ekstraksi dan pemantauan ekstrak

28
FRAKSINASI (ECC) DAN PEMANTAUAN EKSTRAK I. Tujuan Percobaan 1. Memisahkan komponen-komponen dalam suatu senyawa berdasarkan sifat kepolarannya. 2. Mengetahui komponen yang ada dalam ekstrak menggunakan metode kromatografi lapis tipis. II. Teori Dasar Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda (Rahayu, 2009). Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut didalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat terlarut dalam air dan adapula senyawa yang dapat larut dalam pelarut organik. (Rahayu, 2009). Ekstraksi

Upload: yuyunrahayu

Post on 26-Dec-2015

1.787 views

Category:

Documents


130 download

DESCRIPTION

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda (Rahayu, 2009).

TRANSCRIPT

Page 1: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

FRAKSINASI (ECC) DAN PEMANTAUAN EKSTRAK

I. Tujuan Percobaan

1. Memisahkan komponen-komponen dalam suatu senyawa berdasarkan

sifat kepolarannya.

2. Mengetahui komponen yang ada dalam ekstrak menggunakan metode

kromatografi lapis tipis.

II. Teori Dasar

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan

perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda

(Rahayu, 2009). Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut

didalam 2 macam zat  pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata

lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut

air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya  sifat senyawa yang dapat

terlarut dalam air dan adapula senyawa yang dapat larut dalam  pelarut

organik. (Rahayu, 2009). Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk

memperlakukan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-

analit dari komponen matriks yang mungkin menggangu pada saat

kuantifikasi atau deteksi analit. Disamping itu, ekstraksi pelarut juga

digunakan untuk memekatkan analit yang ada didalam sampel dalam jumlah

kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi dan

kuantifikasinya. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase pelarut

organik seperti kloroform atau petroleum eter. Senyawa-senyawa yang

Page 2: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

bersifat polar akan ditemukan didalam fase air, sedangkan senyawa-senyawa

yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut anorganik. Analit yang

terekstraksi kedalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan

cara penguapan pelarut, sedangkan analit yang masuk kedalam fase air

seringkali diinjeksikan secara langsung kedalam kolom (Rohman, A. 2009).

Campuran dan dua fase pelarut dimasukkan kedalam corong pisah

dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan

digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong

ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang

berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase

berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase

larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong. (Rahayu, 2009).

Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa

organiklipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun

etilasetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut

yang memiliki atom dari unsur halogen. Pemisahan ini didasarkan pada tiap

bobot dari fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada pada bagian dasar

sementara fraksi yang lebih ringan akan berada di atas. Tujuannya untuk

memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang

lain. Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa

non polar akan masuk ke pelarut non polar. (Rahayu, 2009).

Ekstraksi cair-cair  dilakukan dengan cara pemisahan komponen

kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur. Dimana sebagian

Page 3: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

komponen larut pada fase pertama, dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu

kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai

terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan. Yakni fase cair dan

komponen kimi yang terpisah. (Sudjadi, 1986).

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu

kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat - zat yang sangat mirip

mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut

kromatogram (Khopkar, 2008).

Dalam kromatografi, komponen - komponen terdistribusi dalam dua

fase yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan

fase diam terjadi bila molekul - molekul campuran serap pada permukaan

partikel - partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya

digantungkan dari ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di

dasar dan solven merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada

bentuk turun, kertas dipasang dengan erat dalam sebuah baki solven di

bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh daya kapiler dibantu

dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai bergerak hampir

sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu

hal yang berhasil, solut - solut dari campuran semula akan berpindah tempat

sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda, untuk membentuk sederet

noda - noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu saja noda -

nodanya dapat terlihat. Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap

secara stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase

Page 4: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir

melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung,

sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada

lempeng kaca atau lembaran plastik.

Kromatgrafi Kertas

Teknik kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon

dan Martin (1994), yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase

diam. Kertas merupakan selulosa murni yang memiliki afinitas terhadap air

atau pelarut polar lainnya. Bila air diadsorbsikan pada kertas, maka akan

membentuk lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom.

Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase

diam yang terserap di antara struktur pori kertas. Cairan fase bergerak yang

biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air, akan mengalir

membawa noda cuplikan yang didepositkan pada kertas dengan kecepatan

yang berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing

komponen di antara fase diam dan fase bergeraknya. Kromatografi kertas

digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuntitatif. Senyawa -

senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya asam

amino, gula - gula, dan pigmen - pigmen alam. Dalam teknik kromatografi

kertas, proses pengeluaran asam mineral dari kertas disebut desalting.

Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada

jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis

horizontal. Setelah kertas dikeringkan, diletakkan di ruang yang sudah

Page 5: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Penjenuhan dapat

dilakukan 24 jam sebelum analisis. Descending adalah salah satu teknik di

mana cairan dibiarkan bergerak menuruni kertas akibat gravitasi. Pada

teknik ascending, pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler. Nilai Rf

harus sama baik pada descending maupun ascending. Sedangkan yang ketiga

dikenal sebagai cara radial atau kromatografi kertas sirkuler. Kondisi -

kondisi berikut harus diperhatikan untuk memperoleh nilai Rf yang

reprodusibel. Temperatur harus dikendalikan dalam variasi tidak boleh lebih

dari 0,5°C. Kertas harus didiamkan dahulu paling tidak 24 jam dengan

atmosfer pelarutnya, agar mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran

pelarutnya pada kertas. Dilakukan beberapa pengerjaan yang parallel, Rfnya

tidak boleh berbeda lebih dari 0,02 (Khopkar, 2008).

Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, di mana

adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang

diadsorbsi pada permukaan fase diam. dan kepolaran komponen

berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut  jika

memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan

fase gerak.

Suatu atomiser umumnya digunakan sebagai reagent penyemprot

bila batas permukaan pelarut dan zat terlarut dalam kertas ingin dibuat dapat

dilihat. Atomiser yang halus lebih disukai. Gas - gas juga dapat digunakan

sebagai penanda bercak, untuk karbohidrat notasi Rg digunakan untuk

menggantikan Rf. Setelah penandaan bercak batas permukaan, selanjutnya

Page 6: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

dapat dilakukan analisis kalorimetri atau spektroskopi reflektansi bila

sampel berupa logam. Materi yang terdapat di dalam kertas dapat ditentukan

secara langsung dengan pelarutan. Kromatografi kertas selain untuk

pemisahan dan analisis kuantitatif, juga sangat bermanfaat untuk

identifikasi. Hal ini dapat dilakukan misalkan dengan membuat grafik antara

Rm α terhadap jumlah kation dalam suatu deret homolog (Khopkar, 2008).

Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak

sebagai tempat untuk mengalirnya fase gerak. Berbagai macam kertas yang

secara komersial tersedia adalah whatman 1, 2, 31 dan 3 MM, kertas asam

asetil, kertas kieselgurh, kertas silikon dan kertas penukar ion juga

digunakan. Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa yang

dimodifikasi dan kertas serat kaca. Zat - zat hidrofobik dapat dipisahkan

pada kedua jenis kertas terakhir ini. Kertas asam asetil atau kertas silikon

dapat digunakan untuk zat - zat hidrofobik, sedangkan untuk reagent yang

korosif, kertas serat kaca dapat digunakan. Untuk memilih kertas, yang

menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan,

difusivitas pembentukan spot, efek tailing dan pembentukan komet serta laju

pergerakan pelarut terutama untuk teknik descending (Khopkar, 2008).

Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran

senyawa menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang

menggunakan kromatografi juga merupakan analisis cepat yang

memerlukan  bahan sangat sedikit, baik menyerap maupun merupakan

Page 7: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang

sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan

dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat digunakan untuk mencari

kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dengan sifat

kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti silika gel adalah

senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif

seperti asam sulfat. (Fessenden, 2003)

Kromatografi lapis tipis atau TLC(Thin layer chromatography)

seperti halnya kromatografi kertas, murah dan mudah dilakukan.

Kromatografi ini mempunyai satu keunggulan dari segi kecepatan dan

kromatografi kertas. Kromatografi lapis tipis membutuhkan hanya setengah

jam saja, sedangkan pemisahan yang umum pada kertas membutuhkan

waktu beberapa jam. TLC sangat terkenal dan rutin digunakan di berbagai

laboratorium. Media pemisahannya adalah lapisan dengan ketebalan sekitar

0,1-0,3 mm zat padat adsorben pada lempeng kaca, plastic dan aluminium.

Lempeng yang paling umum digunakan yang berukuran 8x2 inchi. Dan zat

padat yang digunakan adalah alumina, TLC kadang-kadang disebut dengan

kromatografi planar. Tidak ada cara yang mudah dalam mengelusi

komponen sampel dari lempengan (kertas) untuk melintasi sebuah detektor

tetapi telah dikembangkan peralatan untuk mengamati lempengan dengan

sifat-sifat sampel seperti itu adsorpsi sinar UV dan pengedaran. (Undewood.

2002)

Page 8: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

Pertimbangan untuk pemilihan pelarut pengembang (eluen)

umumnya sama dengan pemilihan eluen untuk kromatografi kolom. Dalam

kromatografi adsorpsi, pengelusi eluen naik sejalan dengan pelarut

(misalnya dari heksana ke aseton, ke alkohol, ke air). Eluen pengembang

dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu.

Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tiggi.

Terdapatnya sejumlah air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan

kromatogram yang tidak diharapkan. KLT merupakan contoh dari

kromatografi adsorpsi. Fase diam berupa padatan dan fase geraknya dapat

berupa cairan dan gas.  Zat terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan partikel

padat. Kromatografi adsorpsi memiliki beberapa kekurangan, yaitu : a.

pemilihan fase diam(adsorben), b. koefisien distribusi untuk seringkali

tergantung pada kadar total, sehingga pemisahannya kurang sempurna.

(Soebagio,dkk. 2002)

Secara teori, pemisahan kromatografi yang baik akan diperoleh jika

fase diam mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya sehingga terjadi

kesetimbangan yang baik antara fasegas dan fase diam. Persyaratan kedua

agar pemisahan baik adalah fase gerak bergerak dengan cepat sehingga

difusi menjadi sekecil-kecilnya. (Gritter etal . 1991).

III. Alat dan Bahan

Alat :

- Corong pisah

- Pipet volume

- Alumuniun foil

- Batang pengaduk

Page 9: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

- Cawan penguap

- Chamber

- Corong

- Gelas kimia

- Gelas ukur

- Kaca arloji

- Kertas saring

- Neraca analitik

- Plat KLT

- Pipet tetes

- Pipa kapiler

- Oven

Bahan :

- Aquadest

- Ekstrak batang pulasari

- Pelarut n-heksan

- Pelarut etil asestat

- Pelarut kloroform

- Pelarut etanol

IV. Prosedur Percobaan

ECC

Disiapkan corong pisah ukuran 250 ml yang telah bersih dan

sebelum digunakan telah dibilas dengan menggunakan etanol kemudian

dikeringkan. Ditimbang sebanyak 5-7 gram ekstrak kental dan dilarutkan

dalam 100 ml air. Kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan telah

dipastikan bahwa keran bagian bawah corong pisah dalam keadaan tertutup.

Lalu ditambah dengan 100 ml n-heksan. Penutup corong pisah dipasang dan

penutup ditekan dengan telunjuk tangan kanan, sedangkan jari yang lain

menggenggam badan corong pisah. Kemudian corong pisah dikocok dengan

Page 10: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

hati-hati. Setiap satu menit, keran dibuka untuk mengurangi tekanan uap

yang terjadi di dalam corong pisah. Setelah beberapa kali pengocokan

selama 10 menit, corong pisah disimpan dengan tegak pada klem, dan

membiarkannya hingga kedua lapisan terpisah dengan jelas. Setelah itu,

ditampung lapisan bagian bawahnya pada wadah bersih untuk diuapkan.

Kemudian ditambahkan etil asetat dan dilakukan prosedur seperti

penambahan n-heksan.

KLT

Plat yang akan digunakan sebelumnya diaktivasi terlebih dahulu

dengan cara dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 10 menit.

Setelah itu sambil menunggu pengaktivasian plat, chamber dijenuhkan

terlebih dahulu dengan kertas saring di dalamnya yang telah berisi

pengembang/fase gerak tertentu dan chamber ditutup rapat hingga chamber

jenuh. Setelah jenuh, masukkan plat yang sebelumnya telah diaktivasi dan di

beri tanda batas atas dan bawah dan telah ditotolkan dengan ekstrak

menggunakan pipa kapiler. Kemudian tunggu hingga pengembang naik

sampai batas yang ditentukan. Setelah itu plat dikeringkan lalu setelah

kering dilakukan identifikasi menggunakan sinar UV.

Page 11: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

V. Data Pengamatan dan Perhitungan

Pengunaan eluen n-heksan : etil dengan perbandingan (6 : 4)

Jarak eluen = 4.5 cm

Jarak bercak (cm)

Pada sinar UV 254 nm 1 2.1 2.5 3.4

Pada Sinar UV 352 nm 1 1.3 1.8 2.1

Sinar UV 254 nm Sinar UV 352 nm

Perhitungan Rf

Rf dalam sinar UV 254 nm Rf dalam sinar UV 352 nm

VI. Pembahasan

Page 12: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

Ekstraksi cair-cair adalah salah satu metode fraksinasi yang

digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran

berdasarkan kemiripan sifatnya. Dalam percobaan ini, dilakukan ekstraksi

berdasarkan kemiripan sifat kepolarannya menggunakan pelarut polar yaitu

air, pelarut semi polar yaitu etil asetat dan pelarut non polar yaitu n-heksan.

Sebelum dilakukan pemisahan dengan ekstraksi cair-cair, ekstrak

batang pulasari dilarutkan terlebih dahulu menggunakan sedikit alkohol

karena ekstrak tidak larut dengan baik dalam air. Setelah dilarutkan dengan

alkohol, ditambahkan air (aquadest) sedikit demi sedikit agar ekstrak tidak

kembali menggumpal. Penggunaan alkohol hanya untuk mempermudah

ekstrak larut dalam air. Alkohol tidak digunakan sebagai pelarutnya karena

sifatnya yang merupakan pelarut universal yang artinya bila digunakan, saat

dilakukan ekstraksi kemungkinan tidak dapat memisahkan komponen

berdasarkan kepolarannya karena komponennya larut dalam alkohol.

Ekstrak yang telah larut dalam air dimasukkan ke dalam corong

pisah dan kemudian ditambahkan pelarut non polar yaitu n-heksan. Lalu

corong pisah ditutup dan dikocok dengan menggoyangkan corong.

Pengocokan dilakukan jangan terlalu lambat atau terlalu cepat. Bila telalu

lambat, pemisahan tidak sempurna atau bahkan senyawa tidak tertarik dan

terpisah. Bila pengocokan terlalu cepat, akan terbentuk globul-globul pada

larutan sehingga saat pengambilan fraksi akan sulit karena fraksi bercampur.

Pengocokan dilakukan selama 10 menit dengan sesekali keran corong pisah

Page 13: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

dibuka agar gas yang terbentuk keluar dan tekanan di dalam corong sama

dengan tekanan diluar sehingga saat tutup corong dibuka tidak meledak.

Ekstrak yang telah dikocok dengan n-heksan kemudian didiamkan

sebentar agar terlihat larutan yang terpisah. Fraksi paling atas merupakan

fraksi n-heksan dan yang di bawah merupakan fraksi air. Hal ini diketahui

dari berat jenis n-heksan yang lebih kecil dari berat jenis air. Fraksi n-heksan

diambil dan disimpan dalam cawan uap. Lalu fraksi n-heksan yang didapat,

diuapkan hingga didapat fraksi n-heksan pekat.

Fraksi air yang masih di dalam corong pisah, ditambahkan pelarut

semi polar yaitu etil asetat. Corong pisah ditutup dan kemudian dikocok.

Prosedur sama dengan mengambil fraksi n-heksan. Setelah pengocokan

selama 10 menit, ekstrak didiamkan sebentar agar terlihat larutan yang

terpisah. Fraksi paling atas merupakan fraksi etil asetat dan yang di bawah

merupakan fraksi air. Hal ini diketahui dari berat jenis etil asetat lebih kecil

dibandingkan berat jenis air. Fraksi etil asetat diambil dan disimpan dalam

cawan uap. Kemudian fraksi etil asetat diuapkan hingga didapat fraksi etil

asetat pekat. Fraksi air yang ada dalam corong pisah disimpan dalam beaker

glass.

Fraksi n-heksan sebagai fraksi non polar dan fraksi etil asetat sebagai

fraksi semi polar yang telah pekat kemudian digunakan untuk dilakukan

pemantauan ekstrak menggunakan KLT. Pemantauan hanya dilakukan pada

fraksi semi polar dan non polar serta ekstrak yang telah diencerkan sebagai

pembandingnya. Pada fraksi air sebagai fraksi polar tidak dilakuakn

Page 14: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

pemantauan sebab sifatnya yang polar akan sulit terjadinya pemisahan yang

baik.

Pemantauan ekstrak adalah suatu metode yang digunakan untuk

memantau ada tidaknya senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam

ekstrak batang pulasari. Ekstrak diperoleh dari hasil metode maserasi dan

positif mengandung beberapa metabolit sekunder dari hasil skrining

fitokimia. Metode yang digunakan dalam pemantauan ekstrak batang

pulasari yaitu metode kromatografi lapis tipis.

Kromatografi lapis tipis adalah salah satu cara analisis yang

digunakan untuk memisahkan komponen secara cepat berdasarkan prinsip

adsorpsi. Metode ini sangat sesuai untuk analisis kualitatif campuran dalam

skala mikro. Kromatografi ini menggunakan lempengan kaca atau

aluminium yang dilapisi dengan adsorben berupa serbuk halus yang serba

rata pada lempeng dengan ketebalan 0,1 - 0,25 mm.

Fase diam dalam kromatografi lapis tipis adalah bagian yang

bertindak sebagai penjerap yang berupa padatan. Pemilihan penjerap terbaik

ditentukan oleh senyawa yang akan dipisahkan:

1.    Sifat kelarutan, apakah senyawa hidrofil atau lipofil.

2.    Reaksinya asam, basa atau netral.

3.    Apakah ada reaksi antara zat terlarut dengan penjerap atau

pelarut pengembang.

Untuk mendapatkan pemisahan yang baik dan zona yang jelas maka

konsentrasi sampel yang digunakan untuk KLT haruslah sekecil mungkin.

Page 15: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

Konsentrasi yang besar dan sampel akan memberikan zona pemisahan yang

tumpang tindih (overload).

Plat KLT terlebih dahulu dikeringkan di oven yang bertujuan untuk

menguapkan air yang terperangkap di dalam plat KLT sehingga plat dapat

memisahkan komponen dengan baik. Ekstrak dilarutkan dengan etanol

karena etanol merupakan pelarut semi polar sehingga dapat melarutkan

senyawa yang bersifat non polar dan polar. Pada saat penotolan dilakukan

setipis mungkin agar pemisahan berjalan secara sempurna. Plat KLT diberi

batas dengan pensil yaitu setinggi 1 cm dari bagian bawah dan 0.5 cm dari

bagian atas. Pemberian batas dilakukan agar proses elusi tidak berjalan baik

karena tidak terpengaruh ekstrak yang tercelup dalam eluen dan perhitungan

Rf dapat dipantau dengan baik.

Eluen terlebih dahulu dijenuhkan sebelum dimasukkan plat KLT

dengan cara memasukan kertas saring ke dalam chamber dan ditutup. Kertas

saring yang dimasukan kedalam chamber adalah sebagai penanda bahwa

eluen memenuhi dinding chamber sehingga proses elusi akan berjalan

dengan baik. Pada saat penjenuhan, chamber ditutup karena apabila eluen

dibiarkan terbuka, fase gerak akan habis menguap. Pada saat penjenuhan,

chamber tidak boleh diangkat dengan tujuan agar tekanan dalam larutan

stabil dan tidak terjadi penguapan lebih cepat pada eluen yang bersifat

volatil. Setelah proses penjenuhan selesai maka plat KLT yang sudah

ditotolkan dengan ekstrak langsung dimasukkan kedalam chamber.

Page 16: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

Eluen yang digunakan dalam percobaan kali ini dilakukan elusi

menggunakan berbagai perbandingan eluen yang lain seperti n-heksan:etil

asetat kloroform:etil asetat dan etil asetat:metanol dengan perbandingan

berbeda-beda namun hasil yang tampak adalah bercak tidak terpisah atau

terpisah namun terjadi tailing. Pemantauan ekstrak dengan melakukan

beberapa kali uji kromatografi dengan kombinasi eluen yang berbeda

ditujukan untuk melihat pemisahan yang paling baik dengan eluen tertentu.

Bila eluen terlalu polar, bercak akan berada pada posisi paling atas plat dan

nilai Rf besar. Bila eluen terlalu non polar, bercak akan berada pada posisi

paling bawah plat dan nilai Rf kecil. Nilai Rf paling baik adalah pada

rentang 0.2-0.8.

Pada percobaan, setelah dilakukan pemantauan menggunakan

berbagai kombinasi eluen, didapat hasil yang lebih baik pada kombinasi

eluen n-heksan:etil asetat dengan perbandingan 6:4. Pada pemantauan

menggunakan eluen ini, didapat 4 bercak yang sama antara fraksi etil asetat

dan ekstrak dalam sinar UV 245 nm dan 352 nm. Antara fraksi n-heksan dan

ekstrak, hanya 1 bercak yang terlihat dalam sinar UV 254 nm, dan bercak

tidak terlihat sama sekali dalam sinar UV 352 nm. Dalam percobaan ini,

diambil Rf yang terlihat dalam sinar UV 352 nm yaitu milik fraksi etil asetat

dan ekstrak yang terlihat.

Pada bercak paling bawah berwarna biru, Rf yang didapat 0.22. Lalu

bercak kedua berwarna kuning diatas bercak pertama memiliki nilai Rf

0.289. Bercak ketiga berwarna kuning diatas bercak kedua memiliki nilai Rf

Page 17: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

0.4. Pada bercak keempat yang berada diatas bercak ketiga berwarna kuning,

nilai Rf yang didapat adalah 0.467. Nilai Rf pada percobaan ini

menunjukkan hasil pemisahan baik karena nilainya berada diantara 0.2-0.8,

namun bercak masih berdempetan antara bercak ketiga dan keempat.

Kemungkinan kombinasi eluen masih kurang tepat.

VII. Kesimpulan

1. Ekstraksi Cair-Cairdigunakan untuk pemisahan komponen berdasarkan

sifat kepolarannya.

2. Pemisahan komponen non polar menggunakan pelarut n-heksan.

3. Pemisahan komponen semi polar menggunakan pelarut etil asetat.

4. Komponen polar berada dalam larutan air.

5. Pemantauan ekstrak menggunakan kromatografi lapis tipis.

6. Pemantauan ekstrak menggunakan kombinasi eluen n-heksan:etil asetat

dengan perbandingan 6:4.

7. Terdapat 4 bercak fraksi etil asetat yang sama dengan bercak ekstrak.

8. Terdapat 1 bercak fraksi n-heksan yang sama dengan bercak ekstrak.

9. Rf pada fraksi etil asetat adalah 0.22, 0.289, 0.4, dan 0.467.

VIII. Daftar Pustaka

Fessenden. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

Gritter. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung : ITB.

Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

Page 18: Ekstraksi dan Pemantauan Ekstrak

Rahayu, L. 2009. Isolasi dan Identivikasi senyawa flavonoid dari Biji

Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.). Universitas Brawijaya:

Malang.

Rohman,. A,. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Soebagio,dkk. 2002. Kimia Analitik. Malang : FMIPA UNM.

Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Kanisius: Yogyakarta.

Underwood.2002. Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.