energi biomassa

15
 Energi Biomasa Biomasa berupa hasil hutan/ pertanian atau limbahnya dan juga limbah perkotaan yang  berupa sampah. Biomasa ini dapat dikonversikan menjadi bahan bakar cair atau bio fuel atau dikonversikan menjadi energi listrik atau panas (termal). Pemanfaatan sebagai bahan bakar cair terkendala oleh investasi yang cukup besar serta kurangnya kejelasan akan roadmap  pemanfaatannya oleh berbagai sektor. Misalnya sebagai bahan b akar camp uran untuk kendaraan diperlukan kebijakan dari kementerian perindustrian untuk mulai mengarahkan industri otomotif mengubah standar mesinnya untuk dapat menggunakan bahan bakar bio ini dengan persentasi campuran yang lebih besar. Disamping itu pengembangan skala besar memerlukan kepastian investasi di sektor  pertanian dan perkebunannya. Banyak pengembang masih mengalami hambatan seperti  permasalahan sengketa lahan yang berlarut-larut di berbagai daerah yang pada akhirnya membuat banyak pengembang mengundurkan diri. Demikian pula untuk jaminan suplai bahan  baku apabila dikonversikan menjadi listrik, hambatan utamanya adalah kelemahan jaminan suplai. Sebagai contoh apabila diperlukan suplai dari limbah pertanian perkebunan, maka diperlukan kontrak jangka panjang untuk menjamin agar pembangkit listriknya tidak berhenti akibat kehabisan bahan bakar. Kontrak seperti ini hanya bisa dilakukan dengan perusahaan  perkebunan skala besar sedangkan dengan petani perorangan agak sulit dilakukan mengingat kebanyakan lahan petani tidaklah terlalu besar dan lokasinyapun terpencar-pencar. Kendala ini hanya bisa diatasi apabila pengembang mampu mendapatkan ijin dari pemerintah untuk mengembangkan hutan industri skala besar yang direncanakan secara khusus sebagai penyangga suplai bahan bakar.

Upload: riski-darmawan

Post on 09-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

biomassa

TRANSCRIPT

Energi Biomasa

Biomasa berupa hasil hutan/ pertanian atau limbahnya dan juga limbah perkotaan yang berupa sampah. Biomasa ini dapat dikonversikan menjadi bahan bakar cair atau bio fuel atau dikonversikan menjadi energi listrik atau panas (termal). Pemanfaatan sebagai bahan bakar cair terkendala oleh investasi yang cukup besar serta kurangnya kejelasan akan roadmap pemanfaatannya oleh berbagai sektor. Misalnya sebagai bahan bakar campuran untuk kendaraan diperlukan kebijakan dari kementerian perindustrian untuk mulai mengarahkan industri otomotif mengubah standar mesinnya untuk dapat menggunakan bahan bakar bio ini dengan persentasi campuran yang lebih besar. Disamping itu pengembangan skala besar memerlukan kepastian investasi di sektor pertanian dan perkebunannya. Banyak pengembang masih mengalami hambatan seperti permasalahan sengketa lahan yang berlarut-larut di berbagai daerah yang pada akhirnya membuat banyak pengembang mengundurkan diri. Demikian pula untuk jaminan suplai bahan baku apabila dikonversikan menjadi listrik, hambatan utamanya adalah kelemahan jaminan suplai. Sebagai contoh apabila diperlukan suplai dari limbah pertanian perkebunan, maka diperlukan kontrak jangka panjang untuk menjamin agar pembangkit listriknya tidak berhenti akibat kehabisan bahan bakar. Kontrak seperti ini hanya bisa dilakukan dengan perusahaan perkebunan skala besar sedangkan dengan petani perorangan agak sulit dilakukan mengingat kebanyakan lahan petani tidaklah terlalu besar dan lokasinyapun terpencar-pencar. Kendala ini hanya bisa diatasi apabila pengembang mampu mendapatkan ijin dari pemerintah untuk mengembangkan hutan industri skala besar yang direncanakan secara khusus sebagai penyangga suplai bahan bakar.

Arah Kebijakan Pemerintah Mengenai Energi Terbarukan Bahan Bakar Nabati (BBN).1. Pengembangan BBN untuk menggantikan sebagian BBM.2. Pada tahap awal pengembangan BBN dilakukan oleh beberapa perusahaan besar yang dipilih untuk mencapai nilai keekonomian.3. Pengaturan quota mandatory BBN bagi perusahaan penyedia listrik.Penyempurnaan penetapan besaran quota mandatory dalam penggunaan BBN untuk sektor transportasi.Bahan Bakar Nabati atau Biofuel memiliki potensi diarahkan untuk mengurangi produksi CO2. Hal ini terutama didasarkan pada kenyataan bahwa tanaman, yang digunakan untuk produksi biofuel, menyerap CO2 selama pertumbuhan mereka yang kemudian dilepaskan selama pembakaran biofuel. Energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman dan budidaya dan transformasi mereka menjadi biofuel dan kemudian distribusi kebutuhan pelepasan tambahan karbon dioksida (CO2). Emisi karbon dioksida yang akan dilepaskan selama produksi dan distribusi biofuel dapat dihitung dengan bantuan teknik yang disebut "Life Cycle Analysis (LCA)" yang didasarkan pada pemantauan dan menghitung emisi CO2 dalam periode sejak tanaman mulai waktu pertumbuhannya, atau lebih tepat dari saat bibit ditanam ke dalam bumi sampai ke pelepasan gas di mesin mobil. Studi yang berbeda untuk biofuel yang berbeda telah dilakukan dengan hasil yang berbeda. Sebagian besar dari studi LCA menunjukkan bagaimana biofuel bila dibandingkan dengan bahan bakar fosil tradisional menciptakan gas rumah kaca secara signifikan kurang sehingga penggunaannya sebagai pengganti bahan bakar fosil akan berarti penurunan yang signifikan dari efek rumah kaca. Ada berbagai jenis biofuel yang dibagi pada generasi pertama dan kedua yang tergantung pada sumber bahan yang digunakan untuk produksi, harga biaya produksi, dan emisi CO2. Generasi pertama biofuel didasarkan pada produksi dari gula, tepung, minyak tanaman yang berbeda atau lemak minyak, sementara produksi generasi kedua menggunakan limbah pertanian dan hutan.Biomassa adalah sumber energi terbarukan yang terdiri dari banyak hewan dan produk tanaman. Hal ini dapat langsung diubah oleh pembakaran energi dan menghasilkan uap air untuk industri dan rumah tangga pemanas dan untuk mendapatkan energi yang lebih kecil pembangkit listrik termal. Sejauh konversi kimia yang paling maju dari biomassa adalah fermentasi alkohol. Biogas sebagai hasil dari fermentasi tanpa kehadiran oksigen terdiri dari metana dan karbon dan dapat digunakan sebagai bahan bakar, dan prosedur modern lainnya dari energi biomassa meliputi pirolisis, gasifikasi dan hidrogen mendapatkan. Biomassa Keuntungan utama yang berkaitan dengan bahan bakar fosil kurang merusak gas emisi serta air limbah yang sedikit. Keuntungan tambahan yang mengurus sampah dan mengeksploitasi serta sisa makanan dari pertanian, kehutanan dan industri kayu, penurunan energents mengimpor, investasi di bidang pertanian dan daerah belum sempurna dan meningkatkan keamanan distribusi energi itu. Prediksi adalah bahwa saham biomassa sampai akhir abad ini akan berada di antara 30% dan 40% dari energi yang dikonsumsi. Swedia misalnya, pada tahun 1998 mendapat 18% dari energi menggunakan biomassa, dan Finlandia 10%. Menurut dokumen Uni Eropa diperkirakan bahwa produksi energi yang diperoleh dari biomassa dalam kaitannya dengan sumber-sumber terbarukan lainnya akan di tahun 2010 sekitar 73%. Ukraina telah memasang kapasitas 320 MW untuk memperoleh listrik dengan penggunaan biomassa.

Pemanfaatan Biomasa untuk Energi Listrik

Saat ini pembangkitan listrik dari biomasa dilakukan dengan pembangkit tenaga uap sesuai dengan proses Rankine. Akan tetapi, karena biomasa ini memiliki densitas energi yang rendah, pembangkit tenaga uap dengan bahan bakar biomasa ini biasanya dibangun dengan skala yang kecil (< 100 MW). Karena nilai investasi dari turbin-turbin uap ini bergantung dari hasil keluarannya, pembangkit dengan biomasa ini jadi sangat mahal. Upaya untuk menekan harga dilakukan dengan mengganti turbin uap dengan baja berbahan alloy yang rendah. Akan tetapi, temperatur dan tekanan operasinya menjadi rendah, sehingga efisiensinya juga sangat rendah.Karena alasan rendahnya efisiensi dan digunakannya unit-unit pembangkit yang kecil ini, dapatlah dimengerti jika minat untuk menggunakan biomasa sangatlah kecil. Pada tahun 1994, prosentase pemanfaatan biomasa di Eropa hanya mencapai 1.1%, sedangkan di Amerika Serikat hanyalah 1.6% (Friedrich and Hacker, 1998). Belum lama ini, telah ada peningkatan upaya untuk menggunakan biomasa sebagai sumber energi listrik dan sebagai bahan mentah untuk pembuatan gas berkualitas tinggi dan bahan bakar cair. Untuk tujuan ini, digunakan teknologi konvensional semacam turbin gas yang bekerja dengan efisiensi tinggi, dan dengan nilai investasi yang rendah. Juga, digunakan jenis teknolgi yang efisien seperti halnya sel-sel bahan bakar.

Potensi biomasa di Indonesia beberapa jenis biomasa

Keterangan:Asumsi berat kelapa rata-rata = 1,13 kg1Satuan = jumlah2Dihitung dari bagasse dengan rasio 30%3Hanya memperhitungkan pemrosesan yang utama saja (contoh: kegiatan penggergajian danpembuatan plywood)4 FFB (Fresh Fruit Bunch) dihitung dari CPO (Crude Palm Oil) dengan rasio 20%, EFB = EmptyFruit BunchENERGI HIJAU & EBT

Energi Hijau (green energy) merupakan istilah yang menggambarkan sumber daya dan energi yang dianggap ramah lingkungan. Definisi energi hijau menyiratkan bahwa sebagai tujuan jangka panjang, yang memberikan sumbangan penting bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Hal ini karena mencapai pembangunan berkelanjutan memerlukan penggunaan sumber daya energi dan teknologi yang tidak merugikan lingkungan, dampak ekonomi dan sosial yang merugikan. Konsep pembangunan berkelanjutan diperkenalkan pada tahun 1980, yang dipromosikan melalui Komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan (Komisi Brundtland) yang dicapai pada Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro di 1992. Istilah pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh Komisi Brundtland sebagai development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs19 atau pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri". Definisi ini berisi dua konsep kunci: kebutuhan, yang berarti "khususnya kebutuhan esensial kaum miskin di dunia", dan keterbatasan, yang berarti "pembatasan yang dipaksakan oleh kemajuan teknologi dan organisasi sosial atas kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan.Dengan demikian, faktor green (hijau, ramah lingkungan) atau pembangunan berkelanjutan mencakup faktor lingkungan, sosial dan ekonomi, dianggap sebagai kunci untuk solusi arus lingkungan, masalah ekonomi dan perkembangan, dan telah berkembang menjadi cetak biru untuk merekonsiliasi kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan. Jelaslah bahwa sumber energi tunggal seperti bahan bakar fosil terbatas dan dengan demikian tidak sesuai dengan karakteristik yang diperlukan untuk keberlanjutan, sementara yang lain, seperti sumber energi terbarukan, koheren dengan pembangunan berkelanjutan dalam jangka panjang. Energi Hijau merupakan suatu sistem atau banyak sistem energi yang yang tidak memiliki pengaruh negative terhadap lingkungan, dampak ekonomi dan sosial, disebut sebagai energi hijau. Dan setiap sistem energi yang menurunkan dampak buruk atau mengurangi pengaruh buruk secara minimum terhadap lingkungan bisa dianggap sebagai energi "hijau".Dengan demikian sistem energi hijau mencakup unsur-unsur penting yang mempengaruhi dampak dari penggunaan energi, mulai dari alternatif hijau dan sumber-sumber energi terbarukan, dan teknologi terkait dengan konversi energi. Dalam konteks untuk pengembangan Energi Hijau atau Green Energy, tampak bahwa Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-20015 yang diterbitkan tahun 2005 secara makro, sebagai sebuah sistem, telah mendisain energi hijau dan EBT termasuk di dalamnya.

FAKTOR IPTEK DAN R&D

Pengembangan keamanan dan kedaulatan energi dalam bernagai aspek, baik sumber energi fosil maupun terbarukan akan terkait dengan penguasaan teknologi terkait. Sektor energi bersifat padat teknologi, dan ketergantungan akan teknologi dan pemilik modal menjadikan posisi Indonesia rentan (vulnerable) jika terjadi suatu goncangan. Pada sektor energi fossil, penguasaan teknologi oleh operator asing serta negosiasi bagi hasil terkait telah meletakkan Indonesia ke dalam posisi yang rendah dalam tawar-menawar pengelolaannya. Sebagai contoh, eksplorasi minyak offshore, dahulu masih sangat terbatas pada kawasan yang relaf dangkal. Namun, saat ini, dengan kemajuan teknologi memungkinkan eksloitasi dilakukan pada wilayah perairan dalam dengan kalkulasi keuntungan atas eksploitasi tersebut. Begitu juga pada sektor Energi Hijau sampai saat ini semua pihak di dunia masih terus berpacu untuk menemukan teknlogi yang lebih efisien dan murah untuk dapat memproduksi energi baru dan terbarukan. Perkembangan sistem teknologi bisa bersifat eksponensial, dan semua negara melakukan kegiatan R&D secara terus menerus yang secara terus menerus akan terjadi inovasi-inovasi. Dengan demikian,diperlukan:Pertama, pengembangan penguasaan IPTEK yang diperkuat oleh R&D untuk menghasilkan perbaikan ataupun penemuan atas sistem teknologi yang mendukung bagi pengembangan seektor energi terutama EBT dalam konteks mengembangkan energi hijau.Kedua, pemantauan atau horizon scanning atas perkembangan yang terjadi di dunia luar berkaitan dengan berbagai sistem terkait dengan Energi Hijau dan EBT. Langkah untuk mengetahui state of the art dari perkembangan teknologi untuk energy sangat penting untuk mengetahui dinamika global dan Indonesia dapat memanfaatkannya. Penataan regulasi dan ikebijakan penerintah yang kondusif bagi upaya membangun keamanan energi menuju ketahanan dan kedaulatan energi. Tanpa adanya komitmen politik yang memback-up proses pertumbuhan dan arahan untuk bidang energi, makaakan sagat sulit kita melihat perubahan-perubahan itu.Permasalahan utama kebersihan yang selama ini masih belum terselesaikan secara tuntas, salah satunya merupakan sampah. Kebersihan dapat terjaga dengan pengelolaan sampah terpadu. Pengelolaan sampah yang selama ini dilakukan hanya berupa penimbunan sampah secara besar-besaran tanpa ada pemilahan atau pun pengelolaan sampah lebih lanjut. Pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, organik dan non-organik, pendaurulangan sampah, pembakaran sampah pada suhu sangat tinggi, ataupun penggunaan reaktor biogas untuk mendegradasikan sampah merupakan beberapa cara pengelolaan sampah secara terpadu yang dapat dilakukan untuk menggantikan penimbunan sampah yang menghasilkan banyak permasalahan.Reaktor biogas yang mempergunakan sampah sebagai sumber penghasil gas, merupakan solusi bagi permasalahan sampah organik. Persentase sampah organik yang cukup besar, sekitar 64%, merupakan potensi yang cukup baik bagi pengolahan sampah organik dengan mempergunakan reaktor biogas. Dengan mempergunakan reaktor biogas, pengolahan sampah organik dapat ditangani dengan lebih baik.Pengolahan sampah yang dilakukan dengan cara penimbunan sangat beresiko mencemari udara dan tanah. Pencemaran udara yang dapat ditimbulkan dari penimbunan sampah yaitu aroma yang tidak sedap dan penghasilan gas metan yang merupakan salah satu penyebab efek rumah kaca. Aroma sampah yang tidak sedap sangat mengganggu aktivitas masyarakat. Efek rumah kaca yang terjadi pada atmosfer bumi, dapat menyebabkan pemanasan global yang dampaknya sudah mulai kita rasakan sekarang. Sedangkan pencemaran tanah dapat terjadi karena penghasilan lindi yang sangat beracun oleh timbunan sampah. Lindi merupakan cairan hitam berancun yang dapat meracuni air tanah dan menurunkan tingkat kesuburan tanah.Pemanfaatan reaktor biogas dalam pengelolaan sampah organik dapat menurunkan resiko pencemaran udara maupun tanah. Hal ini dikarenakan proses yang terjadi dalam reaktor biogas tidak menimbulkan bau yang menyengat, sehingga aktivitas masyarakat tidak terganggu. Selain itu, gas metan yang dihasilkan dapat ditampung dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan sehingga tidak langsung terbang ke udara. Lindi yang dihasilkan oleh proses degradasi sampah pun tertampung dalam reaktor yang bermanfaat untuk memperbesar produksi biogas pada reaktor.Biogas yang dihasilkan oleh reaktor biogas memiliki persentase gas metan terbesar sekitar 55-75%. Gas metan yang memiliki sifat mudah terbakar ini dapat dipergunakan sebagai pembangkit listrik dan sumber gas pengganti gas elpiji. Potensi gas metan untuk menjadi sumber pembangkit listrik sangat besar di kala krisis energi yang sedang terjadi saat ini. Selain itu, penyuluhan pada masyarakat mengenai manfaat reaktor biogas pada skala kecil dapat sekaligus menangani permasalahan sampah pada sumbernya.Sisa dari proses degradasi sampah yang terjadi dalam reaktor biogas tidak mencemari lingkungan. Hasil sampingan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang berkualitas tinggi. Penggunaan pupuk organik yang ramah lingkungan tidak akan memberi efek penurunan kualitas tanah, bahkan produksi pertanian akan meningkat. Berbeda dengan pupuk kimia yang jika dimanfaatkan secara berlebihan dalam pertanian dapat menurunkan kualitas tanah sehingga mengurangi produksi pertanian.Seluruh keunggulan di atas menjadikan reaktor biogas salah satu alternatif yang potensial dalam melakukan pengolahan sampah terpadu.Beberapa tahun belakangan ini permasalahan energi sudah menjadi permasalahan yang sangat urgen di negara Indonesia. Karena energi itu pada mulanya merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, dan hal ini tentunya akan menjadi masalah ketika tidak ditemukan sumber energi baru, baik itu sama atau lebih dari yang ada sebelumnya. karena sumber energi ini sangat terbatas dan untuk mendapatkan kembali, perlu usaha yang sangat intens dari pihak pemerintah, bahkan biasanya ada tim khusus untuk menyelidiki dan mendapatkan sumber energi tersebut. Berkaitan dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, yang dalam hal ini lebih dispesifikkan kepada minyak bumi di Indonesia, sudah sangat memprihatinkan. Menurut data kementerian ESDM (2006), cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila persediaan itu terus dipakai oleh masyarakat, maka secara otomatis persediaan itu akan habis dan hanya diperkirakan dua dekade mendatang. Sehingga pemerintah memberikan solusi untuk mengatasi hal itu, salah satu solusinya ialah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan ini sebenarnya lebih menekankan pada alternatif pengganti bahan bakar minyak, dalam menanggapi hal ini yang paling solutif ialah biogas. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak yang semakin lama semakin habis. Istilah biogas itu sendiri sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat kita, biogas ini berasal dari berbagai macam limbah sampah, kotoran manusia maupun kotoran hewan, yang kemudian diproses sehingga dapat menghasilkan berbagai macam bentuk yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Misalnya dapat menjadi gas untuk menyalakan kompor, menjadi kompos yang dapat digunakan untuk pupuk tanaman, serta dapat dijadikan pembangkit tenaga listrik yang dapat menerangi rumah-rumah kita. Sehingga hal ini sangat solutif apabila diterapkan untuk mengurangi persediaan bahan bakar yang sangat terbatas. Dapat kita pahami bahwa biogas ialah gas yang diproduksi oleh makhluk hidup, baik itu sampah maupun kotoran hewan dan manusia.Biogas ini terdiri dari kombinasi methane (CH4), karbon dioksida (CO2), air dalam bentuk uap (H20), dan beberapa gas lain seperti hidrogen sulfida (H2S), gas nitrogen (N2), gas hidrogen (H2) dan jenis gas lainnya. Karbon dan gas ini kemudian diproses menjadi suatu hal yang sangat berharga. Pada kesempatan kali ini kita berusaha mempelajari sedikit pembuatan biogas melalui kotoran sapi. Pada prinsipnya, pembuatan biogas sangat sederhana, hanya dengan memasukkan kotoran ternak ke dalam tempat penampungan kotoran, yang kemudian dibiarkan digester sampai beberapa waktu. Dalam waktu tertentu biogas akan terbentuk sendiri, selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas dan juga pembangkit tenaga listrik. Disamping itu pula, penggunaan digester dapat membantu pengembangan sistem pertanian, dengan cara mendaur ulang kotoran ternak untuk memproduksi biogas dan diperoleh hasil samping berupa pupuk organik yang sering kita sebut dengan kompos. Di berbagai daerah yang sudah terjamah oleh teknologi, biogas ini sudah banyak dijumpai. Hal itu terbukti ketika banyak dari petani atau peternak mengolah kotoran hewan atau manusia menjadi kompos, gas, dan pembangkit tenaga listrik, sehingga disini sangat nampak sekali kegunaan dari kotoran yang sudah didaur ulang, dari barang yang tidak berharga menjadi barang berharga dan bermanfaat bagi masyarakat banyak. Salah satu contoh yang dilakukan di Desa Kerta Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar Bali, yang mana mayoritas kehidupannya mengandalkan hasil ternak dan pertanian. Sejak September 2010 hingga sekarang, dari 140 kepala keluarga (KK) di desa Kerta, sudah ada 33 yang menggunakan biogas rumah untuk keperluan rumah tangga dan pertanian. (berita daerah.com). Yang lebih dekat lagi Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang akan dijadikan sebagai desa mandiri berbasis biogas, yang mana di desa tersebut juga diproyeksikan menjadi tempat pelatihan biogas se-Jawa Timur bagi siapapun yang mau mengikutinya dan mau belajar membuat biogas (bisnis jatim.com). Terlepas dari itu, ada juga petani dan peternak yang masih belum mengetahui tentang adanya biogas ini, sehingga kotoran dari hewan dan manusia menjadi limbah yang berbahaya bagi manusia itu sendiri. Bahkan selama ini telah menimbulkan masalah pencemaran dan penghambat kesehatan lingkungan. Umumnya para peternak membuang kotoran sapi tersebut ke sungai atau langsung menjualnya ke pengepul dengan harga sangat murah. Padahal dari kotoran sapi saja dapat diperoleh produk-produk sampingan yang cukup banyak. Tulisan ini sebetulnya mengajak kita untuk sadar diri terhadap lingkungan kita, bahwa kotoran yang dulunya tidak ada gunanya, sekarang sudah dapat digunakan dan sudah banyak manfaatnya apabila hal itu dikelola secara baik. Saya kira IAIN Sunan Ampel Surabaya akan menyusul dan berproses untuk menciptakan dan mengelola sampah-sampah dan kotoran-kotoran menjadi gas, yang paling tidak untuk pembangkit tenaga listrik. Sehingga lebih menghemat pada pengeluaran listrik.Lombok Barat, NTB, 12/6 (ANTARA) - Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Maritje Hutapea mengatakan, penyediaan bahan baku untuk biogas masih menjadi permasalahan serius di berbagai daerah."Aspek keberlanjutan penyediaan bahan baku untuk biogas masih menjadi permasalahan serius sehingga perlu disikapi," kata Maritje saat memaparkan materi pada "Workshop" Program Biogas Rumah (Biru), di Hotel Jayakarta, Sengggigi, Kabupaten Lombok Barat, Selasa. Maritje mewakili Dirjen Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Dadan Kasdiana, untuk memaparkan Program Pengembangan Biogas Nasional, pada "workshop" itu.Ia mengatakan, dari hasil pemantauan dan evaluasi program biogas nasional, tersimpulkan bahwa keberlanjutan penyediaan bahan baku biogas yakni kotoran sapi, masih menjadi permasalahan serius. Karena itu, perlu disusun persyaratan dan kriteria daerah calon penerima kegiatan fisik bioenergi yang akan menjadi dasar penentuan daerah sasaran program biogas nasional. "Selanjutnya, ditindaklanjuti dengan kesepakatan bersama Kementerian ESDM dengan pemerintah daerah," ujarnya. Selain itu, kata Maritje, dari aspek teknis juga masih memunculkan masalah yakni pembangunan digester yang tidak memenuhi spesifikasi. Oleh sebab itu, Kementerian ESDM menekankan pengelolaan (pengoperasi dan pemeliharaan) sebagai aspek utama yang sangat menentukan keberhasilan serta keberlanjutan implementasi program biogas nasional. Ia mengatakan, program pengembangan biogas di Indonesia diimplementasikan melalui tiga kategori yakni komersial (investasi swasta), semi komersial (penerapan subsidi secara parsial) dan non-komersial (investasi pemerintah).Biogas non-komersial dilakukan melalui program Desa Mandiri Energi (DME) dengan pendanaan APN. Semi komersial dilakukan melalui program biogas rumah (Biru) yang merupakan implementasi kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Belanda, yang bertujuan menciptakan pasar biogas di Indonesia, dalam upaya penyediaan akses ke energi bersih, khususnya untuk masyarakat pedesaan.Program Biru sudah diterapkan sejak 2010 dan akan berakhir di 2012, dengan target terbentuknya 8.000 unit reaktor biogas, di delapan provinsi. Sampai Mei 2012 telah menghasilkan 5.251unit, yakni Jawa Barat sebanyak 484 unit, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebanyak 449 unit, Jawa Timur 3.797 unit, Bali 230 unit, Lombok 205 unit, Sulawesi Selatan 46 unit dan Sumatera Barat sebanyak 40 unit.Sedangkan biogas komersial dilakukan melalui pengembangan pembangkit listrik tenaga biogas, yang memanfaatkan limbah pertanian, limbah hutan, lombah kota/sampah, yang melibatkan sektor swasta. Limbah pertanian misalnya, berupa limbah cair pabrik kelapa sawit, industri tapioka, industri tahu dan rumah potong hewan, serta peternakan skala besar. "Khusus pengembangan biogas non-komersial, dilakukan melalui program DME dengan pendanaan APBN dan APBD, dan wilayah sasarannya diluar program biru," ujarnya. Biogas yang dihasilkan melalui proses permentasi secara anaerob dari kotoran sapi mengandung 60% CH4, 35 % CO2 dan 5 % (H2O, H2S, CO, N2). Gas ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang berasal dari sumber energi terbarukan. Energi alternatif pedesaan (Biogas) telah dibangun di kec. Cilengkrang dengan menggunakan digester dari plastik polyetelin yang menghasilkan biogas 15 m3/hari, dan telah menggunakan sistem absorpsi sehingga tingginya kandungan CO2 dan H2S yang dapat menimbulkan gas beracun dan mengakibatkan kalor yang ditimbulkan tidak optimal dapat diminimalkan, serta sistem absorpsi tersebut dapat memperkaya kandungan CH4 didalam biogas, dengan menghasilkan Biogas dengan kandungan 95% CH4 dan CO2 /H2S sekecil mungkin. Akan tetapi seiring dengan kebutuhan energi listrik yang semakin besar, maka dibutuhkan pengembangan biogas untuk pembangkit tenaga listrik dalam skala industri. Masalah teknis yang akan dipecahkan adalah bagaimana merancang bangun pilot plan biogas untuk pembangkit tenaga listrik skala industri dengan kapasitas 10 kW pure biogas. Hipotesanya adalah dengan rancang bangun digester dan konversi pada sistem genset dari genset biogas 5 kW ke 10 kW. Selain dilakukan rancang bangun digester biogas untuk skala industri serta melakukan modifikasi sistem karburator pada engine kijang dengan merubah sistem lubang venturi, sehingga dapat digunakan untuk aliran pure biogas yang akan mengalir pada ruang bakar engine.

Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian); fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar).Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel: alkohol dan ester. Bahan-bahan ini secara teori dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil tetapi karena kadang-kadang diperlukan perubahan besar pada mesin, biofuel biasanya dicampur dengan bahan bakar fosil. Uni Eropa merencanakan 5,75 persen etanol yang dihasilkan dari gandum, bit, kentang atau jagung ditambahkan pada bahan bakar fosil pada tahun 2010 dan 20 persen pada 2020. Sekitar seperempat bahan bakar transportasi di Brazil tahun 2002 adalah etanol.Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan kadar karbon di atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan untuk memproduksi biofuel mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer, tidak seperti bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon yang tersimpan di bawah permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan begitu biofuel lebih bersifat carbon neutral dan sedikit meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer (meski timbul keraguan apakah keuntungan ini bisa dicapai di dalam prakteknya). Penggunaan biofuel mengurangi pula ketergantungan pada minyak bumi serta meningkatkan keamanan energi. Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah menanam tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum manis) atau tanaman yang mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan fermentasi ragi untuk memproduksi etil alkohol. Strategi kedua adalah menanam berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya tinggi seperti kelapa sawit, kedelai, alga, atau jathropa. Saat dipanaskan, maka keviskositasan minyak nabati akan berkurang dan bisa langsung dibakar di dalam mesin diesel, atau minyak nabati bisa diproses secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar seperti biodiesel. Kayu dan produk-produk sampingannya bisa dikonversi menjadi biofuel seperti gas kayu, metanol atau bahan bakar etanol.ENERGY BAHAN BIO DARI LIMBAHPenggunaan limbah biomassa untuk memproduksi energi mampu mengurangi berbagai permasalahan manajemen polusi dan pembuangan, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Uni Eropa telah mempublikasikan sebuah laporan yang menyoroti potensi energi bio yang berasal dari limbah untuk memberikan kontribusi bagi pengurangan pemanasan global. Laporan itu menyimpulkan bahwa di tahun 2020 nanti 19 juta ton minyak tersedia dari biomassa, 46% dari limbah bio: limbah padat perkotaan, residu pertanian, limbah peternakan, dan aliran limbah terbiodegradasi yang lain. Tempat penampungan akhir sampah menghasilkan sejumlah gas karena limbah yang dipendam di dalamnya mengalami pencernaan anaerobik. Secara kolektif gas-gas ini dikenal sebagai landfill gas (LFG) atau gas tempat pembuangan akhir sampah. Landfill gas bisa dibakar baik secara langsung untuk menghasilkan panas atau menghasilkan listrik bagi konsumsi publik. Landfill gas mengandung sekitar 50% metana, gas yang juga terdapat di dalam gas alam.Biomassa bisa berasal dari limbah materi tanaman. Gas dari tempat penampungan kotoran manusia dan hewan yang memasuki atmosfer merupakan hal yang tidak diinginkan karena metana adalah salah satu gas rumah kaca yang potensil pemanasan globalnya melebihi karbondioksida. Frank Keppler dan Thomas Rockmann menemukan bahwa tanaman hidup juga memproduksi metana CH4.Bahan bakar berbentuk cair bagi transportasiSebagian besar bahan bakar transportasi berbentuk cairan, sebab berbagai kendaraan biasanya membutuhkan kepadatan energi yang tinggi. Kendaraan biasanya membutuhkan kepadatan kekuatan yang tinggi yang bisa disediakan oleh mesin pembakaran dalam. Mesin ini membutuhkan bahan bakar pembakaran yang bersih untuk menjaga kebersihan mesin dan meminimalisir polusi udara. Bahan bakar yang lebih mudah dibakar dengan bersih biasanya berbentuk cairan dan gas. Dengan begitu cairan (serta gas-gas yang bisa disimpan dalam bentuk cair) memenuhi persyaratan pembakaran yang portabel dan bersih. Selain itu cairan dan gas bisa dipompa, yang berarti penanganannya mudah dimekanisasi, dan dengan begitu tidak membutuhkan banyak tenaga.Biofuel generasi pertamaBiofuel generasi pertama menunjuk kepada biofuel yang terbuat dari gula, starch, minyak sayur, atau lemak hewan menggunakan teknologi konvensional. Biofuel generasi pertama yang umum didaftar sebagai berikut.Minyak sayurMinyak sayur dapat digunakan sebagai makanan atau bahan bakar; kualitas dari minyak dapat lebih rendah untuk kegunaan bahan bakar. Minyak sayur dapat digunakan dalam mesin diesel yang tua (yang dilengkapi dengan sistem injeksi tidak langsung, tapi hanya dalam iklim yang hangat. Dalam banyak kasus, minyak sayur dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel, yang dapat digunakan kebanyakan mesin diesel bila dicampur dengan bahan bakar diesel konvensional. MAN B&W Diesel, Wartsila dan Deutz AG menawarkan mesin yang dapat digunakan langsung dengan minyak sayur. Minyak sayur bekas yang diproses menjadi biodiesel mengalami peningkatan, dan dalam skala kecil, dibersihkan dari air dan partikel dan digunakan sebagai bahan bakar.BiodieselBiodiesel merupakan biofuel yang paling umum di Eropa. Biodiesel diproduksi dari minyak atau lemak menggunakan transesterifikasi dan merupakan cairan yang komposisinya mirip dengan diesel mineral. Nama kimianya adalah methyl asam lemak (atau ethyl) ester (FAME). Minyak dicampur dengan sodium hidroksida dan methanol (atau ethanol_ dan reaksi kimia menghasilkan biodiesel (FAME) dan glycerol. 1 bagian glycerol dihasilkan untuk setiap 10 bagian biodiesel.Biodiesel dapat digunakan di setiap mesin diesel kalau dicampur dengan diesel mineral. Di beberapa negara produsen memberikan garansi untuk penggunaan 100% biodiesel. Kebanyakan produsen kendaraan membatasi rekomendasi mereka untuk penggunaan biodiesel sebanyak 15% yang dicampur dengan diesel mineral. Di kebanyakan negara Eropa, campuran biodiesel 5% banyak digunakan luas dan tersedia di banyak stasiun bahan bakar. Di AS, lebih dari 80% truk komersial dan bis kota beroperasi menggunakan diesel. Oleh karena itu penggunaan biodiesel AS bertumbuh cepat dari sekitar 25 juta galon per tahun pada 2004 menjadi 78 juta galon pada awal 2005. Pada akhir 2006, produksi biodiesel diperkirakan meningkat empat kali lipat menjadi 1 milyar galon. BioalkoholAlkohol yang diproduksi secarai biologi, yang umum adalah ethanol, dan yang kurang umum adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan aksi mikroorganisme dan enzym melalui fermentasi gula atau starch, atau selulosa. Biobutanol seringkali dianggap sebagai pengganti langsung bensin, karena dapat digunakan langsung dalam mesin bensin.Butanol terbentuk dari fermentasi ABE (aseton, butanol, etanol) dan eksperimen modifikasi dari proses tersebut memperlihatkan potensi yang menghasilkan energi yang tinggi dengan butanol sebagai produk cair. Butanol dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar "langsung" dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin). Dan lebih tidak menyebabkan korosi dan kurang dapat tercampur dengan air dibanding ethanol, dan dapat didistribusi melalui infrastruktur yang telah ada. Dupont dan BP bekerja sama untuk menghasilkan butanol.Bahan bakar etanol merupakan biofuel paling umum di dunia, terutama bahan bakar etanol di Brasil. Bahan bakar alkohol diproduksi dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan dari gandum, jagung, bit gula, tebu, molasses dan gula atau amilum yang dapat dibuat minuman beralkohol (seperti kentang dan sisa buah, dll). Produksi etanol menggunakan digesti enzim untuk menghasilkan gula dari amilum, fermentasi gula, distilasi dan pengeringan. Proses ini membutuhkan banyak energi untuk pemanasan (seringkali menggunakan gas alam).Produksi etanol selulosa menggunakan tanaman non-pangan atau produk sisa yang tak bisa dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada siklus makanan. Memproduksi etanol dari selulosa merupakan langkah-tambahan yang sulit dan mahal dan masih menunggu penyelesaian masalah teknis. Ternak yang memakan rumput dan menggunakan proses digestif yang lamban untuk memecahnya menjadi glukosa (gula). Dalam laboratorium ethanol selulosik, banyak proses eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan hal yang sama, dan menggunakan cara tersebut untuk membuat bahan bakar ethanol.Beberapa ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap percobaan teknik genetika DNA rekombinan yang mencoba untuk mengembangkan enzym yang dapat memecah kayu lebih cepat dari alam, makhluk mikroskopik tersebut dapat tidak sengaja terlepas ke alam, tumbuh secara eksponensial, disebarkan oleh angin, dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan struktur seluruh tanaman, yang dapat mengakhiri produksi oksigen yang dilepaskan oleh proses fotosintesis tumbuhan.Ethanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti bensin; ethanol dapat dicampur dengan bensin dengan persentase tertentu. Kebanyakan mesin bensin dapat beroperasi menggunakan campuran ethanol sampai 15% dengan bensin. Bensin dengan ethanol memiliki angka oktan yang lebih tinggi, yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih efisien.Bahan bakar etanol memiliki BTU yang lebih rendah, yang berarti memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk melakukan perjalan dengan jarak yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi, dibutuhkan bahan bakar dengan sedikit ethanol dan pembakaran lambat untuk mencegah pra-ignisi yang merusak (knocking).Ethanol sangat korosif terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket karet, aluminium, dan ruang pembakaran. Oleh karena itu penggunaan bahan bakar yang mengandung alkohol ilegal bila digunakan pesawat. Untuk campuran ethanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin perlu dimodifikasi.Ethanol yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa bensin, oleh karena itu diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih mahal, meningkatkan konsumsi biaya dan energi yang dibutuhkan untuk mengantar ethanol ke konsumen.Banyak produsen kendaraan sekarang ini memproduksi kendaraan bahan bakar fleksibel, yang dapat beroperasi dengan kombinasi bioethanol dan bensin, sampai dengan 100% bioethanol. Alkohol dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar etanol dapat tercampur setelah proses pembersihan dengan menyerap kelembaban dari atmosfer. Air dalam bahan bakar ethanol dapat mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah dihidupkan, menyebabkan gangguan operasi, dan mengoksidasi aluminum (karat pada karburator dan komponen dari besi).BioGasBiogas diproduksi dengna proses digesti anaerobik dari bahan organik oleh anaerobe. Biogas dapat diproduksi melalui bahan sisa yang dapat terurai atau menggunakan tanaman energi yang dimasukan ke dalam pencerna anaerobik untuk menambah gas yang dihasilkan. Hasil sampingan, digestate, dapat digunakan sebagai bahan bakar bio atau pupuk.Biogas mengandung methane dan dapat diperoleh dari digester anaerobik industri dan sistem pengelolaan biologi mekanik. Gas sampah adalah sejenis biogas yang tidak bersih yang diproduksi dalam tumpukan sampah melalui digesti anaerobik yang terjadi secara alami. Bila gas ini lepas ke atmosfer, gas ini merupakan gas rumah kaca.SyngasSyngas dihasilkan oleh kombinasi proses pyrolysis, kombusi, dan gasifikasi. Bahan bakar bio dikonversi menjadi karbon monoksida dan energi melalui pyrolysis. Masukan oksigen terbatas diberikan untuk mendukung kombusi. Gasifikasi mengubah materi organik menjadi hidrogen dan karbon monoksida. Campuran gas yang dihasilkan, syngas, adalah bahan bakar.Biofuel generasi keduaPara pendukung biofuel mengklaim telah memiliki solusi yang lebih baik untuk meningkatkan dukungan politik serta industri untuk, dan percepatan, implementasi biofuel generasi kedua dari sejumlah tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan, di antaranya cellulosic biofuel. Proses produksi biofuel generasi kedua bisa menggunakan berbagai tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan yang diantaranya adalah limbah biomassa, batang/tangkai gandum, jagung, kayu, dan berbagai tanaman biomassa atau energi yang spesial (contohnya Miscanthus). Biofuel generasi kedua (2G) menggunakan teknologi biomassa ke cairan, diantaranya cellulosic biofuel dari tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan.Sebagian besar biofuel generasi kedua sedang dikembangkan seperti biohidrogen, biometanol, DMF, Bio-DME, Fischer-Tropsch diesel, biohydrogen diesel, alkohol campuran dan diesel kayu. Produksi cellulosic ethanol mempergunakan berbagai tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan atau produk buangan yang tidak bisa dimakan. Memproduksi etanol dari selulosa merupakan sebuah permasalahan teknis yang sulit untuk dipecahkan. Berbagai hewan ternak pemamah biak (seperti sapi) memakan rumput lalu menggunakan proses pencernaan yang berkaitan dengan enzim yang lamban untuk menguraikannya menjadi glukosa (gula). Di dalam labolatorium cellulosic ethanol, berbagai proses eksperimen sedang dikembangkan untuk melakukan hal yang sama, lalu gula yang dihasilkan bisa difermentasi untuk menjadi bahan bakar etanol. Para ilmuwan juga sedang bereksperimen dengan sejumlah organisme hasil rekayasa genetik penyatuan kembali DNA yang mampu meningkatkan potensi biofuel seperti pemanfaatan tepung Rumput Gajah (Panicum virgatum)