etbis keadilan
DESCRIPTION
awdafaefrgsgrg aef sef asdf wefaefTRANSCRIPT
![Page 1: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/1.jpg)
Tugas Etika Bisnis
Sinopsis Kasus Ketidakadilan
(Konteks Bisnis)
KP : F - Anggota Kelompok :
Arvian christanto/ 22 (3122155)
Maria Theresia Ma’u / 54 (3123238)
Yanita Apsari Dewi Alie / 49 (3123179)
Universitas Ubaya
Fakultas Ekonomi
2013
![Page 2: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Keadilan pada hakikatnya adalah memberikan kepada setiap orang apa yang
menjadi haknya (to give everybody his own). Definisi ini popular pada masa roma
kuno sebagaimana diungkapkan oleh Celcus (175 M). Keadilan juga merupakan topik
penting dalam etika. Karena sebagaimana dikemukakan Bertens, "sulit sekali untuk
dibayangkan orang atau instansi yang berlaku etis tetapi tidak mempraktekkan
keadilan atau bersikap tak acuh pada ketidakadilan" (Bertens, 2000: 85). Keadilan
memiliki peran yang sangat penting dalam ekonomi dan bisnis. Karena menyangkut
barang yang diincar banyak orang untuk dimiliki atau dipakai. Dalam sejarahnya,
wacana keadilan ekonomi mengalami pasang surut. Pada zaman kuno keadilan
ekonomis mendapat tempat yang amat penting khususnya pada Aristoteles. Perhatian
serupa juga tampak pada zaman pertengahan, khususnya pada tokoh Thomas
Aquinas. Keadilan dalam relasi-relasi ekonomis dianggap sebagai sesuatu yang harus
diusahakan, karena tidak terjadi secara otomatis. Pada masa modern, keadilan
ekonomis tidak mendapat perhatian hingga pada abad ke-19 dan mencapai puncaknya
pada abad ke-20.
Ketidakadilan merupakan akibat ulah manusia, oleh karenanya harus
diperbaiki oleh manusia sendiri. Masyarakat tidak mungkin dikatakan well ordered
(teratur dengan baik) kalau tidak ada keadilan. Masyarakat yang makmur sekalipun
belum dikatakan baik jika terjadi ketidakadilan. Keadilan, sebagaimana kemakmuran
merupakan tujuan yang dicita-citakan dan terus-menerus diupayakan. Karena
keadilan sosial tidak mungkin mencapai kesempurnaan. Masyarakat bisa hidup
dengan baik jika memberi tempat kepada nilai-nilai moral. Dan dalam konteks
ekonomi dan bisnis salah satu nilai moral terpenting adalah keadilan.
![Page 3: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
DASAR TEORI
Keadilan merupakan hal vital dalam ekonomi atau bisnis. Karena keduanya
sama-sama terkait dengan pembagian barang dan jasa yang terbatas pada semua
orang. Baik ekonomi maupun keadilan sama-sama bertitik tolak dari terjadinya
kelangkaan atau keterbatasan. Karena kelangkaan perlu ekonomi dan karena
kelangkaan pula perlu pembagian distribusi secara adil. Jika barang berlimpah maka
tidak perlu lagi ada ekonomi dan juga tidak perlu keadilan. Semakin barang langka
maka semakin besar problem distiribusinya, dan semakin besar problem keadilan
yang ditimbulkan.
Keadilan mempunyai tiga unsur hakiki:
Pertama, keadilan selalu tertuju pada orang lain. Masalah keadilan hanya bisa timbul
dalam konteks antar manusia, dengan kata lain konteks keadilan kita selalu berurusan
dengan orang lain.
Kedua, keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan. Keadilan tidak hanya
diharapkan atau dianjurkan tapi mengikat kita, sehingga kita mempunyai kewajiban.
Dalam konteks keadilan kita selalu berurusan dengan hak orang lain.
Ketiga, keadilan menuntut persamaan ( equality ). Atas dasar keadilan kita harus
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya tanpa kecuali.
![Page 4: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/4.jpg)
Keadilan Distributif pada Khususnya:
Dalam teori etika modern sering disebut dua macam prinsip untuk keadilan
distributif:
Prinsip formal dan prinsip material. Prinsip formal hanya ada satu, yang menyatakan
bahwa kasus-kasus yang sama harus diperlakukan dengan cara yang sama sedangkan
kasus-kasus yang tidak sama boleh saja diperlakukan dengan cara yang tidak sama
(equals ought to be treated equally and unequals may be treated unequally). Prinsip
material keadilan distributif melengkapi prinsip formal. Prinsip material menunjuk
pada salah satu aspek relevan yang bisa menjadi dasar untuk membagi dengan adil
hal-hal yang dicari oleh pelbagai orang. Menurut Beauchamp dan Bowie ada enam
prinsip material.
Keadilan distributif terwujud kalau setiap orang diberikan:
1. Bagian yang sama
Prinsip ini kita membagi dengan adil jika kita membagi rata: kepada semua orang
yang berkepentingan diberi bagian yang sama.
2. Kebutuhan
Prinsip ini menekankan bahwa kita berlaku adil jika kita membagi sesuai kebutuhan.
3. Hak
Hak merupakan hal yang penting bagi keadilan pada umumnya, termasuk keadilan
distributif.
4. Usaha
![Page 5: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/5.jpg)
Mereka yang mengeluarkan banyak usaha dan keringat untuk mencapai suatu tujuan
pantas diperlakukan dengan cara lain daripada orang yang tidak berusaha.
5. Kontribusi kepada masyarakat
Orang yang karena kontribusinya besar kepada masyarakat.
6. Jasa
Jasa menjadi alasan untuk memberikan sesuatu kepada satu orang yang tidak
diberikan kepada orang lain.
Berdasarkan prinsip material tersebut, dibentuk tiga teori keadilan distributif:
1. Teori Egalitarianism
Teori egalitarianisme berdasar atas prinsip yang pertama, bahwa kita baru membagi
dengan adil bila semua orang mendapat bagian yang sama (equal).
2. Teori Sosialistis
Teori sosialistis tentang keadilan distributif memilih prinsip kebutuhan sebagai
dasarnya. Masyarakat diatur dengan adil jika kebutuhan semua warganya terpenuhi.
3. Teori Liberalistis
Liberalisme menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai tidak adil. Karena
manusia adalah mahluk bebas, kita harus membagi menurut usaha-usaha bebas dari
individu-individu bersangkutan. Yang tidak berusaha tidak mempunyai hak pula
untuk memperoleh sesuatu.
Dalam teori liberalisme tentang keadilan distributif digarisbawahi pentingnya dari
prinsip hak, prinsip usaha, khususnya prinsip jasa atau prestasi.
![Page 6: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/6.jpg)
![Page 7: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/7.jpg)
BAB III
Pembahasan
PEMBAHASAN KASUS: ENRON
Amerika Serikat banyak digunakan sebagai kiblat perekonomian oleh negara-
negara di dunia karena dianggap mampu menghasilkan kesejahteraan yang tinggi
bagi masyarkatnya. Namun, Amerika Serikat juga memiliki potret sistem
perekonomian yang buram dengan mencuatnya kasus perusahaan energi terbesar di
Amerika yaitu kasus Enron. Perusahan Enron tiba-tiba dinyatakan pailit setelah
tahun-tahun sebelumnya melaporkan kondisi keuangannya yang sehat begitupula
tingkat laba yang tinggi. Kebangkrutan ini bukan disebabkan oleh ekonomi dunia
yang sedang melemah, melainkan kesalahan fatal dalam sistem akuntan mereka.
Selama tujuh tahun terakhir, Enron melebih-lebihkan laba bersih dan menutup-tutupi
utang mereka.
Kasus Enron ini menghadirkan sejumlah fenomena ketidakadilan bagi
masyarakat Amerika Serikat maupun dunia. Stakeholder-stakeholder yang ada tidak
mendapatkan haknya untuk mengetahui informasi yang sebenarnya. Berdasarkan
konsep keadilan, seharusnya semua stakeholder dengan segala kepentingannya
berhak memproleh informasi untuk mendukung keputusannya. Arthur Andersen
selaku auditor independen mengambil peran yang banyak karena bertanggung jawab
dalam memeriksa sekaligus memberikan jasa konsultasi terhadap perusahaan energi
ini. Inilah salah satu sumber ketidakadilan itu, ketika Andersen harus memposisikan
dirinya untuk menasehati Enron sekaligus harus memeriksanya sehingga sama dia
memeriksa dirinya sendiri.
Andersen yang masuk dalam The Big Five ini pun dianggap bertanggung
jawab dalam memberikan usulan untuk membentuk partnership yang dijadikan Enron
sebagai kolega untuk menyembunyikan keburukannya sebagai perusahaan besar. Dari
![Page 8: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/8.jpg)
segi hukum hal ini melanggar karena juga dibantu oleh Vinson & Eikins sebuah
kantor hukum yang menjadi penasehat Enron. Hal inilah yang menghipnotis
pandangan masyarakat sehingga melihat Enron begitu ‘kuat’ hingga harus
tersadarkan dengan pengumuman kepailitannya.
Kasus Enron betul-betul komplit dalam menggambarkan proses ketidakadilan,
mulai dari proses beroperasinya perusahaan hingga informasi yang disampaikan
kepada masyarakt. Namun kesalahan ini tidak hanya bisa dilimpahkan pada Enron,
Andersen, serta Vinson & Eikins karena pemerintah juga mendukung dengan aturan-
aturan yang ada. Aturanlah yang membolehkan Andersen menjadi auditor sekaligus
konsultan bagi Enron, begitupula hukum-hukum bisnis yang lain seperti aturan
mengenai konsolidasi laporan keuangan. Jadi, ketidakadilan bisa dilihat baik dari segi
keadilan sosial, hukum, maupun bisnis.
Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial perusahaan
berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial ekonomi yang
![Page 9: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/9.jpg)
semakin sejahtera dan merata. Tidak hanya dalam pengertian bahwa terwujudnya
keadilan akan menciptakan stabilitas sosial yang akan menunjang kegiatan bisnis,
melainkan juga dalam pengertian bahwa sejauh prinsip keadilan dijalankan akan lahir
wajah bisnis yang lebih baik dan etis. Tidak mengherankan bahwa hingga sekarang
keadilan selalu menjadi salah satu topik penting dalam etika bisnis.
Keterkaitan pembahasan dengan teori-teori keadilan:
Teori keadilan Aristoteles atas pengaruh Aristoteles secara tradisional keadilan dibagi
menjadi tiga :
1. Keadilan Legal /Umum
Keadilan legal yaitu perlakuan yang sama terhadap semua orang sesuai
dengan hukum yang berlaku. Itu berarti semua orang harus dilindungi dan tunduk
pada hukum yang ada secara tanpa pandang bulu. Keadilan legal menyangkut
hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan negara. Intinya adalah
semua orang atau kelompok masyarakat diperlakukan secara sama oleh negara
dihadapan dan berdasarkan hukum yang berlaku. Semua pihak dijamin untuk
mendapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan hukum yang berlaku.
Ada pihak dari Enron yang memberikan laporan yang tidak sesuai dengan
seharusnya dikarenakan termasuk kedalam anggota perusahaan sebagai konsultan
jasa yang seharusnya tidak dibenarkan namun hal tersebut dilakukan dan
![Page 10: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/10.jpg)
menyembunyikan keburukan perusahaan Enron di mata public maka terjadi
pelanggaran hokum.
2. Keadilan Komutatif
Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dan yan
lain atau antara warganegara yang satu dengan warga negara lainnya. Keadilan
komutatif menyangkut hubungan horizontal antara warga yang satu dengan warga
yang lain. Dalam bisnis, keadilan komutatif juga disebut atau berlaku sebagai
keadilan tukar. Dengan kata lain, keadilan komutatif menyangkut pertukaran yang
adil antara pihak-pihak yang terlibat. Prinsip keadilan komutatif menuntut agar semua
orang menepati apa yang telah dijanjikannya, mengembalikan pinjaman, memberi
ganti rugi yang seimbang, memberi imbalan atau gaji yang pantas, dan menjual
barang dengan mutu dan harga yang seimbang.
Karena pemerintah membolehkan mereka melakukan praktek bisnis dengan
Andersen menjadi auditor sekaligus konsultan bagi Enron. Perusahaan Enron
merupakan suatu perusahaan tonggak besar Amerika di bidang energi maka
diperbolehkan dan menimbulkan ketidakadilan bagi masyarakat yang lain.
3. Keadilan Distributif
Prinsip dasar keadilan distributif yang dikenal sebagai keadilan ekonomi
adalah distribusi ekonomi yang merata atau yang dianggap adil bagi semua warga
negara. Keadilan distributif punya relevansi dalam dunia bisnis, khususnya dalam
perusahaan. Berdasarkan prinsip keadilan ala Aristoteles, setiap karyawan harus
digaji sesuai dengan prestasi, tugas, dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa kita dapatkan dalam
karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya, dalam buku
nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan yang berdasarkan
![Page 11: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/11.jpg)
filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya,
“karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan”. Yang
sangat penting dari pandanganya ialah
Perusahaan tidak mematuhi hukum yang berlaku yang menyatakan bahwa
para stakeholders bisa mengetahui informasi yang terdapat di dalam perusahaan
dengan fleksibel dan tanpa ditutup - tutupi sehingga pembagian informasi penting
tidak merata di masyarakat dan bisa dimanfaatkan
![Page 12: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN: Opini Kelompok:
Sebaiknya perusahaan Enron bisa dengan baik mengatur sumberdaya - sumberdaya
yang ada dalam perusahaan tersebut dan lebih terbuka pada masyarakat sehingga
masyarakat bisa lebih melihat kondisi perusahaan dengan lebih real dan bisa mencari
alternatif terbaik bagi para stakeholder sebelum menginvestasikan dananya. Jadi,
perusahaan tidak sampai dituduh melakukan praktek-praktek ketidakadilan dan
menggunakan auditor eksternal agar hasil laporan keuaangan dalam perusahaan bisa
lebih nyata.
Dan sebagai pemerintah juga harus melakukan praktek yang adil dan jujur serta tidak
mendukung tindakan ketidakadilan yang terjadi pada perusahaan besar Enron agar
tidak menciptakan tanggapan yang buruk yag bisa merusak stabilitas perekonomian
dan sosial di Amerika Serikat.
![Page 13: etbis keadilan](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082713/55cf8fac550346703b9eb36e/html5/thumbnails/13.jpg)
Daftar pustaka
http://eskeydi.blogspot.com/2013/02/etika-bisnis-ekonomi-dan-keadilan.html
http://m31ly.wordpress.com/2009/11/13/6/
Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
http://japanesebuginese.wordpress.com/2012/10/05/kasus-keadilan-dan-
ketidakadilan/