emulsi

23
LAPORAN AKHIR FARMASETIKA DASAR ‘EMULSI’ DISUSUN OLEH : KELOMPOK V KELAS C FARMASI 2013 FAUZIAH INDAH SARI (821413100) I GUSTI AYU ARI INDAH YANI (821413) MOH. RIVALDI MAPPA (821413088) PIKRI GOBEL (821413084) RISKIAH NURFATHIN (821413096) ASISTEN : DIAN SUKMAWATI DALU LABORATORIUM FARMASETIKA JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014

Upload: riskiahnurfathin

Post on 24-Nov-2015

229 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Emulsi merupakan dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut emulgator

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKHIR

    FARMASETIKA DASAR

    EMULSI

    DISUSUN OLEH :

    KELOMPOK V

    KELAS C FARMASI 2013

    FAUZIAH INDAH SARI (821413100)

    I GUSTI AYU ARI INDAH YANI (821413)

    MOH. RIVALDI MAPPA (821413088)

    PIKRI GOBEL (821413084)

    RISKIAH NURFATHIN (821413096)

    ASISTEN :

    DIAN SUKMAWATI DALU

    LABORATORIUM FARMASETIKA

    JURUSAN FARMASI

    FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

    UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

    2014

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan

    Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,

    sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Sediaan Emulsi

    yang disusun sebagai tugas akhir dari Praktikum Farmasetika Dasar.

    Penulis menyadari bahwa terselesainya penyusunan laporan akhir

    ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, doa, serta saran dari

    berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati

    penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

    membantu.

    Akhirnya, kami menyadari dalam penulisan laporan ini jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima

    kritik dan saran yang membangun agar penyusunan laporan selanjutnya menjadi

    lebih baik dan kiranya semoga tugas ini dapat membawa manfaat bagi kami

    khususnya dan umumnya bagi teman-teman sekalian.

    Gorontalo, 20 April 2014

    Kelompok V

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR.................................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

    BAB I PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

    I.2 Maksud Percobaan ............................................................................ 2

    I.3 Tujuan Percobaan.............................................................................. 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Teori Umum ..................................................................................... 3

    II.2 Resep .............................................................................................. 5

    II.3 Narasi Resep ..................................................................................... 5

    II.4 Farmakologi ...................................................................................... 6

    II.5 Uraian Bahan .................................................................................... 7

    BAB III METODE KERJA

    III.1 Alat-alat yang digunakan................................................................... 10

    III.2 Bahan-bahan yang digunakan ............................................................ 10

    III.3 Cara Kerja ......................................................................................... 10

    3.3.1 Kalibrasi Botol ......................................................................... 10

    3.3.2 Sirup Simplex.......................................................................... 11

    3.3.3 Pembuatan Emulsi................................................................... 11

    BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BAHAN

    IV.1 HasilPengamatan............................................................................... 13

    IV.2 Perhitungan Bahan ........................................................................... 13

    IV.3 Perhitngan Dosis ................................................................................ 14

    BAB V PEMBAHASAN

    V.1 Pembahasan....................................................................................... 15

    BAB VI PENUTUP

    VI.1 Kesimpulan ....................................................................................... 16

    VI.2 Saran ................................................................................................. 16

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar belakang

    Farmasi adalah suatu ilmu yang mempelajari cara bagaimana

    mencampur obat, meracik formula, identifikasi, kombinasi serta

    menganalisis mengenai obat serta pengobatan. Didalam ilmu farmasi,

    diajarkan juga tentang ilmu farmasetika. Farmasetika sendiri adalah ilmu

    yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi pengumpulan,

    pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan, seni peracikan

    obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap

    digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan

    teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan

    diberikan kepada pasien.

    Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi,

    perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin

    banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan

    pun terus di kembangkan. Ahli farmasi mengembangkan obat untuk

    pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan efek

    terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh masyarakat.

    Bentuk sediaan dalam bidang farmasi juga semakin bervariasi.

    Sediaan obat tersebut antara lain sediaan padat seperti serbuk, tablet, kapsul.

    Sediaan setengah padat seperti salep, cream, pasta, suppositoria dan gel, serta

    bentuk sediaan cair yaitu suspensi, larutan, dan emulsi. Dengan adanya

    bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan

    keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di

    pasaran, Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan cair

    (liquid).

    Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung

    satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium

    yang homogen pada saat diaplikasikan. Sediaan cair atau sediaan liquid lebih

    banyak diminati oleh kalangan anak-anak dan usia lansia, sehingga satu

  • keunggulan sediaan liquid dibandingkan dengan sediaan-sediaan lain adalah

    dari segi rasa dan bentuk sediaan.

    Salah satu sediaan liquid yang beredar dipasaran adalah sediaan bentuk

    emulsi. Sediaan emulsi ini didesain dalam dunia kefarmasian untuk

    memfasilitasi penghantaran zat aktif yang berupa minyak, atau zat aktif yang

    larut minyak. Jika hanya diberikan dalam bentuk minyak saja, maka tingkat

    penerimaan pasien akan cenderung rendah.

    Sediaan emulsi selain dikenal sebagai sediaan cair, juga dapat berupa

    sediaan setengah padat. Penggunaan sediaan ini, pada saat ini makin populer

    karena dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun untuk pemakaian

    luar. Emulsi merupakan dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium

    pendispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur. Emulsi dapat

    distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut emulgator.

    Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan emulsi menggunakan 1

    resep. Pada resep ini digunakan zat aktif berupa paraffin liquidum. Sediaan

    emulsi yang mengandung paraffin cair yang beredar di pasaran digunakan

    sebagai obat oral/dalam dan biasanya untuk melunakkan feses sehingga

    mudah dikeluarkan, pengobatan eczema dan kulit kering yang terkelupas.

    I.2 Maksud Percobaan

    Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pembuatan

    emulsi serta mampu menghitung dosis obat dalam bentuk sediaan emulsi.

    I.3 Tujuan Percobaan

    Tujuan pembuatan emulsi yaitu :

    1. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan emulsi.

    2. Mahasiswa mengetahui tipe-tipe emulsi.

    3. Mahasiswa mengetahui komponen-komponen emulsi.

    4. Mahasiswa mengetahui cara membedakan tipe-tipe emulsi.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Teori Umum

    Menurut Farmakope Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah

    satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil

    (DIRJEN POM, 1995).

    Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispers terdiri dari bulatan-

    bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak

    bercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase

    dalam dan medium dispersi sebagai fase luar. Emulsi yang mempunyai fase

    dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan

    biasanya diberi tanda sebagai emulsi m/a. sebaliknya emulsi yang

    mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-

    minyak dan dikenal sebagai emulsi a/m (Howard, 2008).

    Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang

    disebut emulgator (emulsifying agent) yang dapat mencegah koalesensi, yaitu

    penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase

    tunggal yang memisah (Syamsuni, 2007).

    Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai susu, dan

    warna emulsi memang putih seperti susu. Pada pertengahan abad XVII hanya

    dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein, dan air. Pada

    pertengahan abad XVIII, seorang ahli farmasi dari prancis memperkenalkan

    pembuatan emulsi dari Oleum Olivarum, Oleum Anisi, dan Eugenol Oil

    dengan menggunakan penambahan Gom arab, tragakan, dan kuning telur

    sebagai emulgator (Syamsuni, 2007).

    Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu (Syamsuni,

    2007):

    1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di

    dalam emulsi, terdiri atas:

  • a. Fase dispers/ fase internal, fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase

    dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam

    zat cair lain.

    b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair

    dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung)

    emulsi tersebut.

    c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk

    menstabilkan emulsi.

    2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan

    kedalam emulsi untuk memperoleh hasil yang baik. Misalnya corrigen

    saporis, odoris, colouris, pengawet (preservative), dan anti oksidan.

    Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat

    membuat satu preperat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang

    saling tidak bisa bercampur. Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola-

    bola kecil bukan dalam bulk. Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe

    emulsi minyak-dalam-air memungkinkan pemberian obat yang harus

    dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak walaupun yang diberikan

    sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya, dengan memberi pemanis dan

    pemberi rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan

    sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dapat mempertahankan

    minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih mudah diabsopsi

    (Howard, 2008).

    Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi, yaitu (Syamsuni, 2007):

    1. Dengan pengenceran fase, setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase

    eksternalnya. Emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air dan emulsi tipe

    w/o dapat diencerkan dengan minyak.

    2. Dengan pengecetan atau pewarnaan, zat warna akan tersebar merata

    dalam emulsi jika zat tersebut larut dalam fase eksternal emulsi tersebut.

    3. Dengan kertas saring atau kertas tisu, jika emulsi diteteskan pada kertas

    saring tersebut terjadi noda minyak, berarti emulsi tersebut tipe o/w tetapi

    jika terjadi basa merata berarti emulsi tersebut tipe w/o.

  • 4. Dengan konduktivitas listrik, alat yang digunakan adalah kawat, stop

    kontak dan neon lampu. Neon lampu akan menyala jika elektroda

    dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w dan akan mati jika dicelupkan

    pada emulsi tepe w/o.

    II.2 Resep

    II.3 Narasi Resep

    a. 2.5 : duabus quinque : dua koma lima

    5 : quinque : lima

    6 : sex : enam

    15 : quindecim : lima belas

    50 : quinquaginta : lima puluh

    II C : duo cochlear : dua sendok makan

    a.c : ante coenam : sebelum makan

    a.d : ad : sampai

    b.dd : bis de die : dua kali sehari

    det. : dettur : sudah diberikan

    da in : da in : masukkan ke dalam

    Dr. Kristanto, Sp.PDSIK : 228/FM/GTO/84Jl. Agus Salim No.30Telp. 0435-875492

    Gorontalo, 07-02-2012

    R/ Paraffidum Liquidum 5 mlGummi Arabicum 2.5Sirup Simplex 15 mlAethanolum 90% 6 mlJasmine Oil q.sAqua Destilata ad 50 ml

    m.f Emuls da in Fl No. 1S b.dd II C a.c

    Pro : VyraUmur : 27 tahun

    Nama dokterNomor izin kerja dokterAlamat praktek dokterNomor telepon dokterTanggal resep

    Nama obat dan Komposisi

    bahan

    Petunjuk pembuatanAturan pemakaian obat

    Nama pasienUmur pasien

  • Emuls : emulsa : emulsi

    Fl : flacon : botol

    g : gramma : gram

    m.f : misce fac : campur dan buatlah

    ml : milligramma : miligram

    No 1 : numero uno : sebanyak satu

    p.c.c : pro copy conform : berikan sesuai aslinya

    Pro : pro : untuk

    q.s : quantum satis : secukupnya

    R/ : recipe : ambillah

    S. : signa : tandai

    b. Narasi resep dalam bahasa latin

    Recipe paraffidum liquidum 5 ml, gummi arabicum 2.5 g, sirup

    simplex 15 ml, aethanolum 90% 6 ml, jasmine oil quantum satis, aqua

    destilata ad 50 ml. Misce fac emulsa da in flacon numero uno. Signa bis

    de die duo cochlear ante coenam.

    c. Narasi resep dalam bahasa Indonesia

    Ambillah paraffinum liquidum 5 ml, gummi arabicum 2.5 g, sirup

    simplex 15 ml, aethanol 90% 6 ml, jasmine oil secukupnya, aqua destilata

    sampai 50 ml. Campur dan buatlah emulsi. Masukkan kedalam botol

    sebanyak satu. Tandai dua kali sehari dua sendok makan sebelum makan.

    II.4 Farmakologi

    Sifatnya yang mengurangi penyerapan oleh tubuh dari zat-zat gizi,

    anatara lain vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K). bila diinhalasi

    (tersedak), zat ini dapat mengakibatkan sejenis radang paru-paru berbahaya

    (pneumonia lipoid). Penggunaanya selama kehamilan tidak dianjurkan (Tan

    dan Kirana, 2013).

    Kebiasaan menggunakan paraffin cair akan mengganggu absorpsi zat

    larut lemak misalnya absorpsi karoten menurun 50%, juga adsorpsi vitamin K

    menurun dengan akibat hipoprotombinema dan juga dilaporkan terjadi

    pneumonia lipid. Obat ini menyebabkan pruritus ani atau menyulitkan

  • penyembuhan pascabedah daerah anorektal dan menyebabkan perdarahan

    (Gunawan, 2007).

    II.5 Uraian Bahan

    a. Paraffin Liquidum (DIRJEN POM, 1979)

    Nama resmi : Paraffinum Liquidum

    Nama lain : Parafin cair

    Bobot molekul : 76110

    Rumus molekul : C3H8O2

    Rumus struktur : CH3 CH (OH) CH2OH

    Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi, tidak

    berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak

    mempunyai rasa.

    Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)

    P. larut dalam kloroform P. dan dalam eter P.

    Khasiat : Sebagai laksativum

    Kegunaan : Sebagai zat aktif

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

    b. Gummi Arabicum (DIRJEN POM, 1979)

    Nama resmi : Gummi Acaciae

    Nama lain : Gom akasia/Gom arab

    Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir

    Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang

    kental dan tembus cahaya praktis larut dalam etanol

    (95%) P.

    Khasiat : Zat tambahan

    Kegunaan : Sebagai emulgator

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

    c. Aethanolum 90% (DIRJEN POM, 1979)

    Nama resmi : Aethanol

  • Nama lain : Alkohol

    Bobot molekul : 46.1

    Rumus molekul : C2H6O

    Rumus struktur : H H

    H C C OH

    H H

    Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan

    mudah bergerak.

    Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P.

    dan eter P.

    Khasiat : Zat tambahan

    Kegunaan : Sebagai pengental atau penstabil emulsi

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

    d. Aqua Destilata (DIRJEN POM, 1979)

    Nama resmi : Aqua Destilata

    Nama lain : Air suling

    Bobot molekul : 18.2

    Rumus molekul : H2O

    Rumus struktur : H O H

    Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak

    mempunyai rasa.

    Kegunaan : Sebagai pendispersi

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

    e. Sirup Simplex (DIRJEN POM, 1979)

    Nama resmi : Sirup Simplex

    Nama lain : Sirup gula

  • Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna

    Khasiat : Sebagai pemanis

    Kegunaan : Sebagai zat tambahan

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.

    f. Jasmine Oil (DIRJEN POM, 1979)

    Nama resmi : Jasmine oil

    Nama lain : Minyak atsiri

    Pemerian : Cairan jernih, bau seperti bau bagian tanaman asli

    Kelarutan : mudah larut dalam kloroform P. dan dalam eter P.

    Khasiat : Pemberi aroma (pewangi)

    Kegunaan : Sebagai zat tambahan

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung

    dari cahaya, ditempat sejuk.

  • BAB III

    METODE KERJA

    III.1 Alat-alat yang Digunakan

    1. Alu

    2. Batang pengaduk

    3. Gelas kimia

    4. Gelas ukur

    5. Lap halus

    6. Lap kasar

    7. Lumpang

    8. Kaca arloji

    9. Neraca analitik

    10. Pipet tetes

    11. Sudip

    12. Water bath

    III.2 Bahan-bahan yang Digunakan

    1. Aethanolum 90%

    2. Alkohol 70%

    3. Aquades

    4. Botol 60 ml

    5. Copy Resep

    6. Etiket

    7. Gula (sakarosa)

    8. Gom arab

    9. Jasmine oil

    10. Metil paraben

    11. Paraffin liquidum

    12. Tissue

  • III.3 Cara Kerja

    3.3.1 Kalibrasi Botol

    1. Botol obat dicuci bersih

    2. Dibilas dengan alkohol 70%

    3. Diukur air sebanyak 50 ml digelas ukur

    4. Dimasukkan kedalam botol dan diberi tanda

    5. Dikeluarkan air dari dalam botol

    3.3.2 Sirup simplex

    1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

    2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70%

    3. Ditimbang sakarosa 65 gr

    4. Ditimbang metil paraben 0.25 gr

    5. Diukur air sebanyak 35 ml

    6. Dipanaskan air dengan gelas kimia menggunakan water bath

    7. Setelah panas, dimasukkan metil paraben

    8. Aduk hingga larut

    9. Tambahkan sakarosa dan diaduk hingga larut

    3.3.3 Emulsi

    1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan.

    2. Dibersihkan alat yang akan digunakan dengan alkohol 70%.

    3. Ditimbang gom arab 2.5 g dengan menggunakan neraca analitik.

    4. Diukur paraffin 5 ml dengan menggunakan gelas ukur.

    5. Diukur aqua destilata sebanyak 3.75 ml digelas ukur.

    6. Diukur etanol 90% sebanyak 6 ml dengan gelas ukur.

    7. Diukur sirup simplex sebanyak 15 ml digelas ukur.

    8. Dimasukkan gom arab kedalam lumpang, kemudian digerus

    hingga halus.

    9. Dimasukkan paraffin cair, digerus hingga bercampur rata.

    10. Dimasukkan air untuk korpus, digerus hingga bercampur rata

    sampai menghasilkan bunyi yang spesifik.

  • 11. Dimasukkan sirup simplex dan gerus hingga bercampur rata.

    12. Dimasukkan etanol 90%, digerus hingga bercampur rata (etanol

    90% berfungsi sebagai pengental dan penstabil emulsi).

    13. Ditambahkan jasmine oil sebanyak 2 tetes dan gerus hingga

    bercampur rata.

    14. Dimasukkan kedalam botol (botol yang digunakan harus yang

    gelap umumnya coklat) untuk emulsi yang peka terhadap cahaya

    hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan emulsi.

    15. Ditambahkan aqua destilata hingga batas kalibrasi.

    16. Di tutup rapat, kemudiaan dikocok.

    17. Berikan etiket dan copy resep.

  • BAB IV

    HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BAHAN

    IV.1 Hasil Pengamatan

    Berdasarkan resep, sediaan emulsi yang dibuat adalah emulsi tipe O/W

    atau emulsi minyak-dalam-air karena fase minyak terdispersi dalam fase air.

    Emulsi tipe O/W adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang

    tersebar atau terdispersi kedalam air dimana minyak sebagai fase internal

    dan air sebagai fase eksternal (Syamsuni, 2007).

    Pada perhitungan dosis sediaan emulsi ini tidak terjadi over dosis.

    Tetapi, setelah dihitung hanya 40% dari pengaruh obat yang bekerja dalam

    tubuh. Ini memungkinkan efek terapi dari obat tersebut tidak bekerja dengan

    baik dalam tubuh.

    Sediaan emulsi ini di simpan dalam botol 60 ml. Botol yang digunakan

    harus yang gelap karena untuk emulsi yang peka terhadap cahaya hal ini

    dilakukan untuk menjaga kestabilan emulsi (Howard, 2008). Obat ini di

    minum dua kali sehari dan sebelum makan. Karena apabila obat di minum

    sesudah makan maka daya kerja zat aktif obat kurang efektif dimana

    absorpsinya dalam lambung dihambat oleh makanan (Tan dan Kirana,

    2013).

    Obat ini tersedia sebanyak 50 ml dalam 1 botol, dalam sehari diminum

    dua kali tiap 12 jam. Untuk sekali minum dua sendok makan. Ukuran satu

    sendok makan yaitu 15 ml. Jadi, sekali minum 30 ml dan dalam sehari

    diminum sebanyak 60 ml. Sehingga, sediaan emulsi ini akan habis dalam

    waktu satu hari. Tapi, jika efek terapinya sudah dicapai, maka pasien boleh

    menghentikan pengkonsumsian obat ini walaupun obat ini belum habis.

    IV.2 Perhitungan Bahan

    Paraffinum liquidum = 5 ml

    Gom arab 5 gr = x Jumlah paraffin

    = x 5 ml

    = 2.5 ml

    Sirup simplex = 15 ml

  • Aethanolum 90% = 6 ml

    Jasmine oil = q.s

    Aqua destilata = 50 ml (5 ml + 2.5 ml + 15 ml + 6 ml)

    = 50 ml 28.5 ml

    = 21.5 ml

    Air untuk korpus = 1 x Gom arab

    = 1 x 2.5 ml

    = 3.75 ml

    IV.3 Perhitungan Dosis

    Paraffinum liquidum : DL = -/15-45

    1 sendok makan = 15 ml

    = 15/50 x 5 ml = 1.5 ml

    Untuk 1 kali, II C = 2 x 1.5 = 3 ml

    Untuk 1 hari = 2 x 2 sendok makan

    = 2 x 3 ml/15

    = 0.4 ml

    Persentase 1 hari = 0.4 x 100%

    = 40% (Tidak Over dosis)

  • BAB V

    PEMBAHASAN

    Didalam sediaan emulsi ini yang digunakan sebagai zat aktif yaitu

    paraffinum liquidum dimana paraffin di indikasikan untuk melunakkan feses

    sehingga mudah dikeluarkan (Tan dan Kirana, 2013). Dalam percobaan ini tipe

    emulsi yang dibuat adalah tipe emulsi O/W atau emulsi minyak dalam air karena

    fase minyak terdispersi dalam fase air. Emulsi tipe O/W adalah emulsi yang terdiri

    atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air. Minyak sebagai

    fase internal dan air sebagai fase eksternal. Metode yang dipakai dalam

    pembuatan sediaan emulsi ini adalah metode Gom Kering dimana dalam metode

    ini, zat pengemulsi (Gom Arab) dicampur dengan minyak terlebih dulu

    kemudiaan ditambahkan air untuk membentuk korpus emulsi, baru diencerkan

    dengan sisa air yang tersedia (Syamsuni, 2007).

    Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan

    digunakan. Setelah itu alat dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%

    sebagai antiseptikum untuk mensterilkan alat.

    Dalam resep ini bahan-bahannya yaitu paraffinum liquidum 5 ml, gummi

    arabicum 2.5 ml, sirup simplex 15 ml, aethanolum 90% 6 ml, jasmine oil

    secukupnya, dan aqua destilata sampai 50 ml. Pertama dimasukkan gom arab

    dalam lumpang kemudian digerus satu arah menggunakan alu. Lalu dimasukkan

    paraffin cair dan digerus hingga bercampur rata. Dimasukkan aqua destilata,

    digerus hingga bercampur rata. Kemudian, di masukkan sirup simplex. Langkah

    selanjutnya dimasukkan etanol 90% sebagai pengental dan penstabil emulsi

    (Howard, 2008), dan penggerusan tetap dilakukan. Setelah itu, dimasukkan

    jasmine oil sebanyak 2 tetes, digerus hingga semua bahan bercampur rata. Semua

    bahan yang telah bercampur rata tadi dimasukkan kedalam botol 60 ml. Lalu,

    ditambahkan aqua destilata hingga batas kalibrasi. Terakhir, botol ditutup rapat

    kemudiaan dikocok serta pengemasnya dilengkapi etiket berwarna putih, sebagai

    tanda 0bat oral/dalam (Syamsuni, 2005).

  • BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    Berdasarkan percobaan yang dilakukan, kami dapat menyimpulkan :

    1. Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispers terdiri dari bulatan-

    bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak

    bercampur.

    2. Secara umum, tipe emulsi terbagi dua yaitu tipe emulsi minyak-dalam-air

    atau emulsi m/a, dan tipe emulsi air-dalam-minyak atau emulsi a/m.

    3. Komponen emulsi terbagi atas dua yaitu komponen dasar dan komponen

    tambahan.

    4. Cara membedakan tipe emulsi yaitu dengan pengenceran fase, pengecatan

    atau pewarnaan, kertas saring atau kertas tisu dan konduktivitas listrik.

    VI.2 Saran

    1. Kepada Penanggung jawab Laboratorium Farmasetika Dasar, diharapkan

    agar supaya melengkapi alat dan bahan yang ada pada laboratorium agar

    praktikum terlaksana dengan lebih maksimal lagi.

    2. Kepada Asisten Laboratorium Farmasetika Dasar, diharapakan kepada

    seluruh asisten untuk konsisten dalam pembuatan format jurnal agar kami

    selaku praktikan tidak kebingungan dalam membuat jurnal. Dan

    hendaknya asisten lebih lagi memperhatikan praktikan agar tidak terjadi

    diskomunikasi anatara praktikan dan asisiten dalam laboratorium,

    sehingga dapat memberikan hasil yang lebih maksimal.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ansel, H.C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: University Indonesia Press

    Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: DEPKES RI

    Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: DEPKES RI

    Sulistia, G.G., 2007. Farmakologi dan Terapi edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

    Syamsuni, A., 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

    Syamsuni, A., 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC

    Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2013. Obat-Obat Penting edisi keenam. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

  • LAMPIRAN

    1. Foto sediaan

    2. Copy resep

    APOTEK OREOApoteker : Indah Ayu, S.Farm., AptSIK : 666/FM/TDR

    Jl. Malam No. 07 Kota TidurTelp. (0435) 823318

    No : 01Tgl : 07-02-2012Nama Dokter : Dr. Kristanto, Sp.PDNama Pasien : VyraUmur : 27 tahun

    Copy Resep

    R/ Paraffidum Liquidum 5 mlGummi Arabicum 2.5Sirup Simplex 15 ml

    Aethanolum 90% 6 ml

    Jasmine Oil q.s

    Aqua Destilata ad 50 ml

    m.f Emuls da in Fl No. 1S b.dd II C a.c

    det

    P.C.C

    Cap

    Apotek

  • 3. Etiket

    APOTEK OREOApoteker : Indah Ayu, S.Farm., AptSIK : 666/FM/TDR

    Jl. Malam No. 94 Kota TidurTelp. (0435)823318

    No : 01 Tgl. 07 02 2012Nama pasien : Vyra

    Aturan Pakai Sendok Teh

    2 x sehari 2 Sendok Makan

    Sebelum Makan/Sesudah MakanKocok dahulu