ektima
TRANSCRIPT
![Page 1: EKTIMA](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071703/55cf9ce3550346d033ab6a44/html5/thumbnails/1.jpg)
EKTIMA
A. TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
Bakteri selalu berkoloni di permukaan kulit dan kadang-kadang melewati
barier epidermis untuk tumbuh di dalamnya. Mikroorganisme terbanyak pada
kulit adalah mikroorganisme non pathogen. Dua mikroorganisme kulit yang
pathogen terbanyak pada anak adalah Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pyogenes. Yang pertama ditemukan pada 5% anak, yang terakhir
1%. Tetapi selama epidemic pada daerah endemic, kedua mikroorganisme
tersebut meliputi 50-80% anak. 1
Ektima, suatu infeksi kulit bagian dermis oleh bakteri, yang disebut
pyoderma. Penyakit kulit infeksi ini paling sering ditemukan pada mereka dengan
kebersihan diri yang kurang dan suka menggaruk. 1, 2,4,5
II. Definisi
Ektima adalah pyoderma ulseratif yang disebabkan oleh streptococcus
betahemolytic group A. 1,4
III. Sinonim
Sinonim dari ektima adalah Ulcerative Pyoderma, Cutaneus Pyoderma,
Deep Impetigo. 1,4
IV. Epidemiologi
Penyakit ini sering ditemukan pada anak dan orang tua. Pada anak
disebabkan karena seringnya terjadi trauma dan mempengaruhi luasnya ektima.
Sedangkan pada orang tua sering didapatkan pada berbagai kelainan dan
beberapa penyakit. Jenis kelamin dan ras tidak mempengaruhi kejadian ini.
Rusaknya jaringan akibat garukan, gigitan serangga, dermatitis, keadaan imun
yang rendah, malnutrisi, kebersihan yang kurang, tempat tinggal di lingkungan
yang padat penduduk, iklim panas dan lembab merupakan faktor-faktor yang
![Page 2: EKTIMA](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071703/55cf9ce3550346d033ab6a44/html5/thumbnails/2.jpg)
dapat mempermudah timbulnya penyakit ini. Garukan dan kebersihan penderita
memperlambat penyembuhan dan menimbulkan lesi yang baru (autoinokulasi)
pada area lain.1,5
V. Etiologi
Streptococcus B hemolytic group A 1,2,4,5,6,7
VI. Patogenesis
Patogenesis penyakit ini berawal dari invasi kuman yang pathogen pada
epidermis oleh Streptococcus group A. Di mana proses awal penyakit ini sama
dengan impetigo namun pada ektima berlanjut melewati epidermis dan
menimbulkan ulcus. Biasanya koloni Streptococcus group A ini pada permukaan
kulit berlangsung dalam beberapa hari sampai menimbulkan gambaran lesi. 1,5
VII. Gejala Klinis
Gejala klinis diawali dengan vesikel atau vesikopustulosa dan membentuk
ulcus sampai dermis, dalam beberapa hari berubah menjadi krusta yang
berwarna kuning, tebal, kering dan sukar dilepas dari dasarnya. Krusta tersebut
dalam beberapa hari kemudian memberikan gambaran klinik berupa lesi yang
khas, bila diangkat akan tampak ulcus yang dangkal seperti cawan (punched-out
ulcer) dengan dasar yang khas dan tepi meninggi. Proses penyembuhannya
lambat dan akan meninggalkan jaringan parut. Lesi tersebut ukurannya tetap
atau mengecil tanpa terapi atau akan membesar sampai diameter 0,5 – 3cm.
Dapat timbul lymphadenopathy dan biasanya soliter. Predileksi penyakit ini pada
ekstremitas bawah (lutut dan kaki) dan hal ini biasa ditemukan pada anak,
penderita diabetes dan orang tua. 1,2,4,6,7
VIII. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan penunjang
dengan pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis. Dapat dilakukan
pewarnaan dari lesi ditemukan kokus gram positif yang menggambarkan
![Page 3: EKTIMA](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071703/55cf9ce3550346d033ab6a44/html5/thumbnails/3.jpg)
Streptococcus group A dengan atau tanpa Staphylococcus aureus.
Streptococcus group A dapat dideteksi dengan anti DNase betha testing. Pada
kasus-kasus yang kronis dapat dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada
kemungkinan penyebabnya bukan Staphylococcus atau Streptococcus
melainkan kuman gram negative. Hasil tes resistensinya hanya bersifat
menyokong. 1,2,4,5,6,7
IX. Diagnosa Banding
Diagnosa banding yang perlu dipertimbangkan antara lain Impetigo
Krustosa, Ecthyma Gangrenosum. 1,2,7
Impetigo Krustosa hanya terdapat pada anak, paling sering berlokasi di
muka dan dasarnya berupa erosi. Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang
cepat memecah sehingga penderita datang berobat yang terlihat adalah krusta
tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi di bawahnya. 1,3
Ecthyma Gangrenosum mengenai penderita dengan kondisi
imunokompromais, yaitu penderita dengan keganasan hematologik, sindroma
imunodefisiensi, luka bakar derajat berat, malnutrisi, kemoterapi, imunosupresive
terapi dan diabetes mellitus. Kelainan kulit berupa gangrenosum ulcer dengan
sentral hitam / abu-abu dengan tepi eritema. Lesi kulit ini bias menjadi nekrotik
ulcer dalam 12 jam. Distribusi lesi tersering ditemukan pada anogenital meliputi
gluteus atau region perineal. Pada Ecthyma Gangrenosum penyebabnya adalah
pseudomonas. 1,8
X. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non-drug yaitu memperbaiki hygiene, potong kuku,
mandi dengan sabun antiseptic, mengganti dan mencuci sarung bantal, handuk
dan baju. 1,5
Sistemik Drug antara lain Penicillin G benzathine 600 000 – 1,2 juta U IM
untuk dewasa < 60 tahun. 600 000U IM jika < 30 kg. 1,2 juta U IM untuk anak >
30 kg. Penicillin VK 0,25 – 0,5g/kali. 1,4
![Page 4: EKTIMA](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071703/55cf9ce3550346d033ab6a44/html5/thumbnails/4.jpg)
Peroral dapat diberikan erythromycin, cephalexin, clindamycin dan
dicloxacillin. 1,4,6,7 Topikal drug dapat menggunakan antibiotic basitrasin dan
neomisin karena kedua obat tersebut tidak digunakan secara sistemik, sehingga
dikhawatirkan terjadi hipersensitisasi. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman
gram-negatif. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, misalnya dengan
larutan permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon
7,5% yang dilarutkan 10 kali dengan larutan PZ. 1,4
Pencegahan dengan cara menjaga kebersihan merupakan pencegahan
terpenting untuk ektima. Menggunakan pembunuh serangga untuk menurunkan
kejadian infeksi. 1,4
XI. Komplikasi
Komplikasi dari ektima dapat berupa selulitis, erysipelas, gangrene,
limfangitis, supuratif lymphadenitis, bakterimia. Komplikasi nonsupuratif dapat
berupa scarlet fever dan glomerulonephritis akut. Kemungkinan pioderma
bersama dengan Staphylococcus aureus dapat terjadi selulits, limfangitis,
bakteremia, osteomyelitis, endokarditis akut. Beberapa strain Staphylococcus
aureus memproduksi eksotoksin dan dapat terjadi Staphylococcal Scalded Skin
Syndrome dan Toxic Shock Syndrome. Namun pada ektima ini jarang terjadi
gejala sistemik. 1,4
XII. Prognosis
Prognosis terhadap pemberian antibiotic beberapa minggu memberikan
respons yang baik meskipun penyembuhan lesinya lambat. 1,2,4,5,6,7
![Page 5: EKTIMA](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071703/55cf9ce3550346d033ab6a44/html5/thumbnails/5.jpg)
B. TINJAUAN KASUS
I. Identitas
Nama : Nn. Vanda Bellia
Umur : 14 tahun
Tanggal lahir : 7 Oktober 1995
Jenis Kelamin : perempuan
Pendidikan : lulus SMP
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Semampir AWS I/ 33, Surabaya
Tanggal pemeriksaan : 24 Mei 2010
II. Anamnesa (Hetero dan Autoanamnesa)
1. Keluhan utama : Gatal di betis kanan
2. Keluhan tambahan : kulit betis lecet, lepuh dan bernanah
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Penderita datang ke poli kulit dan kelamin RSU Haji dengan keluhan gatal
pada betis kanan sejak 1 bulan yang lalu. Gatal dirasakan terus menerus dan
penderita sering menggaruknya terutama malam hari sehingga kulit betis
penderita lecet, lepuh serta mengeluarkan nanah.
1 bulan yang lalu, di betis kanan penderita timbul bintil merah akibat
gigitan nyamuk dan terasa gatal. Oleh ibu penderita diberi minyak tawon tapi
gatalnya tidak berkurang. Penderita menggaruk-garuknya terus. Bintil merah
tersebut makin besar. Karena sering digaruk, kulit betis penderita menjadi lecet,
berlepuh dan mengeluarkan nanah. Ibu penderita kemudian membawa penderita
ke dokter umum dan mendapat obat minum dan salep. Penderita tidak ingat
nama obatnya. Obat habis, keluhan membaik. Tetapi kemudian di betis kanan
tersebut, timbul lagi bintil-bintil merah yang juga bertambah besar, gatal serta
mengeluarkan nanah. Penderita mencoba salep garamisin selama 1 minggu
tetapi keluhan belum membaik, maka penderita berobat ke RSU Haji.
![Page 6: EKTIMA](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071703/55cf9ce3550346d033ab6a44/html5/thumbnails/6.jpg)
Penderita tidak mengeluh demam, meriang dan tidak sakit di lipatan paha.
Penderita ganti celana panjang setiap 2 hari sekali.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Penderita cenderung korengan setelah digigit nyamuk sejak usia kecil
- Riwayat alergi: ikan laut
- Riwayat diabetes mellitus : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Ayah penderita cenderung korengan
- Ayah penderita alergi ikan laut
- Riwayat diabetes mellitus disangkal
6. Riwayat social
- penderita suka menggaruk
- kebiasaan mandi 2x sehari dengan air PDAM
- kebersihan baju baik
- makan dan gizi baik
III.Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan umum : baik
Nadi : 82x/menit
Tensi : 110/80 mmHg
T ax : 36,20C
Kesadaran : compos mentis
Status gizi : baik
Kepala : A/I/C/D : -/-/-/-
Leher : dalam batas normal
Thorax anterior : dalam batas normal
Thorax posterior : dalam batas normal
![Page 7: EKTIMA](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071703/55cf9ce3550346d033ab6a44/html5/thumbnails/7.jpg)
Abdomen : dalam batas normal
Extremitas superior : dalam batas normal
Extremitas inferior : lihat status dermatologis
2. Status Dermatologis
- Pada regio cruris posterior dextra terdapat beberapa ulcus yang ditutupi
krusta tebal berwarna kuning dan hitam, yang sukar dilepas terdapat
ekskoriasi. Berukuran 3-5cm, berbentuk variasi dari nummular sampai garis
ekskoriasi yang berbatas tegas. Ulcus pertama sudah mengering. Sakit pada
perabaan ulcus.
IV. Resume
Seorang anak perempuan 14 tahun mengeluh gatal, luka bernanah pada
betis kanan sejak 1 bulan yang lalu. Penderita suka menggaruk betis
kanannya saat gatal dari gigitan nyamuk. Riwayat pemakaian garamisin 1
minggu. Penderita tidak mengeluh demam, ataupun sakit di lipatan paha
Status Dermatologis : Pada regio cruris posterior dextra terdapat
beberapa ulcus yang ditutupi krusta tebal berwarna kuning dan hitam, yang
sukar dilepas terdapat ekskoriasi. Berukuran 3-5cm, berbentuk variasi dari
nummular sampai garis ekskoriasi yang berbatas tegas. Ulcus pertama sudah
mengering. Sakit pada perabaan ulcus.
V. Diagnosis
Ektima region cruris posterior dextra
VI. Diagnosis Banding
Impetigo
![Page 8: EKTIMA](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071703/55cf9ce3550346d033ab6a44/html5/thumbnails/8.jpg)
VII. Planning
1. Diagnosis : pemeriksaan hapusan dengan pengecatan Gram
2. Terapi : Sistemik : erythromycin 3 x 250mg sesudah makan 3 x 1/hari
selama 5 hari
Loratadine tab 1 x 1 selama 5 hari
Topikal : kompres luka dengan PZ selama 5 hari, setelah luka
kering beri neomisin krim
3. Edukasi : penderita dianjurkan lebih menjaga hygienitas dan kebersihan
Hindari lesi dan garukan
Meningkatkan asupan makanan bergizi
VIII. Prognosa
Baik, jika pengobatan adekuat, teratur dan menjaga hygienitas serta kebersihan
diri.
![Page 9: EKTIMA](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071703/55cf9ce3550346d033ab6a44/html5/thumbnails/9.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah Benny, dr.Sp.KK. Dermatology Pengetahuan Dasar dan Kasus
di Rumah Sakit. Surabaya: Airlangga University Press. 2009. Pp. 193-195
2. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: FKUI.
2007. Pp. 60
3. Klik Dokter: Menuju Indonesia Sehat : Impetigo. Jakarta 2010 May 29.
Avaiable from URL: www.klikdokter.com
4. Loretta Davis, MD et al. EMedicine : Ecthyma. Georgia 2010 May 29.
Avaiable from URL: emedicine.medscape.com
5. Nasemann, Theodor. Fundamentals of Dermatology. New York: Springer-
Verlag New York Inc. 1983. Pp.54
6. Odom Richard B, MD et al. Andrew’s Diseases of the Skin : Clinical
Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders Company. 2000. Pp.317-
318
7. Wolff Klaus, MD, FRCP et al. Fitspatrick’s Dermatology in General
Medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill Medical. 2003. Pp. 1698-1699
8. Yassaee, Mina et al. Emedicine : Ecthyma Gangrenosum. Pennsylvania
2010 May 29. Available from URL : emedicine.medscape.com