epidemiologi demam tifoid

Download epidemiologi demam tifoid

If you can't read please download the document

Upload: gede-ariana

Post on 27-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

dfbb

TRANSCRIPT

Demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus yang disebabkab oleh Salmone lla typhi. Gejala penyakit ini ditandai dengan demam satu minggu atau lebih dise rtai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Peny akit ini disebabkan oleh Salmonella typhi dan hanya didapatkan pada manusia. Pen ularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terko ntaminasi Salmonella adalah bakteri gram negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora. Salmonella typhi mempunyai tiga macam antigen yaitu : an tigan O, antigen H dan K. Salmonella typhi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di il eum terminalis yang hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia, masuk aliran darah melalui duktus tor asikus. S. typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus . S. typhi bersarang di plak Peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain pada sistem retik uloendotelial. Andoksin S. typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jari ngan tempa kuman tersebut berkembang biak sehingga merangsang sintesis dan pelep asan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang sehingga terjadi demam . Pada masa penyembuhan, penderita pada masih mengandung Salmonella spp didalam ka ndung empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang menahun .Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal typ e) sedang yang lain termasuk urinary type. Kekambuhan yang yang ringan pada kari er demam tifoid,terutama pada karier jenis intestinal,sukar diketahui karena gej ala dan keluhannya tidak jelas. ` BAB II. PENDAHULUAN

II.1 Data kasus penyakit Demam Tifoid Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Sa lmonella typhi. Terdapat tiga bioserotipe yaitu Salmonella paratyphi A, B ( Salm onella schottmuelleri), dan C (Salmonella hirschefildii). Demam tifoid merupakan penyakit endemik yang termasuk dalam masalah kesehatan di negara berkembang. D i indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun dengan insidens terting gi pada daerah endemik. Terdapat dua sumber penularan s.typhi yaitu pasien denga n demam tifoid dan, yang lebih sering karier. Di daerah endemik, transmisi terja di melalui air yang tercemar S. Typhi sedangkan di daerah nonendemik , makanan y ang tercemar oleh karier merupakan sumber penularan tersering. Diperkirakan menyerang 22 juta orang pertahun dengan angka kematian mencapai 200 .000 jiwa per tahun. Menurut WHO, pada tahun 2003 terdapat sekitar 900.000 kasus di Indonesia, dimana sekitar 20.000 penderitanya meninggal dunia.1,2 Demam tifo id adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella ente ritica, khususnya serotype Salmonella typhi.3 Bakteri ini termasuk kuman Gram ne gatif yang memiliki flagel, tidak berspora, motil, berbentuk batang, berkapsul d an bersifat fakultatif anaerob dengan karakteristik antigen O, H dan Vi. DI kota Semarang, penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)yan g mempermudah lokalisasi masalah kesehatan dalam waktu dan ruang. Dalam SIG terd apat software untuk pemetaan (mapping) dan telah dilengkapi dengan komponen data base. Software yang digunakan pada penelitian ini yaitu Microsoft Excel 2007 dan ArcView GIS 3.3 untuk menganalisis distribusi spasial dan temporal kasus demam tifoid di Kota Semarang periode 1 Oktober - 31 Desember 2009. Adapun dari peneli tian ini diharapkan menghasilkan gambaran spasial dan temporal kasus demam tifoi

d yang dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko keruangan terhadap pola penye baran demam tifoid, serta didapatkan data statistik yang efektif dan praktis yan g dapat diimplementasikan oleh praktisi kesehatan masyarakat dalam tindakan penc egahan penyakit demam tifoid. II.2 Urgensi penyakit Demam Tifoid dalam kesehatan masyarakat Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersi han perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang ba ik dapat mengurangi penyebaran penyakit ini. Siapa saja bisa terkena penyakit it u tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyak it itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa sering mengalami dengan gej ala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri. Persentase penderi ta dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Usia Persentase 12 29 tahun 70 80 % 30 39 tahun 10 20 % > 40 tahun 5 10 % BAB III. ISI III.1 Triad Epidemiologi 1. Agent Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi. S.typhi adalah bakteri gram negat if, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidal membentuk spora. Bakteri ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu : Antigen O, antigen somatik ( tidak menyibar ) Antigen H, terdapat pada flagela dan bersifat termolabil Antigen k, selaput yang melindungi tubuh bakteri dan melindungi antigen O. Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57oC selama beberapa menit. http://desiarizal.blogspot.com/2010/05/evolution-of-typhoid-bacteria.html 2. Host Salmonella typhi banyak ditemukan di negara-negar berkenbang yang higiene pribad i dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Manusia adalah host hanya alami dan r eservoir. Infeksi ini ditularkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontamin asi dengan kotoran. S.typhi jega dapat disebarkan oleh serangga yang kemudian me ngkontaminasi makanan dan minuman. 3. Environtment Salmonella typhi banyak ditemukanpada lingkungan yang kotor dengan sanitasi yang kurrang baik. Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering mer ebak di daerah yang kebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.Lingku ngan yang kurang sehat dan sanitasi yang kurang baik. III.2 Transmisi Penyakit Demam Tifoid Manusia adalah host hanya alami dan reservoir. Infeksi ini ditularkan oleh konsu msi makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran. Es krim diakui sebagai risiko yang signifikan faktor transmisi demam tifoid. Kerang yang diambil dari a ir yang terkontaminasi, dan buah-buahan dan sayuran mentah dipupuk dengan limbah , telah menjadi sumber wabah masa lalu. Insiden tertinggi terjadi di mana persed iaan air yang melayani populasi besar terkontaminasi dengan kotoran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa penularan ditularkan melalui air S. typhi b iasanya melibatkan inocula kecil, sedangkan transmisi bawaan makanan terkait den gan inocula besar dan tingkat serangan yang tinggi selama periode singkat. Ukura

n inokulum dan jenis kendaraan di mana organisme yang tertelan sangat mempengaru hi baik serangan tingkat dan periode inkubasi. Pada relawan yang tertelan 109 da n 108 patogen S. typhi dalam 45 ml susu skim, penyakit klinis muncul di 98% dan 89% masing-masing. Dosis dari 105 menyebabkan demam tifoid pada 28% sampai 55% r elawan, sementara tidak ada 14 orang yang mengkonsumsi 103 organisme dikembangka n penyakit klinis. Walaupun secara luas percaya bahwa Salmonella ditularkan mela lui rute oral, transmisi S. typhi melalui rute pernapasan telah dibuktikan dalam mouse Model (10). Studi yang dilakukan pada sebuah keluarga di Santiago, Chili, selama era tipus t inggi endemisitas dalam rangka untuk memastikan apakah pembawa kronis secara sig nifikan lebih sering di rumah tangga di mana ada indeks kasus anak dengan demam tifoid dibandingkan rumah tangga kontrol cocok. Studi epidemiologi lain menyelid iki apakah faktor risiko dapat diidentifikasi untuk orang dengan demam tifoid di bandingkan dengan anggota rumah tangga yang tidak terinfeksi. Disimpulkan bahwa kronis operator di rumah tangga tidak memainkan peran penting dalam transmisi. Selanjutnya, itu menunjukkan bahwa irigasi air limbah salad den gan terkontaminasi dengan kotoran adalah faktor kunci bertanggung jawab untuk me njaga endemisitas tinggi tipus di Santiago. Dalam mengembangkan negara, di sisi lain, tifus ditularkan ketika pembawa kronis mengkontaminasi makanan sebagai kon sekuensi dari tidak memuaskan yang berhubungan dengan makanan praktek kebersihan . III.3 Riwayat Alamiah Penyakit Demam Tifoid 1. Masa Inkubasi dan Klinis Masa Inkubasi Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 ha ri. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa : ~ anoreksia ~ rasa malas ~ sakit kepala bagian depan ~ nyeri otot ~ lidah kotor ~ gangguan perut (perut meragam dan sakit) 2. Masa laten dan Periode Infeksi ~Minggu Pertama (awal terinfeksi) Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39c hingga 40c, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasa n semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diar e lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi d an ujung merah serta bergetar atau tremor. Episteksis dapat dialami oleh penderi ta sedangkan tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pa da periode tersebut, akan menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjad i pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata , bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempu rna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa m akula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit peru t, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infe ksi yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba da n abdomen mengalami distensi. ~ Minggu Kedua Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, ya ng biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari.

Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi me ningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat diba ndingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai den gan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terj adi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan d arah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna g elap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan ser ing berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika berk omunikasi dan lain-lain. ~ Minggu Ketiga Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejal a-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pad a saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat l epasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemi a memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-o tot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan ti mpani masih terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat di sertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjad inya perforasi usus sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi m iokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita dema m tifoid pada minggu ketiga. ~ Minggu keempat Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adan ya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis. BAB IV. PENCEGAHAN Pencegahan demam tifoid, rute utama penularan demam tifoid adalah melalui air mi num atau makan makanan yang terkontaminasi dengan Salmonella typhi. Pencegahan d idasarkan pada akses menjamin untuk aman air dan dengan mempromosikan praktek-pr aktek penanganan makanan yang aman. Pendidikan kesehatan penting untuk meningkat kan kesadaran publik dan mendorong perubahan perilaku. 1. Air yang aman Demam tifoid adalah penyakit ditularkan melalui air dan ukuran pencegahan utama adalah untuk memastikan akses terhadap air yang aman. Air harus berkualitas baik dan harus cukup untuk kebutuhan semua masyarakat. Selama wabah langkah-langkah kontrol berikut adalah kepentingan tertentu: a. Di daerah perkotaan, pengendalian dan pengobatan sistem pasokan air harus diperkuat dari tangkapan ke konsumen. Air minum yang aman harus dibuat tersedia untuk populasi melalui sistem pipa atau dari truk tangki. b. Di daerah pedesaan, sumur harus diperiksa untuk patogen dan dirawat jika per lu. c. Di rumah, perhatian khusus harus diberikan kepada desinfeksi dan penyimpanan air yang aman sumbernya. 2. Makanan yang aman Makanan yang terkontaminasi merupakan wahana yang penting untuk transmisi demam tifoid. Penanganan makanan yang tepat dan pengolahan adalah yang terpenting dan kebersihan dasar berikut tindakan harus dilaksanakan atau diperkuat selama waba h: mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan atau sebelum makan makanan. 3. Sanitasi Sanitasi yang layak memberikan kontribusi untuk mengurangi risiko penularan dar i semua bakteri patogen termasuk Salmonella typhi. a. Fasilitas yang sesuai untuk pembuangan limbah manusia harus tersedia untuk s emua komunitas. Dalam keadaan darurat, jamban dapat dengan cepat dibangun. b. Pengumpulan dan pengolahan limbah, khususnya selama musim hujan, harus

diimplementasikan. 4.Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kesadaran publik tentang semua yang disebutkan di atas sebagai upaya pencegahan. Pesan pendidikan keseha tan bagi masyarakat rentan harus disesuaikan dengan kondisi lokal dan diterjemah kan ke dalam bahasa lokal. Keterlibatan masyarakat adalah landasan dari perubaha n perilaku berkaitan dengan kebersihan dan untuk pengaturan dan pemeliharaan pra sarana yang dibutuhkan. 5.Vaksinasi Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil tifoid dan paratifoi d A dan B yang dimatikan ) yang diberikan subkutan 2 atau 3 kali pemberian denga n interval 10 hari merupakan tindakan yang praktis untuk mencegah penularan dema m tifoid Jumlah kasus penyakit itu di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358810 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Suntikan imunisasi tifoid boleh dilaku kan setiap dua tahun manakala vaksin oral diambil setiap lima tahun. Bagaimanapu n, vaksinasi tidak memberikan jaminan perlindungan 100%. BAB V. PENGOBATAN 1. Perawatan umum Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi dan pen gobatan. Paasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam at au kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjad inya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pesien harus dil akukan secara bertahap,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-wa ktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. De fekasi dan buang air kecil harus dperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstip asi dan retensi air kemih. Pengobatan simtomik diberikan untuk menekan gejala-ge jala simtomatik yang dijumpai seperti demam, diare, sembelit, mual, muntah, dan meteorismus. Sembelit bila lebih dari 3 hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavase dengan glistering. Obat bentuk laksan ataupun enema tidak dianjurkan kare na dapat memberikan akibat perdarahan maupun perforasi intestinal. Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan penderita, misalnya pe mberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penu runan demam. 2. Diet Diet merpakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam tif oid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama. Di masa lampau, pas ien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya diberi n asi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat dib erikan dengan aman pada pasien demam tifoid. 3. Obat Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah kloramfenikol (pilihan utama), tiamfenikol, ampisilin dan amoksisilin, sefalospo rin generasi ketiga, golongan florokuinon, dan dapat diberikan kombinasi obat an timikroba, dan kortikosteroid bila diperlukan.Obat Mekanisme kerja Dosis Keterangan Kloramfenikol Berikatan dengan unit 50S bakteri Oral 4 x 500 mg sampai 7 hari bebas demam Perbaikan dicapai dalam interval 3-7 har i. Tidak digunakan pada pasien anak. Tiamfenikol Berikatan dengan unit 50S ribosom bakteri Oral 4 x 500 mg sampai 7 hari bebas demam Perbaikan dicapai dalam 4-6 hari. Efek s amping lebih ringan dari kloramfenikol. Tidak diberikan pada ibu hamil khususnya trimester 1

Ampisilin Menghambat pembentukan dinding sel bakteri Oral 75-150 mg/kg BB, terbagi 3 kali sehari, berikan selama 10-14 hari Perbaika n dicapai dalam 3-5 hari TMP-SMZ Menghambat pembentukan asam dihidrofolat 2 x 2 tablet/hari (400 m g SMZ- 80 mg TMP) selama 2 minggu Perbaikan dalam rentang yang sama dengan kloramfenikol Ceftriaxone Menghambat pembentukan dinding sel bakteri 3-4 gram dalam Ciprofloxacin Menghambat sintesis DNA bakterial 2 x 500 mg/hari selama 6 hari Teruskan pengobatan hingga 2-4 hari setelah gejala menghilang Corticosteroid Mengurangi inflamasi Dexamethasone dosis tinggi Pada kas us tifoid toxic, sepsis, peritonitis

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Demam tifoid merupakan penyakit Infeksi yang disebabkan oleh S. typhi. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting, terutama di negara ber kembang. Morbiditas dan mortalitas yang disebabkan demam Saran Adapun saran penulis kepada para pembaca adalah hendaknya menjaga kontaminasi ma kanan dan air, sayur yang dicuci dengan air hangat,membiasakan hidup dengan mene rapkan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti menjaga kebersihan perorang an dengan selalu mencuci tangan memakai sabun setelah memegang sesuatu dan selal u menjaga kebersihan lingkungan. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum menyedia atau memakan makanan, m embuang sampah sarap, memegang bahan mentah atau selepas membuang air besar. Sel alu makan makanan yang sehat dan jika terpaksa makan di kedai pilih kedai yang B ersih, pastikan makanan yang dipesan khas dan berada dalam keadaan `berasap keran a baru diangkat dari dapur. Tudung semua makanan dan minuman agar tidak dihingga pi lalat.