ektima

12
EKTIMA A. TINJAUAN PUSTAKA I. Pendahuluan Bakteri selalu berkoloni di permukaan kulit dan kadang- kadang melewati barier epidermis untuk tumbuh di dalamnya. Mikroorganisme terbanyak pada kulit adalah mikroorganisme non pathogen. Dua mikroorganisme kulit yang pathogen terbanyak pada anak adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Yang pertama ditemukan pada 5% anak, yang terakhir 1%. Tetapi selama epidemic pada daerah endemic, kedua mikroorganisme tersebut meliputi 50-80% anak. 1 Ektima, suatu infeksi kulit bagian dermis oleh bakteri, yang disebut pyoderma. Penyakit kulit infeksi ini paling sering ditemukan pada mereka dengan kebersihan diri yang kurang dan suka menggaruk. 1, 2,4,5 II. Definisi Ektima adalah pyoderma ulseratif yang disebabkan oleh streptococcus betahemolytic group A. 1,4 III. Sinonim Sinonim dari ektima adalah Ulcerative Pyoderma, Cutaneus Pyoderma, Deep Impetigo. 1,4

Upload: dipermag

Post on 29-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKTIMA

EKTIMA

A. TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan

Bakteri selalu berkoloni di permukaan kulit dan kadang-kadang melewati

barier epidermis untuk tumbuh di dalamnya. Mikroorganisme terbanyak pada

kulit adalah mikroorganisme non pathogen. Dua mikroorganisme kulit yang

pathogen terbanyak pada anak adalah Staphylococcus aureus dan

Streptococcus pyogenes. Yang pertama ditemukan pada 5% anak, yang terakhir

1%. Tetapi selama epidemic pada daerah endemic, kedua mikroorganisme

tersebut meliputi 50-80% anak. 1

Ektima, suatu infeksi kulit bagian dermis oleh bakteri, yang disebut

pyoderma. Penyakit kulit infeksi ini paling sering ditemukan pada mereka dengan

kebersihan diri yang kurang dan suka menggaruk. 1, 2,4,5

II. Definisi

Ektima adalah pyoderma ulseratif yang disebabkan oleh streptococcus

betahemolytic group A. 1,4

III. Sinonim

Sinonim dari ektima adalah Ulcerative Pyoderma, Cutaneus Pyoderma,

Deep Impetigo. 1,4

IV. Epidemiologi

Penyakit ini sering ditemukan pada anak dan orang tua. Pada anak

disebabkan karena seringnya terjadi trauma dan mempengaruhi luasnya ektima.

Sedangkan pada orang tua sering didapatkan pada berbagai kelainan dan

beberapa penyakit. Jenis kelamin dan ras tidak mempengaruhi kejadian ini.

Rusaknya jaringan akibat garukan, gigitan serangga, dermatitis, keadaan imun

yang rendah, malnutrisi, kebersihan yang kurang, tempat tinggal di lingkungan

yang padat penduduk, iklim panas dan lembab merupakan faktor-faktor yang

Page 2: EKTIMA

dapat mempermudah timbulnya penyakit ini. Garukan dan kebersihan penderita

memperlambat penyembuhan dan menimbulkan lesi yang baru (autoinokulasi)

pada area lain.1,5

V. Etiologi

Streptococcus B hemolytic group A 1,2,4,5,6,7

VI. Patogenesis

Patogenesis penyakit ini berawal dari invasi kuman yang pathogen pada

epidermis oleh Streptococcus group A. Di mana proses awal penyakit ini sama

dengan impetigo namun pada ektima berlanjut melewati epidermis dan

menimbulkan ulcus. Biasanya koloni Streptococcus group A ini pada permukaan

kulit berlangsung dalam beberapa hari sampai menimbulkan gambaran lesi. 1,5

VII. Gejala Klinis

Gejala klinis diawali dengan vesikel atau vesikopustulosa dan membentuk

ulcus sampai dermis, dalam beberapa hari berubah menjadi krusta yang

berwarna kuning, tebal, kering dan sukar dilepas dari dasarnya. Krusta tersebut

dalam beberapa hari kemudian memberikan gambaran klinik berupa lesi yang

khas, bila diangkat akan tampak ulcus yang dangkal seperti cawan (punched-out

ulcer) dengan dasar yang khas dan tepi meninggi. Proses penyembuhannya

lambat dan akan meninggalkan jaringan parut. Lesi tersebut ukurannya tetap

atau mengecil tanpa terapi atau akan membesar sampai diameter 0,5 – 3cm.

Dapat timbul lymphadenopathy dan biasanya soliter. Predileksi penyakit ini pada

ekstremitas bawah (lutut dan kaki) dan hal ini biasa ditemukan pada anak,

penderita diabetes dan orang tua. 1,2,4,6,7

VIII. Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan penunjang

dengan pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis. Dapat dilakukan

pewarnaan dari lesi ditemukan kokus gram positif yang menggambarkan

Page 3: EKTIMA

Streptococcus group A dengan atau tanpa Staphylococcus aureus.

Streptococcus group A dapat dideteksi dengan anti DNase betha testing. Pada

kasus-kasus yang kronis dapat dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada

kemungkinan penyebabnya bukan Staphylococcus atau Streptococcus

melainkan kuman gram negative. Hasil tes resistensinya hanya bersifat

menyokong. 1,2,4,5,6,7

IX. Diagnosa Banding

Diagnosa banding yang perlu dipertimbangkan antara lain Impetigo

Krustosa, Ecthyma Gangrenosum. 1,2,7

Impetigo Krustosa hanya terdapat pada anak, paling sering berlokasi di

muka dan dasarnya berupa erosi. Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang

cepat memecah sehingga penderita datang berobat yang terlihat adalah krusta

tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi di bawahnya. 1,3

Ecthyma Gangrenosum mengenai penderita dengan kondisi

imunokompromais, yaitu penderita dengan keganasan hematologik, sindroma

imunodefisiensi, luka bakar derajat berat, malnutrisi, kemoterapi, imunosupresive

terapi dan diabetes mellitus. Kelainan kulit berupa gangrenosum ulcer dengan

sentral hitam / abu-abu dengan tepi eritema. Lesi kulit ini bias menjadi nekrotik

ulcer dalam 12 jam. Distribusi lesi tersering ditemukan pada anogenital meliputi

gluteus atau region perineal. Pada Ecthyma Gangrenosum penyebabnya adalah

pseudomonas. 1,8

X. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan non-drug yaitu memperbaiki hygiene, potong kuku,

mandi dengan sabun antiseptic, mengganti dan mencuci sarung bantal, handuk

dan baju. 1,5

Sistemik Drug antara lain Penicillin G benzathine 600 000 – 1,2 juta U IM

untuk dewasa < 60 tahun. 600 000U IM jika < 30 kg. 1,2 juta U IM untuk anak >

30 kg. Penicillin VK 0,25 – 0,5g/kali. 1,4

Page 4: EKTIMA

Peroral dapat diberikan erythromycin, cephalexin, clindamycin dan

dicloxacillin. 1,4,6,7 Topikal drug dapat menggunakan antibiotic basitrasin dan

neomisin karena kedua obat tersebut tidak digunakan secara sistemik, sehingga

dikhawatirkan terjadi hipersensitisasi. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman

gram-negatif. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, misalnya dengan

larutan permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon

7,5% yang dilarutkan 10 kali dengan larutan PZ. 1,4

Pencegahan dengan cara menjaga kebersihan merupakan pencegahan

terpenting untuk ektima. Menggunakan pembunuh serangga untuk menurunkan

kejadian infeksi. 1,4

XI. Komplikasi

Komplikasi dari ektima dapat berupa selulitis, erysipelas, gangrene,

limfangitis, supuratif lymphadenitis, bakterimia. Komplikasi nonsupuratif dapat

berupa scarlet fever dan glomerulonephritis akut. Kemungkinan pioderma

bersama dengan Staphylococcus aureus dapat terjadi selulits, limfangitis,

bakteremia, osteomyelitis, endokarditis akut. Beberapa strain Staphylococcus

aureus memproduksi eksotoksin dan dapat terjadi Staphylococcal Scalded Skin

Syndrome dan Toxic Shock Syndrome. Namun pada ektima ini jarang terjadi

gejala sistemik. 1,4

XII. Prognosis

Prognosis terhadap pemberian antibiotic beberapa minggu memberikan

respons yang baik meskipun penyembuhan lesinya lambat. 1,2,4,5,6,7

Page 5: EKTIMA

B. TINJAUAN KASUS

I. Identitas

Nama : Nn. Vanda Bellia

Umur : 14 tahun

Tanggal lahir : 7 Oktober 1995

Jenis Kelamin : perempuan

Pendidikan : lulus SMP

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Alamat : Semampir AWS I/ 33, Surabaya

Tanggal pemeriksaan : 24 Mei 2010

II. Anamnesa (Hetero dan Autoanamnesa)

1. Keluhan utama : Gatal di betis kanan

2. Keluhan tambahan : kulit betis lecet, lepuh dan bernanah

3. Riwayat Penyakit Sekarang:

Penderita datang ke poli kulit dan kelamin RSU Haji dengan keluhan gatal

pada betis kanan sejak 1 bulan yang lalu. Gatal dirasakan terus menerus dan

penderita sering menggaruknya terutama malam hari sehingga kulit betis

penderita lecet, lepuh serta mengeluarkan nanah.

1 bulan yang lalu, di betis kanan penderita timbul bintil merah akibat

gigitan nyamuk dan terasa gatal. Oleh ibu penderita diberi minyak tawon tapi

gatalnya tidak berkurang. Penderita menggaruk-garuknya terus. Bintil merah

tersebut makin besar. Karena sering digaruk, kulit betis penderita menjadi lecet,

berlepuh dan mengeluarkan nanah. Ibu penderita kemudian membawa penderita

ke dokter umum dan mendapat obat minum dan salep. Penderita tidak ingat

nama obatnya. Obat habis, keluhan membaik. Tetapi kemudian di betis kanan

tersebut, timbul lagi bintil-bintil merah yang juga bertambah besar, gatal serta

mengeluarkan nanah. Penderita mencoba salep garamisin selama 1 minggu

tetapi keluhan belum membaik, maka penderita berobat ke RSU Haji.

Page 6: EKTIMA

Penderita tidak mengeluh demam, meriang dan tidak sakit di lipatan paha.

Penderita ganti celana panjang setiap 2 hari sekali.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

- Penderita cenderung korengan setelah digigit nyamuk sejak usia kecil

- Riwayat alergi: ikan laut

- Riwayat diabetes mellitus : disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

- Ayah penderita cenderung korengan

- Ayah penderita alergi ikan laut

- Riwayat diabetes mellitus disangkal

6. Riwayat social

- penderita suka menggaruk

- kebiasaan mandi 2x sehari dengan air PDAM

- kebersihan baju baik

- makan dan gizi baik

III.Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

Keadaan umum : baik

Nadi : 82x/menit

Tensi : 110/80 mmHg

T ax : 36,20C

Kesadaran : compos mentis

Status gizi : baik

Kepala : A/I/C/D : -/-/-/-

Leher : dalam batas normal

Thorax anterior : dalam batas normal

Thorax posterior : dalam batas normal

Page 7: EKTIMA

Abdomen : dalam batas normal

Extremitas superior : dalam batas normal

Extremitas inferior : lihat status dermatologis

2. Status Dermatologis

- Pada regio cruris posterior dextra terdapat beberapa ulcus yang ditutupi

krusta tebal berwarna kuning dan hitam, yang sukar dilepas terdapat

ekskoriasi. Berukuran 3-5cm, berbentuk variasi dari nummular sampai garis

ekskoriasi yang berbatas tegas. Ulcus pertama sudah mengering. Sakit pada

perabaan ulcus.

IV. Resume

Seorang anak perempuan 14 tahun mengeluh gatal, luka bernanah pada

betis kanan sejak 1 bulan yang lalu. Penderita suka menggaruk betis

kanannya saat gatal dari gigitan nyamuk. Riwayat pemakaian garamisin 1

minggu. Penderita tidak mengeluh demam, ataupun sakit di lipatan paha

Status Dermatologis : Pada regio cruris posterior dextra terdapat

beberapa ulcus yang ditutupi krusta tebal berwarna kuning dan hitam, yang

sukar dilepas terdapat ekskoriasi. Berukuran 3-5cm, berbentuk variasi dari

nummular sampai garis ekskoriasi yang berbatas tegas. Ulcus pertama sudah

mengering. Sakit pada perabaan ulcus.

V. Diagnosis

Ektima region cruris posterior dextra

VI. Diagnosis Banding

Impetigo

Page 8: EKTIMA

VII. Planning

1. Diagnosis : pemeriksaan hapusan dengan pengecatan Gram

2. Terapi : Sistemik : erythromycin 3 x 250mg sesudah makan 3 x 1/hari

selama 5 hari

Loratadine tab 1 x 1 selama 5 hari

Topikal : kompres luka dengan PZ selama 5 hari, setelah luka

kering beri neomisin krim

3. Edukasi : penderita dianjurkan lebih menjaga hygienitas dan kebersihan

Hindari lesi dan garukan

Meningkatkan asupan makanan bergizi

VIII. Prognosa

Baik, jika pengobatan adekuat, teratur dan menjaga hygienitas serta kebersihan

diri.

Page 9: EKTIMA

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah Benny, dr.Sp.KK. Dermatology Pengetahuan Dasar dan Kasus

di Rumah Sakit. Surabaya: Airlangga University Press. 2009. Pp. 193-195

2. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: FKUI.

2007. Pp. 60

3. Klik Dokter: Menuju Indonesia Sehat : Impetigo. Jakarta 2010 May 29.

Avaiable from URL: www.klikdokter.com

4. Loretta Davis, MD et al. EMedicine : Ecthyma. Georgia 2010 May 29.

Avaiable from URL: emedicine.medscape.com

5. Nasemann, Theodor. Fundamentals of Dermatology. New York: Springer-

Verlag New York Inc. 1983. Pp.54

6. Odom Richard B, MD et al. Andrew’s Diseases of the Skin : Clinical

Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders Company. 2000. Pp.317-

318

7. Wolff Klaus, MD, FRCP et al. Fitspatrick’s Dermatology in General

Medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill Medical. 2003. Pp. 1698-1699

8. Yassaee, Mina et al. Emedicine : Ecthyma Gangrenosum. Pennsylvania

2010 May 29. Available from URL : emedicine.medscape.com