eksplorasi bahan aktif mikroalga laut
TRANSCRIPT
PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
EKSPLORASI BAHAN AKTIF MIKROALGA LAUT
Nannochloropsis oculata SEBAGAI ANTIBAKTERI (PENGHAMBAT)
Vibrio alginolyticus
BIDANG KEGIATAN : PKM Penelitian
Di usulkan Oleh : Diana Meritasari 060710148P (Ketua) Riyadhul Jannah 060710128P (Anggota) Dina Irshalina 060710388P (Anggota) Sathiul Innayah 140911076 (Anggota)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010
HALAMAN PENGESAHAN
PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
1. Judul Kegiatan : EKSPLORASI BAHAN AKTIF MIKROALGA
LAUT Nannochloropsis oculata SEBAGAI
ANTIBAKTERI (PENGHAMBAT) Vibrio
alginolyticus
2. Bidang Kegiatan : (√) PKM-P ( ) PKM-K ( ) PKM-T ( ) PKM-M 3. Bidang Ilmu : ( ) Kesehatan ( ) Pertanian ( ) MIPA (√) Teknologi dan Rekayasa ( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora ( ) Pendidikan 4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Diana Meritasari b. NIM : 060710148P c. Jurusan : S-1 Budidaya Perairan d. Universitas/Institut/Politeknik : Airlangga Surabaya e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jln. Kapas Madya VI/12 -
085655797863 f. Alamat email : [email protected]
5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3 Orang 6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : A. Shofy Mubarak., S.Pi., M.si b. NIP : 19731101 200112 1 002 c. Alamat Rumah dan No Tel./HP :Perum Sidoarjo / 081332194973
7. Biaya Kegiatan Total : Rp 8.100.000,- a. Dikti : Rp 8.100.000,- b. Sumber lain : -
8. Jangka Waktu Pelaksanaan :4 bulan Surabaya, 8 Oktober 2010
Menyetujui
Wakil Dekan I Ketua Pelaksana Kegiatan
(Moch Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph. D) ( Diana Meritasari )
NIP. 19700116 199503 1 002 NIM. 060710148 P
Wakil Rektor Direktur Kemahasiswaan Dosen Pendamping
(Prof. Dr. Imam Mustofa,drh., M. Kes) (A. Shofy Mubarak., S.Pi., M.si)
NIP. 19600427 198701 1 001 NIP. 19731101 200112 1 002
A. JUDUL PROGRAM
EKSPLORASI BAHAN AKTIF MIKROALGA LAUT Nannochloropsis
oculata SEBAGAI ANTIBAKTERI (PENGHAMBAT) Vibrio alginolyticus
B. LATAR BELAKANG
Dua pertiga luas wilayah Indonesia terdiri dari lautan didalamnya
terdapat bermacam – macam makhluk hidup baik berupa tumbuhan maupun
hewan. Salah satu makhluk hidup yang rumbuh dan berkembang di periran
laut adalah alga laut. Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok
tumbuhan yang berklorofil terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk
koloni. Di dalam alga terkandung bahan – bahan organik seperti hormon,
vitamin, mineral, poliskarida dan senyawa bioaktif. Sejauh ini pemanfaatan
alga sebgai komoditas perdagangan atau bahan baku industry masih
relatifkecil dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di
Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga negative
bermanfaat bagi bahan baku industry makanan, kosmetik, farmasi dan lain-
lain (Putra, 2007)
Alga merupakan bagian dari kelompok tanaman yang mewakili
kisaran yang luas dalam ukuran dan klasifiukasi dari tanaman mikroskopis
satu sel (yang berdiameter hanya beberapa mikrometer) sampaai tanman
makroskopis tingkat tinggi. Dengan demikian, alga dpata dikatakan
mempunyai kisaran dalam ukuran sangat luas. Batang dari alga disebut
thallus karena tidak dapat dipisahkan secra sempurna antara akar, batang dan
daun. Semua jenis alga yang mampu melakukan fotosintesis mempunyai
chlorofil-a yang biasa terdapat pada kloroplast (Herawati & Kusriani, 2006).
Berbagai jenis alga seperti Griffithsia, Ulva, Enteromorpha,
Gracilaria dan Euchema telah dikenal luas sebagai sumber potensial
karagenan yang dibutuhkan oleh industri gel. Begitupun Sargasssum,
Chlorella, Nannochloropsis yang telah dimanfaatkan sebagai adsorden
logam berat, Osmudaria, Hypnea dan Gelidium sebagai sumber senyawa
bioaktif, Laminariales dan Sargassummuticum yang mengandung senyawa
alginate yang berguna dalam industri farmasi. Pemanfaatan berbagai jenis
alga lain adalah sebagai biometanol dan biodiesel ataupun pupuk organk
(Putra, 2007).
Penelitian penanggulangan penyakit Vibrio alginolyticus masih
terbatas pada pemakaian bahanbahankimia seperti formalin, malachite green
serta beberapa jenis antibiotik seperti chloramfenicol (Brown,1998 dalam
Suryati et al, 1998).
Penggunaan antibiotik tersebut belum diperoleh hasil yang
memuaskan karena pada umumnya bahan-bahan tersebut tidak selektif
sehingga dikhawatirkan akan menurunkan mutu lingkungan dan bersifat
resisten (Suryati et al, 1998).Pemanfaatan sumber bahan aktif dari algabelum
banyak dilakukan berdasarkan proses biosintesisnya, alga laut kaya akan
senyawa turunan dari oksidasi asam lemak yang disebut oxylipin, melalui
senyawa ini berbagai jenis senyawa metabolit sekunder diproduksi. Metabolit
sekunder secara umum digunakan sebagai antibakteri. Dalam hal ini
antibakteri untuk penyakit vibriosis yang disebabkan oleh penyakit vibrio sp.
yang sering menyerang pada ikan, udang dan berbagai komoditas lainnya
tetapi secara umum yang sering diserang adalah ikan dan udang. Ada
beberapa metabolit sekunder yang sering ditemukan untuk antibakteri yaitu
terpenoid, flavonoid, alkaloid (Chasanah, 2007). Kandunagn zat aktif tersebut
dalam nanaklorosifd.
Di Indonesia penyakit Vibriosis yang disebabkan oleh bakteri Vibrio
sp. saat ini telah dikenal sekitar 20 jenis yang menyerang berbagai komoditas
perikanan seperti ikan, molusca, crustacea, Kepiting, Lobster dan berbagai
jenis udang. Untuk mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh bakteri ini
perlu diketahuinya senyawa aktif yang terdapat dalam Nannochloropsis
oculata yang dapat menghambat penyakit Vibriosis yang disebabkan oleh
Vibrio alginolyticus sehingga nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
antibakteri yang ramah lingkungan (Prajitno, 2007).
C. PERUMUSAN MASALAH
Vibrio alginolyticus merupakan bakteri gram negatif yang
menyebabkan penyakit Vibriosis. Upaya penggunaan antibiotik dapat
menimbulkan masalah baru dalam pencemaran liungkungan dan akumulasi
antibiotic bagi organisme perairan..
Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana mendapatkan senyawa aktif metabolik Nannochloropsis
oculata?
2. Apakah bahan aktif Nannochloropsis oculata hasil isolasi dapat
digunakan sebagai anti bakteri Vibrio alginolyticus?
D. TUJUAN
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengiidentifikasi bahan aktif Nannochloropsis oculata sebagai
antibakteri terhadap Vibrio alginolyticus.
2. Untuk mengetahui efektifitas bahan aktif Nannochloropsis oculata sebagai
antibakteri terhadap Vibrio alginolyticus.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah mendapatkan isolat
bahan aktif dari Nannochloopsis oculata sebagai senyawa antibakteri
terhadap Vibrio alginolyticus dan mengetahui bahan aktif Nannochloropsis
oculata sesuai sebagai anti bakteri Vibrio alginolyticus dalam waktu yang
cukup singkat serta mengetahui dosis yang tepat.
F. KEGUNAAN PROGRAM
Penelitian ini menjelaskan manfaat Nannochloropsis oculata sebagai
antibakteri dan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi peneliti lain
yang akan melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan
Nannochloropsis oculata. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi bagi pembudidaya untuk antibakteri pada ikan atau
organisme lain yang terserang penyakit vibriosis yang disebabkan oleh
bakteri Vibrio alginolyticus.
G. TINJAUAN PUSTAKA
a. Nannochloropsis oculata
Adehong dan Kevin Fitz Simon (2001) dalam Tjahjo dkk. (2002)
mengklasifikasikan Nannochloropsis oculata Sebagai berikut :
Kingdom : Protista
Super Divisi : Eukaryotes
Divisi : Chromophyta
Kelas : Eustigmatophyceae
Genus : Nannochoropsis
Spesies : Nannochloropsis oculata
Nannochloropsis oculata Merupakan fitoplankton berukuran 2-4
µm, berwarna hijau dan memiliki 2 flagel (heterokontous) yang salah satu
flagel berambut tipis (Lohmann, 1909 and Sieburt et al., 1978 dalam
Tomas, 1993; wikipediaus, 201 dalam Tjahjo dkk., 2002).
Nannochloropsis oculata Memiliki kloroplas dan nukleus yang dilapisi
membran, kloroplas ini memiliki stigma (bintik mata) yang sensitif
terhadap cahaya, selain itu Nannochloropsis oculata termasuk jenis alga
yang dapat berfotosintesis karena memiliki klorofil C, dan yang paling
khas dari organisme ini adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari
komponen selulosa (Sleigh, 1989; Williams, 1991 dalam Tjahjo dkk.,
2002). Morfologi Nannochloropsis oculata dapat dilihat gambar 1.
Gambar 1. Nannochloropsis oculata
b. sifat dan ekologi dan fisiologi
Nannochloropsis oculata bersifat kosmopolit, yaitu dapat tumbuh
dimana-mana kecuali pada tempat yang sangat kritis bagi kehidupannya
seperti di gurun pasir dan salju abadi. Salinitas optimum untuk
pertumbuhannya 20-25 promil, tetapi dapat tumbuh dalam salinitas 0-35
promil. Suhu 25-300C merupakan kisaran suhu yang optimal untuk
pertumbuhannya (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Hasil penelitian
yang dilakukan Setiawan dkk. (2004) terhadap Nannochloropsis oculata
yang dikultur pada berbagai tempat menunjukkan bahwa Nannochloropsis
oculata dapat tumbuh di berbagai lokasi seperti cool room, warm room,
under the roof, dan yang terkena sinar matahari langsung (direct sun
light). pH optimal untuk pertumbuhannya bervariasi antara 7,4-9,5, tetapi
ada beberapa spesies yang oleran terhadap kisaran pH dan salinitas yang
tinggi, asalkan unsur hara yang diperlukan tersedia (Fulks and Main, 1991
dalam Setyawati dkk., 2004).
c. Kegunaan Nannochloropsis oculata
Nannochloropsis oculata lebih dikenal dengan nama Chlorella
laut, dalam pembenihan mempunyai tiga peranan yaitu digunakan sebagai
pakan pada klutur rotifer, untuk pengkayaan rotifer, dan untuk
menghasilkan efek “green water” pada pemeliharaan larva (Lubzens et al.,
1995 dalam Cheng – Wu et al., 2001). Nannochloropsis oculata dapat
digunakan sebagai pakan rotifer, karena ukuran tubuhnya sesuai dengan
bukaan mulut rotifer, mempunyai kandungan vitamin B12 dan
eicosapentaenoicacid (EPA) sebesar 30,5% dan total kandungan ω3 HUFA
sebesar 42,7 %. Vitamin B12 sangat pentung untuk populasi rotifer dan
EPA penting untuk nilai nutrisi rotifer untuk pakan larva dan juvenil ikan
laut (Fulks and Main, 1991 dalam Tjahjo dkk.,2002). Hasil analisis
proksimat kandungan nutrient Nannochloropsis oculata menurut www.
Microalgae. com (2004) dapat dilihat pada Lampiran 3.
d. Kultur Nannochloropsis oculata
Kultur Nannochloropsis oculata dimulai dari kegiatan isolasi
kemudian dikembangkan sedikit demi sedikit secara bertingkat. Media
kultur yang dikembangkan mula-mula hanya beberapa mililiter, kemudian
secara bertahap meningkat ke volume yang lebuh besar hingga mencapai
skalamassal. Kultur fitiplankton hingga volume 3 liter masih dilakukan di
dalam laboratorium sehingga sering disebut dengan kultur skala
laboratorium. Selanjutnya dilakukan kultur semi outdoor yang dapat
mencapai volume 60-100 liter. Kultur outdoor merupakan tahapan kultur
selanjutnya yang dimulai dari volume 1 ton hingga lebih dari 20 ton,
tergantung besar kecilnya skala pembenihan. Prinsip kultur fitoplankton
yang menggunakan proses bertingkat dari volume kecil ke volume yang
lebih besar disebut dengan kultur bertingkat seperti terlihat pada gambar 2
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Gambar 2. Skema kultur Nannochloropsis oculata secara bertingkat
Achmad (1993) mengatakan, keberhasilan budidaya
Nannochloropsis oculata. sangat ditentukan oleh kemurnian, kepadatan
awal, pupuk, kualitas air, intensitas cahaya, suhu, pH, dan salinitas serta
sanitasi dan higienis. Kemurnian Nannochloropsis oculata. ditentukan
oleh penanganan yang bersih, penggunaan peralatan yang steril serta
kultur dengan dosis pupuk yang tepat sehingga dapat digunakan sebagai
bibt dalam kultur skala besar yang meruoakan makanan bagi rotifer dan
ikan budidaya.
Isolat pada media agar-agar/ cair
Kultur pada tabung reaksi ± 10 ml
Kultur pada erlenmeyer 50-100 ml
Kultur pada erlemenyer 100-500 ml
Pemeliharaan biakan murni
Kultur pada erlenmeyer 50-100 ml
Kultur pada erlenmeyer 100-500 ml
Gallon/ stoples volume ±3 lt
Gallon/ stoples Volume ± 3 lt
Kultur volume 60-100 lt
Kultur volume 60-100 lt
Kultur Volume ≥ 1 ton
Kultur volume ≥ 1 ton
Kultur Intermediate
Kultur Laboratorium
Kultur Massal
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu jenis
fitoplankton dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap sifat-sifat
pertumbuhan fitoplankton adalah faktor genetik (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995). Faktor eksternal berkaitan dengan kertersedian unsur
hara amkro dan mikro serta kondisi lingkungan. Faktor-faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadappertumbuhan fitoplankton antara lain cahaya,
salinitas, suhu, kandungan O2, kandungan CO2 dalam air, dan pH air (Taw,
1990). Yamasaki and Hirata (1995) menyatakan diperkirakan beberapa
macam sumber carbon dapat disuplay untuk memperoleh kepadatan
Nannochloropsis oculata yang tinggi dibawah intensitas cahaya yang
kuat. Rocha et al. (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
Nannochloropsis oculata dapat ditingkatkan dengan periode penyinaran
yang lebih lama, mengkontrol pH, dan pemasukkan urea sebagai tambahan
sumber nitrogen.
Pertumbuhan fitoplankton dalam kultur secara visual dapat
ditandai dengan adanya perubahan warna air dari awalnya bening menjadi
berwarna (hijau muda kemudian menjadi hijau tua dan seterusnya),
perubahan ini disertai dengan menurunya tranparasi. Kejadian tersebut
merupakan indikasi meningkatnya ukuran sel dan bertambahnya jumlah
sel yang secara langsung akan berpengaruh terhadap kepadatan plankton
(PT. Central Pertimi Bahari, 2003).
Cahyaning dkk. (2003) menyatakan, selama masa inkubasi
Nannochloropsis oculata mengalami proses pertumbuhan yang terbagi
menjadi 4 fase. Empat fase dalam pertumbuhan Nannochloropsis oculata
adalah :
1. Fase lag (Istirahat)
Fase dimana populasi tidak mengalami oerubahan, tetapi ukuran sel
meningkat. Fotosintesis masih aktif berlangsung dan organisme
mengalami metabolisme tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga
kepadatannya belum meningkat.
2. Fase Logaritmik (Pertumbuhan Eksponensial)
Fase yang diawali dengan pembelahan sel dengan laju pertumbuhan
yang terus menerus, pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal.
3. Fase Stasioner (Pertumbuhan Stabil)
Fase dengan pertumbuhan yang dimulai mengalami penurunan
dibandingkan fase logaritmik. Laju reproduksi sama dengan laku
kematian dalam arti penambahan dan pengaurangan plankton relatif
sama sehingga kepadatan plankton cenderung tetap.
4. Fase Kematian
Fase dimana terjadi penurunan jumlah atau kepadatan plankton, pada
fase ini laju kemtian lebih cepat dibandingkan laju reproduksi. Laju
kematian plankton dipengaruhi oleh ketersedian nutrien, cahaya,
temperatur, dan umur plankton itu sendiri.
Martosudarmo (1990) dalam Antono (1994) menyatakan, faktor-
faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan Nannochloropsis
oculata adalah sebagai berikut :
1. Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya merupakan faktor abiotik utama yang sangat
berpengaruh bagi pertumbuhan alga. Pertumbuhan fitoplankton sangat
tergantung pada intensitas cahaya, panjang gelombang dan lamanya
penyinaran. Ruang untuk kultur intensitas cahayanya berkisar antara
500 sampai dengan 1000 lux.
2. pH
Nannochloropsis oculata dapat hidup pada pH 7,5-8,5. pH yang tidak
sesuai dengan habitatnya akan mengganggu pertumbuhan plankton
tersebut.
3. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
kehidupan di air, terutama dalam mempertahankan keseimbangan
osmotik antara protoplasma organisme dengan media air lingkungan.
Salinitas optimum untuk pertumbuhan Nannochloropsis oculata
berkiasar antara 20-25 promil.
4. Kandungan Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida merupakan gas yang terpenting bagi fitiplankton.
Tanpa CO2, proses fotosintesis tidak dapat terjadi, sehingga
fitiplankton tidak dapat tumbuh dan berkembang pesat. CO2 yang
berlebihan akan mengakibatkan pH menurun dari batas optimum.
5. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat
metabolisme suatu organisme. Suhu rendah (19-200C) diteapkan
sebagai suhu optimum dalam ruangan kultur penyediaan bibit alga.
6. Nutrien
Makro nutrien dan mikro nutrien merupakan nutrien penting yang
sangat dibutuhkan fitoplanktn untuk tumbuh. Unsur mokro yang
dibutuhkan diantaranya K, N, S, P, Na, Si, Ca, dan NH4, sedangkan
unsuk mikro yang dibutuhkan meliputi Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Mo, dan
Co. Setiap unsur hara mempunyai fungsi-fungsi khusus yang tercermin
pada pertumbuhan dan kepadatan yang dicapai. Unsur N, P, dan S
penting untuk pembentukan protein dan K berfungsi dalam
metabolisme karbohidrat. Fe dan Na berperan untuk pembentukan
klorofil, sedangkan Si dan Ca merupakan bahan untuk pembentukan
dinding sel atau cangkang. Vitamin B12 banyak digunakan untuk
memacu pertumbuhan melalui rangsangan fotosintetik.
e. Vibrio alginolyticus
Bakteri Vibrio alginolyticus adalah salah satu jenis bakteri vibrio
penyebab penyakit vibriosi yang cukup merugikan. Menutut Bergey’s
Manual of Bacteriology (Buchanan and Gibbons, 1974) bakteri Vibrio
alginolyticus diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaprotobacteria
Ordo : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Species : Vibrio alginolyticus
Gambar 3. Vibrio alginolyticus
Bakteri Vibrio alginolyticus sering di isoloasi langsung dari darah,
kemudian dilakukan inokulsi pada media Thiosulfat citrate bile agar
(TCBA), Tryptoni Soya Agar (TSA) yang disiapkan dengan air laut atau
agar air laut. Masa inkubasi 2 – 7 hari dengan suhu 15 – 25 °C (Austin
and Austin, 1978). Selanjutnaya menurut Kamiso (1996) bakteri Vibrio
alginolyticus juga dapat di isolasi dengan media Brain Heart Infution
Agar (PHIA) yang ditambahkan NACl antara 0,5 – 3,5 % dan di inkubasi
pada sushu kamar 18 – 30 °C dalam waktu 24 – 48 jam. Bakteri Vibrio
alginolyticus akan tumbuh dengan baik membentuk kolono bulat, tepi
rata, konvek dan berwarna krem sampai cokelat muda.
Bakteri Vibrio alginolyticus memepunyai ciri – ciri antara lain
berbentuk batang pendek, bersifat gram negatif, bergerak dengan
flagellum polar, tidak berspora, tidak berkapsul, bersifat facultatif
anaerob dan berkembnag biak dengan pembelahn binar. Bakteri ini bila
ditumbuhkan pada media TCBS akan memebentuk koloni padat
menyebar rata (swarning). Selain itu bakteri ini juga mampu melakukan
fermentasi, meruduksi nitrat dan dapat tumbuh pada suhu 37°C serta
pada salinitas diatas 7 %. Bakteri ini juga memproduksi katalase,
oksidase, indole, H2S, Lysin dekarboxylase, ornithine dekarboxylase dan
phenilalanini deaminase. Selain itu juga mendegradasi chitin, gelatin,
lipid, urea dan zat tepung. Produksi asam diperoleh dari maltose,
mannitol, mannose, salicin dan sucrose (Austin and Austin, 1978;
istiqomah, dkk, 2001).
Pengendalian suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri salah
satunya adalah dengan pengobatan. Sebelum suatu obat digunakan,
terlebih dahulu harus ditentukan potensinya terhadap bakteri tersebut
(Bailey and scott, 1994). Pemeriksaan uji kepekaan bakteri terhadap zat
bakteri disebut uji sensitivitas yaitu dengan menggunakan metode
pengenceran (dilution methods). Zat antibakteri adalah suatu zat yang
dapat mengahmbat pertumbuhan atau membunuh bakteri. Zata
antibakteri apabila berfungsi mengahambat pertumbuhan bakteri disebut
bakteriostatik dan memebunuh bakteri disebut bakterisidal (pelzcar dan
chan, 1988).
H. METODE PELAKSANAAN
Materi pada penelitian ini meliputi ekstraksi Nannochloropsis oculata
yang kemudian dilanjutkan dengan uji KLT (Kromatografi Lapis Tipis) untuk
mengidentifikasi bahan aktif Nannochloropsis oculata, kemudian dilakukan
uji efektifitas bahan aktif Nannochloropsis oculata terhadap bakteri Vibrio
alginolyticus.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode eksperimen yaitu dengan melakukan ekstraksi
Nannochloropsis oculata kemudian dilanjutkan dengan uji KLT
(Kromatografi Lapis Tipis) untuk mengidentifikasi bahan aktif
Nannochloropsis oculata, serta dilanjutkan dengan uji efektifitas bahan aktif
Nannochloropsis oculata terhadap bakteri Vibrio alginolyticus. Metode
eksperimen merupakan metode yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 2006).
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
dimana setiap perlakuan sepenuhnya dilakukan secara acak pada unit-unti
eksperimen dimana pengaturan perlakuan dilakukan langsung terhadap
individu yang diteliti. Rumus dari metode RAL adalah sebagai berikut :
Y = µ+τ+ε
Dimana; Y adalah nilai pengamatan
µ adalah nilai rata – rata harapan
τ adalah pengaruh perlakuan
ε adalah galat
Penelitian terdiri dari 6 perlakuan dengan 4 kali ulangan. Sebagai
perlakuan adalah pemberian Nannochloropsis oculata dengan konsentrasi
yang berbeda. Adapunperlakuan tersebut adalah sebagai berikut :
A = Pemberian ekstrak Nannochloropsis oculata dengan konsentrasi 0 %
B = Pemberian ekstrak Nannochloropsis oculata dengan konsentrasi 20 %
C = Pemberian ekstrak Nannochloropsis oculata dengan konsentrasi 25 %
D = Pemberian ekstrak Nannochloropsis oculata dengan konsentrasi 30 %
E = Pemberian ekstrak Nannochloropsis oculata dengan konsentrasi 35 %
F = Pemberian ekstrak Nannochloropsis oculata dengan konsentrasi 40 %
Masing – masing perlakuan diulang 4 kali sehingga jumlah sampel
syang diamati adalah sebanyak 24. Denah percobaan seperti pada gambar
dibawah ini :
A1 B3 D2 E2
C2
F2
B1 D1
C3
F4 A2
E1 D3 F3 B2
A4
E3
B4 D4 F1
C1
C4
A3
E4
Keterangan
A, B, C, D, E, F : Perlakuan
1, 2, 3, 4 : Ulangan
Prosedur Penelitian
1. Persipan Sampel Nannochloropsis oculata
Sampel Nannochloropsis oculata diambil dari CV. Mutiara Biru
yang tempatnya beradai di sitobondo. Sampel berupa bubur
Nannochloropsis oculata yang sebelumnya sudah dipadatkan terlebih
dahulu karena yang diambil hanhya berupa endapan Nannochloropsis
oculata. Sampel Nannochloropsis oculata yang diambil sebnayak 500
liter.
2. Proses Preparasi Nannochloropsis oculata
1. Hasil panen Nannochloropsis oculata disaring dengan menggunakan
kertas saring
2. Bahan di oven dengan suhu 80 °C atau dengan panas matahari samapi
kering (bebas kandungan air)
3. Setelah kering bahan di haluskan dengan menggunakn blender sampai
halus.
3. Proses Ekstraksi Nannochloropsis oculata (Darwis, 2009)
1. Mengekstraksi Nannochloropsis oculata secara sokletasi
2. Meletakkan Sampel Nannochloropsis oculata sebanyak 30 gramdan
ditaruh dalam timbel
3. Mengambil hasilnya bila sampel pelarut yang digunakan bening atau
tidak berwarna
4. Menyabunkan dengan KOH 10%.
4. Uji Kromatografi Lapis Tipis (Attmimi, 2001)
1. Mengekstraksi sampel Nannochloropsis oculata dengan etanol
2. Memeriksa dengan lempeng KLT dengan ukuran 20x20 cm
3. Memberikan beberapa campuran eluen pada lempeng KLT.
4. Melakukan uji KLT terpenoid, flavonoid dan alkaloid dengan
perlakuan yang berada (disemprot vanili dan asam sulfat, diuapi
dengan NH3 atau lampu semprot dengan ragendroft)
5. Metode Dilusi (Tube dilution Test)
1. Menyiapkan ekstrak bahan alam dengan berbagai konsentarai di
dalam tabung – tabung steril dengan pengenceran TSB, masing –
masingdengan volume 1ml.
2. Menyiapkan suspensi bakteri stok dengan konsentrasi 0,5 Mc fartand
(sektar 1x 10 CPU/ml )
3. Membuat suspense bakteri uji (perlakuan awal ) 1x 106 CPU/ml,
dengan cara mengencerkan suspensi bakteri stok
4. Menambahkan tabung berisi bahan alam masing – masing dengan 1
ml suspensi bakteri uji, sehingga volume total tabung menjadi 2 ml
5. Menyiapkan tabung yang berisi kontrol pertumbuhan positif (1 ml
suspensi bakteri uji + 1 ml TSB), dan tabung berisi control
pertumbuhan negatif (1 ml bahan alami + 1 ml TSB)
6. Mengambil 1 ose (0,05 ml)dan diinokulasi pada permukaan medium
agar padat TSA. Jumlah koloni yang tumbuh nanti adalah
merupakanjumlah inokulum awal (dari tabung control pertumbuhan
positif)
7. Menginkubasi smua preparat pada 35 °C
8. Mengamati adanya kekeruhan dalam tabung konsentrasi bahan alami
yang menunjukkan tidak adanya kekeruhan (jernih) adalah K3-iM
jumlah koloni yang tumbuh pada medium TSA dihitung
9. Menfambil 1 ose dan diinokulasikan pada medium agar padat TSA
(dari masing – masing tabung yang jernih).
Keesokan harinya, diambil dan dihitung jumlah koloni yang
tumbuh konsentrasi bahan alam paling kecil yang menghasilkan
pertumbuhan koloni ≤ 0,1% (atau menyebabkan kematian bakteri 99,9%)
dari inokulum awal adalah KBM.
6. Analisiss data
Untuk menganalisis adanya perlakuan dosis ekstrak bahan aktif
Nannochloropsis oculata maka perlu dilakukan analisis keragaman atau uji
F dilakukan untuk mempengaruhi tingkat pengaruh perlakuan dan apabila
berbeda secara nyata dilakukan dengan uji BNT untuk mengetahui
perbedaan tiap – tiap perlakuan pada taraf 0,05 (derajat kepercayaan 95 %)
maupun taraf 0,01 (derajat kepercayaan 99%). Hubungan antara perlakuan
dengan hasil dilakukan dengan perhitungan analisi regresi yang tujuannya
untuk mengetahui dan fungsi regresi yang memberikan keterangan tentang
pengaruh respon terhadap perlakuan. perlakuan.
I. JADWAL KEGIATAN
Adapun rincian jadwal kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :
No. Kegiatan Bulan Ke-
1 2 3 4 5
1. Persiapan Penelitian
1. Perijinan
2. Persiapan alat dan bahan
XXXX
XXX
XXX
2. Pelaksanaan penelitian XXXX XXXX
3. Pengolahan data XXXX
4. Pembuatan draft laporan XX
5. Presentasi di depan viewer XX
6. Penyusunan laporan akhir XXXX
7. Pengiriman laporan XX
J. RANCANGAN BIAYA
1. Rekapitulasi biaya
No. Jenis Pengeluaran Jumlah (Rp)
1 2 3
1. Pelaksanaan penelitian 5.500.000,-
2. Transportasi 1.600.000,-
3. Dokumentasi 460.000,-
4. Penyusunan laporan 540.000,-
Total dana diperlukan 8.100.000,-
2. Rincian Pengeluaran
a. Pelaksanaan penelitian
4. Perijinan Rp 200.000,-
5. Biaya penginapan Rp 300.000,-
6. Alat dan Bahan Penelitian Rp 2.500.000,-
7. Uji Laboratorium Rp. 2.000.000,-
8. Olah data Rp 500.000,- +
Jumlah Rp. 5.500.000,-
b. Transportasi
1. Pra kegiatan Rp 100.000,-
2. Pelaksanaan kegiatan Rp 1.400.000,-
3. Pasca kegiatan Rp 100.000,- +
Jumlah Rp 1.600.000,-
c. Dokumentasi
1. Sewa kamera digital Rp 60.000,-
2. Cuci cetak dan scanner Rp 150.000,-
3. Sewa Handycam Rp 150.000,-
4. Transfer ke CD Rp 100.000,- +
Jumlah Rp 460.000,-
d. Penyusunan Laporan
1. Kertas A4 3 rim @ Rp 30.000,- Rp 90.000,-
2. Tinta Printer 4@ Rp 30.000,- Rp. 120.000,-
3. Penggandaan Rp 150.000,-
4. Pengarsipan Rp 100.000,-
5. Copy CD kegiatan Rp 80.000,- +
Jumlah Rp 540.000,-
TOTAL PENGELUARAN Rp 8.100.000,-
K. DAFTAR PUSTAKA
Achmad, T. 1993. Pedoman Teknis Pembenihan Ikan Bandeng. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta. 66 hal.
Austin, B. dan D. A. Austin. 1987. Bacterial Fish Pathogen : Disease of
Farmed and Wild Fish. Praxis Publising. Chicester. P 107 – 238.
Buchanan, R. E and N.E Gibbons .1979. Bergey’s Manual of Deserminative
Bacteriology. 8th Edition. Wiliams and Wlkins. Baltimone.
Cheng – Wu, Z., O. Zmora., 2001. An industrial – size Falt Plate Glass
Reaktor for Mass Production of Nannochloropsis. Aquacultur, 195
: 35 – 49.
Isnanstyo, A. Dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultiur Phytoplankton dan
Zooplankton. Kansius. Jogjakarta. 198 hal.
Istiqomah, L., Triyanto, A Isnanstyo, Kamiso, H. N dan Murdjani. 2001.
Pathogenitas Vibrio fluvialis yang diisolasi Kerapu Tikus. Jurnal
Perikanan Indonesia.
Kamiso, H. N. 1996. Vibriosis Pada Ikan dan Alternatif Cara
Penanggulangannya. Jurnal Perikanan UGM I (1) : 78 – 86 p.
Kusringrum. 2007. Dasar Rancangan Percobaan dan Rancangan Acak
Lengkap. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.
Surabaya.
Murdjani, M. 2002. Identifikasi dan Pathologi Bakteri Vibrio alginolyticus
Pada Ikan Kerapu Tikus. Disertasi. Program Pasca Sarjana.
Universitas Brawijaya.
L. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK
Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama : Diana Meritasari
b. NIM : 060710148P
c. Tempat tanggal Lahir : Surabaya, 06 Mei 1989
d. Fakultas/Program Studi : Perikanan dan Kelautan / S1 Bud.Perairan
e. Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga (UNAIR)
f. Waktu Untuk Kegiatan : 8 Jam/Minggu
(Diana Meritasari)
Anggota Pelaksana
Anggota 1
a. Nama : Riyadhul Jannah
b. NIM : 060710128P
c. Tempat tanggal Lahir : Surabaya, 03 Mei 1989
d. Fakultas/Program Studi : Perikanan dan Kelautan / S1 Bud.Perairan
e. Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga (UNAIR)
f. Waktu Untuk Kegiatan : 8 Jam/Minggu
(Riyadhul Jannah)
Anggota 2
a. Nama : Dina Irshalina
b. NIM : 060710388P
c. Tempat tanggal Lahir : Surabaya, 24 Desember 1988
d. Fakultas/Program Studi : Perikanan dan Kelautan / S1
Bud.Perairan
e. Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga (UNAIR)
f. Waktu Untuk Kegiatan : 8 Jam/Minggu
(Dina Irshalina)
Anggota 3
a. Nama : Sathi’ul Inayah
b. NIM : 140911076
c. Tempat tanggal Lahir :Surabaya, 10 September 199i
d. Fakultas/Program Studi : Perikanan dan Kelautan / S1
Bud.Perairan
e. Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga (UNAIR)
f. Waktu Untuk Kegiatan : 8 Jam/Minggu
(Sathi’ul Inayah)
K. NAMA DAN BIODATA DOSEN PEMBIMBING
a. Nama dan Gelar : A. Shofy Mubarak., S.Pi., M.si
b. NIP : 19731101 200112 1 002
c. Golongan dan pangkat : -
d. Jabatan fungsional : -
e. Fakultas : Perikanan dan Kelautan
f. Perguruan Tinggi : Universitas airlangga
g. Bidang Keahlian : Budidaya Pakan Alami
h. Waktu untuk kegiatan : 6 jam/minggu
(A. Shofy Mubarak., S.Pi., M.si)