ekspresi cluster of differensiation 44 (cd44) pada
TRANSCRIPT
EKSPRESI CLUSTER OF DIFFERENSIATION 44 (CD44) PADA NEOPLASMA KOLOREKTAL
The Expression of Cluster of Differentiation 44 (CD44) in Colorectal Neoplasm
ARLIN RINNI TUTU
KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
EKSPRESI CLUSTER OF DIFFERENTIATION 44 (CD44) PADA NEOPLASMA KOLOREKTAL
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi Biomedik
Disusun dan diajukan oleh
ARLIN RINNI TUTU
kepada
KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
TESIS
EKSPRESI CLUSTER OF DIFFERENTIATION 44 (CD44) PADA NEOPLASMA KOLOREKTAL
Disusun dan diajukan oleh :
ARLIN RINNI TUTU
Nomor Pokok : P1507209063
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
pada tanggal 14 Agustus 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui :
Komisi Penasihat,
dr. Cahyono Kaelan, Ph.D., Sp.PA(K), Sp.S dr. Truly D. Dasril, Sp.PA(K) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Biomedik, Direktur Program Pascasarjana,
Universitas Hasanuddin
Prof. dr. Rosdiana Natzir, Ph.D. Prof. Dr. Ir. Mursalim
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Arlin Rinni Tutu No.Stambuk : P1507209063 Program Studi : Biomedik/PPDS Terpadu (Combined Degree) FK.UNHAS
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Makassar, 18 Agustus 2013 Yang menyatakan Arlin Rinni Tutu
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena Dialah yang membuat segala sesuatu indah pada waktunya,
sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu prasyarat dalam rangka
penyelesaian Program Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu Ilmu Patologi
Anatomi pada program Pascasarjana dan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar. Selain itu, penulis bermaksud untuk
menyumbangkan beberapa konsep pemikiran mengenai CD44 (cluster of
differentiation 44) sebagai salah satu protein yang berperan dalam kanker
kolorektal.
Dalam penelitian dan penyusunan tesis ini, penulis mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak dan oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Cahyono
Kaelan, Ph.D., Sp.PA(K), Sp.S sebagai Ketua Komisi Penasihat dan dr.
Truly D. Dasril, Sp.PA(K) sebagai Anggota Komisi Penasihat atas bantuan
dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari penyusunan proposal,
pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan tesis ini. Terima kasih
dan penghargaan penulis haturkan juga kepada Prof. Dr. dr. H. Dasril
Daud, Sp.A(K) sebagai pembimbing metodologi penelitian yang sangat
membantu dan membimbing dalam penyelesaian tesis ini. Kepada dr.
Berty Nelwan, Sp.PA dan dr. Husni Cangara, Ph.D. terima kasih banyak
atas meluangkan waktu untuk menilai dan memberi masukan kepada
penulis mengenai skoring ekspresi imunohistokimia CD44. Kepada
seluruh staf pengajar yang adalah guru saya di Bagian Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin tanpa terkecuali, terima
kasih sedalam-dalamnya atas segala bantuan dan dukungannya. Kepada
teman sejawat residen di Bagian Patologi Anatomi terima kasih atas
segala bantuan, kebersamaan dalam suka dan duka, dan dukungan
kepada penulis. Kepada seluruh teknisi dan pegawai Laboratorium
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan
Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo terima kasih atas kerja sama dan
bantuan selama penulis melakukan penelitian. Terima kasih tak terhingga
kepada orang tua, saudara, keponakan serta keluarga dan sahabat yang
selalu menyokong dan memberi semangat kepada penulis selama
menjalani pendidikan dan kepada semua pihak yang telah ikut membantu
penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan Ilmu Patologi Anatomi selanjutnya. Akhirnya, penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam tulisan ini terdapat
hal-hal yang tidak berkenan.
Makassar, 20 Agustus 2013
Arlin Rinni Tutu
ABSTRAK
ARLIN RINNI TUTU. Ekspresi Cluster of differentiation 44 (CD44) pada Neoplasma Kolorektal (dibimbing oleh Cahyono Kaelan dan Truly D. Dasril)
Tujuan peneiltian ini adalah menilai ekspresi CD44 pada neoplasma kolorektal. Sampel penelitian berasal dari 89 sediaan blok parafin biopsi dan reseksi jaringan kolorektal dengan diagnosis adenoma, adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik, sedang dan buruk, serta mukosa normal dari ujung reseksi adenokarsinoma kolorektal. seluruh sampel dilakukan pulasan imunohistokimia CD44. Penilaian mikroskopik menggunakan mikroskop cahaya. Uji statistik menunjukkan hubungan bermakna antara ekspresi CD44 dengan gambaran histopatologi kolorektal (p<0,05), yaitu ekspresi CD44 lebih tinggi pada adenoma dibandingkan dengan mukosa normal kolorektal dan ekspresi CD44 lebih tinggi pada adenokarsinoma dibandingkan dengan adenoma dan mukosa normal kolorektal. Terdapat juga perbedaan bermakna skor ekspresi CD44 antara mukosa normal dengan adenoma dan adenokarsinoma kolorektal (p<0,05). Tetapi skor ekspresi CD44 tidak menunjukkan perbedaan bermakna di antara derajat histopatologi/diferensiasi adenokarsinoma kolorektal (p>0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CD44 berperan dalam karsinogenesis kolorektal dan dapat digunakan untuk membedakan mukosa normal dengan patologik, demikian pula neoplasma jinak dengan ganas kolorektal. Kata Kunci : Cluster of differentiation 44 (CD44), adenoma, adenokarsinoma kolon diferensiasi baik, adenokarsinoma kolon diferensiasi sedang dan adenokarsinoma kolon diferensiasi buruk
ABSTRACT
ARLIN RINNI TUTU. The Expression of Cluster of Differentiation 44 (CD44) in Colorectal Neoplasm (Supervised by Cahyono Kalean and Truly D. Dasril)
This study aims to evaluate CD44 expression in Colorectal Neoplasm.
The samples were taken from 89 biopsy parrafin block preparation; the resection of colorectal tissue with adenoma diagnosis; colorectal adenocarcinoma with well, intermediate, and poorly differentiated; and normal mucosae from the end of colorectal adenocarcinoma resection. All samples had CD44 immunohistochemistry smear. The microscopic evaluation was conducted by using a light microscope.
The statistical analysis revealed a significant relationship between CD44 expression and the colorectal histopathology features (p<0,005). CD44 expression was higher in adenoma, compared to colorectal normal mucosae. Furthermore, CD44 expression was higher in adenocarcinoma compared with adenoma and colorectal normal mucosae. There was also a significant difference in the CD44 expression score of normal mucosae with adenoma and colorectal adenocarcinoma (p<0,05). However, CD44 expression score did not show a significant difference between histopatolgy/differentiation level of colorectal adenocarcinoma (p>0,05). This study reveals that CD44 plays a role in colorectal carcinogenesis and it can be used to distinguish normal colorectal mucosae from pathologic one, and also benign colorectal neoplasm from malignant one.
Keywords : Cluster of differentiation 44 (CD44), adenoma, colorectal adenocarcinoma well differentiated, colorectal adenocarcinoma moderate differentiated, colorectal adenocarcinoma poorly differentiated
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
1. Tujuan Umum 4
2. Tujuan Khusus 4
D. Hipotesis 5
E. Manfaat Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Neoplasma Kolorektal 6
1. Anatomi dan Histologi Kolorektal 6
2. Adenoma Kolorektal 8
3. Adenokarsinoma Kolorektal 10
4. Karsinogenesis Kolorektal 12
B. CD44 19
KERANGKA TEORI 29
III. KERANGKA KONSEP 30
A. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel 31
IV. METODOLOGI PENELITIAN 32
A. Desain Penelitian 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian 32
C. Populasi Penelitian 32
D. Sampel dan Cara Pengambilan Sampel 32
E. Perkiraan Besar Sampel 33
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 33
1. Kriteria Inklusi 33
2. Kriteria Eksklusi 34
G. Cara Kerja 34
1. Alokasi Subyek 34
2. Prosedur Pewarnaan Hematoksilin Eosin 34
3. Prosedur Pewarnaan Imunohistokimia 36
4. Interpretasi Hasil Imunohistokimia 36
H. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif 37
1. Definisi Operasional 37
2. Kriteria Obyektif 38
I. Pengolahan dan Analisis Data 39
J. Alur Penelitian 40
K. Personalia Penelitian 41
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42
A. Hasil Penelitian 42
1. Jumlah Sampel 42
2. Karakteristik Sampel 46
3. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Jenis Neoplasma Kolorektal dan Perbandingan Rata-rata Kelompok Umur dengan Jenis Neoplasma Kolorektal 48
4. Analisis Hubungan antara Ekspresi CD44 dengan Gambaran Histopatologi Kolorektal 49
5. Analisis Perbedaan Skor Ekspresi CD44 50
B. Pembahasan 56
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 61
DAFTAR PUSTAKA 63
DAFTAR TABEL
Nomor halaman
1. Data karakteristik sampel penelitian 46
2. Hubungan antara jenis kelamin dengan jenis neoplasma kolorektal 48
3. Perbandingan rata-rata antara umur dengan jenis neoplasma kolorektal 48
4. Hubungan antara ekspresi CD44 dengan gambaran histopatologi kolorektal 49
5. Perbedaan skor ekspresi CD44 pada neoplasma kolorektal 50
6. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara mukosa normal dan adenoma kolorektal 51
7. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara mukosa normal dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik 51
8. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara mukosa normal dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi sedang 52
9. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara mukosa normal dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk 52
10. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenoma dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik 53
11. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenoma dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi sedang 53
12. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenoma dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk 54
13. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi sedang 54
14. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk 55
15. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenokarsinoma kolorektal diferensiasi sedang dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk 55
DAFTAR GAMBAR
Nomor halaman
1. Stem sel kolon dan proses diferensiasinya 8
2. Perubahan morfologi dan molekuler pada adenoma- carcinoma sequence klasik 14
3. Perubahan morfologi dan molekuler pada mistmach repair pathway 15
4. Model colon cancer stem cell 18
5. Struktur CD44 20
6. Peranan CD44 dalam tumorigenesis 24
7. Mekanisme proteolitik sekuensial CD44 26
8. Ekspresi CD44 pada mukosa kolorektal normal 43
9. Ekspresi CD44 pada adenoma kolorektal 43
10. Ekspresi CD44 pada adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik 44
11. Ekspresi CD44 pada adenokarsinoma kolorektal diferensiasi
sedang 44
12. Ekspresi CD44 pada adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk 45
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor halaman
1. Keterangan kelaikan etik (ethical clearance) 67
2. Daftar sampel penelitian 68
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karsinoma kolorektal merupakan keganasan tersering dari traktus
gastrointestinal, dan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di seluruh dunia, dengan sekitar 1,2 juta kasus baru per tahun
(Turner, 2010, Medema and Vermeulen, 2011). Kanker kolorektal
menempati urutan ke-4, sekitar 9% dari seluruh kanker di dunia. Insidens
tertinggi kanker kolorektal terjadi di Amerika Utara, Australia, dan New
Zealand, dan rendah pada Afrika dan Asia (Fenoglia-Presiser et al., 2008).
Resiko kanker kolorektal meningkat secara signifikan setelah umur 40
tahun pada laki-laki dan perempuan, dan meningkat dua kali lipat setiap
dekade hingga umur 75 tahun. Dari tahun 2000-2004, median umur pada
saat terdiagnosis kanker kolorektal adalah 71 tahun (Fenoglia-Presiser et
al., 2008).
Kebanyakan karsinoma kolorektal berkembang dari adenoma, suatu
lesi prekursor, yang dapat terjadi secara sporadik ataupun sebagai bagian
dari sindrom poliposis. Angka kejadian adenoma sangat bervariasi di
seluruh dunia. Wilayah geografis yang memperlihatkan resiko tinggi
kanker kolorektal juga memperlihatkan resiko tinggi untuk perkembangan
adenoma, demikian pula sebaliknya (Fenoglia-Presiser et al., 2008).
Pada tahun 2008, berdasarkan data Badan Registrasi Kanker,
Yayasan Kanker Indonesia dari seluruh senter di Indonesia,
memperlihatkan bahwa kanker rektum menduduki peringkat ke-4 dan
kanker kolon peringkat ke-8 dari sepuluh tumor tersering menurut primer,
masing-masing sebesar 1124 kasus dan 878 kasus. Sedangkan di bagian
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
pada tahun 2009, kanker kolorektal menempati urutan ke-3 dari sepuluh
tumor tersering menurut primer, sebesar 247 kasus.
Saat ini, klasifikasi kanker kolorektal sebagian besar berdasarkan
karakteristik tumor secara histologik, seperti status diferensiasi dan
stadium tumor yang merupakan faktor prognosis konvensional untuk
kelangsungan hidup pasien dan sering untuk penentuan pemberian terapi
adjuvan setelah reseksi tumor primer. Namun, pasien dengan stadium
kolorektal yang sama dapat memperlihatkan hasil terapi yang sangat
berbeda. Sebagian memperlihatkan pemulihan sempurna setelah reseksi
tumor, sedangkan sebagian lagi memperlihatkan metastase, rekurensi,
dan resistensi terhadap terapi (Belov et al., 2011). Sejumlah penelitian
yang dilakukan sejak sekitar satu dekade lalu menimbulkan dugaan
bahwa hal tersebut terjadi akibat adanya sel kanker yang memiliki
karakteristik adult stem cell normal (dinamakan cancer stem cell)
termasuk sifat self-renewal dan multipotensi berdiferensiasi menjadi
berbagai tipe sel (Du et al., 2008). Cancer stem cell (CSC) pada kanker
kolorektal diduga lebih resisten terhadap terapi dibandingkan sel tumor
differentiated, yang menimbulkan asumsi bahwa CSC merupakan target
yang sangat penting dalam terapi, dan terlebih penting adalah
kemungkinan sebagai penyebab rekurensi tumor (Medema and
Vermeulen, 2011).
Glikoprotein transmembran CD44 telah digunakan sebagai marker
untuk mengisolasi CSC dari berbagai tumor solid, seperti kanker
payudara, kepala dan leher, pankreas, dan kolon (Kemper et al., 2010).
CD44 merupakan salah satu marker yang mungkin memiliki peran
fungsional dalam biologi CSC. Sebagai contoh, knockdown CD44 pada
sel kanker kolon primer menurunkan klogenisitas in vitro dan
tumorigenitas in vivo (Kemper et al., 2010, Du et al., 2008). CD44 juga
diketahui terlibat dalam berbagai proses seluler, seperti pertumbuhan,
diferensiasi, dan survival. Sebagai molekul adhesi yang penting, CD44
memainkan peranan besar dalam proliferasi, migrasi, dan invasi sel
kanker (Kemper et al., 2010).
Penelitian tentang CD44 telah banyak dilakukan pada tumor
kolorektal, tetapi penelitian menggunakan sampel di Bagian Patologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin belum pernah dilakukan.
Oleh karena itu penelitian ekspresi CD44 ini diharapkan dapat
memberikan konstribusi untuk memahami peranan CD44 dalam
karsinogenesis neoplasma kolorektal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana pola ekspresi CD44 pada neoplasma kolorektal?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menilai perbedaan ekspresi CD44 pada neoplasma kolorektal
2. Tujuan Khusus
1. Menentukan diagnosa adenoma kolorektal dengan pewarnaan
Hematoksilin Eosin (H.E)
2. Menentukan diagnosa dan derajat histopatologi
adenokarsinoma kolorektal dengan pewarnaan H.E
3. Menentukan mukosa kolorektal normal pada ujung reseksi
sediaan adenokarsinoma kolorektal dengan pewarnaan H.E
4. Menentukan ekspresi CD44 pada sediaan adenoma kolorektal
5. Menentukan ekspresi CD44 pada sediaan adenokarsinoma
kolorektal berdasarkan derajat histopatologi
6. Menentukan ekspresi CD44 pada mukosa kolorektal normal
7. Membandingkan ekspresi CD44 pada sediaan adenoma,
adenokarsinoma kolorektal dengan mukosa kolorektal normal
8. Membandingkan skor ekspresi CD44 dengan derajat
histopatologi adenokarsinoma kolorektal
D. Hipotesis
1. Ekspresi CD44 lebih tinggi pada adenoma dibandingkan dengan
mukosa kolorektal normal
2. Ekspresi CD44 lebih tinggi pada adenokarsinoma dibandingkan
dengan adenoma dan mukosa kolorektal normal
3. Terdapat perbedaan skor ekspresi CD44 berdasarkan derajat
histopatologi adenokarsinoma kolorektal yaitu semakin meningkat
ekspresi CD44, semakin tinggi pula derajat histopatologi
adenokarsinoma kolorektal
E. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi ilmiah tentang pola ekspresi CD44 pada
neoplasma kolorektal.
2. Menambah informasi tentang peranan CD44 sebagai marker CSC
dalam patogenesis adenokarsinoma kolorektal.
3. Penelitian ini dapat dipakai sebagai sumber data untuk penelitian
selanjutnya dalam mekanisme biologik karsinogenesis kolorektal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NEOPLASMA KOLOREKTAL
1. Anatomi dan Histologi Kolorektal
Usus besar terdapat pada bagian akhir traktus gastrointestinal
dengan panjang 1-1,5 m, dan dibagi menjadi beberapa regio, yaitu
saekum, kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens
(kiri), kolon sigmoid, dan rektum. Fleksura hepatis terdapat pada
pertemuan kolon asendens dan kolon transversum, dan fleksura splenik
pada pertemuan kolon tranversum dan kolon desendens. Pada bagian
distal terdapat rektum yang terdapat dalam rongga pelvis, memiliki
panjang 8-15 cm dan berakhir pada anus (Rosai, 2011).
Usus besar terdiri dari empat lapis, yaitu lapisan mukosa, submukosa,
muskularis eksterna (propria), dan serosa (atau pada rektum, dinamakan
perimuskularis). Lapisan mukosa memiliki tiga komponen yaitu epitel,
lamina propria, dan muskularis mukosa. Permukaan mukosa luminal
dilapisi selapis sel epitel torak rendah sampai kuboid, yang melipat ke
dalam (finger-like invagination) ditunjang oleh lamina propria membentuk
suatu unit fungsional usus, dinamakan kripte Lieberkuhn. Kripte berbentuk
tubuler dan tersusun paralel antara satu dengan lainnya. Sekitar 14.000
kripte/cm2 berlokasi pada kolon orang dewasa. Dengan kecepatan
renewal epitel kolon setiap 5 hari, diperkirakan lebih dari 6x1014 kolonosit
dihasilkan selama kehidupan seseorang. Sel terminally differentiated
(differentiated) ditemukan pada sepertiga bagian atas kripte, yang secara
terus-menerus keluar ke dalam lumen, dan berasal dari stem sel
multipoten yang berlokasi pada dasar kripte. Stem cell kolon dikelilingi
oleh sel mesenkim yang membentuk suatu stem cell niche. Diperkirakan
4-6 stem cell terdapat dalam setiap kripte (Pohl et al., 2008). Selama
pembelahan asimetris, sel-sel ini menjalani self-renewal dan
menghasilkan populasi sel transit-amplifying yang migrasi ke atas kripte,
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi salah satu jenis sel epitel
dinding usus. Terdapat tiga jenis utama epitel terminally differentiated
pada kolon, yaitu kolonosit (enterosit absortif); sel goblet, penyekresi
mukus; dan sel enteroendokrin. Sel differentiated ini memiliki waktu hidup
yang pendek dan self-renewal selesai sempurna setiap 2-7 hari (Pohl et
al., 2008). Sel transit-amplifying dan stem cell berlokasi pada bagian dua
pertiga bawah kripte. Pemeliharaan komponen stem sel seperti transisisi
dari proliferasi ke diferensiasi diatur oleh ligan Wnt signaling yang
diperkirakan diproduksi oleh sel mesenkim dari miofibroblast lineage, yang
terdapat dekat lamina basal yang mengelilingi kripte. Faktor lain, seperti
bone morphogenetic protein (BMP), antagonis gremlin 1 (GREM1) dan
gremlin 2 (GREM2), Notch signaling pathway, ephrin-B1 (Eph-B1) dan
reseptornya Erph-B2 dan Erph-B3, berkontribusi dalam perilaku, migrasi,
Gambar 1. Stem sel kolon dan proses diferensiasinya (Ricci-Vitani et al.,
2009)
dan diferensiasi stem sel (Ricci-Vitani et al., 2009, Thenappan et al.,
2009).
2. Adenoma Kolorektal
Adenoma, neoplasma jinak intraepitelial merupakan lesi prekursor
kanker kolorektal yang terjadi sebagai lesi tunggal ataupun multipel. Bila
multipel, kemungkinan pasien memiliki sindrom genetik (Fenoglia-Presiser
et al., 2008, Turner, 2010). Tidak ada perbedaan jenis kelamin, dan
tampak pada hampir 50% orang dewasa di negara Barat pada umur 50
tahun. Adenoma jarang di Asia, dan frekuensinya meningkat (paralel
dengan peningkatan insidens adenokarsinoma kolorektal) karena diet dan
gaya hidup Barat menjadi umum pada populasi ini (Turner, 2010).
Konsisten dengan perannya sebagai lesi prekursor, prevalensi
adenoma kolorektal berkorelasi dengan adenokarsinoma kolorektal dan
A
distribusi adenoma dan adenokarsinoma pada kolon adalah sama.
Meskipun terdapat hubungan yang kuat, harus ditegaskan bahwa
mayoritas adenoma tidak berkembang menjadi adenokarsinoma. Namun,
tidak ada alat yang tersedia saat ini yang dapat membedakan antara
adenoma yang akan dan tidak akan mengalami transformasi maligna
(Turner, 2010).
Semua adenoma memperlihatkan dua gambaran dasar neoplasia
yaitu disregulasi proliferasi dan kegagalan untuk berdiferensiasi komplit.
Karakteristik adenoma kolorektal adalah adanya displasia epitel. Secara
histologik, penanda displasia epitel adalah inti hiperkromatik, memanjang,
dan bertingkat (stratification). Perubahan ini paling mudah dilihat pada
permukaan adenoma dan sering disertai dengan adanya nukleoli besar,
sitoplasma eosinofilik, dan penurunan jumlah sel goblet. Semua kelainan
ini masih terbatas dalam membran basal. Adenoma dapat diklasifikasikan
menjadi tubular, tubulovillous,dan villous berdasarkan arsitekturnya.
Adenoma tubular cenderung kecil, berbentuk polip pedunculated yang
terdiri dari kelenjar-kelenjar tubular, bulat kecil. Sebaliknya pada adenoma
villous, sering lebih besar dan berbentuk sessile, dilapisi oleh villi
memanjang. Adenoma tubulovillous memiliki gambaran campuran elemen
tubular dan villous (Fenoglia-Presiser et al., 2008, Turner, 2010).
3. Adenokarsinoma Kolorektal
Karsinoma kolorektal merupakan salah satu dari tumor tersering pada
individu yang tinggal di negara industri. Kanker kolorektal menempati
peringkat ke-4 dari seluruh kanker di dunia, sekitar 9% dari seluruh
kanker. Kebanyakan karsinoma berkembang dari adenoma, yang
merupakan lesi prekursor. Karsinoma juga dapat berkembang pada area
displasia pada pasien dengan idiophatic inflammatory bowel disease
(Fenoglia-Presiser et al., 2008).
Lingkungan dan genetik kemungkinan berperan pada progresi
neoplastik. Beberapa sindrom kanker kolon menunjukkan bahwa
kerentanan bawaan memainkan peranan penting dalam patogenesis
kanker kolorektal. Demikian pula studi epidemiologi, eksperimental dan
migran juga menunjukkan adanya pengaruh lingkungan dalam
perkembangan penyakit ini. Diet dapat merubah karakteristik endogen,
seperti flora usus, yang dapat mempengaruhi konversi makananan yang
dicerna menjadi karsinogenesis yang potensial. Faktor lain lingkungan,
seperti aktifitas fisik, paparan pekerjaan, atau etanol dapat mempengaruhi
lebih jauh interaksi ini. Interaksi antara lingkungan dan faktor genetik
adalah kompleks dan perlu analisis lebih lanjut (Fenoglia-Presiser et al.,
2008).
Penyebaran adenokarsinoma hampir sama pada sepanjang kolon.
Karakteristik gambaran mikroskopiknya terdiri dari sel kolumnar tinggi
yang mirip dengan epitel displastik pada adenoma. Sitologi
memperlihatkan anaplasia sel tumor, jumlah mitosis meningkat, dan
bentuk kelenjar yang ireguler. Komponen invasif dari tumor ini
memperlihatkan respons stroma desmoplastik (Turner, 2010, Fenoglia-
Presiser et al., 2008).
Sistem grading, berdasarkan WHO, yang mengklasifikasikan
adenokarsinoma kolrektal menjadi 4 derajat (grade), yaitu (Hamilton et al.,
2000, Guzman and Gregorio, 2007) :
1. Derajat 1, diferensiasi baik. Bentukan tubuler kelenjar yang masih baik
pada tumor lebih besar dari 95%.
2. Darajat 2, diferensiasi sedang. Bentukan tubuler kelenjar pada tumor
sekitar 50-95%.
3. Derajat 3, diferensiasi buruk. Bentukan tubuler kelenjar pada tumor
kurang dari 50%.
4. Derajat 4, karsinoma tidak berdiferensiasi. Bentukan tubuler kelenjar
kurang dari 5%, atau hampir tidak memperlihatkan diferensiasi
glanduler.
Klasifikasi yang dikemukakan oleh C. Dukes (1929-1935)
memberikan dasar pada berbagai sistem stadium yang digunakan
sekarang. Klasifikasi ini terbagi menjadi dua gambaran histopatologi yaitu
: kedalaman penetrasi ke dalam dinding, dan ada atau tidaknya metastase
pada kelenjar limfe regional. Klasifikasi TNM menggantikan klasifikasi
Dukes (Hamilton et al., 2000).
Penyebaran adenokarsinoma kolorektal dapat terjadi intramural atau
intraluminal, yaitu melalui invasi perineural, limfatik, dan atau vena;
melalui penyebaran langsung ke struktur di dekatnya; melalui kavum
peritoneal dan membran serosa; ataupun melalui implantasi pada luka
operasi dan tempat anastomosis (Fenoglia-Presiser et al., 2008).
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis pasien adenokarsinoma
kolorektal, yaitu adanya penyakit sebelumnya seperti poliposis familial,
kolitis ulseratif, atau HNPCC, dan juga karakteristik pertumbuhan tumor
seperti ada tidaknya invasi vaskular dan limfatik, stadium, ukuran tumor
dan grading, dan dalam batas tertentu adalah metode terapi (Fenoglia-
Presiser et al., 2008).
4. Karsinogenesis Kolorektal
Kombinasi kejadian molekuler heterogen menyebabkan terjadinya
adenokarsinoma, termasuk abnormalitas genetik dan epigenetik.
Sedikitnya terdapat dua jalur genetik berbeda yang telah digambarkan,
yaitu APC/β-Catenin pathway, yang dikaitkan dengan WNT dan adenoma-
carsinoma sequence klasik; dan microsatellite instability pathway, yang
dikaitkan dengan defek pada DNA mismatch repair. Kedua jalur ini
melibatkan akumulasi dan multipel mutasi, tetapi gen yang terlibat dan
mekanisme akumulasinya berbeda. Kejadian epigenetik yang paling
sering adalah metilasi yang menginduksi gen silencing dapat
meningkatkan progresifitas pada kedua jalur (Turner, 2010).
a. Adenoma-carsinoma sequence klasik
Adenoma-carsinoma sequence klasik, menyebabkan sekitar 80%
tumor kolon sporadik, di mana secara khusus terjadi mutasi dini APC
dalam proses neoplastik. Kedua kopi gen APC harus di-inaktifkan secara
fungsional, baik melalui peristiwa mutasi ataupun epigenetik, sehingga
berkembang suatu adenoma. APC merupakan regulator negatif utama
dari β-Catenin, suatu komponen WNT signaling pathway. Protein APC
secara normal mengikat dan mempromosi degradasi β-Catenin. Bila
fungsi APC hilang, β-Catenin akan berakumulasi dan translokasi ke dalam
inti, dan mengaktifkan gen transkripsi, seperti MYC dan cyclin D1, yang
mempromosi proliferasi. Hal ini diikuti mutasi tambahan, termasuk mutasi
aktivasi KRAS, yang juga mempromosi pertumbuhan dan mencegah
apoptosis. Kesimpulan bahwa mutasi KRAS merupakan kejadian akhir
didukung oleh observasi bahwa mutasi KRAS kurang dari 10% pada
adenoma yang berdiameter kurang dari 1 cm, tetapi sekitar 50% pada
adenoma yang berdiameter lebih dari 1 cm.
Progresi neoplastik juga dikaitkan dengan mutasi tumor suppressor
gene lain yaitu SMAD2 dan SMAD4, yang merupakan efektor sinyal TGF-
β. Secara normal, sinyal TGF-β menghambat siklus sel, maka kehilangan
gen ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Tumor
suppressor p53 termutasi pada 70-80% kanker kolon, tetapi jarang terjadi
pada adenoma, sehingga diduga bahwa mutasi p53 juga terjadi pada
stadium akhir progresi tumor (Turner, 2010).
Gambar 2. Perubahan morfologi dan molekuler pada adenoma-carsinoma
sequence klasik (Turner, 2010)
b. Microsatellite Instability Pathway
Pada pasien dengan defisiensi DNA mismatch repair, mutasi
berakumulasi dalam microsatellite repeats, suatu keadaan yang disebut
microsatellite instability. Umumnya mutasi ini silent karena microsatellite
terdapat pada non-coding region, tetapi beberapa microsatellite sequence
berlokasi pada coding region dari gen dan terlibat dalam regulasi
pertumbuhan sel, seperti reseptor TGF-β tipe II dan protein BAX pro
apoptotik. Karena TGF-β menghambat proliferasi sel epitel kolon, maka
mutan reseptor TGF-β tipe II dapat berkonstribusi dalam pertumbuhan sel
yang tidak terkendali, sedangkan kehilangan BAX akan meningkatkan
survival klon abnormal. Mutasi pada onkogen BRAF dan silencing dari
kelompok gen yang berbeda akibat hipermetilasi CpG island juga tampak
pada kanker yang berkembang akibat defek DNA mismatch repair.
Sebaliknya, KRAS dan p53 tidak termutasi. Jadi, kombinasi antara
Gambar 3. Perubahan morfologi dan molekuler pada mismatch
repair pathway (Turner, 2010)
microsatellite instability, mutasi BRAF, dan metilasi target tertentu, seperti
MLH1, merupakan petanda karsinogenesis jalur ini (Turner, 2010).
c. Teori Colon Cancer Stem Cell
Lebih dari satu dekade terakhir, perkembangan terapi kanker telah
memperpanjang kehidupan pasien kanker. Namun setelah terapi awal
tampak berhasil, perkembangan tumor sekunder sering menyebabkan
relapsnya penyakit. Bukti yang muncul, menduga bahwa kemampuan
tumor untuk bertumbuh dan menyebar, tergantung pada sekelompok kecil
sel dalam tumor, dinamakan cancer stem cell (CSC) (Ricci-Vitani et al.,
2009). Beberapa studi memperlihatkan bahwa CSC mirip stem sel normal
yang memiliki mekanisme survival spesifik dan lebih resisten terhadap
kemoterapi dibanding sel differentiated (Pohl et al., 2008).
Seperti stem sel normal pada jaringan yang menyokong hirarki seluler
jaringan selama kehidupan seseorang, CSC didefinisikan oleh
kemampuan untuk self-renewal, dalam mempertahankan kemampuan
untuk menghasilkan progeni sel kanker tumorigenik dan non-tumorigenik
melalui divisi asimetris. CSC telah diisolasi dari kanker payudara dan otak,
dan beberapa tumor solid, termasuk kanker kolorektal. Sampai sekarang,
defenisi praktis CSC adalah kemampuan untuk menghasilkan fenokopi
dari tumor asal pada saat ditransplantasikan ke tikus yang imunodefisiensi
(Tang et al., 2007, Ricci-Vitani et al., 2009).
Asal sel kanker pada kanker kolorektal masih belum jelas. Terdapat
dua teori, yaitu bottom-up theory, yang menduga bahwa asal sel kanker
berasal dari colon stem cell, dan top-down theory, yang menduga sel
progenitor atau sel differentiated yang pertama kali bertransformasi. Sel
progenitor atau sel differentiated dapat secara langsung berkembang
menjadi sel kanker atau dengan cara me-reprogram dirinya, dan
memerlukan keadaan lingkungan stem cell sebelum menginduksi kanker
(Medema and Vermeulen, 2011, Todaro et al., 2010).
Pada bottom-up theory, diduga bahwa mutasi first hit terjadi pada
colon stem cell yang berlokasi pada dasar kripte, yang dapat hidup lama,
sehingga dapat mengakumulasikan mutasi onkogenik selama bertahun-
tahun. Sekali bertransformasi, stem cell yang termutasi dapat membagi
diri secara simetris dan asimetris, berkembang menjadi CSC lainnya dan
sel progenitor yang pada gilirannya menghasilkan sel-sel kanker yang
tidak memiliki kemampuan self-renewal. Akhirnya seluruh niche akan
dikolonisasi oleh mutant stem cell, dan kripte akan dipenuhi oleh
progeninya, disebut konversi monoklonal. Sel-sel kanker berproliferasi dan
mengalami perubahan lebih lanjut, menyebabkan progresi kanker (Ricci-
Vitani et al., 2009, Medema and Vermeulen, 2011, Thenappan et al.,
2009).
Salah satu jalur terpenting dalam mengontrol fungsi epitelial colon
stem cell dan karsinogenesis adalah jalur Wnt/β-Catenin signaling.
Hubungan antara colon stem cell, Wnt signaling, dan tumorigenesis
kanker kolorektal tampak paling jelas pada mutasi gen APC. Kehilangan
APC adalah salah satu peristiwa paling awal dalam progresi multi-tahap
kanker kolorektal. Pada lesi awal kolon, abberant crypt foci, sudah tampak
mutasi APC. Beberapa studi menduga bahwa mutasi gen APC terjadi
pada basal kripte stem sel kolon, menyebabkan populasi neoplastik yang
meluas ke atas kripte (cara bottom-up) (Thenappan et al., 2009).
Jalur lain yang penting dalam fungsi stem sel kolon dan
karsinogenesis adalah jalur TGF-β signaling. Banyak kanker kolorektal
menghindar dari efek tumor supresor TGF-β dan resisten terhadap TGF-β-
induced growth inhibition. Apalagi, gen reseptor TGF-β tipe II (TBR2)
mengandung microsatellite sequence yang rawan terhadap kesalahan
replikasi, khususnya dengan adanya MMR gene inactivation. Mutasi
frame-shit TBR2 ditemukan pada lebih dari 80% microsatellite instability
kanker kolorektal. Mutasi gen tipe I receptor (TBR1) juga telah
diidentifikasi pada kanker kolorektal. Studi terakhir juga menduga bahwa
Gambar 4. Model colon cancer stem cell (Thenappan et al., 2009)
jalur TGF-β dan Wnt bersinergi dalam mempromosi tumorigenesis kanker
kolorektal (O'Brien et al., 2010, Thenappan et al., 2009).
Sejumlah studi memberikan bukti keberadaan CSC kolon dan
menunjukkan bahwa populasi sel kanker kolorektal yang tumorigenik
dapat diisolasi melalui ekspresi biomarker permukaan sel tertentu, antara
lain CD133, CD44, EpCAM dan CD166, sedangkan sel tumor
differentiated mengekspresikan marker seperti yang ada pada epitel
differentiated kolon normal (Ricci-Vitani et al., 2009, Medema and
Vermeulen, 2011).
Rekurensi kanker kolon dan terjadinya metastasis jauh bertahun-tahun
tahun setelah terapi awal diduga sebagai akibat masih adanya sisa CSC.
Sehingga dengan menargetkan terapi pada CSC, diharapkan
kemungkinan untuk mendapatkan degenerasi lebih lengkap dari tumor
(Kemper et al., 2010).
B. CD44
CD44 merupakan famili molekul glikoprotein membran sel yang
pertama kali diidentifikasi pada limfosit dan pada awalnya ditemukan
memiliki fungsi adhesi dan homing limfosit. Sejak awal penemuannya,
CD44 telah diidentifikasi pada kebanyakan jaringan manusia dan
ditemukan memiliki berbagai fungsi. CD44 diberi nama pada Third
International Workshop on Leukocyte Differentiation Antigen,
menggantikan nama yang sebelumnya digunakan, seperti lymphocyte
homing receptor (gp90hermes), phagocytis glycoprotein (Pgp-1),
extracelluler matrix receptor III (ECMRIII), dan hyaluronan receptor (H-
CAM), dan HUTCH-1 (Rudzki and Jothy, 1997, Sneath and Mangham,
1998).
CD44 merupakan produk gen tunggal yang berlokasi pada kromosom
11p13. Studi genomik DNA telah mendokumentasikan CD44 dikode oleh
sedikitnya 20 exon. Lima exon pertama (S1-S5), juga exon 16-20 (S6-
S10), hampir selalu terekpresi dalam jumlah besar pada sel non-epitelial,
contohnya hematopoetik, produknya dinamakan CD44 standard atau
hematopoetik (CD44s atau CD44H). Exon 6-15, lebih sering dinamakan
V1-V10 merupakan alternative splicing, dinamakan variant CD44 (CD44v),
tetapi tidak ada bukti bahwa isoform CD44 manusia mengandung V1
sequence. CD44s, bagian konstan CD44, terekspresi pada kebanyakan
jaringan epitelial dan non-epitelial, sedangkan ekspresi bentuk varian
lebih terbatas (Vizoso et al., 2004, Rudzki and Jothy, 1997).
Gambar 5. Struktur CD44 (Rudzki and Jothy, 1997)
CD44 terdiri dari domain ekstraseluler, transmembran, dan
sitoplasmik. Exon 1-17 mengkode domain ekstraseluler protein, exon 18
mengkode domain pendek transmembran, dan exon 19-20 mengkode
domain sitoplasmik (Cichy and Pure, 2003, Rudzki and Jothy, 1997).
CD44, suatu molekul adhesi, bekerja sebagai reseptor utama
hialuronan (HA). HA adalah glikosaminoglikan unbranched non-sulfat,
terdiri dari ulangan unit disakarida. HA merupakan komponen utama
matriks ekstraseluler pada jaringan mamalia. CD44 juga menjadi reseptor
untuk berbagai komponen matriks ekstraseluler lain, seperti heparan,
kondroitin, kolagen tipe I dan IV, fibronektin, dan laminin, berinteraksi
dengan molekul seperti produk onkogen yang memiliki aktivitas protein
kinase dan mengikat growth factor dan sitokin yang larut, menunjukkan
bahwa CD44 tidak hanya berkerja sebagai molekul adhesi tetapi juga
sebagai penghantar sinyal dan sebagai molekul penyaji growth factor.
CD44 terlibat dalam berbagai proses seluler, seperti interaksi sel-sel dan
sel-matriks, limfosit homing dan aktivasi, migrasi sel, perkembangan
normal (organogenesis), progresi tumor dan metastasis; dan fungsi
multipel ini, tampak terbatas tergantung bentuk isoformnya (Goodison et
al., 1999).
Saat ini, CD4 banyak ditonjolkan dalam literatur kanker karena diduga
sebagai marker tumor-initiating cell CSC pada kanker manusia.
Subpopulasi sel kanker yang diidentifikasi sebagai CSC memiliki
kemampuan tumorigenesis melalui self-renewal dan diferensiasi, seperti
stem sel normal, dimana sebagian besar sel kanker adalah sel yang
berdiferensiasi dan tidak memiliki sifat ini (Bhattacharyya and Khanduja,
2010). Meskipun sifat CSC masih kontroversial, tetapi terdapat konsensus
yang rasional bahwa ekspresi CD44 tampak pada berbagai kanker
manusia yang sifatnya sangat malignan dan resisten terhadap terapi,
suatu sifat yang sering dihubungkan CSC (Toole, 2009). CD44
dideskripsikan sebagai marker CSC pada karsinoma kolorektal, payudara,
prostat, kepala dan leher, dan pankreas. Tetapi cara kerja CD44 sebagai
marker CSC masih belum dapat dijelaskan (Marhaba et al., 2008).
Keterlibatan CD44 pada progresi tumor terbukti kuat tetapi sangat
kompleks. Pada suatu penelitian memperlihatkan bahwa sel kanker
kolorektal CD44+ memiliki kapasitas pembentukan klonal lebih besar
dibanding sel kanker CD44-. Pada studi yang lain menunjukkan bahwa
ikatan CD44 yang terinternalisasi dan translokasi ke nukleus, mengikat
berbagai promotor yang menyebabkan perubahan cell-fate melalui
transcriptional-reprogramming yang berperan aktif dalam mentransformasi
sel kanker menjadi fenotip CSC-like. Translokasi inti dari reseptor
permukaan sel ini mungkin berhubungan dengan peranannya sebagai
marker CSC (Su et al., 2011). Studi tumorigenesis pada CD44-null mice
dan manipulasi level CD44 pada berbagai sistem tumor menunjukkan
hasil yang kontradiktif, tetapi pemberian terapi dengan antibodi dan vaksin
CD44 telah memperlihatkan kepentingan CD44 pada pertumbuhan tumor
dan metastasis pada model mouse leukemia dan karsinoma (Toole,
2009).
Banyak penelitian telah mendeskripsikan overekspresi CD44 pada
berbagai kanker manusia, termasuk kanker kolon, lambung, pankreas,
payudara, serviks, dan limfoma. Pada jaringan kolon, selain limfosit, CD44
normalnya terekspresi lemah pada basal kripte mukosa kolon, di mana
tempat stem sel normal berada, dan meningkat ekspresinya pada tahap
awal kolorektal adenoma-carcinoma sequence (Khoursheed et al., 2002,
Visca et al., 2002). Suatu studi menunjukkan bahwa overekspresi CD44
tampak pada adenoma dini berukuran kecil, dan lebih meningkat
ekspresinya pada adenoma yang berukuran lebih besar dan karsinoma.
Overekspresi CD44 juga tampak mendahului perubahan genetik seperti
mutasi KRAS, dan ekspresi abnormal p53 (Kim et al., 1994, Rudzki and
Jothy, 1997). Tetapi berbagai studi tersebut masih kontroversi, di mana
adanya penelitian melaporkan bahwa hilangnya ekspresi CD44
merefleksikan agresifitas tumor (Vizoso et al., 2004, Huh et al., 2009,
Khoursheed et al., 2002, Zavrides et al., 2005); sedangkan yang lain
melaporkan bahwa adanya hubungan signifikan antara ekspresi CD44
dengan proliferasi dan agresifitas pada kanker kolon (Khoursheed et al.,
2002).
Pada beberapa tipe kanker, ikatan antara HA dan CD44 menyebabkan
interaksi langsung ataupun tidak langsung dari CD44 dengan reseptor
sinyal, seperti ErbB2, EGFR, dan TGF-β reseptor tipe I, dan
mempengaruhi aktifitas reseptor ini. Ikatan ini juga dapat menyebabkan
interaksi dan merubah aktifitas reseptor non-tirosin kinase dari src family
atau RAS family GTP-ase. Pembentukan kompleks dengan adaptor
protein seperti Vav2, Grb22, Gab1 memediasi interaksi CD44 dengan
upstream effector misalnya RhoA, Racl, dan RAS, yang mengatur sinyal
intraseluler. Jadi ikatan HA-CD44 mempengaruhi aktivitas berbagai jalur
sinyal downstream, khususnya jalur MAPkinase dan PI3kinase-Akt, yang
selanjutnya mempromosi proliferasi sel tumor, survival, motilitas, invasif,
dan kemoresisten (Subramaniam et al., 2007, Toole, 2009). Selain itu,
ikatan HA-CD44 menstimulasi transporter metabolik multi-drug yang
penting dalam resistensi terhadap terapi dan penyajian protease yang
memfasilitasi invasi. Banyak bukti baru mengindikasikan bahwa interaksi
ini melibatkan CD44 variant tertentu, tetapi kemungkinan tergantung pada
Gambar 6. Peranan CD44 dalam tumorigenesis (Toole, 2009)
tipe sel tumor dan stadium progresi malignant. Pada beberapa kasus
CD44 standard lebih banyak terlibat dibanding CD44 variant (Toole,
2009).
CD44 dapat mempengaruhi peristiwa seluler seperti proliferasi dan
motilitas sel tumor melalui cross-linking terhadap sitoskeleton aktin melalui
ankyrin atau anggota famili ERM (ezrin-radixin-moiesin). Kompleks CD44-
ligan dapat memediasi kekuatan mekanik dan mentransmisikan
lokomosion sinyal intraseluler melalui sitoskeleton. Tumor suppressor
merlin kemungkinan bekerja melalui penghambatan interaksi HA-CD44
yang menggantikan protein ERM dari cytoplasmic tail CD44. Pelepasan
supresi merlin dapat memicu aktivasi ikatan HA-CD44, yang selanjutnya
menyebabkan pembentukan kompleks sinyal seperti yang didiskusikan di
atas (Pure and Assoian, 2009, Toole, 2009). Mekanisme lainnya adalah
interaksi HA-CD44 dapat menyebabkan sinyal intraseluler melalui
intracelluler cleavage CD44, translokasi ke nukleus, dan mengaktifkan
faktor transkripsi seperti cyclin D1 (Toole, 2009).
Mekanisme pemotongan proteolitik CD44 merupakan sebuah
peristiwa utama dalam mengatur interaksi CD44 dengan matriks dan
transduksi sinyal. CD44 menjalani pemotongan proteolitik sekuensial pada
ektodomain dan domain intramembran. Pemotongan ektodomain dipicu
oleh berbagai stimulasi, termasuk influks Ca ekstraseluler, aktivasi protein
kinase C, dan onkoprotein RAS. Pemotongan ektodomain dimediasi oleh
membrane-associated matrix metalloproteinases (MMPs) seperti MT1-
MMP, ADAM10, dan ADAM17. Pelepasan ektodomain solubel (soluble
CD44) dari membrane-bound COOH-terminal fragment (CD44EXT)
berperan pada regulasi dinamik interaksi antara CD44 dan matriks
ekstraseluler selama migrasi sel pada substrat HA. Pelepasan ektodomain
juga memicu pemotongan CD44EXT intramembran oleh presenelin (PS)-
dependent γ-secretase. Pemotongan kedua ini melepaskan domain
intraselular CD44 (CD44ICD) ke sitoplama. CD44ICD translokasi ke
dalam nukleus dan mengaktifkan berbagai transkripsi gen termasuk CD44
(Nagano and Saya, 2004, Cichy and Pure, 2003, Okamoto et al., 2002).
Gambar 7. Mekanisme proteolitik sekuensial CD44 (Nagano and Saya, 2004)
Ikatan CD44-HA juga mempengaruhi β-catenin nuclear localization
(Keysar and Jimeno, 2010). Aktivasi β-catenin diperlukan untuk
maintenance dan self-renewal dari stem cell dan sel progenitor pada usus,
sistem hematopoetik, otak dan embryonic stem cell. Pada usus, sinyal β-
catenin/TCF-4 diduga berperan utama dalam menentukan apakah suatu
sel mempertahankan proliferasi tingkat tinggi atau menjalani diferensiasi
akhir (Thenappan et al., 2009, Chu et al., 2009). Salah satu penelitian
menunjukkan bahwa adanya gangguan terhadap β-catenin/TCF pada
tikus knockout TCF4 menyebabkan hilangnya ekspresi CD44, sebaliknya
adanya aktivasi β-catenin/TCF-4 pada kanker kolorektal manusia dan
adenoma intestinal pada tikus APC min/(+) menyebabkan peningkatan kuat
ekspresi CD44. Hal ini menunjukkan bahwa ekspresi CD44 dikontrol oleh
β-catenin/TCF-4 (Zeilstra et al., 2008) sehingga ekspresi CD44 diduga
dapat menjadi marker pengganti untuk mengetahui adanya program
genetik β-catenin/TCF-4 aktif yang mengatur proliferasi dan
mempertahankan self-renewal sel kanker kolon (Chu et al., 2009).
Untuk menginvasi, sel kanker harus melekat pada matriks sekitarnya,
migrasi dan mendegradasi makromolekul matriks, ikatan HA-CD44 dapat
mempengaruhi proses ini. Karena adhesi terhadap ekstraseluler matriks
merupakan prasyarat untuk invasi, adalah memungkinkan bahwa HA
matriks periseluler memfasilitasi invasi dari sel kanker kolon dengan cara
meningkatkan adhesi. Peningkatan ekspresi CD44 dapat meningkatkan
ikatan dengan HA, sehingga afinitas HA matriks periseluler menurun
terhadap sel di sekitarnya yang kekurangan HA, mengganggu proses
adhesi, dan menyebabkan terlepasnya sel (Sneath and Mangham, 1998,
Kim et al., 2004). Diduga bahwa dengan adanya degradasi HA oleh CD44
di sekitar pembuluh darah memungkinkan sel tumor lebih mudah masuk
ke sirkulasi dan karenanya dapat meningkatkan metastase (Underhill,
1992, Sneath and Mangham, 1998).
Interaksi CD44-HA juga menginduksi produksi MMP-2 dan MMP-9
yang memfasilitasi proses invasif (Kim et al., 2004, Marhaba et al., 2008).
CD44 dapat berfungsi sebagai protein docking terhadap matriks
metaloproteinase termasuk MMP-9, MMP-7, dan MT1-MMP. Rangkaian
dengan CD44 ini mempertahankan aktivitas proteolitik MMP-9 pada
permukaan sel, sehingga mempromosi degradasi kolagen tipe IV dan
invasif sel tumor. Membran tipe-1 matriks metalloproteinase (MT1-MMP)
juga terlibat dalam pemotongan ektodomain CD44. MT1-MMP ini memiliki
kemampuan untuk mengaktifkan proMMP-2 yang berperan dalam proses
invasi (Nagano and Saya, 2004).
Beberapa studi telah menggunakan antagonis CD44, yang pada
akhirnya dapat memiliki nilai terapeutik, namun belum secara klinis,
seperti CD44 antibodi dan vaksin, dan target terapi terhadap sel tumor
CD44+. Hasilnya menjanjikan, tetapi masih perlu penelitian lebih lanjut
(Toole, 2009, Thenappan et al., 2009).
KERANGKA TEORI
Epitel Colon
Normal
Adenoma
Kolorektal
Mutasi APC,
β-Catenin
Overekspresi
CD44
Koreseptor
ERBB2, EGFR,
TGFβI
Aktivitas MAPK,
PI3kinase-Akt
pathway
Sitoskeleton
aktin
Induksi MMP2 dan
MMP9
Adenokarsinoma
Kolorektal
Mutasi Gen
lain (KRAS,
SMAD 2,4),dll
BAB III
KERANGKA KONSEP
: Variabel Bebas : Hubungan variabel bebas
: Variabel Tergantung : Hubungan variabel tergantung
: Variabel Antara : Hubungan variabel antara
: Variabel Moderator : Hubungan variabel moderator
Proliferasi sel tumor/self renewal
Resistensi Apoptosis
Kemo-/Radio resisten
Invasi/ Metastasis
MUKOSA
NORMAL
KOLOREKTAL
EKSPRESI
CD44
Migrasi sel
ADENOMA
KOLOREKTAL
ADENOKARSINOMA
KOLOREKTAL
MUTASI
GEN
LAIN
TRANSFORMASI NEOPLASTIK
Adesi sel-sel/sel-matriks
Transduksi sinyal
A. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel
1. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini terdapat empat variabel, yaitu :
1. Ekspresi CD44
2. Mukosa normal kolorektal
3. Adenoma kolorektal
4. Adenokarsinoma kolorektal
2. Klasifikasi Variabel
1. Jenis variabel berdasarkan skala pengukuran, yaitu :
a. CD44 : Variabel Ordinal
b. Mukosa normal kolorektal : variabel nominal
c. Adenoma kolorektal : variabel nominal
d. Adenokarsinoma kolorektal : variabel nominal
2. Peran variabel berdasarkan fungsinya, yaitu :
a. Variabel bebas : ekspresi CD44
b. Variabel antara : adhesi sel-sel/ sel - matriks, migrasi sel,
transduksi sinyal, proliferasi sel tumor, resistensi apoptosis,
kemo/radioresisten, invasi/metastasis
c. Variabel tergantung : mukosa normal, adenoma, dan
adenokarsinoma kolorektal
d. Variabel moderator : mutasi gen lain
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasi analitik dengan
desain Crosssectional Study untuk mengetahui ekspresi CD44 pada
neoplasma kolorektal.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, sejak bulan Juli 2012
sampai Januari 2013.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah jaringan asal lesi kolorektal yang dikirim
ke Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar, dan didiagnosis sebagai adenoma dan
adenokarsinoma kolorektal dengan pengecatan H.E. sejak Januari 2010
sampai dengan Desember 2012.
D. Sampel dan Cara Pengambilan Sampel
Sampel adalah seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
inklusi dan dipilih berdasarkan urutan masuk jaringan ke Laboratorium
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar sampai jumlah
sampel terpenuhi (Consecutive Sampling).
E. Perkiraan Besar Sampel
n = Zα2p.q
d2
Keterangan :
n = jumlah sampel
Zα = deviasi baku normal = 1,96 pada α = 5 %
p = proporsi adenokarsinoma kolon = 0,8
q = (1 – p)
d = ketepatan absolut (ditentukan oleh peneliti) = 0,1
Perkiraan besar sampel adalah 61.
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Jaringan biopsi dan reseksi kolorektal yang diterima di
Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin yang disertai dengan data pasien dan data klinik yang
lengkap.
b. Jaringan kolorektal yang didiagnosis sebagai adenoma dan
adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik, diferensiasi sedang,
dan diferensiasi buruk dengan beberapa sampel kasus reseksi
terdapat ujung bebas tumor (mukosa kolorektal normal),
menggunakan pengecatan H.E, oleh dua orang Spesialis Patologi
Anatomi.
c. Blok parafin dari jaringan asal kolorektal yang diproses sesuai
standar untuk pemeriksaan imunohistokima.
2. Kriteria Eksklusi
a. Jaringan adenoma dan adenokarsinoma kolorektal yang sudah
nekrosis (tidak difiksasi), sehingga tidak dapat dinilai derajat
histopatologinya.
b. Sediaan blok parafin dari jaringan adenoma dan adenokarsinoma
kolorektal yang sudah rusak ataupun habis dipotong.
G. Cara Kerja
1. Alokasi Subyek
a. Seluruh sampel yang memenuhi syarat dengan diagnosa
histopatologi sebagai adenoma dan adenokarsinoma kolorektal.
b. Seluruh sampel yang memenuhi syarat berdasarkan skor ekspresi
CD44 dengan gambaran histopatologi adenoma dan
adenokarsinoma kolorektal.
2. Prosedur Pewarnaan Hematoksilin Eosin
Setelah jaringan yang telah diblok dikumpulkan, jaringan
didinginkan kembali dalam lemari es, kemudian dipotong dengan
mikrotom, dengan ketebalan 3 mikron. Kaca objek dioles dengan albumin
untuk merekatkan sediaan yang telah dipotong. Selanjutnya jaringan
potongan mikrotom dimasukkan ke dalam water bath (< 60oC). Potongan
di water bath diambil dengan kaca objek tadi, slide ditiriskan sampai
kering, kemudian slide diletakkan di atas slide warmer (< 60oC) selama 15
menit, selanjutnya slide siap diwarnai.
Proses pewarnaan :
1. Slide yang berisi jaringan hasil blok parafin tadi direndam xylol
selama 5 menit yang dilakukan 2 kali pada 2 wadah.
2. Rendam dalam larutan alkohol 95% selama 2 menit, dilakukan 2
kali pada 2 wadah.
3. Rendam dalam larutan alkohol 70% selam 2 menit.
4. Bilas dengan air mengalir selam 5 menit.
5. Rendam larutan Hematoxyllin Mayer selama 15 menit
6. Bilas dengan air mengalir sampai berwarna biru.
7. Rendam dalam larutan eosin 1% selama 5 menit.
8. Rendam dalam larutan alkohol 70% selama 2-5 menit.
9. Rendam dalam larutan alkohol 95% selama 2-5 menit, dilakukan 2
kali pada 2 wadah.
10. Rendam dalam carbol xylol selama 5 menit
11. Rendam dalam larutan xylol selama 2-5 menit.
12. Slide dikeringkan, tetesi dengan entelan lalu ditutup dengn deck
glass.
13. Slide siap untuk dilihat di bawah mikroskop.
3. Prosedur Pewarnaan Imunohistokimia
Jaringan dalam blok parafin dipotong ukuran 3 mikron dan
direkatkan pada kaca obyek poly-L-lysine dan kemudian dilakukan
deparafinisasi. Pewarnaan imunohistokimia menggunakan metode
standar protokol Detection Kit dari DAKO. Slide yang belum diwarnai
dimasukkan dalam Target Retrieval Solution (DAKO Kode S1700,
California, USA) selama 30 menit dalam microwave bersuhu 93ºC
dengan kecepatan 350 rpm, kemudian dilanjutkan dengan prosedur
standar imunostaining menggunakan antibodi monoklonal anti human
CD44 (DAKO, Denmark) dengan dilusi 1:50. Hasil pewarnaan
imunohistokimia dievaluasi dengan menggunakan mikroskop cahaya oleh
dua orang ahli patologi dan peneliti.
4. Interpretasi Hasil Imunohistokimia
Ekspresi CD44 adalah akumulasi protein CD44 pada membran
sel yang dideteksi dengan metode imunohistokimia. Ekspresi CD44
dinyatakan positif bila terdapat warna coklat pada membran sel yang
terlihat dengan mikroskop cahaya. Ekspresi ini dihitung menggunakan
sistem skoring berdasarkan proporsi sel yang positif.
H. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Definisi Operasional
a. Adenoma kolorektal adalah lesi jinak kolorektal yang secara
mikroskopis menunjukkan proliferasi epitel kolorektal dengan inti
tampak hiperkromatik, memanjang, tersusun berlapis, disertai
penurunan jumlah sel goblet dan semua kelainan ini masih terbatas
dalam membran basal.
b. Adenokarsinoma kolorektal adalah lesi ganas kolorektal yang secara
mikroskopis menunjukkan proliferasi epitel kelenjar kolorektal dengan
inti atipia, pleomorfik, kromatin kasar, dan nukleoli prominent, yang
tersusun berlapis-lapis, dapat membentuk struktur tubuler ataupun
difus, yang sudah menginvasi melewati membran basal.
c. Mukosa kolorektal normal adalah mukosa pada salah satu atau ujung
reseksi dari jaringan adenokarsinoma kolorektal yang tidak
mengandung lesi adenoma dan adenokarsinoma kolorektal.
d. Derajat histopatologi adenokarsinoma kolorektal adalah penilaian
tingkat kemiripan jaringan tumor dibandingkan dengan jaringan normal
(diferensiasi) dengan menggunakan mikroskop cahaya, dengan
menilai bentukan kelenjar, terbagi menjadi diferensiasi baik, sedang,
dan buruk.
e. Ekspresi CD44 adalah adalah akumulasi protein CD44 pada membran
sel yang dideteksi dengan metode imunohistokimia. Ekspresi CD44
dinyatakan positif bila terlihat warna coklat pada membran sel dengan
mikroskop cahaya.
f. Pemeriksaan imunohistokimia CD44 adalah deteksi kompleks antigen-
antibodi CD44 dengan menggunakan antibodi monoklonal CD44.
2. Kriteria Obyektif
a. Imunoekspresi CD44 dinyatakan dalam estimasi semikuantitatif
dengan sistem skor, yakni :
1) Intensitas warna ekspresi CD44 :
0 = tidak ada sel epitel normal / tumor yang terwarnai
1 = lemah
2 = sedang
3 = kuat
2) Persentasi area yang terwarnai :
0 = tidak ada area yang terwarnai
1 = area terwarnai < 10%
2 = area terwarnai 10-50%
3 = area terwarnai > 50%
a dan b dijabarkan menjadi 9 tingkatan skor :
0 = tidak ada sel epitel normal / tumor dan area yang terwarnai
1 = intensitas lemah, area < 10%
2 = intensitas lemah, area 10-50%
3 = intensitas lemah, area > 50%
4 = intesitas sedang, area < 10%
5 = intensitas sedang, area 10-50%
6 = intensitas sedang, area > 50%
7 = intensitas kuat, area < 10%
8 = intensitas kuat, area 10-50%
9 = intensitas kuat, area > 50%
SKOR TOTAL (EKSPRESI) :
Negatif = 0
Lemah = 1-2
Sedang = 3-5
Kuat = ≥ 6
b. Derajat histopatologi adenokarsinoma kolorektal yaitu :
1) Grade 1 (diferensiasi baik) : bentukan tubuler kelenjar yang masih
baik pada tumor lebih besar dari 95%. Sel tumor tidak
memperlihatkan morfologi inti yang high-grade.
2) Grade 2 (diferensiasi sedang) : bentukan tubuler kelenjar pada
tumor sekitar 50-95%.
3) Grade 3 (diferensiasi buruk) : bentukan tubuler kelenjar pada tumor
kurang dari 50%.
I. Pengolahan dan Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian dicatat, kemudian
dilakukan analisis yang sesuai tujuan dan jenis data, yaitu :
1. Analisis univariat : untuk mendeskripsi karakteristik data yang
diperoleh.
2. Analisis bivariat :
a. Uji X2 : untuk sampel tidak berpasangan yang datanya berskala
nominal dikotom. Uji ini untuk menganalisa variabel berskala
nominal antara 2 kelompok yang tidak berpasangan. Dalam hal ini
untuk membandingkan ekspresi CD44 antara mukosa normal,
adenoma, dan adenokarsinoma kolorektal.
b. Uji Mann Whitney : untuk sampel tidak berpasangan yang datanya
berskala ordinal. Uji ini untuk mengetahui perbedaan skor ekspresi
CD44 pada jaringan kolorektal normal, adenoma dan
adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik, sedang, dan buruk.
SLIDE YG TELAH DIDIAGNOSIS HISTOPATOLOGIK SEBAGAI ADENOMA DAN
ADENOKARSINOMA KOLOREKTAL DAN PENENTUAN MUKOSA KOLOREKTAL
NORMAL OLEH DUA PATOLOG
DIKUMPULKAN BLOK PARAFFIN YANG MEMENUHI KRITERIA
PENENTUAN SKOR EKSPRESI CD44 OLEH DUA PATOLOG
ANALISA DATA STATISTIK
J. Alur Penelitian
K. Personalia Penelitian
Pelaksana : dr. Arlin Rinni Tutu
Pembimbing I : dr. Cahyono Kaelan, Ph.D, Sp.PA (K), Sp.S
Pembimbing II : dr. Truly D. Dasril, Sp.PA(K)
Pembimbing Metodologi Penelitian : Prof.Dr.dr.H. Dasril Daud, Sp.A(K)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Jumlah Sampel
Pada penelitian ini dikumpulkan data kasus pada Bagian Patologi
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo selama periode Januari 2010 sampai dengan
Desember 2012, yang didiagnosa sebagai adenoma kolorektal,
adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik (derajat 1), sedang (derajat
2), dan buruk (derajat 3), dan bagian kolorektal normal dari ujung reseksi
kasus adenokarsinoma kolorektal yang memenuhi kriteria inklusi.
Data kasus yang dikumpulkan kemudian dievaluasi ulang oleh dua
orang spesialis Patologi Anatomi dan sampel kasus dengan diagnosa
yang konsisten dilanjutkan dengan pewarnaan imunohistokimia untuk
melihat ekspresi protein CD44 pada masing-masing sampel. Sampel yang
terkumpul sebanyak 89 sampel, terdiri dari 16 kasus adenoma, 20 kasus
adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik, 20 kasus adenokarsinoma
kolorektal diferensiasi sedang, 15 kasus adenokarsinoma kolorektal
diferensiasi buruk, 18 bagian mukosa kolorektal normal dari ujung reseksi
kasus adenokarsinoma kolorektal.
Gambar 8. Ekspresi CD44 pada
mukosa kolorektal normal
A. Negatif; skor 0; 400x B. Lemah; skor 2; 400x C. Sedang; skor 5; 400x
Gambar 9. Ekspresi CD44 pada adenoma kolorektal A. Negatif; skor 0; 400x B. Lemah; skor 2; 400x C. Sedang; skor 4; 400x D. Kuat; skor 9; 400x
A B
C
A B
C D
Gambar 10. Ekspresi CD44 pada adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik
A. Negatif; skor 0; 400x B. Lemah; skor 2; 400x
C. Sedang; skor 3; 400x D. Kuat; skor 9; 400x
Gambar 11. Ekspresi CD44
pada adenokarsinoma
kolorektal diferensiasi sedang
A. Negatif; skor 0; 400x B. Sedang; skor 5; 400x C. Kuat; skor 9 ; 400x
A B
C D
A B
C
Gambar 12 . Ekspresi CD44 pada adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk
A. Negatif; skor 0; 400x B. Lemah; skor 1; 400x
C. Sedang; skor 5; 400x D. Kuat; skor 9 ; 400x
A B
C D
2. Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Data karakteristik sampel penelitian
Karakteristik Keterangan Jumlah (%)
Umur < 25 tahun 3 (4,2%)
25 - 50 tahun 25 (35,2%)
51 - 75 tahun 40 (56,3%)
> 75 tahun 3 (4,2%)
Jenis Kelamin Laki-laki 47 (66,2%)
Perempuan 24 (33,8%)
Gambaran
histopatologi
Mukosa normal 18 (20,2%)
Adenoma 16 (18,0%)
Adenokarsinoma diferensiasi
baik 20 (22,5%)
Adenokarsinoma diferensiasi
sedang 20 (22,5%)
Adenokarsinoma diferensiasi
buruk 15 (16,9%)
Ekspresi CD44 Negatif 29 (32,6%)
Lemah 11 (12,4%)
Sedang 15 (16,9%)
Kuat 34 (38,2%)
Skor Ekspresi CD44 0 29 (32,6%)
1 5 (5,6%)
2 6 (6,7%)
3 3 (3,4%)
4 4 (4,5%)
5 8 (9%)
6 5 (5,6%)
7 1 (1,1%)
8 8 (9,0%)
9 20 (22,5%)
Dari penelitian ini didapatkan rentang umur antara 4 tahun sampai
81 tahun saat didiagnosis adenoma dan adenokarsinoma kolorektal.
Kelompok umur terbanyak adalah 51-75 tahun sebanyak 40 kasus
(56,3%).
Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 47 sampel
(66,2%) berjenis kelamin laki-laki dan 24 sampel (33,8%) berjenis kelamin
perempuan.
Distribusi sampel berdasarkan gambaran histopatologi kolorektal
terdiri dari mukosa normal sebanyak 18 sampel (20,2%), adenoma
sebanyak 16 sampel (18,0%), adenokarsinoma diferensiasi baik dan
sedang berjumlah sama sebanyak 20 sampel (22,5%), dan
adenokarsinoma diferensiasi buruk sebanyak 15 sampel (16,9%).
Hasil pemeriksaan imunohistokimia CD44 menunjukkan ekspresi
negatif sebanyak 29 sampel (32,6%), ekspresi lemah sebanyak 11
sampel (12,4%), ekspresi sedang sebanyak 15 sampel (16,9%), dan
ekspresi kuat sebanyak 34 sampel (38,2%).
Skor ekspresi CD44 terbanyak adalah skor 0 sebanyak 29 sampel
(32,6%) dan paling sedikit adalah skor 7 sebanyak 1 sampel (1,1%).
3. Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Jenis Neoplasma Kolorektal dan Perbandingan Rata-rata Umur dengan Jenis Neoplasma Kolorektal
Tabel 2. Hubungan antara jenis kelamin dengan jenis neoplasma kolorektal
Jenis
Kelamin
Jenis Neoplasma Kolorektal
Jumlah Adenoma
Adeno
karsinoma
diferensiasi
baik
Adeno
karsinoma
diferensiasi
sedang
Adeno
karsinoma
diferensiasi
buruk
Laki-laki 12(75%) 11(55%) 16(80%) 8(53,3%) 47(66,2%)
Perempuan 4(25%) 9(45%) 4(20%) 7(46,7%) 24(33,8%)
Total 16(100%) 20(100%) 20(100%) 15(100%) 71(100%)
Uji Chi-Square df = 3 p = 0,213 (p>0,05)
Analisis jenis kelamin dihubungkan dengan jenis neoplasma kolorektal
memperlihatkan hasil p = 0,213 (p>0,05), yang berarti bahwa tidak
terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan jenis
neoplasma kolorektal.
Tabel 3. Perbandingan rata-rata antara umur dengan jenis neoplasma kolorektal
Umur
Jenis neoplasma kolorektal
Adenoma
Adenokarsinoma
diferensiasi
Baik
Adenokarsinoma
diferensiasi
sedang
Adenokarsinoma
diferensiasi
buruk
N 16 20 20 15
Mean 2,44 2,65 2,75 2,53
Median 3 3 3 2
Standar
Deviasi 0,81 0,49 0,64 0,64
Minimum 1 2 2 2
Maksimum 3 3 4 4
Uji One-way Annova df = 3 p = 0,505 (p>0,05)
Tabel 3 menunjukkan nilai mean umur tertinggi pada
adenokarsinoma diferensiasi sedang (2,75) dan terendah pada adenoma
(2,44). Nilai median umur pada adenoma, adenokarsinoma diferensiasi
baik, sedang, adalah sama (3). Nilai umur minimum terdapat pada
adenoma (1) dan nilai maksimum pada adenokarsinoma kolorektal
diferensiasi sedang dan buruk (4). Hasil uji one-way annova menunjukkan
tidak terdapat perbedaan bermakna antara umur dengan jenis neoplasma
kolorektal.
4. Analisis Hubungan antara Ekspresi CD44 dengan Gambaran Histopatologi Kolorektal
Tabel 4. Hubungan antara ekspresi CD44 dengan gambaran histopatologi kolorektal
Gambaran histopatologi kolorektal
Ekspresi CD44 Jumlah
Negatif Lemah Sedang Kuat
Mukosa Normal 15(51,7%) 2(18,2%) 1(6,7%) 0(0%) 18(20,2%)
Adenoma 8(27,6%) 4(36,4%) 3(20%) 1(2,9%) 16(18%)
Adenokarsinoma diferensiasi baik
3(10,3%) 3(27,3%) 5(33,3%) 9(26,5%) 20(22,5%)
Adenokarsinoma diferensiasi sedang
2(6,9%) 0(0%) 2(13,3%) 16(47,1%) 20(22,5%)
Adenokarsinoma diferensiasi buruk
1(3,4%) 2(18,2%) 4(26,7%) 8(23,5%) 15(16,9%)
Total 29(100%) 11(100%) 15(100%) 34(100%) 89(100%)
Uji Chi-Square df = 12 p = 0,000 (p<0,05)
Tabel 4 memperlihatkan ekspresi CD44 pada mukosa normal dan
adenoma masing-masing yang terbanyak adalah negatif, dan tersedikit
adalah kuat. Pada adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik, sedang,
dan ganas masing-masing menunjukkan ekspresi CD44 terbanyak adalah
kuat. Sedangkan ekspresi CD44 negatif terbanyak pada mukosa normal
dan tersedikit pada adenokarsinoma diferensiasi buruk. Uji statistik
menunjukkan hubungan bermakna p = 0,000 (p<0,05) antara ekspresi
CD44 dengan gambaran histopatologi kolorektal, berarti bahwa ekspresi
CD44 lebih tinggi pada adenoma dibandingkan dengan mukosa normal
kolorektal dan ekspresi CD44 lebih tinggi pada adenokarsinoma
dibandingkan dengan adenoma dan mukosa normal kolorektal.
5. Analisis Perbedaan Skor Ekspresi CD44
Tabel 5. Perbedaan skor ekspresi CD44 pada neoplasma kolorektal
Skor
ekspresi
CD44
Jenis neoplasma kolorektal
Adenoma
Adenokarsinoma
diferensiasi
Baik
Adenokarsinoma
diferensiasi
sedang
Adenokarsinoma
diferensiasi
buruk
N 16 20 20 15
Mean 1,56 5,10 7,05 5,87
Median 0,50 5,00 8,00 6,00
Standar
Deviasi 2,45 3,32 2,79 3,18
Minimum 0,00 0,00 0,00 0,00
Maksimum 9,00 9,00 9,0 9,00
Berdasarkan tabel 5 didapatkan nilai mean skor ekspresi CD44
tertinggi pada adenokarsinoma diferensiasi sedang (7,05) dan terendah
pada adenoma (1,56). Nilai median skor ekspresi CD44 tertinggi pada
adenokarsinoma diferensiasi sedang (8,00) dan terendah pada adenoma
(0,50). Nilai minimum dan maksimum skor ekspresi CD44 sama pada
adenoma dan semua derajat histopatologi adenokarsinoma kolorektal
yaitu masing-masing 0,00 dan 9,00.
Tabel 6. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara mukosa normal dengan adenoma kolorektal
Skor
ekspresi CD44
Gambaran histopatologi N Mean Rank
Mukosa normal 18 14,78
Adenoma 16 20,56
Total
34
Uji Mann-Whitney p = 0,042 (p<0,05) Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,042 (p<0,05) yang
berarti terdapat perbedaan bermakna antara skor ekspresi CD44 pada
mukosa normal dengan skor ekspresi CD44 pada adenoma kolorektal.
Tabel 7. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara mukosa normal dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik
Skor ekspresi
CD44
Gambaran histopatologi N Mean Rank
Mukosa normal 18 11,58
Adenokarsinoma diferensiasi baik
20 26,63
Total
38
Uji Mann-Whitney p = 0,000 (p<0,05) Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,000 (p<0,05) yang
berarti terdapat perbedaan bermakna antara skor ekspresi CD44 pada
mukosa normal dengan skor ekspresi CD44 pada adenokarsinoma
kolorektal diferensiasi baik.
Tabel 8. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara mukosa normal dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi sedang
Skor ekspresi
CD44
Gambaran histopatologi N Mean Rank
Mukosa normal 18 10,67
Adenokarsinoma diferensiasi sedang
20 27,45
Total
38
Uji Mann-Whitney p = 0,000 (p<0,05) Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,000 (p<0,05) yang
berarti terdapat perbedaan bermakna antara skor ekspresi CD44 pada
mukosa normal dengan skor ekspresi CD44 pada adenokarsinoma
kolorektal diferensiasi sedang.
Tabel 9. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara mukosa normal dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk
Skor
ekpresi CD44
Gambaran histopatologi N Mean Rank
Mukosa normal 18 10,36
Adenokarsinoma diferensiasi buruk
15 24,97
Total
33
Uji Mann-Whitney p = 0,000 (p<0,05) Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,000 (p<0,05) yang
berarti terdapat perbedaan bermakna antara skor ekspresi CD44 pada
mukosa normal dengan skor ekspresi CD44 pada adenokarsinoma
kolorektal diferensiasi buruk.
Tabel 10. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenoma dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik
Skor ekspresi CD44
Gambaran histopatologi N Mean Rank
Adenoma 16 12,53
Adenokarsinoma diferensiasi baik
20 23,28
Total
36
Uji Mann-Whitney p = 0,002 (p<0,05)
Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,002 (p<0,05) yang
berarti terdapat perbedaan bermakna antara skor ekspresi CD44 pada
adenoma dengan skor ekspresi CD44 pada adenokarsinoma kolorektal
diferensiasi baik.
Tabel 11. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenoma dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi sedang
Skor
ekspresi CD44
Gambaran histopatologi N Mean Rank
Adenoma 16 10,84
Adenokarsinoma diferensiasi sedang
20 24,63
Total
36
Uji Mann-Whitney p = 0,000 (p<0,05) Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,000 (p<0,05) yang
berarti terdapat perbedaan bermakna antara skor ekspresi CD44 pada
adenoma dengan skor ekspresi CD44 pada adenokarsinoma kolorektal
diferensiasi sedang.
Tabel 12. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenoma dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk
Skor ekspresi
CD44
Gambaran histopatologi N Mean Rank
Adenoma 16 10,69
Adenokarsinoma diferensiasi buruk
15 21,67
Total
31
Uji Mann-Whitney p = 0,001 (p<0,05) Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,001 (p<0,05) yang
berarti terdapat perbedaan bermakna antara skor ekspresi CD44 pada
adenoma dengan skor ekspresi CD44 pada adenokarsinoma kolorektal
diferensiasi buruk.
Tabel 13. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi sedang
Skor ekspresi CD44
Gambaran histopatologi N Mean Rank
Adenokarsinoma diferensiasi baik
20 17,00
Adenokarsinoma diferensiasi sedang
20 24,00
Total
40
Uji Mann-Whitney p = 0,052 (p>0,05) Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,052 (p>0,05) yang
berarti tidak ada perbedaan bermakna antara skor ekspresi CD44 pada
adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik dengan skor ekspresi CD44
pada adenokarsinoma kolorektal diferensiasi sedang.
Tabel 14. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk
Skor ekspresi CD44
Gambaran histopatologi N Mean Rank
Adenokarsinoma diferensiasi baik
20 16,95
Adenokarsinoma diferensiasi buruk
15 19,40
Total
35
Uji Mann-Whitney p = 0,477 (p>0,05) Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,477 (p>0,05) yang
berarti tidak ada perbedaan bermakna antara skor ekspresi CD44 pada
adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik dengan skor ekspresi CD44
pada adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk.
Tabel 15. Perbedaan skor ekspresi CD44 antara adenokarsinoma kolorektal diferensiasi sedang dengan adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk
Skor ekspresi CD44
Gambaran histopatologi N Mean Rank
Adenokarsinoma diferensiasi sedang
20 19,65
Adenokarsinoma diferensiasi buruk
15 15,80
Total
35
Uji Mann-Whitney p = 0,253 (p>0,05) Berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan p = 0,253 (p>0,05) yang
berarti tidak ada perbedaan bermakna antara skor ekspresi CD44 pada
adenokarsinoma kolorektal diferensiasi sedang dengan skor ekspresi
CD44 pada adenokarsinoma kolorektal diferensiasi buruk.
B. Pembahasan
Cluster of Differentiation 44 (CD44) diduga sebagai marker tumor-
initiating cell CSC pada kanker manusia dan mungkin memiliki peran
fungsional dalam biologi CSC. Subpopulasi sel kanker yang diidentifikasi
sebagai CSC memiliki kemampuan tumorigenesis melalui self-renewal
dan diferensiasi, seperti stem sel normal, dimana sebagian besar sel
kanker adalah sel yang berdiferensiasi dan tidak memiliki sifat ini
(Bhattacharyya and Khanduja, 2010). Glikoprotein transmembran CD44
telah digunakan sebagai marker untuk mengisolasi CSC dari multipel
tumor solid, seperti kanker payudara, kepala dan leher, pankreas, dan
kolon (Kemper et al., 2010).
Karakteristik data sampel penderita adenoma dan adenokarsinoma
kolorektal saat didiagnosis berdasarkan umur (Tabel 1) menunjukkan
bahwa kelompok umur terbanyak adalah 51 - 75 tahun sebanyak 40
sampel (56,3%). Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa resiko kanker kolorektal meningkat secara signifikan setelah umur
40 tahun pada laki-laki dan perempuan, dan meningkat dua kali lipat
setiap dekade hingga umur 75 tahun (Fenoglia-Presiser et al., 2008).
Uji statistik untuk menentukan hubungan antara jenis kelamin dengan
jenis neoplasma kolorektal memperlihatkan bahwa tidak terdapat
hubungan bermakna (Tabel 2), yang berarti bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki resiko yang sama untuk menderita neoplasma
kolorektal.
Hasil uji one-way annova (tabel 3) menunjukkan tidak terdapat
perbedaan bermakna antara umur dengan jenis neoplasma kolorektal. Hal
ini berarti bahwa umur berapapun memiliki resiko yang sama untuk
menderita neoplasma kolorektal.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ekspresi CD44 pada mukosa
normal sebagian besar negatif yaitu sebanyak 15 sampel (83,3%) dan
hanya 3 sampel (16,7%) yang menunjukkan ekspresi lemah sampai
sedang pada membran sel epitel basal kripte mukosa yang sesuai dengan
tempat yang diduga sebagai lokasi colon stem cell normal. Banyaknya
ekspresi yang negatif pada mukosa normal kemungkinan karena hanya
sedikit saja protein CD44 yang diperlukan dalam proses fisiologis pada sel
epitel mukosa normal sehingga jumlahnya bisa sangat kecil untuk dapat
dideteksi oleh pemeriksaan imunohistokimia. Ekspresi CD44 juga tampak
pada limfosit dan makrofag dalam lamina propria dan stroma dan
digunakan sebagai kontrol positif internal.
Uji statistik antara ekspresi CD44 dengan gambaran histopatologi
kolorektal (Tabel 4) menunjukkan hubungan bermakna (p = 0,000) yang
berarti bahwa ekspresi CD44 lebih tinggi pada adenoma dibandingkan
dengan mukosa normal kolorektal dan ekspresi CD44 lebih tinggi pada
adenokarsinoma dibandingkan dengan adenoma dan mukosa normal
kolorektal.
Perbandingan antara skor ekspresi CD44 antara mukosa normal
dengan adenoma kolorektal, mukosa normal dengan adenokarsinoma
kolorektal dan adenoma dengan adenokarsinoma kolorektal (Tabel 6-12)
berdasarkan uji Mann-Whitney juga menunjukkan perbedaan yang
bermakna.
Hasil tersebut di atas sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa overekspresi CD44 tampak pada adenoma dan
lebih meningkat ekspresinya pada adenokarsinoma kolorektal (Wielenga
et al., 1993, Visca et al., 2002, Khoursheed et al., 2002, Vizoso et al.,
2004). Overekspresi CD44 pada adenoma dan adenokarsinoma ini
dibutuhkan oleh sel tumor untuk proliferasi, survival, invasi, metastasis,
dan kemoresisten (Subramaniam et al., 2007, Toole, 2009). Di samping
itu, overekspresi CD44 pada adenoma dapat menunjukkan resiko lebih
tinggi untuk progresifitas tumor ke arah adenokarsinoma.
CD44 menunjukkan variasi ekspresi mulai dari negatif sampai kuat
baik pada adenoma maupun adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik,
sedang, dan kuat. Adanya variasi ini kemungkinan karena pada CSC, sel
tumor umumnya membelah secara simetris (bila dibandingkan dengan
stem cell normal yang sebagian besar membelah secara asimetris
sehingga jumlahnya cenderung tetap sedikit dan tidak bertambah)
sehingga dapat terjadi peningkatan jumlah CSC disertai overekspresi
CD44 ataupun terjadi peningkatan jumlah sel tumor diferensiasi disertai
penurunan sampai hilangnya ekspresi CD44. Penyebab yang memicu
CSC sehingga terjadi pembelahan secara simetris yang menghasilkan
CSC ataupun sel tumor diferensiasi ini belum diketahui (Todaro et al.,
2010). Ekspresi negatif menunjukkan hilangnya ekspresi CD44, yang
diduga bahwa adanya mutasi gen lain tanpa melibatkan gen CD44 dalam
karsinogenesis kolorektal. Mekanisme pemotongan proteolitik reseptor
CD44 juga dapat mempengaruhi variasi ekspresi, yaitu bila lebih banyak
terjadi pemotongan ektodomain dibandingkan sintesis protein CD44 maka
ekspresi CD44 pada membran sel akan menurun, demikian pula
sebaliknya bila lebih banyak sintesis protein CD44 dibandingkan dengan
pemotongan ektodomain maka ekspresi CD44 akan meningkat.
Berbagai penelitian masih kontroversi satu dengan yang lain, di mana
adanya penelitian melaporkan bahwa hilangnya ekspresi CD44
merefleksikan agresifitas tumor (Vizoso et al., 2004, Huh et al., 2009,
Khoursheed et al., 2002, Zavrides et al., 2005); sedangkan yang lain
melaporkan bahwa adanya hubungan signifikan antara ekspresi CD44
dengan proliferasi dan agresifitas pada kanker kolon (Khoursheed et al.,
2002).
Perbedaan hasil di antara penelitian ini kemungkinan karena
penggunaan antibodi yang berbeda yang mungkin memiliki perbedaan
dalam spesifisitasnya, adanya sejumlah CD44 isoform, dan metode
pelaksanaan yang berbeda.
Perbandingan antara skor ekspresi adenokarsinoma diferensiasi baik
dengan adenokarsinoma diferensiasi sedang dan buruk (Tabel 13,14),
demikian pula antara skor ekspresi adenokarsinoma diferensiasi sedang
dengan adenokarsinoma diferensiasi buruk (Tabel 15) berdasarkan uji
Mann-Whitney menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan
bermakna antara skor ekspresi CD44 pada adenokarsinoma diferensiasi
baik dengan skor ekspresi CD44 pada adenokarsinoma kolorektal sedang
dan buruk, demikian pula tidak terdapat perbedaan bermakna antara skor
ekspresi CD44 pada adenokarsinoma diferensiasi sedang dengan skor
ekspresi CD44 pada adenokarsinoma diferensiasi buruk.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor ekspresi
CD44 di antara derajat histopatologi/diferensiasi adenokarsinoma
kolorektal, yang sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya
(Khoursheed et al., 2002, Huh et al., 2009, Vizoso et al., 2004). Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh karena protein CD44 tidak secara langsung
mempengaruhi tubulogenesis sel kanker dan tidak terlibat langsung dalam
mengganggu kapabilitas sel kanker membentuk struktur kelenjar yang
terpolarisasi. Begitu pula sesuai dengan literatur sebelumnya bahwa
CD44 berfungsi sebagai ko-reseptor transduksi sinyal dari reseptor
growth factor yang berperan dalam proliferasi sel kanker, sehingga tidak
terlibat langsung dalam proliferasi cepat sel kanker yang mengganggu
pembentukan struktur sel dan arsitektur sel secara keseluruhan (Murai et
al., 2004).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan bermakna antara ekspresi CD44 dengan
gambaran histopatologi kolorektal, yaitu ekspresi CD44 lebih tinggi
pada adenoma bila dibandingkan dengan mukosa kolorektal normal,
dan ekspresi CD44 lebih tinggi pada adenokarsinoma kolorektal bila
dibandingkan dengan adenoma dan mukosa kolorektal normal.
2. Terdapat perbedaan bermakna skor ekspresi CD44 antara mukosa
normal dengan adenoma kolorektal, mukosa normal dengan
adenokarsinoma kolorektal, dan adenoma dengan adenokarsinoma
kolorektal.
3. Tidak terdapat perbedaan bermakna skor ekspresi CD44 di antara
derajat histopatologi adenokarsinoma kolorektal diferensiasi baik,
sedang dan buruk.
B. Saran
1. CD44 dapat digunakan untuk membedakan mukosa kolorektal normal
dengan patologik, demikian pula neoplasma jinak dengan ganas
kolorektal.
2. Penelitian lebih lanjut mengenai peranan CD44 dalam metastase
adenokarsinoma kolorektal perlu dilakukan dan fungsi spesifik dari
CD44 solubel dan intraseluler dalam karsinogenesis kolorektal.
DAFTAR PUSTAKA
Belov, L., Zhou, J. & Christopherson, R. I. (2011) Cell surface markers in colorectal cancer prognosis. Int J Mol Sci, 12, 78-113.
Bhattacharyya, S. & Khanduja, K. L. (2010) New hope in the horizon:
cancer stem cells. Acta Biochim Biophys Sin (Shanghai), 42, 237-42.
Chu, P., Clanton, D. J., Snipas, T. S., Lee, J., Mitchell, E., Nguyen, M. L.,
Hare, E. & Peach, R. J. (2009) Characterization of a subpopulation of colon cancer cells with stem cell-like properties. Int J Cancer, 124, 1312-21.
Cichy, J. & Pure, E. (2003) The Liberation of CD44. The Journal of Cell
Biology, 161, 839-843. Du, L., Wang, H., He, L., Zhang, J., Ni, B., Wang, X., Jin, H., Cahuzac, N.,
Mehrpour, M., Lu, Y. & Chen, Q. (2008) CD44 is of functional importance for colorectal cancer stem cells. Clin Cancer Res, 14, 6751-60.
Fenoglia-Presiser, C. M., Nofsinger, A. E., Lantz, P. E., Stemmermann, G.
N. & Isaacson, P. G. (2008) Epitelial Neoplasms of the Colon. Gastrointestinal Pathology An Atlas and Text. 3th ed. Philadelphia.
Goodison, S., Urquidi, V. & Tarin, D. (1999) CD44 cell adhesion
molecules. Mol Pathol, 52, 189-96. Guzman, G. & Gregorio, C. (2007) Tumors of the Digestive System. IN
Damjanov, I. & Fan, F. (Eds.) Cancer Grading Manual. New York, Springer, 35-46.
Hamilton, S., Vogelstein, B., Kudo, S., Riboli, E., Nakamura, S., Hainaut,
P., Rubio, C., Sobin, L., Fogt, F., Winawer, S., Goldgar, D. & Jass, J. (2000) Tumours of the Colon and Rectum. IN Hamilton, S. & Aaltonen, L. (Eds.) WHO Classification of Tumours Pathology and Genetics of Tumours of the Digestive System. France, IARC Press.
Huh, J. W., Kim, H. R., Kim, Y. J., Lee, J. H., Park, Y. S., Cho, S. H. &
Joo, J. K. (2009) Expression of standard CD44 in human colorectal carcinoma: association with prognosis. Pathol Int, 59, 241-6.
Kemper, K., Grandela, C. & Medema, J. P. (2010) Molecular identification and targeting of colorectal cancer stem cells. Oncotarget, 1, 387-95.
Keysar, S. B. & Jimeno, A. (2010) More than markers: biological
significance of cancer stem cell-defining molecules. Mol Cancer Ther, 9, 2450-7.
Khoursheed, M., Mathew, T. C., Makar, R. R., Sonia, L., Abul, H., Asfar, S., Al-Sayer, H., Dasthi, H. M. & Al-Bader, A. (2002) Expression of CD44s in human colorectal cancer. Pathol Oncol Res, 8, 170-4.
Kim, H., Yang, X. L., Rosada, C., Hamilton, S. R. & August, J. T. (1994)
CD44 expression in colorectal adenomas is an early event occurring prior to K-ras and p53 gene mutation. Arch Biochem Biophys, 310, 504-7.
Kim, H. R., Wheeler, M. A., Wilson, C. M., Iida, J., Eng, D., Simpson, M.
A., McCarthy, J. B. & Bullard, K. M. (2004) Hyaluronan facilitates invasion of colon carcinoma cells in vitro via interaction with CD44. Cancer Res, 64, 4569-76.
Marhaba, R., Klingbeil, P., Nuebel, T., Nazarenko, I., Buechler, M. W. &
Zoeller, M. (2008) CD44 and EpCAM: cancer-initiating cell markers. Curr Mol Med, 8, 784-804.
Medema, J. P. & Vermeulen, L. (2011) Microenvironmental regulation of
stem cells in intestinal homeostasis and cancer. Nature, 474, 318-326.
Murai, S., Umemiya, T., Seiki, M. & Harigaya, K. (2004) Expression and
localization of membrane-type-1 matrix metalloproteinase, CD 44, and laminin-5gamma2 chain during colorectal carcinoma tumor progression. Virchows Arch, 445, 271-8.
Nagano, O. & Saya, H. (2004) Mechanism and biological significance of
CD44 cleavage. Cancer Sci, 95, 930-5. O'brien, C. A., Kreso, A. & Jamieson, C. H. (2010) Cancer Stem Cells and
Self-Renewal. Clinical Cancer Research, 16, 3113 - 3120. Okamoto, I., Tsuiki, H., Kenyon, L. C., Godwin, A. K., Emlet, D. R.,
Holgado-Madruga, M., Lanham, I. S., Joynes, C. J., Vo, K. T., Guha, A., Matsumoto, M., Ushio, Y., Saya, H. & Wong, A. J. (2002) Proteolytic cleavage of the CD44 adhesion molecule in multiple human tumors. Am J Pathol, 160, 441-7.
Pohl, A., Lurje, G., Kahn, M. & Lenz, H.-J. (2008) Stem Cells in Colon Cancer. Clinical Colorectal Cancer, 7, 92-98.
Pure, E. & Assoian, R. K. (2009) Rheostatic Signaling By CD44 and
Hyaluronan. PMC Cell Signal, 21, 651-655. Ricci-Vitani, L., Fabrizi, E., Palio, E. & De Maria, R. (2009) Colon cancer
stem cell. Journal Molecular Medicine, 87, 1097-1104. Rosai, J. (2011) Gastrointestinal Tract - Large Bowel. Rosai and
Ackerman"s Surgical Pathology. 10th ed. China, Mosby Elsevier. Rudzki, Z. & Jothy, S. (1997) CD44 and the adhesion of neoplastic cells.
Mol Pathol, 50, 57-71. Sneath, R. & Mangham, D. (1998) The Normal Structure and Function of
CD44 and Its Role in Neoplasia. Journal of Clinical Pathology, 51, 191-200.
Su, Y. J., Lai, H. M., Chang, Y. W., Chen, G. Y. & Lee, J. L. (2011) Direct
reprogramming of stem cell properties in colon cancer cells by CD44. EMBO J, 30, 3186-99.
Subramaniam, V., Vincent, I. R., Gardner, H., Chan, E., Dhamko, H. &
Jothy, S. (2007) CD44 regulates cell migration in human colon cancer cells via Lyn kinase and AKT phosphorylation. Exp Mol Pathol, 83, 207-15.
Tang, C., Ang, B. T. & Pervaiz, S. (2007) Cancer stem cell: target for anti-
cancer therapy. FASEB J, 21, 3777-85. Thenappan, A., LI, Y., Shetty, K., Johnson, L., Reddy, E. P. & Mishra, L.
(2009) New Therapeutics Targeting Colon Cancer Stem Cells. Curr Colorectal Cancer Rep, 5, 209.
Todaro, M., Francipane, M. G., Medema, J. P. & Stassi, G. (2010) Colon
cancer stem cells: promise of targeted therapy. Gastroenterology, 138, 2151-62.
Toole, B. P. (2009) Hyaluronan-CD44 Interactions in Cancer: Paradoxes
and Possibilities. Clin Cancer Res, 15, 7462-7468. Turner, J. R. (2010) The Gastrointestinal Tract. IN Kumar, V., Abbas, A.
K., Fausto, N. & Aster, J. C. (Eds.) Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th ed. Philadelphia, Saunders Elsevier.
Underhill, C. (1992) CD44: the hyaluronan receptor. J Cell Sci, 103 ( Pt 2), 293-8.
Visca, P., Del Nonno, F., Botti, C., Marandino, F., Sebastiani, V., Di
Tondo, U., Donnorso, R. P., Trombetta, G., Filippi, S. & Alo, P. L. (2002) Role and prognostic significance of CD44s expression in colorectal cancer. Anticancer Res, 22, 2671-5.
Vizoso, F. J., Fernandez, J. C., Corte, M. D., Bongera, M., Gava, R.,
Allende, M. T., Garcia-Muniz, J. L. & Garcia-Moran, M. (2004) Expression and clinical significance of CD44V5 and CD44V6 in resectable colorectal cancer. J Cancer Res Clin Oncol, 130, 679-86.
Wielenga, V. J., Heider, K. H., Offerhaus, G. J., Adolf, G. R., Van Den
Berg, F. M., Ponta, H., Herrlich, P. & Pals, S. T. (1993) Expression of CD44 variant proteins in human colorectal cancer is related to tumor progression. Cancer Res, 53, 4754-6.
Zavrides, H. N., Zizi-Sermpetzoglou, A., Panousopoulos, D., Athanasas,
G., Elemenoglou, I. & Peros, G. (2005) Prognostic evaluation of CD44 expression in correlation with bcl-2 and p53 in colorectal cancer. Folia Histochem Cytobiol, 43, 31-6.
Zeilstra, J., Joostein, S. P., Dokter, M., Verwiel, E., Spaargaren, M. & Pals,
S. T. (2008) Deletion of the WNT target and cancer stem cell marker CD44 in Apc(Min/+) mice attenuates intestinal tumorigenesis. Cancer Res, 68, 3655-61.
DAFTAR SAMPEL PENELITIAN
No. Urut
Umur (tahun)
Jenis Kelamin
Diagnosis
Skor IHC 1
Tingkatan Skor
Ekspresi Intensitas warna
Persentase Area
1 5 perempuan Adenoma 0 0 0 Negatif
2 4 perempuan Adenoma 0 0 0 Negatif
3 36 laki-laki Adenoma 2 1 4 Sedang
4 50 laki-laki Adenoma 0 0 0 Negatif
5 65 perempuan Adenoma 1 3 3 Sedang
6 61 laki-laki Adenoma 2 1 4 Sedang
7 7 laki-laki Adenoma 1 1 1 Lemah
8 65 perempuan Adenoma 1 1 1 Lemah
9 65 laki-laki Adenoma 1 2 2 Lemah
10 68 laki-laki Adenoma 0 0 0 Negatif
11 56 laki-laki Adenoma 1 1 1 Lemah
12 53 laki-laki Adenoma 0 0 0 Negatif
13 25 laki-laki Adenoma 0 0 0 Negatif
14 51 laki-laki Adenoma 0 0 0 Negatif
15 72 laki-laki Adenoma 0 0 0 Negatif
16 70 laki-laki Adenoma 3 3 9 Kuat
17 69 perempuan Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
2 2 5 Sedang
18 34 perempuan Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
2 3 6 Kuat
19 36 perempuan Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
3 3 9 Kuat
20 45 laki-laki Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
0 0 0 Negatif
21 58 laki-laki Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
0 0 0 Negatif
22 58 laki-laki Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
1 3 3 Sedang
23 33 laki-laki Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
0 0 0 Negatif
24 75 laki-laki Adenokarsinoma
Kolorektal Diferensiasi Baik
3 3 9 Kuat
25 67 laki-laki Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
1 2 2 Lemah
26 63 laki-laki Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
3 2 8 Kuat
27 38 laki-laki Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
3 2 8 Kuat
28 67 laki-laki Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
2 2 5 Sedang
29 58 perempuan Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
2 2 5 Sedang
30 50 perempuan Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
3 3 9 Kuat
31 57 perempuan Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
2 1 4 Sedang
32 52 laki-laki Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
3 3 9 Kuat
33 53 perempuan Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
3 1 7 Kuat
34 64 perempuan Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
3 3 9 Kuat
35 52 perempuan Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
1 2 2 Lemah
36 49 laki-laki Adenokarsinoma Diferensiasi Baik
1 2 2 Lemah
37 67 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 3 9 Kuat
38 60 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
2 2 5 Sedang
39 43 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
2 3 6 Kuat
40 63 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
2 3 6 Kuat
41 60 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
0 0 0 Negatif
42 46 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
2 3 6 Kuat
43 77 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 3 9 Kuat
44 31 perempuan Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 2 8 Kuat
45 64 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 2 8 Kuat
46 80 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 3 9 Kuat
47 75 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
0 0 0 Negatif
48 39 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 3 9 Kuat
49 42 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 3 9 Kuat
50 73 perempuan Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 3 9 Kuat
51 67 perempuan Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 2 8 Kuat
52 66 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 3 9 Kuat
53 44 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 2 8 Kuat
54 69 perempuan Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 3 9 Kuat
55 74 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
3 3 9 Kuat
56 42 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Sedang
2 2 5 Sedang
57 81 perempuan Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
2 2 5 Sedang
58 40 perempuan Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
3 3 9 Kuat
59 37 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
1 1 1 Lemah
60 54 perempuan Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
2 3 6 Kuat
61 33 perempuan Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
3 2 8 Kuat
62 55 perempuan Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
3 3 9 Kuat
63 38 perempuan Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
0 0 0 Negatif
64 43 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
2 2 5 Sedang
65 59 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
3 3 9 Kuat
66 42 perempuan Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
3 3 9 Kuat
67 59 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
1 2 2 Lemah
68 40 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
3 2 8 Kuat
69 31 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
1 3 3 Sedang
70 69 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
3 3 9 Kuat
71 54 laki-laki Adenokarsinoma
Diferensiasi Buruk
2 2 5 Sedang
72
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
73
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
74
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
75
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
76
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
77
Mukosa normal 1 1 1 Lemah
78
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
79
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
80
Mukosa normal 1 2 2 Lemah
81
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
82
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
83
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
84
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
85
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
86
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
87
Mukosa normal 0 0 0 Negatif
88
Mukosa normal 2 1 4 Sedang
89
Mukosa normal 0 0 0 Negatif