empiema

4
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Empyema berasal dari bahasa Yunani empyein yang artinya menghasilkan nanah (supurasi). Definisi empyema yang paling sering digunakan adalah pengumpulan nanah di dalam rongga di sekitar paru (rongga pleura) (Murray, 2000). Etiologi Empyema dapat disebabkan oleh infeksi dari paru dan infeksi dari luar paru. Infeksi yang berasal dari dalam paru antara lain disebabkan karena pneumonia, abses paru, fistel bronkopleura, bronkiektasis, dan tuberculosis paru. Infeksi dari luar paru antara lain disebabkan karena trauma otak, pembedahan otak, torakosentesis, abses hati karena amuba (Benjamin, 2005). Empyema dapat disebabkan oleh bakteri gram negatif (Klebsiella, Bacteroides, E. coli), S. aureus , S. pyogenes , bakteri anaerob , polimikroba (Benjamin, 2005). Klasifikasi Berdasarkan perjalanan penyakitnya, empyema thoraks dapat dibagi dua yaitu empyema akut dan empiema kronis. Empiema akut terjadi sekunder akibat infeksi ditempat lain. Terjadinya peradangan akut yang diikuti pembentukan eksudat. Batas tegas antara empyema akut dan kronis sukar ditentukan. Empyema disebut kronis, bila prosesnya berlangsung lebih dari 3 bulan.

Upload: nerdwaldo

Post on 28-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

empiema

TRANSCRIPT

Page 1: Empiema

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Empyema berasal dari bahasa Yunani empyein yang artinya menghasilkan nanah (supurasi).

Definisi empyema yang paling sering digunakan adalah pengumpulan nanah di dalam rongga

di sekitar paru (rongga pleura) (Murray, 2000).

Etiologi

Empyema dapat disebabkan oleh infeksi dari paru dan infeksi dari luar paru. Infeksi yang

berasal dari dalam paru antara lain disebabkan karena pneumonia, abses paru, fistel

bronkopleura, bronkiektasis, dan tuberculosis paru. Infeksi dari luar paru antara lain

disebabkan karena trauma otak, pembedahan otak, torakosentesis, abses hati karena amuba

(Benjamin, 2005).

Empyema dapat disebabkan oleh bakteri gram negatif (Klebsiella, Bacteroides, E. coli),

S. aureus , S. pyogenes , bakteri anaerob , polimikroba (Benjamin, 2005).

Klasifikasi

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, empyema thoraks dapat dibagi dua yaitu empyema akut

dan empiema kronis. Empiema akut terjadi sekunder akibat infeksi ditempat lain. Terjadinya

peradangan akut yang diikuti pembentukan eksudat. Batas tegas antara empyema akut dan

kronis sukar ditentukan. Empyema disebut kronis, bila prosesnya berlangsung lebih dari 3

bulan.

Berdasarkan American Thoracis Society membagi empyema thoraks menjadi tiga stadium

antara lain stadium eksudat, stadium fibropurulen, stadium organisasi. Stadium eksudat

terjadi saat cairan pleura yang steril di dalam rongga pleura merespon proses inflamasi di

pleura. Inflamasi di pleura menyebabkan peningkatan permeabilitas dan terjadi penimbunan

cairan pleura. Stadium ini terjadi selama 24 hingga 72 jam . Stadium Fibropurulen terjadi saat

cairan pleura menjadi lebih kental dan fibrin tumbuh di permukaan pleura yang bisa

melokulasi pus dan secara perlahan-lahan membatasi gerak dari paru. Cairan ini berisi

leukosit polimorfonuklear, bakteri dan debris seluler. Stadium ini berakhir setelah 7 sampai

10 hari dan sering membutuhkan penanganan lanjut seperti torakostomi dan pemasangan

tube. Stadium organisasi terjadi saat kantong-kantong nanah yang terlokulasi akhirnya dapat

mengembang menjadi rongga abses berdinding tebal, atau sebagai eksudat yang

Page 2: Empiema

berorganisasi, paru dapat kolaps dan kelilingi oleh bungkusan tebal yang tidak elastik yang

terbentuk dari proliferasi fibroblast. Stadium ini dapat terjadi selama 2 sampai 4 minggu

setelah gejala awal (Murray, 2000; Benjamin, 2005).

Patogenesis

Terjadinya empyema thorak dapat melalui tiga jalan antara lain melalui perkontinuitatum,

hematogen, dan dari infeksi dari luar dinding thorak. Terjadinya empyema melalui

perkontinuitatum dapat terjadi pada komplikasi penyakit pneumonia dan abses paru, oleh

karena kuman menjalar dan menembus pleura viseralis. Terjadinya empyema dapat juga

secara hematogen , kuman dari fokus lain sampai di pleura visceralis. Empiema terjadi dapat

berasal dari infeksi dari luar dinding thorak yang menjalar ke dalam rongga pleura, misalnya

pada trauma thorak, abses dinding thorak.

Terjadinya empyema akibat invasi basil piogenik ke pleura, timbul peradangan akut yang

diikuti dengan pembentukan eksudat serous dengan banyak sel-sel PMN baik yang hidup

ataupun mati dan meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental.

Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah

tersebut. Apabila nanah menembus bronkus timbul fistel bronko pleura, atau menembus

dinding thorak dan keluar melalui kulit disebut empyema nasessitatis. Stadium ini masih

disebut empyema akut yang lama-lama akan menjadi kronis (batas tak jelas).

Empyema merupakan suatu proses luas, yang terdiri atas serangkaian daerah berkotak-kotak

yang melibatkan sebagian besar dari satu atau kedua rongga pleura. Dapat pula terjadi

perubahan pleura parietal. Jika nanah yang tertimbun tersebut tidak disalurkan keluar,maka

akan menembus dinding dada ke dalam parenkim paru dan menimbulkan fistula. Kantung-

kantung nanah yang terkotak-kotak akhirnya berkembang menjadi rongga-rongga abses

berdinding tebal, atau dengan terjadinya pengorganisasian eksudat maka paru dapat menjadi

kolaps serta dikelilingi oleh sampul tebal yang tidak elastis (Murray, 2000; Benjamin, 2005).

Manifestasi klinis

Perjalanan klinis dibagi menjadi dua stadium, yaitu akut dan kronis. Empyema akut memiliki

gejala yang mirip dengan pneumonia bakteria, yaitu panas tinggi, nyeri pleuritik, anemia. Jika

nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura dan empyema necessitasis.

Batas tegas antara empyema akut dan kronis sukar ditentukan, disebut kronik apabila berjalan

Page 3: Empiema

sudah lebih dari tiga bulan. Penderita mengeluh badan lemah dan kesehatan penderita tampak

mundur.

Penderita yang diobati dengan tidak memadai atau dengan antibiotik yang tidak tepat dapat

mempunyai interval beberapa hari antara fase pneumonia klinik dan bukti adanya empyema.

Kebanyakan penderita menderita demam yang bersifat remiten, takikardi, dispneu, sianosis,

batuk-batuk (Benjamin, 2005).

Dapus

Nadel, Murray: Text Book of Respiratory Medicine third edition volume one, Philadelphia.

2000 , 985-1041.

Benjamin dkk : Pedoman Diagnosa dan Terapi BAG/ SMF Ilmu Penyakit Paru, Edisi 3,

Surabaya, 2005.