estetika tari barong
DESCRIPTION
Estetika Tari Baraong dan Sakralitasnya di masyarakat baliTRANSCRIPT
ESTETIKA DAN SAKRALITAS TARI BARONG
BAGI MASYARAKAT BALI
Disusun Oleh :
Nama No. Induk Kelas
Husna Syaima 10726 XI IA 2
Novita Fitriatul A.W. 10734 XI IA 2
Shifatur Rahmah 10737 XI IA 2
Yusri Maesaroh 10743 XI IA 2
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 SURAKARTA
Jalan Sumpah Pemuda no. 25 Kadipiro, Banjarsari, Surakarta
2010
PENGESAHAN
Karya tulis ini telah diterima dan disetujui oleh Guru Pembimbing
dan telah dipertahankan di depan Penguji Karya Tulis serta telah disahkan oleh
Kepala Madrsah Aliyah Negeri 1 Surakarta, pada :
Hari :
Tanggal :
Tim Ujian Karya Tulis
Penguji Pembimbing
Dra. Hj. Rukamtini, M.Si Drs. Qomaruddin, M.Pd.I
NIP. 196605111991032003 NIP. 196809121993031004
Mengetahui,
Kepala MAN 1 Surakarta
Drs. H. Agus Hadi Susanto, M.S.I
NIP. 195502101986031001
MOTTO
”Siapa bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil”
”Sebuah perubahan besar dimulai dari langkah pertama”
”Jika kita melihatnya di dalam benak,
kita akan menggenggamnya di tangan”
”Pikiran dan perasaan kita menciptakan hidup kita”
”Suatu perubahan ke arah yang lebih baik, tidak akan pernah tercapai
tanpa adanya suatu tindakan menuju sebuah pembaharuan”
”Setiap hari adalah awal dari hidup kita”
”Jika usaha adalah sebuah mesin yang mengantar kita
pada sebuah kesuksesan, maka semangat akan menjadi bahan bakar
yang selalu menghidupkan mesin itu dikala ia lelah”
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kami persembahkan untuk :
Orang Tua kami yang tercinta,
Guru-guru yang telah membimbing dan menuntun kami,
teman-teman seperjalanan dan seperjuangan
menuju pintu sukses yang selalu mendukung kami,
serta semua pihak yang turut berpartisipasi
dalam penulisan karya tulis ini.
Atas segala waktu dan kesempatan
yang telah diluangkan, serta usaha penuh optimisme
dalam rangka penyempurnaan Karya Tulis ini.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil’aalamin.
Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Syukur Alhamdulillah selalu
terpanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga Karya Tulis ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu, insyaallah.
Tak lupa, Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi junjungan kita,
suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari
jaman jahiliyah menuju jaman yang islamiyah ini, Rasulullah SAW yang selalu
kita nanti-nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.
Karya Tulis ini disusun guna memenuhi syarat dalam pengambilan raport
semester genap, yang mengkaji seputar tentang Tari Barong. Karya Tulis ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca serta dapat menunjang kegiatan
belajarnya.
Dalam proses penyelesaian Karya Tulis ini, tentu saja tidak lepas dari
bantuan piahk-pihak yang telah berjasa dalam memberikan masukan dan support
kepada kami. Maka dari itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memudahkan kami dalam proses penyelesaian karya
tulis ini;
2. Orang tua tercinta, yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk buah
hatinya;
3. Bapak Drs. H. Agus Hadi Susanto, M.S.I selaku kepala Madrasah Aliyah
Negeri 1 Surakarta;
4. Bapak Drs. Qomaruddin, M.Pd.I selaku wali kelas XI IA 2 dan juga
pembimbing karya tulis yang telah menuntun kami dalam penyelesaian karya
tulis ini;
5. Teman-teman seperjuangan, baik SEPARO, SEPASI, SEPALU, BAHASA,
IPS, serta PK yang telah memberi semangat kepada kami;
6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya, Karya Tulis ini masih
jauh dari kesempurnaan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis memohon
masukan dari para pembaca berupa kritik dan saran yang bersifat membangun,
demi menunjang kesempurnaan karya tulis ini dan menjadikan koreksi bagi kami
untuk lebih kedepannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Halaman Pengesahan .................................................................................... ii
Motto ............................................................................................................. iii
Persembahan ................................................................................................. iv
Kata Pengantar .............................................................................................. v
Daftar Isi ....................................................................................................... vi
BAB I Pendahuluan ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan ............................................................................. 3
BAB II Estetika dan Sakralitas Tari Barong Bagi Masyarakat Bali.............. 4
A. Asal-usul Tari Barong.............................................................................. 4
B. Keistimewan Tari Barong dilihat dari segi estetika.................................
C. Fungsi dan Nilai Sakral Tari Barong ......................................................
BAB III Penutup ...........................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................................
Lampiran .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pada BAB I ini akan dibahas tentang latar belakang penulis dalam
pemilihan judul karya tulis, rumusan masalah yang akan menjadi pokok
pembahasan dalam karya tulis ini, tujuan penulisan serta manfaat penulisan karya
tulis ini.
A. Latar Belakang
Sekilas melihat dunia kepariwisataan di Indonesia, terutama pada
objek-objek wisata yang berhubungan dengan peninggalan-peninggalan seni
dan kebudayaan bersejarah, bisa dibilang dan memang benar adanya bahwa
ternyata sungguh banyak keanekaragaman kesenian dan budaya yang tersebar
dari Sabang sampai Merauke negeri kita ini. Hal ini membuktikan bahwa
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya.
Keingintahuan dan keinginan kami dalam menjadikan objek wisata
beserta beraneka ragam seni dan budaya tersebut sebagai objek studi,
merupakan salah satu alasan diadakan karya wisata. Karya wisata merupakan
suatu kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh sekolah, yang
diharapkan dapat menambah pengalaman dan luasnya pengetahuan para
siswanya dalam mengenal tempat-tempat bersejarah, seni dan budaya yang
ada di dalam maupun di luar jangkauan wilayah regional. Karya wisata tahun
ini mengambil objek-objek karya wisata yang berada di Pulau Bali, karena di
Pulau Dewata tersebut banyak tempat wisata yang tersohor atau terkenal di
penjuru dunia.
Kaitanya dengan karya wisata, kami ditugasi untuk membuat laporan
dalam bentuk karya tulis mengenai salah satu objek wisata yang kami
kunjungi di Pulau Bali.
Dalam penyusunan karya tulis ini, kami memilih untuk mengambil
tema Tari Barong dengan spesifikasi judul “Estetika dan Sakralitas Tari
Barong Bagi Masyarakat Bali”. Tarian ini merupakan peninggalan
kebudayaan Pra Hindu yang menggunakan boneka berwujud binatang berkaki
empat atau manusia purba yang memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, tari
barong menjadi salah satu tari yang sangat terkenal dalam pariwisata,
khususnya di Pulau Bali. Selain itu, tari barong merupakan tari tradisional
Indonesia yang sangat bernilai seni dan sakral, yang masih bisa bertahan
hingga sekarang.
Tari Barong merupakan tarian yang sangat menarik, dengan gerakan-
gerakannya yang sangat lincah dan dinamis. Gerakan-gerakan dalam tari
barong serta tokoh-tokoh dalam tari barong memiliki arti dan karakteristik
yang khas. Di samping itu, tari barong menyimpan banyak kisah dan legenda
di balik tariannya yang lincah dan dinamis tersebut.
B. Rumusan Masalah
Karya tulis ini kami buat dengan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana asal-usul tari barong?
2. Apakah keistimewaan tari barong dilihat dari segi estetika?
3. Apakah fungsi dan nilai sakral tari barong bagi masyarakat Bali?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
1. Untuk mengetahui asal-usul tari barong.
2. Untuk mengetahui keistimewaan tari barong dilihat dari segi estetika.
3. Untuk mengetahui fungsi dan nilai sakral tari barong.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ini adalah :
1. Dapat mengetahui asal-usul tari barong.
2. Dapat mengetahui keistimewaan tari barong dilihat dari segi estetika.
3. Dapat mengetahui fungsi dan nilai sakral tari barong.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan pokok permasalahan, maka karya
tulis ini dibagi menjadi beberapa bagian :
1. Halaman Judul, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, kata
pengantar, dan daftar isi.
2. BAB I sebagai pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan.
3. BAB II sebagai isi yang berjudul Estetika dan Sakralitas Tari Barong Bagi
Masyarakat Bali.
4. BAB III sebagai penutup terdiri dari : kesimpulan dan saran.
5. Daftar pustaka.
6. Daftar lampiran.
BAB II
ESTETIKA DAN SAKRALITAS TARI BARONG BAGI
MASYARAKAT BALI
Pada BAB II ini kami akan mengulas tentang hal-hal yang menjadi pokok
pembahasan kami dalam karya tulis ini. Yaitu tentang segala sesuatu yang
berkitan dengan tari barong, baik ditinjau dari estetika maupun sakralitas Tari
Barong tersebut bagi masyarakat Bali.
A. Asal-usul Tari Barong
Secara etimologi, kata barong diduga berasal dari kata bahrwang atau
diartikan beruang, seekor binatang mythology yang mempunyai kekuatan gaib,
dianggap sebagai pelindung. Dari beberapa sumber, ada yang mengatakan tari
ini aslinya berasal dari negeri Tirai Bambu, Cina karena menyerupai tarian
Barongsai. Tetapi yang membedakan antara Barongsai dan Barong adalah
tariannya sarat akan nilai cerita dan juga diselingin lelucon segar.
Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan
kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari
dengan kostum binatang berkaki empat, yang ditarikan oleh dua orang penari
laki-laki. Sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok
yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
Riwayat Barong di Bali terpilah dalam dua alur. Alur pertama adalah
barong diyakini sebagai kesenian yang sudah ada sejak kebudayaan
Austronesia di Indonesia, ini merujuk dari cara pandang antropologi, sebab di
desa trunyan sejak ada barong brutuk yang bagi masyarakat Trunyan itu
disakralkan, Trunyan adalah desa Baliaga, desa kuna dan barong ini bertopeng
pra hindu dengan berbusana dari daun-daun pisang kering. Cerita yang
dimainkan adalah kisah Bhatara Pancering Jagat atau Batara Da Tont1a
dengan istrinya Ratu Ayu Pingit Dalem Dasar yang berkisah tentang
kesuburan. Masih sealur adalah riwayat Barong Landung, yang juga
disakralkan, yang ditarikan pada upacara tertentu, yang lelaki disebut dengan
Jero Gede dan perempuan di Jro Luh; jika menyusuri desa Batur maka akan
bertemu dengan satu Pura yang namanya Dalem Balingkang, yang dalam
Lontar Usana Bali disebut keberadaannya, sampai kini disekitar Kintamani
ada keturunan masyarakat cina, yang konon dulu menjadi pengiring sang putri
cina dan memuja pratima suami-istri itu dengan sebutan Chungkang,dst. Alur
yang kedua, adalah barong ket yang kini hampir seluruh masyarakat dunia
mengenalinya sebagai trade marknya bali. Barong ket atau ketet, diduga dalam
desainnya mendapat pengaruh Cina ini juga mengingat adanya ornamen dalam
ukiran bali yang menggunakan Barong Sae dan Burung Phoenix (Patra Cina),
kisarannya waktu adalah di tahun 1225 Masehi mulainya munculnya
keterpengaruhan itu.
Namun dalam itihasa bali, cerita suci, bukan dongeng; adanya Barong,
Rangda dan telek, ini terkait dengan kisah Siwa disaat mencari saktinya yakni
Dewi Uma. Karena itu hampir seluruh desa di Bali, desa kuna dan madya
memiliki barong yang disakralkan yang biasanya distanakan di Pura dalem,
selalu berbarengan dengan Rangda dan telek plus dengan berbagai jenis
topeng lainnya, simbol dari para apsara-apsari,dst. Kemudian dalam tradisi
ruwatan, maka di setiap galungan dan kuningan banyak desa di Bali
melaksanakan ngelawang, yakni barong ket berkeliling desa, namun ada juga
tradisi ngelawang hanya dengan barong bangkal, dst. Tradisi ruwatan yang
disakralkan yang melibatkan tari barong adalah ngurek, menusuk diri dengan
keris sampai tahun 1936-an ngurek tidak hanya dilakukan oleh kaum lelaki
namun juga perempuan. Namun harus diingat, barong profan, yang untuk turis
tidak memainkan kisah seperti kisah dalam tari barong sakral. Untuk tourism
yang dimainkan adalah kisah kuntisraya. Tidak akan ditemukan bagaimana
wajah-wajah telek merah dan putih memperebutkan kuburan.
Awal mulanya barong hadir dalam seni pertunjukan, di luar
kepentingan upacara dimulai abad 19, saat itu Raja kelungkung (Ida I Dewa
Agung Sakti) menginginkan ada pertunjukan wayang wong yang berjumlah
36 orang, sebagian sebagai pasukan raja kera, sebagian sebagai pasukan
rahwana. Topeng dikenakan dan busananya dari braksok, semacam serat.
Pertunjukan ini kemudian sangat populer maka dikenallah dengan sebutan
barong Kadingkling atau Blasblasan, yakni jika berkunjung ke desa, dipercaya
akan memberi kesuburan pada pohon kelapa.
Barong yang berbentuk binatang mytologi ini banyak sekali
macamnya, ada yang kepalanya berbentuk kepala singa, harimau, babi hutan
jantan (bangkal), gajah, lembu atau keket. Keket oleh orang Bali dianggap
sebagai raja hutan yang disebut pula dengan nama Banaspati Raja.
Tari barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali dapat dibagi dan
dikelompokkan menjadi beberapa macam, antara lain :
a) Barong ket ( ketet )
Barong ini adalah yang paling banyak didapatkan di bali dan yang
paling sering dipentaskan serta memiliki jenis perbendaharaan gerak tari
yang lengkap. Barong ketet merupakan perpaduan antara singa, macan,
sapi atau bona.
b) Barong Bangkal
Berarti babi besar yang berumur tua, barong ini menyerupai seekor
bangkal biasa disebut barong celeng atau barong bangkung.
c) Barong Asu
Barong ini menyerupai anjing terutama topengnya, sangat
dikeramatkan dan terdapat di pura puncak dawa Baturiti Tabanan.
d) Barong Gajah
Ini adalah barong yang menyerupai gajah, sangat dikeramatkan dan
salah satu diantaranya terdapat di Desa Singapadu.
e) Barong Macan
Barong ini menyerupai seekor macan, dalam pementasannya
ditarikan oleh dua orang penari.
f) Barong Landung
Barong ini berbeda dengan barong-barong yang telah disebutkan di
atas. Barong Landung wujudnya bukan binatang melainkan manusia purba
yang berkaki dua.
Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering
menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki
kostum dan tarian cukup lengkap. Kostum Barong Ket umumnya
menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu. Di badannya
dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan juga
dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua
penari (juru saluk/juru bapang) : satu penari mengambil posisi di depan
memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara penari kedua
berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor Barong.
Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang
biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang
dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara
Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera
(sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut
Rangda.
Barong adalah karakter dalam mitologi Bali dan merupakan
perwujudan raja dari roh-roh yang melambangkan kebajikan (dharma).
Sedangkan lawannya adalah Rangda yang menggambarkan keburukan
(adharma). Barong dalam mitologi Bali konon digerakkan oleh roh yang
dikenal dengan nama Banas Pati Rajah, yaitu roh yang mendampingi seorang
anak dalam hidupnya. Sebagai roh pelindung, Barong sering ditampilkan
dalam wujud seekor singa. Setiap Barong dari yang mewakili daerah tertentu
digambarkan sebagai hewan yang berbeda, seperti babi hutan, harimau, ular
atau naga, dan singa. Bentuk Barong sebagai singa sangatlah populer dan
berasal dari Gianyar. Dalam Calonarong atau tari-tarian Bali, Barong
menggunakan ilmu gaibnya untuk mengalahkan Rangda.
Untuk menarikannya Barong ini diusung oleh dua orang penari yang
disebut Juru Saluk / Juru Bapang, satu penari di bagian kepala dan yang
lainnya di bagian pantat dan ekornya. Tari Barong Keket ini melukiskan
tentang pertarungan kebajikan (dharma) dan keburukan (adharma) yang
merupakan paduan yang selalu berlawanan (rwa bhineda), yang diiringi
dengan gamelan Semar Pagulingan. Dari beberapa sumber (penjelasan dan
uraian para tour guide lokal) ada yang mengatakan tari ini aslinya berasal dari
negeri Tirai Bambu (Cina), karena menyerupai tarian Barongsai, walaupun ini
juga masih banyak menimbulkan pro dan kontra. Tetapi yang pasti tarian ini
sangat menarik (apalagi bila disaksikan secara live), karena sarat akan nilai
cerita (pertentangan antara kebajikan dan keburukan yang tidak pernah
berhenti) dengan disertai selingan lelucon segar.
B. Keistimewan Tari Barong dilihat dari segi estetika
Pementasan Tari Barong terdiri dari beberapa babak alur cerita yang
saling berkaitan, yaitu :
1. Gending Pembukaan
Menggambarkan suasana barong dan kera sedang berada didalam
hutan lebat, tak lama kemudian muncullah tiga orang bertopeng yang
menggambarkan tiga orang yang sedang membuat tuak di tengah-tengah
hutan, dan salah satu anak dari orang tersebut diduga telah dimakan oleh
Barong. Melihat barong maka, kemudian ketiga orang itu sangat marah
dan menyerang barong dan kera, ternyata dalam perkelahian ini hidung
diantara salah seorang dari ketiga orang itu digigit oleh kera.
2. Babak Pertama dan Kedua
Jalan cerita yang diungkapkan pada babak ini adalah perjalanan
para pengikut dari Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti
yang sedang dalam perjalanan untuk menemui patihnya. Setelah para
pengikut Dewi Kunti tiba, maka tiba-tiba salah satu dari pengikut Rangda
berubah rupa menjadi setan (semacam Rangda) dan memasukkan roh jahat
kepada pengikut Dewi Kunti yang menyebabkan mereka bisa menjadi
marah. Alur cerita selanjutnya adalah gerak dinamis kedua pengikut (Dewi
Kunti dan Rangda) menemui Patih dan bersama-sama menghadap Dewi
Kunti.
3. Babak Ketiga
Babak ini menggambarkan peran roh jahat yang dimasukkan ke
dalam Dewi Kunti untuk mengorbankan anaknya sendiri Sadewa kepada
Rangda. Babak ini dimulai dengan kemunculan Dewi Kunti dan anaknya
yang bernama Sadewa, kemudian alur cerita yang berkembang
menggambarkan janji Dewi Kunti kepada Rangda untuk menyerahkan
Sadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati
mengorbankan anaknya tetapi Rangda memasukkan roh jahat kepada
Dewi Kunti, sehingga menyebabkan Dewi Kunti menjadi pemarah dan
tetap berniat mengorbankan Sadewa anaknya. Oleh sebab itu Dewi Kunti
mengutus patihnya untuk membuang Sadewa ke dalam hutan, sementara
itu sang Patih inipun tidak luput dari kemasukan roh jahat, sehingga sang
Patih dengan tanpa perasaan kemanusiaan menggiring Sadewa ke dalam
hutan dan mengikatnya di muka istana sang Rangda.
4. Babak Keempat
Babak ini menggambarkan kekuatan dan anugerah Sang Dewa
(Dewa Siwa) untuk memberikan bantuan dan pertolongan kepada umat
manusia yang memerlukan. Pementasan pada babak ini dimulai dengan
turunnya Dewa Siwa untuk memberikan keabadian hidup kepada Sadewa
dalam bentuk pemberian ilmu kekebalan tubuh, dan kejadian ini tidak
diketahui oleh Rangda. Sesaat kemudian datanglah Rangda yang berniat
untuk mengoyak-ngoyak dan membunuh Sadewa, tetapi Sadewa yang
telah terikat tidak dapat dibunuhnya karena ilmu kekebalan yang
dianugerahkan oleh Dewa Siwa. Tahapan berikutnya yang diekspresikan
adalah menyerahnya Rangda kepada Sadewa, serta memohon untuk
diselamatkan agar dapat masuk sorga. Permintaan Rangda ini dikabulkan
oleh Sadewa, sehingga berikutnya Rangda dapat masuk surga.
5. Babak Kelima
Babak ini menggambarkan pertentangan abadi antara kebajikan
dan keburukan di kehidupan ini. Babak ini dimulai dengan pementasan
Kalika (salah seorang pengikut Rangda) menghadap kepada Sadewa untuk
memohon diselamatkan juga, tetapi hal ini ditolak oleh Sadewa. Penolakan
ini menimbulkan perkelahian sengit, dan Kalika pada saat itu langsung
berubah rupa menjadi “babi hutan”, serta kemudian pertarungan ini
berhasil memperoleh kemenangan. Karena kalah maka kemudian Kalika
(babi hutan) ini berubah menjadi “burung”, walaupun sudah berubah tetapi
tetap dapat dikalahkan. Akhirnya Kalika (burung) kembali berubah rupa
menjadi sosok yang paling sakti, yaitu Rangda. Oleh karena saktinya
Rangda ini, maka Sadewa tidak dapat membunuhnya, sehingga pada
akhirnya Sadewa berubah rupa menjadi Barong. Karena sama-sama sakti,
maka pertarungan dan perkelahian antara Barong dan Rangda ini
berlangsung terus abadi sampai dengan sekarang, yaitu perang antara
“kebajikan” melawan “kebatilan”.
Keistimewaan Tari Barong terletak pada unsur-unsur komedi dan
unsur-unsur mitologis yang membentuk seni pertunjukan. Unsur-unsur
komedi biasanya diselipkan di tengah-tengah pertunjukan untuk memancing
tawa penonton. Pada babak pembukaan, misalnya, tokoh kera yang
mendampingi Barong membuat gerakan-gerakan lucu atau menggigit telinga
lawan mainnya untuk mengundang tawa penonton.
Gerakan-gerakan dalam tari barong sangat dinamis. Untuk menarikannya
barong ini diusung oleh dua orang penari yang disebut Juru Saluk / Juru
Bapang, satu penari di bagian kepala dan yang lainnya di bagian pantat dan
ekornya. Perwujudan tari Barong dikenal dengan nama Barong Ket, yang
merupakan satu bentuk perpaduan antara singa, macan, dan sapi atau boma.
Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari kulit, ditempel kaca
cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari perasok (serat dari daun
sejenis tanaman mirip pandan), ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak.
Wujud dan implementasi Barong Ket tersebut bila di tanah Jawa (tepatnya di
Ponorogo-Jawa Timur) dikenal dengan nama Reog Ponorogo.
Topeng Barong dibuat dari kayu yang diambil dari tempat-tempat angker
seperti kuburan, oleh sebab itu Barong merupakan benda sakral yang sangat
disucikan oleh masyarakat Hindu Bali. Pertunjukan tari ini dengan atau tanpa
lakon, selalu diawali dengan demonstrasi pertunjukan yang diiringi dengan
gamelan yang berbeda-beda seperti gamelan Gong Kebyar, gamelan
Babarongan, dan gamelan Batel.
Berikut ini adalah jenis-jenis tari barong dan ciri khasnya :
a) Barong Ket (Keket)
Badan barong ini dihiasi dengan ukir ukiran dibuat dari kulit,
ditempeli kaca dan bulunya dibuat dari braksok, ijuk atau pula dari bulu
burung gagak.
Didalam menarikannya barong ini diusung oleh 2 ( dua ) orang
penari yang dinamakan juru saluk ataupun juru bapang. Lakon ini pada
umumnya menggambarkan pertarungan antara kebajikan dan keburukan,
dimana thema ini hampir selalu menjadi dasar dalam lakon lakon seni
pertunjukan Bali. Gamelan untuk mengiringi tari barong ini adalah
gamelan bebarongan yang berlaras pelog. Di beberapa tempat ada juga
yang diiringi dengan gamelan semar pegulingan.
b) Barong Bangkal
Gambelan untuk mengiringinya adalah gambelan batel, dalam
pementasannya sangat jarang disertai dengan suatu lakon dan pementasan
barong bangkal ini biasanya dengan cara ngelawang (pementasan) dari
satu tempat ketempat lain dan ada juga sekedar mafajar atau diusung
kesekeliling.
c) Barong Macan
Dilengkapi dengan suatu dramatari semacam Arja, gambelan yang
dipakai mengiringinya adalah gambelan batel.
d) Barong Landung
Pada umumnya Barong Landung ini dibuat berpasangan, terdiri
dari Ratu Lanang (Barong Landung laki) dan Ratu Luh (Barong Landung
perempuan). Barong ini disebut sedemikian karena bentuknya besar dan
tinggi (seperti ondel-ondel Jakarta). Ratu Lanang wajahnya sangat
menakutkan, hitam mukanya dengan giginya mencolot keluar sedangkan
Ratu Luh berupa perempuan tua seperti perempuan Cina.
Tarian Bali, khususnya tari barong, gerakan-gerakannya beragam
sangat unik, dinamik, dan eksotis. Tari barong mengandung berbagai macam
gerakan tari bali. Gerakan barong sangat lincah, terutama dari gerakan
kakinya. Ketika menari seorang penari barong harus mampu memainkan
seluruh anggota badannya, dari kepala hingga jari-jari kaki. Selain barong,
penari lain yang berperan sebagai pengikut-pengikut rangda menampilkan
gerakan yang yang indah. Di bawah ini diberikan beberapa contoh gerakan.
Contoh gerakan kaki
a) Tampak sirang pada berarti tapak kaki sama serong
b) Ngumbang pada dasarnya berarti berjalan
c) Tayog berarti berjalan goyang
d) Nyeregseg berarti bergeser cepat
e) Tayog demang berarti berjalan dengan tangan di pinggang
Contoh gerakan tangan
a) Luk nagasatru berarti tangan berputar ke arah dalam
b) Nepuk kampuh berarti tangan menekan kampuh atau kamen di dada
c) Ngaweh berarti tangan melambai
d) Mungkah lawang adalah gerakan pembuka tarian
e) Nabdab gelung berarti tangan meraba gelungan
Contoh gerakan jari
a) Jeriring berarti jari-jari bergetar halus
b) Manganjali berarti tangan menyembah
c) Ngutek berarti menunjuk-nunjuk
d) Nuding berarti jari menunjuk
e) Nyempurit berarti ibu jari melekat di jari tengah
Contoh gerakan badan
a) Ngotag dada berarti menggoyangkan dada
b) Ngotag pinggang berarti menggoyangkan pinggang
c) Ngotag pala berarti menggoyangkan pundak
d) Lelok berarti rebah kanan dan rebah kiri bergantian
e) Neregah berarti badan didorongkan ke depan
Contoh gerakan leher
a) Ngepik berarti leher rebah kanan dan kiri bergantian
b) Ngelidu berarti menoleh ke kanan dan ke kiri
c) Nyulengek berarti melihat ke atas
d) Ngetget berarti melihat ke bawah
e) Kidung but muring berarti bergeleng
Hal yang menarik dan unik dari tarian tersebut adalah dalam gerakan
mata atau seledet. Kedua bola mata digerakkan (melirik) ke kanan dan/atau ke
kiri bersamaan dengan gerakan dagu. Ketika nyeledet mata harus terbuka lebar
dan tidak boleh dikedipkan.
Disamping gerakan seluruh anggota badan, ekspresi muka juga sangat
berperaan dalam tari barong. Hal ini untuk menunjukkan karakter dari sebuah
tarian, apakah itu gembira, marah, sedih, terkejut, asmara, dan lain-lainnya.
C. Fungsi dan Nilai Sakral Tari Barong
Tari barong di dalam masyarakat Bali tergolong sebagai Tari Ritual
(tari bebali) / tari sakral religius dance, tetapi dalam perjalanan sejarahnya tari
ini mengalami perkembangan dan sekaligus mengalami perubahan dalam
berbagai unsurnya. Perkembangan tari ini mulai dari tanpa lakon, kemudian
dipentaskan memakai lakon. Lakon yang dipergunakan adalah Calonarang.
Sesuai dengan sifatnya tari barong ini dipentaskan berkaitan dengan
pelaksanaan upacara keagamaan bagi umat Hindu di Bali, seperti odalan,
Galungan, dan Kuningan, menyambut Nyepi dan pada sasih kaenem, yang
tujuannya secara mitologis untuk mengusir penyakit yang mengganggu umat
manusia, yang ditimbulkan oleh roh jahat leak.
Kesakralan tari barong bukanlah berdiri sendiri, tetapi didukung oleh
berbagai peristiwa sakralitas yang dilakukan oleh masyarakat pendukung tari
barong itu sendiri. Karena ritualisme barong sakral ini demikian rumit
sehingga barong bagi masyarakat Bali diberikan gelar Ratu Lingsir, Ratu
Sakti, Ratu Gede, dan sebaginya. Gelar ini hamper setara dengan kekuasaan
dewa-dewa umat Hindu. Sebab barong secara mitologis dianggap sebagai
penjelmaan dewa Brahma/Simbol dewa Brahma untuk menghalau Roh Jahat
yang ingin menyebarkan penyakit di dunia.
Unsur mitologis pada Tari Barong terletak pada sumber cerita yang
berasal dari tradisi pra-Hindu yang meyakini Barong sebagai hewan mitologis
yang menjadi pelindung kebaikan.
Unsur mitologis inilah yang membuat Barong disakralkan oleh
masyarakat Bali. Selain itu, Tari Barong juga seringkali diselingi dengan tari
keris (keris dance), di mana para penarinya menusukkan keris ke tubuh
masing-masing layaknya pertunjukan debus.
Tari Barong juga sarat dengan unsur mistis (seperti tari debus dari
Banten), dimana para penarinya dirasuki oleh makhluk-makhluk halus,
terutama pada adegan mereka berusaha untuk melukai diri sendiri. Oleh
karena itu, dalam setiap pementasan pasti ada pemuka adat yang bertugas
untuk menjaga para penarinya untuk kebal dan tidak melewati batas.
Tidak setiap benda berwujud seperti Barong dan Rangda dapat disebut
Barong dan Rangda. Hal ini berkaitan dengan ada tidaknya proses sakralisasi
melalui upacara. Apabila rangkaian ini tidak ada, dapat saja Barong dan
Rangda disebut barong-barongan dan rangda-rangdaan (barong dan rangda
imitasi). Proses sakralisasi ini penting karena perwujudan Barong dan Rangda
akan menampakkan nilai magisnya sehingga masyarakat merasa dekat secara
spiritual.
Walaupun topeng berserta perhiasan / asesoris sudah dipasang, tidak
akan dapat memiliki daya magis sebelum mendapatkan upacara Utpeti
(penyucian). Proses penyucian ini dilakukan dalam beberapa tingkatan yaitu :
1. Tingkatan Prayascita dan Mlaspas
Tingkat Prayacitta dan Melaspas. Tujuan dari upacara ini adalah
untuk menghapuskan noda baik yang bersifat sekala maupun niskala yang
ada pada kayu dan benda lain yang digunakan untuk pembuatan Petapakan
Betara. Noda ini dapat saja ditimbulkan oleh sangging (seni ukir) ataupun
bahan itu sendiri. Dengan Upacara Prayascitta diharapkan kayu atau bahan
itu menjadi bersih dan suci serta siap untuk diberikan kekuatan. Upakara
tersebut dihaturkan kehadapan Sang Hyang Surya, Sang Hyang Siwa dan
Sang Hyang Sapujagat.
2. Tingkatan Ngatep dan Pasupati
Ngatep dan Pasupati dapat dilakukan oleh Pemangku (orang suci)
dan Sangging (seni ukir). Dengan upacara ini terjadilah proses Utpeti
(kelahiran) terhadap Petapakan Betara. Mulai saat itu dapat difungsikan
sebagai personifikasi dari roh atau kekuatan gaib yang diharapkan oleh
penyungsungnya (Pemujanya).
3. Tingkatan Masuci dan Ngerehin
Tingkat Masuci dan Ngrehin, merupakan tingkat upacara yang
terakhir dengan maksud Petapakan Betara menjadi suci, keramat dan tidak
ada yang ngeletehin (menodai). Tujuan upacara adalah untuk memasukkan
kekuatan gaib dari Tuhan. Dengan demikian diharapkan Petapakan Betara
mampu menjadi pelindung yang aktif. Upacara ini biasanya dilakukan
pada dua tempat yaitu di pura dan di kuburan. Apabila dilakukan di
kuburan yang dianggap tenget (angker), maka diperlukan tiga tengkorak
manusia yang berfungsi sebagai alas duduk bagi yang memundut
(mengusung). Begitu pula bila dilakukan di pura maka tengkorak manusia
dapat diganti dengan kelapa gading muda. Upacara ini biasanya dilakukan
pada tengah malam terutama pada hari-hari keramat seperti hari kajeng
kliwon menurut kalender Bali. Sebagai puncak keberhasilan upacara ini
adalah adanya kontak dari alam gaib yaitu berupa seberkas sinar yang
jatuh tepat pada pemundutnya (pengusungnya). Si pemundut (pengusung)
yang kemasukan sinar itu akan dibuat kesurupan (trance) dan pada saat itu
pula si pemundutnya (pengusungnya) menari-nari. Kejadian lain yang
menandakan upacara ini berhasil adalah apabila Petapakan Betara
bergoyang tanpa ada yang menyentuhnya.
Proses sakralisasi ini penting karena perwujudan Barong dan Rangda
akan menampakkan nilai magisnya sehingga masyarakat merasa dekat secara
spiritual.
Walaupun topeng berserta perhiasan / asesoris sudah dipasang, tidak akan
dapat memiliki daya magis sebelum mendapatkan upacara Utpeti (penyucian).
Sebelum ketiga tingkatan upacara di atas dilaksanakan, terlebih dahulu
dilaksanakan beberapa kegiatan yaitu :
1. Menentukan hari baik pembuatan Barong dan Rangda sehingga menjadi
barang sakral sangat ditentukan oleh penentuan hari yang baik.
2. Menentukan jenis kayu yang akan digunakan untuk pembuatan topeng
Barong dan Rangda. Umumnya kayu yang digunakan adalah kayu yang
diyakini mempunyai kekuatan magis.
3. Pemberian warna. Pemberian warna pada sebuah topeng Barong dan
Rangda merupakan suatu hal yang penting karena dengan warna yang baik
serta cocok akan memberikan kesan hidup serta berwibawa serta agung.
4. Membuat kerangka Barong dan Rangda
5. Pemasangan bulu dan asesoris lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tari Barong adalah tari yang menggambarkan pertarungan antara
kebajikan(dharma) yang dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan
kostum binatang berkaki empat dan keburukan(adharma) yang dimainkan
oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di
mulutnya, Tari Barong juga merupakan tarian rakyat, tarian massal, dan
tari kreasi juga termasuk tari eroik dan drama tari.
2. Tari barong di dalam masyarakat Bali berfungsi sebagai Tari Ritual
(tari bebali) / tari sakral religius dance. Setiap Barong dari daerah tertentu
juga digambarkan sebagai hewan yang berbeda, seperti babi hutan,
harimau, ular atau naga, dan singa.
3. Keunikan Tari Barong terletak pada unsur-unsur komedi beserta asoesoris
unik yang dipakai ,yang membentuk seni pertunjukkan yang biasanya
diselipkan di tengah-tengah pertunjukan untuk memancing tawa penonton.
4. Keistimewan Tari Barong dilihat dari segi estetika adalah pementasannya
yang terdiri dari beberapa babak alur cerita serta gerakan-gerakan dalam
tari barong sangat dinamis yang mengandung berbagai macam gerakan tari
Bali. Juga gerakan mata atau seledet. Kedua bola mata digerakkan
(melirik) ke kanan dan/atau ke kiri bersamaan dengan gerakan dagu.
Ketika nyeledet mata harus terbuka lebar dan tidak boleh dikedipkan. ,
ekspresi muka juga sangat berperaan dalam tari barong. Hal ini untuk
menunjukkan karakter dari sebuah tarian, apakah itu gembira, marah,
sedih, terkejut, asmara, dan lain-lainnya.
5. Tari Barong yang dipertunjukkan untuk turis tidak dimainkan kisah seperti
kisah dalam tari barong sakral. Untuk tourism yang dimainkan adalah
kisah kuntisraya.
6. Sakralitas Tari Barong dalam mitologi Bali konon digerakkan oleh roh
yang dikenal dengan nama Banas Pati Rajah, serta Tari Barong yang
distanakan di Pura dalem. Kemudian dalam tradisi ruwatan, setiap
galungan desa di Bali. Selain itu juga terdapat pada Topeng Barong dibuat
dari kayu yang diambil dari tempat-tempat angker seperti kuburan,
pertunjukan ini selalu diawali dengan demonstrasi pertunjukan yang
diiringi dengan gamelan yang berbeda-beda seperti gamelan Gong Kebyar,
gamelan Babarongan, dan gamelan Batel.
7. Kesakralan Tari Barong karena sifat Tari Barong ini dipentaskan berkaitan
dengan pelaksanaan upacara keagamaan bagi umat Hindu di Bali, seperti
odalan, Galungan, dan Kuningan, menyambut Nyepi dan pada sasih
kaenem, yang tujuannya secara mitologis untuk mengusir penyakit yang
mengganggu umat manusia, yang ditimbulkan oleh roh jahat leak. Proses
sakralisasi ini penting karena perwujudan Barong dan Rangda akan
menampakkan nilai magisnya sehingga masyarakat merasa dekat secara
spiritua
8. Kesakralan Tari Barong juga terletak pada unsur mitologis sumber cerita
yang berasal dari tradisi pra-Hindu yang meyakini Barong sebagai hewan
mitologis yang menjadi pelindung kebaikan..
B. Saran
1. Dalam pertunjukkan Tari Barong perlu diperhatikan alur ceritanya, tokoh
dan watak-wataknya sehingga dapat diketahui hikmah Tari Barong
tersebut.
2. Tari Barong mempunyai nilai edukatif yang perlu dilestarikan dan dapat
dijadikan bahan penelitian.
3. Tari Barong juga perlu dilindungi dari kepunahan seni tari di Bali dan
pengklaiman budaya yang dilakukan negara asing.
4. Jika ada penelitian lebih lanjut maka laporan ini dapat dijadikan referensi.
DAFTAR PUSTAKA
http://globalbalitour.com/
http://tujuanbali.com/
http://dalemputih.blogspot.com/
http://kompas.com
http://budikolonjono.blogspot.com/
http://www.taribarong.com/cerita-tari-barong.htm#
http://books.google.co.id/books?
http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/prihantoro/2010/01/26/dinamisnya-gerak-
tari-barong/
http://id.wikipedia.org/wiki/Mitologi_Barong
http://pariwisata-pulaubali.blogspot.com/
http://community.um.ac.id/showthread.php?91487-Tari-Barong
http://www.indosiar.com/
http://denpasarkota.go.id/
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=12790.msg46581#msg46581
http://forumgunturnet.blogspot.com/2009/06/alam-ini-indahseperti-tuhan-yang-
udah.html
LAMPIRAN