es krim_rosita kusumaningastuti_13.70.0108_c1_unika soegijapranata

17
Acara III ES KRIM LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU Disusun oleh:  Nama : Rosita Kusumaningastuti  NIM : 13.70.0108 Kelompok C1 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2016

Upload: praktikum-tpsusu

Post on 05-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 1/17

Acara III

ES KRIM 

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU 

Disusun oleh:

 Nama : Rosita Kusumaningastuti

 NIM : 13.70.0108

Kelompok C1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2016

Page 2: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 2/17

 

1

1.  TOPIK DAN TUJUAN PRAKTIKUM

1.1.  Topik Praktikum

Pada tanggal 26 Juni 2016 diadakan praktikum Teknologi Pengolahan Susu dengan materi

 praktikum adalah “Es Krim” yang dimulai pada pukul 15.00 WIB di Laboratorium Rekayasa

Pangan. Es Krim dibuat dengan 2 tipe yaitu menggunakan custard  atau yang biasa disebut

 French Ice Cream dan tanpa menggunakan custard  atau yang biasa disebut Philadelphia Ice

Cream.

1.2.  Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan es krim dengan bahan dasar yang

 berbeda, yaitu dengan custard   dan tanpa custard . Selain itu, praktikum ini juga bertujuan

untuk mengetahui perbedaan kedua jenis es krim tersebut berdasarkan karakteristik fisiknya,

meliputi kenampakan, tekstur, dan overrun serta karakteristik organoleptiknya.

Page 3: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 3/17

2

2.  HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan uji sensori dan overrun pada praktikum es krim dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Uji Sensori dan Overrun Es Krim

Kelompok Formula Waktu  Flavor Rasa Tekstur Overrun

C1  Mix 1Setelah penyimpanan 4-6 jam ++ Kuat, agak manis Kasar

116,67%Setelah proses pemecahan kristal ++ Kuat, agak manis Halus

C2  Mix 1Setelah penyimpanan 4-6 jam ++ Kuat, agak manis Kasar

108,30%Setelah proses pemecahan kristal ++ Kuat, agak manis Kasar

C3  Mix 1Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Kuat, manis Kasar

125,00%Setelah proses pemecahan kristal +++ Kuat, manis Halus

C4  Mix 2Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Kuat, agak manis Kasar

125,00%Setelah proses pemecahan kristal +++ Kuat, agak manis Kasar

C5  Mix 2Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Kuat, manis Kasar

125,00%Setelah proses pemecahan kristal +++ Kuat, manis Halus

Keterangan:

  Rasa : meliputi rasa susu (kuat atau tidak) dan tingkat kemanisan (tidak manis, agak manis, manis, atau sangat manis)

  Tekstur : ukuran Kristal es saat dirasakan (kasar atau halus)

  Flavor : Tidak creamy : +

Agak creamy : ++Creamy : +++

Sangat creamy : ++++ 

Pada Tabel 1., dapat dilihat bahwa digunakan 2 formulasi pada praktikum pembuatan es krim ini, yang pertama yaitu tanpa penggunaan

custard  (kelompok C1 hingga C3) dan yang kedua yaitu dengan penggunaan custard  (kelompok C4 dan C5). Flavor  yang ditemukan yaitu

agak creamy pada kelompok C1 dan C2 baik setelah penyimpanan ataupun setelah proses pemecahan kristal. Pada kelompok C3 hingga

C5 ditemukan  flavor -nya creamy  baik setelah penyimpanan ataupun setelah proses pemecahan kristal. Pada kelompok C3 dan C5

Page 4: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 4/17

3

ditemukan rasa dari es krim kuat dan manis, sedangkan kelompok lain rasa yang ditemukan kuat dan agak manis. Pada dasarnya, tekstu

yang ditemukan setelah proses pemecahan kristal yaitu es krim semakin halus, namun hal ini tidak ditemukan pada kelompok C2 dan C4

karena tekstur yang ditemukan tetap kasar. Overrun tertinggi diperoleh kelompok C3 hingga C5 yaitu 125,00%, sedangkan yang terendah

diperoleh kelompok C2 yaitu sebesar 108,30%.

Page 5: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 5/17

 

4

3.  PEMBAHASAN

Es krim merupakan salah satu produk olahan dari susu yang dibuat dalam bentuk semi beku.

Proses pembuatan es krim memerlukan pemerangkapan udara ke dalam adonan sehingga

diperlukan mixer . Udara yang terdapat pada es krim tersebut dibekukan pada suhu dibawah

titik beku air. Udara tersebut mampu mempengaruhi volume dari es krim. Nutrisi es krim lebih

tinggi dibandingkan produk asalnya karena sudah melalui penambahan bahan lain (Handayani

et al., 2014). Temiz & Ahmet (2010) menambahkan bahwa es krim dapat dianggap sebagai

suspensi dari aerasi kristal lemak dan air di dalam larutan gula yang sangat terkonsentrasi dan

mengandung hidrokoloid, misel kasein, protein.

Es krim ada 3 kategori yaitu standar, premium, dan super premium. Ketiganya dibedakan

 berdasar kandungan lemak dan komposisi padatan bukan lemaknya. Kadar lemak paling tinggi

dimiliki oleh es krim super premium yaitu ± 17% dan padatan bukan lemaknya ± 9,25%. Es

krim premium menganduk lemak sebanyak 15% dan padatan bukan lemak sebesar 10%,

sedangkan es krim standar memiliki kandungan lemak 10% dan padatan bukan lemak sebesar

11%. Pada dasarnya, es krim yang diproduksi secara komersial oleh industri modern memiliki

kandungan 10-16% lemak susu, 9-12% padatan bukan lemak, 12-16% gula, 0,2-0,5%

 stabilizer   atau emulsifier , dan 55-64% air (Hartatie, 2011). Tekstur dari es krim sangat

tergantung dari komposisi adonan seperti globula lemak, jumlah udara, ukuran sel udara,

viskositas dari fase cair, dan ukuran kristal es (Temiz & Ahmet, 2010). Toker et al. (2013)

 juga menambahkan bahwa kualitas akhir es krim juga bergantung pada proses yang dilakukan

selama produksi meliputi pasteurisasi, homogenisasi, dan freezing .

3.1.  Cara Kerja dan Bahan

Pada praktikum pembuatan es krim kali ini menggunakan 2 mix  perbedaannya yaitu pada

 bahan yang digunakan. Pada pembuatan mix  1, mula-mula sebanyak 142 gram whipping

cream bubuk dicampur dengan 284 ml air dingin. Kemudian sebanyak 284 ml susu full cream,

100 gram icing sugar , dan 3 tetes essens vanila diaduk merata bersama dengan whipping

cream tadi. Bennion & Hughes (1975) mengatakan bahwa whipping cream merupakan produk

yang dihasilkan dari pengocokan krim dan memiliki kandungan lemak dalam krim sekitar

25%, sehingga whipping cream  dapat dijadikan sebagai sumber lemak. Air dingin yang

Page 6: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 6/17

5

digunakan tersebut untuk meningkatkan sifat pengocokan dari whipping cream. Reineccius et

al., (1994) menambahkan bahwa susu  full cream  digunakan untuk membentuk body,

membentuk teksur pada es krim, serta meningkatkan kualitas dari es krim yang dihasilkan.

Penambahan icing sugar bertujuan untuk memberikan rasa manis serta gula dapat berfungsi

untuk mempengaruhi struktur es krim yang dihasilkan karena gula bersifat menyerap air

sehingga mampu mengurangi pembentukan kristal es (Sulistyowati, 2000). Handayani et al.,

(2014) menambahkan bahwa gula merupakan satu-satunya sumber bahan padat dimana

karakteristiknya mampu memperlambat waktu leleh. Essens vanila berperan sebagai

 pembentuk  flavor   dan rasa sehingga produk yang dihasilkan dapat lebih diterima oleh

konsumen (Goff, 2011).

Volume cairan mix  1 tadi diukur, kemudian dilakukan pengocokan menggunakan mixer  

dengan kecepatan tinggi dan cepat pada wadah  stainless steel  yang diletakkan pada wadah

 berisi es batu. Pengocokan merupakan kunci dari pembuatan es krim. Melalui pengocokan

maka gelembung udara dapat terdispersi pada adonan sehingga menghasilkan busa yang

seragam dan homogen (Hartatie, 2011). Es batu digunakan untuk menjaga suhu adonan agar

tetap dingin. Pengocokan adonan beserta krim pada suhu di bawah 10oC, mampu

meningkatkan dispersi lemak sehingga viskositasnya juga meningkat dimana viskositas

mempengaruhi sifat pengocokan adonan (Bennion & Hughes, 1975). Pengocokan dihentikan

apabila adonan sudah mencapai pengembangan yang seimbang. Kemudian volume adonan

diukur kembali untuk menghitung overrun-nya. Adonan es krim dimasukkan ke dalam freezer  

dengan kondisi tertutup selama 4-6 jam. Setelah itu, dilakukan analisa dan es krim dikocok

lagi lalu disimpan. Setelah 4-6 jam lagi, es krim dikocok dan disimpan hingga beku. Es krim

yang sudah beku merupakan hasil akhir produk es krim. Selama freezing, maka sebagian dari

air akan mengalami perubahan bentuk menjadi kristal es. Adonan disimpan pada  freezer

 bertujuan untuk pembekukan adonan secara cepat sehingga tekstur es krim menjadi lebih

lembut dan terbentuknya kristal es yang besar dapat terhindar (Buckle et al ., 1987).

Pengocokan ulang yang dilakukan bertujuan untuk memperkecil tekstur Kristal es yang sudah

terbentuk (Hartatie, 2011).

Pada pembuatan mix  2, mula-mula sebanyak 368 gram whipping cream  cair dikocok

menggunakan mixer   dengan kecepatan tinggi dan cepat pada wadah  stainless steel   yang

Page 7: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 7/17

6

diletakkan pada wadah berisi es batu. Bennion & Hughes (1975) menyatakan bahwa whipping

cream merupakan produk yang dihasilkan dari pengocokan krim dan memiliki kandungan

lemak dalam krim sekitar 25%, sehingga whipping cream  dapat dijadikan sebagai sumber

lemak. Selain itu, dapat berperan untuk pengembangan dan pembentukan krim dan tekstur.

Pengocokan yang dilakukan memiliki tujuan untuk meningkatkan gumpalan lemak.

Pengocokan ini perlu dilakukan pada suhu rendah untuk meningkatkan viskositas yang akan

mempengaruhi sifat pengocokan krim. Whipping cream yang telah mengembang (adonan 1)

dan kaku ditutup dengan cling wrap dan disimpan pada chiller . Pada wadah yang lain, 100

gram gula castor , 3 butir kuning telur, dan 3 tetes essens vanila dicampurkan dan dikocok

hingga mengembang dan warnanya agak keputihan. Penambahan gula bertujuan untuk

memberikan rasa manis serta mempengaruhi struktur es krim yang dihasilkan karena gula

 bersifat menyerap air sehingga mampu mengurangi pembentukan kristal es (Sulistyowati,

2000). Gula juga merupakan satu-satunya sumber bahan padat dimana karakteristiknya

mampu memperlambat waktu leleh (Handayani et al., 2014). Goff (2011) menambahkan

 bahwa essens vanila diberikan untuk memberi bentuk flavor  dan rasa sehingga produk yang

dihasilkan dapat lebih diterima oleh konsumen. Gula ditambahan terpisah dengan pengocokan

krim agar proses pengocokan krim tidak terjadi penurunan volume dan kekakuan krim.

Pengocokan ini merupakan proses homogenisasi untuk memperkecil partikel lemak,

melembutkan adonan, serta mempengaruhi kekentalan sehingga tekstur dan body  es krim

menjadi baik (Potter & Hotchkiss, 1996). Sedangkan kuning telur yang ditambahkan berfungsi

sebagai pengemulsi. Kuning telur dimaksudkan untuk membantu pembentukan tekstur yang

halus dan stabil serta meningkatkan pembentukan buih sehingga overrun yang diinginkan

dapat tercapai (Alfaifi & Stathopoulos, 2010).

Kemudian, 200 ml susu  full cream  dipanaskan hingga mendidih kemudian dicampurkan

dengan adonan telur tadi sembari diaduk secara perlahan (adonan 2). Adonan 2 dipanaskan

hingga mengental dan harus diperhatikan agar tidak overcooked , kemudian custard   dapat

didinginkan dan diukur volumenya. Reineccius et al., (1994) menyatakan bahwa susu  full

cream  digunakan untuk membentuk body, membentuk teksur pada es krim, serta

meningkatkan kualitas dari es krim yang dihasilkan. Pemanasan akan menyebabkan terjadinya

dekomposisi laktosa membentuk senyawa kompleks yang berwarna coklat (Adnan, 1984).

Bennion & Hughes (1975) menambahkan bahwa ketika susu dipanaskan maka lapisan lemak

Page 8: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 8/17

7

akan terbentuk dan memecah lapisan protein pada sekitar globula lemak, sehingga globula

lemak menjadi keras dan menyatu. Proses pemanasan juga berlaku sebagai proses pasteurisasi

untuk membunuh bakteri patogen yang pada adonan dan bahan lain (Potter & Hotchkiss,

1996).

Pendinginan dapat dilakukan selama kurang lebih 1 jam pada chiller . Setelah 1 jam, adonan 1

dan 2 dicampurkan hingga merata. Kemudian volume adonan diukur kembali untuk

menghitung overrun-nya. Adonan es krim dimasukkan ke dalam  freezer   dengan kondisi

tertutup selama 4-6 jam. Setelah itu, dilakukan analisa dan es krim dikocok lagi lalu disimpan.

Setelah 4-6 jam lagi, es krim dikocok dan disimpan hingga beku. Es krim yang sudah beku

merupakan hasil akhir produk es krim. Selama  freezing, maka sebagian dari air akan

mengalami perubahan bentuk menjadi kristal es. Adonan disimpan pada  freezer  bertujuan

untuk pembekukan adonan secara cepat sehingga tekstur es krim menjadi lebih lembut dan

terbentuknya kristal es yang besar dapat terhindar (Buckle et al ., 1987). Pengocokan ulang

yang dilakukan bertujuan untuk memperkecil tekstur kristal es yang sudah terbentuk (Hartatie,

2011). Pada dasarnya metode dan bahan yang digunakan pada mix 2 kurang lebih sama pada

mix  1 namun ada beberapa perbedaan yaitu adanya penambahan kuning telur dan adanya

 proses pemanasan.

3.2.  Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa dari kedua formulasi yang

digunakan pada praktikum pembuatan es krim ini memperoleh hasil yang berbeda-beda. Mix 

1 yaitu tanpa penggunaan custard   (kelompok C1 hingga C3) dan mix  2 yaitu dengan

 penggunaan custard  (kelompok C4 dan C5). Flavor  yang ditemukan yaitu agak creamy pada

kelompok C1 dan C2 baik setelah penyimpanan ataupun setelah proses pemecahan kristal.

Pada kelompok C3 hingga C5 ditemukan  flavor -nya creamy  baik setelah penyimpanan

ataupun setelah proses pemecahan kristal. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Goff (2011)

 bahwa kuning telur yang ditambahkan pada kelompok C4 dan C5 dapat membuat tekstur es

krim menjadi lebih lembut dikarenakan kuning telur mampu menstimulasi penyatuan globula

lemak serta melekatkan globula lemak dengan udara. Marshall & Arbuckle (1996) juga

menambahkan bahwa dengan adanya kandungan lemak yang tinggi maka Kristal es yang

terbentuk lebih kecil dan tekstur menjadi lembut. Hal ini pula yang mendukung bahwa pada

Page 9: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 9/17

8

kelompok C4 dan C5 memiliki tekstur yang lebih creamy dibandingkan dengan kelompok C1

dan C2. Whipping cream mengandung komposisi lemak ± 30% (Padaga & Sawitri, 2005).

Lemak tersebut menurut Jeremiah (1996) dapat memperkaya flavor  serta membentuk tekstur

es krim lebih lembut dan creamy. Berdasarkan formulasi yang ada, mix 2 memiliki kandungan

lemak lebih tinggi dibandingkan dengan mix  1 dilihat dari jumlah whipping cream-nya.

 Namun pada C3 ditemukan ketidaksesuaian, yang dapat disebabkan karena  flavor   ini

dipengaruhi oleh pengocokan yang dilakukan lebih baik sehingga gelembung udara dapat

terdispersi pada adonan secara merata serta lemak dapat terpecah semua sehingga

menghasilkan busa yang seragam, homogen, flavor -nya pun lebih creamy walau penggunaan

lemak tidak sebanyak mix  2 (Hartatie, 2011). Pada semua kelompok setelah penyimpanan

maupun setelah proses pemecahan kristal es tidak terjadi perubahan, padahal seharusnya flavor  lebih kuat. Ketidaksesuaian juga dapat berasal dari adanya kesalahan pada saat sensori

karena tidak dilakukan prosedur sensori yang benar. Sampel yang diuji sensori hanya

dibandingkan antar kelompok dilakukan sendiri-sendiri setelah penyimpanan dan setelah

 proses pemecahan kristal es sehingga tidak dapat membandingkan secara langsung sampel

dari proses setelah penyimpanan dengan setelah proses pemecahan kristal es. Kartika et al.,

(1988) menyatakan bahwa uji sensori merupakan cara untuk mengetahui kualitas bahan

 pangan secara objektif berdasarkan pada alat indera manusia yang bersifat subjektif.

Pada kelompok C3 dan C5 ditemukan rasa dari es krim kuat dan manis, sedangkan kelompok

lain rasa yang ditemukan kuat dan agak manis. Hal ini sudah sesuai untuk kelompok C1, C2,

dan C5 dikarenakan rasa berasal dari gula yang ditambahkan. Pada mix  2 menggunakan

tambahan gula castor , sedangkan mix  1 menggunakan icing sugar . Menurut pernyataan

Gautara & Soersono (2005), icing sugar memiliki tingkat kemanisan yang tidak terlalu manis

karena berasal dari gula yang telah dihaluskan menjadi bubuk dan diproduksi dengan

 pencampuran tepung pati jagung atau tepung terigu, sedangkan gula castor  berupa seperti gula

 pasir dan memiliki rasa yang sangat manis. Namun terjadi ketidaksesuaian pada kelompok C3

dan C4 karena justru ditemukan kelompok C3 mendapat rasa es krim manis, sedangkan C4

rasanya agak manis. Selain itu, tidak ada perubahan dari sampel setelah penyimpanan dengan

sampel setelah pemecahan kristal es, padahal seharusnya hasil menjadi lebih kuat karena

adanya pemecahan kristal es melepas rasa manis yang terperangkap (Bennion & Hughes,

1975). Hal ini dapat terjadi karena adanya kesalahan pada sensori. Kartika et al., (1988)

Page 10: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 10/17

9

menyatakan bahwa uji sensori merupakan cara untuk mengetahui kualitas bahan pangan

secara objektif berdasarkan pada alat indera manusia yang bersifat subjektif.

Pada dasarnya, tekstur yang ditemukan setelah proses pemecahan kristal yaitu es krim semakin

halus, namun hal ini tidak ditemukan pada kelompok C2 dan C4 karena tekstur yang

ditemukan tetap kasar. Kelompok C1, C3, dan C5 sudah sesuai karena setelah pemecahan

kristal es, teksturnya menjadi lebih halus dibandingkan dengan setelah penyimpanan. Hal ini

menunjukkan bahwa mixing  ulang yang dilakukan sudah maksimal untuk memperkecil tekstur

es krim. Sesuai teori Hartatie (2011) bahwa pengocokan ulang yang dilakukan bertujuan untuk

memperkecil tekstur kristal es yang sudah terbentuk. Namun masih ditemukan

ketidaksesuaian pada kelompok C2 dan C4 dimana teksturnya masih tetap kasar setelah proses

 pemecahan kristal es. Hal ini dapat disebabkan karena proses freezing  yang kurang baik, bahan

tidak seimbang tercampur, dan proses mixing  yang kurang optimal. Bisa saja sampel es krim

yang diambil yang tidak terkena mixer   sehingga teksturnya masih kasar, karena mixing

dilakukan langsung pada tempatnya sehingga tidak diketahui bagian yang sudah terkena

mixer . Herschdoefer (1986) menambahkan bahwa lebih baik menggunakan dalam  freezer  

dengan temperatur yang rendah agar es krim mendapatkan tekstur yang baik.

Hasil overrun  tertinggi diperoleh kelompok C3 hingga C5 yaitu 125,00%, sedangkan yang

terendah diperoleh kelompok C2 yaitu sebesar 108,30%. Overrun  merupakan pengukuran

terhadap banyak atau sedikitnya udara yang terperangkat di dalam es krim. Semakin banyak

udara yang terperangkap maka semakin besar volume produk tersebut. Es krim yang

 berkualitas baik memiliki overrun  70-100% (Handayani et al., 2014). Berdasarkan teori

tersebut, es krim yang dihasilkan pada praktikum ini sudah baik dikarenakan nilai overrun-

nya berada di atas 100%. Namun, overrun yang terlalu tinggi justru akan membuat udara di

dalam es krim terlalu banyak sehingga es krim menjadi terlalu ringan dan mudah meleleh di

mulut. Hasil praktikum ini sudah sesuai dengan pernyataan Potter & Hotchkiss (1996) bahwa

overrun dari mix 2 dapat lebih besar dibandingkan dengan mix 1 karena adanya penambahan

kuning telur pada proses pembuatannya yang berfungsi untuk meningkatkan

 pengembangannya. Namun hal ini tidak sesuai pada kelompok C3 karena nilai overrun-nya

setinggi kelompok C4 dan C5 walaupun merupakan mix 1. Hal ini dapat terjadi dikarenakan

kesalahan pengukuran volume karena pengukuran hanya dengan penggaris dan sampel

Page 11: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 11/17

10

diratakan secara manual, sehingga mungkin terjadi perbedaan ketinggian. Namun, bisa juga

dikarenakan homogenisasi yang sangat baik. Handayani et al.  (2014) menyatakan bahwa

tinggi rendahnya overrun dipengaruhi oleh proses homogenisasi, dimana kecepatan baling-

 baling mixing   dan putaran alir mixing   mampu mempengaruhi penangkapan udara karena

mampu mengubah partikel udara yang besar dipecahkan menjadi gelembung kecil.

Page 12: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 12/17

 

11

4.  KESIMPULAN

  Proses pembuatan es krim tanpa penambahan custard  melalui tahapan meliputi mixing ,

homogenisasi, dan freezing .

  Proses pembuatan es krim dengan penambahan custard   melalui tahapan mixing ,

 pasteurisasi, homogenisasi, dan freezing .

  Flavor creamy pada es krim mix 1 lebih rendah dibandingkan mix 2 karena kandungan

lemaknya lebih rendah.

  Tingkat kemanisan pada mix 1 lebih rendah dibandingkan mix 2 karena penggunaan jenis

gula yang berbeda.

 

Tekstur es krim setelah mengalami pemecahan kristal es lebih halus dibandingkan setelah

 proses penyimpanan.

  Overrun pada mix 2 lebih tinggi dibandingkan mix 1 karena adanya kandungan kuning

telur pada mix 2.

Semarang, 2 Juni 2016

Praktikan (Kelompok C1) Asisten Praktikum:

Beatrix Restiani

Rosita Kusumaningastuti

(13.70.0108)

Page 13: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 13/17

 

12

5.  DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Mochamad. (1984).  Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset.

Yogyakarta.

Alfaifi, M. S. & Stathopoulos, C. E. (2010). Effect of egg yolk substitution by sweet whey

 protein concentrate (WPC), on physical properties of Gelato ice cream.  International

 Food Research Journal 17: 787-793.

Bennion, M. & O. Hughes. (1975). Introductory Foods. Macmillan Publishing Co, Inc. NewYork.

Buckle, K. A.; R. A. Edwards; G. H. Fleet; M. Woottom. (1987). Ilmu Pangan (Terjemahan).

Jakarta. U I Press.

Gautara & Soersono. (2005). Dasar Pengolahan Gula. IPB Press. Bogor.

Goff. (2011).  Ice Cream and Dessert . di dalam Fuquary, J. W., P. F. Fox & P. L. H.

McSweeney. Encyclopedia of Dairy Sciences 2nd  Ed . Academic Press. London.

Handayani, Niken; Mardiati Sulistyowati; Juni Sumarmono. (2014). Overrun, Waktu Leleh

dan Kesukaaan Es Krim Yogurt Susu Sapi dengan Persentase Gula yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Peternakan Vol. 2 (1) : 1-7.

Hartatie, Endang Sri. (2011). Kajian Formulasi (Bahan Baku, Bahan Pemantap) dan Metode

Pembuatan Terhadap Kualitas Es Krim. Gamma Journal  Vol. 7 (1) : 20-26.

Herschdoerfer, S. M. (1986). Quality Control In The Food Industry Volume 3.  AcademicPress. Toronto.

Jeremiah, C. E. (1996). Freezing Effects on Food Quality. Marcel Dekker, Inc. New York.

Kartika, B.; P. Hastuti; W. Supartono. (1988).  Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU

Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.

Marshall, R. T. & Arbuckle, W. S. (1996). Ice Cream 5th ed . Chapman & Hall. New York.

Padaga, M. & M. E. Sawitri. (2005). Es Krim yang Sehat . Trubus Agrisarana. Surabaya.

Page 14: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 14/17

13

Potter, N. N. & J. H. Hotchkiss. (1996).  Food Science 5th Edition. CBS Publishers and

Distributors. New Delhi.

Reineccius, G. (1994). Source Book of Flavor 2nd  Edition. Chapman & Hall. New York.

Sulistyowati, M. (2000). Penggunaan Berbagai Macam Lemak dalam Pembuatan Ice cream

dengan Susu Segar dan Susu Kental . Penebar Swadaya. Jakarta.

Temiz, Hasan & Ahmet Faruk Yesilsu. (2010). Effect of Pekmez Addition on the Physical,Chemical, and Sensory Properties of Ice Cream. Czech J. Food Sci. Vol. 28 (6) : 538-

546.

Toker, Omer Said; Safa Karaman; Ferhat Yuksel; Mahmut Dogan; Ahmed Kayacier; Mustafa

Tahsin Yilmaz. (2013). Food Bioprocess Technol  Vol. 6 : 2974-2985.

Page 15: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 15/17

 

14

6.  LAMPIRAN

6.1.  Foto

Gambar 1. Produk Es Krim Setelah Mengalami Pemecahan Kristal

Keterangan: dari kiri ke kanan kelompok C1 hingga C5

6.2.  Perhitungan

Volume sebelum pengocokkan = p × l × t

Volume setelah pengocokkan = p × l × t

Overrun =Volume setelah pengocokkan−Volume sebelum pengocokkan

Volume sebelum pengocokkan × 100%

  Kelompok C1

Volume sebelum pengocokkan = 24,5 cm × 11,5 cm × 3 cm

= 845,25 cm3 

Volume setelah pengocokkan = 24,5 cm × 11,5 cm × 6,5 cm

= 1831,38 cm3 

Overrun =1831,38−845,25

845,25 × 100%

= 116,67%

  Kelompok C2

Volume sebelum pengocokkan = 17 cm × 10,5 cm × 4,2 cm

Page 16: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 16/17

15

= 749,7 cm3 

Volume setelah pengocokkan = 17,5 cm × 10,5 cm × 8,5 cm

= 1561,875 cm3 

Overrun = 1561,875−749,7749,7

 × 100%

= 108,30%

  Kelompok C3

Volume sebelum pengocokkan = 15 cm × 10 cm × 4 cm

= 600 cm3 

Volume setelah pengocokkan = 15 cm × 10 cm × 9 cm

= 1350 cm3 

Overrun =1350−600

600 × 100%

= 125,00%

  Kelompok C4

Volume sebelum pengocokkan = 25 cm × 11 cm × 2 cm

= 550 cm3 

Volume setelah pengocokkan = 25 cm × 11 cm × 4,5 cm

= 1237,5 cm3 

Overrun =1237,5−550

550 × 100%

= 125,00%

  Kelompok C5

Volume sebelum pengocokkan = 21 cm × 14,5 cm × 2 cm

= 609 cm3 

Volume setelah pengocokkan = 21 cm × 14,5 cm × 4,5 cm

= 1370,25 cm3 

Overrun =1370,25−609

609 × 100%

= 125,00%

Page 17: Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

8/16/2019 Es Krim_Rosita Kusumaningastuti_13.70.0108_C1_UNIKA SOEGIJAPRANATA

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimrosita-kusumaningastuti13700108c1unika-soegijapranata 17/17

16

6.3.  Abstrak Jurnal

6.4.  Laporan Sementara