eritrosit

24
Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248) TIU 1. Memahami dan Menjelaskan Eritrosit Tik 1. Definisi Eritrosit merupakan sel yang telah berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transfer oksigen. Pada mamalia, eritrosit adalah sel yang telah melepaskan inti dan organel- organel sitoplasma lain selama perkembangan. Fungsi Fungsi eritrosit yaitu mengangkut oksigen dalam darah dan membantu mengeluarkan karbon dioksida serta proton yang terbentuk oleh metabolisme jaringan. (Murray et al, 2003) Jumlah Normal Eritrosit total : laki-laki : 4,5 – 5,5 juta/mm 3 Perempuan : 4,5 – 5 juta/mm 3 Usia Eritrosit 120 hari (Sherwood, 2001) Tik 2. Morfologi dan Sifat Morfologi Eritrosit merupakan lempeng bikonkaf berbentuk bulat dengan lengkungan dan berdiameter 8um. eritrosit memiliki kelenturan (fleksibilitas) membran yang memungkinkan eritrosit berjalan pada tempat sempit tanpa mengalami ruptur. Sel ini mampu mengalami deformasi, selain itu juga memiliki Hb yang berperan penting dalam kelenturan O 2. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. (Sherwood ,2001) Pada sediaan darah kering tampak: terpulas merah (asidofil) dengan pulasan leisman/giemsa, sitoplasma homogen dan tidak berinti, dibatasi oleh membran plasma yang merupakan suatu 1

Upload: rahmadhini-elkri

Post on 07-Aug-2015

188 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

eritrosit

TRANSCRIPT

Page 1: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

TIU 1. Memahami dan Menjelaskan Eritrosit

Tik 1. Definisi

Eritrosit merupakan sel yang telah berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transfer oksigen. Pada mamalia, eritrosit adalah sel yang telah melepaskan inti dan organel-organel sitoplasma lain selama perkembangan.

Fungsi

Fungsi eritrosit yaitu mengangkut oksigen dalam darah dan membantu mengeluarkan karbon dioksida serta proton yang terbentuk oleh metabolisme jaringan.

(Murray et al, 2003)

Jumlah Normal

Eritrosit total :

laki-laki : 4,5 – 5,5 juta/mm3

Perempuan : 4,5 – 5 juta/mm3

Usia Eritrosit

120 hari

(Sherwood, 2001)

Tik 2. Morfologi dan Sifat

Morfologi

Eritrosit merupakan lempeng bikonkaf berbentuk bulat dengan lengkungan dan berdiameter 8um. eritrosit memiliki kelenturan (fleksibilitas) membran yang memungkinkan eritrosit berjalan pada tempat sempit tanpa mengalami ruptur. Sel ini mampu mengalami deformasi, selain itu juga memiliki Hb yang berperan penting dalam kelenturan O2. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi.

(Sherwood ,2001)

Pada sediaan darah kering tampak: terpulas merah (asidofil) dengan pulasan leisman/giemsa, sitoplasma homogen dan tidak berinti, dibatasi oleh membran plasma yang merupakan suatu kompleks lipoprotein, dibawah membran plasma terdapat kerangka sel (cytoskeletal).

Sifat

Elastis dan dapat berubah bentuk. Eritrosit mempunyai kecenderungan menempel satu sama lain pada permukaan-permukaan konkafnya sehingga membentuk bangunan tumpukan, fenomena ini disebut “fenomena rouleaux”. Bila plasma bertambah pekat konsentrasinya karena penguapan atau karena penambahan pelarut hipertonik pada darah, maka akan terjadi krenasi.

1

Page 2: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

Tik 3. Mekanisme

Sel induk hematopoietik (HSC, hematopoietic stem cell) adalah sel sumsum tulang yang mampu membentuk semua jenis sel darah dan berasal dari sel induk totipotent-uncommitted. Sel ini berdiferensiasi menjadi sel induk khusus/ committed stem cell (sel progenitor). Selanjutnya berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel darah. Eritropoietin dihasilkan dalam ginjal dan merangsang sel progenitor untuk berdiferensiasi menjadi proeritroblast dan eritroblast.

Tik 4. Retikulosit

- masih mempunyai ribosom & mitokondria- pewarnaan supravital: retikulum- hapusan darah: makrosit & polikromasi- pematangan retikulosit eritrosit: 24-48 jam- kadar dalam darah tepi: 1 - 1,5%

Retikulosit merupakan tahap perkembangan sel darah merah. Tampak agak lebih besar daripada sel darah merah dan tampak kebiruan dengan pulasan romanousky karena adanya sisa-sisa sintesis protein (RNA residu) dengan pulasan supravital dengan “brilliant cresyl blue”, material tersebut tampak sebagai jala-jala atau retikulum. Ada juga pulasan vital yang digunakan untuk membuat sediaan basah dan kering. Sediaan basah dipakai dalam laboratorium rutin sedangkan sediaan kering dipakai jika ingin menyimpan sediaan retikulosit. Jumlah retikulosit menggambarkan produksi eritrosit disumsum tulang. Nilai normal retikulosit adalah 0,5-1,5% dari jumlah eritrosit. Cara yang lebih baik menyebut jumlah eritrosit per ul darah. Nilai normal 25000-75000 retikulosit per ul darah.

Tik 5. Eritropoiesis

Prekursor eritroid → Pronormoblas → normoblas basofil → normoblas polikromatofil → normoblas asidofil → retikulosit → Eritrosit

1 pronormoblas → 16 sel darah merah matur

Komponen dasar eritropoiesis:- Progenitor eritroid- Sitokin ® faktor pertumbuhan hemopoietik

2

Page 3: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

- Hormon: eritropoietin, androgen, tiroksin- Asam amino- Vitamin (terutama B12 & asam folat)- Mineral (terutama besi)

Kecepatan eritropoiesis transpor O2 ke jaringan

Rangsangan eritropoiesis menyebabkan:- meningkatnya jumlah progenitor eritroid- peningkatan sintesis Hb

(pronormoblas ® retikulosit)- mengurangi waktu pematangan prekursor- melepaskan sel darah merah mudah ke darah tepi

Faktor-Faktor Eritropoiesis

Sumsum tulang dalam keadaaan normal menghasilkan sel darah merah, suatu proses yang dikenal sebagai eritropoiesis, dengan kecepatan luar biasa 2-3 juta per detik untuk mengimbangi musnahnya sel-sel tua. Eritropoiesis harus diatur secara ketat untuk menjaga jumlah eritrosit. Ada 3 faktor yang mempengaruhi eritropoiesis:

a)eritropoietin

b)kemampuan respon sumsum tulang (anemia , perdarahan)

c)intergritas proses pematangan eritrosit

Faktor diet essensial untuk produksi eritrosit:

zat besi

tembaga

vitamin tertentu seperti as.folat, vit c dan b12.

(Price,Sylvia A ., 2005)

TIU 2. Memahami dan Menjelaskan biosintesis, fungsi hemoglobin dan reaksi antara oksigen dan hemoglobin

Tik 1. Menjelaskan tentang biosintesis oksigen dan hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan “protein konjugasi”, sebagai intinya Fe dengan rangka protoporphyrin dan globin (tetraphirin). Hemoglobin kaya akan zat besi, zat besi ini menyebabkan warna darah merah. Oleh karena itu hemoglobin dinamakan zat warna darah. Bersama-sama dengan eritrosit, hemoglobin dengan Co2 menjadi karboxy hemoglobin dan warnanya merah tua.

Setiap molekul hemoglobin dawasa normal (HbA) terdiri atas 4 rantai polipeptida α2β2, yang masing-masing dengan gugus hemnya sendiri . hemoglobin dibentuk dari 2 pasang rantai globin yang diikat oleh satu molekul hem. Ada enam macam bentuk normal hemoglobin yaitu hb gower 1, hb gower 2, hb potland yang termasuk hb embrional, juga Hb f yang dominan pada kehidupan janin, dan Hb A juga HbA2 yang merupakan karakteristik dari hemoglobin orang dewasa.

3

Page 4: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

65% hemoglobin disintesis pada stadium eritroblast dan 35% pada stadium retikulosit. Sintesis hemoglobin banyak terjadi dalam mitokondria oleh sederet reaksi biokimia yang dimulai dengan kondensasi glisin dan suksinil. Koenzim A dibawah aksi enzim kunci delta amino laevulicic acid (ALA). Sintase yang membatasi kecepatan vitamin B6 adalah koenzim.

Untuk reaksi ini yang dirangsang oleh eritropoetin dan dihambat oleh hem. Akhirnya protoporphyrin bergabung dengan besi untuk membentuk hem yang masing-masing molekulnya bergabung dengan rantai globin yang terbuat pada poliribosom, kemudian tetramer empat rantai globin dengan masing-masing gugus hemnya sendiri terbentuk dalam kantong untuk membangun molekul hemoglobin. Kadar hemoglobin normal adalah 13-17,5 gr/dL pada pria dan 12-15,5 gr/dL pada wanita. Jika terjadi penurunan kadar hemoglobin maka akan menyebabkan adanya anemia.

Biosintesis Hemoglobin dan Katabolisme Hemoglobin

Sintesis haemoglobin dimulai dalam pro eritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari berikutnya.

I. 2 Suksinil-KoA + 2 glisin

II. 4 pirol → protoporfirin I

III.protoporfirin IX + Fe++ → Heme

IV.Heme + Polipeptida → Rantai hemoglobin (α atauß )

V. 2 rantai α + 2 rantai ß →hemoglobin A

Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer), limpa dan sumsum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferin menuju sumsum tulang untuk membentu sel darah merah baru, atau menuju hati dari jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah oleh sel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati ke dalam empedu.

(Guyton & Hall, 1997).

Tik 2. Fungsi hemoglobin

Mengatur pertukaran O2 dan Co2 dalam jaringan tubuh Mengambil O2 dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh, untuk

metabolisme Membawa Co2 dari jaringan tubuh hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang

Hemoglobin pada eritrosit vertebrata berperan penting dalam

1) pengangkutan oksigen dari organ respirasi ke jaringan perifer

4

Page 5: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

2) pengangkutan karbon dioksida dan berbagai proton dari jaringan perifer ke organ respirasi untyk selanjutnya diekskresikan ke luar

3) menentukan kapasitas penyangga darah.

(Murray, et al, 2003)

Tik 3. Reaksi Hemoglobin dan Oksigen

hem adalah suatu kompleks yang dibentuk dari satu porfirin dan satu atom besi fero. Masing-masing dari keempat atom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel. Atom besi tetap ada dalam bentuk fero sehingga reaksi pengikatan oksigen merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi.

Reaksinya lazim ditulis Hb + O2 DHbO2. Karena setiap molekul hemoglobin mengandung empat unit Hb, molekul ini dapat dinyatakan sebagai Hb4, dan pada kenyataannya bereaksi dengan empat molekul O2 membentuk Hb4O8.

Hb4 + O2 D Hb4O2

Hb4O6 + O2 D Hb4O8

KURVA DISOSIASI HEMOGLOBIN-OKSIGEN:

Tik 4. Peran Fe terhadap Hb

Zat besi merupakan komponen kunci dari HB, apabila tubuh kekurangan zat besi akan menyebabkan system pengantaran O2 dalam tubuh yang akan menyebabkan gejala-gejala sulit bernafas & kondisi kelelahan yang merupakan gejala klasik anemia.

TIU 3. Memahami dan Menjelaskan Terjadinya Anemia

Tik 1. Definisi

Anemia adalah keadaan dimana masa eritrosit atau massa hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.

Kriteria WHO, dinyatakan anemia bila:

5

Page 6: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

Laki-laki dewasa : hemoglobin < 13 g/dl, 20-30%Perempuan dewasa tak hamil : hemoglobin < 12 g/dl, 30-40%Perempuan hamil : hemoglobin < 11 g/dl, 50-70%Anak umur 6-14 tahun : hemoglobin < 12 g/dl, 25-35%Anak umur 6 bulan – 6 tahun : hemoglobin < 11 g/dl, 30-40%

Tik 2. Klasifikasi Klasifikasi morfologi

Berdasarkan morfologi eritrosit pada pemeriksaan apusan darah tepi atau dengan melihat indeks eritrosit. Dengan pemakaian alat hitung hematologi automatic yang semakin luas maka validitas klasifikasi morfologik ini menjadi lebih baik.Macam – macam anemia berdasarkan morfologi eritrosit:A. Anemia hipokromik mikrositer

(MCV < 80 fl, MCH < 27 pg) 1. Anemia defisiensi besi2. Thalassemia3. Anemia akibat penyakit kronik4. Anemia sideroblastik

B. Anemia normokromik normositer(MCV 80-95 fl, MCH 27-34 pg) 1. Anemia pascaperdarahan akut2. Anemia aplastik – hipoplastik3. Anemia hemolitik – terutama bentuk yang didapat4. Anemia akibat penyakit kronik5. Anemia mieloptisik6. Anemia pada gagal ginjal kronik7. Anemia pada mielofibrosis8. Anemia pada sindrom mielodisplastik9. Anemia pada leukemia akut

C. Anemia makrositer(MCV > 95 fl) 1. Megaloblastik

a. Anemia defisiensi folatb. Anemia defisiensi vitamin B12

2. Non-meganoblastika. Anemia pada penyakit hati kronikb. Anemia pada hipotiroidc. Anemia pada sindroma mielodisplastik

Klasifikasi etiopatogenesisA. Produksi eritrosit ↓

1. Kekurangan bahan utuk eritrosita. Besi : anemia defisiensi besib. Vit B.12 dan asam folat : anemia megaloblastik

2. Ganguaan utilisasi besi a. Anemia akibat penyakit kronikb. Anemia siderblastik

3. Kerusakan jaringan sumsum tulanga. Atrofi dengan penggantian oleh jaringan lemak : anemia

aplastik/hipoplastikb. Penggantian oleh jaringan fibrotic/tumor : anemia leukoeritroblastik /

mieloptisik4. Fungsi sumsum tulang berkurang baik karena tidak diketahui

B. Kehilangan eritrosit dari tubuh 1. Anemia pascaperdarahan akut2. Anemia pascapendaran kronik

C. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)

6

Page 7: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

1. Faktor ekstralorpuskulera. Antibody terhadap eritrosit

I. Autoantibody – AIHA II. Isoantibodi - HDN

b. Hipersplenismec. Akibat infeksi bakteri/parasitd. Kerusakan mekanik

2. Faktor intrakorpuskulera. Gangguan membran

I. Hereditary spherocytosisII. Hereditary elliptocytosis

b. Gangguan enzim I. Defisiensi pyruvate kinase

II. Defisiensi G6PDc. Gangguan hemoglobin

I. Hemoglobinopati structuralII. thalassemia

D. Bentuk campuran E. Bentuk yang patogenesisnya belum jelas

Tik 3. Etiologi

Pada dasarnya anemia disebabkan oleh:1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang 2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)3. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)

Beberapa dari penyebab-penyabab yang paling umum termasuk:

Kekurangan vitamin B12. Tipe anemia ini dapat terjadi pada orang-orang yang tidak mampu menyerap vitamin B12 dari usus-usus mereka yang disebabkan oleh sejumlah sebab-sebab: o vegetarian-vegetarian yang ketat yang mungkin tidak mengambil suplemen-

suplemen vitamin yang cukup, atau o peminum-peminum alkohol jangka panjang.

Dapat terjadi rupture dari sel-sel darah merah (hemolytic anemia) yang disebabkan oleh antibodi-antibodi yang melekat pada permukaan dari sel-sel marah (contohnya, penyakit hemolytic dari bayi yang baru dilahirkan dan pada banyak kondisi-kondisi lain).

Bermacam-macam penyakit-penyakit sumsum tulang yang luas dapat menyebabkan anemia. o Contohnya, kanker-kanker yang menyebar (metastasize) ke sumsum tulang (bone

marrow), atau kanker-kanker dari sumsum tulang (seperti leukemia atau multiple myeloma) dapat menyebabkan sumsum tulang menghasilkan secara tidak cukup sel-sel darah merah, berakibat pada anemia.

o Kemoterapi tertentu untuk kanker-kanker dapat juga menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang dan mengurangi produksi sel darah merah, berakibat pada anemia.

o Infeksi-infeksi tertentu mungkin melibatkan sumsum tulang dan berakibat pada perusakan sumsum tulang dan anemia.

o Pasien-pasien dengan gagal ginjal mungkin kekurangan hormon yang diperlukan untuk menstimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang (bone marrow).

7

Page 8: eritrosit

Eritrosit/hemoglobin ↓

Kapasitas angkut oksigen ↓

Anoksia Organ Target(gejala tergantung pada organ yang terkena)

Mekanisme adaptasi (kompensasi) terhadap anemia:Penurunan afinitas Hb terhadap O2 dengan meningkatkan enzim 2,3 DPG (disphospho glycerate)Meningkatkan curah jantung (COP=cardiac output)Redistribusi aliran darah Menurunkan tekanan O2 vena

Gejala Anemia

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

Penyebab umum lain dari anemia disebut anemia dari penyakit kronis. Ini dapat secara khas terjadi pada individu-individu dengan penyakit-penyakit kronis yang berkepanjangan.

Beberapa obat-obat dapat menyebabkan anemia dalam keberagaman cara-cara. Human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immune deficiency syndrome

(AIDS) dapat menyebabkan anemia.

Tik 4. Patofisiologi

Gejala anemia biasanya timbul apabila hemoglobin menurun kurang dari 7 atau 8 g/dl. Berat ringannya gejala tergantung pada berikut ;a. Beratnya penurunan kadar hemoglobinb. Kecepatan penurunan hemoglobin c. Umur; adaptasi orang tua lebih jelek, gejala lebih cepat timbuld. Adanya kelainan kardiovaskuler sebelumnya

Tik 5. Manifestasi

8

Page 9: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

Gejala anemia dapat bervariasi, dibagi menjadi 3 golongan :

Gejala umum

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia. Pada pemeriksaan, pasien tampak pucat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan di baah kuku.

Gejala khas masing-masing anemia

Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan kuku sendok (koilonychia)

Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologik pada defisiensi vitamin B12 Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali dan hepatomegali Anemia aplastik : pendarahan dan tanda-tanda infeksi.

Gejala penyakit dasar

Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya, pada anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala : pembesaran parotis dan warna kuning pada telapak tangan.

Gejala-gejala tambahan mungkin termasuk:

kehilangan rambut, malaise (perasaan umum dari tidak enak badan), dan perburukan persoalan-persoalan jantung.

Tik 6. Diagnosis

Anamnesis

1. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :

Kebutuhan meningkat secara fisiologis masa pertumbuhan yang cepat menstruasi infeksi kronis Kurangnya besi yang diserap asupan besi dari makanan tidak adekuat malabsorpsi besi Perdarahan Perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit Crohn, colitis ulserativa)

2. Pucat, lemah, lesu, gejala pika

9

Page 10: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

Pemeriksaan fisik

anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati stomatitis angularis, atrofi papil lidah ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung  

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan penunjang diagnostik pokok dalam diagnosis anemia. Pemeriksaan yang dilakukan, meliputi :

1. Tes penyaringTes ini dikerjakan pada tahap awal setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi : Kadar hemoglobin Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) Apusan darah tepi

2. Pemeriksaan rutinUntuk mengetahui kelainan pada leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan : LED Hitung diferensial Hitung leukosit

3. Pemeriksaan sumsum tulangPemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis definitif meskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.

4. Pemeriksaan khususPemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, misalnya : Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC (total iron binding capacity), saturasi

transferin dan feritin serum Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12 Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes Coombs, elektroforesis Hb Anemia pada leukimia akut : pemeriksaan sitokimia Anemia aplastik : biopsi sumsum tulang

5. Pemeriksaan non-hematologikPemeriksaan yang diperlukan adalah : Faal ginjal Faal endokrin Asam urat Faal hati Biakan kuman, dll.

10

Page 11: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

11

Anemia sideroblastik

Anemia penyakit kronik

Normal

Perdarahan akut

Page 12: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

Tik 7. Penatalaksanaan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi pada pasien anemia ialah :

- Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnosis definitif yang telah ditegakkan terlebih dahulu.

- Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan

- Pengobatan anemia dapat berupa

a. Terapi untuk mengatasi keadaan gawat darurat

Pada anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah merah yang dimampatkan (packed red cell) untuk mencegah perburukan payah jantung tersebut.

b. Terapi khas untuk masing-masing anemia

Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai. Misla’y preparat besi untuk anemia defisiensi besi,asam folat untuk defisiensi asam folat.

c. Terapi untuk mengobati penyakit dasar

Penyakit dasar anemia harus diobati dengan baik. Jika tidak, anemia akan kambuh kembali. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing

12

Page 13: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

tambang harus diberikan obat anti cacing tambang. Akan tetapi, tidak semua penyebab anemia dapat dikoreksi, seperti anemia yang bersifat familier/herediter.

d. Terapi ex juvantivus

Terapi ini terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat dilakukan. Pada pemberian terapi jenis ini penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respons yang baik terapi diteruskan,tetapi jika tidak terdapat respons maka harus dilakukan evaluasi kembali.

Tik 8. Komplikasi

-     Komplikasi anemia pada umumnya yang ringan dapat berupa ; kurangnya konsentrasi, daya tahan tubuh yang berkurang, sampai yang berat bisa menyebabkan gagal jantung

-     Anemia pada kehamilan dapat memberikan komplikasio    pada ibu berupa ; abortus,kelahiran prematur,waktu bersalin yang

berkepanjangan/lama,pendarahan persalinan,shock,gagal jantungo    Pada anak beruoa ; prematur,kematian janin,cacat bawaan,cadangan besi yang

kurang-     Komplikasi anemia pada anak dapat berupa penurunan kecerdasan, terganggunya

perkembangan koordinasi mental maupun motorik serta mempengaruhi emosi bayi sehingga lebih penakut, ragu- ragu.

- Merasa cepat lelah saat bekerja se1 hingga produktivitas juga menurun.- Karena jantung harus bekerja lebih keras untuk mengkompensasi kekurangan oksigen

di dalam darah akibat anemia, pada akhirnya dapat mengakibatkan serangan jantung atau stroke.

- Jika anemia yang terjadi akibat defisiensi B12, secara bersamaan juga bisa terjadi kerusakan saraf dan gangguan fungsi otak. Karena Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk kesehatan saraf dan fungsi otak.

Tik 9. Prognosis

Anemia umumnya mempunyai prognosis yang sangat baik dan ia mungkin dapat disembuhkan pada banyak kejadian-kejadian. Prognosis keseluruhan tergantung pada penyebab yang mendasari anemia, keparahannya, dan kesehatan keseluruhan pasien.

Tik 10. Pencegahan

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan.

Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.

TIU 4. Memahami dan Menjelaskan Anemia Penyakit Kronis

Tik 1. Definisi

13

Page 14: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

Anemia pada penyakit kronik adalah anemia yang sering dijumpai pada pasien dengan infeksi atau inflamasi kronik maupun keganasan. Anemia ini umumnya ringan atau sedang disertai oleh lemah dan penurunan berat badan. Umumnya anemia pada penyakit kronik ditandai dengan:

1. Kadar hemoglobin darah berkisar antara 7-11 g/dL2. Kadar fe serum menurun disertai dengan TIBC yang rendah3. Cadangan fe meningkat didalam jaringan4. Produksi sel darah merah berkurang

Tik 2. Klasifikasi anemia penyakit kronis

Anemia pada penyakit ginjal kronik

Beberapa penyakit ginjal kronik sering disertai dengan gagalnya respons eritropoitein normal. Pasien yang disertai dengan uremia sering dihubungkan dengan terjadinya anemia kronik dan pada keadaan tersebut bias terjadi pansitopenia disebabkan depresi atau penekanan semua elemen sumsum tulang.

Tingkat keparaha anemia dihubungkan dengan keparahan dari kegagalan ginjal sendiri. Gagal ginjal akut dengan nekrosis tubuler akut dihubungkan dengan cepatnya perkembangan anemia sedang sampai berat , dengan kadar Hb 7-9%. Gagal ginjal yang progresif dengan nilai BUN lebih dari 50 mg/dl dan kreatinin serum lebih dari 2 mg/dl dihubungkan dengan lebih beratnya tingkat anemia (<7 g%).

Pemeriksaan besi sangat penting baik untuk diagnosis maupun untuk terapi pasien anemia karena penyakit ginjal.

Beberapa karakteristik anemia yang terjadi adalah: 1) normositik normokronik, 2) MCV normal 3) kadar Hb bisa rendah sampai 4-5 g/dl, 4) jumlah retikulosit rendah, 5) leukositosis, 6) jumlah trombosit yang normal, 7) hiperselular sumsum tulangdari seri myeloid, dan 8) tidak adanya polikromasi yang terlihat pada sediaan apus darah tepi.

Anemia pada penyakit hati

Karakteristik anemia yang terjadi adalah adanya gambaran makrositosis ringan.hasil pemeriksaan sumsum tulang lebih mengarah pada gambaran makronormoblastik daripada megaloblastik.

Terapi yang disarankan pada anemia akibat penyakit hati adalah pemberiaan transfusi trombosit dan darah apabila terjadi perdarahan gastrointestinal.

Anemia pada kelainan endokrin

Hipotiroid

Anemia cukup sering terjadi pada kasus hipotiroid. Biasanya berupa anemia normositik normokromik tetapi dapat pula memberi gambaran anemia hipokromik karena berhubungan dengan defisiensi besi, maupun gambaran anemia makrositik karena kekurangan vitamin B12.Pada pemeriksaan sumsum tulang biasanya berlemak dengan gambaran hiposelular, dan eritropoiesis yang normoblastik.

Anemia karena infiltrasi sumsum tulang

14

Page 15: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

Sumsum tulang biasa diinfiltrasi oleh penyakit non-neoplastik (storage disease) atau neoplastik. Pada storage disease, diagnosis sangat mudah ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yaitu adanya splenomegali, dan hasil pemeriksaan aspirasi sumsum tulang.

Anemia sideroblastik

Anemia jenis ini merupakan kelompok anemia yang heterogen.Gambaran klinis yang terjadi pada anemia jenis ini biasanya bervariasi dari ringan sampai berat, terdapat riwayat tidak respons terhadat terapi besi jangka lama, timbul hepatosplenomegali, terdapat gambaran yang berhubungan dengan penyakit (seperti leukemia, penyakit general, keracunan obat), dan tibul penumpukan besi yang progresif pada saat transfuse.Anemia sideroblastik jarang terjadi pada pasien dengan anemia defisiensi vitamin B6. Hal ini dapat terjadi pada sejumlah pasien yang mengkonsumsi piridoksin secara adekuat.

Tik 3. Etiologi dan Patogenesis

Hampir semua infeksi supuratif kronis berkaitan dengan anemia. Derajat anemia sebanding dengan berat ringannya gejala seperti demam, penurunan berat badan dan debilitas umum. Untuk terjadinya anemia memerlukan waktu 1-2 bulan setelah infeksi terjadi dan menetap, setelah terjadi keseimbangan antara produksi dan penghancuran eritrosit dan hemoglobin menjadi stabil.

a. Pemendekan masa hidup eritrositAnemia yang terjadi diduga merupakan bagian dari sindrom stress hematologik, dimana terjadi produksi sitokin berlebih karena kerusakan jaringan akibat infeksi, inflamasi atau keganasan.Sitokin tersebut dapat menyebabkan sekuestrasi makrofag sehingga mengikat lebih banyak zat besi, meningkatkan destruksi eritrosit di limpa, menekan produksi eritropoietin oleh ginjal dan menyebabkan perangsangan yang inadekutat pada eritopoiesis di sumsum tulang.pada keadaan lebih lanjut, mal nutrisi dapat menyebabkan penurunan transformasi T4 menjadi T3, menyebabkan hipotiroid fungsional dimana terjadi penurunan kebutuhan hemoglobin yang mengangkut oksigen sehingga sintesis eritopoietin pun akhirnya berkurang.

b. penghancuran eritrositbeberapa penelitian membuktikan bahwa masa hidup eritrosit memendek sekitar 20-30% pada pasien.defek ini terjadi di ekstrakorpuskular, karna kalau eritrosit pasien ditransfusikan ke resipien maka dapat hidup normal.Aktifitas makrofag oleh sitokin menyebabkan daya fagositosis makrofag tersebut meningkat dan sebagai bagian dari filter limpa (complusive screening), menjadi kurang toleran terhadap perubahan /kerusakan minor dari eritrosit.

c. Produksi eritrosit- Gangguan metabolisme zat besi

Kadar zat besi yang rendah meskipun cadangan besi cukup menunjukan adanya gangguan metabolisme zat besi pada penyakit kronik. Hal ini memberikan konsep bahwa anemia disebabkan oleh penurunan kemampuan fe dalam sintesis hemoglobin.

15

Page 16: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

- Fungsi sumsum tulang

Meskipun sumsum tulang normal dapat mengkonpensasi pemendekan masa hidup eritrosit, tetapi tetap dibutuhkan stimulus eritopoietin oleh hipoksia akibat anemia. Pada penyakit kronik kompensasi yang dilakukan tidak sesuai karena berkurangnya penglepasan / menurunnya respon terhadap eritopoietin.penelitian pada eritopoietin menunjukan hasil yang berbeda-beda beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kadar eritopoietin tidak berbeda makna pada pasien anemia tanpa kelainan kronis, dan penelitian yang lain mengatakan bahwa penurunan produksi eritopoietin sebagai respon terhadap anemia sedang hingga berat.

Penurunan produksi eritopoietin disebabkan oleh sitokin seperti IL-1 dan TNF-α yang dikeluarkan oleh sel-sel yang cedra. Penelitian in vitro pada sel hepatoma menunjukan bahwa sitokin-sitokin ini mengurangi sintesis eritopoietin.

Sitokin ada tiga jenis yaitu TNF-α, IL-1 dan TNF-δ ditemukan didalam plasma pasien dengan penyakit inflamasi/kanker dan mempunyai hubungan langsung antara kadar sitokin ini dengan beratnya anemia. TNF-α dihasianlkan oleh makrofag aktif dan kalau di kultur pada sumsum tulang manusia ia akan menekan eritopoiesis pada pembentukan BFU-E dan CFU-E, penelitian terkini menunjukan efek TNF-α ini melalui TNF-δ yang di induksi oleh TNF dari sel stroma. IL-1 berperan dalam berbagai manifestasi inflamasi juga terdapatdalam serum penderita penyakit kronik. Pada kultur sumsum tulang IL-1 menekan pembentukan CFU-E.

Penyebab Anemia penyakit Kronik

1. Infeksi kronika. Tuberculosis parub. Infeksi jamur kronikc. Bronkhiektasisd. Penyakit radang panggul kronike. Osteomielitis kronikf. Infeksi saluran kemih kronikg. Kolitis kronik

2. Inflamasi kronika. Arthritis rematoidb. Lupus eritematosus sistemikc. Inflammatory bowel diseased. Sarkoidosise. Penyakit kolagen lain

3. Neoplasma ganasa. Karsinoma : ginjal, hati, kolon, pancreas, uterus, dllb. Limfoma maligna : limfoma Hodgkin dan limfoma non-hodgkin

16

Page 17: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

Tik 4. Diagnosis

Pemeriksaan Laboratorium

Umumnya normokrom-normositer (banyak juga yg hipokrom) MCHC <31 g/dL, MCV <80fL Nilai retikulosit absolut: normal atau sedikit meningkat Fe serum turun (hipoferemia) kondisi sine qua non untuk dignosis anemia

penyakit kronis Konsentrasi transferin menurun

Penurunan kadar transferin setelah sesuatu jejas terjadi lebih lambat daripada penurunan kadar Fe serum karena waktu paruh transferin lenih lama (8-12 hari) dibandingkan dengan Fe (90 menit) dan karena fungsi metabolik yang berbeda.

Diganosis banding

Meskipun banyak pasien dengan infeksi kronik, inflamasi dan keganasan menderita anemia, anemia tersebut disebut anemia pada penyakit kronis hanya jika anemia sedang, selularitas sumsum tulang normal, kadar besi serum dan TIBC rendah, kadar besi dalam makrofag dalam sumsum tulang normal atau meningkat, serta feritin serum yang meningkat.

Penyebab anemia yang merupakan diagnosis banding:

1. Anemia dilusional. Pada penyakit kronis terutama pada keganasan stadium lanjut.2. Drug-induced marrow suppression atau drug-induced hemolysis. Pada penekanan

sumsum tulang akibat obat, kadar besi serum tinggi. Pemeriksaan hitung retikulosit, haptoglobin, bilirubin LDH dan tes Coombs harus dilakukan untuk menyingkirkan hemolisis.

3. Perdarahan kronis.4. Thalasemia minor.5. Gangguan ginjal umur eritrosit memendek dan terdapat kegagalan sumsum

tulang.6. Metastasis pada sumsum tulang.

Tik 5. Gambaran klinik

Anemia penyakit kronik umumnya terjadi pada derajat ringan-sedang. Sering kali gejalanya tertutup oleh gejala penyakit dasarnya, karna kadar hemoglobin sekitar 7-11 gr/dL umumnya asimtomatik. Tetapi kalu terdapat demam atau debilitas fisik tinggi, pengurangan kapasitas transport oksigen jaringan akan memperjelas gejala anemia atau akan memperberat keluhan sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik umumnya hanya dijumpai konjungtiva yang pucat tanpa kelainan yang khas.

Tik 6. Penatalaksanaan

a. Transfusi

Merupakan pilihan pada kasus yang disertai gangguan hemodinamik.

17

Page 18: eritrosit

Skenario 1 B. 15 Rinda putri anggraini (1102009248)

Beberapa literatur disebutkan bahwa pasien anemia penyakit kronik yang terkena infark miokard, transfusi dapat menurunkan angka kematian secara bermakna.

Pada pasien anemia akibat kanker kadar Hb dipertahankan 10-11 gr/dL.

b. Preparat besi

Beberapa berpendapat bahwa dapat mencegah pembentukan TNF-α. Pada penyakit inflamasi usus dan gagal ginjal dapat meningkatkan kadar Hb.

c. Eritoprotein

Bermanfaat untuk pasien anemi akibat kanker, gagal ginjal, mieloma multipel, artritis reumatoid dan pasien HIV.

Mempunyai efek anti inflmasi dengan cara menekan produk TNF-α dan interferon-ɣ.

Menambah proliferasi sel-sel kanker ginjal serta meningkatkan rekurensi pada kanker kepala dan leher.

Terdapat tiga jenis eritropoietin: eritropoietin alfa, eritropoietin beta, dan darbopoietin. Masing-masing berbeda struktur kimiawi, afinitas terhadap reseptor, dan waktu paruhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Murray, RK et al. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. EGC : Jakarta.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC: Jakarta.

Soeparman, Waspadji S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V Jilid II. FKUI Jakarta.

Bakta, I Made. 2007. Hematologi Klinik Ringkasan. EGC : Jakarta

http://sehatkita.com/artikel.php?kategori=anemia&idartikel=0

http://mediatangsel.com/gejala-anemia-pencegahan-anemia-dan-obat-anemia.html

http://community.um.ac.id/showthread.php?54419-Anemia-karena-penyakit-kronis

18