epistimologi islam ada beberapa prinsip dasar

3
Epistimologi Islam ada beberapaprinsip dasar. Kata epistimologi, berasal daribahasa Yunani yaitu episteme yang berarti ilmu Epistimologi merupaka filsafat yang mengkaji segala sesuatu yang terkait dengan pengetahuan seperti ta sifat, jenis-jenis, obyek, struktur, asal mula, metode dan validitas ilmu penge pertama sekali digunakan oleh J.F. Forier, Filsuf Scotlandia Epistimologi mem pembahagian, hakikat, metode dan sumber ilmu. Epistemology berasal darikatayunaniepisteme dan logosEpisteme berarti pengetahuan, sedangkan logos berarti teori, uraian atau alasan. Berhubun pengertian filsafat pengetahuan lebih tepat logos diterjemahkan dengan a epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan, dalam bahasa ing pergunakan Epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pegetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertang jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki sedang D.W Hamlyn mendefinisikan epistimologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakika lingkup pengetahuan dasar dan pengandaian-pengandaiannya serta secara umum hal i dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan. Ini pemahaman dari kedua pengertian tersebut hamper sama sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodr pengetahuan, sedangkan pengertian yang kedua tentang hakikat pengetahuan. Kodr pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan. Kodrat berkaitan dengan sifat ya dari pengetahuan, sedangkan hakikat pengetahuan berkaitan dengan cirri-ciri pnge sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya. APA ITU ILMU PENGETAHUAN MENERUT ISLAM Ilmu pengetahuan atau sains secara singkat dapat dirumuskan sebagai himpuna pengetahuan manusia yang dikumpulkan mellui suatu proses pengajian dan dapat dit oleh rasio dapat dinalar. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa sains adal rasionalitas kolektif insani. Dalam ilmu pengetahuan, individu mendapatkan dengan mengadakan pengamatan atau obserrasi, pengukuran atau pengumpulan data-data. Ilmu dalam islam berdasarkan intelek, yang mengarahkan rasio untuk membentu ilmu yang bertopng pada kesadaran dan keimanan terhadap kekuasaan Allah. Inilah yang menjadi petunjuk (hidayah)dari kegelapan menuju terang (nur) suatu ilmu y mengemban misi kesejahteraan hidup manusia, dunia maupun akhirat. Dalam ilmu ini intelek di perankan sebagai media untuk melakukanterobosan-terobosan pemikiran, penajaman-penajaman gagasan, perenungan-perenungan terhadap fenomene-fenomena

Upload: mauliansyah-syachzero

Post on 21-Jul-2015

135 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Epistimologi Islam ada beberapa prinsip dasar. Kata epistimologi, berasal daribahasa Yunani yaitu episteme yang berarti ilmu Epistimologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji segala sesuatu yang terkait dengan pengetahuan seperti tabiat dasar, sifat, jenis-jenis, obyek, struktur, asal mula, metode dan validitas ilmu pengetahuan pertama sekali digunakan oleh J.F. Forier, Filsuf Scotlandia Epistimologi membicarakan pembahagian, hakikat, metode dan sumber ilmu. Epistemology berasal dari kata yunani episteme dan logos Episteme berarti pengetahuan, sedangkan logos berarti teori, uraian atau alasan. Berhubungan dengan pengertian filsafat pengetahuan lebih tepat logos diterjemahkan dengan arti teori, jadi epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan, dalam bahasa inggris di pergunakan Epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pegetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki sedang D.W Hamlyn mendefinisikan epistimologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengandaian-pengandaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan. Ini pemahaman dari kedua pengertian tersebut hamper sama sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan, sedangkan pengertian yang kedua tentang hakikat pengetahuan. Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan. Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan, sedangkan hakikat pengetahuan berkaitan dengan cirri-ciri pngetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya. APA ITU ILMU PENGETAHUAN MENERUT ISLAM Ilmu pengetahuan atau sains secara singkat dapat dirumuskan sebagai himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan mellui suatu proses pengajian dan dapat diterima oleh rasio dapat dinalar. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa sains adalah himpunan rasionalitas kolektif insani. Dalam ilmu pengetahuan, individu mendapatkan dengan mengadakan pengamatan atau obserrasi, pengukuran atau pengumpulan data-data. Ilmu dalam islam berdasarkan intelek, yang mengarahkan rasio untuk membentuk ilmu yang bertopng pada kesadaran dan keimanan terhadap kekuasaan Allah. Inilah ilmu yang menjadi petunjuk (hidayah)dari kegelapan menuju terang (nur) suatu ilmu yang mengemban misi kesejahteraan hidup manusia, dunia maupun akhirat. Dalam ilmu ini intelek di perankan sebagai media untuk melakukan terobosan-terobosan pemikiran, penajaman-penajaman gagasan, perenungan-perenungan terhadap fenomene-fenomena

alam, baik yang eksakta maupun sosial, dan penggalian-penggalian khazanah keilmuan. Sedangkan keimanan diposisikan sebagai pemberi bimbingan dan pengarahan terhadap arah-arah yang ingin di tuju oleh pengembaraan intelek.Betapapun intelek diberi kesempatan untuk melakukan pengembaraan penalaran secara maksimal, tetapi dalam batas-batas yang dapat di kontrol keimanan terhadap kekuasaan Allah, sehingga dapat menghasilkan ilmu pengetahuan yang memberi kesadaran kepada manusia untuk mengetahui jati dirinya sendiri, yaitu suatu insentitas diri yang tetap sebagai hamba Allah yanh di berikan kepercayaan untuk berkreasi Corak ilmu yang demikian ini cukup membedakan dengan ilmu penegtahuan positif yang sekaran mendominasi sains modern. Ilmu pengetahuan posistif memberikan tidak memberikan jalan keluar (solusi) Ia menghasilkan hukum-hukum DAN imperatif-imperatif yang tidak bias di tawar-tawar sekaligus tidak menyediakan tempat bagi kehendak atau nilai-nilai manusiawi.Sedangkan ilmu dalam islam kendatipun tetap menyajikan suatu tawaran pengembangan intelektual, tetapi tetap memeperhatikan nilai-nilai manusiawi.Artinya ia mendudukkan manusia pada posisi yang sesungguhnya dan memberikan kepercayaan kepada manusia tetap dalam batas-batas kapasitasnya, sehingga tdak melangkahi peran tuhan. Sebaliknya, ketika sedang menjadikan manusia sebagai objek pemikiran tetap memandang manusia sebagai mahlukh hidup, bukan mahlukh yang termulia, dan tidak pernah memandang manusia, seperti benda mati. Ilmu dalam islam memiliki persepsi, bahw tuhan sebagai pencipta sedang manusia sebagai mahlukh atau hamba, tetapi mahlukh yang bias mencapai derajat tinggi bila mampu memfungsikan potensi akalnya Atas dasar persepsi ini, kita harus selalu tampil ke tingkat pengetahuan yang benar tentang islam dan pandangan dunia islam, sehingga pengetahuan tentang ilmu-ilmu apapun yang dapat kita cari akan senantiasa berada dalam keseimbangan yang wajar dengan pengetahuan tentang islam dan pandangan dunia islam sesungguhnya, untuk memelihara tata aturan pengetahuan dalam diri kita. Keseimbangan itu menyangkut pengembaraan intelektual dengan ketundukan kepada Allah, kebutuhan yang bersifat sakral dengan profane, penghargaan kepada manusia dengan pengagungan kepada Allah, pertimbangan akal dengan wahyu, perhatian pada persoalan empiris dan metaempiris, piker dengan zikir, usaha dengan amal, dan sebagainya. Keseimbangan ini berfungsi menjembatani kepentingan hubungan vertikal (berorientasi pada pendekatan diri kepada Allah) dengan hubungan horizontal (sesama manusia dalam jalinan hubungan sosial terutama dalam mengembangkan ilmu pengatahuan) Keseimbangan tersebut selanjutnya mengakibatkan adanya klasifikasi atau kategorisasi pengetahuan. Dari segi sumber pengetahuan dan alat memperolehnya, pengetahuan dapat di bagi menjadi: pengetahuan saintifik, pengetahuan logika, pengetahuan intuisi, dan perasaan, pengetahuan ilham dan kasyaf, dan pengetahuan yang diwahyukan. Sedangkan Ibn Butlan menyederhanakan klasifikasi ilmu menjadi tiga cabang besar saja: ilmu-ilmu (keagamaan) islam, ilmu-ilmu flsafat dan ilmu-ilmu alam, dan kesussastraan. Hubungan antara ketiga cabang ini di gambarkan sebagai segitiga: sisi sebelah kanan adalah ilmu agama, sisi sebelah kiri ilmu filsafat, dan ilmu alam, dan sisi bawah adalah ilmu kesusastraan. Dua macam pembagian ilmu pengetahuan ini tampak berbeda. Terlepas dari perbedaan itu, yang jelas keduanya memiliki perhatian dan menegaskan, bahwa memang ada ilmu-ilmu yang bersumber dari wahyu tuhan secara

langsung. Hanya saja upaya penyederhanaan Ibn Butlan tersebut menghasilkan dikotomi antara ilmu-ilmu islam dan non islam yang akhir-akhir ini menjadi persoalan serius, karena banyak di tentang oleh pemikir muslim kontemporer. Sebenarnya, pemikir-pemikir islam lainya juga menaruh perhatian pada klasifikasi ilmu ilmu pengetahuan itu, seperti AlFarabi, Al-ghazali,maupun quthub Al-Din Al-syirazi. Mereka menawarkan klasifikasi yang tidak seragam.Kendati demikian, lagi-lagi mereka sepakat untuk mengakui adanya ilmu yang bersumber dari agama. Demikianlah, sekilas konsep ilmu pengetahuan dalam perspektif islam yang memiliki cirri khas sendiri yang berbeda dengan konsep sains dalam pandangan ilmuwan barat. Selanjutnya, konsep ilmu menurut islam ini ketika di hadapkan pada perkembangan dan aplikasi sains modern sekarang ini mendorong ilmuwan muslim cendrung melakukan islamisasi ilmu pengetahuan guna meluruskan penyimpangan-penyimpangan sains barat