(email) femmy phi

13
PENGANTAR HUKUM INDONESIA OLEH: FEMMY SILASWATY FARIED, SH., MH., MKN ---HUKUM PERDATA--- SEJARAH BURGELIJK WEETBOOK (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA/KUHPerdata) KODE CIVIL PERANCIS ---------------à BW BELANDA (KUHPerdata) (1811-1838) BW/KUHPerdata PADA TAHUN 1813 BERAKHIRNYA PENDUDUKAN PERANCIS, BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DASAR (GROND WET) NEGERI BELANDA TAHUN 1814 PASAL 100 -------à PANITIA UNTUK MEMBUAT KODIFIKASI DIKETUAI OLEH MR.J.M. KEMPER-------à DIHIMPUN DIBERI NOMOR URUT DAN DITERBITKAN TANGGAL 1 FEBRUARI 1831 PADA TANGGAL BULAN DAN TAHUN TERSEBUT DITETAPKAN PULA WVK, BRV, DAN WVS MENYUSUL KEMUDIAN. WVK: WETBOEK VAN KOOPHANDEL BRV:BURGEIJKE RECHTVORDERING WVS: WETBOEK VAN STRAFRECHT TITAH RAJA 16 MEI 1846 NOMOR 1 TERDIRI DARI 9 PASAL ISINYA DIUMUMKAN DI HINDIA BELANDA DENGAN STB 1847 NOMOR 23 STB: STAASBLAD PASAL 1 ANTARA LAIN BAHWA PERATURAN PERATURAN HUKUM YANG DIBUAT UNTUK HNDIA BELANDA ADALAH: 1.KETENTUAN UMUM PERUNDANG-UNDANGAN DI Indonesia 2.KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 3.KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG 4.PERATURAN SUSUNAN PENGADILAN DAN PENGURUSN JUSTISI 5.KETENTUAN TENTANG KEJAHATAN YANG DILAKUKAN DALAM KEADAAN PAILIT DAN DALAM KENYATAAN TIDAK MAMPUMEMBAYAR. Kondisi hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih bersifat majemuk, yaitu masih beraneka ragam. Beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain : 1. Faktor etnis 2. Faktor yuridis, pada pasal 163 I.S yang membagi penduduk Indonesia dalam 3 (tiga) jenis golongan sebagai berikut: a. Golongan eropa b. Golongan bumi putera (pribumi/bangsa Indonesia asli) c. Golongan timur asing (bangsa tionghoa, India dan bangsa arab) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) di Indonesia terdiri dari empat buku, antara lain: 1. Buku Kesatu, berjudul perihal orang (van persoonen), mengatur hukum perorangan dan hukum kekeluargaan. 2. Buku Kedua, berjudul perihal benda (van zaken), mengatur hukum benda dan hukum waris. 3. Buku Ketiga, berjudul ”perihal perikatan” (van verbintennisen) yang mengatur hukum harta kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban yang

Upload: thegunners

Post on 20-Feb-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dfdfdfdfdfgfdgdfgfsdgvdsdafsdfdssdsdsasdbhjhjhsjhjxbZbjZxjhzjhzXjhbzjhbzhcxzvcbxvcvxcbZXjbshjabADJHADJHAGSDHAHJDSVSVCXZBVCBNXZVCBNXZVCBXZVCGHVCDHSVSDBadsaDJHSABDJHSAJHDSAJHBSAJSVCBNXZCVNBXVCNBXCBJSFSJHSHJDGJHSAGDSJHADHGADHJADHGGHDSKJSAJOIJakljiuweergjhsdkjsahdaKAsbmnxb kjsaasihdkajhdsakjjdsagyusdkjxxZcbhjgdfujdlskldSAHJBSDFGB

TRANSCRIPT

Page 1: (Email) Femmy Phi

PENGANTAR HUKUM INDONESIAOLEH: FEMMY SILASWATY FARIED, SH., MH., MKN

---HUKUM PERDATA---SEJARAH BURGELIJK WEETBOOK (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA/KUHPerdata)

KODE CIVIL PERANCIS ---------------à BW BELANDA (KUHPerdata)(1811-1838)

BW/KUHPerdata → PADA TAHUN 1813 BERAKHIRNYA PENDUDUKAN PERANCIS, BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

DASAR (GROND WET) NEGERI BELANDA TAHUN 1814 PASAL 100 -------à PANITIA UNTUK MEMBUAT KODIFIKASI DIKETUAI OLEH MR.J.M. KEMPER-------à DIHIMPUN DIBERI NOMOR URUT DAN DITERBITKAN TANGGAL 1 FEBRUARI 1831

→ PADA TANGGAL BULAN DAN TAHUN TERSEBUT DITETAPKAN PULA WVK, BRV, DAN WVS MENYUSUL KEMUDIAN.

→ WVK: WETBOEK VAN KOOPHANDEL→ BRV:BURGEIJKE RECHTVORDERING→ WVS: WETBOEK VAN STRAFRECHT → TITAH RAJA 16 MEI 1846 NOMOR 1 TERDIRI DARI 9 PASAL ISINYA DIUMUMKAN DI HINDIA

BELANDA DENGAN STB 1847 NOMOR 23 → STB: STAASBLAD→ PASAL 1 ANTARA LAIN BAHWA PERATURAN PERATURAN HUKUM YANG DIBUAT UNTUK HNDIA

BELANDA ADALAH:1. KETENTUAN UMUM PERUNDANG-UNDANGAN DI Indonesia2. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA3. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG4. PERATURAN SUSUNAN PENGADILAN DAN PENGURUSN JUSTISI5. KETENTUAN TENTANG KEJAHATAN YANG DILAKUKAN DALAM KEADAAN PAILIT DAN

DALAM KENYATAAN TIDAK MAMPUMEMBAYAR.

Kondisi hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih bersifat majemuk, yaitu masih beraneka ragam. Beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain :1. Faktor etnis2. Faktor yuridis, pada pasal 163 I.S yang membagi penduduk Indonesia dalam 3 (tiga) jenis golongan sebagai

berikut:a. Golongan eropab. Golongan bumi putera (pribumi/bangsa Indonesia asli)c. Golongan timur asing (bangsa tionghoa, India dan bangsa arab)

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) di Indonesia terdiri dari empat buku, antara lain:1. Buku Kesatu, berjudul perihal orang (van persoonen), mengatur hukum perorangan dan hukum kekeluargaan.2. Buku Kedua, berjudul perihal benda (van zaken), mengatur hukum benda dan hukum waris.3. Buku Ketiga, berjudul ”perihal perikatan” (van verbintennisen) yang mengatur hukum harta kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban yang berlaku bagi orang-orang atau pihak-pihak tertentu.4. Buku Keempat, berjudul perihal pembuktian dan kadaluarsa (van bewijs en verjaring), mengatur perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.

Ditinjau dari segi perkembangannya, hukum perdata Indonesia sekarang menunjukan tendensi perubahan. Sebagaimana sistematika hukum perdata Belanda yang diundangkan pada tanggal 3 Desember 1987 Stb. 590 dan mulai berlaku 1 April 1988 meliputi 5 buku, yaitu :1. Buku I tentang hukum orang dan keluarga (personen-familie-recht)2. Buku II tentang hukum badan hukum (rechtspersoon)3. Buku III tentang hukum hak kebendaan (van zaken)4. Buku IV tentang hukum perikatan (van verbentennissen)5. Buku V tentang daluarsa (van verjaring)

Page 2: (Email) Femmy Phi

A. Tentang Orang sebagai Subjek Hukum (Natuurlijke Personen)Prof. Subekti: dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Hukum Perdata (hal. 19-21) mengatakan bahwa dalam hukum, orang (persoon) berarti pembawa hak atau subyek di dalam hukum. Seseorang dikatakan sebagai subjek hukum (pembawa hak), dimulai dari ia dilahirkan dan berakhir saat ia meninggal. Bahkan, jika diperlukan (seperti misalnya dalam hal waris), dapat dihitung sejak ia dalam kandungan, asal ia kemudian dilahirkan dalam keadaan hidup.Pada dasarnya manusia mempunyai hak sejak dalam kendungan (Pasal 2 KUH Perdata), namun tidak semua manusia mempunyai kewenangan dan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.Cakap hukum (Pasal 1330 KUH Perdata) – Dewasa (berusia 21 tahun) – Belum berusia 21 tahun tetapi sudah menikahTidak cakap hukum (Pasal 1331 KUH Perdata) – Orang yang belum dewasa – Kurang cerdas – Sakit ingatan – Orang yang berada dalam pengampuan, pengawasan

B. Badan Hukum sebagai Subjek Hukum (Rechtspersoon)Prof. Subekti: (Ibid, hal 21) mengatakan bahwa di samping orang, badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan juga memiliki hak dan melakukan perbuatan hukum seperti seorang manusia. Badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan itu mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantara pengurusnya, dapat digugat, dan dapat juga menggugat di muka hakim.Sri Soedewi Masjchoen: Kumpulan orang yang bersama-sama bertujuan mendirikan suatu badan, yaitu berwujud himpunan dan harta kekayaan yang disendirikan untuk tujuan tertentu.Salim HS: Kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu, harta kekayaan, hak dan kewajiban, serta organisasi.

Undang-undang nasional di lapangan perdata yang pertama kali secara radikal menyatakan tidak berlakunya lagi beberapa ketentuan dalam B W adalah Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, yang lebih dikenal dengan nama singkatan resminya Undang-undang Pokok Agraria (UUP A). Dengan lahirnya UUPA ini tanggal 24 September 1960, maka bagian Buku II BW tentang benda, sepanjang mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, kecualiketentuan-ketentuan mengenai hipotik yang masih berlaku pada mulai berlakunya undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku lagi.

Hukum Benda merinci secara garis besar sebagai berikut:A. Pasal-pasal yang masih berlaku penuh ialah:

1. Pasal-pasal tentang benda bergerak Pasal 505, 509-518 BW.2. Pasal-pasal tentang penyerahan benda bergerak Pasal 612, Pasal 613 BW.3. Pasal-pasal tentang bewoning, ini hanya mengenai rumah Pasal 826-827 BW.4. Pasal-pasal tentang hukum waris Pasal 830-1130 BW. Walaupun ada beberapa pasal dalam Hukum Waris

yang juga mengenai tanah, tanah diwarisi menurut hukum yang berlaku bagi si pewaris.5. Pasal-pasal tentang piutang yang diistimewakan (previlegie) Pasal 1130-1149 BW.6. Pasal-pasal tentang gadai, karena gadai hanya melulu mengenai benda bergerak, Pasal 1150 - Pasal 1160 BW.

B. Pasal-pasal yang tidak berlaku lagi ialah:   1. Pasal-pasal tentang benda tidak bergerak yang melulu berhubungan dengan hak-hak mengenai tanah.   2. Pasal-pasal tentang cara memperoleh hak milik melulu mengenai tanah.   3. Pasal-pasal mengenai penyerahan benda-benda tidak bergerak, tidak pernah berlaku.   4. Pasal-pasal tentang kerja Rodi Pasal 673 BW.    5. Pasal-pasal tentang hak dan kewajiban pemilik pekarangan bertetanggaan Pasal 625-672 BW.   6. Pasal-pasal tentang pengabdian pekarangan (eifdienstbaarheide) Pasal 674-710 B W.    7. Pasal-pasal tentang Hak Opstal Pasal 711 -719 BW.   8. Pasal-pasal tentang Hak Erfpacht Pasal 720-736 BW.    9. Pasal-pasal tentang bunga tanah dan hasil sepersepuluh Pasal 737-755 BW.C. Pasal-pasal yang masih berlaku tetapi tidak penuh, dalam arti tidak berlaku lagi sepanjang mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dan masih tetap berlaku sepanjang mengenai benda-benda lain, ialah: 1. Pasal-pasal tentang benda pada umumnya. 2. Pasal-pasal tentang cara membedakan benda Pasal 503-Pasal 505 BW. 3. Pasal-pasal tentang benda sepanjang tidak mengenai tanah, terletak di antara Pasal-pasal 529-568 BW. 4. Pasal-pasal tentang hak milik sepanjang tidak mengenai tanah, terletak di antara Pasal 570 BW. 5. Pasal-pasal tentang hak memungut hasil (vruchtgebruuk) sepanjang tidak mengenai tanah Pasal 756 BW.

Page 3: (Email) Femmy Phi

6. Pasal-pasal tentang hak pakai sepanjang tidak mengenai tanah, Pasal 818 BW. 7. Pasal-pasal tentang hipotik sepanjang tidak

P H I à PERBEDAAN HUKUM PERDATA DAN PIDANA A. PERBEDAAN DARI SEGI PENGERTIAN

1. HUKUM PERDATA ADALAH HUKUM YANG MENGATUR HUBUNGAN HUKUM ANATARA ORANG DENGAN ORANG, ORANG DENGAN BADAN HUKUM DAN BDAN HUKUM DENGAN BADAN HUKUM LAINNYA, DENGAN MENITIK BERATKAN PADA KEPENTINGAN PERSEORANGAN.BERDASARKAN FUNGSINYA HUKUM PERDATA TERBAGI ATAS:a. HUKUM PERDATA MATERIIL, ADALAH HUKUM YANG MENGATUR HAK-HAK ,

KEWAJIBAN-KEWAJIBAN DAN KEPENTINGAN-KEPENTINGAN YANG DIMILIKI SUBYEK HUKUM

b. HUKUM PERDATA FORMIL, ADALAH HUKUM YANG MENGATUR BAGAIMANA CARA MEMPERTAHANKAN DAN MELAKSANAKAN HUKUM PERDATA FORMIL----- DISEBUT JUGA HUKUM ACARA PERDATA

2. HUKUM PIDANA ADALAH HUKUM YANG MENGATUR PERBUATAN PELANGGARAN DAN KEJAHATAN DAN SANKSI PIDANA APA YANG DIKENAKAN DENGAN MENITIK BERATKAN PADA KEPENTINGAN UMUM.HUKUM PIDANA DARI PENGERTIANNYA TERBAGI ATAS HUKUM PIDANA SUBYEKTIF DAN OBYEKTIF , HUKUM PIDANA OBYEKTIF:→ HUKUM PIDANA MATERIIL ADALAH HUKUM YANG MENGATUR TENTANG PENGENAAN

PIDANA, (PIDANA APA YANG DILAKUKAN, PIDANA APA YANG DIJATUHKAN DAN SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB )

→ HUKUM PIDANA FORMIL ADALAH BAGAIMANA CARA MEMPERTAHANKAN PIDANA MATERIIL---- DISEBUT JUGA HUKUM ACARA PIDANA.

B. PERBEDAAN DARI SEGI SUMBER HUKUMNYA→ SUMBER HUKUM PERDATA:

1. AB (ALGEMEN BEPALINGEN): 2. BW (BURGELIJK WEETBOOK/KUHPerdata)3. KUHD (WEETBOOK KOOPVANHANDLE)4. UUPA (UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA) UU NO. 5 TAHUN 19605. UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN6. UU NO. 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA

BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH7. UU NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG FIDUSIA8. UU NO. 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA JAMINAN SIMPANAN (LPS)

9. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) → SUMBER HUKUM PIDANA:

1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP);2. Undang-undang yang merubah/ menambah KUHP;3. Undang-undang Hukum Pidana Khusus;4. Aturan-aturan pidana di luar Undang-undang Hukum Pidana.

C. SISTEMATIKA KUHPerdata DAN KUHP:→ KUHPerdata:

1. TENTANG ORANG2. TENTANG BENDA3. TENTANG PERIKATAN4. TENTANG PEMBUKTIAN DAN DALUWARSA

→ KUHP:1. ATURAN UMUM2. KEJAHATAN3. PELANGGARAN

PHI->PERBEDAAN HUKUM ACARA PERDATA DAN ACARA PIDANAA. PERBEDAAN DARI SEGI PENGERTIAN

→ Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum perdata.

Page 4: (Email) Femmy Phi

→ Hukum acara pidana Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana. Hukum acara pidana di Indonesia diatur dalam UU nomor 8 tahun 1981.

B. PERBEDAAN MENGADILI→ Hukum Acara Perdata mengatur cara mengadili perkara di muka pengadilan perdata oleh hakim perdata → Hukum Acara Pidana mengatur cara mengadili perkara di muka pengadilan pidana oleh hakim pidana

C. PERBEDAAN PELAKSANAAN→ Pada Acara Perdata inisiatif datang dari pihak yang berkepentingan/ yang dirugikan.→ Pada Acara Pidana inisiatif datang dari jaksa (penuntut umum).

D. PERBEDAAN DALAM PENUNTUTAN1. Pada Acara Perdata yang menuntut tergugat adalah pihak yang dirugikan. Penggugat berhadapan dengan

tergugat. Tidak ada jaksa/ penuntut umum. Timbulnya gugatan atau perkara karena terjadi pelanggaran hak yang diatur dalam hukum perdata.

2. Pada Acara Pidana, jaksa sebagai penuntut umum yang mewakili negara menjadi penuntut terhadap terdakwa.Timbulnya gugatan atau perkara karena terjadi pelanggaran terhadap perintah atau larangan yang diatur dalam hukum pidana.

E. PERBEDAAN DALAM ALAT BUKTI Pada Acara Perdata ada 5 alat bukti, tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah. Pada Acara Pidana hanya 4 saja (tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan), sumpah tidak menjadi alat bukti.

F. PERBEDAAN PENARIKAN KEMBALI DALAM SUATU PERKARA Pada Acara Perdata, sebelum ada putusan hakim, pihak yang bersangkutan dapat menarik kembali perkaranya. Pada Acara Pidana tidak dapat ditarik kembali.

G. PERBEDAAN KEDUDUKAN PARA PIHAK→ HUKUM ACARA PERDATA , Pihak-pihak  mempunyai kedudukan yang sama. Hakim bertindak sebagai

wasit dan bersifat pasif. → HUKUM ACARA PIDANA , Jaksa kedudukannya lebih tinggi dari terdakwa dan hakim turut aktif

H. PERBEDAAN DALAM DASAR KEPUTUSAN HAKIM→ HUKUM ACARA PERDATA: Putusan hakim cukup dengan mendasarkan diri pada kebenaran formal saja

(akta tertulis dll).→ HUKUM ACARA PIDANA: putusan hakim, harus mencari kebenaran material (menurut keyakinan, perasaan

keadilan hakim sendiri). I. PERBEDAAN MACAMNYA HUKUMAN

→ HUKUM ACARA PERDATA: Tergugat yang terbukti kesalahannya dihukum denda atau hukuman kurungan sebagai pengganti denda.

→ HUKUM ACARA PIDANA: Terdakwa yang terbukti kesalahannya, dihukum pidana mati, penjara, kurungan atau denda, atau mungkin ditambah pidana tambahan seperti dicabut hak-hak tertentu, dll.

J. PERBEDAAN DALAM BANDINGAN (PEMERIKSAAN TINGKAT BANDING)→ HUKUM ACARA PERDATA: Bandingan perkara perdata dari Pengadilan Negeri ke pengadilan Tinggi

disebut Appel.→ HUKUM ACARA PIDANA: Bandingan perkara pidana dari Pengadilan Negeri ke pengadilan Tinggi disebut

ReviK. PERBEDAAN DALAM HAL PERDAMAIAN

→ HUKUM ACARA PERDATA: dikenal adanya perdamaian. → HUKUM ACARA PIDANA : TIDAK DIKENAL ADANYA PERDAMAIAN

L. PERBEDAAN DALAM HAL SUMPAH→ Dalam hukum acara perdata dikenal adanya sumpah decissoire yaitu sumpah yang dimintakan kepada pihak

lawannya tentang kebenaran suatu dalil atau peristiwa.→ Dalam hukum acara pidana tidak dikenal adanya sumpah decissoire.

M. PERBEDAAN ASAS→ HUKUM ACARA PERDATA:

Asas di dalam hukum acara perdata di Indonesia adalah: 1. Hakim bersifat menunggu.

Maksudnya adalah hakim bersifat menunggu datangnya tuntutan hak diajukan kepadanya, kalau tidak ada tuntutan hak atau tidak ada penuntutan maka tidak ada hakim. Jadi apakah akan diproses ataukah tidak, apakah suatu perkara atau tuntutan hak itu akan diajukan atau tidak, sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang berkepentingan.  (pasal 118 HIR, 142 Rbg.)

2. Hakim pasif.

Page 5: (Email) Femmy Phi

Hakim di dalam memeriksa perkara perdata bersikap pasif dalam arti kata bahwa ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang berperkara dan bukan oleh hakim.

3. Sifat terbukanya persidangan. Sidang pemeriksaan pengadilan pada asasnya adalah terbuka untuk umum, yang berarti bahwa setiap orang dibolehkan hadir dan mendengarkan pemeriksaan di persidangan. Tujuannya ialah untuk member perlindungan hak-hak asasi manusia dalam bidang peradilan serta untuk lebih menjamin obyektifitas peradilan dengan mempertanggungjawabkan pemeriksaan yang  fair (pasal 19 ayat 1 dan 20 UU no. 4 tahun 2004) Apabila tidak dibuka untuk umum maka putusan tidak sah dan batal demi hukum.

4. Mendengar kedua belah pihak Dalam pasal 5 ayat 1 UU no. 4 tahun 2004 mengandung arti bahwa di dalam hokum acara perdata yang berperkara harus  sama-sama diperhatikan, brhak atas perlakuan yang sama dan adil serta masing-masing harus diberi kesempatan untuk memberikan pendapatnya.

5. Putusan harus disertai alas an-alasan. Semua putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan putusan yang dijadikan  dasar untuk mengadili (pasal 25 ayat 1, 319 HIR, 195, 618 Rbg.) Alasan-alasan atau argument itu dimaksudkan sebagai pertanggungan jawab hakim dari pada putusannya terhadap masyarakat, para pihak, pengadilan yanglebih tinggi dan ilmu hokum, sehingga oleh karenanya mempunyai nilai obyektif.

6. Beracara dikenakan biaya. Untuk beracara pada asasnya dikenakan biaya (Pasal 3 ayat 2 UU no. 4 tahun 2004, 121 ayat 4, 182, 183 HIR, 145 ayat 4, 192-194 Rbg.). Biaya perkara ini meliputi biaya kepaniteraan, dan biaya untukpengadilan, pemberitahuan para pihak, serta biaya materai.

7. Tidak ada keharusan mewakilkan. Pasal 123 HIR, 147 Rbg tidak mewajibkan para pihak untuk mewakilkan kepada orang lain, sehingga pemeriksaan di persidangan terjadi secara langsung terhadap para pihak yang langsung berkepentingan

→ ASAS HUKUM ACARA PIDANAAsas perintah tertulis, yaitu segala tindakan hukum hanya dapat dilakukan berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang berwenang sesuai dengan UU.1. Asas peradilan cepat, sederhana, biaya ringan, jujur, dan tidak memihak, yaitu serangkaian proses

peradilan pidana (dari penyidikan sampai dengan putusan hakim) dilakukan cepat, ringkas, jujur, dan adil (pasal 50 KUHAP).

2. Asas memperoleh bantuan hukum, yaitu setiap orang punya kesempatan, bahkan wajib memperoleh bantuan hukum guna pembelaan atas dirinya (pasal 54 KUHAP).

3. Asas terbuka, yaitu pemeriksaan tindak pidana dilakukan secara terbuka untuk umum (pasal 64 KUHAP). 4. Asas pembuktian, yaitu tersangka/terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian (pasal 66 KUHAP),

kecuali diatur lain oleh UU

Page 6: (Email) Femmy Phi

---(OwO)---

PENGANTAR HUKUM INDONESIAOLEH: FEMMY SILASWATY FARIED, SH., MH., MKN

Definisi Hukum→ Menurut E. Utrecht è dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia, “Hukum adalah himpunan petunjuk

hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang besangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah masyarakat itu”.

→ Menurut A. Ridwan Halim è dalam bukunya Pengantar Tata Hukum Indonesia dalam Tanya Jawab, “Hukum merupakan peraturan-peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus ditaati dalam hidup bermasyarakat”.

→ Menurut E. Meyers è dalam bukunya De Algemene begrippen van het Burgerlijk Recht, “Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, di-tujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melakukan tugasnya”.

→ Menurut Leon Duguit è dalam bukunya Traite de Droit Constitutional, “Hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu”.

→ Menurut L.J. Van Apeldoorn è dalam bukunya Inleiding tot de studie van Het Nederlandse Recht, “Tidak mungkin memberikan definisi kepada hukum karena begitu luas yang diaturnya. Hanya pada tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai”.

Pengantar Hukum Indonesia Pengertian : pengantar atau introduction atau inleiding, artinya memperkenalkan secara umum, sehingga diperoleh gambaran menyeluruh dari ruang lingkup permasalahan secara garis besar. Pengantar bersifat meluas tetapi tidak mendalam Beberapa pendapat tentang istilah Pengantar Hukum Indonesia, yaitu :R. Abdul Djamali Dalam bukunya Pengantar Hukum Indonesia, “Tata Hukum berasal dari bahasa Belanda Recht Orde, adalah susunan hukum, yang artinya memberikan tempat yang sebenarnya. Ini bermakna menyusun dengan baik dan tertib aturan-aturan hukum dalam pergaulan hidup agar dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk menyelesaikan setiap peristiwa hukum yang terjadi. Tata atau susunan itu pelaksanannya berlangsung selama ada pergaulan hidup manusia yang terus berkembang. Oleh karena itu dalam tata hukum ada aturan hukum yang berlaku pada saat tertentu di tempat tertentu, yang disebut hukum positif atau ius constitutum”. Menurut Soediman KartohadiprodjoDalam bukunya Pengantar Tata Hukum Indonesia, “yang dimaksud dengan Tata Hukum Indonesia adalah hukum yang sekarang berlaku di Indonesia. Berlaku berarti yang memberi akibat hukum kepada peristiwa dalam pergaulan hidup; sekarang menunjukkan kepada pergaulan hidup yang ada pada saat ini, dan tidak kepada pergaulan hidup yang telah lampau, tidak pula pada pergaulan hidup masa yang akan dicita-citakan di kemudian hari (ius constituendum). Di Indonesia menunjukkan kepada pergaulan hidup yang terdapat di wilayah Republik Indonesia dan tidak di negara lain”.

Jadi Pengantar Hukum Indonesia adalah mengantar/memperkenalkan atau mempelajari azas-azas/dasar-dasar dari bidang-bidang hukum positif yang saat ini berlaku di Indonesia (IUS CONSTITUTUM) Bagaimana dengan aturan hukum yang masih belum/akan berlaku ? è IUS CONSTITUENDUM Contoh : RUU

HUKUM DALAM ARTI TATA HUKUM Tata Hukum è “recht orde”, yakni : “susunan hukum, artinya memberikan tempat yang sebenarnya kepada hukum” “Memberikan tempat yang sebenarnya”, artinya : menyusun dengan baik dan tertib aturan-aturan hukum dalam pergaulan hidup agar dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk menyelesaikan setiap peristiwa hukum yang terjadi KAPAN LAHIRNYA TATA HUKUM INDONESIA ?Tata Hukum Indonesia è 2 (dua) periode :

Page 7: (Email) Femmy Phi

Periode I : sebelum 17 Agustus 1945, berlaku : → Tata Hukum Kolonial → Tata Hukum Adat

Periode II : setelah 17 Agustus 1945, berlaku : → Tata Hukum Nasional → Tata Hukum Adat → Tata Hukum Kolonial è B.W., KUHP

Mengapa sampai saat ini Tata Hukum Kolonial masih berlaku di Indonesia ? Apa dasar hukumnya ? Bidang-bidang hukum positif, antara lain :→ Hukum Perdata;→ Hukum Pidana;→ Hukum Tata Negara;→ Hukum Administrasi;→ Hukum Adat;→ Hukum Acara Perdata;→ Hukum Acara Pidana;→ Hukum Acara Peradilan Agama;→ Hukum Acara Peradilan Militer;→ Hukum Acara PTUN;→ Hukum Dagang;→ Hukum Agraria;→ Hukum Internasional;→ Hukum Islam;→ Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual;→ Hukum Perlindungan Konsumen;→ Hukum Pajak; → Cyber Law; → dan lain-lain;

Menurut Ulpianus, secara garis besar hukum dibedakan dalam 2 (dua) kategori, yaitu Hukum Privat dan Hukum Publik

~HUKUM PERDATA~Sumber utama à Kitab Undang-undang Hukum Perdata (B.W = Burgerlijk Wetboek)Sistematika B.W Buku I à Orang (van Personen)Buku II à Benda (van Zaken)Buku III à Perikatan (van Verbintenissen)Buku IV à Pembuktian dan Daluarsa (van Bewijs en Verjaring)

Menurut ilmu pengetahuan hukum, pembagian hukum perdata :1. Hukum orang (personen recht)2. Hukum keluarga (familie recht)3. Hukum harta kekayaan (vermogens recht)4. Hukum waris (erf recht)

Subyek HukumPengertian : Segala sesuatu yang menjadi pendukung hak dan kewajiban Subyek Hukum : - Orang/manusia (natuurlijk persoon) - Badan Hukum (rechts persoon)Orang/manusia : - cakap hukum (bekwaamheid) - tdk cakap hukum (onbekwaamheid)

Hukum PerkawinanBeberapa peraturan hukum perkawinan yang pernah dan masih/sedang berlaku di Indonesia

1. KUH Perdata (BW)2. GHR (ordonansi perkawinan campuran), staatsblaad tahun 1898 no. 1583. HOCI (ordonansi perkawinan bagi gol. Kristen di Indonesia), staatsblaad tahun 1933 no. 74

Page 8: (Email) Femmy Phi

4. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Definisi PerkawinanPasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan : “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”Syarat sahnya Perkawinan

• Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) è “Perkawinan adalah sah apabila dilaksanakan menurut hukum agama dan/atau kepercayaan masing-masing”

• Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (2) è “Perkawinan adalah sah apabila dicatatkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”

Hukum Perikatan è Buku III BW Pengertian è Hubungan hukum antara 2 (dua) orang/lebih yang terletak dalam ruang lingkup harta kekayaan, di mana pihak yang satu wajib memberikan prestatie sedangkan pihak yang lain berhak atas prestatie. Sebab-sebab timbulnya Perikatan : 1. Perjanjian 2. Undang-undang Syarat-syarat Perjanjian :Pasal 1320 BW :

1. Konsensus 2. Cakap 3. Hal tertentu 4. Sebab yang diperbolehkan UU

WANPRESTASIPengertian è Debitur tidak memenuhi kewajiban sebagaimana telah diperjanjikan sebelumnya disebabkan oleh kelalaiannya Akibat hukum WanprestasiUpaya Kreditur è Somasi è Gugatan Kerugian : - Kosten (biaya) - Schaden (kerusakan) - Interessen (bunga)Force MajeurePengertian è Debitur tidak memenuhi prestatie sebagaimana yang telah diperjanjikan sebelumnya disebabkan oleh suatu keadaan yang tidak dapat diduga sebelumnya SUMBER SUMBER HUKUM DI INDONESIAApa pengertian sumber hukum ?Sumber Hukum dibedakan 2 (dua) :1. Formal è dibuat oleh mereka yang mempunyai kewenangan formal, antara lain :

Undang-undang (statute); Traktat (treaty); Yurisprudensi; Doktrin ahli hukum;

2. Materiil è isi atau kaidah hukum, yaitu : kebiasaan AZAS-AZAS PERUNDANG-UNDANGAN1. Undang-undang tidak boleh berlaku surut 2. Lex Speciali derogat legi Generali 3. Lex Superiori derogat legi Inferiori 4. Lex Posteriori derogat legi Priori 5. Lex Dura sed Tamen Scripta Pengadilan & PeradilanBeberapa Peraturan Perundang-undangan yang pernah berlaku di Indonesia :

Undang-undang Nomor 19 Tahun 1964 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-undang Nomor 13 Tahun 1965 tentang Peradilan Umum dan Mahkamah Agung Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman

sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970

Page 9: (Email) Femmy Phi

Peraturan Perundang-undangan yang saat ini berlaku :- Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman - Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung juncto Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009- Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi - Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial

Fungsi & Wewenang→ Mengadili → Menegakkan hukum → Menciptakan hukum

Badan-badan PeradilanMenurut ketentuan Pasal 10 ayat (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 :

1. Peradilan Umum 2. Peradilan Agama3. Peradilan Militer 4. P T U N

Susunan (struktur) Kelembagaan Peradilan & Kewenangannya

~HUKUM PIDANA~Sumber Utama è KUH Pidana è WvS (Wetboek van Strafrecht) Dasar Hukum berlakunya KUHP è

- UU No. 1 Tahun 1946 - UU No. 73 Tahun 1958

Sistematika KUHP• Buku I : Aturan Umum • Buku II : Kejahatan (misdrijven)• Buku III : Pelanggaran (overtredingen)

Bentuk-bentuk PemidanaanMenurut ketentuan Pasal 10 KUHP

I. Pidana Pokok, antara lain : 1. Mati 2. Seumur hidup 3. Selama waktu tertentu 4. Kurungan

II. Pidana Tambahan, antara lain :

Page 10: (Email) Femmy Phi

1. Pencabutan hak-hak tertentu 2. Perampasan barang-barang tertentu 3. Pengumuman keputusan hakim

---(OwO)---