essay csr bahasa indonesia

3
CSR Di kesempatan kali ini, kita akan membicarakan sesuatu yang lebih ‘sosial’. CSR yang saya maksudkan di atas adalah singkatan dari Coorporated Social Responsibility. Saya sangat menyukai kalimat ini. Istilahnya kalau dalam budaya Indonesia tidak jauh-jauh dari maksud “gotong-royong ”. CSR juga berhubungan dengan moral manusia. Sebenarnya rakyat Indonesia sendiri sudah akrab dengan pengaplikasian dari Coorporated Social Responsibility. Ibaratnya, sudah mendarah danging! Tapi itu semua hanyalah kata-kata sejarah. Sekarang suasana dari CSR sendiri sudah mulai memudar di kawasan perkotaan terutama kota-kota besar di Indonesia. Bahkan di desa pun yang katanya kental akan nuansa ke-gotong-royong-an sudah dengan senang hati para anak mudanya mengencerkan kekentalan itu. Semuanya maunya sendiri, apatis, serta egois. Miris sekali. Memudarnya suasana CSR di negara Indonesia yang katanya ramah ini, baru terasa di dua dekade setelah dimulainya abad millenium. Mementingkan diri sendiri. Ini tidak lain dikarenakan tidak adanya perhatian khusus oleh pemerintah pada kadar moral yang diajarkan di sekolah-sekolah. Sehingga banyak anak-anak cerdas yang terbentuk tetapi tanpa moral. Itulah penyebab kehancuran bangsa ini, seperti merebaknya korupsi, menjamurnya kolusi, dan terjadinya nepotisme di mana-mana.

Upload: ainun-nafisah

Post on 13-Jul-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Coorporate Social Responsibilty

TRANSCRIPT

Page 1: Essay CSR Bahasa Indonesia

CSR

Di kesempatan kali ini, kita akan membicarakan sesuatu yang lebih ‘sosial’. CSR

yang saya maksudkan di atas adalah singkatan dari “Coorporated Social Responsibility”.

Saya sangat menyukai kalimat ini. Istilahnya kalau dalam budaya Indonesia tidak jauh-jauh

dari maksud “gotong-royong”. CSR juga berhubungan dengan moral manusia. Sebenarnya

rakyat Indonesia sendiri sudah akrab dengan pengaplikasian dari Coorporated Social

Responsibility. Ibaratnya, sudah mendarah danging!

Tapi itu semua hanyalah kata-kata sejarah. Sekarang suasana dari CSR sendiri sudah

mulai memudar di kawasan perkotaan terutama kota-kota besar di Indonesia. Bahkan di desa

pun yang katanya kental akan nuansa ke-gotong-royong-an sudah dengan senang hati para

anak mudanya mengencerkan kekentalan itu. Semuanya maunya sendiri, apatis, serta egois.

Miris sekali.

Memudarnya suasana CSR di negara Indonesia yang katanya ramah ini, baru terasa di

dua dekade setelah dimulainya abad millenium. Mementingkan diri sendiri. Ini tidak lain

dikarenakan tidak adanya perhatian khusus oleh pemerintah pada kadar moral yang diajarkan

di sekolah-sekolah. Sehingga banyak anak-anak cerdas yang terbentuk tetapi tanpa moral.

Itulah penyebab kehancuran bangsa ini, seperti merebaknya korupsi, menjamurnya kolusi,

dan terjadinya nepotisme di mana-mana.

Coba kita putar ulang, bagaimana pelitnya kurikulum memberikan jam bagi mata

pelajaran moral seperti mata pelajaran kewarganegaraan, sosial, dan agama. Masing-masing

hanya dua jam pelajaran per satu minggu. Sedangkan pelajaran eksak dan ilmu dunia seperti

fisika, kimia, biologi, dan matematika diberi jatah empat hingga enam jam per satu

minggunya. Belum cukup itu, murid sekolah dituntut untuk mendapat nilai tinggi dalam mata

pelajaran eksak tersebut karena itulah yang diujikan dalam ujian nasional maupun ujian ke

tingkatan sekolah selanjutnya. Sementara pelajaran-pelajaran moral diabaikan dan dizalimi,

maksudnya dizalimi adalah guru mata pelajaran terkait memberikan nilai hasil remedial yang

cukup tinggi untuk muridnya tanpa perlu usaha yang sepantaran dari murid tersebut secara

cuma-cuma. Hal ini terjadi karena pendapat umum, begitupun pemerintah (dinas pendidikan)

yang memandang pelajaran-pelajaran moral sebelah mata.

Page 2: Essay CSR Bahasa Indonesia

Karena itulah banyak pejabat-pejabat yang memiliki prestasi segudang tetapi tidak

memiliki rasa empati dan simpati. Bahkan mengenal tetangga dalam satu blok pun hanyalah

sejarah tahun ’90-an saja. Prestasi tinggi tetapi moral rendah. Banyak sekali di tampilkan di

televisi anak membunuh ibu, ayah memerkosa putrinya, paman memutilasi kemenakannya,

hewan ternak yang dijadikan pelampiasan nafsu yang tak tertahankan, pembunuhan,

perampokan, dan kriminalitas lainnya hanya disebabkan oleh rendahnya moral yang didapat

sedari kecil. Tak jarang ketika para orang-orang terdekat tersangka kaget, “wah, kok bisa sih?

Padahal dia itu pinter loh, juara umum.” Siapa yang menjamin?

Indonesia boleh berbangga dengan putra-putrinya yang berhasil mendapatkan medali

emas, perak dan perunggu dalam berbagai perlombaan baik tingkat nasional maupun

internasional. Baik akademik maupun non-akademik. Tapi melihat pemuda-pemudinya yang

memiliki moral rendah? Indonesia hanya bisa tutup mata-tutup telinga-tutup mulut. Sudah

menjadi rahasia umum bahwa adanya korban dalam konser band adalah biasa, kericuhan

seusai pertandingan sepak bola adalah biasa, membacok teman karena nilainya lebih tinggi

adalah biasa, semua tindak kriminal di Indonesia adalah biasa.

Maka dari itu, janganlah hujat pemerintah yang sudah muak dengan moral pemuda-

pemudi Indonesia sehingga menambahkan jam untuk pelajaran kewarganegaraan, sosial dan

agama di kurikulum 2013 terbaru nanti, yang berdampak pada berkurangnya jam-jam untuk

mata pelajaran lainnya. Itu semata-mata untuk generasi kita yang kelak akan memimpin

bangsa Indonesia menuju puncak kejayaannya. Sehingga image Indonesia di mata dunia

internasional sebagai negara yang ramah bukanlah lagi sebuah ‘katanya’.