eksplorasi tema rsia banda aceh_arsitektur tropis
DESCRIPTION
Arsitektur Tropis pada Rumah sakit ibu dan AnakTRANSCRIPT
Bab III
Elaborasi Tema
III.1 Latar Belakang Tema
Ada beberapa alasan mengapa manusia membuat bangunan, diantaranya
dikarenakan kondisi iklim tempat manusia berada tidak selalu menunjang aktivitas
yang dilakukan. Kondisi iklim yang selalu berubah-ubah menuntut manusia agar
dapat menyelaraskan iklim dengan aktivitas yang berbeda pula. Dengan adanya
bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak mendukung dapat dimodifikasi
menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai. Oleh karena itu, harus terlebih
dahulu mengetahui kondisi iklim dalam perencanaan.
Perencanaan dan perancangan bangunan ini berlokasi di Nanggroe Aceh
Darussalam yang beriklim tropis dengan kelembaban tinggi, panas matahari yang
terik dan angin yang cukup kencang.
Dengan penggunaan tema bangunan yang berarsitektur tropis ini diharapkan
perancangan Rumah Sakit Ibu dan Anak ini mampu menyelesaikan permasalahan
iklim dan menghemat pemakaian energi, hanya ruang tertentu saja yang
menggunakan penghawaan buatan (AC) dan pencahayaan buatan (lampu) hanya
pada malam hari. Selain itu diharapkan penggunan bangunan ini dapat merasa
aman dan nyaman berada di dalamnya.
III.2 Pengertian Tema
Pengertian arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan.7
Sedangkan pengertian tropis adalah daerah di permukaan bumi yang secara
geografis berada di sekitar ekuator yaitu yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.50
LS dan 23.50 LU.8
Yang dimaksud dengan arsitektur tropis adalah penampilan dari suatu karya
arsitektur yang terdapat pada daerah yang terletak di antara garis isoterm 200 C di
sebelah utara dan selatan. Dapat pula berarti penampilan dari suatu karya 7 www.wikipedia.com8 www.wikipedia.com
43
arsitektur yang terdapat pada daerah tropis yang dibatasi oleh faktor-faktor alam
dan lingkungan setempat.9
Pengertian arsitektur tropis menurut Maxwell Fry dan Jane Drew di dalam
bukunya, “Architecture in the humid tropics is collaboration with nature to
establish a new order which human being may life harmony with their
surroundings”. Arsitektur tropis harus dapat melakukan penyelesaian masalah
arsitektur dengan lingkungan dan kondisi setempat agar tercipta keharmonisan
kehidupan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu dengan memperhatikan
manusia serta kebutuhannya, iklim dan perubahannya, pemakaian bahan yang
sesuai dengan tujuan dari bangunan.
III.3 Interpretasi Tema
III.3.1 Karakteristik Arsitektur Tropis
Wilayah Indonesia yang beriklim tropis dengan ciri-ciri udara panas,
lembab, curah hujan rata-rata cukup tinggi pada bulan September-Desember.
Diperlukan penanganan khusus dalam rancangan bangunan berkaitan dengan
iklim setempat. Perencanaan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan baik
fisik maupun mental akan memperoleh hasil yang memuaskan. Elemen-elemen
iklim yang berpengaruh terhadap bangunan adalah:10
a. Angin
Angin adalah udara yang bergerak karena adanya tekanan. Gerak ini
disebabkan karena bagian-bagian udara didorong dari tekanan yang lebih tinggi ke
daerah bertekanan lebih rendah. Aliran udara memiliki inersia yang mengalirkan
udara secara lurus, jika tidak ada suatu benda penghalang. Apabila suatu
permukaan bidang terkena aliran udara, maka akan menghimpun inersia tersebut
sehingga menjadikai tekanannya lebih besar dan besarnya tekanan ini sebanding
dengan luasnya bidang itu.
Badan Meteorologi dan Geofisika menyatakan untuk daerah Kota Banda
Aceh sendiri kecepatan angin bertiup antara 2 – 28 knots yang menunjukkan
bahwa angin bertiup cukup kencang pada musim tertentu dan biasanya pada angin 9 www.archicaddy.com10 Loippsmeier, Bangunan Tropis Edisi ke-2
44
musim barat. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada bangunan, maka diusahakan
bentuk bangunan dapat membelokkan angin.
Gerakan angin secara makro dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Ketinggian bangunan
Sesuai dengan konteks iklim di Banda Aceh dengan kecepatan angin
yang kencang, maka bangunan jangan terlalu tinggi.
b. Landscape
Menanam vegetasi yang dapat memecah angin sehingga angin tidak
terlalu kencang sampai ke bangunan.
c. Topografi
d. Perbedaan suhu dan tekanan setempat
e. Kecepatan dan tekanan angin
b. Radiasi Matahari
Matahari adalah sumber alam yang sangat dominan, radiasi matahari yang
berlebihan menjadi masalah bagi bangunan-bangunan di daerah tropis seperti di
indonesia. Hal ini disebabkan oleh sebagian sinar matahari diserap oleh elemen-
elemen bangunan dan sebagian lagi direfleksikan kembali.
Karakteristik sinar matahari :
a. Silau/terang yang berlebihan terjadi karena kontras yang sangat kuat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesilauan :
penggunaan bahan-bahan bangunan yang memantulkan cahaya.
penggunaan warna terang atau kontras pada bidang-bidang
bangunan.
b. Terik, menyengat berpengaruh terhadap fisik manusia (kulit) juga terhadap
bangunan seperti yang menyebabkan pemuaian perubahan bentuk.
c. Temperatur
Radiasi matahari yang masuk ke dalam ruangan menimbulkan panas
dalam ruanganyang mengakibatkan temperatur naik menjadi lebih tinggi.
45
Temperatur udara dalam ruangan dapat dipengaruhi pula oleh temperatur luar,
sedangkan temperatur udara luar dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya.
Misalnya suatu lingkungan yang penuh dengan penghijauan akan menciptakan
keadaan lingkungan yang sejuk.
d. Kelembaban
Kelembaban dalam suatu ruangan dapat terjadi karena kelembaban dari
ruang da penguapan air yang terdapat dalam ruangan itu sendiri. Kelembaban
dapat diatasi dengan adanya sinar matahari, sedangkan untuk bagian-bagian yang
tidak terkena sinar matahari dapat diatasi dengan pengaliran udara secara
perlahan-lahan namun secara terus-menerus.
e. Hujan
Hujan timbul dan turun apabila gumpalan-gumpalan uap air turun sampai
lebih rendah dari titik jenuhnya, dan mencair menjadi air. Pada daerah tropis
seperti kota Banda Aceh ini, curah hujan cukup tinggi sehingga hujan dapat turun
sepanjang tahun pada terutama pada bulan September – Desember.
Hujan yang disertai angin kencang juga sering terjadi di kota Banda Aceh
yang mengakibatkan tempias pada bangunan. Penyelesaian untuk masalah ini
dapat dilakukan dengan penggunaan atap miring pada bangunan dan talang air
untuk mengalirkan air hujan dari atap. Sedangkan untuk lansekap, genangan air
hujan dapat diatasi dengan memiringkan lansekap dan membuat drainase di
pinggir lahan.
Adapun jenis bahan bangunan yang sesuai untuk digunakan di daerah
tropis dapat dilihat pada tabel berikut :
Bahan bangunan Keberadaan Penggunaan Reaksi terhadap iklim
46
Tanah, tanah liat,
pasir, dan kerang
Menyebar di seluruh
daerah tropis
Bangunan tradisional
tidak bertingkat.
Dengan blok yang
distabilkan dan
penggunaan mesin
dapat digunakan
untuk bangunan dan
pondasi dan rumah
Tahan terhadap angin
dan cuaca. Penyerapan
panas tinggi pada bahan
yang padat
Batu bata bakar Menyebar di seluruh
negara tropis
Untuk semua
konstruksi ringan ,
tembok, genteng,
ubin lantai, dan
dinding
Jika diolah secara tepat,
akan tahan terhadap
cuaca, penyerapan
panas baik, penyaluran
panas rendah
Batu kapur, pasir, dan
aerasi
Terutama menyebar
di negara industri
maju yang memiliki
pasir dan batu kwarsa
Untuk semua
konstruksi dinding
dan juga sebagai
tembok yang tidak
diplester dan untuk
cerobong asap
Kemampuan
menghantar panas kecil,
pemantulan tinggi dan
penyerapan panas
rendah
Semen asbes Menyebar luas di
semua negara tropis
Untuk penutup atap,
dinding elemen
pelindung matahari,
saluran air limbah,
dan lapisan pencegah
api
Sangat cocok untuk
daerah tropis. Kedap
angin. Kemampuan
penghantaran panas
kecil, penyerapan baik
Bambu dan buluh
Di semua daerah
iklim hangat lembab
Untuk rumah dan
bangunan umum.
Murah, mudah dalam
pengerjaan dan
perbaikan, cocok
untuk daerah rawan
gempa
Permukaannya sangat
tahan air, pengudaraan
baik, sedikit menyerap
panas
Batu alam Menyebar di seluruh
daerah tropis, sedikit
di daerah dataran
Pada bangunan
representatif dan
lapisan dinding
dekoratif, perkerasan
Tahan terhadap angin
dan cuaca, penyerapan
panas tinggi pada bahan
yang padat
47
rendah tropika basah jalan dan pondasi
rendah
Blok beton Semakin menyebar di
semua negara tropis
dengan meningkatkan
produksi semen
Metode konstruksi
bangunan biasa dan
pengisi untuk
konstruksi beton dan
baja
Tanpa plester akan
tembus jika terkena
hujan dan angin terus
menerus, kemampuan
menghantar panas kecil
Kaca Digunakan hampir di
semua negara tropis,
produk lokal semakin
meningkat
Dipakai untuk
konstruksi biasa,
harus dilindungi dari
cahaya matahari,
dapat melindungi
bangunan dengan
kaca pelindung panas
Kemampuan
menghantar panas kecil,
penyerapan panas
besar, radiasi matahari
di ruangan dirubah
menjadi radiasi panas
Rumput, pohon
palem
Di semua daerah
tropis yang memiliki
vegetasi
Untuk rumah tinggal
sederhanan sampai
bangunan umum,
mudah dalam
penanaman
Tahan terhadap hujan,
pengudaraan baik
Dalam merancang bangunan untuk daerah tropis perlu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Bangunan sebaiknya terbuka, kira-kira jaraknya cukup untuk
menjamin sirkulasi udara yang baik;
2. Bangunan diorientasikan ke arah Utara Selatan, guna menghindari
pemanasan fasade yang berlebihan;48
Tabel III.1.Tabel jenis bahan bangunan yang
sesuai untuk daerah tropisSumber : Lippsmeier, Bangunan
Tropis Edisi ke-2
3. Adanya ventilasi silang;
4. Ruangan yang teduh di sekitar bangunan;
5. Penyaluran air hujan dari atap dan halaman;
6. Bangunan berbahan ringan dan daya serap panas rendah;
7. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kenyamananpenghuni seperti
radiasi matahari, kesilauan, kelembaban udara, dan pencemaran udara.
III.3.2 Prinsip-prinsip Arsitektur Tropis
Adapun yang termasuk ke dalam prinsip-prinsip arsitektur tropis adalah :11
1. Memperhatikan lingkungan sekitar;
2. Menselaraskan dengan kondisi alam;
3. Memanfaatkan potensi-potensi alam;
4. Memperhatikan penggunaan jenis bahan bangunan;
5. Hemat energi.
III.4 Studi Banding Tema Sejenis
III.4.1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia adalah kampus modern, komprehensif, terbuka,
multi budaya, dan humanis yang mencakup disiplin ilmu yang luas. UI saat ini
secara simultan selalu berusaha menjadi salah satu universitas riset atau institusi
akademik terkemuka di dunia. Sebagai universitas riset, upaya-upaya pencapaian 11 Loippsmeier, Bangunan Tropis Edisi ke-2
49
tertinggi dalam hal penemuan, pengembangan dan difusi pengetahuan secara
regional dan global selalu dilakukan. Sementara itu, UI juga memperdalam
komitmen dalam upayanya di bidang pengembangan akademik dan aktifitas
penelitian melalui sejumlah disiplin ilmu yang ada dilingkupnya.
Terlepas dari prestasi yang dicapai oleh kampus ini, bangunan Universitas
Indonesia ini sendiri sangat memperhatikan lingkungannya. Penerapan konsep
tropis pada bangunan ini bisa dilihat dari penggunaan atap miring pada bangunan.
Selain itu bukaan yang lebar juga sangat mendominasi bangunan ini agar cahaya
matahari dapat masuk ke bangunan. Pengolahan lansekap juga sangat diperhatikan
dengan penanaman banyak vegetasi sehingga terjadi keharmonisan antara ruang
luar dan ruang dalam.
Bukaan-bukaan yang lebar di ruang kelas berfungsi agar pencahayaan
alami dapat masuk ke dalam ruangan. Di bagian atas bukaan terdapat teritisan
yang lebar dengan tujuan agar cahaya yang masuk bukan cahaya matahari
langsung.
50
Gambar III.1 penggunaan atap miringSumber : http://images.google.co.id
III.4.2 Rumah WWF, Jakarta
Global Envirinmental Conservation Organization (Organisasi
Perlindungan Lingkungan Dunia) yang dulunya bernama World Wildlife Fund
berdiri sejka 1 September 1961 dengan kantor pusat di Gland.
51
Gambar III.2 bukaan dan teritisan bangunan UI
Sumber : http://images.google.co.id
Gambar III.3 interior kelas dengan pencahayaan alami. Pencahayaan buatan digunakan seperlunya saja
Sumber : http://images.google.co.id
Gambar III.4 penanaman vegetasi pada lansekap dan penggunaan sepeda di
dalam kampus membantu menghemat energi
Sumber : http://images.google.co.id
Bangunan ini dirancang seolah menjadi field office atau kantor lapangan
karena berupaya keras menginfiltrasi ruang dalam dengan unsur lingkungan
sekitarnya.
Kondisi eksisting site yang rimbun oleh pepohonan, serta kontur yang
meninggi di bagian belakangnya sangat membantu menciptakan image bangunan
tropis. Dengan bukaan-bukaan lebar menciptakan suasana di dalam seolah
menjangkau langsung lingkungan luarnya. Ini juga memaksimalkan cahaya alami
untuk mengurangi penggunaan lampu.
52
Gambar III.5 Rumah WWFSumber : www.indonesiadesign.com
Penggunaan atap miring pada bangunan ini juga memperkuat konsep
bangunan tropis. Pada bagian atap terdapat semacam bukaan yang berfusngsi
sebagai penerangan alami bagi ruang yang berada di bawahnya.
Arsitek juga membiarkan beberapa pohon eksisting berada di tengah
bangunan.
53
Gambar III.6 jendela lebar memaksimalkan masuknya sinar
matahariSumber : http://rafflesia.wwf.or.id
Gambar III.7 Penggunaan atap miring pada bangunan
Sumber : http://rafflesia.wwf.or.id
Ada dua pokok penting pada bangunan ini sehingga menciptakan
bangunan yang bersahabat dengan lingkungan, yaitu memperbanyak areal bukaan,
juga pemakaian material yang akraab dengan lingkungan, seperti tampil pada
dinding yang hanya berupa bata ekspose. Cara ini otomatis mengurangi
pemakaian plester semen sekaligus meniadakan penggunaan cat yang kaya akan
bahan kimia. Ternyata warna alami bata ini sekaligus menjadi image dari WWF
Indonesia, termasuk juga warna atap hijau agar serasi dengan pepohonan di
sekitarnya.
Interior bangunan juga dirancang agar pengguna merasa nyaman berada
di dalam bangunan ini. Ruang-ruang kantor yang berada di dalam juga
mendapatkan pencahayaan alami dengan jendela-jendela yang lenar sehingga
menghadirkan suasana ruang luar di dalam bangunan.
54
Gambar III.8 pohon pada kondisi eksisting site tetap dipertahankan Sumber : http://rafflesia.wwf.or.id
Gambar III.9 penggunaan bata ekspose pada dinding bangunan
Sumber : http://rafflesia.wwf.or.id
III.4.3 Kediaman Keluarga di Jakarta Selatan
Rumah ini merupakan bangunan rumah tinggal masa kini, yaitu gaya
tropis modern. Dalam proses pengolahan ruang, perbandingan ruang terbuka
terhadap bangunan di wilayah ini menjadi pertimbangan utama. Dengan Koefisien
Dasar Bangunan (KDB) sebesar 56%, dirancanglah bangunan dua lantai yang
banyak memiliki elemen-elemen penguat arsitektur.
55
Gambar III.10 suasana interior bangunan WWF
Sumber : http://rafflesia.wwf.or.id
Bagian-bagian yang menunjang konsep tropis adalah ruang terbuka hijau
di belakang bangunan. Ruang terbuka ini cukup panjang yang mengikuti bentuk
teras belakang. Bagian ujungnya dibuat kolam ikan yang tepat berada di depan
pintu ruangan makan dan dapur bersih. Dengan demikian kolam ikan ini menjadi
pemandangan yang menarik dan menyegarkan.
56
Gambar III.11 rumah tinggal berkonsep tropis
Sumber : www.google.com
Gambar III.12 teras belakang menghadap ke ruang terbuka Sumber : www.google.com
Penting pula untuk dicermati penggunaan dinding pembatas bangunan
selebar 5m untuk menghalangi pandangan tetangga ke dalam rumah. Posisi
bangunan yang memang lebih tinggi dari rumah di kanan kirinya memberikan
keuntungan ganda bagi pemilik rumah. Perasaan aman dan privasi penghuni akan
terjaga.
Teras-teras juga dibuat lega di bagian belakang bangunan karena
konsentrasi penghuni dititikberatkan pada bukaan-bukaan bangunan yang lebih
lebar. Hal ini mengingat posisi bangunan berada di jalan lingkungan dengan jarak
Garis Sempadan Bangunan (GSB) 5.5m. Meskipun demikian, masih dlperoleh
jarak yang memadai untuk Batas gerbang dan bagian depan bangunan. Dengan
demikian cara seperti ini akan menjadi nilai tambah bagi bangunan. Terdapat pula
teras tambahan pada bukaan dapur bersih ke arah kolam.
57Gambar III.13 dapur bersih menghadap
ke ruang terbuka (kolam)Sumber : www.google.com
Ruangan duduk keluarga yang lapang dan panjang. Buka-bukaan yang
lebar menjadi vista ruangan.
III.4.4 Wisma Dharmala Sakti
A. Penjelasan Umum Objek
1. Nama Proyek : Wisma Dharmala Sakti
2. Lokasi : Jakarta, Indonesia
3. Arsitek : Paul Rudolph
4. Struktur dan ME : Prof. Lee Seng Lip & PT. BMP Indonesia
5. Tinggi Bangunan : 25 lantai
6. Pendekatan : Arsitektur Tropis
58
Gambar III.14 ruang duduk keluarga dengan bukaan yang lebarSumber : www.google.com
Wisma Dharmala Sakti atau yang sekarang dikenal sebagai Intiland Tower
merupakan hasil karya arsitektur yang memiliki tampilan berkarakter lokal.
Fungsi bangunan lebih mengutamakan bentuk daripada ukuran ruang yang
mewadahi segala aktivitas. Bangunan ini hadir di lingkungan sosialnya, sehingga
bangunan ini lebih adaptif terhadap karakteristik lokal. Bangunan ini juga
diharapkan menjadi contoh bagaimana bangunan lain seharusnya didesain untuk
melestarikan lingkungan.
B. Konsep Desain
Konsep dasar bangunan ini adalah pendekatan bangunan tinggi melalui
adaptasi bentuk-bentuk konvensional yang dipengaruhi oleh faktor iklim tropis,
dimana bangunan didesain dengan pengulangan dan permainan bentuk atap
dengan bentuk-bentuk dasar persegi dan segitiga. Pengolahan bentuk atap yang
sekaligus berfungsi sebagai balkon dengan tanaman yang melindungi balkon di
bagian bawahnya.
59
Gambar III.15 Wisma Dharmala SaktiSumber : www.google.com
Wisma Dharmala Sakti dalam mengontrol iklimnya menggunakan atap
miring agar air hujan mudah mengalir dan tidak menggenangi atap. Penggunaan
sun shading yang berupa kantilever yang berfungsi sebagai balkon sekaligus juga
melindungi bangunan dari sinar matahari langsung. Balkon ditanami vegetasi agar
udara di sekitar ruangan menjadi sejuk.
60
Gambar III.16 bagian balkon yang ditanami vegetasi
Sumber : www.google.com
Gambar III.17 sketsa suasana balkon dilihat dari luar bangunanSumber : www.google.com
Gambar III.18 di dalam bangunan juga ditanami vegetasi sehingga ruangan
menjadi sejukSumber : www.google.com
C. Konsep Material
Material dinding bangunan berupa beton, sedangkan pada bagian tower
yaitu pada area pemasangan simbol perusahaan tidak menggunakan beton
melainkan material keramik putih.
Denah lantai bangunan merupakan denah tipikal, setiap lantainya
mempunyai bentuk yang sama hanya saja terjadi perputaran di bagian balkon dan
atap balkon.
61
Gambar III.19 terlihat penggunaan material beton pada fasade bangunan
Sumber : www.google.com
Gambar III.20 denah tipikal bangunan Sumber : www.google.com
Gambar III.21 dari potongan dapat dilihat denah tipikal hanya mengalami
perputaran di bagian balkonnya Sumber : www.google.com
III.4.5 Kesimpulan Studi Banding
Berdasarkan keempat contoh bangunan yang telah diuraikan, maka dapat
diambil kesimpulan yaitu:
1. Pemanfaatan energi yang ada secara maksimal sehingga mengurangi
pemakaian energi buatan;
2. Kualitas-kualitas lingkungan yang ada harus tetap dipertahankan agar
menjaga keseimbangan lingkungan tropis;
3. Pemakaian material yang digunakan harus tepat dan efisien;62
4. Penataan ruang dalam harus memperhatikan proses kegiatan ruang agar
sirkulasi ruang menjadi lancar;
5. Penataan ruang terbuka dilengkapi dengan unsur tanaman sebagai unsur
utama dalam taman dan juga sebagai filter bagi lingkungan;
6. Bangunan harus dilengkapi dengan pelindung untuk melindungi bangunan
dari tempias air hujan dan teriknya sinar matahari langsung. Bukaan-
bukaan jendela harus memperhatikan arah angin agar penghawaan alami
tetap memberikan kenyamanan bagi pengguna;
7. Dari segi fungsi, bangunan harus dapat beradaptasi dan memodifikasi
iklim tropis, artinya bangunan dapat berfungsi sebagai physical
control/mengontrol iklim;
8. Bangunan harus dapat mewadahi semua aktivitas manusia yang berada di
dalamnya;
9. Memiliki dimensi bentuk yang proporsi antara panjang, lebar, dan tinggi
sehingga menghasilkan bangunan yang estetis;
10. Adanya keselarasan pemakaian warna tekstur dan pola pada bangunan
agar dapat meningkatkan kualitas ruang.
63