ekstraksi mangrove
DESCRIPTION
ekstralsi mangrofTRANSCRIPT
B
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat disepanjang pantai muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini disebut pula sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar. Biasanya di tempat yang tak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran sungainya banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh baik dan meluas.
Pemanfaatan hutan mangrove sampai saat ini hanya sebatas kepada pemanfaatan langsung yaitu sebagai bahan bakar, bahan bangunan, alat penangkap ikan, makanan, minuman, peralatan rumah tangga, pertanian (pupuk), produk kertas dan sebagai fishingground bagi organisme laut. Keistimewaan dari mangrove merupakan tumbuhan yang dapat hidup pada salinitas tinggi, memiliki tanah yang berlumpur, lembek dan sedikit mengandung humus. Hal ini tentu dapat dihubungkan dengan banyak permasalahan yang meliputi aspek biologi, fisik dan ekonomi perairan. Namun di sini, akan dilakukan kajian tentang peranan mangrove sebagai bahan bioaktif antibakteri patogen terhadap udang tambak, dalam rangka membantu meningkatkan produktifitas pada sektor industri perikanan.1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh ektraks mangrove yang berfungsi sebagai bahan bioaktif, yang dapat menghambat dan membunuh bakteri vibriosis yang sering menyerang udang yang dibudidayakan oleh petani tambak Indonesia. Manfaat yang diperoleh adalah diketahuinya komponen bioaktif yang ada pada daun mangrove Avicennia alba yang merupakan penelitian dasar yang dapat dikembangkan dimasa datang sebagai zat bioaktif dalam pembudidayaan udang di Indonesia. 1.3 Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah ditemukannya zat bioaktif yang diperoleh dari tumbuhan mangrove, yang dapat digunakan sebagai bahan antimikroba, terutama untuk bakteri vibrio sp yang merupakan penyebab utama penyakit udang yang di budidayakan di Indonesia. Dari hasil pencaharian literatur sampai saat ini belum ada zat bioaktif yang berasal dari mangrove yang dipatenkan (HAKI) baik untuk farmasi maupun makanan, sehingga merupakan suatu kesempatan untuk mempatenkan zat bioaktf yang berasal dari mangrove sebagai bioaktif untuk antibiotik atau antimikrobial.1.4 Keutamaan Penelitian
Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam meningkatkan hasil produksi budidaya tambak udang adalah dengan cara mengatasi kendala-kendala yang dapat menghambat kelancaran proses produksi budidaya udang, diantaranya adalah mengatasi serangan-serangan virus dan bakteri yang dapat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan udang di tambak.
Penanggulangan penyakit udang windu telah dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah penggunaan ekstrak bahan-bahan alam untuk mencegah dan mengobati penyakit udang. Penyakit yang sering menjadi kendala besar bagi para petambak udang windu saat ini adalah penyakit vibriosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri-bakteri vibrio. Salah satu ekstrak bahan alam yang dapat digunakan dalam mengatasi serangan penyakit vibriosis tersebut adalah dari ekstrak tumbuhan mangrove Avicennia alba.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa selain untuk mengatasi serangan penyakit vibriosis, penggunaan ekstrak mangrove tersebut dapat juga dapat meningkatkan ketahanan hidup udang windu setelah diinfeksi dengan bakteri vibrio harveyi dan penurunan jumlah bakteri yang terdapat pada tubuh udang. Gambaran histology memperlihatkan terjadinya kenormalan pada organ pencernaan dengan penuhnya saluran pencenaan oleh pakan setelah pemberian ekstrak bahan-bahan alam. Jadi ekstrak mangrove memiliki fungsi ganda terhadap proses peningkatan produksi di tambak.
Penyakit vibriosis dikenal sebagai penyakit yang berkembang subur pada perairan tropis sedangkan di Indonesia telah menyebar budidaya udang hampir di seluruh wilayah, yaitu Jawa, Bali, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Aceh (Taslihan 1991). Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus mempersiapkan diri dengan matang dalam menghadapi penyakit vibriosis sebagai masalah yang besar bagi dunia perikanan. Maka setelah ditemukan beberapa bahan alam yang dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut, pemerintah berusaha menyebarluaskannya kepada petambak, khususnya petambak udang.
Kita dapat membandingkan keunggulan mangrove dan bahan-bahan kimia sintetis dalam penggunaannya untuk mengatasi serangan penyakit vibriosis pada udang windu. Tumbuhan mangrove cenderung tidak menimbulkan efek samping sehingga aman dalam penggunaanya. Selain itu, tumbuhan mangrove juga mudah didapat.BAB II
STUDI PUSTAKA
Hutan mangrove memiliki persyaratan tumbuh yang berbeda dengan tanah kering. Berdasarkan tempat tumbuhnya hutan mangrove dapat dibedakan pada empat zone, salah satunya adalah zona Avicennia sp, merupakan zona yang letaknya diluar hutan bakau, memiliki tanah yang berlumpur, lembek dan sedikit mengandung humus (Badrudin, 1993). Daerah penyebaran hutan mangrove pada batas pantai yang mengarah ke laut didominasi oleh Avicennia sp, yaitu jenis bakau yang mempunyai akar gantung (aerial root), selanjutnya pohon bakau merah Rhizophora (Hutabarat dan Evans, 1985).
Salah satu yang menjadi sumber antibiotik alami adalah tumbuhan mangrove, yang merupakan kekayaan alam potensial, kurang lebih 27% populasi mangrove dunia tumbuh di Indonesia. Di Indonesia hutan mangrove tersebar di sepanjang pantai Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya. Jenis yang sering ditemukan di Indonesia dan merupakan ciri-ciri utama dari hutan mangrove adalah genera Avicennia, Sonneratia, Ceriops, Brugueira, dan beberapa spesies dari genera Rhizophora (Nobbs, and McGuinness, 1999). Hutan mangrove atau hutan mangal adalah suatu komunitas tanaman yang hidup di daerah tropis dan sub tropis pinggir pantai. Terdiri dari lebih kurang 30 famili dan lebih dari 100 spesies yang berupa pohon atau semak belukar (Nybakken, 1993). Lebih kurang 60-75 % garis pantai di daerah tropis ditumbuhi oleh hutan mangrove.
Senyawa kimia dari tumbuhan yang berperan sebagai antimikrobial yaitu dari golongan alkaloid dikenal sebagai berberina, emitina, kuinina dan tetrametil pirazina ; dari golongan fenolik biasanya pada jaringan kayu terdapat senyawa asam amino aromatik, yang berasal dari jalinan asam sikimatnya dapat berperan sebagai herbisida serta tanin yang biasanya dikenal untuk menyamak kulit, karena mereka memotong dan mendenaturasi protein serta mencegah proses pencernaan bakteri. Flavonoid yang mudah larut dalam air pada tumbuhan berfungsi untuk kerja antimikroba dan antivirus; serta isoprenoid dengan turunannya saponin triterpenoid merupakan irritan yang kuat dan berperan sebagai antimikrobial. Sebagian besar fitoaleksin adalah fenil propanoid yang merupakan produk dari asam sikimat, beberapa diantaranya merupakan senyawa isoprenoid dan poliasetilena (Rowe, 1989).
Flavonoid ditemukan hampir pada semua tumbuhan tingkat tinggi. Sedikitnya terdapat 4000 struktur flavonoid yang telah dilaporkan. Kelas flavonoid lainnya adalah flavon, flavonol, flavanon, flavanonol yang kurang begitu berwarna terutama pada tumbuhan berkayu (Harborne, 1987).
Salah satu sifat yang dimiliki oleh suatu antibiotik adalah mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme patogen spesifik. Selanjutnya Efendi (1998), menambahkan bahwa pathogenitas merupakan salah satu ciri utama mikroorganisme. Mikroba dapat menimbulkan penyakit, kemampuannya untuk menimbulkan penyakit merupakan ciri khas organisme tersebut.
Tumbuhan mangrove mengandung senyawa seperti alkaloid, flavonoid, fenol, terpenoid, steroid dan saponin. Golongan senyawa ini merupakan bahan obat-obatan modern (Eryanti et al., 1999). Akan dilakukan pengujian produksi antibiotik dari ekstrak ini terhadap bakteri Vibrio sp dan diharapkan antibiotik yang dihasilkan dapat digunakan dalam menanggulangi penyakit kunang-kunang dan vibriosis pada ikan dan udang yang bernilai ekonomis pada usaha-usaha budidaya.
Dari survey awal yang telah dilakukan, diketahui bahwa beberapa spesies mangrove (R apiculata, B gymnorhyza) (A. alba, N. fruticans) memiliki efek antimikrobial terhadap bakteri Vibrio (Effendi,1998). Namun golongan senyawa kimia yang menghambat bakteri tersebut dan juga efektivitasnya belum diketahui dengan pasti.
Penyakit Vibriosis disebabkan oleh bakteri gram negatif Vibrio yaitu; V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, dan V. anguillarum. Penyakit tersebut dapat dideteksi dengan mengisolasi bakteri dari tubuh udang sakit dan menanamnya pada media agar selektif untuk Vibrio, yaitu TCBS Agar. Pada media ini koloni bakteri yang tumbuh tampak berwarna kuning dan hijau (Effendi, 1998).
Dari hasil penelitian awal (Feliatra, 2000) yang dilakukan terhadap beberapa spesies mangrove memiliki anti mikrobial terhadap bakteri vibrio sp. Sensitifitas bakteri terhadap beberapa mangrove yang dilakukan dengan menggunakan diagnosis melalui metoda cakram (paper disk method) dengan mengamati zona bebas bakteri (clear zone) di sekitar sampel (Tabel 1).
Tabel 1. Daya hambat beberapa spesies mangrove terhadap bakteri Vibrio sp.
No.Spesies MangroveZona bebas Bakteri
1Rhizoopra apiculata1,5 3 mm
2.Nypa fruticans2,5 4,5 mm
3.Bruiuiera gymnorrhiza1,5 3, 5 mm
4. Aviciennia alba3,5 5,5 mm
Alam (2000) menyatakan bahwa ekstrak mangrove dapat menekan laju pertumbuhan Vibrio harveyi. Pada media lumpur dan air laut. Selanjutnya Yasmon (2000) menyatakan ekstrak mangrove bersifat antibakteril terhadap bakteri Vibrio parahamolyticus pada media lumpur dan air laut. Dari sampel yang digunakan bahwa daun mangrove lebih efektif dibandingkan buah dan kulit mangrove. Siregar (2000) menyatakan bahwa mangrove Sonneratia ovate memiliki sensitifitas yang lebih tinggi pada bakteri Vibrio parahaemolyticus pada daun dibandingkan dengan buah dan kulit. Tetapi sampai saat ini belum diketahui zat bioaktif apa yang dimiliki oleh tumbuhan mangrove yang dapat menghambat bakteri vibrio sp tersebut.BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen. Pelaksanaan kegitan penelitian dibagi menjadi dua tahap (dua tahun) yaitu tahap pertama (tahun pertama) dilakukan ekstraksi komponen bioaktif, pengujian aktivitas ekstrak komponen bioaktif terhadap bakteri vibrio sp dan pengujian pengelompokan senyawa bioaktif yang positif terhadap bakteri vibrio sp. Pada tahap kedua (tahun kedua) dilakukan isolasi dan penentuan struktur kimia senyawa bioaktif dengan prinsip isolasi dipandu bioassay.
3.1 Pengambilan Sampel
Sampel yang akan dijadikan ekstrak berasal dari tumbuhan mangrove ( Avicennia alba) yang terdapat di kawasan hutan mangrove Tanjung Api-api, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Sampel tumbuhan berupa daun di bawa ke laboratorium untuk penanganan selanjutnya.
3.2 Proses Ekstraksi Komponen Antimikroba
Sebelum ekstraksi dilakukan uji kelompok senyawa (alkaloid, steroid, flavonoid dan terpenoid).
Dalam proses ekstraksi ini dilakukan terhadap serbuk kering daun tanaman mangrove (Avicennia alba)
Ekstraksi komponen bioaktif daun tanaman mangrove dilakukan dengan 4 jenis pelarut (gambar 1). Sebanyak 100 gram serbuk kering daun diekstrak dengan masing-masing pelarut.
Filtrat yang diperoleh dievaporasi pelarutnya sehingga diperoleh ekstrak kental, kemudian ditimbang dan dilakukan uji aktivitas terhadap bakteri Vibrio sp.
Gambar 1. Uji pendahuluan
3.3 Uji Aktivitas terhadap bakteri Vibrio sp.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar yang tergantung pada difusi senyawa antibiotik ke dalam agar. Senyawa antibiotik tersebut diresapkan pada kertas cakram yang berdiameter 6 mm. Kertas cakram ini ditempatkan pada permukaan media yang telah diinokulasi bakteri pathogen yang akan diuji. Setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35-37 0C, diamati daerah hambatan di sekitar kertas cakram. Daerah hambatan yang terbentuk merupakan daerah bening di sekitar kertas cakram, yang menunjukkan bakteri pathogen atau mikroorganisme yang diuji telah dihambat oleh senyawa antimikrobial yang berdifusi ke dalam agar dari kertas cakram (Amsterdam, 1992).
Ekstraksi ini diambil dengan konsentrasi 10% b/v, untuk perendaman kertas cakram dengan diameter 6 mm. Respon aktifitas yang positif ditunjukkan dengan adanya daerah bening (clear zone) pada sekitar medium yang telah diinokulasi bakteri Vibrio sp, dimana daerah bening ini merupakan zona hambat yang dibentuk oleh ekstrak dan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak. Efektivitas antibotik akan terlihat dengan adanya jarak zona hambat tertinggi pada konsentrasi kecil.
3.4 Isolasi dan Penentuan Struktur Senyawa Bioaktif
Isolasi senyawa bioaktif hanya dilakukan pada Komponen ekstrak yang memberikan test positif terhadap bakteri vibrio sp. Untuk memisahkan senyawa-senyawa yang ada dalam ekstrak dilakukan fraksinasi dengan menggunakan kromatografi kolom dengan fasa diam silica gel sesuai dengan kelompok senyawa yang ada. Kolom dielusi menggunakan eluen n-heksana, etilasetat dan diklorometan, metanol. Hasil fraksinasi yang memili Rf yang sama dikumpulkan menjadi satu, dan lakukan kembali uji aktivitas terhadap bakteri Vibrio sp. Fraksi yang memberikan hasil uji positif dilakukan pemurnian dengan pengoloman ulang atau direkristalisasi. Senyawa murni yang diperoleh dianalisis secara fisikokimia dengan, UV, IR
Gambar 2. Skema kerja penelitian
BAB IV
PEMBIAYAANPenelitian ini akan didanai oleh Dana Hibah Penelitian Strategis Nasional dapat dilihat pada Tabel 2, sedang perinciannya dapat dilihat pada Lampiran 1.No.Komponen PembiayaanJumlah Pembiayaan
(Rupiah)
1.Honor tim penelitian 26,480,000
2.Bahan habis pakai dan peralatan penelitian54,120,000
3.Perjalanan, Akomodasi 14,400,000
4.Laporan, Seminar, dan Jurnal 5,000,000
Jumlah Keseluruhan 100,000,000
Terbilang: Seratus Juta RupiahDAFTAR PUSTAKA
Alam, S. 2000. Efektifitas ekstrak mangrove Nypa Fruticans terhadap baktei Vibrio harveyi didalam lumpur dan air laut. Skripi Sarjana. Laboratorium Mikrobiologi Laut Universitas Riau. 45p.
Amsterdam, D., 1992. Susceptibility. Dalam Alexander, M., D.A., Hopwood, Iglewski, B.H. dan Laskin, A.I., peny. Encyclopedia of Microbiology. Academic Press Inc., San Diego.Badrudin. A. 1993. Sekilas mengenai hutan bakau di Propinsi Riau. Makalah disampaikan dalam seminar sehari deforesasi hutan mangrove. 7 Januari 1993. Fakultas Perikaan Universitas Riau. Pekanbaru 10 hal.Brown, M.S. 1984. Mangrove leaf litter production and dynamics. P. 231 238. In Snedakker J.G (ed). The mangrove Ecosystem. Research methods. Unesco. Paris.Edberg and Berger 1986. Antibiotik dan infeksi. (terjemahan Chandra Sanusi) penerbit buku kedokteran. EGC Jakarta 219 halaman.Efendi I. 1998. Mangrove di Daerah Riau. Pekanbaru. Lembaga Penelitian Universitas Riau.45 hal.Eryanti. 1999. Identifikasi dan isolasi senyawa kimia dari Mangrove (hutan Bakau). Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan Universitas Riau. 18 hal.
Feliatra. 1998. Isolasi dan identifikasi bakteri heterotrof yang terdapat pada daun Mangrove (Avicienna sp dan Sonneratia sp) dari kawasan Stasiun Kelautan Dumai. Jur Natur Indonesia.Vol. 3.No 2 : 104 112Feliatra. 1999. Identifikasi bakteri Patogen (Vibrio sp ) di Perairan Nongsa Batam. Riau. Jurnal Natur Indonesia. Vol.II:(2)
Feliatra. 2000. Studi awal tumbuhan Mangrove sebagai antimikroba. Lembaga Penelitian Universitas Riau. 22 hal. Gritter, R.J., James, M.B., dan Arthur, E.S., 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi ke-2. Institut Tekhnologi Bandung. Bandung.Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Ed ke-2. Terjemahan K. Padmawinata dan I. Soediro. Institut Tekhnologi Bandung. Bandung.Hutabarat, S. dan Evans M.S. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press Jakarta. 159 hal.
Mulyani s. 1982 . Kimia dan biologi antibiotic b-laktan Morin RB dan Corman m (terjemahan) academic Press New York 418 hal.Noske, R.A. 1996. Abundance, zonation and feeding ecology of birds in mangroves of Darwin Harbour, Northern territory. Wildl. Research 23: 443-74. Noske, R.A. 1999. Notes on the breeding biology of the tropical mangrove-dwelling Yellow White-eye Zosterops lutus. Aust. Bird Watcher 18: 3-7.Nobbs, M and McGuinness, K.A. 1999. Developing methods for quantifying the apparent abundance of fiddler crabs (Ocypodidae: Uca) in mangrove habitats. Australian Journal of Ecology 24:43-49.Nybakken, J.W. 1993. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan M. Eidman., Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. Gramedia. Jakarta. 459 hal.OGrady, A.P., McGuinness, K.A. and Eamus, D. 1996. The abundance and growth of Avicennia marina and Rhizophora stylosa in the low shore zone of darwin Harbour, Northern . Australian Journal of Ecology 21:272-279Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan., 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi II. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 192 hal.Rowe, J.W., 1989. Natural Product of Woody Plant I-II. Chemicals Extraneous to Lignocellulosic Cell Wall. Springer Series in Wood Science. Springer Verlag. Berlin Heidenberg. 1243 pp.Shokita.S., K.Nozawa and Limsakul. 1983 Macrofauna in a mangrove areas of Thailand. In Nozawa K. (eds). Mangrove Ecology. In Thailand 33-62p.Siregar.L.M. Sensitifitas Vibrio parahaemolyticus terhadap ekstrak mangrove (Sonneratia ovate) pada lumpur dan air laut. Skripsi Sarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.40p.
Subagyo, Setyati W.A. dan Ridho A. 2004. Uji aktifitas ekstraks batang tumbuhan benalu mangrove (Casstha filiformis): II Uji anti bakteri. Ilmu Kelautan 10,(1): 35 40.
Trianto A. Wibowo,E. Suryono, Sapta R. 2004. Ekstrak daun mangrove Aegiceras corbiculatum sebagai antibakteri Vibrio harveyi dan vibrio parahaemolyticus. Ilmu kelautan 9(4):186-189.
Yasmon.A. 2000. Sensitifitas Vibrio parahaemolyticus terhadap ekstrak mangrove Rhizopora apiculata di dalam Lumpur dan air laut. Skripsi Sarjana Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Universitas Riau. 37p.
LAMPIRAN
1. Alokasi Biaya
1.1 Anggaran Honor PenelitiNo.PenelitiJumlahAlokasi waktu
(jam/mgu)Biaya
Harga SatuanJumlah (Rp)
1
2
3Ketua
Anggota
Laboran1
1
213 x 4 x 8 bln = 416
10 x 4 x 8 bln = 320
10 x 4 x 2 x 5 bln =40030,000
25,000
15,000 12,480,000
8,000,000
6,000,000
Total26,480,000
1.2 Anggaran Bahan Habis Pakai dan Peralatan Penelitian
No.
Nama Material
Kegunaan
Volume
Biaya
Harga SatuanJumlah (Rp)
A. Bahan Habis Paka
1Isolat Vibrio spBakteri Ujina2,500,000 2,500,000
2Media Agar NAMedia Uji4 pkt (500 gr)1,000,000 4,000,000
3Media Agar TSAMedia Uji4 pkt (500 gr)1,000,000 4,000,000
4Media Agar MR-VPMedia Uji4 pkt (500 gr)1,000,000 4,000,000
5n-HeksanaBahan uji 500 ml100,000 500,000
6DiklorometanBahan uji 500 ml100,000 500,000
7EtilasetatBahan uji 500 ml100,000 500,000
8MetanolBahan uji 500 ml100,000 500,000
9AkuadesUji Gram (Perwarnaan)50 liter50,000 250,000
10IodinUji Gram (Perwarnaan)5 paket50,000 250,000
11Etil AlkoholUji Gram (Perwarnaan)5 paket50,000 250,000
12SafraninUji Gram (Perwarnaan)5 paket50,000 250,000
13H2O2Uji Katalase5 paket100,000 500,000
14Larutan NaftolUji Oksidasi5 paket100,000 500,000
15Larutan PhenylendiaminUji Oksidasi5 paket100,000 500,000
16Immersion OilUji Motalitas5 paket100,000 500,000
17Indikator Metil RedUji Metil Red5 paket100,000 500,000
18NaCl 1%, 3%, 7%Sifat Holofilik5 paket300,000 1,500,000
19Bahan uji rekristalisasiPenentuan Antibakterial5 paket500,000 2,500,000
20Bahan Karakterisasi UV dan IRPenentuan Antibakterial5 paket2,000,000 10,000,000
B. Sewa Peralatan
1Mikroskop CahayaPengamatan, Penghitungan bakteri dan uji antimikrobial50 x 4 x 5 = 10002,000 2,000,000
2SpektrofotometerPengamatan, Penghitungan bakteri dan uji antimikrobial50 x 4 x 5 = 10005,000 5,000,000
C. Peralatan Penelitian
1Kertas cakram 6 mmTempat pertumbuhan bakteri100 buah25,000 2,500,000
2Petri DishTempat Media100 buah25,000 2,500,000
3Tabung Reaksi 10mlTempat Media100 buah60,000 6,000,000
4Rak Tabung ReaksiTempat Media10 buah100,000 1,000,000
5Jarum OsePembiakan 10 buah12,000 120,000
6Lampu BunsenPembiakan10 buah100,000 1,000,000
Total54,120,000
1.3 Anggaran Perjalanan dan Akomonadi
No.Nama KegiatanKegunaanVolumeBiaya
Harga SatuanJumlah (Rp)
1Transportasi Unsri (Inderalaya)-Hutan Mangroeve Tanjung Api-api (pp)Pengambilan sampel mangrove3x4x2=16500,000 12,000,000
2Lain-lainMantenant sampel--2,400,000
Total14,400,000
1.4 Anggaran Laporan Seminar dan Jurnal
No.Nama KegiatanKegunaanVolumeBiaya(Rp)
Harga SatuanJumlah
1.Seminar InternasionalPublikasi21,500,000 3,000,000
2.Jurnal NasionalPublikasi3300,000 900,000
3.Perbanyak MakalahPublikasi5 20,000 100,000
4.Pembuatan LaporanLaporan10100,000 1,000,000
Total 5,000,000
Terbilang: Seratus Juta RupiahII. Dukungan Terhadap Pelaksanaan PenelitianPenelitian ini tidak ada dukungan dana dari pihak manapun juga.
III. Sarana
3.1. Laboratorium
Laboratorium yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya
3.2. Peralatan utama
No.Peralatan yang TersediaKegunaanLokasiStatusKet.
1.Mikroskop ElektronPengamatan MikrobaLab. BioteknologiSewaBagus
2.SpektrofotometerAnalisis mikrobaLab. BioteknologiSewaBagus
3.Peralatan Pengamatan, Perhitungan bakteri dan uji bakterialPengamatan MikrobaLab. BioteknologiSewaBagus
IV. Biodata Peneliti
4.1 KetuaA. Data Pribadi1. Nama:Rozirwan, S.Pi, M.Sc
2. Tempat Tanggal Lahir:Sukamaju, 21 Mei 1979
3. Jenis Kelamin
:Laki-Laki
4. Alamat :Perumahan Griya Sejahtera Blok AA No. 03
Jalan Palembang Prabumulih Km 35 Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir. SUMATERA SELATAN
5. Telepon
:081371711885 (HP)
6. Email
:[email protected]. Data Pekerjaan1. Pekerjaan:Pegawai Negeri Sipil (PNS)
2. NIP/Gol:132 325 697/IIIb
3. Instansi:PS Ilmu Kelautan - FMIPA UNSRI
4. Jabatan:Staf Pengajar/Dosen
5. Alamat :UNSRI Km 35 Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir. SUMATERA SELATAN
6. Telepon/Fax.:0711581118 / 0711581118
C. Data Pendidikan1. S1 Sarjana Perikanan (S.Pi). Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Lulus Tahun 2001
2. S2Master of Science (M.Sc). Marine Science Program. Faculty of Science and Technology. Universiti Kebangsaan Malaysia. Lulus Tahun 2005
D. DATA PENELITIANNoJudul PenelitianJabatanSumberTahun
1A study on the taxonomy, physiology and toxicity Prorocentrum minimum (Pavillard) Schiller(Dinophyceae). Thesis. Bangi: UKMalaysiaResearch Asisten2005
2Distribusi kelimpahan fitoplankton pada perairan yang berbeda di DumaiKetuaMandiri2001
E. DATA PUBLIKASI
1.Rozirwan, 2001. Distribusi kelimpahan fitoplankton pada perairan yang berbeda di Dumai. Skripsi. Pekanbaru: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univ. Riau
2.Rozirwan & Usup, G. 2004. Morpologi Prorocentrum minimum (Pavillard) Schiller. Presiding. Bangi: Fakulti Sains dan Teknologi. UKMalaysia
3.Usup, G., Cheah, M.Y., Rozirwan, Ng, B.K., Leaw, C.P., Othman, M., Faazaz, A.L. 2004. Identification of the species responsible for the harmful algal bloom event in Selat Tebrau in 2002. Malaysian Applied Biology 35:59-62
4.Rozirwan. 2005. A study on the taxonomy, physiology and toxicity Prorocentrum minimum (Pavillard) Schiller(Dinophyceae). Thesis. Bangi: UKMalaysia
5.Rozirwan & Usup, G. 2008. Studi Fisiologi Dinoflagellata Spesies Prorocentrum minimum. Prosiding. Bengkulu: Univ. BengkuluF. DATA PENGABDIAN MASYARAKAT
1. Pembelajaran teknik identifikasi plankton akuatik pada tingkat sekolah menengah umum di inderalaya kabupaten Ogan Ilir. Dibiayai dari DIPA UNSRI No. 0200.0/023-04.0/IV/2008, Tanggal 31 Desember 2007 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Pengabdian Kepada Masyarakat, Nomor: 238/HP.2.2/PM/2008, Tanggal 23 Juli 2008
2. Penyuluhan Pemanfaatan Teknologi Internet Kepada Siswa dan Guru SMA 3 tanjung Raja untuk Proses pembelajaran di Sekolah Tahun 2008G. DATA SEMINAR DAN PELATIHAN
1. Pemakala pada kegiatan seminar BKS-FMIPA PTN Wilayah Barat di Universitas Bengkulu pada tanggal 13-14 Mei 2008. Judul makala: Studi Fisiologi Dinoflagellata Spesies Prorocentrum minimum.
2. Peserta dalam Seminar Pengembangan Wilayah Pesisir Sumatera Selatan pada tanggal 3 Juni 2008 yang diadakan oleh DKP Provinsi Sumatera Selatan di Palembang.
Indralaya, 24 Maret 2009
Rozirwan, S.Pi, M.Sc4.2 Anggota
1. Nama:Riris Aryawati, S.T, M.Si2. Jenis Kelamin
:Perempuan
3. Tempat Tanggal Lahir
:Madiun, 05 Januari 1976
4. Alamat :Jalan Seroja No. 1183 RT 19 RW 07 20 Ilir DIII Ilir Timur I Palembang SUMATERA SELATAN
5. Telepon
:08117102709(HP)
6. Email
1. Pekerjaan:Pegawai Negeri Sipil (PNS)
2. NIP/Gol:132299029/IIIa
3. Instansi:Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA UNSRI
4. Jabatan Fungsional:Asisten Ahli
5. Alamat :Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA UNSRI
Jalan Raya Palembang Prabumulih Km 35 Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir. SUMATERA SELATAN
6. Telepon/Fax.:0711581118 / 0711581118
1. S1 Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Lulus Tahun 1999
2. S2 Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Lulus Tahun 2007
NoJudul PenelitianJabatanSumberTahun
1.Toksisitas Logam Berat Cu pada Larva Kepiting Bakau dengan Salinitas yang BerbedaKetua Mandiri1999
2.Hubungan Kondisi Oseanografi dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan BanyuasinAnggotaDiks-Unsri2003
3Kandungan Logam Berat Pb, Cu, dan Zn pada Kerang darah (Anadara granossa)AnggotaDosen Muda-Dikti2004
4Struktur Komunitas Makrozoobentos di Kawasan Mangrove Tanjung Api-Api, Banyuasin, Sumatera SelatanAnggotaDiks-Unsri2004
5Kelimpahan dan Sebaran Fitoplankton di Perairan Berau Kalimantan TimurAnggtotaPusat Penelitian Oseanologi-LIPI (P2O-LIPI).2006
3. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA di Universitas Sriwijaya,2003. Judul Makalah: Toksisitas Logam Berat Cu (LC50) pada Larva Kepiting Bakau.
4. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar Forum Perairan Umum Indonesia di Palembang, Desember 2005. Hubungan Kondisi Oseanografi dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Banyuasin.
5. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA di Universitas Bengkulu pada tanggal 13-14 Mei 2008. Judul makalah: Kandungan Logam Berat Cu dan Zn pada Kerang darah (Anadara granossa).
6. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar Nasional Peran Iptek dalam Pengembangan Kelautan dan Perikanan di Bogor, Oktober 2008. Sebaran Fitoplankton di Perairan Berau, Kalimantan Timur.
7. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar Internasional International conference on Indonesian Inland Waters, di Palembang 2008.
1. Jurnal Ilmiah MIPA (JIM), 2003. Judul Makalah: Kelimpahan dan Sebaran Rumput Laut di Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah.
2. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia, 2005. Judul Makalah: Hubungan Kondisi Oseanografi dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Banyuasin.
3. Prosiding International conference on Indonesian Inland Waters, 2008. Judul Makalah; Composition and Distribution of Makrozoobenthos in Tanjung Api-Api, banyuasin.
1. Penyuluhan Monitoring Kualitas Air, Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Udang Dalam Upaya Mencegah Kegagalan Budidaya Tambak Udang Tahun 2004
2. Penyuluhan Rehabilitasi Mangrove di kawasan Teluk Payau Banyuasin Sumatera Selatan tahun 2004
3. Penyuluhan Pemanfaatan Teknologi Internet Kepada Siswa dan Guru SMA 3 tanjung Raja untuk Proses pembelajaran di Sekolah Tahun 2008
4. Pembelajaran teknik identifikasi plankton akuatik pada tingkat sekolah menengah umum di inderalaya kabupaten Ogan Ilir. Dibiayai dari DIPA UNSRI No. 0200.0/023-04.0/IV/2008, Tanggal 31 Desember 2007 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Pengabdian Kepada Masyarakat, Nomor: 238/HP.2.2/PM/2008, Tanggal 23 Juli 2008
Inderalaya, 24 Maret 2009Riris AryawatiDATA PEKERJAAN
KLT, Uji antimikrobial
Ekstrak paling aktif
Vibrio sp
Perendaman 24 jam, sonikasi 2x30 menit, filtrasi. Evaporasi
Direndam dg : n-heksan
diklorometan
etilasetat
metanol
Ekstrak metanol
Ekstrak etilasetat
Ekstrak diklorometan
Ekstrak n-heksan
25 gram serbuk kering daun A. alba
Senyawa murni
KLT, Uji antimikrobial, rekristalisasi, penentuan titik leleh,
Karakterisasi UV dan IR
Kromatografi kolom,
cromatotron, flash, KLT
---------------------
FXn
FX3
FX2
FX1
FX (fraksi paling aktif)
VLC
KLT, Uji antimikrobial
-------------------
Direndam 2x24 jam, sonikasi 2x30 menit, filtrasi, revaporasi
F11
F3
F2
F1
Ekstrak etilasetat
Serbuk kering daun A. alba
DATA PENDIDIKAN
PENELITIAN
DATA SEMINAR DAN PELATIHAN
PUBLIKASI
DATA PENGABDIAN MASYARAKAT
17