esai temilnas 2012

10
Inulin Optimalkan Absorpsi Kalsium di Kolon Cegah Osteoporosis pada Lansia Oleh : Fitri Ika Suryani Saat ini osteoporosis merupakan masalah kesehatan utama yang bisa berdampak pada semua orang di seluruh dunia, terlebih pada lanjut usia (lansia). Sekitar 30% wanita post menopause dan 20% pria di atas 50 tahun mengalami osteoporosis. Di Indonesia sendiri, jumlah penderita osteoporosis sekitar 19,7% dari jumlah seluruh penduduk. 1 Awalnya osteoporosis memang tidak menunjukkan gejala dan tanda-tanda yang signifikan. Bahkan, osteoporosis baru terdeteksi setelah seseorang mengalami fraktur (patah tulang). Keadaan ini menjadi masalah karena dapat berujung pada kecacatan dan ketergantungan. Dari total penderita osteoporosis, 40% wanita dan 20% pria akan mengalami satu atau lebih fraktur yang bertahan selama sisa hidup lansia. Lima puluh persen orang dengan satu fraktur karena osteoporosis akan mendapat fraktur lain. Hal ini sejalan dengan efek kaskade, yaitu risiko fraktur di kemudian hari meningkat seiring pertambahan fraktur yang terjadi. 2 Menurut WHO (2003), osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur jaringan

Upload: fitri-ika-suryani

Post on 12-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ESAI TEMILNAS 2012

TRANSCRIPT

Inulin Optimalkan Absorpsi Kalsium di KolonCegah Osteoporosis pada LansiaOleh : Fitri Ika Suryani

Saat ini osteoporosis merupakan masalah kesehatan utama yang bisa berdampak pada semua orang di seluruh dunia, terlebih pada lanjut usia (lansia). Sekitar 30% wanita post menopause dan 20% pria di atas 50 tahun mengalami osteoporosis. Di Indonesia sendiri, jumlah penderita osteoporosis sekitar 19,7% dari jumlah seluruh penduduk.1 Awalnya osteoporosis memang tidak menunjukkan gejala dan tanda-tanda yang signifikan. Bahkan, osteoporosis baru terdeteksi setelah seseorang mengalami fraktur (patah tulang). Keadaan ini menjadi masalah karena dapat berujung pada kecacatan dan ketergantungan. Dari total penderita osteoporosis, 40% wanita dan 20% pria akan mengalami satu atau lebih fraktur yang bertahan selama sisa hidup lansia. Lima puluh persen orang dengan satu fraktur karena osteoporosis akan mendapat fraktur lain. Hal ini sejalan dengan efek kaskade, yaitu risiko fraktur di kemudian hari meningkat seiring pertambahan fraktur yang terjadi.2Menurut WHO (2003), osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur jaringan tulang sehingga pada akhirnya tulang menjadi rapuh dan rentan terhadap patah tulang.3 Osteoporosis lebih rentan terjadi pada lansia. Orang-orang di atas usia 50 tahun mempunyai risiko lebih besar terkena osteoporosis dan patah tulang. Di AS, sekitar 4,5 juta perempuan dan 0,8 juta pria di atas usia 50 tahun mengalami osteoporosis, menurut data 2005-2006. Selain itu, 22,7 juta wanita dan 11,8 juta pria di atas usia 50 memiliki massa tulang yang rendah (dikenal sebagai osteopenia), yang pada akhirnya memiliki kecenderungan osteoporosis.4Semakin bertambahnya umur, fungsi organ akan semakin menurun dan peluang untuk kehilangan massa tulang semakin meningkat. Sekitar 0,5-1% pada wanita pasca menopause dan laki-laki berusia >80 tahun kehilangan massa tulang setiap tahunnya, sehingga lebih besar untuk beresiko osteoporosis dan osteopenia. Penyebab terjadinya yaitu karena kekurangan kalsium dan kurangnya sel-sel perangsang pembentuk vitamin D.5Mekanisme yang mendasari kasus osteoporosis adalah terjadinya abnormalitas bone turnover, yaitu terjadinya proses penyerapan tulang (bone resorption) lebih banyak daripada proses pembentukan tulang (bone formation). Faktor yang berperan dalam terjadinya osteoporosis secara langsung adalah jumlah dan aktivitas dari sel osteoklas untuk menyerap tulang, yang dipengaruhi oleh mediator-mediator, yang mana timbulnya mediator-mediator ini dipengaruhi oleh estrogen. Terjadinya osteoporosis secara seluler disebabkan oleh karena jumlah dan aktivitas sel osteoklas melebihi dari jumlah dan aktivitas sel osteoblas. Keadaan inilah yang mengakibatkan penurunan masa tulang. Peningkatan diferensiasi dan aktivitas sel osteoklas dipengaruhi oleh defisiensi hormon estrogen, faktor sitokin, dan pembebanan aksial.6Sebenarnya osteoporosis pada lansia dapat dicegah dan diperbaiki. Namun, selama ini pencegahan hanya berfokus pada memberikan kalsium dalam bentuk makanan tambahan melalui suplemen atau produk susu, untuk mengatasi asupan kalsium yang rendah. Upaya ini seringkali gagal karena pada lansia terjadi penurunan absorpsi kalsium akibat rendahnya tingkat aktivitas fisik. Maka dari itu diperlukan strategi diet untuk dapat meningkatkan absorpsi kalsium pada lansia. Sampai saat ini, telah diteliti bahwa inulin merupakan suatu agen yang terbukti dapat meningkatkan absorpsi kalsium. Inulin adalah senyawa karbohidrat alamiah yang merupakan polimer dari unit-unit fruktosa. Inulin masuk ke dalam kategori serat yang disebut fruktan yakni suatu polisakarida dibangun oleh unit-unit monomer fruktosa melalui ikatan berupa -2-1 fruktofuransida yang diawali oleh satu molekul glukosa.7 Inulin dapat diperoleh dari umbi dahlia, asparagus, bawang putih, bawang perai, bawang Bombay, Jerussalem artichoke, dan chicory. Baru-baru ini juga ada ditemukan adanya kandungan inulin dalam bengkoang. Namun dari banyaknya sumber inulin yang terdapat dalam bahan makanan, sumber utama yang sering digunakan dalam industri makanan adalah chicory (Cichorium intybus) dan Jerussalem artichoke (Helianthus tuberosus). Inulin dapat membentuk mikrokristal apabila didispersikan pada air atau susu. Keberadaan mikrokristal ini tidak dapat dirasakan oleh mulut, tetapi mikrokristal ini membentuk tekstur creamy yang halus dan terasa seperti lemak ketika dikunyah di mulut. Karena karakteristik ini, inulin dapat digunakan sebagai pengganti lemak pada spread, bakery, filling, dairy product (ice cream dan yogurt), frozen dessert dan dressing. Disamping itu, inulin tidak bersifat kariogenik, sehingga tidak menyebabkan karies pada gigi.7Inulin yang merupakan polimer dari unit-unit fruktosa, bersifat larut di dalam air dan tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan. Inulin akan difermentasi oleh mikroflora kolon(usus besar) sehingga dapat berfungsi sebagai prebiotik yang dapat merangsang pertumbuhan bakteri baik di dalam usus besar.Di dalam usus besar, hampir seluruh inulin difermentasi menjadi asam-asam lemak rantai pendek dan beberapa mikroflora spesifik menghasilkan asam laktat. Hal ini menyebabkan penurunan pH kolon sehingga pertumbuhan bakteri patogen terhambat. Mekanisme seperti ini berimplikasi pada peningkatan kekebalan tubuh. Asam laktat yang dihasilkan juga merangsang gerak peristaltik usus sehingga mencegah konstipasi dan meningkatkan penyerapan kalsium untuk mencegah osteoporosis. Untuk mendapatkan manfaat di atas, inulin telah digunakan dalam beberapa produk susu. Manfaat peningkatan kekebalan tubuh lebih diarahkan untuk anak-anak, sedangkan mencegah osteoporosis ditujukan bagi wanita usia menopause.8Inulin dianggap sebagai komponen makanan fungsional karena dapat mempengaruhi proses fisiologis dan biokimia pada tikus dan manusia, meningkatkan kualitas kesehatan, dan mengurangi risiko berbagai penyakit. Penelitian eksperimental telah menunjukkan penggunaan inulin sebagai agen bifidogenik, merangsang sistem kekebalan tubuh, menurunkan tingkat bakteri patogen dalam usus, mengatasi konstipasi, mengurangi risiko osteoporosis dengan peningkatan penyerapan mineral terutama kalsium, mengurangi risiko aterosklerosis dengan menurunkan sintesis trigliserida dan asam lemak di hati dan serum. Fruktan ini memodulasi kadar hormon insulin dan glukagon, dengan demikian mengatur karbohidrat dan metabolisme lipid dengan menurunkan kadar glukosa darah. Inulin juga efektif dalam menurunkan urea darah dan kadar asam urat, sehingga mempertahankan keseimbangan nitrogen. Inulin dapat mengurangi kejadian kanker kolon.9Pada manusia, telah terdapat bukti bahwa usus besar dapat menyerap sejumlah nutrisi penting seperti contohnya adalah kalsium. Proses ini dapat mengalami manipulasi diet dengan substrat fermentasi, terutama inulin. Inulin dapat memodulasi penyerapan kalsium karena tahan terhadap hidrolisis oleh enzim mamalia dan difermentasi dalam usus besar untuk menghasilkan rantai pendek asam lemak, yang pada gilirannya mengurangi pH luminal dan memodifikasi spesiasi kalsium, dan karena sifat kelarutannya itu, inulin berpengaruh pada jalur transportasi mukosa. Beberapa studi intervensi menunjukkan peningkatan penyerapan kalsium pada remaja atau orang dewasa muda dengan inulin. Dengan cara yang sama, efek positif telah dilaporkan pada wanita yang lebih tua.10Inulin mengoptimalkan penyerapan kalsium usus melalui rute paracellular pasif dengan persimpangan ketat antara sel-sel mukosa di sepanjang permukaan usus kecil dan besar. Peningkatan penyerapan paracellular cukup menjanjikan karena tidak dibatasi oleh kejenuhan vitamin D. Selain itu, fermentasi inulin di kolon juga berkontribusi langsung dengan meningkatkan penyerapan kalsium melalui mekanisme pertukaran kation (pertukaran peningkatan selular H+ untuk Ca2+ luminal). Selanjutnya, inulin dapat meningkatkan transpor kalsium transelular aktif dengan mengubah aktivitas reseptor vitamin D dan meningkatkan calbindin D9k (protein feri intraseluler terlibat dalam translokasi kalsium pada membran basolateral sel epitel mukosa).10Efek inulin di usus manusia memungkinkan mekanisme aksi yang menyebabkan modulasi isoflavon dan mengoptimalkan bioavailabilitas kalsium, yang terlibat dalam kesehatan tulang. Inulin akan meningkatkan bioavailabilitas isoflavon dengan mengkonversi genistin menjadi genistein dan daidzin menjadi daidzein oleh modulasi -glikosidase atau dengan merangsang mikroflora usus yang terlibat dalam konversi daidzein ke equol. Disamping itu, inulin juga memiliki cara lain untuk berkontribusi pada penyerapan mineral yaitu melalui peningkatan produksi butirat dan atau poliamina tertentu, yang secara tidak langsung dapat menginduksi histologis (pertumbuhan sel) dan perubahan fungsional (peningkatan daerah serap usus) di epitel usus.10Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa inulin memiliki potensi dalam mencegah osteoporosis pada lansia dengan meningkatkan absorpsi kalsium pada usus besar (kolon). Oleh karena itu, potensi inulin ini perlu dipublikasikan kepada masyarakat luas sebagai salah satu pilihan agen pencegah osteoporosis. Dengan demikian, angka ketergantungan dan mortalitas lansia akibat komplikasi osteoporosis dapat ditekan sehingga meningkatkan kualitas hidup di hari tua.

DAFTAR PUSTAKA1. Tandra H. Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang osteoporosis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2009.2. Osteoporosis Australia. What is osteoporosis?; 2011. Available from: URL: http://www.osteoporosis.org.au/about/about-osteoporosis/what-is-osteoporosis/. Accessed Mei 2012.3. WHO. Prevention and management of osteoporosis. WHO technical report series. 2003; pp: 921.4. Amin S. Osteoporosis. American College of Rheumatologi; 2012.5. Prikhatina RA. Hubungan status gizi, gaya hidup, dan vitamin D dengan kejadian osteoporosis den osteopenia pada warga usia 45 tahun di taman wisma asri bekasi utara tahun 2009. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2009.6. Kawiyana IKS. Osteoporosis pathogenesis, diagnosis, dan penanganan terkini. Jurnal Penyakit Dalam. 2009; 10(2): 158-67.7. Roberfroid M, Robertson D,. Effects of inulin and oligofrucotse on health and well-being. Br J Nutr. 2005;93 Suppl 1:S1S168.8. S. Widowati. Dahlia Bunganya Indah, Umbinya Mengandung Inulin. Bogor: BB Litbang Pascapanen Pertanian; 2006.9. Kaur N and Gupta AK. Applications of inulin and oligofructose in health and nutrition. J Biosci 2002; 27: 70314.10. Coxam, V. Current Data with Inulin-Type Fructans and Calcium, Targeting Bone Health in Adults. J. Nutr. 2007;137: Suppl 11:S2527-S33.