eksplorasi mekanisme pertanggungjawaban badan usaha …
TRANSCRIPT
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 116
Eksplorasi Mekanisme Pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Desa
Novrilia Wulandari; Intiyas Utami
email: [email protected]
Universitas Kristen Satyawacana
Abstract: The Government of Indonesia encourage sustainable continuous development to eradicate poverty and equitable development in all corners of the region such as in the countryside through VIllage-Enterprise. Establishment of VIllage-Enterprise is carried out to encourage business activities that can increase the income of rural communities. VIllage-Enterprise's success in achieving business objectives is supported through governance. One of the most important aspects of governance practices is responsibility. In its development VIllage-Enterprise has issues in responsibility and management due to lack of Human Resources (HR) from operational implementers. This study aims to explore the responsibility mechanism from the managerial level of VIllage-Enterprise Karya Lestari Manunggal (Kalem) in the Kemasan Village, Sawit District through four components, namely the process of responsibility, the party making the responsibility, the form of responsibility and the party accepting responsibility. The data processing mechanism in this study uses an interactive analysis method. The results of research in VIllage-Enterprise Kalem related to the responsibility mechanism are considered not optimal because the operational managers must simultaneously take office that is not his responsibility, which is contradictive to the contents of AD / ART (Statutes and Bylaws). This is due to the lack of Human Resources (HR) in carrying out the duties and responsibilities to manage VIllage-Enterprise and the low interest of the community to participate as administrators of VIllage-Enterprise due to the lack of knowledge about VIllage-Enterprise and the lack of assistance from the government.
Keywords: Responsibility Mechanism, BUMDesa, Governance
PENDAHULUAN
Komitmen pemerintah dengan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 Tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah dua diantaranya
yakni mengurangi tingkat kemiskinan, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi
(Republik Indonesia, 2017). Pembangunan berkelanjutan menurut International Institute
for Sustainable Development Goals (2015), merupakan terobosan baru dalam hal
memberantas kemiskinan dan pemerataan pembangunan menuju perdamaian dan
kemakmuran pada semua negara secara universal. Pencapaian implementasi tujuan
pembangunan berkelanjutan didukung melalui kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
dalam suatu negara. United Nations (2018) menyatakan bahwa perencanaan dan
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 117
pengelolaan merupakan langkah awal bagi pemerintah dalam membuat kebijakan dan
program negara untuk mencapai keberhasilan implementasi kegiatan pembangunan
berkelanjutan dalam suatu negara.
Salah satu wujud implementasi pemerintah Indonesia dalam hal mendukung
pembangunan berkelanjutan yaitu melalui adanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4
Tahun 2015 mendefinisikan bahwa BUMDesa adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan
usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa (Republik
Indonesia, 2015). BUMDesa didirikan dengan tujuan untuk mendorong dan menampung
tiap kegiatan yang memiliki manfaat dalam peningkatan pendapatan masyarakat melalui
usaha yang dikelola bersama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa (Safitri,
Susilowati, & Mahmudah, 2016). Data yang diambil dari Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia (Kemendes
PDTT) tercatat bahwa hingga Desember 2018 sebanyak 61 persen atau 45.549 desa telah
memiliki BUMDesa (www.kemendesa.go.id).
Pendirian Badan Usaha Milik Desa masih menghadapi kendala pada
perkembangannya. Ridlwan (2015) menyatakan bahwa pengelolaan BUMDesa belum
berjalan optimal karena keterbatasan sumber daya manusia dan tidak adanya standar
operasional sebagai petunjuk dalam pelaksanaan tugas dan mekanisme
pertanggungjawaban. Pengelolaan pertanggungjawaban dapat ditingkatkan dengan
memberdayakan masyarakat desa melalui pelatihan dan sosialisasi sebagai salah satu
bentuk peningkatan kualitas SDM bagi masyarakat saat kegiatan perekrutan BUMDesa
dilakukan. Anggreini (2016) mengungkapkan pada BUMDesa di Gunung Kidul
Yogyakarta terdapat permasalahan dalam perekrutan karyawan, dan tuntutan
profesionalisme dari warga desa kepada pihak pengelola BUMDesa.
Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Semarang mengalami kejadian serupa yaitu
pengelolaan BUMDesa belum sepenuhnya optimal, akibat keterbatasan SDM dari pihak
pengelola dan kurangnya pendampingan dari pemerintah Provinsi dan pemerintah
Kabupaten (Safitri et al., 2016). Keterbatasan SDM dari masyarakat desa sebagai
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 118
pengelola BUMDesa serta kurangnya pendampingan dari pemerintah merupakan faktor
pendukung yang menyebabkan BUMDesa belum berkembang secara optimal. Damara,
Prihatin, & Herawati (2017) mengungkapan pada BUMDesa di desa Tambak Rejo
Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal ditemukan bahwa kurangnya keahlian dan
keterampilan dalam mengurus BUMDesa secara profesional oleh penduduk desa
menyebabkan perkembangan BUMDesa belum optimal. Kurangnya keahlian masyarakat
sebagai pelaksana operasional dalam pengelolaan BUMDesa dapat menimbulkan resiko
terjadinya kecurangan akibat pengetahuan dan keterampilan yang belum memadai.
Beberapa penelitian (Ridlwan, 2015; Anggraeni, 2016; Safitri et al., 2016; Damara
et al., 2017; Wonar et al., 2018), mengindikasikan adanya gap, tentang pengoptimalan
BUMDesa yang belum memadai dikarenakan SDM (Sumber Daya Manusia) pengelola
BUMDesa belum optimal pada tahap pengelolaan dan mekanisme pertanggungjawaban
pelaksanaan BUMDesa. Hal tersebut didukung melalui pernyataan Menteri
Pembangunan Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo
menyatakan bahwa selama ini BUMDesa yang berhasil adalah BUMDesa yang memiliki
sumber daya manusia yang baik, sementara BUMDesa yang belum berkualitas, menjadi
tertinggal (www.kompas.com). Mekanisme pertanggungjawaban merupakan sebuah alur
atau proses pertanggungjawaban yang menjelaskan tentang bagaimana sesuatu dapat
terjadi dalam sebuah organisasi untuk mencapai pertumbuhan usaha yang lebih
komprehensif (Jin & Kirsch, 2015). Pada perkembangan BUMDesa, diperlukan adanya
mekanisme sebagai alur atau proses yang terkait otorisasi pemisahan tugas dan wewenang
pada pengelola dalam menjalankan tugas pertanggungjawabannya. Mekanisme
pertanggungjawaban terdiri atas: 1) Proses pertanggungjawaban, 2) Pihak yang membuat
pertanggungjawaban, 3) Bentuk pertanggungjawaban, 4) Pihak yang menerima hasil
pertanggungjawaban.
Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi mekanisme pertanggungjawaban
pada pengelola BUMDesa Karya Lestari Manunggal di Desa Kemasan Kecamatan Sawit,
Kabupaten Boyolali. BUMDesa pada desa Kemasan terdiri atas tiga, yakni destinasi
wisata, air bersih dan pengolahan sampah plastik. BUMDesa Karya Lestari Manunggal
di Desa Kemasan didirikan untuk menambah modal masyarakat dalam meningkatkan
profit (laba) desa di luar dari pemasukan yang berasal dari pemerintah, serta untuk
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 119
meningkatkan SDM masyarakat melalui pemberdayaan seperti perekrutan karyawan
BUMDesa dengan melakukan pelatihan dan sosialisasi rutin dari pihak pemerintah.
Manfaat teoritis dari penelitian ini bagi para peneliti atau pihak akademisi adalah
mendapatkan pengetahuan dan wawasan terkait pertanggungjawaban dalam
pengendalian organisasional khususnya konteks BUMDesa. Manfaat praktis dari
penelitian ini bagi pengelola BUMDesa yaitu dapat digunakan untuk mengambil
kebijakan dalam mewujudkan mekanisme pertanggungjawaban yang optimal untuk
otorisasi tugas dan wewenang sebagai bentuk dukungan dalam menjawab tantangan
pembangunan berkelanjutan.
TINJAUAN LITERATUR
Tata Kelola BUMDesa
Tata kelola merupakan bagian dari usaha pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat desa melalui pembangunan berkelanjutan dengan
melakukan pendirian BUMDesa sesuai dengan Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun
2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa (Republik Indonesia, 2015). Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dengan pengoptimalan aset
desa dan pengelolaan potensi ekonomi desa melalui penerapan prinsip tata kelola. Tata
kelola merupakan kepentingan organisasi dalam meningkatkan pengawasan dan
pertanggungjawaban yang dilakukan untuk menekan perilaku menyimpang di dalam
organisasi (Soewarno, 2018).
Penyelenggaraan pembangunan melalui BUMDesa harus ditingkatkan melalui
pelaksanaan tata kelola BUMDesa yang baik. Utami, Hapsari & Kean (2019)
menjelaskan prinsip tata kelola yang baik terdiri atas: 1) Transparansi, merupakan prinsip
keterbukaan informasi sehingga terhindar dari benturan kepentingan berbagai hak, 2)
Akuntabilitas, yaitu BUMDesa harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar, 3) Responsibilitas, berarti BUMDesa harus mematuhi perundang-
undangan dan aturan-aturan yang berlaku, termasuk perlindungan lingkungan hidup dan
persaingan yang sehat, 3) Independensi, disini artinya para pengelola BUMDesa harus
bersifat profesional, mandiri, bebas dari pengaruh atau tekanan manapun dalam
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 120
pengambilan keputusan, 4) Fairness (Keadilan), para pengelola harus memperlakukan
semua pemangku kepentingan BUMDesa termasuk warga secara adil dan setara. Prinsip
pertanggungjawaban pada tata kelola merupakan bentuk kesesuaian serta kepatuhan
dalam pengelolaan organisasi yang mengacu pada prinsip korporasi yang sehat dan
ditunjang melalui aturan yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan. Sebuah
organisasi wajib melaksanakan pertanggungjawaban untuk menjaga kesinambungan
usaha dalam mencapai kesejahteraan bersama (Sari et.al.,2018). Pertanggungjawaban
dalam tata kelola merupakan salah satu komponen dasar yang harus dijalankan oleh
organisasi untuk memenuhi keberlanjutan usaha dalam rangka menjawab tantangan
pembangunan berkelanjutan. Tata kelola BUMDesa merupakan seperangkat peraturan,
prinsip-prinsip yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan mencegah
serta mengurangi manipulasi atau kesalahan yang signifikan dalam pengelolaan
organisasi.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)
Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) menurut Peraturan Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2015 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan
guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa. (Republik Indonesia, 2015). Pengembangan usaha desa
pada organisasi BUMDesa tersebut didukung melalui potensi dan keanekaragaman
sumber daya alam yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui
adanya laba (profit) dari kegiatan usaha desa serta pengelolaan yang dilakukan oleh
masyarakat desa yang berperan sebagai pelaksana operasional. Pemberdayaan sumber
daya manusia pada masyarakat desa sebagai pelaksana operasional dalam BUMDesa,
dapat ditingkatkan melalui sosialisasi serta pelatihan dari pemerintah. Heikkurinen (2018)
menyatakan pertanggungjawaban (responsibility) merupakan salah satu unsur penting
dalam sebuah organisasi untuk merealisasikan visi dan misi utama organisasi.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 121
Mekanisme Pertanggungjawaban BUMDesa
Mekanisme pertanggungjawaban BUMDesa dalam pendirian dan pengelolaan
BUMDesa terdiri atas susunan kepengurusan organisasi pada pihak pengelola dan
pertanggungjawaban pelaksanaan BUMDesa hal ini merujuk pada Peraturan Menteri
Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Badan Usaha Milik Desa diungkapkan bahwa
Pengelola BUMDesa paling tidak terdiri dari Penasihat, Pelaksana Operasional dan
Pengawas. Susunan kepengurusan dalam organisasi BUMDesa didukung melalui adanya
mekanisme pertanggungjawaban sebagai bentuk pengendalian organisasional. Kujala,
Lamsa & Riivari (2017) menyatakan keterlibatan manajemen dan pemangku kepentingan
disertai adanya peraturan untuk mempengaruhi sikap tanggung jawab merupakan hal
yang penting untuk mengukuhkan kesuksesan jangka panjang sebuah organisasi.
Organisasi perlu menjalankan mekanisme pertanggungjawaban untuk meningkatkan
kemauan pada individu atau kelompok dalam menyadari peran serta tugas sesuai aturan
yang ditetapkan untuk mencapai keberlanjutan organisasi dalam mengembangkan usaha.
Pertanggungjawaban merupakan karakteristik yang mempengaruhi organisasi, kemauan
individu dan kelompok dalam merespons tekanan eksternal seperti aturan terkait peran
dalam melaksanakan tugas (Robinson & Smith, 2012). Mekanisme pertanggungjawaban
pada organisasi merupakan otorisasi peran serta wewenang untuk mengatur organisasi
dalam mencapai tujuan organisasi.
Duncan (2013) menyatakan ada delapan unsur utama terkait pertanggungjawaban
yang penting untuk diterapkan didalam sebuah negara atapun organisasi tiga diantaranya
yang terkait dengan proses mekanisme pertanggungjawaban yaitu: 1) Adanya prosedur
dan proses, 2) Pemisahan wewenang, 3) Tanggung jawab pelaporan.
Mekanisme pertanggungjawaban jika dikaitkan dengan ketiga unsur utama yang
dikemukakan oleh Duncan (2013) dan Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015
tentang susunan kepengurusan BUMDesa maka penjabaran berdasarkan konsep
pemikiran, terbagi atas empat hal berikut dalam proses pelaksanaannya: 1) Proses
pertanggungjawaban, adalah alur kegiatan BUMDesa dalam melakukan otorisasi
pemisahan tugas dan tanggung jawab pada pihak pengelola; 2) Pihak yang membuat
pertanggungjawaban, adalah pihak pengelola BUMDesa yang melakukan tugas dan
tanggungjawab dalam menjalankan dan mengembangkan seluruh kegiatan operasional
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 122
BUMDesa; 3) Bentuk pertanggungjawaban, merupakan hasil pertanggungjawaban dari
pihak pengelola terkait kesesuaian pembagian tugas meliputi tanggung jawab dan
wewenang sesuai dengan AD/ART BUMDes; 4) Pihak yang menerima
pertanggungjawaban, adalah orang yang memiliki kepentingan dalam menilai serta
memberi evaluasi terhadap perkembangan BUMDesa seperti Komisaris, Dewan
Pengawas, Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), DISPERMASDES,
Biro Perekonomian Kecamatan, Pengurus BUMDesa dan Masyarakat Desa.
Pertanggungjawaban berarti BUMDesa harus mematuhi perundang-undangan dan
aturan-aturan yang berlaku, termasuk perlindungan lingkungan hidup dan persaingan
yang sehat.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan pada Badan Usaha
Milik Desa di Desa Kemasan, Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Waktu penelitian
dimulai pada pertengahan Agustus sampai dengan awal September 2019. Acuan
penelitian berdasar Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan, dan Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Republik
Indonesia, 2015) sebagai salah satu tolak ukur kesesuaian antara peraturan yang dibuat
dengan pengelolaan yang ada pada kegiatan operasional Badan Usaha Milik Desa Karya
Lestari Manunggal Desa Kemasan. Data yang yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data struktur organisasi, AD/ART BUMDesa, biodata dari pelaksana
operasional BUMDesa dan notulensi rapat desa.
Mekanisme Pengolahan Data
Mekanisme pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
analisis interaktif melalui tiga tahapan yaitu: 1) Tahapan pertama dalam penelitian ini
adalah melakukan observasi melalui musyawarah desa dan wawancara kepada Ketua
pengelola (Direktur Utama), Kepala Desa (Komisaris), Direktur Keuangan, Direktur
Operasional, Dewan Pengawas, Ketua RT dan masyarakat desa. Validitas dan reliabilitas
dalam penelitian kualitatif dilakukan untuk meyakini sebuah jawaban dengan
mengkonfirmasi dari satu sumber ke sumber lain. Wawancara secara mendalam ini
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 123
didasarkan pada tujuan penelitian terkait mekanisme pertanggungjawaban yang
berdasarkan empat komponen yaitu: Pertama, proses pertanggungjawaban adalah alur
kegiatan BUMDesa dalam melakukan otorisasi pemisahan tugas dan tanggung jawab
pada pihak pengelola. Kedua, pihak yang membuat pertanggungjawaban adalah pihak
pengelola BUMDesa yang melakukan tugas dan tanggungjawab dalam menjalankan dan
mengembangkan seluruh kegiatan operasional BUMDesa. Ketiga, bentuk
pertanggungjawaban, merupakan hasil pertanggungjawaban dari pihak pengelola terkait
kesesuaian pembagian tugas meliputi tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan
AD/ART BUMDes. Keempat, pihak yang menerima pertanggungjawaban, adalah orang
yang memiliki kepentingan dalam menilai serta memberi evaluasi terhadap
perkembangan BUMDesa seperti Komisaris, Dewan Pengawas, Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), DISPERMASDES, Biro Perekonomian Kecamatan,
Pengurus BUMDesa dan Masyarakat Desa. 2) Tahapan kedua menyajikan hasil observasi
melalui informasi yang didapat saat mengikuti musyawarah desa dan hasil wawancara
terkait empat komponen mekanisme pertanggungjawaban; 3) Tahapan ketiga yakni
menarik kesimpulan dari hasil observasi dan wawancara terkait mekanisme
pertanggungjawaban. Informasi tambahan untuk penelitian ini diperoleh dengan
mengikuti kegiatan musyawarah desa yang dilaksanakan pada 4 September 2019 dan 25
Januari 2020. Penelitian melalui tahapan mekanisme pengolahan data ini bertujuan untuk
memberikan gambaran secara detail terkait permasalahan yang dialami oleh pihak
pengelola dalam menerapkan mekanisme pertanggungajawaban melalui empat
komponen mekanisme pertanggungjawaban.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Desa
Karya Lestari Manunggal adalah nama dari Badan Usaha Milik Desa Kemasan
terletak di Desa Kemasan, Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah
didirikan pada bulan Juni. Badan Usaha Milik Desa Karya Lestari Manunggal pada desa
Kemasan terdiri atas tiga unit usaha dan dikelola oleh pelaksana operasional yang terbagi
ditiap unit, desa wisata (Dewa Emas), pengolahan ikan (Minamkuti), air bersih
(Pamsimas) dan pengolahan sampah plastik (Sabamas). BUMDesa Kalem didirikan
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 124
berdasarkan Peraturan Desa No.13 Tahun 2016 dengan struktur kepengurusan seperti
berikut:
Struktur Kepengurusan Badan Usaha Milik Desa Kemasan “Karya Lestari Manunggal”
Gambar 1 Struktur Organisasi BUMDesa KALEM
Tata Kelola BUMDesa
Tata kelola merupakan salah satu usaha pemerintah Indonesia dalam mewujudkan
pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan taraf hidup masyarakat desa dengan
mengeluarkan Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Republik
Indonesia, 2015). Pelaksanaan tata kelola unit-unit usaha BUMDes Karya Lestari
Manunggal memegang prinsip Good Corporate Governance (GCG). Transparansi, pada
proses pengambilan keputusan pengelola BUMDesa berkoordinasi dengan komisaris dan
pengawas terutama dalam menjalin kerja sama dan arah kebijakan lainnya. Kemandirian,
perkembangan unit usaha dilakukan pada BUMDesa Karya Lestari Manunggal dengan
memperhatikan 3 prinsip yaitu: mempertinggi kompetensi, memperbanyak kolaborasi
dan memperkecil kompetisi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh
Bapak SS selaku komisaris:
Karyawan Karyawan
Kepala Unit Kepala Unit
Pemegang Saham Komisaris
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 125
“Untuk tata kelola di BUMDesa Kalem sendiri kami lakukan dengan prinsip Good
Corporate Governance (GCG) yakni semuanya kegiatan melalui proses koordinasi
dengan komisaris (kepala desa) dan pengawas. Kami lakukan hal ini untuk mencapai
optimalnya kompetensi dari pihak pengelola, bekerjasama dengan pihak eksternal
BUMDesa lain diluar Boyolali dan membuat sebuah unit usaha yang sedikit berbeda dari
BUMDesa lain dan tentunya dapat terus maju”.
Akuntabel, yaitu BUMDesa Karya Lestari Manunggal sebagai unit pengembangan
perekonomian desa dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat serta sebagai
Pendapatan Asli Desa (PADes) yang nantinya digunakan kembali untuk pembangunan
desa. BUMDesa Karya Lestari Manunggal berkoordinasi dengan kepala Desa selaku
komisaris serta melaporkan arus kas atau kegiatan secara berkala hal ini merupakan
wujud pertanggungjawaban pengelola terhadap kegiatan BUMDesa Karya Lestari
Manunggal. Pertanggungjawaban, yaitu pengelolaan disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Tujuannya
agar kegiatan berjalan secara maksimal serta kelangsungan unit usaha BUMDesa berjalan
secara kontinyu. Kewajaran, yaitu pengelola dalam menjalankan usaha atau kegiatan
sesuai dengan peraturan yang berlaku, semua kegiatan dilaksanakan secara rill atau nyata.
Prinsip tata kelola diterapkan pihak pengelola BUMDesa Kalem sebagai landasan dalam
pelaksanaan dan pengelolaan unit usaha. Untuk mendukung taraf hidup masyarakat desa
melalui pembangunan berkelanjutan yang dicerminkan melalui unit usaha BUMDesa
Kalem.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)
Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) melalui Undang-undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa dinyatakan sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagaian besar
modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa (Republik Indonesia, 2014).
Badan Usaha Milik Desa Kemasan memiliki sumber mata air yang tergolong lancar dan
bersih sehingga hal ini kemudian dijadikan sebagai salah satu unit usaha Desa Wisata
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 126
Kemasan yakni Dewa Emas yang terkenal dalam hal outbound, resto, dan kolam
renangnya
Pembentukan BUMDesa adalah benar-benar untuk memaksimalkan potensi
masyarakat desa baik itu potensi ekonomi, sumber daya alam, ataupun sumber daya
manusianya. Pengembangan usaha desa didukung melalui potensi dan keanekaragaman
sumber daya alam untuk dijadikan aset desa sebagai unit kegiatan usaha desa. Hal
tersebut didukung melalui Utami et.al., (2019) menjelaskan bahwa Badan Usaha Milik
Desa (BUMDesa) merupakan sebuah badan usaha yang sebagian atau bahkan seluruh
modalnya dari kekayaan desa, namun dipindahkan melalui penyertaan modal langsung
untuk mengelola jasa, pelayanan dan usaha lainnya untuk kesejahteraan masyarakat desa
yang sebesar-besarnya. Badan usaha dalam menjalankan roda perekonomian memiliki
unit usaha yang bertujuan untuk menghasilkan laba (profit), begitu juga dengan
BUMDesa Karya Lestari Manunggal, adapun unit usaha yang sudah terbentuk saat ini
adalah unit wisata (Dewa Emas), unit air bersih (Pamsimas) dan unit pengolahan sampah
(Sabamas). Hal ini sesuai dengan pernyataan bapak SS selaku komisaris:
“Awalnya saat membentuk BUMDesa kami juga belum kepikiran mau ngembangin
usaha apa karena memang keterbatasan SDA juga, sampai pada akhirnya kami sadar
bahwa potensi desa kemasan ada di sumber mata airnya hingga terbentuk lah dewa emas
sebagai salah satu unit usaha BUMDesa Kalem”.
Potensi ekonomi yang ada di Desa Kemasan dikembangkan melalui unit usaha
BUMDesa Karya Lestari Manunggal untuk dijadikan unit usaha yang bertujuan untuk
mengembangkan pendapatan desa serta mensejahterakan masyarakat desa. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2015 pasal 3 menyatakan ada delapan tujuan
organisasi BUMDesa didirikan salah satunya yakni meningkatkan usaha masyarakat
dalam pengelolaan potensi ekonomi desa (Republik Indonesia, 2015).
Mekanisme Pertanggungjawaban BUMDesa
Mekanisme pertanggungjawaban BUMDesa merupakan sebuah alur yang
memiliki tujuan dalam mengatur dan mempertegas hubungan, peran,wewenang serta
tanggung jawab pengelola serta pemangku kepentingan dalam menjalankan BUMDesa.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 127
Duncan (2013) menyatakan tiga pelaksanaan pertanggungjawaban yaitu: 1) pemisahan
wewenang antar pengelola, 2) penggunaan prosedur dan proses 3) tanggung jawab
pelaporan akuntansi. Pada pendirian dan pengelolaan pertanggungjawaban pelaksanaan
BUMDesa terdapat susunan kepengurusan organisasi yang merujuk pada Peraturan
Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Badan Usaha Milik Desa yakni semua warga
desa berhak menjadi pengelola BUMDesa. Pengelola BUMDesa paling tidak terdiri dari
Penasihat, Pelaksana Operasional, dan Pengawas. Mekanisme pertanggungjawaban jika
dikaitkan dengan fenomena BUMDesa yang merujuk pada Peraturan Menteri Desa
Nomor 4 Tahun 2015 dan ketiga unsur utama yang dikemukakan oleh Duncan (2013)
maka penjabaran berdasarkan konsep pemikiran mekanisme pertanggungjawaban terdiri
atas: 1) proses pertanggungjawaban, 2) pihak yang membuat pertanggungjawaban, 3)
bentuk pertanggungjawaban, dan 4) pihak yang menerima hasil pertanggungjawaban.
Proses pertanggungjawaban BUMDesa Kalem
Proses pertanggungjawaban merupakan alur kegiatan BUMDesa yang dilakukan
oleh pihak pengelola dalam melakukan otorisasi pemisahan tugas dan tanggungjawab.
BUMDesa Kalem melaksanakan proses pertanggungjawaban untuk memberikan
gambaran mengenai alur kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengelola atas kegiatan
operasional unit usaha desa hal yang dilakukan pertama kali adalah perencanaan program
dan kebijakan BUMDesa sesuai RABDes (Rencana Anggaran Belanja Desa). Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ibu P selaku direktur utama yang menyatakan bahwa:
“Untuk proses pertanggungjawaban kami mulai dengan merencanakan program
dan kebijakan BUMDesa yang disesuaikan sama RABDes bersama dengan Komisaris
dan dewan pengawas”.
Bapak R selaku Direktur Keuangan juga menambahkan:
“Singkatnya untuk proses pertanggungjawaban kami itu begini, jadi waktu diskusi
soal program dan kebijakan bersama komisaris kami akan sampaikan perihal kebutuhan
dari tiap unit usaha dan apa yang sekiranya ingin dicapai karena ya menyangkut usaha
kan jadi ya harus balik modal itu target kami”.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 128
Bapak T selaku kepala divisi bidang pengelolaan unit menambahkan:
“Perencanaan program dan kebijakan kami lakukan bersama dengan kepala desa
dan dewan pengawas melalui rapat rutin, kami menyampaikan program yang ingin kami
lakukan dari masing-masing unit usaha dan kebijakan yag tepat untuk tiap unit supaya
bisa tetap berkembang yang disesuaikan lagi dengan RABDes”.
Bapak SS selaku Komisaris juga menambahkan:
“Kami selalu adakan diskusi untuk program dan kebijakan BUMDes karena kan
harus disesuaikan dengan RABDes untuk tahun berikutnya lewat rapat rutin”.
Tahap kedua penyampaian program dan kebijakan BUMDesa yang sudah
didiskusikan sebelumnya antara direktur utama, dewan pengawas, direktur keuangan, dan
kepala divisi bidang pengelolaan unit kemudian disampaikan kembali melalui
Musyawarah Desa, kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) Komisaris, Dewan
Pengawas, Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), DISPERMASDES,
Biro Perekonomian Kecamatan, dan Perwakilan RT/RW untuk mewakili masyarakat
desa. Terkhusus untuk informasi yang didapatkan oleh perwakilan RT/RW yang hadir
akan menyampaikan kembali ke masyarakat melalui kegiatan sosialisasi.
Informasi yang diperoleh saat mengikuti musyawarah desa 1 terkait penyampaian
program dan kerbijakan pemerintah desa. Pengimplementasian program dan kebijakan
BUMDesa juga dilakukan untuk melakukan otorisasi pemisahan tugas dan
tanggungjawab pada pihak pengelola. Pada implemantasinya realisasi dari
pengimpelemtasian program dan kebijakan hanya dilakukan oleh 3 (tiga orang) pengurus
yakni: direktur utama, direktur keuangan dan kepala divisi pengelolaan unit, selebihnya
adalah pengurus pada tiap unit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu P selaku direktur
pengelola BUMDesa yang menyatakan:
“Kalau untuk peraturan BUMDesa khusus susunan organisasi peraturannya dari
AD/ART itu, tapi kalau untuk karyawan dari unit usaha BUMDesanya ada dibuat
tersendiri contohnya resto kayak dewa emas itu ada panduan 1,2,3 dan 4 jadi panduan
penerimaan tamu karena karyawannya juga ada 11 orang, tapi khusus untuk air bersih
(pamsimas) hanya 1 orang karyawan dan pengolahan sampah (sabamas) hanya 2 orang
karyawan”.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 129
Ibu P selaku direktur utama juga menambahkan:
“Kami bekerja dengan orang pemberdayaan, kita ga bekerja dengan orang yang
lulusan SMK, SMA atau sarjana yang mengenal atau bisa diarahkan. Ya sebenarnya
untuk aturan beradasarkan panduan yang kami buat itu efektifnya ketika kita pakai lisan
dan diawasi langsung. Karena, ya kalau hanya pake kertas yang isinya panduan dan
aturan itu kan mereka ga terbiasa soalnya sebelumnya karyawan unit inikan biasanya
bekerja diperorang, bukan bekerja dikelompok.
Hal ini menunjukkan jika BUMDesa kalem dalam melaksanakan kegiatan
operasional telah memiliki proses pertanggungjawaban, dimana aturan yang terkandung
dalam aturan khusus karyawan memiliki tekanan yang mampu mempengaruhi kemauan
individu untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini sesuai dengan
Robinson (2012) yang menyatakan bahwa pertanggungjawaban merupakan karakteristik
yang mempengaruhi organisasi, kemauan individu dan kelompok dalam merespons
tekanan eksternal seperti aturan terkait peran dalam melaksanakan tugas.
Pertanggungjawaban tugas dan wewenang adalah bagian evaluasi yang dilakukan
atas kinerja yang telah dilakukan oleh pihak pengelola BUMDesa Kalem yang terdiri atas
direktur utama, direktur keuangan dan kepala divisi pengelolaan unit usaha untuk
mempertanggungjawabkan hasil dari pelaksanaan program dan kebijakan di unit usaha.
Hal ini didukung pernyataan Bapak SS selaku komisaris yang menyatakan:
“Sejauh ini kinerja dari pengelola bumdesa itu sudah cukup baik, walaupun
mereka hanya terdiri atas 3 orang dan harus merangkap jabatan tapi
pertanggungjawaban dari unit sampai pada saya dan dewan pengawas juga sesuai
dengan yang ada dilapangan karena kan kami juga memantau kinerja mereka, kami
melakukan evaluasi rutin dilevel pengurus operasional melalu rapat evaluasi yang kami
lakukan sebanyak 1 (satu) bulan sekali terkait pelaksanaan program dan kebijakan yang
sudah dilaksanakan”.
Proses pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pengelola BUMDesa Kalem
terdiri atas 4 (empat) yakni: 1) Perencanaan program dan kebijakan BUMDesa sesuai
RABDes, 2) Penyampaian program dan kebijakan BUMDes melalui Musyawarah Desa,
3) Pengimplementasian program dan kebijakan, 4) Pertanggungjawaban tugas dan
wewenang. BUMDesa Karya Lestari Manunggal melakukan proses pertanggungjawaban
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 130
berdasarkan acuan AD/ART yang memuat terkait peraturan tentang tugas dan
tanggungjawab kemudian untuk karyawan unit usaha ada aturan dan panduan yang berisi
tentang tata cara pengerjaan tugas. Proses pertanggungjawaban pada level pengurus yang
dilakukan oleh BUMDesa Kalem mengindikasikan bahwa pembagian tugas belum
optimal, karena kurangnya SDM dan tenaga kerja sehingga hal ini tidak sesuai dengan
pembagian tugas dan wewenang sesuai jabatan yang ada didalam AD/ART. Hal yang
serupa juga terjadi pada penelitian yang dilakukan Safitri et.al.,(2016) yang
mengungkapkan tentang pengelolaan Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Semarang,
belum sepenuhnya optimal akibat keterbatasan SDM dari pihak pengelola. Hal tersebut
sesuai dengan hasil penelitian dari Anggreini (2016) yang mengungkapkan pada
BUMDesa di Gunung Kidul Yogyakarta terdapat permasalahan dalam perekrutan
karyawan penyerapan tenaga kerja lokal dari masyarakat desa masih kurang akibat
keterbatasan SDM dalam hal pengelolaan BUMDesa.
Pihak yang Membuat Pertanggungjawaban pada BUMDesa Kalem
Pihak pengelola BUMDesa merupakan orang yang melakukan tugas dan
tanggungjawab dalam menjalankan dan mengembangkan seluruh kegiatan operasional
BUMDesa. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang dilakukan oleh pihak pengelola
BUMDesa Kalem didasarkan pada aturan yang tertuang didalam AD/ART BUMDesa
Kalem. Anggran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) merupakan aturan dan
acuan BUMDesa dalam mendirikan, mengelola aktivitas operasional sampai
menyelesaikan permasalahan yang ada di organisasi. Pada BUMDesa Kalem pihak
membuat pertanggungjawaban terkait pengelolaan operasional kegiatan BUMDesa
Kalem adalah direktur utama, direktur keuangan dan kepala divisi bidang pengelolaan.
Pembagian tugas yang ada di BUMDesa Kalem belum sepenuhnya diterapkan secara
optimal.
Peristiwa terkait belum optimalnya penerapan dalam pembagian atau otorisasi tugas
pada kegiatan operasional BUMDesa Kalem memang mengarah pada kurangnya SDM
sehingga mengharuskan pengurus BUMDesa yang aktif yakni, direktur utama, direktur
operasional dan kepala divisi bidang pengelolaan unit usaha untuk turun tangan dalam
mengawasi dan mengelola secara langsung kegiatan BUMDesa, meskipun hal tersebut
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 131
bukan bagian dari tugas serta tanggungjawab dari ketiga pengelola BUMDesa Kalem.
Heikkurinen (2018) menyatakan pertanggungjawaban (responsibility) merupakan salah
satu unsur penting dalam sebuah organisasi untuk merealisasikan visi dan misi utama
organisasi.
Pihak yang melakukan pertanggungjawaban atas kegiatan operasional BUMDesa
Kalem berdasarkan hasil wawancara adalah direktur utama, direktur keuangan dan kepala
divisi bidang pengelolaan unit usaha. Mekanisme pertanggungajwaban pada tahap pihak
yang membuat pertanggungjawaban mengindikasikan bahwa pertanggungjawaban belum
maksimal dari segi SDM hal ini dibuktikan karena pembagian/otorisasi tugas yang
harusnya terdiri atas 6 (enam) orang pengurus hanya dijalankan oleh 3 (tiga) orang yakni
1 orang merangkap 2 (dua) jabatan sekaligus. Kemudian, dalam pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab dari pihak yang membuat pertanggungjawaban BUMDesa Kalem,
komisaris selaku komisaris dan dewan pengawas juga turut membantu dalam
memberikan saran serta pengawasan. Pihak pengelola yang terlibat dalam proses
pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Desa Karya Lestari Manunggal memiliki
susunan kepengurusan yang merujuk pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015
tentang Badan Usaha Milik Desa pada bagian Pengelola BUMDesa paling tidak terdiri
dari Penasihat, Pelaksana Operasional dan Pengawas.
BUMDesa Kalem menjalankan mekanisme pertanggungjawaban dengan
menggunakan acuan AD/ART, dalam pelaksanaannya kurangnya SDM dan rendahnya
minat dari masyarakat untuk turut berpartisipasi sebagai pengurus BUMDesa
dikarenakan pengetahuan tentang BUMDesa masih minim serta kurangnya
pendampingan dari pemerintah sehingga hal ini membuat pelaksana operasional
merangkap tugas dan tanggungjawab yang seharusnya tidak menjadi tugasnya. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Safitri, et.al., (2016) yang menyatakan bahwa Badan Usaha
Milik Desa di Kabupaten Semarang untuk pengelolaan BUMDesa belum sepenuhnya
optimal, akibat keterbatasan SDM dari pihak pengelola dan kurangnya pendampingan
dari pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 132
Bentuk Pertanggungjawaban pada BUMDesa Kalem
Bentuk pertanggungjawaban merupakan hasil pertanggungjawaban dari pihak yang
melakukan pertanggungjawaban atas kegiatan operasional BUMDesa terkait kesesuaian
pembagian tugas, tanggungjawab dan wewenang yang dilakukan oleh pihak pengelola
apakah sudah sesuai dengan yang tertuang dalam AD/ART. Pada BUMDesa Kalem
bentuk pertanggungjawaban tiap pengelola merupakan kesesuaian antara tugas dan
tanggung jawab yang dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan pembagian tugas dan
tanggungjawab yang tertuang didalam AD/ART. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu P
selaku direktur utama yang menyatakan:
“Ya kalau disini kami bentuk pertanggungjawabannya ya melalui tindakan yang
dilakukan di BUMDesa istilah e ya kerja nyatanya gimana sesuai dengan yang di
AD/ART terus dibahas dan dievaluasi waktu rapat evaluasi bersama komisaris dan
dewan pengawas”.
Bapak SS selaku komisaris juga menambahkan:
“Bentuk pertanggungjawaban nyata dari pengurus BUMDesa kami nilai ya dari
laporan per divisi waktu rapat internal khusus pengurus terkait ketercapaian rencana
dan kinerjanya selama mengelola tugas dan tanggungjawab sesuai jabatannya masing-
masing dan kami sesuaikan juga dengan hasil laporan dari dewan pengawas selaku pihak
yang memantau kinerja dari pihak pengurus sampai ke unit usaha”.
Direktur utama merupakan pihak yang bertugas dalam hal pengelolaan, koordinasi
tugas dan kerjasama antar unit-unit usaha. Pada BUMDesa kalem direktur utama juga
merangkap tugas sebagai Kepala divisi bidang kerjasama melaksanakan studi kelayakan
rencana kerja BUMDesa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak R selaku direktur
keuangan, Bapak T selaku kepala divisi pengelolaan unit, Bapak H selaku dewan
pengawas, Bapak SS selaku Komisaris, dan Ibu P selaku direktur utama.
Direktur keuangan merupakan pihak yang bertugas dalam hal membuat dan
menyusun laporan keuangan. Pada BUMDesa kalem direktur keuangan merangkap tugas
sebagai Direktur Operasional yakni dalam hal membantu direktur utama dalam
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan operasional organisasi kerja BUMDesa
Kalem. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu P selaku direktur utama, Bapak H selaku
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 133
dewan pengawas, Bapak SS selaku Dewan Komisaris, Bapak T selaku kepala divisi unit
usaha dan Bapak R selaku direktur keuangan.
Kepala divisi bidang pengelolaan unit usaha pihak yang bertugas dalam
pemantauan dan evaluasi Bapak T selaku kepala divisi pengelolaan unit usaha terhadap
pengelolaan kegiatan operasional usaha unit-unit usaha. Pada BUMDesa Kalem direktur
keuangan merangkap sebagai Kepala divisi bidang pengelolaan pemantauan unit-unit
usaha bersama BUMDesa bertugas mendorong peningkatan kinerja organ unit usaha. Hal
ini sesuai dengan pernyataan dari Ibu P selaku direktur utama, Bapak R selaku direktur
keuangan, Bapak SS selaku komisaris, Bapak H selaku dewan pengawas, dan Bapak T
selaku kepala divisi pengelolaan unit usaha.
Bentuk pertanggungjawaban yang ada pada BUMDesa Karya Lestari Manunggal
masih disampaikan dalam bentuk lisan melalui rapat evaluasi internal rutin yang diadakan
setiap 1 (satu) bulan sekali. Melalui rapat evaluasi tersebut hasil kerja dari masing-masing
pihak pengurus BUMDesa yang terdiri atas Komisaris, Dewan Pengawas, Direktur
Utama, Direktur Keuangan, Kepala Divisi Bidang Pengelolaan Unit Usaha akan
disampaikan secara lisan dengan menilai kesesuaian antara hasil capaian dari tiap pihak
sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang tertuang didalam AD/ART BUMDesa
Kalem. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu P selaku direktur utama, bapak SS selaku
komisaris dan bapak H selaku dewan pengawas.
Pertanggungjawaban merupakan bentuk dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh
individu atau kelompok untuk mengoptimalkan kinerja organisasi dalam dalam
merealisasikan tujuan serta rencana. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
ditemukan bahwa pengurus BUMDesa melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
sebagai wujud implementasi hasil kerja yang dipengaruhi dari adanya AD/ART yang
berisi tentang pembagian tugas dan tanggungjawab. Hal ini mendukung penelitian
Robinson (2012) yang menyatakan pertanggungjawaban merupakan karakteristik yang
mempengaruhi organisasi, kemauan individu dan kelompok dalam merespons tekanan
eksternal seperti aturan terkait peran dalam melaksanakan tugas.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 134
Pihak yang menerima Pertanggungjawaban BUMDesa Kalem
Pihak yang menerima laporan pertanggungjawaban pihak yang memiliki
kepentingan dalam menilai serta memberi evaluasi terhadap perkembangan BUMDesa.
Pihak yang menerima pertanggungjawaban lisan adalah komisaris dan dewan pengawas
sebagai pihak yang terlibat langsung dalam mengawasi kinerja dari penguru BUMDesa
sebagai pihak yang membuat pertanggungjawaban yaitu direktur utama, direktur
keuangan dan kepala divis pengelolaan unit usaha. Pertanggungjawaban lisan yang
diberikan pengurus BUMDesa sesuai dengan Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun
2015 pasal 31 yang menyatakan bahwa pelaksana operasional melaporkan
pertanggungjawaban pelaksanaan BUMDesa kepada penasihat yang secara ex-officio
dijabat oleh kepala desa (komisaris). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Ibu P selaku
direktur utama, Bapak SS selaku komisaris, dan bapak H selaku dewan pengawas.
Pertanggungjawaban tertulis merupakan laporan pertanggungjawaban BUMDessa
Kalem yang berisi tentang pertanggungjawaban keuangan dan program pengelolaan
BUMDesa akan disampaikan oleh direktur utama pada saat musyawarah desa kepada
pihak yang memiliki kepentingan dalam perkembangan BUMDesa Kalem seperti
Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), DISPERMASDES, Biro
Perekonomian Kecamatan, Pemegang Saham, dan perwakilan RT/RW sebagai wakil
masyarakat desa. Pada level pengurus harian BUMDesa pertanggungjawabannya
dilakukan melalui rapat evaluasi rutin yang dilakukan 1 (satu) bulan sekali dan masih
berbentuk lisan sedangkan untuk pihak diluar pengurus harian bentuk
pertanggungjawabannya adalah laporan pertanggungjawaban keuangan.
Musyawarah desa merupakan wadah bagi perwakilan RT/RW sebagai masyarakat
desa, Pemegang Saham, BPD, DISPERMASDES dan Biro Perekonomian Kecamatan
untuk dapat memberikan saran ataupun kritik secara lisan terhadap kinerja pencapaian
program serta laporan pertanggungjawaban keuangan BUMDesa menyaksikan
pemaparan yang disampaikan direktur keuangan terkait perkembangan unit usaha di
BUMDesa Kalem.
Setiap kegiatan rapat yang dilakukan oleh BUMDesa Kalem mulai dari rapat rutin
hingga rapat evaluasi atau musyawarah desa akan dicatat melalui notulensi yang
didalamnya berisi tentang keputusan hasil rapat terkait kegiatan unit usaha yang sudah
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 135
tercapai, ataupun permasalahan dari tiap unit usaha. Hal ini sesuai dengan Kujala, Lamsa
& Riivari (2017) yang menyatakan keterlibatan manajemen dan pemangku kepentingan
disertai adanya peraturan untuk mempengaruhi sikap tanggung jawab merupakan hal
yang penting untuk mengukuhkan kesuksesan jangka panjang sebuah organisasi. Seperti
informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Ibu P selaku direktur utama
BUMDesa.
Berdasarkan hasil dari wawancara pihak yang menerima pertanggungjawaban
secara lisan terkait dengan pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dari pihak yang
membuat pertanggungjawaban yakni: direktur utama, direktur keuangan dan kepala divisi
pengelolaan unit usaha adalah komisaris dan dewan pengawas. Pelaksanaan
pertanggungjawaban BUMDesa Kalem dalam konteks laporan keuangan dan capaian
program dilaksanakan melalui musyawarah desa kepada seluruh pihak yang memiliki
kepentingan atas organisasi BUMDesa Kalem, hal ini dilakukan untuk meningkatkan
perkembangan BUMDesa dalam meningkatkan pendapatan desa. Hal ini selaras dengan
hasil penelitian Sari, Musadieq & Sulistyo (2018) yang menyatakan bahwa sebuah
organisasi wajib melaksanakan pertanggungjawaban kepada masyarakat dan lingkungan
untuk menjaga kesinambungan usaha dalam sebuah organisasi untuk mencapai
kesejahteraan bersama.
SIMPULAN
Mekanisme pertanggungjawaban pada BUMDesa Karya Lestari Manunggal belum
optimal karena memiliki permasalahan utama dari pihak pelaksana operasional yakni
harus merangkap jabatan yang bukan menjadi tanggungjawabnya sehingga hal tersebut
berlawanan dengan isi dari AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga).
Hal ini disebabkan karena kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam melaksanakan
tugas dan tanggungjawab mengelola BUMDesa dan rendahnya minat dari masyarakat
untuk turut berpartisipasi sebagai pengurus BUMDesa dikarenakan pengetahuan tentang
BUMDesa masih minim serta kurangnya pendampingan dari pemerintah.
Mekanisme pertanggungjawaban pada pengelola BUMDesa Karya Lestari terdiri
atas 1) Perencanaan program dan kebijakan sesuai RABDes, pelaksanaan musyawarah
desa tentang program dan kebijakan BUMDesa, pengelolaan program dan kebijakan,
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 136
pertanggungjawaban tugas dan wewenang sebagai bagian bagian evaluasi yang dilakukan
atas kinerja yang telah dilakukan oleh pihak pengelola BUMDesa Kalem, 2) Pihak yang
membuat pertanggungjawaban atas pembagian tugas yang telah diberikan adalah direktur
utama, direktur keuangan, dan kepala divisi pengelolaan bidang unit, 3) Bentuk
pertanggungjawaban yang disampaikan oleh pelaksana operasional masih disampaikan
secara lisan kepada komisaris dan dewan pengawas. 4) Pihak yang menerima
pertanggungjawaban adalah komisaris, dewan pengawas, kepada Biro Perekonomian
Kecamatan, Pemegang Saham, dan Perwakilan RT/RW.
Penelitian ini terbatas pada tahap wawancara yang pada Dispermasdes dan Biro
Perekonomian Kecamatan karena tidak adanya ijin yang diberikan. Narasumber sulit
ditemui dikarenakan sebagian tidak melakukan pekerjaannya di kantor sehingga
observasi tidak dapat dilakukan secara optimal. Implikasi penelitian ini dapat digunakan
oleh para peneliti atau pihak akademisi untuk mengetahui mekanisme
pertanggungjawaban sebagai bentuk pengendalian organiasional dalam konteks
BUMDesa dan digunakan pihak pengelola BUMDesa Kalem untuk mengambil kebijakan
dalam mekanisme pertanggungjawaban terkait kurangnya SDM dan rendahnya minat
masyarakat melalui kegiatan pelatihan SDM dan pendampingan dari pemerintah melalui
sosialisasi. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan faktor lain diluar prinsip
tata kelola yang dapat mempengaruhi proses mekanisme pertanggungjawaban didalam
sebuah organisasi serta dapat mengembangkan hasil penelitian ini agar dapat diterapkan
pada BUMDesa yang belum memiliki pertanggungjawaban untuk membantu
pengendalian organisasional BUMDesa melalui pengoptimalan mekanisme
pertanggungjawaban yang terstruktur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 137
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, M. (2016). Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Pada Kesejahteraan
Masyarakat Pedesaan Studi Pada BUMDES di Gunung Kidul, Yogyakarta. Journal
Modus, 28(2), 155–167.
Damara, D., Prihatin, E. S., dan Herawati, R. (2017). Mekanisme Alokasi Dana Desa di
Desa Tambakrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal dalam Rangka
Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa). Diponegoro Law Journal,
6(2), 1–11.
Duncan, M. T. (2013). Who’s Responsible for the State We’re In? Goverment and Public
Sector: Accountability and Responsibility In An Era of Crisis and Austerity.
Journal Accountability and Responsibility, 2(1), 3–23.
Heikkurinen, P. (2018). Strategic corporate responsibility: a theory review and synthesis.
Journal of Global Responsibility, 9(4), 388–414.
International Institute for Sustainable Development Goals. (n.d.). IISD. Retrieved from
https://iisd.org/topic/sustainable-development-goals
Intiyas Utami., Aprina Nugrahesty.S.H., Y. Y. W. . (2019). Buku Pintar Pengelolaan
BUMDesa. Penerbit Smart Indana Parama.
Jin, B and Kirsch, D. A. (2015). Entrepreneurial Growth as a Process: Mechanism-Based
Theorizing. Journal Entrepreneurial Growth, 17(1), 63–94.
Kementerian Desa. (2017). Tercatat Sebanyak 61 Persen Desa Telah Memiliki BUMDES.
Retrieved from https://www.kemendesa.go.id/view/detil/2862
Kompas. (2017). Pemerintah Bentuk Induk BUMDes Tahun Ini. Retrieved from
https://money.kompas.com/read/2017/01/09/200000726/pemerintah.bentuk.induk.
bumdes.tahun.ini
Kujala, J., Lamsa, A. M., and Riivari, E. (2017). Company stakeholder responsibility: An
empirical investigation of top managers’ attitudinal change. Baltic Journal of
Management, 12(2), 114–138.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 138
Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Retrieved from http://www.dpr.go.id/doksileg/proses2/RJ2-
20171106-094054-7086.pdf
Republik Indonesia. (2015). Peraturan Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
Retrieved from http://psflibrary_permen_desa_pdt_2015
Republik Indonesia. (2017). Peraturan Presiden No 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Retrieved from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/72974/perpres-no-59-tahun-2017
Ridlwan, Z. (2014). Urgensi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Dalam Pembangun
Perekonomian Desa. Jurnal Ilmu Hukum Unila, 8(3), 424–440.
Robinson, S. J., and Smith, J. (2012). Exploring responsibility. Journal of Global
Responsibility, 1(1), 151–166. Retrieved from
https://doi.org/10.1108/20412561211219346
Safitri, A. F., Susilowati, E., dan Mahmudah, S. (2016). Tinjauan Yuridis Terhadap
Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Yang
Belum Berbadan Hukum (Studi di Kabupaten Semarang) (Vol. 5).
Sari, R.N., Musadieq, A, M., &, dan Sulistyo, M, C, W. (2018). Analisis Implementasi
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada Pt . Pelabuhan Indonesia III (
Persero ). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 60(1), 90–99.
Soewarno, N. (2018). The Effect of Good Corporate Governance Mechanism and
Corporate Social Responsibility on Financial Performance With Earnings
Management As Mediating Variable. Asian Journal of Accounting Research, 3(1),
2443–4175.
Sulumin, H. H. (2015). Pertanggungjawaban Penggunaan Alokasi Dana Desa Pada
Pemerintahan Desa di Kabupaten Donggala. E-Jurnal Katalogis, Vol.3(No.1), 43–
53. Retrieved from
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.3 │ No.1 │ April 2020 139
United Nations. (2018). Sustainable Development Goals. Retrieved from
https://www.un.org/sustainabledevelopment
Wonar, K., Falah, S., dan Pangayow, B. J. C. (2018). Pengaruh Kompetensi Aparatur
Desa, Ketaatan Pelaporan Keuangan dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap
Pencegahan Fraud Dengan Moral Sensitivity Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal
Akuntansi,Audit Dan Aset, 1(2), 63–89.