essai rini xii_ipa5_23
TRANSCRIPT
Rini Madhawati
XII IPA 5 / 23
Ketika mengalami kegagalan, musibah, dan sebagainya, biasanya kita lebih
sering menyalahkan orang lain atau keadaan. Padahal, semuanya berawal dari dalam
pikiran kita sendiri. Jika pikiran kita positif, kita akan menggerakan seluruh perbuatan
kita kepada hal-hal yang positif. Tetapi sebaliknya, jika kita berpikir negatif, sudah pasti
pikiran kita akan menggerakan seluruh perbuatan kita kepada hal-hal yang negatif.
Contoh paling gampang misalnya saat kita sedang memiliki tanggung jawab
mengerjakan tugas, disamping itu kita juga harus belajar untuk ulangan pada esok hari.
Pada saat yang bersamaan, ternyata organisasi sekolah yang kita ikuti akan mengadakan
sebuah kegiatan. Kebanyakan dari kita, pasti akan menganggap pusing masalah
tersebut. Konsentrasi kita menjadi terpecah, apakah akan mengerjakan tugas dahulu,
atau belajar dahulu, atau ikut mengurus kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi
yang kita ikuti. Karena tidak fokus, kita memilih untuk mengerjakan semua secara asal-
asal-an dan tidak sungguh-sungguh. Akibatnya, tugas kita tidak terselesaikan secara
sempurna. Yang ada kita malah mengeluh dan menyalahkan guru karena memberikan
tugas dan ulangan dalam waktu yang kurang tepat.
Contoh lain mengenai pola pikir negatif yang berkembang di dunia masyarakat
adalah keyakinan bahwa hidup itu penuh penderitaan. Orang yang memiliki pola pikir
negatif akan mengeluh dan mengutarakan bahwa hidup mereka susah dan berat. Pola
pikir seperti ini jelas salah dan tidak dibenarkan. Hidup itu merupakan karunia yang
agung dari Tuhan YME. Oleh karena itu, kita selayaknya mensyukuri dan mengisinya
dengan hal-hal yang bermanfaat, bukan malah meratapinya. Sebaliknya, orang yang
memiliki pola pikir positif akan memandang segala masalah dan kesulitan yang datang
sebagai proses penempaan diri. Masalah dan kesulitan yang kita hadapi sebenarnya
merupakan proses penempaan diri agar kita menjadi semakin berkualitas. Bukankah
dengan semakin berhasil menyelesaikan masalah dan kesulitan, kita akan semakin
berkualitas? Dengan berpikir positif seperti ini, kita dapat menikmati setiap peristiwa
dalam kehidupan sebagai rangkaian kehidupan yang harus dijalani. Dengan begitu,
setiap masalah dan kesulitan akan dihadapi dengan sikap terbaik sebab kita tahu di balik
masalah dan kesulitan tersebut terkandung hikmah yang dapat kita petik.
Pikiran dapat diibaratkan sebuah kebun. Sedangkan kita adalah tukang
kebunnya. Kebun tersebut jika ditanami dengan tanaman yang baik, dibersihkan rumput
liarnya, disiram dan dirawat secara benar, pasti akan mendatangkan hasil panen yang
baik pula. Demikian juga dengan pikiran kita. Jika kita merawatnya dengan baik,
membersihkannya dari pikiran-pikiran yang tidak baik, kita pasti akan memeperoleh
Rini Madhawati
XII IPA 5 / 23
manfaat yang besar. Namun, jika kita tidak merawat pikiran kita, dan membiarkan
pikiran-pikiran negatif masuk ke dalam pikiran kita, sudah tentu kita akan akan
mendapatkan manfaat dari pikiran kita.
Sebenarnya, berpikir negatif itu apa? Pernahkan Anda berjalan di lorong gua
yang gelap gulita? Coba bayangkan dengan jelas, kita berjalan di dalam gua yang gelap
tanpa ada penerang sedikitpun. Pasti langkah kita akan dipengaruhi keraguan dan
kecemasan. Mungkin kita akan terpeleset atau kepala kita terbentur. Kita akan berputar
mencari-cari jalan keluar yang tak kunjung terlihat hingga akhirnya tenaga kita habis
dan kita pun terkapar di lorong gua.
Gambaran di atas merupakan analogi dari berpikir negatif. Kita tidak dapat
melihat dengan jernih karena kita memakai kaca mata (pola pikir) yang gelap (negatif).
Sehingga timbul emosi negatif seperti kesal, marah, benci dan kecewa. Hal ini tentu
tidak akan menyelesaikan masalah yang ada, justru kita akan terbelenggu dalam
masalah tersebut. Orang yang berpikir negatif akan memfokuskan pikiran pada masalah.
Dia akan bertanya-tanya: ‘Mengapa hal ini terjadi? Mengapa harus menimpa saya?’ Ia
juga akan mencari kambing hitam dan tidak mencari jalan keluar untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Akhirnya, ia pun terperangkap dalam masalah itu. Dengan melihat
kasus ini, jelas kita dapat menyimpulkan bahwa pikiran negatif pasti merugikan.
Berpikir negatif juga dapat merugikan kesehatan. Salah satunya adalah
melemahkan sistem imun atau sistem kekebalan tubuh. Selain itu, dapat juga
menyebabkan seseorang tertekan dan kehilangan banyak energi. Bahkan, menyebabkan
jantung berdetak cepat, peredaran darah tidak stabil, dan ketidakseimbangan lainnya
dalam tubuh. Pada akhirnya, dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan berbagai
penyakit fisik.
Ketidakharmonisan juga dapat terjadi karena pikiran yang negatif. Ketika kita
berpikir negatif, otak akan terangsang untuk fokus pada hal-hal yang negatif. Lalu
membuka arsip memori untuk mencari pembenaran atas pikiran negatif tersebut. Hal ini
akan menimbulkan pemikiran negatif seperti kesal, kecewa, marah, dan benci.
Berpikir negatif akan melemahkan semangat dan menimbulkan rasa tidak
percaya diri. Orang yang yang berpikir negatif terhadap dirinya, misalnya, merasa tidak
mampu, akan menjadi manusia yang lemah semangat, bahkan dapat kehilangan
motivasi. Ia akan menjadi manusia yang tidak bergairah untuk menciptakan suatu
prestasi dan kebahagiaan. Ia merasa tidak mampu dan tidak pantas untuk memperoleh
hal tersebut.
Mengapa berpikir negatif dapat terjadi? Apakah faktor-faktor penyebab berpikir
negatif? Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya pikiran negati adalah lalai
mengingat Allah. Seseorang berpikir negatif karena pikirannya gelap dan tidak diterangi
cahaya oleh Allah. Akibatnya, ia tidak mampu memandang dan menyikapisesuatu
dengan pikiran jernih (positif).
Pengalaman negatif masa lalu yang tidak dikelola dengan baik juga dapat
membelengu pikiran seseorang dan mengakibatkan timbulnya pikiran negatif. Coba saja
Anda ingat kembali pengalaman pahit yang pernah Anda alami di masa lalu. Apa yang
Rini Madhawati
XII IPA 5 / 23
Anda rasakan? Emosinya ikut terbawa, bukan? Pengalaman negatif masa lalu dapat
menyebabkan seseorang berpikir negatif dan menimbulkan masalah lain yang lebih
sulit.
Faktor lain yang menyebabkan seseorang berpikir negatif adalah pengaruh
negatif dari orang lain. Kita tidak hidup sendiri, melainkan bergaul dengan orang lain.
Dalam bergaul, diri dan pikiran kita sangat mungkin terpengaruh oleh orang lain. Jika
pengaruh tersebut sesuatu yang positif maka akan memberikan dampak positif bagi diri
kita. Akan tetapi, jika pengaruh tersebut negatif, kita akan menanggung dampak
negatifnya pula. Oleh karena itu, ada baiknya kita berusaha bergaul hanya dengan
orang-orang yang secara pasti memberikan masukan positif terhadap cara berpikir kita.
Bacaan negatif juga sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, baik bacaan
dalam media cetak maupun elektronik. Setiap hari kita menyaksikan berbagai berita dan
informasi serta tontonan yang sangat beragam. Berita, informasi, dan tontonan ini
seringkali mengekspos berita kriminal dan kekerasan, berbagai konflik rumah tangga,
tawuran antar mahasiswa, dan lain-lain. Hal ini akan berakibat pikiran negatif akan
tertanam di dalam benak penonton seperti perasaan was-was, curiga, buruk sangka, dan
pikiran negatif lainnya yang membuat diri penonton menjadi tidak nyaman. Oleh karena
itu, kita harus pandai-pandai memilih dan menyaring informasi agar kita tidak memiliki
pikiran yang negatif.
Orang yang berpikiran negatif cenderung memikirkan kemungkinan terburuk
tentang sesuatu yang belum terjadi. Selain itu, ia cenderung memilih lari dari masalah
ketika menghadapi suatu permasalahan daripada berusaha menyelesaikan masalah
tersebut. Padahal lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan, hanya
membuat pelakunya semakin terperangkap dalam masalah tersebut. Mengapa ia lebih
memilih untuk lari dari masalah? Karena ia tidak percaya dengan kemampuannya
sendiri. Ia berpikir negatif terhadap dirinya. Ia merasa tidak akan mempu menyelesaikan
masalah yang dihadapinya sehingga lebih memilih untuk menghindarinya.
Dalam ilmu psikologi, terdapat istilah fight (lawan) dan flight (lari). Nah, dua
opsi itulah yang ditawarkan kepada seseorang ketika ia dihadapkan pada masalah.
Orang yang memiliki kepribadian negatif akan memilih opsi flight (lari). Ia akan lari
meninggalkan masalah tersebut dan berharap dapat selesai dengan sendirinya. Sikap
seperti ini, jelas hanya merugikan diri sendiri. Masalah tidak akan selesai jika dihindari.
Masalah tadi harus dihadapi dengan sikap terbaik.
Selanjutnya, orang yang berkepribadian negatif akan sering mengeluh dan
menyalahkan orang lain. Pada dasarnya setiap peristiwa bersifat netral. Ia menjadi
negatif atau positif tergantung pada siapa yang memaknainya. Lebih tepatnya lagi
tergantung dari sudut padang mana kita melihat. Suatu peristiwa akan memberikan
makna positif jika kita melihatnya dari sudut pandang yang positif. Orang yang
berpandangan negatif akan melihat sesuatu dari sudut pandang negatif sehingga
menghasilkan sesuatu yang negatif pula. Ia seperti orang yang memakai kaca mata
hitam. Segala sesuatu yang dipandangnya akan terlihat gelap. Padahal sebenarnya bukan
objeknya yang gelap, tetapi kacamatalah yang berawarna gelap.
Rini Madhawati
XII IPA 5 / 23
Bagaimana dengan berpikir positif.? Sekali lagi, kunci hidup tenang dan sukses
ada di dalalm pikiran kita. Peristiwa dan masalah apapun yang kita alami dalam
kehidupan, tidak akan membuat gusar dan cemas jika disikapi dengan sikap dan pikiran
positif. Ketidakmampuan kita dalam mengendalikan pikiranlah yang menimbulkan
respon yang tidak tepat dalam menghadapi dan menyikapi suatu hal. Akibatnya, kita
tidak merasakan ketenangan dalam hidup ini. Jadi, kuncinya ada pada bagian
pengendalian pikiran kita. Ketika kita merespon setiap peristiwa atau masalah yang
muncul dalam kehidupan kita dengan pikiran positif, secara otomatis akan timbul emosi
jiwa yang positif. Efek selanjutnya kita akan merasakan ketenangan jiwa.
Jika api direspon dengan api, maka akan semakin berkobar. Akan tetapi, jika api
tersebut direspon dengan air, maka akan padam. Demikian juga dengan masalah yang
kita hadapi. Jika masalah tersebut direspon dengan pikiran negatif, masalah tersebut
tidak akan terselesaikan, justru semakin besar dan rumit. Akan tetapi, ketika kita
memiliki masalah kemudian direspon dengan pikiran positif, masalah tersebut akan
terselesaikan dengan baik. Tidak ada pihak yang tersakiti atau dirugikan. Efek
selanjutnya, kita pun dapat merasakan ketenangan jiwa.
Jika kita mampu mengelola pikiran dengan baik, kita akan merasa bahagia kapan
pun, di mana pun, dan bagaimanapun kondisi yang kita alami. Berpikir positif akan
membuat kita mampu melihat situasi dengan lebih jelas. Semakin positif cara berpikir
kita dalam menyikapi suatu peristiwa atau masalah dalam kehidupan, semakin besar
pula ketenangan yang dirasakan, sehingga kita akan mampu melihat akar
permasalahannya serta menyelesaikannya dengan cara yang baik. Ketika kita berpikir
positif, jiwa kita akan menjadi lebih optimis, imajinasi kita menjadi lebih kreatif, dan
semangat kita menjadi semakin kuat. Hal ini akan membuat kita memiliki kepercayaan
diri yang tinggi. Kita tidak merasa minder untuk bergaul dan berinteraksi dengan
siapapun. Kita pun merasa mampu untuk meraih apa yang kita cita-citakan.
Dengan berpikir positif, kita mampu membangun motivasi dan harapan. Berpikir
positif juga membuat kita mampu mengatasi keputusasaan. Dengan membiasakan
berpikir positif, kita akan mampu menghargai diri sendiri, merasa diri berharga, dan
sudah tentu merasa bahagia dengan segala hal yang kita miliki.
Jadi, bagaimana? Berpikir negatif atau positif? Tentukan pilihanmu sekarang! :D