ergonomi
DESCRIPTION
xxTRANSCRIPT
TUGAS
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
BLOK 22
Dosen Pengampu: dr. Marganda Pasaribu, M. KK
Nama : Wely Wahyura
NIM : G1A109032
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2012/2013
TUGAS 1
1. Apa pengertian sehat menurut WHO dan ILO?
Menurut WHO (World Health Organization), sehat adalah keadaan keseimbangan
yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan
kelemahan.
“Health is a state of complete physical, mental and social well-being not merely the
absence of diseases or infirmity”.
Menurut ILO (Internatinal Labour Organization), sehat dalam artian kesehatan kerja
adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,
pencegahan penyimpangan kesehatan di antara pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan
diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
jabatannya.
2. Apa rumus kimia dan struktur kimia dari Benzene?
Rumus kimia Benzene: C6H6
Struktur kimia Benzene:
Benzena merupakan salah satu kelas besar dalam golongan aromatik adalah senyawa –
senyawa yang memiliki induk hidrokarbon C6H6. Benzena merupakan cairan
takberwarna dengan bau yang enak. Titik leleh benzena adalah 5,5oC dan titik didihnya
80ºC. Benzena merupakan senyawa yang relatif stabil dan memiliki aplikasi yang
penting pada industri kimia, meskipun diklaim merupakan senyawa karsinogenik.
3. Apa yang dimaksud dengan Risk assessment?
Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia risk artinya ‘risiko’, dan assessment artinya
‘penilaian’. Jika digabungkan risk assessment adalah ‘penilaian risiko’. Risk assessment
adalah suatu metode penilaian resiko terhadap bencana/kecelakaan yang mungkin saja
terjadi dalam suatu organisasi, sehingga organisasi itu sendiri dapat meminimalisir
kerugian yang disebabkan oleh bencana/kecelakaan tersebut.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa
penilaian risiko adalah proses yang dilakukan oleh suatu instansi atau organisasi dan
merupakan bagian yang integral dari proses pengelolaan risiko dalam pengambilan
keputusan risiko dengan melakukan tahap identifikasi rasio, analisis rasio dan evaluasi
risiko. Penilaian risiko bertujuan untuk (i) mengidentifikasi dan menguraikan semua
risiko-risiko potensial yang berasal baik dari faktor internal maupun faktor eksternal, (ii)
memeringkat risiko-risiko yang memerlukan perhatian manajemen instansi dan yang
memerlukan penanganan segera atau tidak memerlukan tindakan lebih lanjut, dan (iii)
memberikan suatu masukan atau rekomendasi untuk meyakinkan bahwa terdapat risiko-
risiko yang menjadi prioritas paling tinggi untuk dikelola dengan efektif (BPKP, 2010).
4. Apa PERMENKERTRANS yang mengatur tentang kesehatan kerja?
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.: Per.02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.: Per.01/MEN/1981 tentang
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.: Per.03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: KEPTS.333/MEN/1989 tentang
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No.:
Kep.68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS di
Tempat Kerja
5. Apa pengertian Evidence based?
Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia evidence artinya ‘bukti’, dan based artinya
‘dasar’. Jika digabungkan evidence based adalah ‘berdasarkan bukti’. Evidence based
adalah pemanfaatan bukti ilmiah berdasarkan penelitian klinis mutakhir yang sahih
dalam pemecahan suatu masalah kesehatan. Selain itu Evidence-based medicine (EBM)
juga merupakan suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini
untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam prakteknya,
EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah
terkini yang paling dapat dipercaya.
6. Apa perbedaan fume, gas, dan kabut?
Asap (fume) adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi bahan-bahan dari
bentuk uap. Asap ini biasanya berhubungan dengan logam di mana uap dari logam
terkondensasi menjadi butiran-butiran padat di dalam ruangan logam cair tersebut.
Asap juga ditemui pada sisa pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang
mengandung karbon, karbon ini mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5 m (micron).
Gas adalah bahan yang dapat dirubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan
suhu dan penambahan tekanan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam
bentuk gas pada suhu dan tekanan normal.
Kabut (mist) adalah sebaran butir-butir cairan diudara. Kabut biasanya dihasilkan
oleh proses penyemprotan dimana cairanh tersebar, terpercik atau menjadi busa
partikel buih yang sangat kecil.
7. Apa yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja menurut WHO dan ILO?
Menurut WHO, Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang mempunyai
penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya
terdiri dari satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses
penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh
dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh
antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi
penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor manusia juga.
Menurut ILO (1996), Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang diderita
sebagai akibat pemajanan faktor-faktor yang timbul dari kegiatan pekerjaan.
8. Sebutkan penyakit yang ditimbulkan akibat gangguan N. radialis, N. ulnaris, dan
N. medianus?
Gangguan N. radialis
1) Tennis Elbow
Lingkup kelainan mulai epikondilitis lateral hingga kelemahan ekstensor yang
parah. Pada pemeriksaan, terdapat nyeri tekan diatas epikondil lateral humerus
atau tepat didistal kepala radial dimana saraf menuju otot supinator.
Penambahan nyeri yang khas terjadi bila ekstensi jari tengah ditahan. Manuver
ini akan menegangkan origo otot ekstensor karpi radialis brevis dan selanjutnya
menekan saraf. Cedera origo tendo ekstensor karpi radialis brevis pada
epikondil lateral berhubungan dengan epikondilitis, tennis elbow yang klasik.
Injeksi lokal lidokain dan kortikosteroid memberikan pengurangan gejala yang
sementara. Elektrodiagnostik bisa memperlihatkan penundaan latensi motor dari
alur spiral ketepi medial otot ekstensor digitorum komunis, namun biasanya
normal. Pasien yang tidak membaik dengan pencegahan trauma, penggunaan
bidai, serta pemberian anti-inflamatori, eksplorasi dengan dekompresi saraf
radial permukaan diindikasikan.
2) Sindroma Terowongan Radial
Sindroma klinis yang berhubungan dengan kompresi cabang dalam saraf radial
disebut radial tunnel syndrome. Sering dikelirukan dengan 'tennis elbow'.
Sindroma terowongan radial ini menyebabkan nyeri somatik dalam pada otot
ekstensor, terutama dipacu oleh latihan, tanpa disertai gejala sensori atau motor.
Kebanyakan pasien mempunyai riwayat trauma berulang, seperti dijumpai pada
pembuat batu bata, pemasang pipa, operator mesin, konduktor orkestra, dan
pemain tenis. Penyebab kompresi lain bisa tumor, lipoma, proliferasi sinovial
pada artritis rematoid, atau fraktura kepala radius.
3) Sindroma Wartenberg
Disebabkan kompresi saraf radial permukaan pada lengan bawaf. Khas dengan
nyeri lengan bawah proksimal serta hipoestesia diatas jempol dorsal. Tidak ada
kelemahan. Kompresi biasanya disebabkan trauma atau pemakaian band yang
ketat atau arloji. Temuan elektrodiagnostik kelainan saraf radial permukaan
terdiri dari hanya gangguan atau hilangnya respons sensori saraf radial.
Lesi penyebab neuropati radialis dapat mengenai saraf disepanjang
perjalanannya.
4) Sindroma Saraf Interosseus Posterior
Gejala dan temuan yang predominan adalah gangguan motor dari pada nyeri
atau sensori. Arkade Frohse merupakan struktur pengkonstriksi utama.
Kelemahan berat otot yang diinervasi radial tampil dengan ketidakmampuan
mengekstensikan jari-jari pada sendi metakarpofalangeal. Dorsifleksi
pergelangan arah dorsoradial disebabkan oleh paralisis otot ekstensor karpi
ulnaris dan ekstensor digitorum komunis. Otot brakhioradialis, ekstensor karpi
radialis longus, ekstensor karpi radialis brevis, dan supinator tidak melemah
karena diinervasi oleh cabang yang timbul sebelum titik dimana saraf radial
masuk arkade Frohse. Pada sindroma ini, nyeri dan nyeri tekan lokal diikuti oleh
gangguan motor progresif. Bila gangguan sensori tampil, harus dipikirkan lesi
yang lebih proksimal. Temuan elektrodiagnostik dari cedera aksonal pada saraf
interosseus posterior berupa hasil sensori radial yang normal. Amplitudo dari
respons motor radial normal atau berkurang pada pencatatan dari otot yang
diinervasi saraf radial distal. Denervasi dijumpai pada semua otot yang
diinervasi saraf radial kecuali otot triseps, brakhioradialis, ekstensor karpi
radialis longus, ekstensor karpi radialis brevis, dan ankoneus. Pasien dengan
sindroma saraf interosseus posterior dengan temuan motor yang bermakna,
diindikasikan untuk eksplorasi bedah. Pasien dengan perjalanan penyakit yang
kurang berat, maka istirahat, bidai, dan anti inflamatori diindikasikan.
Gangguan N. ulnaris
Sindrom terowongan kubital
Kompresi N. ulnaris yang melewati terowongan kubital. Terowongan kubital ketika
N.ulnaris melewati alur di belakang epikondylum medial humerus (sulcus N.
ulnaris), diselimuti oleh jaringan fibrosa yang dibentuk dari jaringan fasia padat.
Struktur ini yang disebut dengan terowongan kubital. Gejala yang ditimbulkan
berupa baal, kekakuan pada telapak tangan dan jari-jari yang dipersarafi N. ulnaris.
Gangguan N. medianus
1) Sindroma Terowongan Karpal
Kompresi N. medianus di terowongan karpal. Menimbulkan baal di jari yang
dipersarafi N. medianus dan nyeri tekan yang menyebar ke seluruh telapak
tangan.
2) Sindrom Pronator
Kompresi terjadi di M. pronator teres dimana N. medianus dan A. brachialis
antara kedua kepala pronator teres dan berjalan di sebelah dalam ke asal fibrosa
M. fleksor digitorum superfisial. Akibat yang ditimbulkan berupa nyeri tekan
lokal, berkurangnya gerakan tangan yang dipersarafi N. medianus dan baal di
tenar (diatas Os trapezium)
9. Apa perbedaan ranking dan rating?
Ranking adalah mengurutkan sesuatu dari yang paling baik ke yang paling buruk
atau dari yang paling tinggi ke yang paling rendah dengan cara membandingkan
antara yang satu dengan yang lain. Contoh: setiap pegawai dibandingkan dengan
seluruh pegawai lainnya dalam satu bagian.
Rating adalah membandingkan sesuatu dengan pencapaian di masa lalu atau dengan
standar yang telah ditetapkan untuk dicapai. Contoh: membandingkan efektivitas
kerja seseorang dengan efektivitas kerja yang lalu atau dengan standar perusahaan.
10. Berapa nilai ambang batas pendengaran (bising) dan penerangan pada manusia?
Bising 85db / 8 jam
Penerangan 300 lux
TUGAS 2
Seorang laki-laki, 27 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 tahun yang lalu.
Sesak nafas timbul pada sore hari. Demam, mual, muntah, dan nyeri kepala disangkal.
Pasien sejak 4 tahun yang lalu bekerja di perusahaan pembuatan batu bara.
1. Buatlah langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja!
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah
yang dapat digunakan sebagai pedoman:
1) Tentukan Diagnosis klinisnya
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan
fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk
mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat
dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau
tidak.
2) Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini
perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti,
yang mencakup:
Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara
kronologis
Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
Bahan yang diproduksi
Materi (bahan baku) yang digunakan
Jumlah pajanannya
Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
Pola waktu terjadinya gejala
Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)
Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label,
dan sebagainya)
3) Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat
bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam
kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di
atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam
kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus
mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi,
jumlah, lama, dan sebagainya).
4) Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka
pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut
dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan
diagnosis penyakit akibat kerja.
5) Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang
dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya
pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien
mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih
rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.
6) Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita
mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit.
Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk
menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
7) Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu
penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada
sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu
pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa
melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita
penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu
keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa
tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat
timbulnya penyakit.
2. Data apa saja yang diperlukan untuk menentukan diagnosis penyakit akibat kerja?
1) Data atau identitas pasien
a. Ras/suku (untuk melihat beberapa penjalaran penyakit sesuai dengan ras)
b. Agama
c. Alamat
2) Anamnesis
a. Riwayat penyakit sekarang deskrispsikan keluhan dengan perjalanan penyakit
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat pekerjaan:
Faktor di tempat kerja
Riwayat penyakit dan gejala
Riwayat pekerjaan dari dulu sampai saat ini (jenis kerja, waktu, lama, hasil
produksi, bahan yang dipakai, dll)
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita keluhan yang sama dengan pasien.
e. Anamnesis pekerjaan
Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis
Waktu
Lamanya bekerja per hari dan masa kerja
Apa yang diproduksi dan bahan apa yang digunakan
Jumlah pajanan (kuantitatif)
Alat pelindung diri yang digunakan
Hubungan gejala dengan waktu kerja
Pengaruh terhadap pekerjaan lain
Menurut pekerja apa keluhan ada hubungan dengan pekerjaan
3) Pemeriksaan klinis (Pemeriksaan Fisik)
Pemeriksaan tanda vital pasien (TD, suhu, nadi, RR)
4) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium (darah urin, feses)
b. Pemeriksaan rontgen untuk paru-paru
5) Pemeriksaan tempat kerja
a. Faktor penyebab
b. Hasil pengukuran
3. Tindakan pencegahan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi pada
pasien ini?
Pasien ini kemungkinan menderita Asma et causa batu bara.
Setiap penderita harus mencoba untuk melakukan tindakan pencegahan. Tetapi bila
gejala-gejala sedang timbul maka diperlukan obat antipenyakit asma untuk
menghilangkan gejala dan selanjutnya dipertahankan agar penderita bebas dari gejala
penyakit asma. Ada beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
datangnya serangan penyakit asma, antara lain:
a. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan
penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang
penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta
komplikasinya. Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan
yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga
yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena
menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat.
Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga
dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan
menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan. Pada serangan penyakit asma
berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran
keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari
saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.
b. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya
serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan.
Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari.
Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu
mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-
barang untuk menghindari debu rumah. Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan
nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma.
Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada
hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
c. Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga
cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing,
anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang
yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma.
Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya
penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang influenza.
Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak.
Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang
ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika
akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan
memakai obat pencegah serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran
napas seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan
udara kotor lainnya harus dihindari. Perhatikan obat-obatan yang diminum,
khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-
obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat pengawet
makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.
d. Menggunakan obat-obat antipenyakit asma
Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita
boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi
bila ingin agar gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik.
Pada serangan yang lebih berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat,
sering lebih baik mengkombinasikan dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula
dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian
dikombinasi dengan teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan
kortikosteroid. Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat
dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah serangan
penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan penyakit asma juga
diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan steroid sistemik dapat
dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan
4. Diagnosis apa saja yang mungkin diderita oleh pasien tersebut?
Sindrom loeffler. Sindrom loeffler adalah kumpulan gejala seperti demam, sesak
napas, eosinofilia, dan pada foto Rontgen thorak terlihat infiltrat. Penyakit ini
disebabkan karena investasi larva Ascaris lumbricoides ke paru. Pekerja pembuat
batu bata rentan terhadap penyakit ini karena bahan dasar dari pembuatan batu bata
adalah tanah liat. Tanah liat adalah tempat yang baik bagi A. Lumbricoides untuk
pertumbuhan telurnya
Coal worker pneumokoniosis (CWP). Penyakit ini dikenal sebagai penyakit
penambang batu bata. Penyakit paru ini disebabkan oleh debu – debu yang
berbahaya. Polusi bisa timbul dari penggunaan kayu bakar sebagai bahan utama
proses pembakaran batu bata. Bahan – bahan utama dalam proses pembuatan batu
bata juga mengandung partikel – partikel debu. Bahan utama pembuatan batu bata
yang berpotensi menghasilkan debu adalah sekam )serbuk gergaji) dan batu kapur.
Gejala dari penyakit ini adalah napas dangkal dan lemah, kadang – kadang terdengar
ronki dan wheezing