elemen - elemen pembentuk pola ruang
DESCRIPTION
Nature, Man, Network System, Pola Ruang, Sistem Sosial Budaya, Society, Kemasyarakatan, Perumahan, ShellsTRANSCRIPT
-
TUGAS INDIVIDU 3
PENJELASAN ELEMEN ELEMEN PEMBENTUK
POLA RUANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Sosial Budaya
Semester VII Tahun Akademik 2014 / 2015
Disusun Oleh :
R. Nugraha Suryaningrat. S
10070311043
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015 M/1436 H
-
1
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
1. Nature
Secara definisi umum, Nature berarti adalah alam atau lingkungan yang
fungsinya dalam pembentukan pola ruang adalah sebagai sumber daya yang
berpotensi untuk dimanfaatkan dan sebagai limitasi (batasan) dalam
perencanaan. Beberapa sub-aspek dari Nature ini akan dijelaskan dengan lebih
rinci pada sub-poin selanjutnya.
1.1 Geological Resources
Secara harfiah, diartikan sebagai sumber daya geologi, dimana sumber
daya geologi adalah batuan pada umumnya. Fungsinya adalah sebagai elemen
pembatas perencanaan pola ruang. Pembatas yang dimaksud adalah sebagai
salah satu elemen penentuan lokasi untuk perencanaan pola ruang sebagai
berikut :
Kawasan Layak Tambang (Mineral atau Batuan)
Kawasan Permukiman
Kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Kawasan Pembuatan Tanggul / DAM
Kawasan Penentuan Titik Sumur Bor Artesis Untuk Sumber Air Tradisional
Acuan Awal Penentuan Kawasan Rawan Bencana Alam
Ilustrasi singkatnya adalah sebagai berikut :
Gambar 1 Ilustrasi Aspek Geologi Sebagai Limitasi Pola Ruang
-
2
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
Secara ilmu geologi, penempatan lokasi TPA sangat dianjurkan
ditempatkan di kawasan dengan formasi batuan beku, karena batuan beku tidak
mudah meloloskan air seperti yang terjadi pada gambar diatas. Pada gambar
diatas, formasi batuan tuf berpasir merupakan golongan batuan piroklastik yang
permeabilitasnya rendah atau buruk, sehingga memungkinkan air lindi (air
sampah) untuk melakukan infiltrasi lebih jauh melewai lapisan batuan menuju
lapisan akuifer (air tanah) yang notabene-nya di Indonesia masih sangat banyak
digunakan sebagai sumber air bersih masyarakat dalam menjalani kehidupan
sehari harinya.
1.2 Topographycal Resources
Secara bahasa umum, diartikan sebagai sumber daya bentang alam yang
berisi dua hal utama, yaitu kemiringan dan ketinggian. Keduanya berfungsi
sebagai limitasi dalam perencanaan pola ruang. Penjelasannya adalah sebagai
berikut :
Kemiringan
Sebagaimana diatur dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 bahwa kawasan
budidaya (yang direncanakan pola ruangnya) maksimum harus berada di
daerah dengan kemiringan < 40 %. Tujuannya adalah menjaga daerah
aliran sungai agar tetap bersih dan mengurangi run-off. Kemiringan > 40 %
ditetapkan sebagai kawasan lindung yang berfungsi sebagai kawasan
konservasi air yang berasal dari jatuhan hujan maupun run-off (limpasan)
air hujan. Berikut adalah ilustrasinya :
Gambar 2
Kawasan Normal Sesuai Ketetapan Mengenai Kemiringan
-
3
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
Gambar 3
Kawasan Rawan Banjir Yang Mengabaikan Kemiringan
Ketinggian
Pada umumnya, ketinggian > 2000 m dianggap berbahaya jika
diperuntukkan sebagai kawasan permukiman. Dikarenakan curah hujan
dan temperatur yang biasanya sangat tinggi dan kadar oksigen yang
sedikit, sehingga dapat mengancam keselamatan jiwa. Secara khusus,
ketinggian wilayah menjadi limitasi dalam menentukan komoditas
pertanian yang dapat dibudidayakan dalam perencanaan pola ruang..
Ilustrasi mengenai komoditas pertanian sesuai dengan ketinggiannya
adalah sebagai berikut :
Gambar 4 Zona Kesesuaian Lahan Berdasarkan Zona Agroklimat Junghunn
-
4
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
1.3 Soil Resources
Secara umum, diartikan sebagai sumber daya tanah. Dalam sebuah
perencanaan pola ruang, aspek yang digunakan dalam ilmu perencanaan adalah
jenis tanah. Dimana kriteria jenis tanah yang menjadi ukuran penting dalam suatu
perencanaan pola ruang adalah sebagai berikut :
Struktur Tanah
Permeabilitas (Daya Meloloskan Air)
Kedalaman Efektif
Tingkat Kesuburan Tanah
Kepekaan Terhadap Erosi
Porositas (Daya Resap Terhadap Air Permukaan)
Sifat Ketika Kering Maupun Lembab.
Secara garis besar, elemen elemen diatas digunakan sebagai acuan
dalam menentukan tingkat kesesuaian suatu lahan, baik itu untuk pertanian,
permukiman maupun lain sebagainya. Untuk lebih lanjut, akan disajikan sebuah
bagan alir mengenai keterlibatan sumbar daya tanah dalam penentuan
kesesuaian lahan dalam Gambar 5.
Gambar 5
Bagan Alir Kesesuaian Lahan
-
5
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
1.4 Water Resources
Air adalah komponen paling penting dalam kehidupan manusia, dimana
tidak akan ada satupun makhluk Allah yang bertahan hidup tanpa adanya air. Oleh
karena itu, Allah membuat sumber daya air yang ada di bumi itu tetap jumlahnya
dengan membuat siklus hidrologi. Jika siklus hidrologi terganggu, maka sumber
daya air akan tidak stabil dan pada akhirnya akan terjadi sebuah fenomena
kekeringan dan kelangkaan air yang berakibat pada terganggunya perencanaan
pola ruang. Contoh :
Untuk tetap menjaga eksistensi sumber daya air, maka direncanakanlah
pola ruang kawasan lindung yang berfungsi sebagai kawasan konservasi
air, baik permukaan maupun air tanah.
Kawasan permukiman yang terlalu padat, akan menyebabkan hilangnya
kawasan non terbangun sebagai kawasan resapan air alami. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka direncanakan pola ruang ruang terbuka hijau
di kawasan permukiman, yang notabene nya RTH bersifat multifungfi
dalam perencanaan pola ruang.
1.5 Plant Life
Kebutuhan akan tetumbuhan, baik sebagai komoditas jual maupun
sebagai bahan pangan, menyebabkan dorongan untuk merencanakan pola ruang
yang berhubungan dengan pelestarian sumber daya tetumbuhan. Sebagai
contohnya, direncanakan pola ruang kawasan pertanian dan perkebunan bahan
pangan untuk melestarikan tetumbuhan sebagai kebutuhan primer manusia dalam
memenuhi kebutuhan biologis dalam perihal pangan, dan untuk tanaman yang
langka, direncanakan pola ruang kawasan suaka cagar alam.
1.6 Animal Life
Kebutuhan akan satwa, baik sebagai komoditas jual, maupun sebagai
bahan pangan (daging olahan) mendorong untuk direncanakannya suatu pola
ruang guna melestarikan satwa tersebut. Contohnya, direncanakanlah pola ruang
dalam bentuk peternakan untuk melestarikan hewan sebagai komoditas dan
bahan pangan dan suaka margasatwa untuk melestarikan hewan yang statusnya
hampir punah dari muka bumi.
-
6
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
2. Man
Sumber daya manusia adalah objek perencanaan, sekaligus subjek
perencanaan. Bagaimana tidak, perencanaan dilakukan oleh manusia dan untuk
kesejahteraan manusia. Mengingat perannya yang sangat vital untuk
perencanaan, maka kehadiran manusia absolut harus selalu ada dalam
menjalankan roda perencanaan sebaik mungkin. Dalam sebuah tingkat opini
sederhana, perencanaan pola ruang tidak akan pernah lahir jika tidak ada sumber
daya manusia yang menjadi pelaksana (subjek) dan sumber daya manusia yang
menjadi kajian perencanaan (objek). Perencanaan pola ruang hadir karena
kebutuhan dan aktivitas manusia dalam menjalani kehidupan sehari harinya.
Dalam Ilmu Bahasa Indonesia, sebuah kalimat tanpa subjek atau objek,
atau bahkan tiada keduanya, maka kalimat tersebut akan menjadi kalimat yang
tidak sempurna (cacat). Sama halnya demikian, perencanaan pola ruang akan
menjadi cacat tanpa adanya manusia di masing masing fungsinya (S dan O).
Oleh karena itu, manusia perlu sangat dijaga kelestariannya. Dan beberapa hal
yang menunjang kelestarian manusia sebagai elemen perencana pola ruang
adalah sebagai berikut :
2.1 Biological Needs
Kebutuhan biologis manusia yang paling penting adalah bernafas, makan
dan minum. Bayangkan jika tidak ada oksigen, atau tanaman dan satwa yang
dapat diolah jadi makanan, maka manusia tidak akan dapat bernafas, makan dan
minum. Kesimpulannya, manusia akan mati dan lenyap dari muka bumi. Jikalau
pun ada ketiga aspek penunjang tersebut, jika tidak direncanakan tempat
peruntukkannya, maka manusia akan sengsara.
Contoh :
Rencana pola ruang pasar sayur mayur dan daging olahan.
Dampaknya jika tidak ada, maka manusia akan kesulitan mendapatkan
bahan makanan dan terancam hidupnya, kecuali mereka bertani sendiri.
Penyediaan ruang terbuka hijau & Taman taman vegetasi
Dampaknya jika tidak ada, maka sulit bagi alam untuk menghasilkan
pasokan oksigen yang baik, dan manusia tidak memiliki udara yang sehat
untuk dihirup, kehidupannya akan terganggu, dan derajat kesejahteraan
hidup manusia sudah dapat dibilang menurun.
-
7
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
2.2 Sensation & Perception
Manusia selalu butuh tempat dalam merasakan sensasi dan dalam
menuangkan persepsinya. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling
ekspresif. Hal ini mendorong direncanakannya suatu pola ruang dalam mewadahi
keinginan manusia dalam merasakan sensasi dan menuangkan persepsinya.
Contoh :
Manusia butuh ruang terbuka hijau atau alam bebas untuk merasakan
sensasi menghirup oksigen yang baik dan sensasi dalam melihat dunia dari
sudut pandang yang berbeda.
Manusia membutuhkan tempat bekerja dan berkarya untuk menuangkan
persepsinya sebagai individu yang berpikir.
2.3 Emotional Needs
Manusia memiliki tingkat kecerdasan emosi yang berbeda. Tapi, secara
generalisasi, manusia memiliki 3 emosi yang paling sering muncul, yaitu senang,
sedih/marah dan gusar. Tingkat kecerdasan manusia secara umum ini mendorong
direncanakannya suatu pola ruang tertentu.
Contoh :
Manusia membutuhkan ruang untuk merasakan kesenangan, maka
direncanakan suatu pola ruang berbentuk tempat hiburan dan rekreasi.
Manusia membutuhkan ruang untuk meredam amarah, mengatasi rasa
sedih dan gusarnya secara rohaniyah, maka direncanakan suatu pola
ruang berbentuk fasilitas peribadatan.
Selain itu, kebutuhan emosi yang lain adalah bahwa manusia
membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi, yang disebut dengan
sosialisasi. Untuk bisa mensosialisasikan persepsi, pikiran atau
ekspresinya, maka manusia tersebut membutuhkan ruang, maka
direncanakanlah pola ruang dalam bentuk ruang sosial, seperti ruang
terbuka hijau, lapangan olahraga, ruang serbaguna dan sebagainya.
-
8
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
2.4 Moral Values
Manusia memiliki suatu nilai moral yang perlu dikontrol dalam dirinya, agar
moralnya tetap ada di dalam jasmaninya dan berfungsi dengan baik guna
menjalani hidup sebagai makhluk mulia yang memiliki akal. Atas kebutuhan
dalam mengontrol perilaku guna menjaga kelestarian moral itu pula, maka
direncanakanlah pola ruang dalam bentuk lembaga permasyarakatan atau
lembaga pengatur yang berisikan hukum hukum dalam mengontrol
tingkah laku manusia, seperti rumah adat dan budaya, tempat peribadatan,
kantor polisi, pengadilan, dsb.
3. Society
Secara harfiah, dapat diartikan sebagai hubungan sosial dan
kemasyarakatan. Hal ini menjadi pendorong juga bagi terciptanya perencanaan
pola ruang.
3.1 Population Composity and Density
Komposisi dan kepadatan penduduk jelas mendorong lahirnya rencana
pola ruang, komposisi masyarakat yang berbeda beda dari segi etnis atau
budaya, menjadi salah satu pendorong dalam menciptakan suatu pola ruang yang
unik, selain itu kepadatan penduduk menjadi penentu urgensi rencana pola ruang
permukiman, baik secara vertikal maupun horizontal. Contohnya adalah sebagai
berikut :
Keragaman etnis, budaya dan agama yang tinggi adalah sebuah
keindahan, tapi jika terlalu dibebaskan, berpotensi memunculkan konflik,
sehingga terdoronglah sebuah upaya dalam meredam potensi konflik itu
dengan melakukan segmentasi dalam rencana pola ruangnya, biasanya
berbentuk zona kampung budaya, kampung nelayan, kampung etnis
tertentu, dsb.
Tingkat kepadatan penduduk akan mendorong direncanakannya pola
ruang permukiman dan perencanaanya akan dibandingkan dengan
persentase ketersediaan lahan non terbangun. Hal ini untuk menentukan
jenis permukiman yang akan direncanakan, apakah vertikal atau
horizontal, apakah beraglomerasi atau desentralisasi.
-
9
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
3.2 Strata Sosial
Pola ruang yang menentukan strata sosial, sudah jarang terlihat di
kawasan perkotaan. Tetapi, untuk di kawasan perdesaan, nuansa ini masih sangat
kental. Pola ruang dan corak bangunan strata sosial seperti status sosial
(penduduk biasa atau kepala suku / adat) atau status mata pencaharian seperti
pegawai pemerintah atau petani, biasanya terlihat jelas di kawasan perdesaan.
Hal ini menunjukkan bahwa strata sosial menjadi salah satu aspek pendorong
direncanakannya pola ruang.
3.3 Pola Kebudayaan
Pola kebudayaan berkaitan erat dengan komposisi penduduk, dimana pola
kebudayaan yang kental dan erat dengan kehidupan masyarakat, akan
memunculkan suatu perencanaan pola ruang khusus yang bercorak kebudayaan
dari daerah tersebut, seperti misalnya di Provinsi Bali.
3.4 Perkembangan Ekonomi
Tingkat perkembangan ekonomi akan menjadi penentu direncanakannya
pola ruang sesuai stratanya. Tipe rumah hunian yang bervariasi menjadi suatu
tolak ukur tingkat perkembangan ekonomi yang dialami oleh penduduk di wilayah
perencanaan. Selain itu, tingkat perkembangan ekonomi juga akan menentukan
rencana pola ruang seperti lapangan pekerjaan, sarana dan prasarana yang
disediakan serta program pengembangan wilayah.
3.5 Pendidikan
Kebutuhan akan pendidikan di masyarakat akan melahirkan suatu rencana
pola ruang fasilitas pendidikan. Chain Reaction dari tingkat pendidikan, jika tingkat
pendidikan masyarakatnya semakin tinggi, maka rencana pola ruang wilayah yang
direncanakan akan bersifat lebih modern, sebagai contohnya adalah rencana pola
ruang kawasan teknopolis. Dimana corak perencanaan pola ruangnya bersifat
advancing technology, yang coraknya lebih modern dan sudah mulai
meninggalkan corak konvensional.
-
10
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
3.6 Kesehatan dan Kesejahteraan
Kebutuhan akan kesehatan yang layak menjadi pendorong lahirnya
rencana pola ruang fasilitas kesehatan, dimana taraf kesehatan masyarakat
menjadi tolak ukur dasar tingkat kesejahteraan masyarakat, bersama dengan
tingkat pendidikan dan perkembangan ekonomi. Semakin tinggi indeks harapan
hidup manusia, maka pola ruang yang direncanakan akan lebih advance dalam
perihal fasilitas kesehatan. Pola ruang fasilitas kesehatan pun memiliki tipe, seperti
halnya rumah hunian. Oleh karena itu, perencanaannya ditinjau pula dari tingkat
perkembangan ekonomi dan tingkat kepadatan penduduknya. Untuk tingkat
kesejahteraan yang lebih lanjut, akan sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendapatan. Untuk memperoleh suatu pendapatan, masyarakat haruslah bekerja,
maka dari kebutuhan akan kesejahteraan ini, muncul rencana pola ruang fasilitas
pekerjaan, seperti perkantoran, pusat perdagangan dan jasa dan sebagainya.
3.7 Hukum dan Administrasi
Berkaitan erat dengan kebutuhan emosional dan moral masyarakat, maka
lahirlah sebuah perencanaan pola ruang untuk memfasilitasi tingkat keamanan
dan kenyamanan masyarakat, yang berbentuk fasilitas hukum, seperti kantor
kepolisian dan pengadilan, fasilitas administrasi pelayanan, seperti kantor
perizinan usaha dan gangguan publik. Fungsinya sebagai koridor dimana
kehidupan bermasyakat memiliki batasan dalam perihal hukum dan gangguan
terhadap publik, untuk tetap menjaga hubungan sosial antar masyarakat dan pada
intinya memunculkan sikap tidak saling merugikan antar sesama.
4. Permukiman (Shells)
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tingkat kepadatan dan
komposisi penduduk, menjadi tolak ukur dasar dalam menetapkan rencana pola
ruang lingkungan permukiman. Aspek aspeknya akan dijelaskan dalam poin
poin sebagai berikut :
4.1 Perumahan (Housing)
Lembaga dalam mengontrol keamanan secara kemasyarakatan adalah
lembaga peradilan, tetapi untuk memunculkan rasa keamanan dan kenyamanan
masing masing individu, memerlukan fasilitas yang berbeda. Guna memfasilitasi
keamanan dan kenyamanan secara personal tersebut, maka diperlukan fasilitas
rumah.
-
11
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
Rumah antar individu dalam suatu lingkungan yang sama, disebut sebagai
perumahan. Dalam sistem perumahan yang direncanakan, akan muncul suatu
hubungan sosial yang dinamakan neighbourhood interaction. Hubungan
bertetangga ini sangat dibutuhkan manusia secara individu untuk memulai
interaksi sosial paling kecil dengan masyarakat sekitarnya.
4.2 Pelayanan Masyarakat
Sarana pendukung aktivitas dan kebutuhan masyarakat direncanakan
sebagai suatu sistem pola ruang yang terpadu dengan memerhatikan lokasi dan
aksesibilitas. Dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat membutuhkan sarana
pendidikan dan kesehatan serta lain sebagainya. Sarana sarana yang
disebutkan, tergolong ke dalam sarana pelayanan masyarakat. Oleh karena itu,
jelaslah bahwa pelayanan terhadap masyarakat sangat berdampak besar dalam
direncanakannya suatu pola ruang.
4.3 Pasar dan Pusat Perdagangan
Pasar dan pusat perdagangan memiliki setidaknya dua (2) fungsi utama,
yakni sebagai tempat masyarakat untuk memenuhi kebutuhan biologi dalam
perihal bahan pangan dan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
kesejahteraan, yakni bekerja. Dalam sistem pasar, ada konsumen, distributor dan
produsen. Konsumen adalah masyarakat dengan kebutuhan biologi dalam perihal
bahan pangan, sementara distributor dan produsen adalah masyarakat dengan
kebutuhan kesejahteraan, yakni pekerjaan.
Melalui penjelasan tersebut, maka kebutuhan pangan (biologi) dan
kesejahteraan memunculkan suatu rencana pola ruang yang bersifat terpadu
(banyak fungsi dalam satu kawasan) dan dituangkan dalam bentuk sarana pasar
dan pusat perdagangan.
4.4 Fasilitas Rekreasi
Seperti yang telah dijelaskan pada kebutuhan manusia, bahwa manusia
adalah makhluk yang ekspresif dan membutuhkan ruang dalam memenuhi
kebutuhan sensasi dan emosi. Salah satu rencana pola ruang yang bertujuan
memenuhi kebutuhan sensasi dan emosi manusia adalah rencana pola ruang
fasilitas rekreasi.
-
12
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
Jadi, sudah sangat jelas bahwa fasilitas rekreasi ini menjadi kebutuhan
bagi manusia, dan dewasa ini, tidak sedikit manusia yang merasakan bahwa
kebutuhan akan rekreasi, telah menjadi kebutuhan hidup primer.
4.5 Pusat Kenegaraan dan Bisnis
Manusia yang lebih tinggi tingkat pendidikannya, pada umumnya dianggap
mampu menjadi perencana atau pengelola ruang yang lebih baik. Sistem
pengelolaan dan perencanaan, di masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah
sistem pemerintahan. Untuk melakukan tugasnya sebagai pemerintah (pengatur
dan pengelola ruang), maka kumpulan manusia tersebut membutuhkan ruang,
yang disebut dengan pusat pemerintahan, atau dalam istilah sistem sosial budaya,
disebut dengan pusat kenegaraan.
Sementara itu, untuk jenis perdagangan yang lebih besar skalanya, dan
membutuhkan tingkat pendidikan, teknologi dan dana yang besar, serta sistem
pengelolaan ekonomi sudah pada tahap ketiga, maka pusat perdagangan yang
lebih besar direncanakan pola ruangnya, dan dikenal dengan istilah pusat
perniagaan dan bisnis. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai pekerja
yang lebih handal dan sebagai pengatur dan pengelola pola ruang, maka
direncanakanlah pola ruang pusat kenegaraan dan pusat perniagaan dan bisnis.
4.6 Industri
Rencana pola ruang industri lahir dari kebutuhan manusia akan pekerjaan
yang setingkat lebih lanjut dari pekerjaan konvensional dan bersifat primer
(pertanian, dsb) dan dari kebutuhan manusia akan tingkat kesejahteraan yang
lebih baik. Pola ruang kawasan industri direncanakan jika potensi surplus sumber
daya dan bahan produksi dari suatu wilayah perencanaan, sudah melebihi kriteria
subsistence (memenuhi kebutuhan sendiri). Kegiatan industrialisme adalah
kegiatan ekonomi sekunder dan berpeluang untuk meningkatkan taraf kebutuhan
akan kesejahteraan masyarakat. Sehingga, direncanakanlah pola ruang fasilitas
industry ini dengan multiple goal, yakni meningkatkan lapangan pekerjaan,
meningkatkan golongan pekerja produktif, memaksa tingkat pendidikan yang lebih
tinggi dan pada akhirnya berupaya meningkatkan taraf kesejahteraan hidup
manusia.
-
13
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
4.7 Pusat Pelayanan Transportasi
Sebuah wilayah yang luas atau memiliki kompleksivitas kegiatan yang
tinggi, dipastikan membutuhkan pusat pelayanan transportasi. Bagaimana tidak,
untuk karakteristik wilayah seperti yang telah dijelaskan, transportasi menjadi
urgensi prioritas untuk menjaga kondusivitas ragam kegiatan yang dilaksanakan
masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Contohnya : aktivitas bekerja
adalah aktivitas guna memenuhi kebutuhan hidup dalam perihal perkembangan
ekonomi dan kesejahteraan yang membutuhkan mobilitas tinggi untuk mencapai
status produktif. Jika transportasi yang digunakan bersifat konvensional (berjalan
kaki atau naik delman) dengan jarak yang jauh, maka pekerjaan yang dilakukan
tidak akan efisien dan efektif, terutama dalam segi waktu. Hal ini mengancam
produktivitas masyarakat dan pada akhirnya berakibat pada menurunnya tingkat
kesejahteraan dan perkembangan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, pola
ruang transportasi menjadi salah satu kebutuhan pilar manusia sebagai
masyarakat, seperti halnya air bersih.
5. Jaringan Infrastruktur
Jaringan infrastruktur atau jaringan prasarana adalah aspek yang
menunjang agar tetap baik fungsinya. Sarana apapun, membutuhkan prasarana
sebagai aspek utamanya agar dapat beroperasi. Uraian prasarana dasar yang
dibutuhkan dalam perencanaan pola ruang adalah sebagai berikut :
5.1 Sistem Penyediaan Air Bersih
Setiap bangunan yang terdapat manusia didalamnya, sangat
membutuhkan air bersih, terutama sarana permukiman. Sebelum ditetapkannya
pola ruang sarana permukiman, maka terlebih dahulu ditetapkan konsep sistem
penyediaan air bersihnya, baik dari segi sumber air, instalasi pengolahan dan
sistem distribusinya. Konsep perencanaan sistem penyediaan air bersih yang baik,
akan meminimalisir fenomena kelangkaan dan kekurangan air yang berpotensi
terjadi di masa yang akan datang.
5.2 Sistem Penyediaan Listrik
Setiap sarana yang beroperasi lebih dari siang hari ( > 12 jam), maka
memerlukan energi listrik. Oleh karena itu, sebelum ditetapkannya perencanaan
pola ruang tertentu, maka ditetapkan terlebih dahulu waktu operasinya, setelah itu,
barulah dirumuskan sistem penyediaan prasarana listriknya.
-
14
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
Bangunan yang berbentuk ruangan, diprioritaskan sebagai sarana yang
wajib tersedia listrik, seperti permukiman, perkantoran, industri dan pusat
perdagangan, karena jika tidak ada listrik, maka fungsi bangunan tersebut diatas
tidak akan optimal secara fungsinya, dan tujuan rencana pola ruang pun akan
terhambat.
5.3 Sistem Transportasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kebutuhan akan
transportasi merupakan salah satu aspek vital dalam pemenuhan kebutuhan
manusia, selain air. Setelah dibangun prasarana jalan dan aspek penunjang
transportasi lainnya, maka selanjutnya ditetapkanlah rencana sistem transportasi
yang baik (efektif dan efisien), sehingga akan meminimalisir fenomena kekacauan
lalu lintas yang dapat menghambat aktivitas manusia dalam kehidupan sehari
harinya.
5.4 Sistem Komunikasi
Dewasa ini, dalam setiap kegiatan manusia, diperlukan sistem komunikasi
yang baik untuk memperlancar aktivitas yang dilakukan manusia tersebut,
terutama dalam segi aktivitas perekonomian. Sistem komunikasi yang terorganisir
dan baik, akan semakin memperlancar aktivitas manusia dan kebutuhan manusia
dalam perihal perkembangan ekonomi dan kesejahteraan hidup, dapat dicapai
dengan lebih cepat. Oleh karena itu, selain ketiga prasarana diatas, prasarana
sistem jaringan telekomunikasi pun memegang peranan penting dalam
perencanaan pola ruang untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
5.5 Sistem Drainase
Fungsi utama sistem drainase adalah sebagai peredam run-off dan
sebagai salah satu solusi dalam menangani banjir. Rencana pola ruang yang baik,
haruslah merencanakan drainase terlebih dahulu, setelah merencanakan jaringan
jalan. Kecenderungan lahan non-terbangun yang akan semakin tergerus oleh
lahan terbangun di masa yang akan datang, berpotensi menyebabkan kurangnya
daerah resapan air, terutama saat terjadi air limpasan (run-off), dan jika sistem
saluran drainase ini dianggap sepele, maka dapat terjadi banjir yang berpotensi
melumpuhkan kegiatan manusia, baik di bidang ekonomi dan yang lainnya.
-
15
Penjelasan Elemen Elemen Pembentuk Pola Ruang
Oleh karena itu, sistem drainase harus menjadi sebuah paket dalam
rencana pola ruang sebagai pengertian terhadap gejala alam, seperti hujan yang
merupakan bagian dari siklus alam (siklus hidrologi).
5.7 Kondisi Fisik Eksisting
Jika merencanakan pola ruang di wilayah yang kosong, dalam artian 100
% belum terbangun, akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan kawasan yang
sudah terbentuk pola ruangnya dari rencana tata ruang terdahulu. Kondisi fisik
eksisting, sangat perlu ditinjau sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan
rencana pola ruang.
Telah disinggung, bahwa sebuah rencana pola ruang, harus memiliki asas
win-win solution , yang diantaranya adalah tidak merusak keadaan alam dan pola
ruang yang sudah berfungsi secara baik. Karena, jika suatu pola ruang yang sudah
baik tersebut dirombak dengan rencana pola ruang yang baru yang dianggap lebih
baik, maka akan terjadi chain reaction, dimana kemungkinannya akan ada
manusia yang dirugikan, alam yang dirusak dan batas batas perencanaan
terdahulu yang dirubah. Oleh karena itu, peninjauan terhadap pola ruang eksisting
bertujuan sebagai pemberi pertimbangan, agar terdapat kebijaksanaan dan
kearifan terhadap perumusan rencana pola ruang yang baru.