eksplorasi mekanisme pertanggungjawaban badan usaha …

24
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan ISSN: 2622-612X (Media Online) Vol.3 No.1 April 2020 116 Eksplorasi Mekanisme Pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Desa Novrilia Wulandari; Intiyas Utami email: [email protected] Universitas Kristen Satyawacana Abstract: The Government of Indonesia encourage sustainable continuous development to eradicate poverty and equitable development in all corners of the region such as in the countryside through VIllage-Enterprise. Establishment of VIllage-Enterprise is carried out to encourage business activities that can increase the income of rural communities. VIllage-Enterprise's success in achieving business objectives is supported through governance. One of the most important aspects of governance practices is responsibility. In its development VIllage-Enterprise has issues in responsibility and management due to lack of Human Resources (HR) from operational implementers. This study aims to explore the responsibility mechanism from the managerial level of VIllage-Enterprise Karya Lestari Manunggal (Kalem) in the Kemasan Village, Sawit District through four components, namely the process of responsibility, the party making the responsibility, the form of responsibility and the party accepting responsibility. The data processing mechanism in this study uses an interactive analysis method. The results of research in VIllage-Enterprise Kalem related to the responsibility mechanism are considered not optimal because the operational managers must simultaneously take office that is not his responsibility, which is contradictive to the contents of AD / ART (Statutes and Bylaws). This is due to the lack of Human Resources (HR) in carrying out the duties and responsibilities to manage VIllage-Enterprise and the low interest of the community to participate as administrators of VIllage-Enterprise due to the lack of knowledge about VIllage-Enterprise and the lack of assistance from the government. Keywords: Responsibility Mechanism, BUMDesa, Governance PENDAHULUAN Komitmen pemerintah dengan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah dua diantaranya yakni mengurangi tingkat kemiskinan, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Republik Indonesia, 2017). Pembangunan berkelanjutan menurut International Institute for Sustainable Development Goals (2015), merupakan terobosan baru dalam hal memberantas kemiskinan dan pemerataan pembangunan menuju perdamaian dan kemakmuran pada semua negara secara universal. Pencapaian implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan didukung melalui kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam suatu negara. United Nations (2018) menyatakan bahwa perencanaan dan

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 116

Eksplorasi Mekanisme Pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Desa

Novrilia Wulandari; Intiyas Utami

email: [email protected]

Universitas Kristen Satyawacana

Abstract: The Government of Indonesia encourage sustainable continuous development to eradicate poverty and equitable development in all corners of the region such as in the countryside through VIllage-Enterprise. Establishment of VIllage-Enterprise is carried out to encourage business activities that can increase the income of rural communities. VIllage-Enterprise's success in achieving business objectives is supported through governance. One of the most important aspects of governance practices is responsibility. In its development VIllage-Enterprise has issues in responsibility and management due to lack of Human Resources (HR) from operational implementers. This study aims to explore the responsibility mechanism from the managerial level of VIllage-Enterprise Karya Lestari Manunggal (Kalem) in the Kemasan Village, Sawit District through four components, namely the process of responsibility, the party making the responsibility, the form of responsibility and the party accepting responsibility. The data processing mechanism in this study uses an interactive analysis method. The results of research in VIllage-Enterprise Kalem related to the responsibility mechanism are considered not optimal because the operational managers must simultaneously take office that is not his responsibility, which is contradictive to the contents of AD / ART (Statutes and Bylaws). This is due to the lack of Human Resources (HR) in carrying out the duties and responsibilities to manage VIllage-Enterprise and the low interest of the community to participate as administrators of VIllage-Enterprise due to the lack of knowledge about VIllage-Enterprise and the lack of assistance from the government.

Keywords: Responsibility Mechanism, BUMDesa, Governance

PENDAHULUAN

Komitmen pemerintah dengan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 Tentang

Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah dua diantaranya

yakni mengurangi tingkat kemiskinan, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi

(Republik Indonesia, 2017). Pembangunan berkelanjutan menurut International Institute

for Sustainable Development Goals (2015), merupakan terobosan baru dalam hal

memberantas kemiskinan dan pemerataan pembangunan menuju perdamaian dan

kemakmuran pada semua negara secara universal. Pencapaian implementasi tujuan

pembangunan berkelanjutan didukung melalui kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

dalam suatu negara. United Nations (2018) menyatakan bahwa perencanaan dan

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 117

pengelolaan merupakan langkah awal bagi pemerintah dalam membuat kebijakan dan

program negara untuk mencapai keberhasilan implementasi kegiatan pembangunan

berkelanjutan dalam suatu negara.

Salah satu wujud implementasi pemerintah Indonesia dalam hal mendukung

pembangunan berkelanjutan yaitu melalui adanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4

Tahun 2015 mendefinisikan bahwa BUMDesa adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang

berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan

usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa (Republik

Indonesia, 2015). BUMDesa didirikan dengan tujuan untuk mendorong dan menampung

tiap kegiatan yang memiliki manfaat dalam peningkatan pendapatan masyarakat melalui

usaha yang dikelola bersama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa (Safitri,

Susilowati, & Mahmudah, 2016). Data yang diambil dari Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia (Kemendes

PDTT) tercatat bahwa hingga Desember 2018 sebanyak 61 persen atau 45.549 desa telah

memiliki BUMDesa (www.kemendesa.go.id).

Pendirian Badan Usaha Milik Desa masih menghadapi kendala pada

perkembangannya. Ridlwan (2015) menyatakan bahwa pengelolaan BUMDesa belum

berjalan optimal karena keterbatasan sumber daya manusia dan tidak adanya standar

operasional sebagai petunjuk dalam pelaksanaan tugas dan mekanisme

pertanggungjawaban. Pengelolaan pertanggungjawaban dapat ditingkatkan dengan

memberdayakan masyarakat desa melalui pelatihan dan sosialisasi sebagai salah satu

bentuk peningkatan kualitas SDM bagi masyarakat saat kegiatan perekrutan BUMDesa

dilakukan. Anggreini (2016) mengungkapkan pada BUMDesa di Gunung Kidul

Yogyakarta terdapat permasalahan dalam perekrutan karyawan, dan tuntutan

profesionalisme dari warga desa kepada pihak pengelola BUMDesa.

Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Semarang mengalami kejadian serupa yaitu

pengelolaan BUMDesa belum sepenuhnya optimal, akibat keterbatasan SDM dari pihak

pengelola dan kurangnya pendampingan dari pemerintah Provinsi dan pemerintah

Kabupaten (Safitri et al., 2016). Keterbatasan SDM dari masyarakat desa sebagai

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 118

pengelola BUMDesa serta kurangnya pendampingan dari pemerintah merupakan faktor

pendukung yang menyebabkan BUMDesa belum berkembang secara optimal. Damara,

Prihatin, & Herawati (2017) mengungkapan pada BUMDesa di desa Tambak Rejo

Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal ditemukan bahwa kurangnya keahlian dan

keterampilan dalam mengurus BUMDesa secara profesional oleh penduduk desa

menyebabkan perkembangan BUMDesa belum optimal. Kurangnya keahlian masyarakat

sebagai pelaksana operasional dalam pengelolaan BUMDesa dapat menimbulkan resiko

terjadinya kecurangan akibat pengetahuan dan keterampilan yang belum memadai.

Beberapa penelitian (Ridlwan, 2015; Anggraeni, 2016; Safitri et al., 2016; Damara

et al., 2017; Wonar et al., 2018), mengindikasikan adanya gap, tentang pengoptimalan

BUMDesa yang belum memadai dikarenakan SDM (Sumber Daya Manusia) pengelola

BUMDesa belum optimal pada tahap pengelolaan dan mekanisme pertanggungjawaban

pelaksanaan BUMDesa. Hal tersebut didukung melalui pernyataan Menteri

Pembangunan Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo

menyatakan bahwa selama ini BUMDesa yang berhasil adalah BUMDesa yang memiliki

sumber daya manusia yang baik, sementara BUMDesa yang belum berkualitas, menjadi

tertinggal (www.kompas.com). Mekanisme pertanggungjawaban merupakan sebuah alur

atau proses pertanggungjawaban yang menjelaskan tentang bagaimana sesuatu dapat

terjadi dalam sebuah organisasi untuk mencapai pertumbuhan usaha yang lebih

komprehensif (Jin & Kirsch, 2015). Pada perkembangan BUMDesa, diperlukan adanya

mekanisme sebagai alur atau proses yang terkait otorisasi pemisahan tugas dan wewenang

pada pengelola dalam menjalankan tugas pertanggungjawabannya. Mekanisme

pertanggungjawaban terdiri atas: 1) Proses pertanggungjawaban, 2) Pihak yang membuat

pertanggungjawaban, 3) Bentuk pertanggungjawaban, 4) Pihak yang menerima hasil

pertanggungjawaban.

Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi mekanisme pertanggungjawaban

pada pengelola BUMDesa Karya Lestari Manunggal di Desa Kemasan Kecamatan Sawit,

Kabupaten Boyolali. BUMDesa pada desa Kemasan terdiri atas tiga, yakni destinasi

wisata, air bersih dan pengolahan sampah plastik. BUMDesa Karya Lestari Manunggal

di Desa Kemasan didirikan untuk menambah modal masyarakat dalam meningkatkan

profit (laba) desa di luar dari pemasukan yang berasal dari pemerintah, serta untuk

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 119

meningkatkan SDM masyarakat melalui pemberdayaan seperti perekrutan karyawan

BUMDesa dengan melakukan pelatihan dan sosialisasi rutin dari pihak pemerintah.

Manfaat teoritis dari penelitian ini bagi para peneliti atau pihak akademisi adalah

mendapatkan pengetahuan dan wawasan terkait pertanggungjawaban dalam

pengendalian organisasional khususnya konteks BUMDesa. Manfaat praktis dari

penelitian ini bagi pengelola BUMDesa yaitu dapat digunakan untuk mengambil

kebijakan dalam mewujudkan mekanisme pertanggungjawaban yang optimal untuk

otorisasi tugas dan wewenang sebagai bentuk dukungan dalam menjawab tantangan

pembangunan berkelanjutan.

TINJAUAN LITERATUR

Tata Kelola BUMDesa

Tata kelola merupakan bagian dari usaha pemerintah Indonesia untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat desa melalui pembangunan berkelanjutan dengan

melakukan pendirian BUMDesa sesuai dengan Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun

2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha

Milik Desa (Republik Indonesia, 2015). Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dengan pengoptimalan aset

desa dan pengelolaan potensi ekonomi desa melalui penerapan prinsip tata kelola. Tata

kelola merupakan kepentingan organisasi dalam meningkatkan pengawasan dan

pertanggungjawaban yang dilakukan untuk menekan perilaku menyimpang di dalam

organisasi (Soewarno, 2018).

Penyelenggaraan pembangunan melalui BUMDesa harus ditingkatkan melalui

pelaksanaan tata kelola BUMDesa yang baik. Utami, Hapsari & Kean (2019)

menjelaskan prinsip tata kelola yang baik terdiri atas: 1) Transparansi, merupakan prinsip

keterbukaan informasi sehingga terhindar dari benturan kepentingan berbagai hak, 2)

Akuntabilitas, yaitu BUMDesa harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar, 3) Responsibilitas, berarti BUMDesa harus mematuhi perundang-

undangan dan aturan-aturan yang berlaku, termasuk perlindungan lingkungan hidup dan

persaingan yang sehat, 3) Independensi, disini artinya para pengelola BUMDesa harus

bersifat profesional, mandiri, bebas dari pengaruh atau tekanan manapun dalam

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 120

pengambilan keputusan, 4) Fairness (Keadilan), para pengelola harus memperlakukan

semua pemangku kepentingan BUMDesa termasuk warga secara adil dan setara. Prinsip

pertanggungjawaban pada tata kelola merupakan bentuk kesesuaian serta kepatuhan

dalam pengelolaan organisasi yang mengacu pada prinsip korporasi yang sehat dan

ditunjang melalui aturan yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan. Sebuah

organisasi wajib melaksanakan pertanggungjawaban untuk menjaga kesinambungan

usaha dalam mencapai kesejahteraan bersama (Sari et.al.,2018). Pertanggungjawaban

dalam tata kelola merupakan salah satu komponen dasar yang harus dijalankan oleh

organisasi untuk memenuhi keberlanjutan usaha dalam rangka menjawab tantangan

pembangunan berkelanjutan. Tata kelola BUMDesa merupakan seperangkat peraturan,

prinsip-prinsip yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan mencegah

serta mengurangi manipulasi atau kesalahan yang signifikan dalam pengelolaan

organisasi.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) menurut Peraturan Menteri Desa

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun

2015 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa

melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan

guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan masyarakat Desa. (Republik Indonesia, 2015). Pengembangan usaha desa

pada organisasi BUMDesa tersebut didukung melalui potensi dan keanekaragaman

sumber daya alam yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui

adanya laba (profit) dari kegiatan usaha desa serta pengelolaan yang dilakukan oleh

masyarakat desa yang berperan sebagai pelaksana operasional. Pemberdayaan sumber

daya manusia pada masyarakat desa sebagai pelaksana operasional dalam BUMDesa,

dapat ditingkatkan melalui sosialisasi serta pelatihan dari pemerintah. Heikkurinen (2018)

menyatakan pertanggungjawaban (responsibility) merupakan salah satu unsur penting

dalam sebuah organisasi untuk merealisasikan visi dan misi utama organisasi.

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 121

Mekanisme Pertanggungjawaban BUMDesa

Mekanisme pertanggungjawaban BUMDesa dalam pendirian dan pengelolaan

BUMDesa terdiri atas susunan kepengurusan organisasi pada pihak pengelola dan

pertanggungjawaban pelaksanaan BUMDesa hal ini merujuk pada Peraturan Menteri

Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Badan Usaha Milik Desa diungkapkan bahwa

Pengelola BUMDesa paling tidak terdiri dari Penasihat, Pelaksana Operasional dan

Pengawas. Susunan kepengurusan dalam organisasi BUMDesa didukung melalui adanya

mekanisme pertanggungjawaban sebagai bentuk pengendalian organisasional. Kujala,

Lamsa & Riivari (2017) menyatakan keterlibatan manajemen dan pemangku kepentingan

disertai adanya peraturan untuk mempengaruhi sikap tanggung jawab merupakan hal

yang penting untuk mengukuhkan kesuksesan jangka panjang sebuah organisasi.

Organisasi perlu menjalankan mekanisme pertanggungjawaban untuk meningkatkan

kemauan pada individu atau kelompok dalam menyadari peran serta tugas sesuai aturan

yang ditetapkan untuk mencapai keberlanjutan organisasi dalam mengembangkan usaha.

Pertanggungjawaban merupakan karakteristik yang mempengaruhi organisasi, kemauan

individu dan kelompok dalam merespons tekanan eksternal seperti aturan terkait peran

dalam melaksanakan tugas (Robinson & Smith, 2012). Mekanisme pertanggungjawaban

pada organisasi merupakan otorisasi peran serta wewenang untuk mengatur organisasi

dalam mencapai tujuan organisasi.

Duncan (2013) menyatakan ada delapan unsur utama terkait pertanggungjawaban

yang penting untuk diterapkan didalam sebuah negara atapun organisasi tiga diantaranya

yang terkait dengan proses mekanisme pertanggungjawaban yaitu: 1) Adanya prosedur

dan proses, 2) Pemisahan wewenang, 3) Tanggung jawab pelaporan.

Mekanisme pertanggungjawaban jika dikaitkan dengan ketiga unsur utama yang

dikemukakan oleh Duncan (2013) dan Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015

tentang susunan kepengurusan BUMDesa maka penjabaran berdasarkan konsep

pemikiran, terbagi atas empat hal berikut dalam proses pelaksanaannya: 1) Proses

pertanggungjawaban, adalah alur kegiatan BUMDesa dalam melakukan otorisasi

pemisahan tugas dan tanggung jawab pada pihak pengelola; 2) Pihak yang membuat

pertanggungjawaban, adalah pihak pengelola BUMDesa yang melakukan tugas dan

tanggungjawab dalam menjalankan dan mengembangkan seluruh kegiatan operasional

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 122

BUMDesa; 3) Bentuk pertanggungjawaban, merupakan hasil pertanggungjawaban dari

pihak pengelola terkait kesesuaian pembagian tugas meliputi tanggung jawab dan

wewenang sesuai dengan AD/ART BUMDes; 4) Pihak yang menerima

pertanggungjawaban, adalah orang yang memiliki kepentingan dalam menilai serta

memberi evaluasi terhadap perkembangan BUMDesa seperti Komisaris, Dewan

Pengawas, Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), DISPERMASDES,

Biro Perekonomian Kecamatan, Pengurus BUMDesa dan Masyarakat Desa.

Pertanggungjawaban berarti BUMDesa harus mematuhi perundang-undangan dan

aturan-aturan yang berlaku, termasuk perlindungan lingkungan hidup dan persaingan

yang sehat.

METODA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan pada Badan Usaha

Milik Desa di Desa Kemasan, Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Waktu penelitian

dimulai pada pertengahan Agustus sampai dengan awal September 2019. Acuan

penelitian berdasar Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,

Pengurusan, dan Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Republik

Indonesia, 2015) sebagai salah satu tolak ukur kesesuaian antara peraturan yang dibuat

dengan pengelolaan yang ada pada kegiatan operasional Badan Usaha Milik Desa Karya

Lestari Manunggal Desa Kemasan. Data yang yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan data struktur organisasi, AD/ART BUMDesa, biodata dari pelaksana

operasional BUMDesa dan notulensi rapat desa.

Mekanisme Pengolahan Data

Mekanisme pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

analisis interaktif melalui tiga tahapan yaitu: 1) Tahapan pertama dalam penelitian ini

adalah melakukan observasi melalui musyawarah desa dan wawancara kepada Ketua

pengelola (Direktur Utama), Kepala Desa (Komisaris), Direktur Keuangan, Direktur

Operasional, Dewan Pengawas, Ketua RT dan masyarakat desa. Validitas dan reliabilitas

dalam penelitian kualitatif dilakukan untuk meyakini sebuah jawaban dengan

mengkonfirmasi dari satu sumber ke sumber lain. Wawancara secara mendalam ini

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 123

didasarkan pada tujuan penelitian terkait mekanisme pertanggungjawaban yang

berdasarkan empat komponen yaitu: Pertama, proses pertanggungjawaban adalah alur

kegiatan BUMDesa dalam melakukan otorisasi pemisahan tugas dan tanggung jawab

pada pihak pengelola. Kedua, pihak yang membuat pertanggungjawaban adalah pihak

pengelola BUMDesa yang melakukan tugas dan tanggungjawab dalam menjalankan dan

mengembangkan seluruh kegiatan operasional BUMDesa. Ketiga, bentuk

pertanggungjawaban, merupakan hasil pertanggungjawaban dari pihak pengelola terkait

kesesuaian pembagian tugas meliputi tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan

AD/ART BUMDes. Keempat, pihak yang menerima pertanggungjawaban, adalah orang

yang memiliki kepentingan dalam menilai serta memberi evaluasi terhadap

perkembangan BUMDesa seperti Komisaris, Dewan Pengawas, Pemerintah Desa, Badan

Permusyawaratan Desa (BPD), DISPERMASDES, Biro Perekonomian Kecamatan,

Pengurus BUMDesa dan Masyarakat Desa. 2) Tahapan kedua menyajikan hasil observasi

melalui informasi yang didapat saat mengikuti musyawarah desa dan hasil wawancara

terkait empat komponen mekanisme pertanggungjawaban; 3) Tahapan ketiga yakni

menarik kesimpulan dari hasil observasi dan wawancara terkait mekanisme

pertanggungjawaban. Informasi tambahan untuk penelitian ini diperoleh dengan

mengikuti kegiatan musyawarah desa yang dilaksanakan pada 4 September 2019 dan 25

Januari 2020. Penelitian melalui tahapan mekanisme pengolahan data ini bertujuan untuk

memberikan gambaran secara detail terkait permasalahan yang dialami oleh pihak

pengelola dalam menerapkan mekanisme pertanggungajawaban melalui empat

komponen mekanisme pertanggungjawaban.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Desa

Karya Lestari Manunggal adalah nama dari Badan Usaha Milik Desa Kemasan

terletak di Desa Kemasan, Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah

didirikan pada bulan Juni. Badan Usaha Milik Desa Karya Lestari Manunggal pada desa

Kemasan terdiri atas tiga unit usaha dan dikelola oleh pelaksana operasional yang terbagi

ditiap unit, desa wisata (Dewa Emas), pengolahan ikan (Minamkuti), air bersih

(Pamsimas) dan pengolahan sampah plastik (Sabamas). BUMDesa Kalem didirikan

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 124

berdasarkan Peraturan Desa No.13 Tahun 2016 dengan struktur kepengurusan seperti

berikut:

Struktur Kepengurusan Badan Usaha Milik Desa Kemasan “Karya Lestari Manunggal”

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1 Struktur Organisasi BUMDesa KALEM

Tata Kelola BUMDesa

Tata kelola merupakan salah satu usaha pemerintah Indonesia dalam mewujudkan

pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan taraf hidup masyarakat desa dengan

mengeluarkan Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,

Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Republik

Indonesia, 2015). Pelaksanaan tata kelola unit-unit usaha BUMDes Karya Lestari

Manunggal memegang prinsip Good Corporate Governance (GCG). Transparansi, pada

proses pengambilan keputusan pengelola BUMDesa berkoordinasi dengan komisaris dan

pengawas terutama dalam menjalin kerja sama dan arah kebijakan lainnya. Kemandirian,

perkembangan unit usaha dilakukan pada BUMDesa Karya Lestari Manunggal dengan

memperhatikan 3 prinsip yaitu: mempertinggi kompetensi, memperbanyak kolaborasi

dan memperkecil kompetisi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh

Bapak SS selaku komisaris:

Karyawan  Karyawan 

Kepala Unit Kepala Unit 

Pemegang Saham  Komisaris 

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 125

“Untuk tata kelola di BUMDesa Kalem sendiri kami lakukan dengan prinsip Good

Corporate Governance (GCG) yakni semuanya kegiatan melalui proses koordinasi

dengan komisaris (kepala desa) dan pengawas. Kami lakukan hal ini untuk mencapai

optimalnya kompetensi dari pihak pengelola, bekerjasama dengan pihak eksternal

BUMDesa lain diluar Boyolali dan membuat sebuah unit usaha yang sedikit berbeda dari

BUMDesa lain dan tentunya dapat terus maju”.

Akuntabel, yaitu BUMDesa Karya Lestari Manunggal sebagai unit pengembangan

perekonomian desa dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat serta sebagai

Pendapatan Asli Desa (PADes) yang nantinya digunakan kembali untuk pembangunan

desa. BUMDesa Karya Lestari Manunggal berkoordinasi dengan kepala Desa selaku

komisaris serta melaporkan arus kas atau kegiatan secara berkala hal ini merupakan

wujud pertanggungjawaban pengelola terhadap kegiatan BUMDesa Karya Lestari

Manunggal. Pertanggungjawaban, yaitu pengelolaan disesuaikan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Tujuannya

agar kegiatan berjalan secara maksimal serta kelangsungan unit usaha BUMDesa berjalan

secara kontinyu. Kewajaran, yaitu pengelola dalam menjalankan usaha atau kegiatan

sesuai dengan peraturan yang berlaku, semua kegiatan dilaksanakan secara rill atau nyata.

Prinsip tata kelola diterapkan pihak pengelola BUMDesa Kalem sebagai landasan dalam

pelaksanaan dan pengelolaan unit usaha. Untuk mendukung taraf hidup masyarakat desa

melalui pembangunan berkelanjutan yang dicerminkan melalui unit usaha BUMDesa

Kalem.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) melalui Undang-undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa dinyatakan sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagaian besar

modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari

kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya

untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa (Republik Indonesia, 2014).

Badan Usaha Milik Desa Kemasan memiliki sumber mata air yang tergolong lancar dan

bersih sehingga hal ini kemudian dijadikan sebagai salah satu unit usaha Desa Wisata

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 126

Kemasan yakni Dewa Emas yang terkenal dalam hal outbound, resto, dan kolam

renangnya

Pembentukan BUMDesa adalah benar-benar untuk memaksimalkan potensi

masyarakat desa baik itu potensi ekonomi, sumber daya alam, ataupun sumber daya

manusianya. Pengembangan usaha desa didukung melalui potensi dan keanekaragaman

sumber daya alam untuk dijadikan aset desa sebagai unit kegiatan usaha desa. Hal

tersebut didukung melalui Utami et.al., (2019) menjelaskan bahwa Badan Usaha Milik

Desa (BUMDesa) merupakan sebuah badan usaha yang sebagian atau bahkan seluruh

modalnya dari kekayaan desa, namun dipindahkan melalui penyertaan modal langsung

untuk mengelola jasa, pelayanan dan usaha lainnya untuk kesejahteraan masyarakat desa

yang sebesar-besarnya. Badan usaha dalam menjalankan roda perekonomian memiliki

unit usaha yang bertujuan untuk menghasilkan laba (profit), begitu juga dengan

BUMDesa Karya Lestari Manunggal, adapun unit usaha yang sudah terbentuk saat ini

adalah unit wisata (Dewa Emas), unit air bersih (Pamsimas) dan unit pengolahan sampah

(Sabamas). Hal ini sesuai dengan pernyataan bapak SS selaku komisaris:

“Awalnya saat membentuk BUMDesa kami juga belum kepikiran mau ngembangin

usaha apa karena memang keterbatasan SDA juga, sampai pada akhirnya kami sadar

bahwa potensi desa kemasan ada di sumber mata airnya hingga terbentuk lah dewa emas

sebagai salah satu unit usaha BUMDesa Kalem”.

Potensi ekonomi yang ada di Desa Kemasan dikembangkan melalui unit usaha

BUMDesa Karya Lestari Manunggal untuk dijadikan unit usaha yang bertujuan untuk

mengembangkan pendapatan desa serta mensejahterakan masyarakat desa. Hal ini sesuai

dengan Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2015 pasal 3 menyatakan ada delapan tujuan

organisasi BUMDesa didirikan salah satunya yakni meningkatkan usaha masyarakat

dalam pengelolaan potensi ekonomi desa (Republik Indonesia, 2015).

Mekanisme Pertanggungjawaban BUMDesa

Mekanisme pertanggungjawaban BUMDesa merupakan sebuah alur yang

memiliki tujuan dalam mengatur dan mempertegas hubungan, peran,wewenang serta

tanggung jawab pengelola serta pemangku kepentingan dalam menjalankan BUMDesa.

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 127

Duncan (2013) menyatakan tiga pelaksanaan pertanggungjawaban yaitu: 1) pemisahan

wewenang antar pengelola, 2) penggunaan prosedur dan proses 3) tanggung jawab

pelaporan akuntansi. Pada pendirian dan pengelolaan pertanggungjawaban pelaksanaan

BUMDesa terdapat susunan kepengurusan organisasi yang merujuk pada Peraturan

Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Badan Usaha Milik Desa yakni semua warga

desa berhak menjadi pengelola BUMDesa. Pengelola BUMDesa paling tidak terdiri dari

Penasihat, Pelaksana Operasional, dan Pengawas. Mekanisme pertanggungjawaban jika

dikaitkan dengan fenomena BUMDesa yang merujuk pada Peraturan Menteri Desa

Nomor 4 Tahun 2015 dan ketiga unsur utama yang dikemukakan oleh Duncan (2013)

maka penjabaran berdasarkan konsep pemikiran mekanisme pertanggungjawaban terdiri

atas: 1) proses pertanggungjawaban, 2) pihak yang membuat pertanggungjawaban, 3)

bentuk pertanggungjawaban, dan 4) pihak yang menerima hasil pertanggungjawaban.

Proses pertanggungjawaban BUMDesa Kalem

Proses pertanggungjawaban merupakan alur kegiatan BUMDesa yang dilakukan

oleh pihak pengelola dalam melakukan otorisasi pemisahan tugas dan tanggungjawab.

BUMDesa Kalem melaksanakan proses pertanggungjawaban untuk memberikan

gambaran mengenai alur kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengelola atas kegiatan

operasional unit usaha desa hal yang dilakukan pertama kali adalah perencanaan program

dan kebijakan BUMDesa sesuai RABDes (Rencana Anggaran Belanja Desa). Hal ini

sesuai dengan pernyataan Ibu P selaku direktur utama yang menyatakan bahwa:

“Untuk proses pertanggungjawaban kami mulai dengan merencanakan program

dan kebijakan BUMDesa yang disesuaikan sama RABDes bersama dengan Komisaris

dan dewan pengawas”.

Bapak R selaku Direktur Keuangan juga menambahkan:

“Singkatnya untuk proses pertanggungjawaban kami itu begini, jadi waktu diskusi

soal program dan kebijakan bersama komisaris kami akan sampaikan perihal kebutuhan

dari tiap unit usaha dan apa yang sekiranya ingin dicapai karena ya menyangkut usaha

kan jadi ya harus balik modal itu target kami”.

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 128

Bapak T selaku kepala divisi bidang pengelolaan unit menambahkan:

“Perencanaan program dan kebijakan kami lakukan bersama dengan kepala desa

dan dewan pengawas melalui rapat rutin, kami menyampaikan program yang ingin kami

lakukan dari masing-masing unit usaha dan kebijakan yag tepat untuk tiap unit supaya

bisa tetap berkembang yang disesuaikan lagi dengan RABDes”.

Bapak SS selaku Komisaris juga menambahkan:

“Kami selalu adakan diskusi untuk program dan kebijakan BUMDes karena kan

harus disesuaikan dengan RABDes untuk tahun berikutnya lewat rapat rutin”.

Tahap kedua penyampaian program dan kebijakan BUMDesa yang sudah

didiskusikan sebelumnya antara direktur utama, dewan pengawas, direktur keuangan, dan

kepala divisi bidang pengelolaan unit kemudian disampaikan kembali melalui

Musyawarah Desa, kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) Komisaris, Dewan

Pengawas, Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), DISPERMASDES,

Biro Perekonomian Kecamatan, dan Perwakilan RT/RW untuk mewakili masyarakat

desa. Terkhusus untuk informasi yang didapatkan oleh perwakilan RT/RW yang hadir

akan menyampaikan kembali ke masyarakat melalui kegiatan sosialisasi.

Informasi yang diperoleh saat mengikuti musyawarah desa 1 terkait penyampaian

program dan kerbijakan pemerintah desa. Pengimplementasian program dan kebijakan

BUMDesa juga dilakukan untuk melakukan otorisasi pemisahan tugas dan

tanggungjawab pada pihak pengelola. Pada implemantasinya realisasi dari

pengimpelemtasian program dan kebijakan hanya dilakukan oleh 3 (tiga orang) pengurus

yakni: direktur utama, direktur keuangan dan kepala divisi pengelolaan unit, selebihnya

adalah pengurus pada tiap unit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu P selaku direktur

pengelola BUMDesa yang menyatakan:

“Kalau untuk peraturan BUMDesa khusus susunan organisasi peraturannya dari

AD/ART itu, tapi kalau untuk karyawan dari unit usaha BUMDesanya ada dibuat

tersendiri contohnya resto kayak dewa emas itu ada panduan 1,2,3 dan 4 jadi panduan

penerimaan tamu karena karyawannya juga ada 11 orang, tapi khusus untuk air bersih

(pamsimas) hanya 1 orang karyawan dan pengolahan sampah (sabamas) hanya 2 orang

karyawan”.

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 129

Ibu P selaku direktur utama juga menambahkan:

“Kami bekerja dengan orang pemberdayaan, kita ga bekerja dengan orang yang

lulusan SMK, SMA atau sarjana yang mengenal atau bisa diarahkan. Ya sebenarnya

untuk aturan beradasarkan panduan yang kami buat itu efektifnya ketika kita pakai lisan

dan diawasi langsung. Karena, ya kalau hanya pake kertas yang isinya panduan dan

aturan itu kan mereka ga terbiasa soalnya sebelumnya karyawan unit inikan biasanya

bekerja diperorang, bukan bekerja dikelompok.

Hal ini menunjukkan jika BUMDesa kalem dalam melaksanakan kegiatan

operasional telah memiliki proses pertanggungjawaban, dimana aturan yang terkandung

dalam aturan khusus karyawan memiliki tekanan yang mampu mempengaruhi kemauan

individu untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini sesuai dengan

Robinson (2012) yang menyatakan bahwa pertanggungjawaban merupakan karakteristik

yang mempengaruhi organisasi, kemauan individu dan kelompok dalam merespons

tekanan eksternal seperti aturan terkait peran dalam melaksanakan tugas.

Pertanggungjawaban tugas dan wewenang adalah bagian evaluasi yang dilakukan

atas kinerja yang telah dilakukan oleh pihak pengelola BUMDesa Kalem yang terdiri atas

direktur utama, direktur keuangan dan kepala divisi pengelolaan unit usaha untuk

mempertanggungjawabkan hasil dari pelaksanaan program dan kebijakan di unit usaha.

Hal ini didukung pernyataan Bapak SS selaku komisaris yang menyatakan:

“Sejauh ini kinerja dari pengelola bumdesa itu sudah cukup baik, walaupun

mereka hanya terdiri atas 3 orang dan harus merangkap jabatan tapi

pertanggungjawaban dari unit sampai pada saya dan dewan pengawas juga sesuai

dengan yang ada dilapangan karena kan kami juga memantau kinerja mereka, kami

melakukan evaluasi rutin dilevel pengurus operasional melalu rapat evaluasi yang kami

lakukan sebanyak 1 (satu) bulan sekali terkait pelaksanaan program dan kebijakan yang

sudah dilaksanakan”.

Proses pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pengelola BUMDesa Kalem

terdiri atas 4 (empat) yakni: 1) Perencanaan program dan kebijakan BUMDesa sesuai

RABDes, 2) Penyampaian program dan kebijakan BUMDes melalui Musyawarah Desa,

3) Pengimplementasian program dan kebijakan, 4) Pertanggungjawaban tugas dan

wewenang. BUMDesa Karya Lestari Manunggal melakukan proses pertanggungjawaban

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 130

berdasarkan acuan AD/ART yang memuat terkait peraturan tentang tugas dan

tanggungjawab kemudian untuk karyawan unit usaha ada aturan dan panduan yang berisi

tentang tata cara pengerjaan tugas. Proses pertanggungjawaban pada level pengurus yang

dilakukan oleh BUMDesa Kalem mengindikasikan bahwa pembagian tugas belum

optimal, karena kurangnya SDM dan tenaga kerja sehingga hal ini tidak sesuai dengan

pembagian tugas dan wewenang sesuai jabatan yang ada didalam AD/ART. Hal yang

serupa juga terjadi pada penelitian yang dilakukan Safitri et.al.,(2016) yang

mengungkapkan tentang pengelolaan Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Semarang,

belum sepenuhnya optimal akibat keterbatasan SDM dari pihak pengelola. Hal tersebut

sesuai dengan hasil penelitian dari Anggreini (2016) yang mengungkapkan pada

BUMDesa di Gunung Kidul Yogyakarta terdapat permasalahan dalam perekrutan

karyawan penyerapan tenaga kerja lokal dari masyarakat desa masih kurang akibat

keterbatasan SDM dalam hal pengelolaan BUMDesa.

Pihak yang Membuat Pertanggungjawaban pada BUMDesa Kalem

Pihak pengelola BUMDesa merupakan orang yang melakukan tugas dan

tanggungjawab dalam menjalankan dan mengembangkan seluruh kegiatan operasional

BUMDesa. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang dilakukan oleh pihak pengelola

BUMDesa Kalem didasarkan pada aturan yang tertuang didalam AD/ART BUMDesa

Kalem. Anggran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) merupakan aturan dan

acuan BUMDesa dalam mendirikan, mengelola aktivitas operasional sampai

menyelesaikan permasalahan yang ada di organisasi. Pada BUMDesa Kalem pihak

membuat pertanggungjawaban terkait pengelolaan operasional kegiatan BUMDesa

Kalem adalah direktur utama, direktur keuangan dan kepala divisi bidang pengelolaan.

Pembagian tugas yang ada di BUMDesa Kalem belum sepenuhnya diterapkan secara

optimal.

Peristiwa terkait belum optimalnya penerapan dalam pembagian atau otorisasi tugas

pada kegiatan operasional BUMDesa Kalem memang mengarah pada kurangnya SDM

sehingga mengharuskan pengurus BUMDesa yang aktif yakni, direktur utama, direktur

operasional dan kepala divisi bidang pengelolaan unit usaha untuk turun tangan dalam

mengawasi dan mengelola secara langsung kegiatan BUMDesa, meskipun hal tersebut

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 131

bukan bagian dari tugas serta tanggungjawab dari ketiga pengelola BUMDesa Kalem.

Heikkurinen (2018) menyatakan pertanggungjawaban (responsibility) merupakan salah

satu unsur penting dalam sebuah organisasi untuk merealisasikan visi dan misi utama

organisasi.

Pihak yang melakukan pertanggungjawaban atas kegiatan operasional BUMDesa

Kalem berdasarkan hasil wawancara adalah direktur utama, direktur keuangan dan kepala

divisi bidang pengelolaan unit usaha. Mekanisme pertanggungajwaban pada tahap pihak

yang membuat pertanggungjawaban mengindikasikan bahwa pertanggungjawaban belum

maksimal dari segi SDM hal ini dibuktikan karena pembagian/otorisasi tugas yang

harusnya terdiri atas 6 (enam) orang pengurus hanya dijalankan oleh 3 (tiga) orang yakni

1 orang merangkap 2 (dua) jabatan sekaligus. Kemudian, dalam pelaksanaan tugas dan

tanggungjawab dari pihak yang membuat pertanggungjawaban BUMDesa Kalem,

komisaris selaku komisaris dan dewan pengawas juga turut membantu dalam

memberikan saran serta pengawasan. Pihak pengelola yang terlibat dalam proses

pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Desa Karya Lestari Manunggal memiliki

susunan kepengurusan yang merujuk pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015

tentang Badan Usaha Milik Desa pada bagian Pengelola BUMDesa paling tidak terdiri

dari Penasihat, Pelaksana Operasional dan Pengawas.

BUMDesa Kalem menjalankan mekanisme pertanggungjawaban dengan

menggunakan acuan AD/ART, dalam pelaksanaannya kurangnya SDM dan rendahnya

minat dari masyarakat untuk turut berpartisipasi sebagai pengurus BUMDesa

dikarenakan pengetahuan tentang BUMDesa masih minim serta kurangnya

pendampingan dari pemerintah sehingga hal ini membuat pelaksana operasional

merangkap tugas dan tanggungjawab yang seharusnya tidak menjadi tugasnya. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Safitri, et.al., (2016) yang menyatakan bahwa Badan Usaha

Milik Desa di Kabupaten Semarang untuk pengelolaan BUMDesa belum sepenuhnya

optimal, akibat keterbatasan SDM dari pihak pengelola dan kurangnya pendampingan

dari pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten.

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 132

Bentuk Pertanggungjawaban pada BUMDesa Kalem

Bentuk pertanggungjawaban merupakan hasil pertanggungjawaban dari pihak yang

melakukan pertanggungjawaban atas kegiatan operasional BUMDesa terkait kesesuaian

pembagian tugas, tanggungjawab dan wewenang yang dilakukan oleh pihak pengelola

apakah sudah sesuai dengan yang tertuang dalam AD/ART. Pada BUMDesa Kalem

bentuk pertanggungjawaban tiap pengelola merupakan kesesuaian antara tugas dan

tanggung jawab yang dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan pembagian tugas dan

tanggungjawab yang tertuang didalam AD/ART. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu P

selaku direktur utama yang menyatakan:

“Ya kalau disini kami bentuk pertanggungjawabannya ya melalui tindakan yang

dilakukan di BUMDesa istilah e ya kerja nyatanya gimana sesuai dengan yang di

AD/ART terus dibahas dan dievaluasi waktu rapat evaluasi bersama komisaris dan

dewan pengawas”.

Bapak SS selaku komisaris juga menambahkan:

“Bentuk pertanggungjawaban nyata dari pengurus BUMDesa kami nilai ya dari

laporan per divisi waktu rapat internal khusus pengurus terkait ketercapaian rencana

dan kinerjanya selama mengelola tugas dan tanggungjawab sesuai jabatannya masing-

masing dan kami sesuaikan juga dengan hasil laporan dari dewan pengawas selaku pihak

yang memantau kinerja dari pihak pengurus sampai ke unit usaha”.

Direktur utama merupakan pihak yang bertugas dalam hal pengelolaan, koordinasi

tugas dan kerjasama antar unit-unit usaha. Pada BUMDesa kalem direktur utama juga

merangkap tugas sebagai Kepala divisi bidang kerjasama melaksanakan studi kelayakan

rencana kerja BUMDesa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak R selaku direktur

keuangan, Bapak T selaku kepala divisi pengelolaan unit, Bapak H selaku dewan

pengawas, Bapak SS selaku Komisaris, dan Ibu P selaku direktur utama.

Direktur keuangan merupakan pihak yang bertugas dalam hal membuat dan

menyusun laporan keuangan. Pada BUMDesa kalem direktur keuangan merangkap tugas

sebagai Direktur Operasional yakni dalam hal membantu direktur utama dalam

mengarahkan dan mengendalikan kegiatan operasional organisasi kerja BUMDesa

Kalem. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu P selaku direktur utama, Bapak H selaku

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 133

dewan pengawas, Bapak SS selaku Dewan Komisaris, Bapak T selaku kepala divisi unit

usaha dan Bapak R selaku direktur keuangan.

Kepala divisi bidang pengelolaan unit usaha pihak yang bertugas dalam

pemantauan dan evaluasi Bapak T selaku kepala divisi pengelolaan unit usaha terhadap

pengelolaan kegiatan operasional usaha unit-unit usaha. Pada BUMDesa Kalem direktur

keuangan merangkap sebagai Kepala divisi bidang pengelolaan pemantauan unit-unit

usaha bersama BUMDesa bertugas mendorong peningkatan kinerja organ unit usaha. Hal

ini sesuai dengan pernyataan dari Ibu P selaku direktur utama, Bapak R selaku direktur

keuangan, Bapak SS selaku komisaris, Bapak H selaku dewan pengawas, dan Bapak T

selaku kepala divisi pengelolaan unit usaha.

Bentuk pertanggungjawaban yang ada pada BUMDesa Karya Lestari Manunggal

masih disampaikan dalam bentuk lisan melalui rapat evaluasi internal rutin yang diadakan

setiap 1 (satu) bulan sekali. Melalui rapat evaluasi tersebut hasil kerja dari masing-masing

pihak pengurus BUMDesa yang terdiri atas Komisaris, Dewan Pengawas, Direktur

Utama, Direktur Keuangan, Kepala Divisi Bidang Pengelolaan Unit Usaha akan

disampaikan secara lisan dengan menilai kesesuaian antara hasil capaian dari tiap pihak

sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang tertuang didalam AD/ART BUMDesa

Kalem. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu P selaku direktur utama, bapak SS selaku

komisaris dan bapak H selaku dewan pengawas.

Pertanggungjawaban merupakan bentuk dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh

individu atau kelompok untuk mengoptimalkan kinerja organisasi dalam dalam

merealisasikan tujuan serta rencana. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

ditemukan bahwa pengurus BUMDesa melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya

sebagai wujud implementasi hasil kerja yang dipengaruhi dari adanya AD/ART yang

berisi tentang pembagian tugas dan tanggungjawab. Hal ini mendukung penelitian

Robinson (2012) yang menyatakan pertanggungjawaban merupakan karakteristik yang

mempengaruhi organisasi, kemauan individu dan kelompok dalam merespons tekanan

eksternal seperti aturan terkait peran dalam melaksanakan tugas.

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 134

Pihak yang menerima Pertanggungjawaban BUMDesa Kalem

Pihak yang menerima laporan pertanggungjawaban pihak yang memiliki

kepentingan dalam menilai serta memberi evaluasi terhadap perkembangan BUMDesa.

Pihak yang menerima pertanggungjawaban lisan adalah komisaris dan dewan pengawas

sebagai pihak yang terlibat langsung dalam mengawasi kinerja dari penguru BUMDesa

sebagai pihak yang membuat pertanggungjawaban yaitu direktur utama, direktur

keuangan dan kepala divis pengelolaan unit usaha. Pertanggungjawaban lisan yang

diberikan pengurus BUMDesa sesuai dengan Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun

2015 pasal 31 yang menyatakan bahwa pelaksana operasional melaporkan

pertanggungjawaban pelaksanaan BUMDesa kepada penasihat yang secara ex-officio

dijabat oleh kepala desa (komisaris). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Ibu P selaku

direktur utama, Bapak SS selaku komisaris, dan bapak H selaku dewan pengawas.

Pertanggungjawaban tertulis merupakan laporan pertanggungjawaban BUMDessa

Kalem yang berisi tentang pertanggungjawaban keuangan dan program pengelolaan

BUMDesa akan disampaikan oleh direktur utama pada saat musyawarah desa kepada

pihak yang memiliki kepentingan dalam perkembangan BUMDesa Kalem seperti

Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), DISPERMASDES, Biro

Perekonomian Kecamatan, Pemegang Saham, dan perwakilan RT/RW sebagai wakil

masyarakat desa. Pada level pengurus harian BUMDesa pertanggungjawabannya

dilakukan melalui rapat evaluasi rutin yang dilakukan 1 (satu) bulan sekali dan masih

berbentuk lisan sedangkan untuk pihak diluar pengurus harian bentuk

pertanggungjawabannya adalah laporan pertanggungjawaban keuangan.

Musyawarah desa merupakan wadah bagi perwakilan RT/RW sebagai masyarakat

desa, Pemegang Saham, BPD, DISPERMASDES dan Biro Perekonomian Kecamatan

untuk dapat memberikan saran ataupun kritik secara lisan terhadap kinerja pencapaian

program serta laporan pertanggungjawaban keuangan BUMDesa menyaksikan

pemaparan yang disampaikan direktur keuangan terkait perkembangan unit usaha di

BUMDesa Kalem.

Setiap kegiatan rapat yang dilakukan oleh BUMDesa Kalem mulai dari rapat rutin

hingga rapat evaluasi atau musyawarah desa akan dicatat melalui notulensi yang

didalamnya berisi tentang keputusan hasil rapat terkait kegiatan unit usaha yang sudah

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 135

tercapai, ataupun permasalahan dari tiap unit usaha. Hal ini sesuai dengan Kujala, Lamsa

& Riivari (2017) yang menyatakan keterlibatan manajemen dan pemangku kepentingan

disertai adanya peraturan untuk mempengaruhi sikap tanggung jawab merupakan hal

yang penting untuk mengukuhkan kesuksesan jangka panjang sebuah organisasi. Seperti

informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Ibu P selaku direktur utama

BUMDesa.

Berdasarkan hasil dari wawancara pihak yang menerima pertanggungjawaban

secara lisan terkait dengan pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dari pihak yang

membuat pertanggungjawaban yakni: direktur utama, direktur keuangan dan kepala divisi

pengelolaan unit usaha adalah komisaris dan dewan pengawas. Pelaksanaan

pertanggungjawaban BUMDesa Kalem dalam konteks laporan keuangan dan capaian

program dilaksanakan melalui musyawarah desa kepada seluruh pihak yang memiliki

kepentingan atas organisasi BUMDesa Kalem, hal ini dilakukan untuk meningkatkan

perkembangan BUMDesa dalam meningkatkan pendapatan desa. Hal ini selaras dengan

hasil penelitian Sari, Musadieq & Sulistyo (2018) yang menyatakan bahwa sebuah

organisasi wajib melaksanakan pertanggungjawaban kepada masyarakat dan lingkungan

untuk menjaga kesinambungan usaha dalam sebuah organisasi untuk mencapai

kesejahteraan bersama.

SIMPULAN

Mekanisme pertanggungjawaban pada BUMDesa Karya Lestari Manunggal belum

optimal karena memiliki permasalahan utama dari pihak pelaksana operasional yakni

harus merangkap jabatan yang bukan menjadi tanggungjawabnya sehingga hal tersebut

berlawanan dengan isi dari AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga).

Hal ini disebabkan karena kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam melaksanakan

tugas dan tanggungjawab mengelola BUMDesa dan rendahnya minat dari masyarakat

untuk turut berpartisipasi sebagai pengurus BUMDesa dikarenakan pengetahuan tentang

BUMDesa masih minim serta kurangnya pendampingan dari pemerintah.

Mekanisme pertanggungjawaban pada pengelola BUMDesa Karya Lestari terdiri

atas 1) Perencanaan program dan kebijakan sesuai RABDes, pelaksanaan musyawarah

desa tentang program dan kebijakan BUMDesa, pengelolaan program dan kebijakan,

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 136

pertanggungjawaban tugas dan wewenang sebagai bagian bagian evaluasi yang dilakukan

atas kinerja yang telah dilakukan oleh pihak pengelola BUMDesa Kalem, 2) Pihak yang

membuat pertanggungjawaban atas pembagian tugas yang telah diberikan adalah direktur

utama, direktur keuangan, dan kepala divisi pengelolaan bidang unit, 3) Bentuk

pertanggungjawaban yang disampaikan oleh pelaksana operasional masih disampaikan

secara lisan kepada komisaris dan dewan pengawas. 4) Pihak yang menerima

pertanggungjawaban adalah komisaris, dewan pengawas, kepada Biro Perekonomian

Kecamatan, Pemegang Saham, dan Perwakilan RT/RW.

Penelitian ini terbatas pada tahap wawancara yang pada Dispermasdes dan Biro

Perekonomian Kecamatan karena tidak adanya ijin yang diberikan. Narasumber sulit

ditemui dikarenakan sebagian tidak melakukan pekerjaannya di kantor sehingga

observasi tidak dapat dilakukan secara optimal. Implikasi penelitian ini dapat digunakan

oleh para peneliti atau pihak akademisi untuk mengetahui mekanisme

pertanggungjawaban sebagai bentuk pengendalian organiasional dalam konteks

BUMDesa dan digunakan pihak pengelola BUMDesa Kalem untuk mengambil kebijakan

dalam mekanisme pertanggungjawaban terkait kurangnya SDM dan rendahnya minat

masyarakat melalui kegiatan pelatihan SDM dan pendampingan dari pemerintah melalui

sosialisasi. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan faktor lain diluar prinsip

tata kelola yang dapat mempengaruhi proses mekanisme pertanggungjawaban didalam

sebuah organisasi serta dapat mengembangkan hasil penelitian ini agar dapat diterapkan

pada BUMDesa yang belum memiliki pertanggungjawaban untuk membantu

pengendalian organisasional BUMDesa melalui pengoptimalan mekanisme

pertanggungjawaban yang terstruktur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 137

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, M. (2016). Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Pada Kesejahteraan

Masyarakat Pedesaan Studi Pada BUMDES di Gunung Kidul, Yogyakarta. Journal

Modus, 28(2), 155–167.

Damara, D., Prihatin, E. S., dan Herawati, R. (2017). Mekanisme Alokasi Dana Desa di

Desa Tambakrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal dalam Rangka

Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa). Diponegoro Law Journal,

6(2), 1–11.

Duncan, M. T. (2013). Who’s Responsible for the State We’re In? Goverment and Public

Sector: Accountability and Responsibility In An Era of Crisis and Austerity.

Journal Accountability and Responsibility, 2(1), 3–23.

Heikkurinen, P. (2018). Strategic corporate responsibility: a theory review and synthesis.

Journal of Global Responsibility, 9(4), 388–414.

International Institute for Sustainable Development Goals. (n.d.). IISD. Retrieved from

https://iisd.org/topic/sustainable-development-goals

Intiyas Utami., Aprina Nugrahesty.S.H., Y. Y. W. . (2019). Buku Pintar Pengelolaan

BUMDesa. Penerbit Smart Indana Parama.

Jin, B and Kirsch, D. A. (2015). Entrepreneurial Growth as a Process: Mechanism-Based

Theorizing. Journal Entrepreneurial Growth, 17(1), 63–94.

Kementerian Desa. (2017). Tercatat Sebanyak 61 Persen Desa Telah Memiliki BUMDES.

Retrieved from https://www.kemendesa.go.id/view/detil/2862

Kompas. (2017). Pemerintah Bentuk Induk BUMDes Tahun Ini. Retrieved from

https://money.kompas.com/read/2017/01/09/200000726/pemerintah.bentuk.induk.

bumdes.tahun.ini

Kujala, J., Lamsa, A. M., and Riivari, E. (2017). Company stakeholder responsibility: An

empirical investigation of top managers’ attitudinal change. Baltic Journal of

Management, 12(2), 114–138.

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 138

Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa. Retrieved from http://www.dpr.go.id/doksileg/proses2/RJ2-

20171106-094054-7086.pdf

Republik Indonesia. (2015). Peraturan Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,

Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

Retrieved from http://psflibrary_permen_desa_pdt_2015

Republik Indonesia. (2017). Peraturan Presiden No 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan

Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Retrieved from

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/72974/perpres-no-59-tahun-2017

Ridlwan, Z. (2014). Urgensi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Dalam Pembangun

Perekonomian Desa. Jurnal Ilmu Hukum Unila, 8(3), 424–440.

Robinson, S. J., and Smith, J. (2012). Exploring responsibility. Journal of Global

Responsibility, 1(1), 151–166. Retrieved from

https://doi.org/10.1108/20412561211219346

Safitri, A. F., Susilowati, E., dan Mahmudah, S. (2016). Tinjauan Yuridis Terhadap

Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Yang

Belum Berbadan Hukum (Studi di Kabupaten Semarang) (Vol. 5).

Sari, R.N., Musadieq, A, M., &, dan Sulistyo, M, C, W. (2018). Analisis Implementasi

Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada Pt . Pelabuhan Indonesia III (

Persero ). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 60(1), 90–99.

Soewarno, N. (2018). The Effect of Good Corporate Governance Mechanism and

Corporate Social Responsibility on Financial Performance With Earnings

Management As Mediating Variable. Asian Journal of Accounting Research, 3(1),

2443–4175.

Sulumin, H. H. (2015). Pertanggungjawaban Penggunaan Alokasi Dana Desa Pada

Pemerintahan Desa di Kabupaten Donggala. E-Jurnal Katalogis, Vol.3(No.1), 43–

53. Retrieved from

JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan

ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 139

United Nations. (2018). Sustainable Development Goals. Retrieved from

https://www.un.org/sustainabledevelopment

Wonar, K., Falah, S., dan Pangayow, B. J. C. (2018). Pengaruh Kompetensi Aparatur

Desa, Ketaatan Pelaporan Keuangan dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap

Pencegahan Fraud Dengan Moral Sensitivity Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal

Akuntansi,Audit Dan Aset, 1(2), 63–89.