permukaan (misalnya melalui satu unit perangkat yang
dipasang pada kendaraan beroda empat), dalam tanah, atau dengan pesawat yang terbang rendah. Keterbatasan
metode ini adalah:
ï Konsentrasi gas yang diukur umumnya rendah
ï Sulit menentukan lokasi anomali yang akurat
ï Peka terhadap kondisi cuaca
ï Memelukan endapan bijih yang mengandung Hg yang cukup
Tipe penyelidikan lain adalah inderaja digunakan untuk mendeteksi hidrokarbon dalam prospeksi minyak dan
untuk mendeteksi gas-gas radiogenik seperti Rn, He, dan Xe dalam prospeksi U dan Th. Gas radiogenik ini
luruh dalam paruh waktu yang pendek (Rn220 54 jam, Rn222 4 hari) yang membatasi ukuran pola dispersi yang
dapat dikenal. Walau begitu Rn222 banyak digunakan dalam prospeksi uranium, dan kadang-kadang berhasil.
Gas seperti H2S, SO2, I2, CO2, N2 dan O2 memiliki potensi dalam prospeksi, tetapi pada saat ini banyak yang
belum dieksploitasi.
4. Metode Analitis
Dalam eksplorasi geokimia tidak perlu mengutamakan akurasi yang tinggi, yang penting cepat, tidak mahal dan
sederhana. Metode yang banyak digunakan dalam prospeksi geokimia adalah kromatografi, kolorimetri,
spektroskopi emisi, XRF, dan AAS. Metode lain yang juga digunakan dalam kasusu khusus adalah aktivasi
neutron, radiometri dan potensiometri.
AAS (atomic absorpsion spectrometry) merupakan teknik yang paling banyak dipakai dalam analisis unsur
tunggal standar. Alat-alat yang lebih canggih dapat menganalisis multi unsur, seperti:
ï Plasma emissin spectrometry menganalisis 12 unsur utama (Cu, Pb, Zn, Ag, W, Sb, Ba, Ni, Mn, Fe, Cr, Sn)
dan 10 unsur berguna baik sebagai unsur pennyertamaupun untuk pemetaan geologi: V, P, As, Mo, B, Be,
Cd, Co, Ni, Y.
ï Optical emission spectrometry yang langsung dibaca : quantometer, yang mengukur secara simultan 7 unsur
dan 26 unsur jejak.
5. Interpretasi Data Geokimia
Interpretasi data geokimia melibatkan kesimpulan statistik dan geologi
. Perlu disadari bahwa kesuksesan interpretasi data tergantung pada keberhasilan porgram pengambilan conto.
Jika mungkin program pengambilan conto dibuat fleksibel sehingga interpretasi dapat dilakukan secara
progresif, mulai dari interpretasi subyektif, diteruskan dengan prosedur yang lebih kompleks sampai
kemungkinan anomali ditemukan atau sampai dapat dikenali tanpa ragu jika tidak terdapat anomali.
5.1. Pengolahan Data Geokimia Strategis
Geokimia strategis dan analisis multi unsur dengan data yang banyak (33 unsur/ conto) membutuhkan
pengolahan data dengan komputer. Analisis ini sering dilakukan di pusat-pusat pengolahan data. Prospektor
hanya perlu menyediakan peta lokasi dan data lapangan (buku catatan penyontoan).
Pengolahan data dimulai dengan mengambil informasi geokimia dari conto yang dikumpulkan. Hal ini dapat
diperoleh dengan cara mengelompokkan conto dengan indeks yang sama, sebagai berikut:
ï Hasil analisis dari laboratorium
ï Koordinat conto
ï Observasi lapangan
Pengolahan data melibatkan manipulasi sejumlah besar variabel (nilai conto). Ini dapat menentukan variabilitas
dalam dan antara populasi conto. Ada tiga metode statistik yang digunakan: pertama melibatkan pengolahan
variabel yang diambil satu persatu (analisis univariate), kedua teknik analisis bivariate, dan ketiga analisis
multivariate.
Analisi univariate atau analisis elementer memungkinkan perangkuman karakteristik dari distribusi unsur baik
melalui penghitungan maupun secara grafis. Grafik yang disajikan untuk distribusi unsur tertentu dapat
digunakan untuk menentukan hukum statistik mana yang sesuai dengan distribusi unsur atau menentukan
populasi yang berbeda (jika ada) dalam conto global.
Analisis statistik bivariate terdiri dari analisis dua karakter dari variasi simultan , baik dengan grafik ataupun
perhitungan koefisien korelasi linier.
Analisis multivariate terdiri dari: regresi multiple dan analisis faktorial. Regresi multiple memungkinkan
variasi-variasi dari suatu variabel dihubungkan dengan variasi-variasi dari satu atau beberapa variabel lain.
Gunanya untuk membantu menonjolkan atau mengeliminasi material logam dari endapan primer. Contohnya Cu
yang tinggi yang berasosiasi dengan batuan basa dapat ditekan atau dihapus dengan studi distribusi Ni, Co dan
V. Di lain pihak anomali yang signifikan akan kelihatan lebih kontras. Analisis faktorial bertujuan mendapatkan
informasi dari data numerik yang besar. Sintesis ini membutuhkan perhitungan matematis yang kompleks.
Contohnya jika satu seri plutonik dipelajari, dimulai dengan data kimia Fe, Mg dan Ti dikelompokkan pada
faktor yang sama., ini dapat mengekspresikan variasi dalam level mineral feromagnesia dalam conto yang
berbeda. Dalam prospeksi geokimia, fakta-fakta ini dapat dapat menggambarkan kehadiran berbagai
mineralisasi, kontras antara unit geologi utama, fenomena pedologi, dan sebagainya.
Penyajian hasil disajikan dalam bentuk :
ï peta data mentah
ï peta nilai anomali dengan menggunakan pola yang berbeda
ï peta dari background geokimia lokal
5.2 Geokimia Taktis
Jika data tidak terlalu banyak, tidak perlu pengolahan data dengan komputer. Konsekuensinya prospektor harus
memproses dan menyajikan sendiri datanya.
Analisis statistik elementer dapat membantu memisahkan background dari anomali. Hal ini dapat dilakukan
secara manual melalui perhitungan nilai rata-rata, deviasi standar dapat pula disajikan dalam bentuk grafis
dengan melakukan langka-langkah sebagai berikut:
ï Pemilihan data populasi yang tepat, sebesar mungkin dan sehomogen mungkin
ï Pengumpulan harga-harga menjadi jumlah kelas yang cukup
ï Menghitung frekuensi tiap kelas kemudian plot terhadap unit kelas untuk mendapatkan histogram
ï Menghaluskan histogram untuk mendapatkan kurva frekuensi
ï Pengeplotan frekuensi kumulatif sebagai ordinat untuk mendapatkan kurva frekuensi kumulatif yang
merupakan bagian integral dari kurva frekuensi.
ï Dengan mengubah ordinat di atas menjadi skala probabiliti, maka kurva frekuensi akan menjadi garis lurus
PROSPEK EMAS Gold prospecting yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mendeteksi cebakan atau vein berdasarkan atas singkapan batuan yang didapatkan di permukaan.
Dalam melakukan kegiatan di lapangan, para prospektor biasanya menggunakan peralatan dan aksesoris seperti geologis, antara lain : palu geologi, pahat, kompas geologi, loupe, alat GPS, safety glasses, sarung tangan, senter, pisau stainless, micro pan (Menado="tibe"), magnet, kantong sample, dll. Palu geolologi dan pahat untuk memecah batuan dan pecahan batuan tersebut lantas diperiksa dengan loupe, apabila dirasa perlu dapat diambil dan dipergunakan sebagai sample yang disimpan dalam kantong sample. Kantong sample harus diberi label dan daftar tertulis atas lokasi agar mudah diingat. Safety glasses digunakan untuk melindungi mata ketika memecah batu untuk diambil sebagai sample. Pisau stainless steel memiliki kekerasan 6,5 pada skala Moh's untuk menguji tingkat kekerasan batuan sample. Micro pan digunakan sebagai alat konsentrator manual untuk memisahkan emas halus dari tepung batuan. Magnet digunakan untuk menguji sifat ferromagnetic mineral. Sedangkan kompas geologi dan GPS untuk mengetahui informasi tentang trek dan posisi.
Sample batuan diusahakan diambil dalam keadaan kering sebesar genggaman tangan (hand speciemen). Namun untuk tujuan khusus dapat diambil dalam ukuran yang lebih besar dalam jumlah yang lebih banyak. Untuk kepentingan pendataan, setiap pengambilan sample batuan harus disertai catatan yang berisi kode, nomor urutan lokasi, tempat dan tanggal penggambilan. Bila memungkinkan, pada permukaan batuan sample dituliskan juga kode dan nomornya batuan sample. Itulah sebabnya, pengambilan batuan sample disarankan diambil dari singkapan yang ditemukan dalam keadaan kering. Batuan sample ini selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan analisa laboratorium.
Selain terampil memanfaatkan peralatan, ketika dilapangan prospektor juga harus jeli mengamati singkapan batuan yang mengindikasikan keberadaan vein, antara lain :
Batuan Nat, yaitu batuan yang tersusun berbaris. Batuan ini sebelumnya tertanam dalam tanah, akibat erosi yang mengikis tanah membuat batuannya terekspose.
Sebaran kerikil kuarsa, sama halnya batuan nat, bebatuan ini sebelumnya tertanam dalam tanah, batuannya terekpose di permukaan akibat erosi yang mengikis tanah.
Batuan profile, bagian batuan vein yang nampak dipermukaan. Batuan ini umumnya memiliki ciri-ciri seperti terdapat kuarsa, pyrite, calcopyrite, terlihat urat / jalur, dll.
Clay. Selain mengamati warna dan kepekatannya, dengan mencucinya akan diperoleh material ikutannya seperti batuan kerikil, pasir kuarsa, atau pyrite. Periksa juga batuan yang mengapit di kanan kirinya.
Langkah lanjutan yang biasa dilakukan untuk mengetahui apakah potensi yang ada layak untuk ditambang atau tidak, antara lain :
1. Pengeboran ( Drilling )2. Menggunakan Gold Detector. 3. Trenching, 4. Sampling and Assaying
Gold Detector
Gold detector merupakan alat yang sangat membantu kegiatan bagi para prospector di lapangan, Cara kerja alat ini hampir sama dengan metal detector, namun sensifitas sensornya dibatasi hanya beberapa jenis logam saja atau bahkan hanya mendeteksi emas saja. Sedangkan Metal detektor akan merespon semua jenis bahan konduktif atau magnetis. Di pasaran banyak ditawarkan berbagai merk dan type gold detector, dengan berbagai macam fitur dan radius jangkauan kedalaman dan keluasan. Untuk itu perlu dipahami, jenis dan karakter gold detector yang akan dipakai.
Secara umum gold detector ada dua jenis berdasarkan karakter dan penggunaanya :
5. Untuk mendeteksi emas nuggets. Jenis alat ini secara umum memiliki sensor berbentuk piringan yang disebut COIL. Contoh : MineLab GPX5000, X-Terra 705, Fisher F75, Excalibur II 10, Nokta GoldenKingPlus, dll.
6. Untuk mendeteksi vein, pada jenis ini biasanya memiliki antena yang ditanam di tanah. Contoh : MidasTouch, VR 1000B, dll.
Tips menggunakan Gold Detector :
1. Sebelum mulai mengoperasionalkan gold detector, pastikan baca buku manualnya terlebih dahulu karena tiap-tiap produsen menetapkan prosedur kerja yang berbeda terhadap produknya.
2. Setelah memeriksa kondisi baterai, aktifkan dan biarkan selama 10-15 menit untuk menstabilkan baterai.
3. Pilih TUNING outomatis bila tersedia fitur ini, bila tidak ada mulailah dengan tingkat sensivitas setengahnya. Baru kemudian diatur lebih rendah atau lebih tinggi sesuai kondisi lapangan.
4. Headphone harus selalu dipakai dan lakukan uji coba dengan berbagai sasaran untuk mempelajari respon audio terhadap berbagai sasaran, karena sinyal audio yang dihasilkan biasanya bervariasi sesuai dengan jenis sasaran. Dengan pengalaman lapangan, respon audio dari berbagai sasaran akan menjadi akrab sehingga identifikasi akan lebih mudah.
5. Perhatikan kondisi tanah, tanah yang kaya kandungan mineral dan basah sangat mempengaruhi kinerja alat. Tanah yang basah, dan banyaknya mineral yang bersifat konduktif dan magnetis (umumnya mineral oksida besi) di tanah dapat menggangu sensifitas detector sehingga hasilnya tidak optimum.
TrenchingTrenching yaitu membuat paritan untuk melihat keberadaan dan arah sebaran cebakan serta pengambilan sampling dengan menggunakan alat berat.
Penggunaan alat berat yang sering dipakai untuk membuat paritan yaitu beckhoe (Backhoe Trenches). Kelebihan penggunaan backhoes antara lain sangat mobile, cepat, dan dapat menggali tanah cukup keras. Selain itu backhoe sangat fleksibel untuk pengambilan sampel yang relatif dangkal, hingga sekitar 6 meter (20-ft)
Pada saat menjalankan program pengambilan sampel dengan beckhoe, tanah harus cukup kering dan stabil. Setelah paritan dibuka, sample jalur diambil dengan tangan atau pengambilan sampel massal dapat dilakukan menggunakan backhoe dengan mengambil semua materi dari penggalian.
Saat pengambilan sample menggunakan backhoe atau peralatan mekanis lainnya, hindari kemungkinan terjadinya kontaminasi terhadap sample dari bahan bakar dan pelumas, karena hal ini akan mengurangi nilai sample.
SAMPLING DAN ASSAYING
Sebelum dilakukan proses pengolahan emas dalam sekala ekonomi tentu diperlukan langkah praproduksi melalui kajian yang mendalam dari berbagai aspek. Salah satu kajian yang perlu dilakukan yaitu kegiatan pengambilan sampling dan pengujian kandungan mineral dari bijih / batuan yang akan diolah.
Saat ini, tersedia banyak pilihan yang canggih untuk menganalisa sampel batuan dan mineral. Tergantung pada hasil yang diperlukan, teknik seperti polarized cahaya dan elektron mikroskopi; difraksi x-ray, dan analisis kimia menggunakan berbagai metode spectrometric.
Polarizing mikroskopi adalah metode terbaik untuk mengidentifikasi dan memeriksa mineral. Dengan metode ini dapat diketahui informasi mengenai tekstur, struktur dan mineralogi dari sampel. Ini adalah informasi yang digunakan selama pertambangan dan pencarian. Selain itu dapat pula menggunakan metode assaying, yaitu analisis kimia untuk mengetahui kandungan emas atau mineral dari sampel batuan. Untuk mendapatkan analisa yang detail perlu menggunakan teknik analisis terbaru seperti Fire Assay, Atomic Absorption Spectrometry (AAS) , Induced Coupled Plasma (IC ), dan massa spectrometry.
AQUA REGIA
Di bawah ini dijelaskan metode pengujian kandungan emas secara simple dan murah, namun memiliki sensifitas yang cukup memadai, yaitu menggunakan Aqua Regia.
Untuk menguji kandungan emas dalam biji / batuan sbb. :
1. Batuan sample dihaluskan hingga #200 mesh, dibutuhkan sample dari pit untuk grade control sebanyak 50 gr sedangkan sample dari process plant yang berupa konsentrat sebanyak 20 gr.
2. Dengan menggunakan gelas ukur, buat Aqua Regia yaitu campuran 3 bagian HCL ( atau 4 bagian Muriatic Acid ) ditambah 1 bagian HNO3, sebanyak 4 s/d 5 kali volume batuan sample. ( 4 s/d 5 ml Aqua Regia per gram material ).
3. Siapkan aquadest dalam labu erlenmeyer. 4. Tuang dengan hati-hati Agua Regia ke dalam labu erlenmeyer yang berisi aquadest .
Komposisi aquadest dengan Aqua Regia adalah 1 : 1, tujuannya agar Aqua Regia tidak terlalu bau namun masih cukup reaktif.
5. Panaskan Aqua Regia dengan suhu antara 85 s/d 90 0C.
6. Masukkan sedikit demi sedikit batuan yang telah dihaluskan tadi ke dalam Aqua Regia sambil amati reaksi yang muncul dan biarkan minimal 30 menit. Reaksi pelarutan emas dengan aqua regia :Au + 3HNO3 + 4HCl = HAuCl4 + 3NO2 + 3H2O
7. Setelah didinginkan, saring untuk memisahkan larutan Aqua Regia dengan endapan.8. Untuk menguji ada tidaknya kandungan emas, diteteskan Premixed® ( dapat dibuat sendiri
dengan menggunakan 5% Stannous Chloride / Tin Chloride ( SnCl2 ) yang dilarutkan dengan 9. 95% HCL ) pada endapan hasil penyaringan, bila berwarna ungu ( disebut Purple of Cassius )
berarti ada emasnya. Stannous Chloride ( SnCl2 ) merupakan reagen untuk mengetes emas yang sangat sensitif, dan mampu mendeteksi hingga 10 ppb.
9. Untuk menetralkan residu HNO, tambahkan Urea [ CO(NH2)2 ] ke dalam Aqua Regia yang telah disaring, reaksinya :6 HNO3 + 5CO(NH2 ) 2 = 8N2 + 5CO2 + 13H2O Caranya masukkan Urea sedikit demi sedikit sampai reaksi gelembung putihnya habis. Dari reaksi ini akan membuat asam nitrat menjadi netral dan kondisi pH berubah dari 0,1 menjadi pH 1,0.
10. Masukkan Natrium Bisulphite dan amati reaksinya. Secara teori, setiap satu gram emas membutuhkan 1,89 gram Natrium Bisulphite. Namun, harus ditambahkan lebih banyak, sekitar 1,5 kali lagi. 2HAuCl 4 + 2NaHSO3 = 2Au + 4HCl + Na2 SO4 + SO2 Tunggu sekitar 30 menit, bila ada Presipitat ( endapan lumpur ) warna hitam kecoklatan, buang larutannya hingga tersisa Presipitat saja dengan cara disaring lalu dibilas dengan destilled water. Reagen alternatif untuk mengganti Natrium Bisulphite adalah Sodium Metabisulfide ( SMB ), Oxalic Acid, belerang, zinc, Sulphur Dioxide atau Copperas ( Ferrous Sulphate ).
11. Selanjutnya untuk membersihkan residu AgCl, tuang larutan amonia ( 30 ml Aqua Amonia dilarutkan dalam 100 ml air ) perlahan-lahan ke Presipitat sampai pH 8. Anda akan mendapatkan endapan yang disebut Gold Fulminating. Hati-hati dengan fulminan, jangan sampai kering karena Highly Explosive, Bahaya!
Cuci Presipitat dengan distilled water untuk menghilangkan kelebihan amonia. Cuci beberapa kali hingga mendekati pH 7.
12. Presipitat hasil bilasan tinggal dilebur untuk membentuk bullion emas.