eliminasi urine dan fecal
TRANSCRIPT
ELIMINASI URINE DAN FECAL
Dosen : Arief BYP , SKM
PENGERTIAN -Eliminasi adalah proses pembuangan sisia
metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel
(feses).
- Urine normalia adalah pengeluaran cairan yang
prosesnya tergantung pada fungsi organ-organ
eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder dan
uretra.
1. Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine.
Biasanya orang yang mengalami gangguan
eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine,
yaitu tindakan memasukan selang kateter ke
dalam kandung kemih melalui uretra dengan
tujuan mengeluarkan urine.
2. Gangguan Eliminasi Fekal
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami atau berisiko tinggi
mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan
jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk
mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya
dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun
huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui
anus sampai ke kolon desenden dengan
menggunakan kanul rekti.
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine Dan Fecal
1.URINE pertumbuhan dan
perkembangan sosio kultural Psikologi kebiasaan seseorang tonus otot
intak cairan dan makanan
kondisi penyakit Pembedahan Pengobatan pemeriksaan
diaknostik
2. Fecal
1. Usia
bayi kontrol defekasi belum berkembang, usika kontrol defekasi menurun.
2. Diet
makanan bersifat mempercepat prosews produlsi feses, juga kwantitas makanan.
3. Intak Cairan
Ciran kurang feses libih keras karena absorbsi cairan meningkat
4. Aktifitas
Tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma akan membantu proses defekasi.
5. Psikologis
Cemas, takut, marah, ekan meningkatkan pristaltik aehingga menyebabkan diare.
6.Pengobatan
7. Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara
teratur, fasilitas BAB dan kebiuasaan menahan BAB.
8. Penyakit
Diare, konstipasi.
9. Anastesi dan Pembedahan : Biasanya 24-48 jam.
10. Nyeri
bisa mengurangui keinginan BAB.
11. Kerusakan Sensori motorik.
Masalah-masalah Gangguan Pada
Eliminasi
Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi
pada malam hari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali
atau lebih dalam semalam.
Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh
ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan
intake cairan.
Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine
MASALAH ELIMINASI FEKAL YANG SERING DITEMUKAN YAITU:
Konstipasi
merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit,
keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan
nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di
intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Impaction
merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan.
Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
Diare
merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk.
Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di
dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer
sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
Inkontinensia fecal
yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari
anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan
gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara
mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik.
Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.
Flatulens
yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang
dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar
melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan
peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang
menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
Hemoroid
yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal
jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan
mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan
pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB
dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya
pasien mengalami konstipasi.
PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan eliminasi
Riwayat keperawatan eliminasi fekal dan urin
membantu perawat menentukan pola defekasi
normal klien. Perawat mendapatkan suatu
gambaran feses normal dan beberapa
perubahan yang terjadi dan mengumpulkan
informasi tentang beberapa masalah yang
pernah terjadi berhubungan dengan eliminasi,
adanya ostomy dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola eliminasi.
Pengkajiannya meliputi:Pola eliminasiGambaran feses dan perubahan
yang terjadiMasalah eliminasiFaktor-faktor yang mempengaruhi
seperti : penggunaan alat bantu, diet, cairan, aktivitas dan latihan, medikasi dan stress.
2. PEMERIKSAAN FISIK
- Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi
alvi meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi
dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi
dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat
merubah peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus
meliputi inspeksi dan palpasi. Inspeksi feses,
meliputi observasi feses klien terhadap warna,
konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan
adanya unsur-unsur abdomen.
Perhatikan tabel berikut :
1. Ggn pola eliminasi urine : inkontinensia
Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine
Kemungkinan sehubungan dengan:a. Ggn neuromuskulerb. Spasme bladderc. Trauma pelvicd. Infeksi saluran kemih e. Trauma medulla spinalis
Kemungkinan data yg ditemukan :a. Inkontinensiab. Keinginan berkemih yang segerac. Sering ke toiletd. Menghindari minume. Spasme bladderf. Setiap berkemih kurang dari 100
ml atau lebih dari 550 ml
Tujuan yang diharapkan :a. Klien dapat mengontrol
pengeluaran urine setiap 4 jamb. Tidak ada tanda-tanda retensi
dan inkontinensia urinec. Klien berkemih dalam keadaan
rileks
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
Membantu mencegah distensi atau komplikasi
2. Tingkatkan aktivitas dengan kolaborasi dokter/fisioterapi
Meningkatkan kekuatan otot ginjal dan fungsi bladder
3. Kolaborasi dalam bladder training
Menguatkan otot dasar pelvis
4. Hindari faktor pencetus inkotenensia urine seperti cemas
Mengurangi/menghindari inkontenensia
5.
6.
Kolaborasi dgn dokter dlm pengobatan dan kateterisasi
Jelaskan tentang :-Pengobatan-Kateter-Penyebab-Tindakan lainnya
Mengatasi faktor penyebab
Meningkatkan pengetahuan dan diharapkan pasien lebih kooperatif
2. DX : Retensi urineDefinisi : Kondisi dimana seseorang
tidak mampu mengosongkan bladder secara tuntas
Kemungkinan sehubungan dengan :a. Obstruksi mekanikb. Pembesaran prostatc. Traumad. Pembedahane. Kehamilan
Tujuan yang diharapkan :a. Pasien dapat mengontrol
pengeluaran bladder setiap 4 jam
b. Tanda dan gejala retensi urine tidak ada
Kemungkinan data yang ditemukan :
a. Tidak tuntasnya pengeluaran urine
b. Distensi bladderc. Hipertropi prostatd. Kanker e. Infeksi saluran kemihf. Pembedahan besar abdomen
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam Menentukan masalah
2. Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam
Memonitor keseimbangan cairan
3. Berikan cairan 2.000 ml/hari dengan kolaborasi
Menjaga defisit cairan
4. Kurangi minum setelah jam 6 malam Mencegah nokturia
5. Kaji dan monitor analisis urine elektrolit dan berat badan
Membantu memonitor keseimbangan cairan
6. Lakukan latihan pergerakan Meningkatkan fungsi ginjal dan bladder
7. Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih Relaksasi pikiran dapat meningkatkan kemampuan berkemih
8. Ajarkan tehni latihan dengan kolaborasi dokter/fisioterapi
Menguatkan otot pelvis
9. Kolaborasi dalam pemasangan kateter Mengeluarkan urine
1. Ggn eliminasi bowel : konstipasi (aktual/risiko)
Definisi : Kondisi dimana sseorg m’alami perubahan pola yg normal dlm berdefekasi dgn karakteristik menurunnya frekuensi BAB dan feses yg keras.
Kemungkinan berubungan dengan :a. Imobilitasb. Menurunnya aktivitas fisikc. Iluesd. Strese. Kurang privasif. Menurunnya mobilitas intestinalg. Perubahan atau pembatasan diet
Kemungkinan data yang ditemukan :
a. Menurunnya bising ususb. Mualc. Nyeri abdimend. Adanya massa pd abdomen
bagian kiri bawahe. Perubahan konsistensi feses,
frekuensi buang air besar
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Anemiab. Hipotiroidismec. Dialisa ginjald. Pembedahan abdomene. Paralisisf. Cedera spinal cordg. Imobilisasi yang lama
Tujuan yang diharapkan :a. Pasien kembali ke pola normal
dari fungsi bowelb. Terjadi perubahan pola hidup
utk menurunkan faktor penyebab konstipasi
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Catat dan kaji kembali warna, konsistensi, jumlah dan waktu buang air besar
Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel
2. Kaji dan catat pergerak usus Deteksi dini penyebab konstipasi
3. Jika terjadi fecal impaction:•Lakukan pengeluaran•Lakukan gliseril klisma
Membantu mengeluarkan feses
4. Konsultasikan dgn dokter ttg :-Pemberian laksatif-Enema-pengobatan
Meningkatkan eliminasi
5. Berikan cairan adekuat Membantu feses lebih lunak
6. Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yg byk mengandung gas dengan konsultasi bagian gizi
Menurunkan konstipasi
7. Bantu klien dalam melakukan aktivitas pasif dan aktif
Meningkatkan pergerakan usus
8. Berikan pendidikan kesehatan tentang :-Personalhygiene-Kebiasaan diet-Cairan dan makanan yang mengandung gas-Aktivitas-Kebiasaan BAB
Mengurangi/ menghindari inkontenensia
2. Dx Kep : Ggn eliminasi : diare
Definisi : Kondisi dimana terjadi perubahan kebiasaan BAB dgn karakteristik feses cairan
Kemungkinan sehubungan dengan :
a. Inflamasi, iritasi, dan malabsorpsi
b. Pola makan yang salah
c. Perubahan proses pencernaan
d. Efek samping pengobatan
Kemungkinan data yang ditemukan :
e. Feses berbentuk cair
f. Meningkatnya frekuensi BAB
g. Meningkatnya peristaktik usus
h. Menurunnya nafsu makan
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Peradangan bowelb. Pembedahan saluran pencernaan
bawahc. Gastritis/enteritis
Tujuan yang diharapkan :d. Pasien kembali BAB ke pola normale. Keadaan feses berbentuk dan lebih
keras
NO
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor / kaji kembali konsistensi, warna, bau feses, pergerakan usus, cek BB setiap hari
Dasa memonitor kondisi
2. Monito dan cek elektrolit, intake dan output cairan
Mengkaji status dehidrasi
3. Kolaborasi dgn dokter pemberian cairan IV, oral, dan makanan lunak
Mengurangi kerja usus
4. Berikan antidiare, tingkatkan intake cairan
Mempertahankan status hidrasi
5. Cek kulit bagian perineal dan jaga dari gangguan integritas
Frekuensi BAB yg meningkat menyebabkan iritasi kulit sekitar anus
6. Kolaborasi dgn ahli diet tentang diet rendah serat dan lunak
Menurunkan stimulus bowel
7. Hindari stres dan lakukan istirahat cukup
Stres meningkatkan stimulus bowel
8. Berikan penkes tentang : cairan, diet, obat-abatan, perubahan gaya hidup
Meningkatkan pengetahuan dan pencegahan diare.
3. DX Kep : Gangguan eliminasi bowel : inkontinensia
Definisi : Kondisi dimana pasien mengalami perubahan pola dalam BAB dgn karakteristik tidak terkontrol pengeluarannya.
Kemungkinan sehubungan dengan :a. Menurunnya tingkat kesadaranb. Ggn spinter anusc. Ggn neuromuskulerd. Fecal impaction
Kemungkinan data yang ditemukan :a. Tidak terkontrolnya pengeluaran fesesb. Baju yg kotor oleh feses
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :a. Injuri spinal cordb. Pembedahan anusc. Pembedahan ginekologid. Strokee. Trauma pada daerah pelvisf. Usia tua
Tujuan yang diharapkan :g. Pasien dapat mengontrol pengeluaran fesesh. Pasien kembali pada pola eliminasi normal
NO. INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan penyebab inkontinensia Memberikan data dasar utk memberikan asuhan keperawatan
2. Kaji penurunan masalah ADL berhub dgn masalah inkontinensia
Pasien terganggu ADL karena takut BAB
3. Kaji jumlah dan karakteristik inkontensia
Menentukan pola inkontinensia
4. Atur pola makan dan sampai berapa lama terjadinya BAB
Membantu mengontrol BAB
5. Lakukan bowel training dengan kolaborasi fisioterapis
Membantu mengontrol BAB
6. Lakukan latihan otot panggul Menguatkan otot dasar pelvis
7. Berikan pengobatan dgn kolaborasi dengan dokter
Mengontrol frekuensi BAB
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HASIL DARI INTERVENSI
SELESAI
WASSALAM