essay lk 2
DESCRIPTION
LK smt 7 2011TRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTUR
LAYANAN KEFARMASIAN
MEMBUAT ESSAY MENGENAI FILM
PATCH ADAMS
Disusun oleh:
NURMANINGTIAS FITRI R.
G1F011007
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2014
ESSAY MENGENAI FILM “PATCH ADAMS”
Patch Adams merupakan sebuah film biografi mengenai Hunter “Patch” Adams,
seorang dokter lulusan dari Medical College of Virginia, Health Science Divisions of
Virginia Commonwealth University, yang berusaha mengubah dan mencerahkan model
pemikiran dari dunia kedokteran yang menyatakan bahwa kemampuan seorang doker untuk
menguasai segala macam diagnosa dan metode pengobatan secara sempurna adalah faktor
penentu kesembuhan dari seorang pasien dan kemampuan tersebut harus dibayar sesuai
dengan standar yang mereka miliki tanpa perlu memperhatikan bagaimana kebutuhan
spiritual dari pasiennya, adanya praktek secara langsung untuk datang mendekati dan
mengenal pasien serta penyakitnya serta kemampuan ekonomi dan rohaniah mereka. Film ini
merupakan sebuah film yang memberikan sebuah makna penting bagi dunia kesehatan.
Dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya bukan merupakan seorang “dewa” ataupun manusia
super yang bisa secara langsung menyelamatkan nyawa pasien hanya dengan ilmu teoritis
yang mereka miliki tanpa memerlukan praktek tatap muka langsung kepada pasien hanya
untuk sekedar menanyakan kabar ataupun keluhan mereka dan memberikan dukungan moral.
Patch adams memberikan sebuah gambaran bahwa suatu persoalan janganlah hanya
dipandang dan berfokus pada satu sisi saja melainkan harus dilihat juga dari berbagai sisi
lainnya yang untuk membantu memecahkan persoalan tersebut. Melalui film ini, kita sebagai
seorang tenaga kesehatan diajarkan untuk dapat berfikir terbuka, luas, dan kreatif dalam
menghadapi pasien, dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih menekankan
adanya caring atau perhatian dan kepedulian pada pasien untuk membantu mengatasi
permasalahnnya, memperlakukan mereka secara lebih manusiawi, memberikan kebahagiaan
dan ketenangan selama mereka menghadapi penyakitnya, tidak hanya dengan memberikan
suatu obat atau metode pengobatan untuk menyembuhkan penyakitnya, memandang mereka
sbegai suatu objek yang hanya menunggu keputusan untuk dirinya tanpa tahu apa yang
sebenarnya mereka ingin ketahui dan mereka inginkan dalam pengobatan tersebut, meminta
biaya dari pengobatan tersebut, dan setelah itu selesai. Film ini membantu memberitahukan
dan mengajarkan kepada teknisi kehatan bahwa langkah awal dalam merawat dan mengobati
pasien adalah dengan lebih dahulu mengenal pasien dan memperlakukan mereka secara lebih
hangat agar para pasien bisa merasa lebih nyaman dan bisa terbuka, mengetahui dan
menganalisis permasalahan serta penyakit yang dihadapinya, lalu melakukan proses
penanganan penyakit, dan memberikan obat. Terakhir, baru memutuskan kondisi pasien,
apakah sudah sembuh atau tidak punya harapan sembuh (kritis). Melalui proses ini, maka
pasien akan lebih nyaman dalam menghadapi penyakit dan proses penyembuhan serta tenaga
kesehatan juga akan semakin mudah memberikan terapi pada pasien dan dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien. Secara tidak langsung maka bentuk representasi
komunikasi tenaga kesehatan dan pasien dalam Film Patch Adam menggambarkan proses
komunikasi yang akrab antara dokter ataupun tenaga kesehatan lain dan pasien tidak kalah
penting dengan proses medis itu sendiri.selain itu, melalui film ini para tenaga kesehatan juga
belajar bahwa tugas mereka tidak hanya mengobati dan menunda kematian pasien, tetapi
seharusnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan pasien. Secara keseluruhan,
film ini ingin mengajak pelaku dunia pelayanan kesehatan untuk kembali kepada akarnya,
yaitu untuk membantu orang dengan ikhlas dan penuh kasih sayang dengan segala cara tanpa
perlu memperhatikan biaya ataupun hal yang harus mereka tanggung dikemudian hari demi
kesembuhan pasiennya.
Relevansi film ini kepada dunia pelayanan kefarmasian dapat dilihat dari cara dokter
melakukan pekerjaannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Pada awalnya para
dokter di rumah sakit memberikan pelayanan kepada pasien dengan berdasar pada money and
knowledge oriented. Mereka hanya memperhatikan bahwa pasien butuh untuk dirawat dan
disembuhkan dari penyakitnya dengan pengetahuan yang mereka miliki dan metode
pengobatan yang selama ini mereka pelajari dikampus. Setelah itu, pasien hanya tinggal
menunggu bagaimana hasil dari pengobatannya. Hal ini jugalah yang dilakukan oleh apoteker
selama beberapa tahun kemarin. Pekerjaan mereka tertuju pada drug oriented. Apoteker
hanya bertugas untuk datang ke apotek dan menjalankan pekerjaan mereka sesuai dengan
waktu kerjanya, menjaga apotek yang menjadi tempat kerja mereka, mengatur manajemen
obat di apotek, termasuk menetapkan keuntungan masing-masing obat dan menjual obat
kepada pasien. Padahal pada dasarnya pekerjaan mereka tidaklah hanya sebagai dokter yang
bertugas untuk mengoperasi pasien ataupun apoteker yang harus menjualkan obat di apotek
kepada pembeli. Pekerjaan mereka sebagai seorang tenaga kesehatan adalah membantu orang
yang sedang sakit, dengan tidak harus selalu beorientasi pada pengetahuan dan kepintaran
mereka. Cukup dengan memberikan sebuah kebahagiaan dan mau mendengarkan keluh kesan
mereka sudah bisa membantu para pasien tersebut untuk mengurangi beban penyakit yang
mereka tanggung. Hal ini pulalah yang dilakukan oleh Hunter “Patch” Adams kepada para
pasien. Dengan adanya pendekatan dan mencoba untuk mengenal pasien lebih baik, Patch
Adams menggeser paradigma para dokter zaman dulu yang lebih mengarah pada money and
knowledge oriented menjadi patient oriented. Dr. Patch Adams menyembuhkan pasiennya
tidak hanya dengan memberikan obat, tetapi juga dengan melakukan pengenalan dan
pendekatan serta memberi kebahagiaan pada pasien sehingga penyakit mereka bisa terobati.
Hal ini ternyata membantu proses penyembuhan pasien menjadi lebih baik dan cepat.
Pergeseran paradigma ini juga berlaku dalam pelayanan kefarmasian. Para apoteker yang
tadinya bertugas dengan lebih mengacu pada paradigma drug oriented sekarang sudah
bergeser menjadi patient oriented. Mereka tidak lagi hanya melakukan pekerjaan kefarmasian
mereka dengan menjual obat tetapi lebih mengedepankan pada patient care. Para apoteker
sudah banyak yang memberikan konseling, mendengarkan keluhan mereka (baik yang
berkaitan dengan penyakitnya ataupun masalah lain yang menjadi faktor pemicu dari
penyakitnya) dan melakukan pencatatan medis ketika ada pasien yang datang ke apotek untuk
membeli obat ataupun berkonsultasi mengenai pengobatan untuk penyakitnya ataupun saat
apoteker melakukan visite ke bangsal pasien di rumah sakit. Dalam memilihkan terapi,
apoteker juga melihat dari segi ekonomi dan kemampuan pasien selain dari segi efikasi dan
manfaat obat tersebut. Sehingga, obat yang dipilihkan tidak hanya bermanfaat bagi
penyakitnya namun juga tidak menimbulkan beban ekonomi yang tidak sesuai dengan
kemampuan pasien. Dengan adanya pergeseran paradigma ini, akan membantu apoteker
memperkaya ilmu pengetahuannya agar dapat menolong pasien serta membantu mereka
untuk memberikan terapi secara lebih tepat dan detail sehingga kepercayaan masyarakat,
terutama pasien, kepada apoteker dapat terwujud dan akhirnya dapat terbangun suatu
hubungan yang baik antara apoteker dengan masyarakat.
Berdasarkan adanya paradigma patient oriented yag digunakan oleh Dr Hunter “Patc”
Adams dalam menangani pasiennya, merupakan suatu terobosan yang sangat baik dan juga
mulai merubah orientasi yang selama ini apoteker gunakan untuk melayai pasien. Adanya
paradigma patient oriented yang digunakan oleh tenaga kefarmasian dalam melayani pasien
merupakan suatu hal yang sangat baik untuk dapat membantu keberhasilan jalannya terapi
pengobatan. Melalui pergeseran paradigma ini, kita sebagai seorang apoteker diminta untuk
bisa memiliki sikap empati, tulus, ikhlas, peduli, perhatian dan memandang kebutuhan dan
keinginan pasien sebagai hal yang penting dan perlu diperhatikan untuk bisa mendukung
pemberian terapi. Sehingga adanya pelayanan kefarmasian yang lebih berorientasi pada
pasien ini, akan dapat membantu memunculkan terjalinya hubungan emosional tidak hanya
dari apoteker dengan pasienya, namun juga terciptanya hubungan emosional antara paisen
kepada apoteker, yang akhirnya hal ini akan mempermudah apoteker untuk dapat membantu
masyarakat dalam mengatasi penyakitnya. Seorang apoteker yang baik adalah apoteker yang
mampu memberikan kenyamanan kepada pasien saat pasien tersebut sedang mengalami
kebingungan dalam menghadapi penyakitnya serta dapat memberikan keputusan yang tepat,
berimbang dan bijaksana dalam menangani masalah pasien.