empat kompetensi - eprints.ulm.ac.id

135

Upload: others

Post on 18-Mar-2022

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id
Page 2: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

i

EMPAT KOMPETENSI UNTUK MEMBANGUN

PROFESIONALISME GURU

Penulis :

Drs.H.M.Hatta Hs., M.AP.

Nizamia Learning Center

2018

Page 3: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

ii

Empat Kompetensi Untuk Membangun

Profesionalisme Guru Drs.H.M.Hatta Hs., M.AP. © Nizamia Learning Center 2018 All right reserved Anggota IKAPI No. 166/JTI/2016 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit

Penulis:

Drs.H.M.Hatta Hs., M.AP. Editor : Dr. H. Amka, M.Si.

Desain & Layout :

Achmad faruq

Diterbitkan pertama kali oleh Nizamia Learning Center Ruko Valencia AA-15 Sidoarjo Telepon (031) 8913874 E-mail: [email protected] Website: www.nizamiacenter.com Cetakan pertama, Oktober 2018 vi + 128 hlm.; 14 x 21 cm ISBN 978-602-5852-65-7

Page 4: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

iii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,

meskipun dalam berbagai keterbatasan akhirnya tulisan

ini dapat dirampungkan dan menghantarkan ketangan

pemaca. Buku ini ditulis untuk memenuhi keinginan apa

yang bisa dilakukan dalam ragka membangun Asosiasi

Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS) PGRI.

Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(AD/ART) PGRI pasal 31 ayat (1) dan (2) bahwa hak dan kewajiban dan mekanisme hubungan kerja PGRI dengan

Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis menjadi tanggung

jawab bersama dalam rangka untuk membangun

profesionalisme guru.

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan

potensi guru agar pelaksanaan pembelajaran di sekolah

bisa menarik dan mampu memberi sumbangan terhadap

peningkatan mutu pendidikan.

Guru sudah pasti berhadapan dengan siswa di sekolah

yang memiliki kemampuan beragam, maka haruslah

memiliki persiapan yang matang dalam mengelola pembelajaran agar pembelajaran itu tetap menarik bagi

siswanya.

Guru yang profesional tidak akan ada kehawatiran dalam

menghadapi pembelajaran yang memiliki dinamika

kemampuan siswanya di dalam kelas. Kompetensi guru

sangat diperlukan dalam menghadapi persoalan

pembelajaran yang digambarkan seperti tersebut.

Kompetensi ini sudah ada sejak Kurikulum 1984 yakni

Kurikulum Berbasis Kompetensi, kemudian dilanjutkan

Page 5: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

iv

pada kurikulum berikutnya. Kehadiran buku ini secara

khusus akan membahas empat kompetensi yang sedang

dibicarakan dalam dunia pendidikan sekarang dan

sekaligus membangun profesionalisme guru dalam

rangkaian peningkatan mutu pendidikan.

Kehadiran buku ini bukanlah tulisan yang terbaik, akan

tetapi ikut memberi sumbangan pemikiran dan alternatif

untuk memahaminya secara sungguh-sungguh, oleh

karena itu sangat memerlukan masukan dan sumbang

saran untuk melengkapinya.

Saya sampaikan terimaksih atas sumbang sarannya dalam

penyempurnaan buku ini.

Penulis,

Drs.H.M.Hatta Hs., M.AP.

Page 6: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi

BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Dasar Hukum

1

2 3

BAB II MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU A. Guru Profesional B. Prinsip Guru Profesional C. Syarat Guru Profsional D. Profesional dan Tata Kelola Guru E. Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis

5 9 9

10 15

BAB III EMPAT KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Kpribadian

B. Kompetensi Sosial C. Kompetensi Profesional D. Kompetensi Pedagogik E. Diskrepsi dan Garis Program

Peningkatan Kompetensi Guru

17 21 31 53 92

BAB IV MUTU PENDIDIKAN A. Membangun Mutu Melalui Guru

Profesional B. Permasalahan Mutu dan Daya

Saing Pendidikan

102

106

BA

V KODE ETIK GURU INDONESIA A. Pengertian Kode Etik B. Sejarah Kode Etik Guru Indonesia C. Kode Etik Guru Indonesia

113 115 118

Daftar Kepustakaan 122

Page 7: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

vi

Page 8: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

1

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen telah 13 tahun disahkan, sejak itulah guru diwajibkan

memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi. Kewajiban

itu dimaksudkan adalah menjadi sarana untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentan

Sistem Pendidikan Nasional yang tersebut dalam pasal 3

berbunyi “

Dari keinginan yang terdapat dalam tujuan pendidikan

nasional tersebut, maka kompetensi guru adalah salah satu

sarana yang sangat dominan untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional, oleh karena itu guru harus wajib

memahami apa sesungguhnya yang disebut kompetensi itu

sebagaimana terdapat dalam UU No.14 Tahun 2005 pasal 8.

Pada pasal 10 disebutkan bahwa kompetensi guru itu

pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

kualifikasi

kompetensi

sertifikasi

Kompetensi kepribadan

Kompetensi sosial

Kompetensi profesioanl

Kompetensi pedagogik

(1)menjadi manusia yang :

- beriman

- bertakwa kepada TYE

- berakhlak mulia

- sihat

- berilmu

- cakap

- kreatif

- mandiri

(2) menjadi warga negara yang :

- demokratis

- bertanggung jawab

Page 9: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

2 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial dan kompetensi professional yang

semuanya diperoleh melalui pendidikan profesi. Apa yang dimaksud kompetensi itu? Menurut Kamus

Umum Bahasa Indonesia (WJS Purwadarminta) kompetensi

adalah “ kewenangan” untuk menentukan atau

memutuskan sesuatu atau bisa pula kompetensi berarti

kemampuan atau kecakapan”. Menurut Broke and Stone

(Dalam Guru Profesional 2001) mengatakan “ descriptive of

kualitative natur of teacher behavior apprears to be entrily

meaningful”. Kompetensi guru merupakan kemampuan

guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung

jawab dan layak. Selanjutnya jika kita hubungkan dengan

tujuan pendidikan nasional maka pelaksanaannya

dilakukan secara profesional dan kompetensi guru menjadi

sarana untuk menggunakan kewenangan dalam

melaksanakan profesi keguruan.

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di

atas bahwa kompetensi menjadi kewajiban guru dalam

melaksanakan tugas profsi keguruan maka dalam rangka

pelaksanaan pembelajaran secara profesional bagi guru

sangat diharapkan mengetahui dan memahami serta

mengaplikasikan secara kontinuitas baik ketika berada

dalam kelas maupun di luar kela lebih-lebih ketika guru

berada ditempat tinggal harus beradaptasi dengan

lingkungan setempat.

Sehubungan dengan persepsi itu diharapkan semua pihak

yang berkepentingan dengan keinginan peningkatan mutu

pendidikan akan berusaha saling memperkuat kebersamaan

untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu :

Page 10: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

3

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

a. Bertindak secara professional dalam rangka

melaksanakan tugas mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran peserta

didik;

b. Melaksanakan kewajiban membina hubungan terhadap

orang tua siswa / peserta didik, masyarakat, teman

sejawat dan profesi serta organisasi dan pemerintah

dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu.

2. Sasaran

Secara khusus diaplikasikan kompetensi guru ini adalah

diaplikasikan dalam pelaksanaan Kode Etik Guru Indonesia

(KEGI) di mana guru harus mampu melaksanakan tugas-

tugas pendidikan secara maksimal dengan

memperimbangkan terbangunnya kemampuan guru dalam

melaksanakan pembelajaran secara profesional dengan

memeperhatikan empat kompetensi guru yaitu kompetensi

kepribadian, komptensi sosial, kompetensi pedagogik dan

kompetensi professional.

C. Dasar Hukum

Ketentuan untuk melaksanakan kewajiban guru sebagai

pendidik selalu didasari oleh regulasi yang memayungi

Page 11: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

4 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

agar kegiatan berjalan sesuai harapan masyarakat dan

pembelajaran dalam pelaksanaannya berjalan secara baik

dan layak.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen;

3. Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

yang diubah dengan Perauran Pemerintah Nomor 19 Tahun

2017 tentang Guru;

Page 12: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

5

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

BAB II MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU

A. Guru Profesional

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut

keahlian dari para anggotanya. Guru yang menyandang

sebagai pekerjaan yang profesional dan berada di bawah

rumah besar PGRI yaitu Persatuan Guru Republik

Indonesia menjadi sebuah organisasi profesi sudah jelas

para penghuni dari rumah profesi itu pasti kumpulan

orang-orang yang profesional, demikian kemungkinan

anggapan orang terhadap guru. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat (4)

menyebutkan untuk memenuhi standar mutu atau norma

tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesi akan

melahirkan guru yang profesional yaitu suatu pekerjaan

atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang yang

memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang

mamadai. Profesi guru di Indonesia menghendaki memiliki peringkat

teratas dibandingkan profesi dan pekerjaan yang lain, tetapi

pengakuan seperti itu sungguh sangat berat perjuangannya,

tetapi bukan tidak mungkin, untuk dilakukan karena guru

merupakan sumber pertama dan utama untuk menjadikan

pekerjaan yang lain menjadi profesional, yang sangat berat

itu adalah mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Pada

tahun 80 an pernah disampakan visi untuk menggugah agar

termotivasi untuk bekerja seperti “ PGRI yang dinamis,

mandiri, berwibawa yang dicintai oleh anggotanya disegani

oleh mitranya dan diakui keberadaannya oleh masyarakat”.

Dengan visi itu diharapkan para anggotanya ada

perubahan.

Page 13: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

6 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

(Gambar 1)

Profesi kedokteran misalnya, sesorang mau berobat ke

dokter atau datang kepada menteri kesihatan sama-sama

berobat. Dokter memberi obat sama seperti yang diberikan

oleh menteri kesihatan, tetapi ketika pasien

menggunakannya terasa perbedaan dalam sugestinya.

Psikologi seseorang lebih cepat merespon apabila obat yang

diberikan oleh dokter jika dibandingkan dengan obat yang

diberikan oleh menteri kesihatan, itulah pengakuan yang

terjadi dan sudah melekat pada hati seorang pasien.

Pada contoh lain profesi advokasi sesorang yang beracara

dengan advokasi lebih meyakinkan jika kita beracara

dengan orang yang bukan profesi advokasi. Kapan profesi

guru bisa terjadi seperti itu? Artinya pekerjaan yang

dilakukan guru tentu tidak bisa dilakukan oleh sembarang

orang yang tidak memiliki kompetensi/kapasitas yang

sudah tidak terlatih dan sudah tidak disiapkan secara

Page 14: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

7

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

khusus terlebih dahulu untuk terjun melakukan pekerjaan

itu. Menurut Agus F. Tamayong (dalam Moh. Uzer Usman

2001:15) menguraikan bahwa guru profesional adalah guru

yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam

bidang keguruan yang terdidik dan terlatih dengan baik

serta memiliki pengalaman yang kaya bidangnya, sehingga

ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru

dengan kemampuan maksimal. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang prinsip-prinsip

profesionalitas pasal 7 huruf c, d, dan g, yang relevansinya

dengan kemampuan seseorang guru yakni guru harus

memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan

sesuai tugas. Guru yang memiliki pengetahuan dan

linearitas mata pelajaran yang ada dalam kurikulum harus

diajarkan dan diempu oleh mereka yang berkelayakan

mengajarkan ilmu itu atau kualifikasi akademik harus pula

sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Selain

kualifikasi akademik harus pula memiliki kompetensi atau

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Pendekatan kompetensi ini adalah dimaksudkan guru

mampu memahami adanya keberagaman siswa, yaitu

keberagaman sosial, budaya, ekonomi, profesi /

kemampuan dan kejiwaan. Keberagaman akan dapat

menjadi strategi untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional. Menurut Prof. Dr.Mungin Eddy Wibowo, M.Pd. dalam

makalahnya yang berjudul “ Membangun Profsionalisme

Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ” Seminar

Page 15: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

8 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Pedidikan pada HUT ke- 71 PGRI di Kabupaten Barito

Kuala Kalimantan Selatan 2016” mengatakan:

a. Guru adalah profesi karena mempunyai dasar

pengetahuan keterampilan dan sikap khusus dan

diakui oleh masyarakat sebagai tenaga spesialis.

Pengakuan itu tercermin dalam UU Nomor 14 Tahun

2005 pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik.

b. Guru adalah orang yang digugu dan ditiru, oleh sebab

itu guru harus mampu mengupayakan seluruh

kemampuan / potensinya baik secara efektif, kognitif,

maupun psikomotor. Predikat sebagai guru bukan saja

sebagai tugas fungsional yang melekat pada dirinya

akan tetapi sekaligus sebagai amanah yang diterima

sebagai janji kepada Sang Khalik untuk memenuhi jalan

kehidupan sehari-hari, sehingga pekerjaan itu tidak

menjadi beban tetapi semata janji dalam kehidupan.

Kalau pekerjaan guru sudah bernilai sebagai amanah

dari Sang Khalik sudah mengakar dalam jiwa dan

pengabdiannya, maka akan berusaha untuk membantu

watak serta prilaku siswanya serta turut serta

mencerdaskan bangsa melalui pembelajaran.

c. Guru adalah profesi yang mulia dan altruistik. Profesi

ini tentu disenangi semua orang karena dengan

kemuliaannya orang menggantungkan harapan masa

depannya. Dalam dirinya tersimpan dan tergambar

kehidupan masa depan yang lebih baik penuh

pengabdian, ramah, bersahabat dan memiliki

kometmen untuk membawa pembelajaran ke arah

pembelajaran yang bermakna.

Page 16: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

9

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

B. Prinsip Guru Profesional

Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh guru

yang akan menjadi guru profesional, prinsip ini ada

kaitannya dengan bidang pekerjaan khusus yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip tersebut seperti :

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

2. Memiliki kometmen untuk meningkatkan mutu

pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

3. Memiliki kualitas akademik dan latar belakang

pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan

bidang tugas;

5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas

keprofesionalan;

6. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar

sepanjang hayat;

7. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan, dan

8. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai

kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan

tugas keprofesionalan guru.

(UU No.14 Tahun 2005 pasal 7 ayat (1)

C. Syarat Guru Profesional Guru dapat dikatakan wajib memiliki persyaratan untuk

menjadi guru yang profesional, persyaratan itu adalah :

1. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau

diploma empat (S-1 atau D-IV) seperti tersebut dalam

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

pasal 82 ayat (2) yang berbunyi, guru yang belum

Page 17: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

10 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

memiliki kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik

sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang ini wajib

memenuhi kualifiksi akademik dan sertifikasi pendidik

paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak berlakunya

Undang-Undang tersebut di atas.(UU ini berlaku sejak

tanggal, 30 Desember 2005).

2. Memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial

dan profesional, kompetensi guru sesuai dengan UU

Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat (1) meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial dan kompetensi professional.

3. Memiliki sertifikat pendidik;

4. Sehat jasmani dan rohani, dan

5. Memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

D. Profesionalisme dan Tatakelola Guru Di antara sejumlah permasalahan yang mengemuka

saat ini mengenai tatakelola guru adalah kemampuan

daerah pengelolaan yang menjadi perhatian mendasar.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, menandai adanya perubahan

pengeloaan guru dalam dunia pendidikan. Pengelolaan

guru dahulu terkonstrasi menjadi kewenangan daerah

kabupaten/kota sekarang sudah beralih menjadi

kewenangan (1) Pendidikan Dasar (SD,SMP) kewenangan

kabupaten / kota; (2) Pendidikan menengah (SMA, SMK kewenangan provinsi, sedangkan (3) Pemerintah Pusat

mempunyai kewenangan terhadap pendidikan tinggi (PT). Dengan pembagian kewenangan dan tanggung

jawab ini diharapkan mutu pendidikan semakin baik karena

terkonsentrasi dalam pembinaannya. Pendidikan kita

dihadapkan dengan tuntutan dunia yang kini memasuki era

Page 18: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

11

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

terbuka karena geografis yang membentang luas lazimnya

kita akan menggeluti dunia bebas komunikasi, era gerakan

kemanusiaan yang menggelobal, era transformasi, dan era

dahsyatnya kemajuan industri komunikasi atau 4.0.

Di sisi lain adanya pembagian kewenangan tersebut

yang menjadi masalah adalah pendidikan dasar, karena

mengingat kemampuan anggaran yang berbeda-beda tiap

daerah sehingga peningkatan mutu tidak merata. Apalagi

personel yang mengelola pendidikan – sejak berlakunya UU

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Otonomi Daerah) maka sejak itu pula urusan pemerintah

menjadi kewenangan / urusan bupati/walikota, semua

urusan personel menjadi kewenangannya dalam

penempatan pejabat birokrasi pendidikan- tersebut orang

yang tidak professional, sehingga semangat yang melatar

belakangi orang yang menginginkan duduk dalam jajaran

birokrasi agaknya lebih didominasi oleh harapan-harapan

yang “ salah kaprah” seperti agar memperoleh pasilitas atau

pelayanan yang istemewa, atau demi peningkatan status

sosial. Akibatnya budaya rela berkorban atau semangat

melayani pihak-pihak lain (terutama kepentingan guru,

kepala sekolah dan masyarakat) dapat dikatakan hanya

cerita belaka. Situasi dan kondisi seperti ini jelas tidak

menguntungkan, kontra produksi, bahkan dapat menjadi

tanda-tanda awal “kiamat” bagi dunia pendidikan. Di

gambarkan dalam pengelolaan pendidikan ada tiga sumber

daya manusia yang utama menjadi penentu akhir dari

berhasil tidaknya praktisi pendidikan dalam rangka

pencapaian tujuan pendidikan, yaitu : guru, kepala sekolah,

dan birokrasi pendidikan. (Reformasi Pendidikan 2002 : 86-

87).

Page 19: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

12 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Gambar 2

Ketiga SDM itu diharapkan mampu bekerjasama dalam

rangka kerja yang professional, efektif dan ideal.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut perlu

dipertegas, bahwa pengelolaan mutu tetap menjadi kendali

pusat, sedang di daerah kabupaten/kota dan provinsi

hanya mempunyai kewenangan untuk membayar gaji,

mengangkat, memutasi, mempesiunkan dan

memberhentikan. Mutu menjadi ranah pemerintah pusat

sehingga standar yang ditentukan dapat dicapai dengan

cepat dan dalam kegiatan yang sama. Saat ini menafsirkan

Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Pusat tentang Pendidikan masih berbeda-beda, salah satu

contoh penempatan kepala sekolah swasta sudah dua tahun

berjalan masih ada provinsi yang belum selesai

menandakan adanya ketidaksingkronan dalam memahami

undang-undang tersebut. Dua tahun berjalan pengalihan SMA/SMK ke

provinsi pengelolaan guru sebagai profesional belum dapat

diimplementasikan sebagaimana diharapkan dalam

Lingkungan

makro,

maksudnya

menciptakan

SDM yang di luar

atau punya ruang

lingkup yang

lebih besar

Guru dan

Kepala Sekolah

menciptakan

SDM yang

bergerak

langsung pada

lingkungan

sekolah

Kepala Dinas Pendidikan

Kepala Sekolah

Guru

Page 20: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

13

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

pengelolaan guru, seperti : pemilihan guru berprestasi,

penempatan kepala sekolah swasta, sehingga tidak

mengherankan jika pengelolaan guru, kepala sekolah masih

terkendala disebabkan pemahaman terhadap Undang-

Undang 23 Tahun 2014 masih beragam pemahaman yang

terjadi di daerah. Masalah lain yang cukup mendasar dan menarik

perhatian adalah masih rendahnya kreadibilitas dalam

pengelolaan guru dan tenaga kependidikan seperti

rendahnya anggaran pendidikan, penempatan personel

atau tenaga pendidikan orang yang banyak beroreintasi

proyek sehingga faktor pendidikan mengalami penurunan

mutu pendidikan di sekolah. Terkait dengan penempatan

personel disebabkan kurang tumbuhnya sistem merit dalam

penempatan tenaga pendidikan sebagai jabatan yang

disebut

“ professional” masalah ini ditandai oleh masih

besarnya pengaruh faktor non-merit seperti : keturunan,

kedekatan, nepotesme, dan kepentingan politik ketimbang

faktor kecakapan, keahlian dan kinerja dalam mekanisme

ketimbang penempatan penugasan. Jauh lebih menghawatirkan adalah rendahnya sistem

dan mekanisme sertifikat guru, karena sertifikasi guru

dengan anggaran sangat besar menjadi mubazir karena

tidak berdampak terhadap peningkatan mutu profesi guru

sebagaimana diharapkan dari tujuan kebijakan ini. Jika

belum mampu meningkatkan mutu kinerja dan

profesionalisme guru maka sertifikasi guru tidak dapat

diandalkan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Isu ini muncul karena sertifikasi guru ditafsirkan dari sisi

peningkatan penghasilan bahkan “ status Sosial” daripada

peningkatan professional dari kinerja guru.

Page 21: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

14 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Pemerintah seharusnya mengawal bagaimana

menjadikan guru agar terus-menerus menjadi professional,

sementara beranggapan dengan diberikan sertifikasi guru

mutu pendidikan harus meningkat, sementara dalam

pembinaan professional diabaikan. PGRI mempunyai

kemampuan untuk membangun profesionalisme guru,

tetapi tidak mempunyai kewenangan anggaran untuk

melaksanakan. Sedangkan yang mempunyai kewenangan

membuat anggaran, tetapi di daerah tidak mempunyai

kemampuan untuk membangun profesionali guru. Itulah

masalah yang dihadapi sekarang.

E. Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis Asosiasi berpotensi menjadi medium peningkatan

kompetensi guru, asosiasi adalah kumpulan guru yang

mengampu mata pelajaran sama tujuan utama yakni

berpikir secara profesional untuk meningkatkan

kemampuan guru.

Sesuai bunyi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

PGRI bab XIV pasal 31 tentang Asosiasi Profesi dan

Keahlian Sejenis merupakan anak lembaga PGRI yang

menyatakan bergabung atau berapliasi dengan PGRI yang

menjadikan salah satu perangkat kelengkapan organisasi

PGRI. Organisasi ini mempunyai hak, kewajiban dan mekanisme

antar PGRI dengan Asosiasi Profesi. Anak Lembaga ini

dapat memberikan kontribusi bagi satuan pendidikan

untuk melakukan kegiatan bersama dalam meningkatkan

profesinalisme guru, profesionalisme inilah yang menjadi

ciri khas bagi orang yang menghuni rumah besar guru

tersebut.

Page 22: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

15

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

Dalam peraturan organisasi, Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB.PGRI) Nomor : 04/PO/PB/XXI/2015 tentang Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis Bab I pasal 1 ayat (4) menyebutkan” Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis adalah himpunan / ikatan / kelompok guru dan/atau tenaga kependidikan yang memiliki bidang pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian yang memenuhi persyaratan untuk menyandang jabatan profesi di bidang pendidikan”. Selanjutnya dikatakan pula pada PO tersebut bahwa Asosiasi profesi mempunyai tujuan (1) meningkatkan profesionalitas dan kompetensi guru secara berkesinambungan; (2) mempersatukan guru baik pada jenis (TK, SD, SMP, SMA, dan SMK) yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun (RA, MI, MTs, MA, MAK) yang berada di bawah Kementerian Agama, dan (3) mengembangkan layanan profesi yang berkualitas.

D. Keahlian Sejenis

Keahlian sejenis adalah (menurut Kamus KBBI), keahlian kata nominal dari kata ‘ahli’ yang berarti kemahiran dalam suatu ilmu (kebudayan, pekerjaan). Dalam ilmu pendidikan latihan keahlian adalah bagian pendidikan yang bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang disyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan termasuk latihan ketata laksanaan. Pengertian sejenis adalah sebangsa, semacam, serupa. Jadi dapat dikatakan Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis PGRI adalah anak lembaga yang menjadi wadah para guru / anggota yang bekerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki dalam satu bidang mata pelajaran atau satu pekerjaan untuk membangun profesionalisme.

Satu bidang / jenis mata pelajatan Satu jenis pekerjaan

o Pendidikan Agama o Bahasa Indonesia

Kepala Sekolah TK,SMP/SMA/SMK/MA

Page 23: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

16 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

o Bahasa Inggris o Ilmu Pengetahuan Alam o Ilmu Pengetahuan Sosial o Matematika o Dan lain-lain

Pengawas SMA/SMK/MA

Pengawas SMP/MTs

Pengawas SD

Pengawas TK/PAUD

Kepala Tata Usaha Sekolah

Operator Sekolah

Page 24: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

17

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

BAB III EMPAT KOMPETENSI GURU

A. Kompetensi Kepribadian

Manusia dilahirkan secara langsung diberi nama

sebagai makhluk sosial, makhluk ciptaan Tuhan

yang Maha Esa yang paling sempurna tapi

mempunyai peran yang unik dalam kehidupan

terlebih-lebih yang berkaitan diri sendiri. Di sekitar

kehidupan banyak makhluk makhluk lainnya yang

berdampingan dengannya satu sama lainnya saling

memberi dan menentuka sehingga

kesempurnaannya tadi masih ada ketergantungan

dengan makhluk lainnya. Ini mengisyaratkan agar

manusia itu dilahirkan sebagai makhluk yang

sempurna agar tidak sombong dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam kehidupan masyarakat yang sangat

sederhana, seperti mereka yang hidup di

perkampungan yang jauh dari jangkauan keramaian

dan hiruk pikuk kehidupan kota, atau daerah

tertinggal (3T) Terdepan, Terluar dan Tertinggal

secara tidak sengaja orang tua akan melatih anak-

anak mereka dengan kehidupan sehari-hari seperti

pergi ke sawah, ke kebun mencari kayu dan

menangkap ikan. Adat istiadat, sopan santun yang

berlaku dalam lingkunagn dipelajari oleh anak-anak

mereka secara alamiah yang sepontan secara tidak

sengaja dengan meniru, mencoba dan melatih diri

tanpa tuntunan yang pasti tetapi nyata dan

bersahaja.

Page 25: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

18 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Timbul pertanyaan apa sebenarnya yang disebut

kepribadian itu? Kepribadian sulit didefinisikan

secara teori, karena tidak ada wujudnya tidak

terlihat secara tampak karena abestrak (ma’nawi)

sukar dilihat dan bisa berubah-ubah. Orang bisa

mengatakan dengan mudah orang itu baik, kuat dan

menyenangkan, ada pula yang mengatakan orang

itu mempunyai kepribadian lemah tidak baik atau

buruk dan sebagainya yang timbul dari pandangan

orang lain. Bisa pula kepribadian itu orang melihat

dari segi berpakaian, cara bargaul dan dalam

bertindak setiap menghadapi persoalan atau

masalah. Menurut Dr.Zakiah Daradjat bahwa

keperibadian terpadu adalah (1) dapat menghadapi

segala persoalan dengan wajar dan sihat, karena

segala unsur dalam pribadinya bekerja seimbang

dan serasi; (2) pikirannya mampu bekerja dengan

tenang setiap masalah dapat dipahaminya secara

objektif. (Keperibadian Guru 1980 : 17).

Pada kesempatan ini lebih baik kita memandang

kepribadian tersebut secara terpadu agar terlihat

secara wajar, sihat supaya nilainya seimbang dan

serasi. Posisi guru dalam beraktivitas sehari-hari akan

mendapat penilaian oleh lingkungan kerjanya, baik

oleh teman sekelas, oleh anak-anak atau siswanya

lebih-lebih masyarakat dan orang tua siswa itu

sendiri. Padahal guru adalah manusia biasa tetapi

memiliki predikat sebagai insan cendekia untuk

membangun bangsa, lima tahun ke depan anak-anak

bangsa terbaik akan berada di tangannya, kenapa

dikatakan lima tahun karena ukuran kurkulum

Page 26: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

19

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

setiap lima tahun akan ditinjau kemali untuk

melakukan perbaikan dan tuntutan zaman.

Bagaimana orang yang akan membangun bangsa itu

paling tidak memiliki kompetensi kepribadian yang

standar dalam dunia pendidikan. Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang

berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri

yang kelak harus memiliki nilai-nilai moral yang

luhur terpuji sehingga dalam sikapnya sehari-hari

akan terpancar keindahan apabila dalam sikap

pergaulan, pertemanan, dan juga ketika

melaksanakan tugas dalam pembelajaran. Guru

akan bertambah berwibawa apabila pembelajaran

disertai nilai-nilai luhur terpuji dan mencerminkan

guru yang digugu dan ditiru. Yang menjadi ukuran nilai standar dalam

kompetensi kepribadian adalah di Indonesia secara

umum pribadi yang dijiwai oleh falsafah Pancasila

yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa kita

yang sekian banyak dinamika dan ragamnya.

Zaman Ki Hajar Dewantoro dikemukakan bahwa

Sistem Among, yaitu guru harus Ing ngarso sungtulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri

handayani. Artinya kalau di muka harus memberi

contoh dan teladan, kalau sedang berada di tengah

membangkitkan motivasi, tetapi bila berada di

belakang mendorong untuk belajar atau beraktivitas. Guru dalam pendidikan memerlukan teori sistem

Among seperti itu, sekolah dijadikan “Taman

Siswa”. Taman atau kebun yang menyenangkan,

sehingga proses pembelajaran dalam kelas atau di

manapun terjadinya pembelajaran memerlukan

Page 27: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

20 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

keceriaan. Apa yang menjadi hakikat kompetensi

kepribadian itu? Menurut Djam’an Satori dalam

bukuya “Profesi Keguruan” menyebutkan bahwa

kompetensi kepribadian guru mencakup sikap

(attitude), nilai-niai (Value), kepribadian

(personality) sebagai elemen perilaku (behavior)

dalam kaitannya dengan (personality) yang ideal

sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi oleh

latar balakang pendidikan, peningkatan

kemampuan dan pelatihan secara ligalitas

kewenangan mengajar yang linearitas. Apa yang harus kita lakukan dalam aksentasi

kepada siswa kita dalam pelaksanaan kompetensi

kepribadian ketika berada dalam proses

pembelajaran :

1. Guru harus mengetahui kepribadian dan emosi

anak;

2. Memahami motivasi anak;

3. Perilaku anak dalam kelompok kerja;

4. Perilaku individu anak;

5. Kebiasaan sikap anak sehari-hari di sekolah

terhadap pembelajaran dan tugas-tugas yang

diberikan guru,

6. Disiplin belajar anak.

Banyak masalah psikologi yang dihadapi guru,

semuanya memerlukan kemampuan kompetensi

dan memerlukan bimbingan, penyuluhan dan

pertolongan menghantarkan siswa untuk mengikuti

pembelajaran tuntas.

Page 28: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

21

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

B. Kompetensi Sosial Sesuai dengan kodratnya manusia ingin hidup

berkelompok, hidup berkelompok itu adalah insting

tidak dipelajari tetapi secara alami. Manusia sulit

mencapai keinginannya bahkan menyelesaikan

permasalahannya sendiri dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari, artinya hidup

ketergantungan pada mahluk-mahluk lainnya baik

untuk memenuhi kebutuhannya maupun dalam

menjalankan perannya dalam kehidupan sosial.

Manusia perlu perinteraksi dengan sesamanya

maupun juga dengan benda-benda lainnya dalam

memenuhi kehidupan bermasyarakat. Guru sebagai mahluk sosial hidup di tengah-tengah

masyarakat merupakan salah satu kehidupan

pribadi yang mendapatkan perhatian khusus di

masyarakat. Segala aktivitasnya senantiasa dipantau

terus hingga nama sebagai guru telah berakhir,

tetapi dalam hal statusnya hanya berubah namun

tetap orang menyebutnya sebagai guru, itulah

kuatnya peran dan status guru di tengah-tengah

kehidupan bermasyarakat. Kompetensi sosial dalam belajar mengajar berkaitan

erat dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi

dengan masyarakat di sekitar kehidupannya,

sehngga peran dan cara pandang, cara berpikir, cara

bertinda selalu menjadi tolok ukur terhadap

kehidupannya di masyarakat. Guru menjadi contoh

yang diperlakukan secara normatif karena

kebiasaannya dalam status sosialnya, oleh karena itu

diperlukan sejumlah kompetensi sosial yang perlu

Page 29: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

22 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

dimiliki guru dalam berinteraksi dengan lingkungan

masyarakat di tempat dia tinggal dan berada. Begitu kuatnya sebuah nama yang dinamakan

“guru” maka dapat dikemukakan bahwa

kompetensi sosial guru merupakan guru untuk

memahami dirinya sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari masyarakat dan mampu

mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat

dan warga negara. Lebih dalam hal kemampuan

sosial juga mencakup juga kemampuan untuk

menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dalam

lingkungan sekitar pada waktu membawakan

tugasnya sebagai guru. Guru di mata masyarakat pada umumnya dan pada

peserta didik menjadi panutan yang perlu dicontoh

dan suri teladan yang baik (digugu dan ditiru).

Demikian juga guru tokoh dan bentuk insan

cendekia yang diberi tugas dan beban membimbing

masyarakat ke arah norma yang berlaku. Sesuai

dengan simbol itu guru perlu memiliki kompetensi

sosial untuk berhubungan dengan masyarakat

dalam rangka menyelenggarakan proses belajar

mengajar yang efektif dan kreatif karena dalam

dirinya tersimpan pesona yang kuat dan memberi

pengaruh terhadap orang lain. Apa sugesti yang

kuat itu? Yaitu kompetensi sosial yang menjadi

pelayan manusia untuk memperbaiki manusia yang

sudah tertanam sejak menerima amanah sebagai

guru yang dilengkapi dengan bermacam-macam

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan lainnya

yang sudah tertanam sejak dia dinobatkan sebagai

guru.

Page 30: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

23

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

Dalam proses pembangunan sumberdaya manusia

guru memberi andil yang besar dalam menyiapkan

manusia Indonesia yang tergambar dalam

kurikulum pendidikan. Kurikulum adalah

gambaran manusia Indonesia 5 tahun ke depan, oleh

karen itu guru perlu menyadari bahwa posisi tidak

mungkin lepas dari kondisi sosial di masyarakat

yang sifatnya sangat komplek dan beraneka ragam

untuk itu peran dan fungsi guru yang memiliki

sebagai kompetensi sosial perlu dipelajarai adalah :

1. Motivator dan Inovator dalam Pembangunan Pendidikan.

Kata pendidikan begitu populer di kalangan masyarakat, hampir semua lapisan masyarakat mengenalnya meskipun begitu populernya kata itu namun belum tentu dapat dipahami dan mengerti oleh setiap orang yang membicarakannya. Masih banyak terdapat perbedaan persepsi dalam penafsiran bahkan sering secara fundamental baik disebabkan pandangan politik yang berbeda dan wawasan, kedudukan serta kepentingan yang dapat merugikan pendidikan itu sendiri. Di sinilah letaknya guru diperlukan memiliki inovasi dan motivasi dalam perjalanan kehidupannya di masyarakat, sebagai guru harus mampu bersinegri yang berada di desa serta perperan aktif dalam mencerdaskan masyarakat di nama dia berada. Peran aktif adalah bisa sebagai penggerak masyarakat sesuai dengan kondisi masyarakat itu bersama masyarakat lainnya yang ada di sekelilingnya

Page 31: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

24 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

bahkan juga sebagai sumber motivasi bagi orang lainnya sekalipun di tengah-tengah adanya perbedaan pandangan terhadap pendidikan. Contoh yang sangat sederhan menggerakkan masyarakat dalam memberikan motivasi kepada lingkungan sekitar untuk ikut menyukseskan program wajib belajar dan mendorong masyarakat agar tetap mau menyekolahkan anak-anaknya kejenjang pendidikan yang lebih tinggi agar bangsa kita tidak dipertaruhkan dengan bangsa-bangsa lain dalam hal paktor pendidikan.

2. Perintis Pendidikan

Guru dengan kemampuannya berusaha menjadi perintis pendidikan di sekitarnya, misalnya dengan membangun pendidikan Paket yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Memanfaatkan balai desa sebagai tempat untuk membantu masyarakat yang putus sekolahnya, sehingga masyarakat tersebut bisa mengecap pendidikan sesuai dengan tuntutan pemerintah tentang pendidikan wajib belajar. Berperan sebagai kegiatan yang sersifat religius misalnya sebagai panitia dalam hal pembangunan masjid, tempat-tempat ibadah sesuai dengan agamanya, perperan dalam menggerakkan masyarakat pada hari-hari besar nasional maupun hari-hari besar keagamaan, tidak terlepas dari peran itu guru menjadi nara sumber dalam kegiatan tersebut.

Page 32: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

25

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

3. Melakukan Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pengetahuan

Guru tentu memiliki kemampuan di bidangnya masing-masing terutama ilmu pengetahuan yang ada relevansinya dengan ilmu yang diempunya, oleh karena itu harus berusaha melakukan berbagai pengembangan diri melalui pengetahuan yang ada dimilikinya. Khusus melakukan penelitian berkaitan dengan permasalahan pendidikan yang ada di masyarakat sehingga diharapkan dengan penemuannya dapat dilakukan pencarian solusi baik secara individu maupaun kelembagaan dan hasilnya dapat dipublikasikan secara luas kepada masyarakat pendidik.

4. Pengabdian

Guru tinggal di masyarakat maka sebagai kiprah besar dalam kehidupannya adalah bergaul dengan masyarakat. Pergaulan itu mempunyai tanggung jawab guru kepada masyarakat, misalnya menjelaskan kepada masyarakat bahwa pendidikan itu tanggung jawab bersama, pemerintah, masyarakat dan orang tua siswa. Dengan tanggung jawab itu pemerintah punya kewajiban yang sangat besar terutama menyiapkan gedung sekolah, bemberi pasilitas pendidikan dan pengadaan guru. Sedangkan masyarakat menjaga keamanan agar sekolah tetap berjalan sesuai yang dikehendaki agar pembelajaran berjalan dengan baik. Sedangkan orang tua membantu kelancaran pendidikan yaitu memberikan sumbangan berupa bantuan pisik maupun pisikis sesuai dengan kesepekatan

Page 33: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

26 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

yang dibuat oleh Komite Sekolah dan menjaga agar hubungan sekolah, guru dapat terbentuk dengan baik.

Ruang Lingkup Kompetensi Sosial

Semboyan yang sering kita dengar di mana kita berada di situ bumi dipijak dan di situ pula langit dijunjung maksudnya adalah kemampuan menyesuaikan diri untuk mengikuti dan menghormati pada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu melaksanakan tugasnya sebagai guru.

Menurut D.T Amijaya kompetensi sosial seorang guru sudah barang tentu berkaitan dengan partisipasi social seseorang dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat di mana ia berada baik secara formal maupun informal.

Jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru menurut Cece Wijaya dalam Profesi Keguruan, Djam’an Satori dkk. 2009 : 2.17) adalah sebagai berikut :

1. Teramapil berkomunikasi (baik dengan siswa, maupun dengan orang tua siswa )

Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua siswa memang perlu agar terjadi saling pemahaman terhadap kondisi anak selama dalam mengikuti pendidikan. Karena komunikasi yang kurang lancar dapat menyebabkan siswa tidak dapat menyelesaikan pendidikannya dengan tuntas di sekolah

Guru dalam hal ini merupakan gambaran suasana sekolah sehingga siswa menyayangi

Page 34: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

27

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

gurunya akan dapat siswa senang mengikuti pelajaran dengan baik dan siswa selalu ingin berada di sekolah. Ciptakanlah komunikasi yang kodusip dengan siswa dan orang tua siswa agar sekolah terkesan sangat memperhatikan terhadap keberadaan siswanya.

Sebagai ilustrasi pada waktu rapat dengan orang tua siswa, guru menyampaikan sambutan di depan orang tua siswa harus memilih kata-kata yang santun, persuasip, memotivasi, dan berusaha menampung pendapat dan permasalahan yang disampaikan, tetapi kita berikan alternatif yang bagus dan berusaha menarik dan penuh perhatian agar ornag tua siswa jangan tersinggung. Tidak semua sekolah mampu untuk menerbitkan bulletin sekolah, tapi yang mampu menerbitkan sangat baik dilakukan sebagai sarana komunikasi kepada orang tua siswa dan masyarakat sekitar.

2. Bersikap Simpatik Letak dan giografis sekolah bermacam-macam sehingga siswa kita dalam satu rombongan belajar juga ada bermacam-macam ditambah kondisi ekonomi orang tua siswa yang penghasilan dan pendapatannya yang berbeda-beda pula. Sehubungan dengan itu guru dituntut mampu menghadapi situasi sekoah yang seperti itu, guru diharapkan bersikap ramah dan mampu membaca perasaan siswanya yang seperti itu, tetapi jangan lah guru larut dan terbawa dengan situasi siswanya yang beraneka ragam.

Page 35: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

28 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Selain itu orang tua siswa diajak secara tidak langsung memahami kondisi sekolah yang guru hadapi agar mereka selalu siap memberikan bantuan kepada guru secara individual dengan kondisi sosial psikologi guru dan sesuai pula dengan latar belakang sosial ekonomi dan pendidikannya. Lakukanlah pergaulan dengan orang tua siswa sekalipun dalam pertemuan sebentar secara akrab, simpatik, misalnya dengan pertanyaan tentang nama orang tua siswa, tinggalnya dimana, berapa orang saudaranya dan lain-lain yang sifatnya, tapi hindari pertanyaan yang mengarah pada pekerjaan.

3. Melakukan Kebersamaan

Indahnya kebersamaan adalah semboyan yang mudah diucapkan, tetapi terasa sulit untuk dilakkan tetapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan bagi guru yang tinggal di tengah-tengah kehidupan masyarakat pedesaan. Melalui peran organisasi pergaulan sosial dia mampu bekerjasama dengan organisasi pendidikan seperti Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, tokoh masyarakat atau orang yang memiliki wibawa dan karismatik.

Sehubungan dengan itu guru perlu memahami kaidah-kaidah psikologis yang melandasi perilaku manusia terutama yang relevansinya dengan hubungan antar manusia. Sebagai ilustrasi guru yang berada di lingkungan masyarakat yang biasanya melakukan pengajian keagamaan guru mempunyai peluang untuk dapat bergaul dan beradaptasi secara langsung

Page 36: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

29

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

dengan masyarakat yang memiliki kebiasaan seperti itu.

Apabila ada program yang berkaitan dengan program kebiasaan yang sudah pernah dilakukan masyarakat pihak sekolah yang secara tidak langsung mendapatkan dukungan dari pihak orang lain dalam hal ini lembaga Dewan Pendidikan/Komite Sekolah, dan masyarakat agar mereka diajak berkiprah di bidang pendidikan.

Contoh guru pendidikan agama setiap kali ada peristiwa kematian di desa membawa siswanya umpama kelas V dan VI untuk mengerjakan solata jenazah terhadap mayet tersebut. Guru pendidikan agama menyiapkan bekal kepada siswanya untuk bisa melaksanakan solat jenazah, sehingga apabila ada terjadi kematian di desa itu siswanya bisa digunakan untuk mengerjakan solat tersebut.

Dengan adanya hubungan yang seperti itu menambah kepercayaan masyarakat terhadap sekolah dan dewan guru , sehingga memudahkan untuk membangun kerjasama sekolah dengan masyarakat.

4. Pandai Bergaul dengan Teman Sejawat dan Mitra Pendidikan Masyarakat menganggap terhadap guru sebagai tempat untuk meminta pendapat, karena ada pemeo yang dikenal sejak lama seperti “ guru harus digugu dan ditiru”. Maksudnya guru sbagai panutan yang dianggap mampu memberi pendapat dan pandangan . Kehidupan di

Page 37: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

30 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

sekolah merupakan gambaran birokrasi pendidikan ketika berada di masyarakat sebagai kehidupan yang dijalani setiap saat maka kedua situasi yang berbeda itu guru harus bisa menjalin hubungan baik di antaranya saat di sekolah dengan guru dan siswa, tetapi ketika di masyarakat kita bersama masyarakat. Apabila kita memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat dan ketika menghadapi musibah sudah pasti masyarakat tidak membiarkannya dan kita pun merasa ringan karena terbantu oleh masyarakat tersebut.

5. Memahami Lingkungan sekitar

“Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, pemeo itu sering diucapkan orang ketika ada perestiwa yang mirip dilakukan oleh kebiasaan orang tua siswa atau kejadian yang pernah dilakukan oleh masyarakat tempat tinggal. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sekitar masyarakat sangat positif dalam mempengaruhi pola pikir, tindakan dan aktivitas sehari-hari.

Sehubungan dengan itu guru wajib mengenal dan menghayati kebiasaan yang berlaku di sekitarnya agar kebiasaan itu dapat dipilah mana yang positif untuk bisa dikembangkan dan mana yang sangat dominan dalam mempengaruhi kehidupan siswa. Contoh pada musim panen padi di sawah ada salah satu daerah di Kabupaten Tapin (Kalimantan Selatan) kadang-kadang orang tua siswa datang ke sekolah untuk meminta izin agar anaknya yang laki-laki membantu menunggu hasil panen di sawah sementara belum bisa diangkut atau dibawa

Page 38: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

31

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

kerumah, karena jarak sawah dengan rumah cukup jauh dan sarana transportasi menggunakan perahu dengan perjalanan mencapai 3 jam.

Dari cotoh di atas guru dapat menyimpulkan bahwa kompetensi sosial sangat erat kaitannya dengan aktivitas sosial dan bagaimana seorang guru mampu menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dari lingkungan sekitarnya pada saat melaksanakan tugas sebagai guru. Sekolah itu berkembang dalam satu lingkungan masyarakat yang dan selalu mempengaruhi perkembangan pendidikan di sekolah, karena itu guru wajib mengenal dan menghayati dunia sekitar sekolah, minimal masyarakat sekitar yang ditempati oleh sekolah dan guru itu berada. Dunia sekitar sekolah atau tempat tinggal guru dan siswa tersebut mungkin berada di kawasan industri, dunia pertanian, dunia perkebunan, dunia pertambangan, dunia perikanan dan lain sebagainya, tentu semua dunia lingkungan itu memiliki dinamika adat istiadat, kepercayaan, tata cara sikap dan tingkah laku masyarakat yang berbeda.

Dari butir-butir di atas tentu Anda dapat menyimpulkan bahwa kompetensi sosial guru berkaitan dengan bagaimana seorang guru mampu menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitarnya pada waktu membawa tugasnya sebagai guru.

C. Kompetensi Profesional

Ada dua hal yang perlu diketahui, dipahami dan dukuasai sehubungan dengan kompetensi

Page 39: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

32 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

professional yaitu (1) kemampuan dasar guru dan (2) keterampilan dasar guru , keduanya yang harus dimiliki seorang guru dan merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguatan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Masing-masing kompetensi itu memiliki subkompetensi dan indikator isensial sesuai dengan jumlah bidang studi atau rumpum matapelajaran.

Pada kemampuan dasar ada beberapa pandangan para ahli mengenai kompetensi professional, seperti yang dikemukakan Cooper, yaitu : (1) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia; (2) mempunyai pengetahuan dan menguasai mata pelajaran/ bidang studi yang dibinanya; (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya, dan (4) mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar. Sedang menurut ``(Johnson, 1980) mencakup : (a) penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuaan yang diajarkan dari bahan yang diajarkannya itu; (b) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, dan (c) penguasaan proses kependidikan keguruan pembelajaran siswa. Menurut (Depdikbud 1980) ada 10 (sepuluh) kemampuan dasar guru, yaitu :

Page 40: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

33

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

(a) penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuaannya, (b) pengelolaan program belajar mengajar, (c) pengelolaan kelas, (d) penggunaan media dan sumber pembelajaran, (e) penguasaan landasan kependidikan, (f) pengelolaan interaksi belajar mengajar,(g) penilaian pristasi siswa, (h) pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, (i) pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah serta, (j) pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan.(dalam Djam’an Satori 2010: 2.24)

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat mempelajarinya secara rinci sebagai berikut.

1. Penguasaan Bahan Pelajaran Kompetensi pertama yang harus dikuasai seorang guru adalah penguasaan bahan pelajaran. Penguasaan ini adalah landasan pokok untuk keterampilan mengajar. Yang dimaksud dengan kemampuan menguasai bahan pelajaran adalah “kemampuan menguasai, memahami, menganalisis, mensintesikan dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan keahlian yang diajarkan”.(Wijaya 1982 Profesi Keguruan Djam’an Saroti). Misalkan bidang studi Bahasa Indonesia kemampuan yang harus disiapkan terhadap materi pengajaran Bahasa Indonesia adalah : (1) penguasaan materi ajar Bahasa Indonesia yang ada dalam kurikulum; (2) memahami

Page 41: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

34 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

struktur, konsep, dan metode keilmuan yang manaungi materi ajar Bahasa Indonesia; (3) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (4) mampu menulis untuk berbagai macam keperluan, dan (5) mampu membaca berbagai macam bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan. Menurut Djam’an Satori dkk.(2010 :2.25) menguasai bahan pembelajaran atau bidang studi dan kurikulum sekolah dapat dilakukan dengan cara :

a. Mengkaji bahan kurikulum mata

pelajaran; b. Mengkaji isi buku teks mata pelajaran

yang bersangkutan; Misalnya : Ibu Umi mau mengajarkan Pagmatik konsep keterampilan berbahasa sesuai dengan situasi pemakai. Yang dipertimbangkannya adalah bahasa ini diujarkan kepada orang yang lebih muda, orang yang sebaya dengan dia atau orang yang lebih tua. Menguasai bahan pendalaman / aplikasi bidang studi, hal ini dilakukan dengan cara : 1. Mempelajari situasi pemakaian bahasa. 2. Mempelajari konteks pemakaian bahasa

tersebut apakah diujarkan kepada orang yang a) lebih muda; b) orang yang sebaya atau kepada orang yang lebih tua.

3. Mempelajari cara menilai pragmatik , sudah barang tentu penilaian lebih dipokoskan pada komponen yang dapat menunjukkan kompetensi bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi.

Page 42: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

35

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

Misalkan kita berahasa dalam situasi formal berbeda dengan kita berbahasa dalam situasi informal. Situasi di pasar berbeda dengan kita berbahasa situasi pertemuan dan diskusi atau seminar.

2. Pengelolaan Program Belajar Mengajar

Kemampuan mengelola program belajar mengajar mencakup kemampuan merumuskan tujuan instruksional, kemampuan mengenal dan menggunakan metode mengajar, kemampuan memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat, kemampuan melaksanakan program belajar mengajar, kemampuan mengenal potensi (entry behavior) siswa, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.

Program dirancang dalam rangka membantu siswa belajar secara individual, meskipun siswa belajar secara kelompok dalam satu kelas, namum hasil belajar dan kemampuan selalu bersifat individual. Oleh karena itu desain pengajaran berorientasi kepada belajar individual.

Desain sistem pengajaran berpedoman kepada pengetahuan kita tentang belajar. Karena sasaran yang ingin dicapai dalam desain pengajaran adalah siswa belajar, seluruh langkah penyusunan didasarkan pada hal itu, yaitu mencakup perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi pengajaran.

Page 43: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

36 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Secara rinci menurut Sciever (1991), kemampuan mengelola program belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan cara berikut :

a. Merumuskan tujuan instruksional, kemampuan ini dilakukan dengan cara : 1) Mengkaji kurikulum mata pelajaran; 2) Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan

instruksional; 3) Mempelajari tujuan instruksional

bidang studi yang bersangkutan, serta 4) Merumuskan tujuan instruksional

mata pelajaran yang bersangkutan. b. Mengenal dan dapat menggunakan

metode mengajar, kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara : 1) Mempelajari macam-macam metode

mengajar, dan 2) Menggunakan macam-macam

metode mengajar. c. Memilih dan menyusun prosedur

instruksional yang tepat, kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara : 1) Mempelajari kriteria pemilihan materi

dan prosedur mengajar; 2) Menggunakan kriteria pemilihan

materi dan prosedur mengajar; 3) Merencanakan program pelajaran,

dan 4) Menyusun Rancangan Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) d. Melaksanakan program belajar mengajar,

kemampuan ini dapat dilakukan dengan cara :

Page 44: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

37

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

1) Mempelajari fungsi dan peran guru dalam proses belajar mengajar;

2) Menggunakan alat bantu belajar mengajar;

3) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar;

4) Memonitor proses belajar siswa, serta 5) Menyesuaikan tencana program

pengajaran dengan situasi kelas. e. Mengenal kemampuan (entry behavior)

siswa, kemampuan ini dilakukan dengan cara : 1) Mempelajari tingkat perkembangan

dan faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar;

2) Mempelajari prosedur dan teknik untuk mengidentifikasi kemampuan siswa,

f. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial, kemampuan ini dpat dilakukan dengan cara : 1) Mempelajari faktor-faktor penyebab

kesulitan belajar; 2) Mendiagnosa kesuliatan belajar

siswa; 3) Menyusun rencana pengajaran

remedial, dan 4) Melaksanakan pengajaran remedial.

3. Pengelolaan Kelas

Kemampuan ini menggambarkan keterampilan guru dalam merancang, menata, dan mengatur sumber-sumber belajar, agar tercapai suasana pengajaran

Page 45: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

38 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

yang efektif dan efesien. Jenis kemampuan yang perlu dimiliki guru adalah :

a. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran. Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut : 1) Mempelajari macam-macam

pengaturan tempat duduk dan seting ruangan kelas sesuai dengan tujuan instruksional / pembelajaran yang hendal dicapai;

2) Mempelajari kriteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat duduk atau seting ruangan.

b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif. Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut : 1) Mempelajari faktor-faktor yang

mengganggu iklim belajar mengajar yang kondusif;

2) Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat previntif;

3) Menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif;

4) Menggunakan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif.

4. Penggunaan Media dan Sumber Belajar

Kemampuan ini pada dasarnya adalah kemampuan menciptakan kondisi belajar yang merangsang agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisiensi.

Page 46: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

39

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam kemampuan memahami media dan sumber belajar, menurut Cece Wijaya (1994), yaitu :

a. Mengenal, memilih dan menggunakan media, kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut : 1) Mempelajari macam-macam media

pendidikan; 2) Mempelajari kriteria pemilihan media

pendidikan; 3) Menggunakan media pendidikan,

dan 4) Merawat alat-alat bantu belajar

mengajar b. Membuat alat-alat bantu sederhana,

kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara: 1) Mengenali bahan-bahan yang tersedia

di lingkungan sekolah untuk membuat alat-alat bantu;

2) Mempeljari perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar serta

3) Menggunakan perkakas untuk membuat alat bantu mengajar.

c. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar. Apakan laboratorium IPA, Komputer, dan lain sebagainya : 1) Mempelajari cara-cara menggunakan

laboratorium; 2) Mempelajari cara-cara dan aturan

pengamanan kerja di labortorium; 3) Berlatih mengatur tata ruang

laboratorium, dan

Page 47: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

40 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

4) Mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat laboratorium dan pendukung lainnya.

d. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar, kegiatan ini dapat dilakukan adalah : 1) Mempelajari fungsi-fungsi

perpustakaan dalam proses belajar mengajar;

2) Mempelajari macam-macam sumber perpustakaan;

3) Menggunakan macam-macam sumber kepustakaan;

4) Mempelajari kriteria pemilikan sumber kepustakaan dan

5) Menilai sumber-sumber kepustakaan.

5. Penguasaan Landasan-Landasan Kependidikan Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan berkaitan dengan kegiatan sebagai berikut : a. Mempelajari konsep dan masalah

pendidikan dan pengajaran dengan sudut pandang sosiologis, filosofis, historis dan psikologis, dan pedagogis.

b. Mengenal fungsi sekolah sebagai lembaga sosial yang secara potensial dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal balik antar sekolah dengan masyarakat;

c. Mengenal karakteristik siswa baik secara fisik maupun psikologis.

Page 48: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

41

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

6. Mampu Menilai Prestasi Belajar Mengajar

Kemampuan meniai prestasi belajar mengajar perlu dimiliki oleh guru. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan mengukur perubahan tingkah laku siswa dan kemampuan mengukur kemahiran dirinya dalam mengajar dan membuat program. Dalam setiap pekerjaan evaluasi ada tiga sasaran yang hendak dicapai, yaitu : a. Prestasi berupa pernyataan dalam bentuk

angka dan nilai tingkah laku, b. Prestasi mengajar berupa pernyataan

lingkungan yang mengamatinya melalui penghargaan atas prestasi yang dicapainya,

c. Keunggulan program yang dibuat guru, karena relevan dengan kebutuhan siswa dan lingkungannya.

Ada beberpa kegiatan yang dilakukan guru dalam menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran adalah sebagai berikut :

a. Mempelajari fungsi penilaian; b. Mempelajari bermacam-macam teknik

dan prosedur penilaian; c. Menyususn teknik dan prosedur

penilaian d. Mempelajari kriteria pemilihan teknik

dan prosedur peniaian; e. Mengolah dan menginterpretasi hasil

penilaian;

Page 49: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

42 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

f. Menggunakan hasil-hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar;

g. Menilai teknik dan prosedur penilaian h. Menialai keefektifan program pengajaran.

7. Memahami Prinsip-prinsip Pengelolaan Program Pendidikan di Sekolah

Disamping pelaksanaan proses belajar mengajar menurut Nawawi (1989) diharapkan guru membantu kepala sekolah dalam menghadapi berbagai kegiatan pendidikan lainnya yang digariskan dalam kurikulum, guru perlu memahami pula prinsip-prinsip dasar tentang organisasi dan pengelolaan sekolah, bimbingan dan penyuluhan termasuk bimbingan karier, program korikuler dan ekstrakurikler, perpustakaan sekolah serta hal-hal yang terkait

8. Menguasai Metode Berpikir

Metode dan pendekatan setiap mata pelajaran berbeda-beda. Menurut Reyold (1990) metode dan pendekatan berpikir keilmuan bermuara pada titik tumpu yang sama. Oleh karena itu untuk dapat mengatasi metode dan pendekatan bidang-bidang matapelajaran, guru harus menguasai metode berpikir ilmiah secara umum.

9. Meningkatkan kemampuan dan

menjalankan misi profesional

Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan teknologi. Guru harus terus menerus mengembangkan

Page 50: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

43

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

dirinya agar wawasannya menjadi luas sehingga dapat mengikuti perubahan dan perkembangan profesinya yang didasari oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

10. Terampil Memberikan Bantuan dan

Bimbingan kepada Siswa

Bimbingan kepada siswa sangat diperlukan agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar mengajar di kelas. Untuk itu guru perlu memakai berbagai teknik bimbingan belajar dan dapat memilihnya dengan tepat untuk membantu para siswa. Ada dua hal yang perlu dimiliki dalam memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa : a. Mengenal fungsi dan layanan dan

penyuluhan di sekolah yang dapat dilakukan dengan cara: 1) Mempelajari fungsi bimingan dan

penyuluhan di sekolah; 2) Mempelajari program layanan

bimbingan di sekolah; 3) Mengkaji persamaan dan perbedaan

fungsi, kewenangan, serta tangung jawab antar guru dan pemimbing di sekolah.

b. Menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, hal ini dilakukan dengan cara : 1) Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan

yang dihadapi siswa di sekolah;

Page 51: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

44 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

2) Menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah terutama bimbingan belajar.

11. Memiliki Wawasan tentang Penelitian

Tindakan Kelas

Perkembangan ilmu dan teknologi sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil penelitian. Penelitian sederhana yang dilakkan oleh guru itu mencakup pengamatan kelas atau yang dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada waktu mengajar, mengidentifikasi faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar dan mempengaruhi hasil belajar, menganalisis alat penelitian untuk pengembangannya secara lebih efektif. Guru perlu mengamati, mengantisipasi dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan dan pengajaran, terutama hal-hal yang menyangkut pelaksanaan tugas-tugas pokoknya di sekolah, tidak hanya berupa kegagalan akan tetapi juga keberhasilan yang dicapainya. Setiap guru perlu memiliki kemampuan untuk memahami hasil-hasil penelitian itu dengan tepat sehingga mereka perlu memiliki wawasan yang mamadai tentang prinsip-prinsip dasar dan cara-cara melaksanaan penelitian pendidikan. Menurut Prof.Dr. IGAK Wardani, M.Sc. menyebutkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar kita akan mengkaji dua tahapan yaitu merencanakan penelitian dan

Page 52: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

45

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

melakukan tindakan dengan menggunakan empat langkah, seperti : a. Mengidentifikasi maslah; b. Menganalisis dan merumuskan masalah; c. Merencanakan PenelitianTindakan Kelas

(PTK), dan d. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK)

Langkah-langkah itu dilakukan secara sistematis, artinya langkah pertama dilakukan lebih dahulu baru yang lainnya, misalkan kita mau melakukan identifikasi masalah, maka guru harus betanya-tanya (1) Apa yang sedang terjadi di kelas saya itu? (2) Masalah apa yang ditimbulkan oleh adanya kejadian itu? Apa ada pengaruhnya masalah itu bagi kelas saya? Apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan? Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasi masalah itu untuk memperbaiki situasi yang ada? Penelitian sederhana yang dilakkan oleh guru itu mencakup pengamatan kelas pada waktu mengajar, mengidentifikasi faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar dan mempengaruhi hasil belajar, menganalisis alat penelitian untuk pengembangannya secara lebih efektif.

12. Mampu Memahami Karakteristik Siswa

Guru dituntut memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan perkembangan siswa, lalu menyesuaikan bahan yang akan diajarkan sesuai dengan karakteristik siswa. Menurut Rochman Natawijaya (1987:7), pemahaman yang

Page 53: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

46 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

dimaksud mencakup pemahaman tentang kepribadian siswa serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, perbedaan individu di kalangan siswa, kebutuha, motivasi dan kesihatan mental siswa, tugas-tugas perkembangan yang perlu dipenuhi pada tingkat-tingkat usia tertentu, serta fase-fase perkembangan yang dialami mereka.

13. Mampu Menyelenggarakan Administrasi

Sekolah

Di samping kegiatan akademis, guru harus mampu menyelenggarakan administrasi sekolah, menurut Ary Gunawan (1989) guru diharapkan a. Mengenal secara baik

pengadministrasian kegiatan sekolah, b. Membantu dalam melaksanakan

kegiatan administrasi sekolah; c. Mengatasi kelangkaan sumber belajar

bagi dirinya dan bagi sekolah, serta d. Membimbing siswa merawat alat-alat

pelajaran dan sumber belajar secara tepat.

Untuk lebih memahami penyelenggaraan admnistrasi sekolah, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan antara lain : a. Mempelajari struktur organisasi dan

administrasi persekolahan; b. Mempelajari fungsi dan tanggung jawab

administrasi guru, kepala sekolah dan kantor-kantor dinas pendidikan;

c. Mempelajari peraturan-peraturan kepagawaian pada umumnya dan

Page 54: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

47

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

peraturan kepegawaian guru pada khususnya;

d. Menyelenggarakan administrasi sekolah, serta

e. Mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur program akademik.

14. Memiliki Wawasan Tentang Inovasi Pendidikan

Seorang guru diharapkan berperan sebagai inovator atau agen perubahan maka guru perlu memiliki wawasan yang memadai mengenai berbagai inovasi dan teknologi pendidikan yang pernah dan mungkin dikembangkan pada jenjang pendidikan, M.C Ryan (1990). Wawasan ini perlu dimiliki oleh setiap guru agar dalam melaksanakan tugasnya mereka tidak cenderung bertindak secara rutin, tetapi selalu memikirkan cara-cara baru yang mungkin dapat diterapkan di sekolah, yang sekaligus dapat meningkatkan kegairahan kerja mereka.

15. Berani Mengambil Keputusan

Guru harus memiliki kemampuan mengambil keputusan pendidikan agar tidak terombang-ambing dalam ketidakpastian. Semua tindakannya akan memberikan dampak tersendiri bagi siswa sehingga apabila guru tidak berani mengambil tindakan kependidikan, siswa akan menjadi korban kebimbangan. Misalnya, Ibu Erni menghadapi persoalan dalam menentukan kenaikan kelas bagi seorang siswanya yang bernama Hendri.

Page 55: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

48 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Siswa tersebut merupakan keponakan sendiri sementara nilainya sangat kutrang maka dalam hal ini Ibu Erni menghadapi dilema di satu sisi dari segi kemanusiaan cukup berat karena menyangkut saudara di pihak lain secara akademis tidak menunjang. Dalam hal ini dia mengalami kebimbangan dalam menentukan keputusan. Tetapi untuk tidak menimbulkan konplek yang berkepanjangan dengan berani Ibu Erni mengambil keputusan untuk tidak menaikkan Hendri dengan pertimbangan diharapkan tahun ajaran berikutnya dapat memperbaiki diri dan dengan segala sikap persuasifnya berusaha untuk menyampaikan kepada orang tua Hendri yang masih merupakan saudaranya. Contoh tersebut merupakan suatu keputusan yang lebih memperhatikan segi kependidikan daripada emosional.

16. Memahami Kurikulum Dan Perkembangannya.

Salah satu tugas guru adalah melaksanakan kurikulum dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, guru perlu memahami konsep-konsep dasar dan langkah-langkah pokok dalam pengembangan kurikulum. Selain mamadai juga mampu membuat deskripsi, sehingga kurikulum dapat diuraikan ke dalam pembelajaran yang diinginkan.

Page 56: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

49

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

17. Mampu Bekrja Berencana Dan Terprogram

Guru dituntut untuk dapat bekerja teratur, tahap demi tahap, tanpa menghilangkan kreatifitasnya. Rencana dan program tersebut akan menjadi pola kerja guru sehingga tahap pencapaian pendidikan dapat dinilai dan dijadikan umpan balik bagi kelanjutan peningkatan tahap pendidikan. Keteraturan dan keterlibatan kerja ini pun akan memberikan warna dalam proses pendidikan atau proses belajar mengajar. Dengan uruan pekerjaan yang jelas, guru diharapkan dapat disiplin dalam bertindak, berpakaian dan berkaya.

18. Mampu Menggunakan Waktu Secara Tepat

Makna tepat waktu di sini bukan sekedar masuk dan keluar kelas tepat pada waktunya, melainkan juga guru harus pandai membuat program kegiatan dengan durasi dan frekuensi yang tepat sehingga tidak membosankan. Karakteristik ini juga hanya dapat dipakai melalui praktik pembinaan yang cukup banyak dan pengetahuan yang baik hanya sebatas pengetahuan yang akan disajikan kepada guru. Komponen-komponen profesional tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat gugus komponan profesional yang mempunyai : a. Pengetahuan tentang belajar dan

tingkah laku manusia, meliputi komponen nomor B,E,F,H,J,M;

Page 57: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

50 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

b. Pengetahuan dan penguasaan bidang studi yang dibinanya, meliputi komponen nomor A,E,H,I, O;

c. Sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya, meliputi nomor : B,C,G,L,K,N,Q,R,S;

d. Keterampilan dalam teknik mengajar, meliputi komponen nomor : B,D,R,S.

Selain kemampuan dasar di atas maka keterampilan dasar secara spesipik akan membantu perilaku guru ketika berasa dalam kelas. Ketrampilan dasar atau sering disebut keterampilan mengajar memenag sangat diperlukan oleh setiap orang yang menjadi guru. Guru yang terampil adalah guru yang profesional dalam mengajar akan menciptakan situasi pembelajaran yang sangat menarik. Murud senang mengikuti pembelajaran guru pun merasa puas terhadap pelaksanaan pembelajaran. Ada beberapa keterampilan dasar yang perlu diketahui dan diaplikasikan serta dikuasai oleh guru ketika guru ingin melaksanakan pembelajaran, yaitu : a. Keterampilan membuka dan menutup

pelajaran

Membuka pelajaran adalah cara memulai melakukan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru di dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan untuk mengakhiri pelajaran. Prosedurnya adalah seagai berikut : (a) Tujuan

Page 58: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

51

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

1. Agar siswa lebih siap baik fisik maupun pikiran untuk mengikuti pembelajaran;

2. Menotivasi untuk memperhatikan pembelajaran dengan sungguh-sungguh;

3. Mendapat gambaran jalannya pembelajaran karena siswa mengetahui tujuan manfaat pembelajaran, dan

4. Mengerti apa yang akan mereka lakukan selama berlangsungnya dalam pembelajaran.

(b) Sistematika membuka pelajaran 1. Melakukan apersepsi,

maksudnya adalah menghubungkan pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang akan dibahas, contoh, anak-anak sebelum kita membahas materi pelajaran ini baiklah kita masih ingat dengan pelajaran yang kita bahas minggu yang lalu, siapa di antara kamu yang masih ingat? Silakan sebutkan! Contoh yang seperti ini jarang terlihat sekarang ini dalam kelas karena guru menganggap hanya membuang-buang waktu, pada hal manfaatnya baik seperti dalam mengawali pembelajaran. Kita perlu melakukan pemanasan pelajaran sebelum pelajaran

Page 59: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

52 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

berlangsung. Pemenasan tidak saja dilakukan untuk peradangan pisik tetapi juga diperlukan dalam gerakan otak.

2. Menyampaikan tujuan atau kompetensi yang diinginkan, maksudnya sebelum kita memasuki pembahasan materi yang baru sebaiknya menyampaikan tujuan pelajaran atau kompetensi yang ingin kita bahas. Kompetensi pelajaran tersebut hendaknya ditulis di papan tulis atau dalam media pembelajaran agar siswa bisa mengetahui dan mengikuti secara sistematis jalannya pembelajaran dalam kelas. Siswa mengetahui ada berapa tujuan atau kompetensi yang dinginkan untuk diketahui dalam pembelajaran ini. Contoh : (a) Setelah selesainya

pebelajaran ini …dapat menyebutkan apa yang dimaksud variasi kalimat!

(b) Membuat contoh variasi kalimat sebanyak 2 buah kalimat dengan benar!

(c) Menjelaskan pola-pola kalimat dalam bahasa Indonesia!

Page 60: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

53

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

3. Menunjukkan pentingnya bahan ajar, dimaksudkan adalah agar siswa lebih bergairah atau termotivasi dalam mengikuti pelajaran, misalnya anak-anak hari ini kita akan membahas bentuk-bentuk dan contoh surat yang lazimnya dipakai di kalangan surat-surat dinas dinas dan juga surat-surat yang lazim dipakai di kalangan perusahaan. Sebelumnya saya tampilkan contoh surat dalam Bahasa Indonesia mari kita bahas lebih rinci lagi.

4. Memberi pengarahan, maksudnya adalah informasi yang akan disampaikan kepada siswa sehubungan dengan beberapa tugas terkait metode pembeajaran, misalnya hari ini kita akan membahas sebuah puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Doa, kamu buat apresiasi terhadap apresiasi tersebut menurut kata-kata mu sendiri, selanjutnya saya bagi kelompok untuk menelaahya, silakan kamu berkelompok dengan teman yang paling dekat dari deretan mejamu.

Page 61: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

54 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

3) Menutup Pelajaran Ada beberapa keinginan yang dilakukan untuk menutup pelajaran, di antaranya : 1. Membantu siswa memahami isi

pokok pelajaran 2. Mendorong minat siswa untuk

belajar; 3. Mengetahui seberapa jauh

siswa memahami pelajaran 4. Mengetahui bagian mana yang

harus diingat atau masih perlukah diulang.

4) Cara menutup pelajara 1. Membuat rangkuman dari

keseluruhan isi pembahasan, misalnya guru membimbing siswanya dengan bertanya jawab

2. Menunjukkan atau menginformasikan buku atau bacaan yang menarik dan relevan dengan materi pelajaran yang dibahas.

3. Memberitahu topik yang akan dibahas pada pertemuan yang akan dating serta pentingnya topic itu dan siswa diminta untuk siap lebih dahulu dengan materi itu.

4. Melaksanakan evaluasi formatif yaitu guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa saat itu baik secara lisan maupun tulisan.

Page 62: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

55

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

b. Keterampilan Menjelaskan Keterampilan menjelaskan adalah tindakan keterampilan yang dilakukan oleh guru ketika memberikan iformasi pelajaran kepada siswanya dengan menggunakan metode ceramah. Ketika menjelaskan tidak hanya sekedar guru yang menjelaskan, artinya guru tidak hanya sekedar memberikan iformasi melainkan informasi itu dipersiapkan sedemikian rupa melalui pemikiran yang sistematis, terstruktur dan terurai. Ada beberapa prinsip yang diperlukan guru dalam memberikan penjelasan : 1. Isi pejelasan harus relevan dengan

tujuan dengan yang hendak dicapai. 2. Cakupan materi harus

sesuaidengan tingkat kemampuan dan usia siswa.

3. Disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif.

4. Materi harus bermakna bagi siswa.

A. Tujuan Menjelaskan 1. Siswa memperoleh pemahaman

mengenai persoalan atau bahan pelajaran yang dijelaskan.

2. Siswa termotivasi untuk bertukar pikiran, gurna mendapatkan suatu kesimpulan atau kepastian.

3. Siswa terbimbing mengikuti proses bernalar untuk dapat menjelaskan masalah yang mereka hadapi.

Page 63: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

56 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

4. Siswa berkurang bebannya, apabila sumber bahan yang harus mereka pelajari sulit diperoleh.

Sebelum menyampaikan pelajaran guru perlu mempersiapkan dengan baik. Ada dua hal penting yang dilakukan guru sehubungan dengan keterampilan menjelaskan, yaitu : (a) Merencanakan

1. Yang berhubungan dengan isi materi : a. Menganalisis masalah secara

keseluruhan. b. Menentukan jenis hubungan

antara unsur-unsur yang berkaitan.

c. Menerapkan aturan, kaidah rumus, hukum yang sesuai dengan jenis hubungan yang telah ditentukan

2. Yang berkaitan dengan siswa, guru perlu : a. Mempertimbangkan apakah

penjelasan relevan dengan pertanyaan siswa.

b. Mempertimbangkan apakah penjelasan itu mudah ditangkap, diserap dan dipahami oleh siswa.

c. Mempertimbangkan apakah penjelasan itu sesuai dengan bakal pengetahuan siswa pada waktu itu.

Page 64: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

57

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

(b) Menyampaikan / Menyajikan materi 1. Kejelasan

a. Ucapan dan suara harus jelas tidak terlalu lemah dan tidak terlalu keras.

b. Kalimat yang digunakan hendaknya kalimat yang efektif.

c. Kata, istilah dan ungkapan yang baru atau asing diberi penjelasan atau difenisi secara jelas.

d. Tiap-tiap penggalan pembicaraan diberi waktu jeda.

2. Penggunaan contoh dan ilustrasi a. Penjelasan dihubungkan

dengan apa yang sudah diketahui siswa demikian juga hendaknya ketika memberi contohnya.

b. Pejelasan hendaknya menggunakan pola baik secara induktif atau secara deduktif. Maksudnya penjelasan dimulai dengan memberikan contoh-contoh atau hal yang bersifat khusus kemudian diambil simpulan. Sedangkan pola deduktif artinya penjelasan dimulai dari kaidah-kadah atau dalil, rumus atau yang bersifat umum, kemudian diberikan contoh atau penjelasan secara rinci.

Page 65: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

58 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

3. Pemberian tekanan Penjelasan diberikan pada persoalan yang pokok pada hal-hal yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang dipelajari dan dapat dilakukan antara lain : a. Menggunakan variasi suara,

misalnya dalam hal tekanan suara tinggi, rendah keras lemah pada bagian penting diberikan dengan tekanan suara yang diucapkan dengan nada yang bereda.

b. Memperjelas tujuan/kompetensi pada pokok pembicaraan dengan jalan : - Memberikan ikhlisar - Memberikan isyarat,

misalnya “ pertama”. “kedua”, dan seterusnya.

4. Umpan Balik

Selama penjelasan berlangsung guru perlu memberikan kesempatan bertanya, baik siswa yang bertanya kepada guru maupun guru yang brtanya kepada siswa. Hal ini dimaksudkan adalah untuk memantau apakah semua penjelasan yang disampaikan sudah sepenuhnya dikuasai oleh siswa. Apabila petanyaan masih ada yang diragukan maka

Page 66: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

59

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

guruperlu mengulang atau dijelaskan kembali dengan mengguunakan kalimat atau contoh yang mudah dipahami siswa.

3. Keterampilan Bertanya Keterampilan bertanya adalah proses pembelajaran yang menggunakan teknik bertanya yaitu usaha meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa berkaitan dengan pelajaran yang diberikan. Menurut Pah (1984) dalam buku Solchan (1989: 8.18) menyebutkan ada dua jenjang keterampilan bertanya, yaitu ketarampilan dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. Ketrampilan bertanya dasar adalah memiliki unsur-unsur yang perlu diterapkan dalam mengajukan semua jenis pertanyaan, sedangkan keterampilan bertanya lanjutann sebagai kelanjutan bertanya keterampilan bertanya dasar. Lebih mengutamakan pengembangan kemampuan berpikir, meningkatkan partisipasi dan motivasi inisitif siswa. 1. Tujuan Bertanya

a. Memotivasi timbulnya minat serta rasa ingin tahu akan materi yang dipelajari.

b. Menarik perhatian siswa terhadap permasalahan yang diberikan

Page 67: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

60 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

c. Mengembangkan aktivitas siswa

d. Menotopasi untuk berpikir kritis dan kreatif.

e. Menuntun siswa untuk memecahkan masalah.

f. Memberikan dorongan agar siswa mau mengemukakan pendapat.

g. Menuntun siswa untuk mengabil simpulan.

h. Mengukur hasil belajar siswa. i. Mengetahui tingkat

kemampuan dan pemahaman siswa untuk penentuan peringkat atau kelompok.

2. Faktor yang perlu mendapat perhatian. Ketepatan guru dalam menggunakan keterampilan bertanya sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, untuk itu dapat dilakukan secara verbal (menggunakan kata-kata) maupun non verbal (seperti mimik, gerakan kepala, posisi badan dan intonansi). seperti : a. Kehangatan dan keantosisan

Kehangatan siswa dalam menerima pelajaran adalah berguna untuk meningkatkan partisipasi yang baik terhadap siswa, untuk itu dapat dilakukan secara verbal naupun non verbal.

b. Kebiasan yag perlu dihindari

Page 68: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

61

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

Kadang-kadang guru bertindak tanpa sadar melakukan sesuatu, seperti : 1. Guru mengulangi

pertanyaan sendiri tanpa diminta siswa. Siswa pasti menunggu pertanyaan itu akan diulangi lagi siswa menjawab setelah pertanyaan berakhir diberikan guru.

2. Mengulangi jawaban siswa, tanpa adanya penguatan yang diminta. Mengulangi jawaban siswa akan terjadi pemborosan waktu, adakalanya diperlukan apabila diperlukan penguatan.

3. Menjawab pertanyaan sendiri. Siswa tidak akan berpikir karena pertanyaan itu akan dijawab juga oleh guru.

4. Memancing pertanyaan yang menimbulkan jawaban serentak. Ada dua hal yang menyebabkan pertanyaan itu serentak (1) apabila pertanyaan itu terlalu mudah, sehingga semua siswa bernafsu untuk menjawabnya (2) pertanyaan yang memancing, misalnya

Page 69: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

62 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Tahukah kalian apa pelangi itu?

5. Mengajukan pertayaan ganda, misalnya “ Apa yang dimaksud kalimat majmuk dan apa pula bedanya dengan frase?

6. Menunjuk siswa untuk menjawab sebelum pertanyaan diberikan.

19. Keterampilan Bertanya Dasar Keteramplan beranya dasar perlu ditetapkan dalam mengajukan semua jenis pertanyaan. Unsur-unsur tersebut antara lain : a. Petanyaan jelas dan singkat

Pertanyaan tersebut tidak ambiguitas atau tidak berbelit-belit dan kata-kata serta kalimatnya mudah dipahami.

b. Diberi acuan Untuk tidak menimbulkan salah pemahaman terhadap maksud yang terkandung dalam pertanyaan sebaiknya diberi acuan. Misalnya homofon ialah kata-kata yang sama lafalnya, tetapi ejaan dan maknanya berbeda. Coba carikan sebanyak tiga buah contoh homofo!

c. Pemusatan

Page 70: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

63

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

Maksudnya pertanyaan dibuat lebih khusus/menyempit sehingga siswa tidak bingung dengan isi pertanyaan, misalnya “ sebutkan ciri-ciri puisi lama yang terdiri dari empat baris! Yang mana dimaksud puisi lama yang terdiri dari empat baris? Tentu tidak hanya satu macam.

d. Pemilihan giliran Pertanyaan yang cukup luas tidak hanya dijawab oleh seorang siswa bisa siswa yang lain juga akan memberikan pendapatnya, oleh karena itu siswa yang lain juga diberi giliran untuk menjawabnya sehingga jawaban menjadi lebih lengkap.

e. Penyebaran Pertanyaan tersebut tidak tertuju pada satu kelompok saja tetapi menyebar ke semua siswa untuk mendapat ksempatan menjawab pertanyaan.

f. Waktu selang Setelah guru mengemukakan pertanyaan siswa langsung menjawabnya melainkan ada tenggang waktu

Page 71: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

64 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

berpkir untuk menjawabnya. Sesudah cukup waktunya baru guru meminta siswa untuk menjawabnya.

g. Membimbing Adakalanya siswa kurang pas seperti yang dimaksud pertanyaan tersebut bahkan tidak bisa menjawab sama sekali. Guru perlu membimbing mengerahkan pada isi pertanyaan. Misalnya apa perbedaan buku dengan kitab? Orang-orang pasanterin menyebut buku pelajaran biasanya kitab, tetapi buku tulis disebutnya hanya buku.

20. Keterampilan Bertanya Lanjutan Keterampilan bertanya dasar

yang ditanyakan hanya terbatas pada pengertian dasarnya saja, sedangkan bertanya lanjutan lebih mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berpikir atau kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya.

Keterampilannya bertanya lanjutan memiliki beberapa kemungkinan manfaat, yaitu : a. Mengembangkan

kemampuan siswa untuk

Page 72: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

65

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

menemukan informasi mengorganisasikan informasi tersebut serta menilainya.

b. Memotivasi siswa untuk mengembangkan ide dan mengemukakan ide tersebut kepada kelompoknya.

c. Meningkatkan kemampuan siswa menyususn dan mengemukakan pertanyaan berdasarkan informasi yang relevan.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan daya kreasinya.

Pertanyaan lanjutan mempunyai beberapa komponen, seperti :

a. Pengaturan urutan

pertanyaan Pertanyaan diatur secara sistematis yaitu dimulai dari yang mudah dan sampai pada yang sulit. Urutannya selalau dimulai dari ranah kognitif-pengetahuan- aplikasi-sintites-analitis dan sampai pada evaluasi. (tak sonomi bloomfird)

Page 73: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

66 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

b. Penggunaan pertanyaan pelacak Pertanyaan itu sudah benar dijawab siswa akan tetapi diperlukan pembuktian lebih akurat, teliti bahkan rujukan yang lain seperti :

1. Meminta siswa

mengemukakan alas an - Apa dasarnya jawaban

itu ? - Mengapa

kesimpulanmu demikian ?

2. Meminta pendapat siswa lain

- Bagaimana pendapat kalian dari jawaban temanmu tadi ?

- Adakah yang sependapat dengan jawaban itu ?

3. Minta contoh - Coba gambarkan

diagram pembentukan frase yang kamu sebutkan tadi ?

4. Minta penjelasan - Apabila jawaban siswa

masih kurang jelas, kita melacak sekali lagi, apa yang kamu maksudkan itu!

Page 74: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

67

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

5. Minta jawaban yang lebih kompleks

- Bila pertanyaan dirasakan masih terlalu dangkal kita dapat melacaknya dengan pertanyaan, misalnya coba berikan penjelasanmu secara rinci atau berikan tambahan penjelasanmu dengan contoh-contoh yang lain!

21. Variasi tuntutan tingkat kognitif Pertanyaan yang dikemukakan hendaknya dibuat

berdasarkan tingkat kognitif secara sistematis pertanyaan jangan menumpuk pada tingkat tertentu saja. Misalnya :

Pengetahuan : Sebutkan sedikitnya lima pengarang

Pujangga Baru! Pemahaman : Bagaimana ringkasan uraian yang telah

And abaca tadi? Aplikasi : Analisis : Uraikan kalimat ini atas fungsi-

fungsinya! Sintesia : Di antara kata-kata berikut ini mana

yang termasuk kata majemuk? Evaluasi : Bagaimana pendapat Anda tentang

watak pelaku cerita itu?

Page 75: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

68 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

4. Keterampilan Memberi Penguatan Dalam proses pebelajaran guru perlu menciptakan kondisi yang menyenangkan, menggembirakan dan membangkitkan motivasi. Kondisi seperti itu akan mampu membuat siswa untuk berbuat yang lebih baik dalam menyerap materi pembelajaran. Siswa yang mampu berbuat baik ia akan bangga terhadap apa yang dikerjakan nya saat itu, begitu juga guru hendaknya bisa memberi penghargaan (reward) kepada siswa yang mampu melakukan kebaikan tersebut. Pemberian penguatan adalah tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.

Tujuan memberi penguatan :

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa; 2. Mengontrol atau mengubah sikap yang

mengganggu kea rah tingkah laku belajar yang produktif;

3. Terkendalinya prilaku siswa dengan penguatan yang tepat, prilaku yang baik akan berkembang sedang prilaku yang kurang baik akan dapat dikurangi.

Komponen penguatan Pemberian penguatan harus diberikan dengan selektif, hati-hati disesuaikan dengan tingkat usia siswa, tingkat usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang, tujuan dan sifat tugas yang disajikan. Penguatan hendaknya bermakna bagi siswa.

Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam keterampilan memberi peguatan, antara lain : a. Penguatan verbal

Penguatan veral dinyatakan dalam bentuk ujaran atau ucapan kalimat atau kata-kata seperti :

Page 76: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

69

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

1. Bagus sekali, tepat sekali, setuju 2. Berupa kalimat : saya setuju dengan

pendapatmu, silahkan lanjutkan pendapatmu itu.

b. Penguatan non verbal Penguatan non verbal adalah pemberian yang

dilakukan tidak dengan ujaran, penguatan non verbal ini adalah beberapa macam, seperti : 1. Acungan jempol, anggukan, senyuman. 2. Tidakan mendekati seperti : guru duduk deket

siswa atau kelompok atau berdiri disamping siswa.

3. Sentuhan, seperti : menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, mengangkat tangan siswa.

4. Yugas yang menyenangkan seperti : siswa yang berhasil diminta memimpin kegiatan atau membantu guru melakukan kegiatan dikelas.

5. Penguatan berupa hadiah, seperti : memeberi buku tulis, coklat atau yang lain.

5. KETERAMPILAN MENGGUNAKAN VARIASI

Perubahan selalau ada dan terus menerus perubahan itu

adalah untuk mencari solusi yang baik dan memuaskan. Menggunakan variasi dalam pembelajaran menjadi keharusan bagi guru agar siswa tidak cepet bosan, terasa lelah dan menghilangkan kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran. Jadi konteks guru dalam mengadakan variasi adalah untuk mengatasi kebosanan dalam belajar : Tujuan melakukan variasi : 1. Mempertahankan semangat siswa dalam belajar. 2. Meghilangkan rasa kebosanan akibat menotonime. 3. Menjaga agar kesinambungan pembelajaran tetap

berjalan sesuai tujuan.

Page 77: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

70 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Komponen keterampilan a. Gaya mengajar baru

1. Variasi suara tinggi rendahnya suara, tekanan suara, intonasi dan lain-lain.

2. Pemusatan perhatian : guru memberikan tekanan pada butir-butir yang penting dari penyajiannya dengan menggunakan bahasa kiasan, seperti : dengarkan dengan baik, perhatikan yang ini, hubungkan kalimat dengan….., dan lain-lain.

3. Kesenyapan seperti guru berhenti sejenak untuk merenungkan isi uraian yang disampaikan.

4. Pandangan, maksudnya guru memandang siswa tidak hanya tertuju pada satu arah atau satu siswa saja. Pandangan guru itu selalu mendapat perhatian siswa.

5. Gerakan badan seperti : ekpresi wajah, gelengan atau anggukan kepala gerakan badan dan lain-lain.

6. Perubahan posisi guru, guru tidak menoton disatu tempa hendaknya guru berpindah-pindah tempatnya sewaktu-waktu didepan ada kalanya guru perlu kesamping maupun ke belakang.

b. Variasi dengan menggunakan media 1. Variasi dengan menggunakan alat bantu atau bahan

yang dapat dilihat, seperti : gambar, sketsa, grafik, film, televise dan laptop.

2. Variasi denan alat atau bahan yang dapat didengat, sperti : rekaman suara, drama, dialog dan lain-lain.

3. Variasi dengan interaksi dan kegiatan siswa, guru dan siswa bernain pran dan sebagainya hingga dapat lebih menarik lagi jika dilakukan secara bervariasi.

6. KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI

Diskusi kelompok kecil adalah proses pembelajaran

secara spontan melibakan siswa dalam interaksi kelompok pembelajaran.

Page 78: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

71

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

Tujuan diskusi kelompok kecil adalah : 1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi

dan berkomunikasi dalam pembelajaran; 2. Melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain,

berpikir positif dan bersikap terbuka; 3. Meningkatkan aktivitas siswa secara positif; 4. Memberikan kepada siswa untuk menguasai konsep

dan memecahkan masalah.

Pelaksanaan dalam kelas sebelum diskusi dimulai siswa diminta mempersiapkan diri untuk melaksanakan diskusi. Guru sebagai pembimbing dan sekaligus nara sumber sebelum diskusi dilaksanakan tentunya memberikan langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh siswa agar saat diskusi tidak terjadi kebingungan untuk menyelesaikan tugas pembelajaran yang diberikan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, seperti : 1. Diskusi yang dilakukan berlangsung secara terbuka; 2. Diskusi berlangsung dalam suasana akrab, bersahabat; 3. Semua peserta bersedia menerima topic yang akan

didiskusikan; 4. Semua anggota berpartisifasi secara aktif; 5. Semua peserta bersedia menghargai pendapat

temannya; 6. Semua peserta harus bersedia mematuhi tata tertib

yang telah ditentukan

Dalam pelaksanaan diskusi kelompok ada tiga tahap, yaitu :

1. Persiapan a. Menentukan topik / masalah yang akan

didiskusikan, b. Memberi pengarahan oleh guru, terkait dengan

topic yang akan didiskusikan,

Page 79: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

72 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

c. Membicarakan/menentukan teknik pelaksnaan, jumlah anggota dalam kelompok, pengauran tempat duduk, persta diskusi, memberi tugas kepada peserta,

d. Menentukan tata tertib dan memimpin diskusi. 2. Pelaksanaan

a. Pemimpin diskusi mengingatkan kembali tata tertib yang telah disepakati,

b. Penyampaian permasalahan lanjutan tukar pendapat,

c. Pengamilan keputusan dan pencatatan hasil diskusi.

3. Penyelesaian

a. Penyampaian hasil diskusi oleh kelompok, b. Penilaian hasil diskusi oleh guru bersma siswa, c. Pesan/balikan oleh guru terhadap hasil diskusi.

Selama diskusi berlangsung guru mengamati jalannya diskusi dalam hal ini ada beberapa factor yang perlu mendapat perhatian oleh guru antara lain : 1. Pemusatan perhatian; 2. Penyampaian dan penjelasan masalah; 3. Pandangan siswa; 4. Kontribusi siswa; 5. Pendistribusian partisifasi siswa; 6. Penutup.

Apabila guru sendiri yang memimpin diskusi, maka factor-faktor tersebut di atas dapat dijabarkan atau dirinci sebagai berikut : a) Pemusatan perhatian, meliputi :

1) Menetapkan tujuan diskusi (tahap persiapan) 2) Menyatakan masalah yang khusus harus

diperhatian. 3) Menandai perubahan yang kurang relevan

dengan toik;

Page 80: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

73

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

4) Merangkum hasil diskusi pada tahap-tahap tertentu sebelum dilanjutkan pada tahap akhir.

b) Penjelasan masalah, meliputi : 1) Memperjelas pendapat siswa yang masih

kurang jelas 2) Memancing pendapat siswa dengan

mengajukan pertanyaan; 3) Memperdalam pendapat yang dikemukakan

oleh siswa dengan menambah iformasi. c) Pandangan siswa, meliputi : 1) Menganalisis pandangan siswa; 2) Mencari penyebab pengajuan pandangan siswa

(alas an) d) Kontibusi Siswa, meliputi :

1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kunci; 2) Memotivasi dengan memberikan contoh-contoh; 3) Memancing timbulnya perbedaan pendapat

dengan mengajukan pertanyaan; 4) Memberikan waktu berpikir; 5) Memberikan penguatan terhadap pendapat-

pendapat siswa.

e) Pendistribusian pendapat siswa; (1) Mencermati kepada siswa siapa yang belum

mengemkakan pendapat; (2) Mencegah pembicaraan yang berlebihan; (3) Mencegah menopoli pembicara yang berlebihan; (4) Meminta kesepakatan, sementara untuk mencari

jalan keluar; (5) Meminta siswa untuk memberikan komentar

terhadap kontribusi temannya. f) Penutup diskusi :

(1) Merangku hasil diskusi;

Page 81: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

74 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

(2) Memberi gambaran mengenai topic-topik berikutnya;

(3) Mengajak siswa memberikan penilaian terhadap hasil diskusi secara manfaatnya.

7. Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru dalam menciptakan kondisi belajar secara optimal, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan kompetensi target waktu yang telah ditentukan. Sering guru terkecoh oleh kondisi pembelajaran yang terbawa pada hal di luar substansi materi sehingga waktu yang tersedia tidak relevansinya dengan pembelajaran. Maka waktu yang tersedia tidak mencukupi untuk membahas materi dan pelajaran tidak efisen dan efektif akhirnya pembelajaran tidak tutas. Tujuan Keterampilan Pengelolaan Kelas Ada beberapa tujuan diantaranya : 1. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab

individu terhadap tingkahlakunya; 2. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang

sesuai dengan kondisi kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan peringatan dan bukan kemarahan;

3. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.

Kompnen Keterampilan Keterampilan mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu : a) Menciptakan dan memelihara kondisi kelas belajar

secara optimal : 1. Menunjukkan sikap tanggap, melalui ini siswa

merasakan bahwa guru hadir bersama mereka;

Page 82: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

75

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

2. Membagi perhatian, kelas ayng efektif ditandai adanya perhatian yang secara sungguh-singguh;

3. Memusatkan perhatian kelompok, dengan mempertahankan perhatian siswa dari waktu ke waktu selama proses belajar. Pada saat belajar tidak ada siswa yang main henpon atau bicara yang tidak ada artinya;

4. Memberikan petunjuk yang jelas; 5. Menegur, teguran verbal yang efektif harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) tegas, jelas kepada siswa yang mengganggu dan tingkah laku itu harus dihentikan; (b) menghindari peringatan yang kasar yang mengandung penghinaan, pelecehan, (c) menghindari ujaran dan perbuatan yang tidak menyenangkan dan bertentangan dengan perlindungan anak/siswa.

b) Mengembalikan kondisi belajar yang optimal dengan menggunakan strategi yang dipakai oleh guru di antaranya : 1. Memodifikasi tingkah laku yang harus

dipergunakan di antaranya : a) Meninci tingkah laku yang menimbulkan

gangguan; b) Memelihara norma yang realistic untuk tingkah

laku yang menjadi tujuan dalam program remedial;

c) Bekerja sama dengan rekan guru bimbingan konseleng;

d) Memilih tingkah laku yang akan diperbaiki. 2. Pengelolaan kelmpok, pendekatan, pemecahan

masalah kelompok dapat dikerjakan oleh guru sebagai salah satu alternative dalam mengatasi masalah kelompok kelas, keterapilan yang diperlukan antara lain : (1) memperlancar tugas; (2) memelihara kegiatan kelompok.

Page 83: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

76 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

3. Menemukan dan memecahkan masalah tingkah laku yang menimbulkan masalah, seperti sikap yang dapat dilakukan adalah : (1) pengabaian yang direncanakan; (2) ampurtangan dengan isyarat; (3) mengawasi dari dekat; (4) menguasai perasaan yang mendasari terjadinya suatu perbuatan yang negative; (5) mengungkapkan perasaan siswa; (6) memindahkan masalah yang bersifat mengganggu; (7)menyusun kembali rencana belajar; (8) menghilangkan ketegangan dengan homor; (9) memindahkan penyebab gangguan, dan (10) pengasingan. Beberapa hal yang perlu dihindari : a. Campur tangan yang berlebihan; b. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri

pelajaran c. Penyimpangan dalam pembelajaran; d. Bertele-teli (1) selalu mengulang-ulang; (2)

memperjuagkan keterangan yang sudah dirasa cukup; (3) mengubah suatu teguran yang sederhana menjadi ocehan yang berkepanjangan.

e. Mengulang penjelasan yang tidak diperlukan lagi.

8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil

Mengajar kelompok kecil maksudnya adalah pengejar pengajaran yang berlangsung melalui interaksi kelompok-kolompok siswa yang terdiri dari 3 s.d. 8 orang. Pembelajaan melalui kelompok kecil, maksudnya adalah pembelajaran yang menghargai adanya perbedaan kemampuan siswa ketika menerima materi. Peranan guru dalam pengajaran kelompok kecil dan peroragan, guru berperan sebagai (a) organisator kegiatan pembelajaran; (b) sumber

Page 84: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

77

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

informasi bagi siswa; (c) mendorong siswa untuk belajar dan (d) menyediakan materi dan kesempatan belajar bagi siswa. Komponen keterampilan : a. Mengadakan pendekatan secara pribadi untuk

menciptakan hubungan yang akrab antara guru dengan siswa, suasana ini dapat diciptakan dengan cara : 1) Memberi respon positif terhadap pikiran siswa; 2) Membangun hubungan saling mempercaya; 3) Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa

tanpa kecendrungan mengambil alih atau mendominasi tugas siswa;

4) Mendengarkan secara simpati; 5) Menerima paranan siswa dengan penuh

pengertian dan keterbukaan; 6) Berusaha mengendalikan situasi sehingga siswa

merasa aman merasa dibantu, serta menemukan alternative pemecahan masalah yang dihadapi.

b. Keterampilan pengorganisasian Guru sebagai organisator berperan selama pembelajaran berlangsung seperti :

1) Memberi orientasi umum tentang tujuan atau kompetensi yang akan dikerjakan;

2) Mengkooerdinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan serta menggunakan materi dan sumber sehingga dapat memberikan bantuan dengan tepat;

3) Membagi-bagi perhatian pada beberapa tugas dan kebutuhan siswa sehingga guru siap membantu jika diperlukan;

4) Mengakhiri kegiatan dengan satu kesimpula yang dapat berupa laporan hasil kegiatan.

c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar seperti :

Page 85: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

78 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

1) Memberikan supervise proses awal yang dikerjakan dengan tujuan melihat apakah siswa sudah bekerja sesuai arahan;

2) Mengadakan supervise lanjutan berupa interaksi yang muncul dan dapat pula berupa memberikan bimbingan tambahan, melibatkan diri sebagai peserta untuk memotivasi siswa, memimpin diskusi danlain-lain. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti : a) Guru biasanya mengajar secara klasikal,

maka sebaiknya mulai dari mengajar kelompok kecil sampai pada kegiatan perorangan;

b) Tidak semu topic dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil maupun perorangan;

c) Pengorganisasian siswa, sumber materi, serta waktu merupakan langkah pertama yang perlu diperhatikan oleh guru;

d) Kegiatan pembelajaran harus diakhiri dengan kolminasi;

e) Dalam pengajaran perorangan, guru perlu mengenal siswa secara pribadi. Mengajar dengan kelompok kecil dan perorangan merupakan keterampilan yang sangat kompleks dan memerlukan penguasaan keterampilan secara professional dan disiapkan sebelumnya.

D. KOMPETENSI PEDAGOGIK

Di samping kompetensi seperti disebutkan di atas atau kompetensi sosial, kepribadian dan kompetensi profesional juga guru sebagai tenaga

Page 86: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

79

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

profesional di bidang pendidikan juga menguasai kompetensi pedagogok. Kompetensi pedagogik adalah salah satu jenis kompetensi yang harus perlu dikuasai guru. Kompetensi ini pada dasarnya adalah gambaran kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, yang memiliki ke khasan yang dapat membedakan guru dengan profesi lainnya dan dapat menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peseta didik dan sekaligus menjadi kebanggaan guru dalam proses pembelajaran. Ada sepuluh kompetensi pedagogik yang sangat layak untuk diketahui oleh guru dan sekaligus untuk dikuasai, seperti :

1. Menguasai bahan ajar/ materi yang akan

diajarkan dan juga bahan penunjang lainnya. Yang dimaksud dengan menguasai bahan ajar/ materi dalam kurikulum sekolah yaitu guru harus menguasai bahan / materi sesuai dengan materi atau cabang ilmu pengetahuan yang dipegang atau diajarkan sesuai dengan kurikulum sekolah. Misalnya membuat kalimat yang dalam whats app (WA) kepada orang yang kita hormati, kepada teman sebaya, atau kepada teman yang usianya lebih muda dari kita, sehingga kalimat yang dibuat tidak berisi ujaran kebencian. Kompetensi ini perlu latihan dan bimbingan, sehingga anak /siswa mengerti dan guru pun juga terampil menggunakan dan memepelajari materi agar siswanya memiliki minat, termotivasi dengan baik. Oleh karenanya kompetensi pertama ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi didapat

Page 87: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

80 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

melalui upaya belajar secara terus menerus dan dilakukan secara sistematis.

2. Mengelola program pembelajaran, guru

yang memiliki kompetensi yang tinggi seharusnya mampu mengelola program pembelajaran yang secara regulasinya mampu sebagai gambaran seseorang akan tampil di depan kelas sekalipun guru berhalangan hadir di saat itu. Sehubungan dengan ini ada beberapa hal yang harus ditempuh oleh guru, seperti :

a. Merumuskan tujuan instruksional /

pembelajaran atau istilah sekarang kompetensi yang diinginkan untuk dicapai. “Kullu angmalu binniat”, tidak ada suatu pekerjaan itu kalau tidak disertai dengan niat. Niat itulah yang disebut dengan tujuan. Tujuan itulah akan memberi gambaran kepada siswa bisa tidak mereka berubah atau ada terjadi atau tidak terjadi perubahan setelah selesai dilakukan pembelajaran. Misalkan kita mau menuju kota A

Gambar 3

A

Page 88: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

81

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

Keterangan :

1) Apakah orang yang pertama dengan orang

yang kedua sama-sama tercapai menuju kota

A?

2) Mana yang lebih cepat menuju kota A?

Ilustrasi secara sederhana itulah gambaran untuk mencapai tujuan / kompetensi yang diinginkan. Orang pertama lebih hemat dalam mencapai tujuan, sedangkan orang kedua juga tercapai tetapi banyak waktu yang terbuang digunakan dalam pembelajaran seperti itu.

b. Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat.

Sebelum melaksanakan pembelajaran biasanya menyiapkan segala sesuatu secara tertulis dalam suatu persiapan mengajar, yang sering juga dikenal dengan singkatan RPP (Rancangan Persiapan Pembelajaran). Dalam RPP ini mengendung prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan belajar-mengajar. Seperti tadi merumuskan tujuan / kompetensi yang diinginkan, kenudian mencari metode dan alat pendukung dan sampai pengembangan evaluasi, begitulah seterusnya untuk semuanya harus didesain oleh guru agar pembelajaran menarik minat siswanya, bagaimana guru memperhitungkan waktu 1 x 45 menit atau 2x 45 menit pembelajaran tuntas.

c. Melaksanakan program pembelajaran

Sebelum pelajaran dimuali sebaiknya guru menyampaikan tujuan/kompetensi yang diinginkan agar siswanya bisa terkonsentrasi

Page 89: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

82 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

pada keinginan dalam pembelajaran. Ada orang yang menyangkal kadua tujuan itu disampaikan mudah saja siswa untuk menangkap isi materi. Pembalajaran tidaklah sepeti menjawab teta teki silang siapa bisa untung siapa yang tidak bisa tertinggal? Guru menginginkan semua siswanya harus bisa dan dapat menyelesaikan pembelajaran secara tuntas dalam 1 x 45 menit atau 2x45 menit, itulah kebahagiaan seorang guru bila sudah keluar dari ruang kelas belajar. Dalam penyampaian materi guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Menyampaikan materi dan pelajaran dengan

tepat dan jelas; 2) Pertanyaan yang disampaikan cukup

merangsanga untuk berpikir, mendidik dan mengenai sasaran;

3) Memberi kesempatan atau menciptakan kondisi yang dapat memunculkan pertanyaan dari siswa;

4) Terlihat adanya variasi dalam pemberian materi dan kegiatan;

5) Dalam pembelajaran guru selalu memperhatikan reaksi atau tanggapan yang berkembang pada diri siswa baik verbal maupun non verbal;

6) Memberikan pujian (rewort) atau penghargaan bagi jawaban siswa yang tepat dan sebaliknya mengarahkan jawaban siswa yang kurang tepat.(tidak bersifat punising).

d. Mengenal Kemampuan Anak Didik Dalam mengelola program pembelajaran guru sering menerima keluhan karena sebagian siswa ada yang berhasil dan ada yang belum mencapai kompetensi yang diinginkan. Sehubungan

Page 90: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

83

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

dengan itu perlu guru mengenal kemampuan siswanya sebab bagaimana juapun setiap siswa memiliki perbedaan karakteristik dan kemampuan. Dengan demikian dalam satu kelas akan terdapat bermacam-macam kemampuan, hal ini perlu dipahami oleh guru agar dapat mengelola program belajar mengajar dengan baik dan tepat.

e. Merencanakan dan melaksanakan Program Remedial Ada siswa yang bisa menangkap isi pelajaran dalam satu penjelasan, ada pula yang bisa menangkap dua kali penjelasan tetapi ada pula yang baru masuk materi itu kalau berkali-kali pengulangan pembelajaran itu. Seperti motor ada yang kapasitasnya 50 cc, ada yang 75 cc, ada yang 100 cc bahkan 150 cc lebih cepat jalannya dan bisa dipacu untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Dalam pembelajaran tentu saja kadang kala kita menghadapi situasi yang seperti itu dalam kelas namun harapan kita pembelajaran bisa tuntas dalam satu atau dua kali pertemuan bisa terganjal oleh siswa yang memiliki kapasitas yang rendah. Kita pun tidak boleh memungkiri karena itu adalah kodrat yang sudah ditakdirkan kepada siswa kita akan tetapi sebagai pemangku amanah harus kita lakukan secara sistematis agar pembelajaran bisa tuntas dan siswa juga bisa setara pengetahunnya dengan yang lainnya ketika mereka sudah lulus dari sekolah. Faktur yang perlu diperhatikan dalam kegiata remedial adalah : a. Sifat kegiatan remedial;

Page 91: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

84 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

b. Jumlah siswa yang memerlukan remedial; c. Tempat dilakukannya remedial; d. Waktu pelaksanaan remedial; e. Orang yang harus melakkan remedial; f. Metode yang dipergunakan dalam remedial; g. Sarana atau alat yang dipakai dalam

remedial; h. Tingkat kesulitan belajar siswa. i. Langkah-langkah yang dipergunakan, seperti

: (1) Diagnose, seperti :

Identifikasi kasus;

Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan;

Menetapkan faktor penyebabnya (2) Prognose, yaitu mengadakan istimasi

tentang kesulitan. (3) Terapi, yaitu menemukan berbagai

kemungkinan atau alternative dalam rangka penyembuhan kesulitan.

3. Kemampuan mengelola kelas, untuk kenyamanan dalam pembalajaran kelas perlu dibenahi agar terlihat sejuk, indah dan pembelajaran bisa terpokos sehingga tidak ada lagi persoalan yang bisa mempengaruhi pemikiran ketika pembelajaran berlangsung. Kalau bembelajaran belum kondusip, guru sebaiknya harus berusaha seoptimal mungkin membenahinya dan ketika pembelajaran harus dimulai siswa sudah siap menerimanya. Sangat diperlukan bagi guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang sihat sebelum dimuali kegiatan pembelajaran. Misalnya meja sudah tertata rapi papan tulis sudah bersih, kelompok belajar sudah terbagi, lembar kerja siswa sudah disipkan, tempat membuah sampah sudah bersih dan lainnya.

Page 92: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

85

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

4. Menggunakan media pembelajaran, di era 4,0 (kemajuan teknologi industri yang sangat pesat) buku-buku pelajaran yang sudah ada. Guru pun sebaiknya untuk menyampaikan pembelajaran menggunakan media IT agar pembelajaran lebih tertarik dan adanya dinamika / variasi dalam penyampaian materi kepada siswa. Ada beberapa langkah yang perlu menjadi perhatian dalam menggunakan media pembelajaran : a. Mengenali memilih dan menggunakan media; b. Membuat alat bantu pembelajaran yang

sederhana, tetapi sebaiknya menggunakan “laptop” karena sudah zamannya kita mengikuti perkembangan teknologi. Kadang-kadang siswa kita di rumah sudah menggunakan laptop ketika di sekolah tidak ada alat ini, sekarang sudah bisa terjangkau oleh guru kalau mengunakan media ini.

c. Bisa menggunakan laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar misalnya untuk kegiatan penelitian dan eksprimen.

d. Menggunakan buku pegangan / sumber sebagai rujukan dan juga menggunakan sumber-sumber lain untuk memperkaia pengetahuan;

e. Menggunakan perpustakan dalam proses belajar mengajar.

5. Memahami Landasan Kependidikan Dirancangnya kurikulun 2013 adalah untuk menyesuaikan perkembangan dengan lajunya perubahan. Situasi perkembangan Global dan ME sangat mempengaruhi kehidupan bangsa sehingga pendidikan perlu mengikuti dan menyesuaikan perkembangan zamannya. K-13 adalah menjadi gambaran masyarakat Indonesia untuk 5 tahun ke

Page 93: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

86 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

depan, seperti yang terdapat dalam kurikulum itulah yang kita kehendaki 5 tahun yang akan datang. Landasan pendidikan yang dituangkan dalam kebijakan yang dilakukan akan memuat tentang kehidupan Negara. Pendidikan dapat mempertahankan NKRI melalui bermacam cara, seperti melalui budaya, ekonomi, politik dan sebagainya yang menyangkut kehidupan hajat orang banyak. Di sisi lain pendidikan kita ingin mengembangkan siswa yang berkarakter, melalui itulah diharapkan tidak lagi ada kejadian untuk 5 tahun ke depan siswa yang menyerang, mengeroyok gurunya sendiri hingga meninggal. Berkaitan dengan masalah seperti itulah pendidikan kita saat ini sangat memperihatinkan, karena seorang murid yang berbuat tega terhadap gurunya sendiri.

6. Mengelola Interaksi Belajar Mengajar. Interaksi pembelajaran sangat ditentukan atas pilihan guru dalam menetukan pendekatan, metode dan strategi pembelajaran. Pendekatan kita pakai istilah yang dipergunakan Jazir Burhan dalam bukunya yang berjudul Problematika Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia “ pendekatan adalah cara memulai pengajaran …di sekolah” (1971:35). Pendekatan dipergunakan sebagai landasan dalam merancang, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran, semua prosesi itu tergambar dalam kurikulum. Metode adalah cara kita menyampaikan pelajaran, metode ini bermacam-macam dan kita sesuaikan dengan sifat materi yang akan kita sampaikan. Tidak semua metode tepat untuk disampaikan kesemua materi, misalnya materi yang akan kita sampaikan ada mengundang masalah

Page 94: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

87

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

barangkali tidak cocok kalau diceramahkan yang paling tepat adalah didiskusikan. Begitu juga kalau materi itu hanya bersifat informasi tidak perlu untuk didiskusikan, tetapi yang paling tepat adalah diceramahkan saja. Metode yang paling efektif adalah membawa siswa kita lebih aktif untuk menyelesaikan materi itu dengan cara menggali, mendiskusikan dan mencari jawaban yang terdapat dalam pikirannya. Interaksi belajar-mengajar antar siswa dengan siswa, antar guru dengan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan, karena terjadi komunikasi dua arah dalam rangka transfer pengetahuan yang saling sumbang saran dan mencari kebenaran. Sangat cocok dalam hal ini berarti komponen yang ada antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Proses pembelajaran itu saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan / kompetensi bagi siswa. Terjadinya interaksi antar guru dengan siswa atau antar siswa dengan siswa semata tergantung pada pemilihan metode yang dipergunakan oleh guru dalam pembelajaran. Strategi adalah lebih mengarah pada siasat, taktik bagaimana caranya agar pembelajaran ini bisa dikuasai siswa kita dalam 1x45 menit atau 2x45 menit pembelajaran bisa berjalan lancar, tuntas dan tujuan pembelajaran tercapai. Ada beberapa komponen dalam interaksi pembelajaran, misalnya guru, siswa, metode, alat teknologi, sarana, dan tujuan. Untuk mencapai tujuan/kompetensi masing-masing komponen itu saling berperan dan merespon saling mempengaruhi antar satu dengan yang lainnya. Sehingga semuanya dikembalikan kepada guru terutama untuk mendesain secara sistematis agar komponen tadi sama-sama berfungsi sesuai dengan harkat yang

Page 95: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

88 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

terdapat padanya, sehingga pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

7. Memberi Penilaian kepada Siswa untuk Kepentingan Pengajaran.

Salah satu tugas utama dari guru sebagai pendidik

professional adalah memberikan penilaian dan

mengevaluasi kepada peserta didik, oleh sebab itu

menilai peserta didik adalah salah satu dari

kompetensi pedagogik.

Guru harus mampu meniai prestasi siswanya untuk

kepentingan pembelajaran. Penilaian sebenarnya

mempunyai fungsi (1) sebagai pelaksanaan laporan

pemberian nilai tanda kemajuan belajar siswa; (2)

sebagai lapporan kepada orang tua siswa dalam

tingkat kemampuan penguasaan belajar, dan (3)

mengetahui keberhasilan guru dalam melakukan

proses pembelajaran.

Sehubungan dengan keberhasilan guru perlu

kiranya untuk melakukan perbaikan dan variasi

pembelajaran agar kiranya tidak menoton dalam

melakukan proses pembelajaran. Bagi guru yang

bijaksana dan memahami karakteristik siswa akan

menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih

bervariasi serta akan memberikan pembelajaran

yang berbeda antar siswa yang memiliki prestasi

tinggi dengan siswa yang memiliki prestasi rendah.

Guru perlu mengambil lagkah-langkah sebagai

berikut :

a. Mengumpulkan data hasil belajar siswa setiap

kali ada usaha mengevaluasi selama

pembelajaran berlangsung pada akhir pelajaran;

Page 96: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

89

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

b. Menganalisis data hasil belajar siswa. Dengan

langkah ini guru akan mengetahui siswa yang

menemukan pola-pola belajar yang lain,

keberhasilan atau tidaknya siswa dalam belajar;

c. Menggunakan data hasil belajar siswa, dalam hal

ini menyangkut lahirnya feed back untuk

masing-masing siswa dan ini perlu diketahui

oleh guru, dengan adanya feed back itu maka

guru akan menganalisis dengan tepat follow up

atau kegiatan berikutnya.

8. Mengenal Fungsi Bimbingan Penyuluhan

Membimbing siswa adalah salah satu tugas utama

guru sebagai pendidik profesional juga melakukan

bimbingan kepada siswa. Bimbingan adalah bantuan

yang diberikan kepada seseorang, dalam usaha

memecahkan kesukaran-kesukaran yang

dialaminya.(Drs.Ngalim Purwanto, 1975 : 96). Setiap

guru memberikan pembelajaran tidak terlepas dari

pengamatan ada siswa yang kadang acuh terhadap

penjelasn guru ada yang sedang mengobrol bersama

temannya ketika guru sedang menyampaikan

pelajaran bahkan ada yang sedang bertukar tempat

duduk dan sebagainya. Semua itu kadang kala

memancing emosi guru dan sering guru terhenti

menjelaskan karena ada sikap siswanya dalam kelas

yang mengundang perhatian khusus.

Jika ada ditemukan hal yang seperti itu maka guru

sangat wajar dan wajib memberikan bimbingan

kepada siswanya sebelum berkembang lebih jauh.

Menurut Jeer Book of Education, bimbingan ada

suatu proses membantu individu melalui usaha

Page 97: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

90 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

sendiri untuk menemukan dan mengembangkan

kemauannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi

dan kemanfaatan sosial. Penyuluhan menurut James

F.Adams-dikutup dari Iberahim Hadi- adalah suatu

hubungan timbal balik antar dua orang individu

yang seorang membantu yang lainnya supaya ia

dapat lebih memahami dirinya dalam hubungan

dengan masalah hidup yang dihadapinya saat itu

dan pada waktu yang akan datang.

Tujuannya adalah memberi bantuan agar siswa

mampu memilih dan menentukan caranya sendiri

untuk mengatasi hambatan agar tidak terjadi

kegagalan dalam belajar.

Dalam penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan

tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat

akademik seperti : kognitif, afektif dan psikomotor,

tatapi juga problem-problem pribadi yang

diperkirakan menghambat proses pembelajaran

bahkan kemajuan belajar siswa itu sendiri. Dengan

program bimbingan dan penyuuhan itu siswa dapat

mengembangkan potensinya secara optimal menjadi

pribadi masyarakat yang dilandasi dengan rasa

tanggung jawab terhadap masa depannya. Jadi guru

di sekolah mempunyai peran ganda untuk

menyukseskan siswanya dalam menempuh masa

depan melalui pengetahuan yang diperoleh dan

melewati jalan yang berliku dengan diberikan

rambu-rambu agar tidak melakukan tikungan yang

membahayakan dirinya.

Page 98: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

91

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

9. Mengenal dan Menyelenggarakan Administrasi

Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang

didalamnya ada kepala sekolah, guru, pegawai tata

usaha, murid tentu memerlukan penataan yang

efektif dan efisien dalam menjalankan roda

organisasi system pendidikan, kita bisa berjalan

dengan lancer menuju tujuan pendidikan perlu ada

dukungan administrasi sekolah. Selain untuk

menyelesaikan administrasi pembelajaran juga harus

menyelesaikan administrasi kelas seperti : membuat

jadwal pembelajaran, absen kehadiran siswa, buku

nilai dan catatan kemajuan pembelajaran sehari-hari

atau istilah disebut dengan jurnal.

Administrasi kelas ini akan dapat membantu guru

pada saat rapat kenikan kelas, pemberian nilai

bahkan catatan pembimbingan atau catatan

peristiwa yang terjadi selama siswa dalam

pembelajaran.

Ada dua hal menjadi perhatian guru yang

relevansinya dengan administrasi kelas, yaitu :

a. Administrasi yang disebut recording, (catat-

mencatat) yang meliputi antara lain : daftar

presensi (harian/bulanan) tugas / pekerjaan

siswa (individu / kelompok), catatan sosiometri

atau hubungan antar siswa, peristiwa siswa, data

pribadi siswa yang berhubungan dengan

identitas, latar belakang ornag tua, riwayat

pendidikan, kesihatan dan catatan khusus yang

diperlukan bagi siswa. Adapun catatan yang

penting bagi guru seperti : silabus matapelajaran,

persiapan pembelajaran (RPP), jurnal, kumpulan

soal ujian/ulangan dan tugas yang diberikan

Page 99: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

92 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

kepada siswa, catatan hasil evaluasi siswa , buku

notulin rapat dan buku agenda.

b. Administrasi reporting (lapor-melapor) bagi

guru ini meliputi laporan kepada kepala sekolah

dan laporan kepada orang tua siswa. Mengenai

laporan kepada kepala sekolah, hampir semua

kegiatan recording seperti di atas diuraikan

kepada kepala sekolah, di samping itu guru juga

melaporkan kepada kepala sekolah hal-hal

misalnya tentang pengorganisasian siswa,

inventarisasi kelas, keuangan kelas, mutasi,

kenaikan dan tamat belajar, perkembangan

prestasi dan hasil belajar siswa, karena jangan

setiap ada masalah baru melaporkan kepada

kepala sekolah, agar menandakan bahwa guru

dan sekolah selalu mengikuti perkembangan

situasi siswa selama berada di sekolah.

DISKREPSI DAN GARIS-GARIS PROGRAM

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELALUI

ASOSIASI PROFESI DAN KEAHLIAN SEJENIS

No Kompetensi Sub Kompetensi

Metode Sumber Pustaka

1 2 3 4 5

1. Kepribadian 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Percaya kepada diri

1. Ceramah 2. Tanya

jawab 3. Diskusi 4. Tugas 5. Workshop 6. Seminar.

7. Materi Pokok Profesi Keguruan, oleh Djam’an Satori dkk, Penerbit Universitas Terbuka Edisi 1.

8. Kompetensi Guru Sekolah

Page 100: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

93

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

sendiri

3. Tenggang rasa dan toleransi

4. Bersikap

terbuka dan demokratis.

5. Sabar dalam menjalani profesi keguruan.

6. Mengembangkan diri bagi kemajuan profesinya.

7. Memahami tujuan pendidikan.

8. Memahami kelebihan dan kekurangan diri

9. Kreatif dan inovatif dalam berkarya.

10. Bertidak

sesuai norma hukum.

11. Bertindak sesuai dengan norma sosial

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Departemen Pendidikan Nasional 2001.

9. Menuju Pendidikan Dasar Bermutu dan Merata, Depdiknas 2001.

10. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas,Drs Sukidin,M.Pd. dkk Insan Cendekia 2008.

11. Menjadi Guru Profesional Drs.Moh Uzer Usman, Remaja Rosdakarya, Bandung.

12. Be A Great Teacher 46 Rahasia Sukses Menjagi Guru Hebat, oleh Barnawi AR Ruzz Media Jakarta.

13. Reformasi Pendidikan, sebuah Rekomendasi, oleh Paul SuparnoSJ. Kanisius

Page 101: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

94 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

12. Bangga sebagai guru

13. Memiliki konsestansi

dalam bertindak sesuai dengan norma.

14. Menampilk

an kemandirian dalam bertndak sebagai pendidika.

15. Memiliki etos kerja sebagai guru.

16. Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat

17. Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

Yogyakarta. 14. Sekolah Unggul

(Manajeman Sekolah) Prof.Dr.Ir.Moedjiarto,M.Sc

15. Bahasa Tubuh Untuk Guru, Fahmi Amrullah, Yogyakarta 2012.

16. Pedoman Pemilihan Guru Beperestasi Jenjang SMA dan SMK Tingkat Nasional Tahun 2017.

Page 102: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

95

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

18. Memiliki prilaku yang berpangaruh positif terhadap peserta didik.

19. Memiliki prilaku yang disegani.

20. Bertindk sesuai dengan norma religius (iman, takwa, jujur, ikhlas dan suka menolong)

21. Memiliki prilaku yang diteladari.

2. Sosial 1. Tampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.

2. Bsrikap simpatik

3. Dapat

Page 103: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

96 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

bekerjasama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah

4. Pandai bergaui dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.

5. Memahami dunia sekitarnya (lingkungan)

6. Berkomunukasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.

7. Berkomunikasi dan bergaul secara efektif sesame pendidika dan tenaga kependidikan.

8. Berkomunikasi dan bergaul

Page 104: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

97

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan measyarakat sekitar.

3. Profesional 1. Penguasaan bahan pelajaran beseta konsep-konsep.

2. Pengelolaan program belajar

3. Pengelolaan kelas

4. Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar.

5. Penguasaan landasa-landasan kependidikan.

6. Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar.

7. Memahami prinsip-

Page 105: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

98 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

prinsip penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/mata pelajaran.

4. Pedagogik 1. Memahami wawasan atau landasan kependidikan.

2. Memahami terhadap peserta didik.

3. Mengembangkan kurikulum/silabus.

4. Perencanaan pembelajaran.

5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidika dan diologis

6. Evaluasi hasil belajar.

7. Pengembangan peserta

Page 106: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

99

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.

8. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif.

9. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip pengembangan kepribadian.

10. Mengidentifikasi bekal awal ajar peserta didik.

11. Memahami landasan kependidikan.

12. Menerapka

Page 107: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

100 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

n teori belajar dan pembelajaran.

13. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik.

14. Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

15. Menata latar (setting) pembelajaran.

16. Melaksanakan pembelajaran yang efektif.

17. Merancang dan melaksanakan evaluasi (assesement) proses dan hasil belajar

Page 108: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

101

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

secara berkesinambngan dengan berbagai metode.

18. Menganalisis evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning)

19. Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk pebaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

20. Memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi non akademik.

Page 109: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

102 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

BAB IV

MUTU PENDIDIKAN

A. Membangun Mutu Melalui Guru Profesional

Sering pendidikan dijadikan komuditi jualan

kampanye, malah ada yang serius untuk menjadikan

visi misi pendidikan sebagai urutan pertama yang

harus diperjuangkan, tetapi setelah terkabul

kenyataannya anggaran pendidikan tidak lebih dari

5%, sehingga pendidikan tidak akan pernah

mencapai keunggulan. Janji pendidikan yang

disampaikan dan dilaksanakan secara birokrasi,

apalagi dipolitisasi sampai daerah semestinya

menjadi harapan yang begitu menjanjikan bagi

masyarakat, tetapi tidak pernah kunjung datang.

Pendidikan adalah menjadi sektor teknis dan

profesional ketimbang politis. Sebagai sektor teknis

pendidikan dikelola secara profesional berdasarkan

kebijakan teknis ketimbang kebijakan yang

dihasilkan melalui proses politik. Pembangunan

sistem pendidikan di daerah itu sendiri akan

berhasil jika gubernur dibantu oleh birokrasi yang

tidak hanya profesional akan tetapi benar-benar

memiliki keahlian dalam kebijakan pendidikan dan

kearipan di bidang tugasnya.

Pendidikan adalah proyeksi kemanusiaan yang

sangat menentukan kehidupan berbangsa ke

depannya. Bila sumberdaya manusia tidak

terbangun dengan baik selama masa jabatan maka

sumberdaya akan tertinggal dan hilang selama

priode tersebut. Pencitraan tidak bisa dipisahkan

Page 110: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

103

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

dengan politik, sehingga pemimpin/ kepala daerah

lebih tertarik membangun impra struktur jika

dibandingkan dengan membangun bidang

pendidikan. Misalnya membangun jembatan atau

membangun pengerasan jalan 4 atau lima bulan

sudah bisa dilihat hasilnya, berbeda dengan

membangun pendidikan, sudah habis masa

jabatannya baru bisa dilihat hasilnya, sehingga

kurang tertarik bila dilihat dari segi pencitraan.

Birokrasi dalam pengelolaan pendidikan di daerah

harus sejalan dengan kebijakan nasional dan mampu

diterjemahkan di tingkat provinsi dan sampai

kabupaten / kota agar daya saing yang diperlukan

untuk mewujudkan layanan pendidikan yang adil,

bermutu, berdaya saing dan relevan dengan

kebutuhan berbagai bidang pembangunan dapat

diselesaikan oleh bangsa kita sendiri.

Rumusan tujuan seperti yang diterjemahkan melalui

visi dan misi kepala daerah hampir semua

mencantumkan pendidikan sebagai sektor utama,

tetapi ketika masuk ke dalam Renstra Strategis

Pembangunan tidak ubahnya sama dengan sektor

lain yang tidak pernah disebut-sebut pada saat

kampanye. Rumusan yang dituangkan melalui

wawasan yang kurang memahami dalam analisis

kebijakan pendidikan semestinya kita tahu mana

yang benar dan mana yang salah serta

memanifistasikan/menjelma ke dalam kebijakan

yang bermutu.

Masih dirasakan kebijakan dan pembangunan

pendidikan kurang mengarah pada peningkatan

Page 111: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

104 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

mutu kurang berwawasan, bahkan berisiko

menurun dalam mencapai misi penyelenggaraan

pendidikan.

Dr.W.Edward Deming dan Dr.Joeseph M.Juran,

keduanya diakui sebagai Bapak Mutu dalam

pendidikan, karena ia mampu memainkan peran

penting dalam membangun kembali Jepang seteh

Perang Dunia II. Jepang luluh lantak, tetapi Juhran

sudah memperkirakan keberhasilannya kembali

dalam sebuah pidatonya untuk Organisasi Kontrol

Mutu pada tahun 1966. Dia mengatakan “ Bangsa

Jepang menonjol di dunia dalam kepemimpinan mutu dan akan menjadi pemimpin dunia dalam dua

dekade mendatang karena taka da pihak lain yang

bergerak ke arah mutu dengan kecepatan yang

sama dengan bangsa Jepang”. Pandangannya dalam

meningkatkan mutu itu adalah : (1) meraih mutu

merupakan proses yang tidak menganal akhir; (2)

perbaikan mutu merupakan proses

berkesinambungan bukan proses sekali jalan; (3)

mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota

dewan sekolah dan administrator; (4) pelatihan

terhadap guru merupakan pra syarat mutu; (5)

setiap orang (guru) di sekolah mesti mendapat

pelatihan. ( Jerime S. Arcaro 2005 : 9).

Page 112: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

105

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

Alur dalam Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan Sistem Pendidikan Nasional. (Gambar 4

Gambar (2) bahwa Mendikbud bertanggung jawab atas pelaksanaan sistem pendidikan nasional sesuai ketentuan UU No. 20 Tahun 2003 dan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Terutama menyangkut pembinaan teknis (a) Peningkatan mutu; (2) Ujian Nasional dan (3) membangun profesionalisme guru. Sehubungan dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa ada pembagian kewenangan seperti Pendidikan Dasar menjadi kewenangan kabupaten/kota, sedangkan Pendidikan menengah SMA/SMK menjadi kewenangan provinsi. Pelaksanaan sistem pendidikan nasional sesuai amanat UU No 20 Tahun 2005 merupakan manipestasi dari UUD 1945 mempunyai 4 misi Pemerintahan NKRI (1) meguasai ketentuan dalam UU No.20 Tahun 2003; (2) menunjuk menteri pendidikan sebagai pembantu presiden dengan memperhitungkan keahlian dan profesionalisme di bidang

UUD 1945

UU No 20 Th 2003

UU No 14 Th 2005

UU No 23 Th 2014

MENDIKBUD

1. Membayar gaji

2. Mengangkat guru

3. Memutasi

4. Memensiunkan

5. Memberhentikan

Page 113: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

106 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

pendidikan begitu juga gubernur menunjuk pembantunya di bidang pendidikan dengan mempertimbangkan keahlian dan profesionalisme di bidang pendidikan; (3) mendorong terwujudnya iklim dan kultur meretokrasi dalam pengelolaan dan menyelenggaraan sistem pendidika nasional, dan (4) mewujudkan dan memelihara terlaksananya teknis peningkatan mutu dan profesionalisme guru.

b. Permasalahan Mutu dan Daya Saing Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan secara terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sudah 73 tahun kita merdeka dan mendambakan seperti yang tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 namun dewasa ini pendidikan nasional masih menghadapi beberapa kendala dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencapai keinginan seperti yang diutarakan di atas sebagai ciri pendidikan yang berkualitas. 1. Pada tahun 1980-an lembaga pendidikan di

tingkat sekolah dasar dikelola oleh lembaga SPG pada waktu itu mencetak para guru-guru SD. Kemudian lembaga itu ditutup karena dianggap sudah tidak rilevan lagi dalam rangka untuk peningkatan mutu, karena lembaga itu setingkat / sederajat dengan SMA/SMK lalu mutu lulusan

Page 114: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

107

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

ditingkatkan melalui lembaga pendidikan tinggi kependidikan (LPTK). Yang menjadi persoalannya adalah lembaga pendidikan tinggi yang belum terstandar dan terakreditasi sebagai lembaga yang memenuhi UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Akhirnya sebagian besar penghasil guru adalah LPTK Swasta yang ditengarai belum memenuhi standar mutu pendidikan tinggi.

2. Indonesia masih melakukan pemerataan pendidikan sampai saat ini, sehingga peningkatan mutu masih terkendala belum terwujudkan pelayanan pendidikan yang adil, merata dan bermutu. Sehingga kebijakan pemerintah banyak terpokos pada pemetaraan pendidikan. Pelayanan pendidikan yang adil dan merata hanya dapat diwujudkan jika wajib belajar pendidikan dasar dan pendidikan 9 tahun benar-benar bebas biaya, karena masih mengalami kesulitan dalam mewujudkan pendidikan dasar yang bermutu apalagi dengan bebas biaya.

3. Pengelolaan dana pendidikan sesuai UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat (1) dana pendidikan dan biaya kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD sesungguhnya itu dihasilkan secara politis, tetapi anggaran itu baru dirasakan berkisar antara 5% sampai 10% yang terwujudkan bila dikurangi biaya membayar gaji dan biaya pendidikan di luar dinas pendidikan.

Page 115: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

108 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Akibat itu banyak program yang tidak bisa direalisasikan dalam memenuhi pelayanan pendidikan kepada mesyarakat dan menjadi kekecewaan guru bahwa mereka tahu bahwa ketentuan 20% dalam UUD 1945 dan UU No.20 Tahun 2003 bisa dimansuh atau dihapus dengan kekuatan SK Mendagri Nomor : 903/2706/BHJ tanggal, 8 September 2008 tentang Ketentuan Anggaran Pendidikan sebesar 20%, sehingga alokasi anggaran yang sudah ditetapkan berubah dan mengikuti SK Mendagri tersebut.

4. Pelaksanaan kurikulum 2013 saat ini masih belum tuntas, sudah berjalan 6 tahun (sejak 2013-2018) dan sebanyak 3 orang Mendikbud belum juga selesai ada apa dalam kurikulum 2013 itu, masyarakat sudah menunggu kapan bisa dituntaskan sehingga di sekolah tidak ada lagi menggunakan dua kurukulum dan masyarakat yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang berbeda bertanya kenapa anaknya yang satu menggunakan kurikulum 2013 sedangkan anak yang satunya menggunakan kurikulum KTSP 2006.

5. Dua tahaun berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam dunia pendidikan ikut merasakan penyesuaian peralihan pendidikan Menengah SMA/SMK ke provinsi masih menyisakan persoalan. Kepala Sekolah Swasta yang belum tuntas dikokohkan malah dikembalikan sebagai guru pada sekolah negeri, mereka diberi tugas sebagai pelaksana tugas kepala sekolah swasta di mana mereka semula bertugas. Kepala sekolah mengeluh karena semula mereka

Page 116: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

109

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

melaksanakan sebagai menejerial akan beralih sebagai guru dengan jumlah jam pelajaran yang sesuai dengan tugas untuk memenuhi jumlah jam mngajar, bila tidak maka kepala sekolah tersebut tidak akan menerima TPG bahkan tunjangan jabatan sebagai kepala sekolah sudah tidak berhak lagi untuk menerimanya. Pelaksanaan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terutama yang terkai dengan pendidikan menambah banyak persoalan pendidikan karena yang berbeda-beda dalam menerapkan pelaksanaannya di provinsi yang lain tidak ada permasalahan terhadap guru dan kepala sekolah tetapi ada disalah satu daerah/ provinsi yang sampai sekarang masih belum tuntas. Jadi kalau pendidikan diatur oleh satu orang kepala maka semuanya sama, tetapi karena diatur oleh banyak kepala akan jelas membawa perbedaan yang berbeda-beda karena akibat kebijakan yang dilaksanakan pun berbeda-beda. Jika permasalahan guru dan kepala sekolah dapat ditangani secara serius, maka pemerintah sudah menyelesaikan bagian terbesar dari masalah pendidikan. Akhirnya perwujudan pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan belum didukung oleh tatakelola yang baik dan akuntabel. Ada beberapa prinsip pokok dari Dening dalam buku Jeromi S.Arcaro tentang Pendidikan Berbasis Mutu (1995 :8) menyebutkan yang dapat diterapkan dalam bidang pendidikan adalah : (1) Dewan sekolah dan administrator harus menetapkan tujuan/kompetensi mutu yang diinginkan

Page 117: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

110 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

untuk dicapai; (2) menekankan pada upaya pencegahan kegagalan pada siswa (pripintif) bukannya mendeteksi kegagalan setelah peristiwanya terjadi, dan (3) Pengawasan dengan ketat untuk memperbaiki adanya kesalahan dalam proses pembelajaran dan kesalahan administrasi pendukung. (1) Dewan sekolah adalah terdiri dari Kepala

sekolah, guru, tenaga administrasi, biasanya setiap awal tahun ajaran kepala sekolah, dewan guru dan tenaga administrasi dikumpul untuk melaksanakan rapat tahun ajaran yang biasanya berisi tentang pembagian tugas mengajar. Pada saat itu kepala sekolah akan menentukan angkarata-rata keberhasila yang harus dicapai sekolah-misalkan nilai rata-rata 7,0. Apabila angka rata-rata7,0 belum tercapai berarti sekolah belum tercapai dalam peningkatan mutu, sekalipun siswa atau peserta didik di sekolah itu naik 100%.

(2) Menekankan pada upaya pencegahan kegagalan (pripentif) pada siswa harus dilakukan, kita yakin benar bahwa semua peserta didik dalam satu kelas bahkan satu sekolah memiliki kemampuan yang beragam, sehingga guru sudah tahu ada yang cukup satu kali kegiatan belajar beralngsung sudah dapat menangkap kompetensi materi pembelajaran, tetapi ada pula pesrta didik setelah beberapa kali berlangsungnya pembelajaran baru bisa menagkap kompetensi pemebelajaran. Guru harus jeli

Page 118: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

111

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

melihatnya agar tidak ada yang tertinggal ketika akhir dari semua pembelajaran. Fungsi remedial harus dijalankan bahkan bila menyangkut pemecahan dari problematika siswa dalam menghadapi pembelajaran yang sangat mempengaruhi peserta didik dalam mencapai kompetensi pembelajaran guru harus berkoordinasi dengan guru Bimbingan Konsleng (BK) dan kepala Sekolah, sehingga pada akhir tahun pelajaran tidak ada lagi peserta yang bermasalaha dengan nilai.

(3) Diperlukan pengawasan dengan ketat untuk memperbaiki adanya kesalahan dalam proses pembelajaran dan administrasi pendukung. Metode control atau pengawasan sangat diperlukan untuk melakkan perbaikan dan peningkatan mutu. Pengawasan melekat (zaman dahulu atau sekitar tahun 70 an atau 80 an) yang dilakukan oleh kepala sekolah berdampak positif terhadap pembinaan mutu, karena setiap saat kepala sekolah berada di sekolah. Untuk penerapannya kepala sekolah mempunyai staregi menyiapkan administrasi pendukung untuk agar guru tergugah intuk melakukan seperti kartu nilai yang disimpan dalam lemari dan setiap bulan harus diisi dan diawasi oleh kepala sekolah sebagai alat kontrol pengedalian tugas sekaligus pembinaan untuk pencapaian target mutu yang telah ditetapkan pada waktu rapat awal tahun ajaran.

Page 119: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

112 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Tugas pengawas tidak saja datang untuk mengonrol kelemahan dalam pembelajaran dan administrasi, tetapi berdiskusi dalam pembelajaran. Mekanisme dan proses ini perlu dijalani dengan regulasi dan kesepakatan antar kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan pengawas untuk saling sumbang saran dalam mencapai kompetensi yang sudah ditargetkan oleh Dewan sekolah seperti yang dimaksudkan Deming dalam Pendidikan Berbasis Mutu olej Jeromi Arcari (1995 : 8)

Page 120: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

113

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

BAB V

KODE ETIK GURU INDONESIA

A. Pengertian Kode Etik Guru dalam menjalankan aktivitasnya sehari-

hari tidak terlepas dari aturan, budaya dan adat istiadat yang berlaku di mana ia tinggal atau berada. Selain aturan yang secara instan terjadi dalam lingkungan tugas ada aturan yang dibuat dan disepakati untuk menjaga marwah dari organisasi profesi bahkan kebaikan semua yang ada terlibat dalam kegiatan.

Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk menaati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi ( Etika Kepemimpinan Aparatur,2004:26) . Etika organisasi menekankan perlunya seperangkat nilai yang dilaksanakan setiap anggota berupa tindakan apa, kelakuak-kelakuan yang bagaimana, dan sikap-sikap bagaimana wajib dilakukan atau dihindari oleh para anggota.

Etika adalah aturan, norma, kaidah yang digali dari pandagan kehidupan manusia dan baru memperoleh makna kalau aturan, norma, kaidah itu mengontol dan mengatur dari kehidupan aktivitas guru sebagai pelaksanan tugas profesi. Norma, kaidah dan aturan formal yang dibuat oleh suatu organisasi profesi bertujuan mengatur perilaku anggota dalam bidang profesi dan dianggap formal. Jadi dimaksudkan tidak untuk membatasi ruang gerak dan aktivitas guru, tetapi untuk menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan hubungan dengan sesama pelaksana tugas bangsa maupun kemasyarakatan.

Page 121: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

114 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Dalam etika profesi adalah prisip-prinsip atau norma-norma atau kaidah kesusilaan yang menjadi pedoman bagi setiap dan tingkah laku anggota dalam menjalankan tugas profesinya bersikap professional dan praktis, tetapi bukan deskriptif dan harus memiliki standar orang yang berpendidikan professional menjalankan praktik professional dan oragnya terikat dalam suatu organisasi professional (UU No. 14 Tahun 2005 pasal 41 ayat (3).

Menurut Drs. Sidi Gajalba dalam Sistematika Flsafat. Mengatakan “etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal”. Dalam sebuah organisasi profesi misalnya, PGRI, Ikatan Doter Indonesia (IDI), Advokad dan lain sebagainya sering kita temukan istilah kode etik. Menurut Ditjen PMPTK dan PB.PGRI (2008) mengemukakan : (1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan azaz yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan prilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan warga Negara; (2) pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud di atas adalah nilai-nilai moral yang membedakan prilaku guru yang baik dan buruk yang boleh dan yang tidak boleh dilaksanakan selama melaksanakantugas profesi untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.(Sugito,H.M.Si, Dr. 2012 : 97)

Dalam kegiatan belajar mengajar guru berhubungan dengan pertimbangan nilai-nilai. Pendidikan berhubungan erat dengan transformasi nilai-nilai dari masyarakat kepada anak didik atau dari guru

Page 122: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

115

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

itu sendiri kepada anak didiknya. Dalam hubungan keterkaitan itu diperlukan etika profsi keguruan. Menurut Dra.Etty Kartikawati dalam profesi keguruan (1998 : 153) mengatakan etika profesi keguruan adalah ketentuan-ketentuan moral atau kesusilaan yang merupakan pedoman bagi guru yang melakukan tugas di bidang keguruan dan guru memiliki keterampilan professional dan bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pembelajara.

Kode Etik adalah sebagai alat control dari semua aktivitas anggotanya dalam menjalankan tugas atau kewajiban yang berhubungan dengan profesinya, dimaksudkan untuk menjaga martabat profesi, memelihara kesejahteraan anggota, meningkatkan pengabdian, mutu profesi dan organisasi. Sehingga diharapkan mampu pula berfungsi secara optimal terutama dalam meningkatkan pendidikan watak, budi pekerti karakteristik agar dapat mengembalikan wibawa anggota dan sekaligus organisasi.

B. Sejarah Kode Etik Guru Indonesia Dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam voleme

4 Nomor 2, November 2016, Akhmad Zacky AR, menyebutkan tentang sejarah lahirnya Kode Etik Guru, bahwa istilah kode etik yang digunakan secara formal dirumuskan secara tertulis untuk pertama kali oleh Nation Education Association (NEA 1929) Perhimpunan Pendidikan Nasional di Amereka Serikat, yaitu “ A Code Ethics for The Teching Profession” Kemudian kode etik NEA tersebut disusun menjadi 3 (tiga) pasal seperti (1) pasal yang berhubungan dengan murud dan keluaganya (2) pasal yang berhubungan dengan pemerintahan dan (3) pasal yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan profesi. Selanjutnya pasal-pasal tersebut mengalami perubahan beberapa kali revisi pada tahun

Page 123: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

116 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

1941, kemudian 1953 dan terakhir tahun 1963. Nation Education Association (NEA) merupakan organisasi professional dalam bidang pendidikan di Amerika (Bafadal, Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar, 285 dalam Akhmad Zacky). Melihat Kode Etik dari NEA seperti di atas, kita perhatikan Kode Etik Guru di negeri kita, apakah Indonesia sudah mempunyai kode etik?

Bahwa guru dan pendidikan itu adalah amanah yang dititipkan untuk membangun Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Cinta Tanah Air serta kemanusiaan pada umumnya dijiwai oleh Pancasila sebgai palsafah dalam kehidupan dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, maka dengan sendirinya terpanggil untuk melaksanakan amanah yang telah diterimanya.

Selama penjajahan Belanda pendidikan di

Indonesia diarahkan sesuai dengan keinginan penjajah, sehingga rakyat menjadi bersifat statis dan para guru yang mengajarpun sangat berpengaruh dalam cara pendidikannya yang bersifat otoreter dan suka penjajah pemperlihatkan kekuasaannya, tidak demokratis dan menganggap sebagai objek kepada siswa, karena tidak puas maka muncullah tokoh pendidikan yang bernama Ki Hajar Dewantoro yang pertama kali mendirikan sekolah di Indonesia (Perguruan Taman Siswa). Istilah kode etik guru tidak dipakai oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem pendidikan, namun beliau menggunakan semboyan yang mencakup 4 (empat) pengertian yaitu “ ing ngarso sung tulodo” memberi contoh dan teladan bila berada di depan, “ ing madyo mangun karso” memberi semangat bila berada di tengah, “tut wuri handayani”, mendorong dan mempengaruhi bila berada di belakang, “waspodo purbo wasero” waspada dan selalu mengawasi. Semboyan ini mempunyai maksud

Page 124: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

117

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

yang sangat dalam sangat mengesankan dalam dunia pendidikan.

Mengingat tugas guru semakin lama semakin

berat dan semakin kompleks, maka guru Indonesia dituntut berpegang teguh pada kode etik dan sekaligus sebagai pedoman bagi guru Indonesia yang harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan seksama dalam beraktivitas baik sebagai individu maupun sebagai anggota organisasi.

Selanjutnya Kongres ke XIII PGRI tahun 1973

yang diselenggarakan sejak tanggal, 21 – 25 November 1973 di Jakarta telah menetapkan Kode Etik Guru Indonesia. Dalam Kongre itu dibentuk Tim yang telah membahas dan merumuskan melalui beberapa tahap dalam forum pertemuan para ahli pendidikan. Mereka berorientasi pada semangat jiwa dan nilai-nilai luhur keperibadian dan budaya bangsa yang tumbuh secara berubah-ubah kemudian diperbandingkan dengan profesi yang lain.

Kode Etik Guru Indonesia dalam

perumusannya melalui 4(emapat) tahap : 1. Tahun 1971/1973 tahap perumusan dan

pembahasan; 2. Tahun 1973 Kongres XIII tahap pengesahan; 3. Tahun 1979 Kongren XIV tahap penguraian; 4. Tahun 1989 Kongres XV tahap penyempurnaan.

Itulah gambaran secara yuridis formal terbentuknya Kode Etik Guru Indonesia dan saat ini perlu disosialisasikan kepada guru anggota PGRI agar mereka mengetahui dan berprilaku sesuai hasrat guru yang sesungguhnya. Ketaatan guru yang sesungguhnya mendorong mereka berprilaku sesuai dengan norma, aturan dan kaidah yang dianjurkan dan guru dapat

Page 125: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

118 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

menghindari prilaku yang tidak terpuji oleh etika, moral dan profesi keguruan.

Kode Etik Guru Indonesia dibuat oleh organisasi PGRI yang diberi nama Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat (Konpua) V Konpus/II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No.07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal, 3 Juli 2008 di Palembang.

C. Kode Etik Guru Indonesia

Ada delapan kewajiban guru dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti :

1. Kewajiban Umum a. Menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan

sumpah/janji guru; b. Melaksanakan tugas utama mendidika, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kewajiban guru terhadap peserta didik

a. Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik;

b. Memberikan layanan pembelajaran berdasarkan karakteristik individuala serta tahapan tumbuh kembang kejiwaan peserta didik;

c. Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan;

d. Menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan peserta didik secara adil dan objektif;

Page 126: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

119

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

e. Melindungi peserta didik dari segala tindakan yang dapat mengganggu perkembangan proses belajar, kesihatan dan keamanan bagi peserta didik;

f. Menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik, kecuali dengan alasan yang dibenarkan berdasarkan hukum, kepentingan pendidikan, kesihatan dan kemanusaan;

g. Menjaga hubungan professional dengan peserta didik dan tidak menamfaatkan untuk keuntungan pribadi dan/atau kelompok dan tidak melanggar norma yang berlaku.

3. Kewajiban Guru terhadap Orang tua/Wali Peserta

Didik

a. Menghormati hak orang tua / wali peserta didik untuk berkonsultasi dan memberikan informasi secara jujur dan objektif mengenai kondisi dan perkembangan belajar peserta didik;

b. Membina hubunguan kerja sama dengan orang tua/wali peserta didik dalam melaksanakan proses pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan;

c. Menjaga hubungan profsional dengan orang tua/wali peseta didik dan tidak memanfaatkan untuk memperoleh keuntungan pribadi.

4. Kewajiban Guru terhadap Masyarakat.

a. Menjalin komunikasi yang efektif dan kerjasama

yang harmonis dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan;

b. Mengakomudasi aspirasi dan keinginan masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan;

c. Bersikap renponsif terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dengan mengindahkan norma dan sistem nilai yang berlaku;

Page 127: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

120 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

d. Bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif untuk menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif;

e. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat serta menjadi panutan bagi masyarakat.

5. Kewajiban Guru terhadap Teman Sejawat

a. Membangun suasana kekeluargaan, solidaritas dan

saling menghormati antar teman sejawat di dalam maupun di luar satuan pendidikan;

b. Saling berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, keterampilan dan pengalaman serta saling memotivasi untuk meningkatkan profesionalitas dan martabat guru;

c. Menjaga kehormatan dan rahasia pribadi teman sejawat;

d. Menghindari tindakan yang berpotensi menciptakan kolflik antar teman sejawat.

6. Kewajiban Guru terhadap Profesi

a. Menjunjung tinggi jabatan guru sebagai profesi; b. Mengembangkan profesionalisme secara

berkelanjutan sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan;

c. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan martabat profesi;

d. Dalam melaksanakan tugas tidak menerima janji dan pemberian yang dapat mempengeruhi keputusan atau tugas keprofesian;

e. Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab terhadap kebijakan pendidikan.

7. Kewajiban Guru terhadap Organisasi Profesi

Page 128: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

121

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

a. Menaati peraturan dan berperan aktif dalam melaksanakan program organisasi profesi;

b. Mengembangkan dan memajukan organisasi profesi;

c. Mengembangkan organisasi profesi untuk menjadi pusat peningkatan profesionalitas guru dan pusat informasi tentang pengembangan pendidikan;

d. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat organisasi profesi;

e. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan martabat profesi.

8. Kewajiban Guru terhadap Pemerintah

a. Berperan serta menjaga persatuan dan

kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam wadah INKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

b. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan pendidikan;

c. Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan pemerintah.

Page 129: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

122 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amrullah, Fahmi, 2012 Buku Pintar Bahasa Tubuh untuk Guru, Diva Press, Jogyakarta.

Anas, Zulkipli, 2014, Hitam Putih Kurikulum 2013, Penerbit AMP Press dan PPP.

Arcaro, Jeromi S., 2005, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Rumusan dan Tata Langkah Penerapan, Pustaka Pelajar, Jogyakarta.

Asmani, Jamal Ma’mur, 2012, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Penerbit Diva Press, Jogyakarta.

Aqib, Zainal, 2002, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, Penerbit Insan Cendekia.

Aqib, Zainal, 2007, Membangun Profesional Guru dan Pengawas Sekolah, CV. Yrana Widya Bandung.

Bastian, Aulia Reza, 2002, Reformasi Pendidikan, Langkah-Langkah Pembaruan Dan Pemberdayaan Pendidikan Dalam Rangka Desentralisasi Sistem Pendidikan Indonesia, Penerbit Lappera Pustaka Utama, Yogyakarta.

Barmawi, 2012, Be A Great Teacher 46 Rahasia Sukses Menjadi Guru Hebat, Ar Ruzz Media , Jogyakarta.

Farid Ismail, Fua’ad, dkk., 2012, Cara Mudah Belajar Filsafat, IRCiSod.

Daradjat, Zakiah, Dr. 1980, Keperibadian Guru, Penebit Bulan Bintang, Jakarta.

Danim, Sudarwan, Prof.Dr. 2003, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Penerbit Pustaka Pelajar, Yoyakarta.

Page 130: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

123

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Menuju Pendidikan Dasar Bermutu dan Merata.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979, Didaktik dan Metodik Umum, Penerbit CV. Donaprin, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kompetensi Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Manajemen Peningkatan Mutu Besbasis Sekolah Buku 1, Konsep dan Pelaksanaannya.

Hatta, M.Hs, Drs.M.AP, 2017, Pembelajaran Remedial, Penerbit, Nizamial Learning Center, Sidoarjo, Surabaya.

Hatimah, Ihat, Dra.M.Pd, Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.

Jalal, Fasli, Dr. 2001, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah, PT Mitra Gama Wijaya.

Kartikawati, Etty, Dra dkk. 1997/1998 Materi Pokok, Profesi Keguruan 1-6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III Jakarta.

Lidianto Usman, Lucky, Drs.1984, Keterampilan Mengajar, Pusat Pengembangan Penataan Guru Tertulis Bandung.

Moedjiarto, Prof.Dr.M.Sc 2001, Sekolah Unggul, Motodologi untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan, Penerbit Duta Graha Pustaka.

Page 131: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

124 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

Mulyasa. E, Dr., M.Pd. 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Penerbit PT Remaja Rosda, Bandung.

Uzer, Usman,Muh.,Drs. 1990, Menjadi Guru Profesional, Penerbit PT. Rusdakarya Bandung.

Uchjana, Effendi,Onong, Drs, M.A,1985 Psikologi Manajemen, Penerbit Alumni Bandung.

Umaedi, Dr. M.Pd., 2009, Manajemen Berbasis Sekolah, Universitas Terbuka Jakarta.

Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB.PGRI), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Slameto, Drs. 2003, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Reneka Cipta, Jakarta.

Soewondo, Drs.MS,MM,M.Si, 2002 Pedoman Penyediaan Fasilitas Guru, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidika, Jakarta.

Supriadi, Didi, 2003, Guru di Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, Jakarta

Suryadi, Acep, 2014, Pendidikan Untuk Transformasi Bangsa, Arah Baru Pendidikan untuk Perubahan Mental Bangsa, PT. Kompas Jakarta.

Sugito, H.,M.Si.,Dr. 2012 Pendidikan Sejarah Perjuangan dan Jati Diri PGRI, Penerbit YPLP / PPLP PGRI Pusat, Jakarta.

Page 132: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

125

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

Soeharyo, Salman, Drs, MPA.2004, Etika Kepemimpinan Aparatur, Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia, Jakarta.

The Liang Gie, 2001, Etika Administrasi Pemerintahan, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wibowo, Mungin Eddy, Prof. Dr. M.Pd.Kons. 2016, Pembangunan Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Seminar HUT ke 71 PGRI dan Hari Guru Nasional di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan).

Wardani, IGAK. Prof. Dr. 2010, Penelitian Tinadakan Kelas, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.

Zacky, AR. Akhmad, 2016, Kode Etik Guru Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidkan. (Reaktualisasi dan Pengembagan Kode Etik Guru) Jurnal Pendidikan Agama Islam, Volume 4 Nomor 2, November 2016.

Page 133: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

126 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

BIOGRAFI PENULIS

Drs. H.M.Hatta Hs., M.AP dilahirkan di Tapin tanggal, 10 Mei 1954. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) tamat tahun1968, kemudian masuk sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Swasta (Alwasliayah) dan ikut ujian akhir pada Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri-1 (MTsN) Rantau lulus tahun 1972. Setelah itu masuk Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) VI tahun dan lulus pada tahun 1974, begitu lulus PGAN VI tahun langsung kuliah pada Fakultas Keguruan (FKg) Unlam Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di jalan Veteran sekarang FKIP ULM Banjarmasin lulus tahun 1978 dengan gelar Sarjana Muda (BA)

Sambil mengajar sambil kuliah hingga tahun 1990 selesai Strata-1 dan Tahun 2003 melanjutkan pendidikan Master Administrasi Publik pada Fakultas Sosial dan Ilmu Politik ULM Banjarmasin lulus tahun 2005.

Pengalaman pekerjaan tahun 1978 menjadi guru Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Rantau, hingga tahun 1979, karena program pemerintah melakukan regrofing maka dimutasikan ke SPGN Banjarmasin di Banjarbaru sampai tahun 1983. Program pemerintah mengatasi kesulitan guru

Page 134: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

127

Empat kompetensi untuk membangun

profesionalisme guru

pada tahun 1983 dibuka kembali SPGN Rantau dan sekaligus guru-gurunya dikembalikan sampai bertahan tahun 1987. Pada tahun 1988 guru-guru SD tuntutan karena harus berkualifikasi D II sehingga SPG dihapus dan penanganan guru-guru sudah beralih ke Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK) dan guru-guru SPGN Rantau dialihfungsikan menjadi guru SMK.

Kondisi yang seperti itu maka tahun 1989 dipromosikan menjadi Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Tapin Utara sampai tahun 1999. Bertepatan dengan awal otomomi daerah dipromosikan menjadi menjadi Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tapin. Tahun 2003 dipromosikan kembali menjadi Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapin (BKD) hingga tahun 2005. Selanjutnya ada perkembangan struktur organisasi baru untuk pengisian dipromosikan menjadi Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata dan terakhir dipromosikan menjadi Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat DPRD Tapin hingga sampai pension 2009.

Pengalaman organisasi selama menjadi guru SPG sudah aktif menjadi Anggota PGRI sampai diberi amanah menjadi Ketua PGRI KabupatenTapin selama 2 (dua) priode. Pada Konferensi PGRI Kalimantan Selatan tahun 2009 di Kabupaten Balangan kami diberi amanah untuk menjadi Sekretaris Umum PGRI Kalimantan Selatan kemudian pada Konferensi PGRI berikutnya tahun 2014 di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dipercaya menjadi Ketua PGRI Kalimantan Selatan hingga sekarang.

Selain pengalaman organisasi profesi ada pengalaman yang menjadi hobi yaitu olehraga bulutangkis dan dipercaya menjadi Ketua Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Kabupaten Tapin selama dua priode.

Page 135: EMPAT KOMPETENSI - eprints.ulm.ac.id

128 Drs.h.m.hatta Hs., M.ap.

CATATAN :