etika dokter muslim

3
ETIKA DOKTER MUSLIM Oleh : dr.H. SATRYO WASPODO, Sp RM Dunia kedokteran belakangan ini kembali menjadi sasaran kritikan dan tuntutan dari berbagai kalangan masyarakat. Dokter sering dinilai bersifat komersial dan kurang manusiawi. Disamping itu rumah sakit kini juga ditudah sebagai unit pelayanan kesehata n yang bersifat komersial dan bukan lagi sebagai usaha sosial. Semuanya itu menunjukan bahwa dunia kedokteran sedang mengalami perubahan norma dan nilai. Perubahan tersebut tampaknya bersamaan dengan perubahan norma dan nilai sosial budaya sebagai hasil sampingan pembangunan. Sementara itu beberapa kelompok dokter muslim dari berbagaqi negara merasa terpanggil untuk menanggapi keadaan tersebut. Sebagai Muslim, maka adalah menjadi kewajibannya untuk selalu meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT dengan jalan mengikuti perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Januari 1981 pada acara The First Internasional Conference on Islamic Medicine di Kuwait disepakati Kode Etik Kedokteran Islam (The Islamic Code of Medical Ethics), dimana salah satu deklarasi konferensi tersebut mmengharapkan agar setiap dokter muslim, dimanapun dia berada, agar melaksanakan Kode Etik Kedokteran Islam dengan sebaik- baiknya. Ketika mahsiswa seringka li yang terlintas dalam angan- angan Kita 5 kata yang dimulai dari huruf ‘Ain : ‘ Iyadah (praktek kedokteran), ‘Arabiyah (kendaraan), ‘Arus (pengantin), ‘Imarah (rumah tempat tinggal), ‘Uzbah (membujang). Semua kata- kata tersebut adalah cita- cita dan ambisi para mahasiswa. Perhatian kita tertumpu pada apa yang dapat dipenuhi oleh profesi kedokteran dan bukan kepada apa yang dapat kita laksanakan sebagai dokter terhadap orang lain. Pandangan yang di penuhi oleh Egoisme dan kepentingan pribadi terseb ut tidak jauh berbeda dengan kenyataan hidup dewasa ini. Tetapi ini bukan berarti bahwa hal tersebut terjadi pada semua dokter, ini hanya pada sebagian (besar??) mereka yang bernafsu dan bersifat demikian. Pemahaman seperti itu menyusup ke dalam peradaban dan budaya muslim yang bersumber dari peradaban Barat. Agama Islam menegakkan dua pilar yang asasi bagi seorang dokter, yaitu: Menguraikan pandangan hidup yang menyeluruh Menunjukan baginya akhlak- akhlak yang mulia dan mendorongnya untuk melaksanakanny a. Allah SWT berfirman : “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah KU” (Adz Dzaariyaat 56)

Upload: oktania-putri-kusnawan

Post on 15-Oct-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Etika Dokter Muslim

    1/3

    ETIKA DOKTER MUSLIM

    Oleh : dr.H. SATRYO WASPODO, Sp RM

    Dunia kedokteran belakangan ini kembali menjadi sasaran kritikan dan tuntutan dari

    berbagai kalangan masyarakat. Dokter sering dinilai bersifat komersial dan kurang

    manusiawi. Disamping itu rumah sakit kini juga ditudah sebagai unit pelayanan kesehatan

    yang bersifat komersial dan bukan lagi sebagai usaha sosial.

    Semuanya itu menunjukan bahwa dunia kedokteran sedang mengalami perubahan norma

    dan nilai. Perubahan tersebut tampaknya bersamaan dengan perubahan norma dan nilai

    sosial budaya sebagai hasil sampingan pembangunan.

    Sementara itu beberapa kelompok dokter muslim dari berbagaqi negara merasa terpanggil

    untuk menanggapi keadaan tersebut. Sebagai Muslim, maka adalah menjadi kewajibannyauntuk selalu meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT dengan jalan mengikuti

    perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Januari 1981 pada acara The First Internasional

    Conference on Islamic Medicine di Kuwait disepakati Kode Etik Kedokteran Islam (The

    Islamic Code of Medical Ethics), dimana salah satu deklarasi konferensi tersebut

    mmengharapkan agar setiap dokter muslim, dimanapun dia berada, agar melaksanakan

    Kode Etik Kedokteran Islam dengan sebaik- baiknya.

    Ketika mahsiswa seringkali yang terlintas dalam angan- angan Kita 5 kata yang dimulai dari

    huruf Ain : Iyadah (praktek kedokteran), Arabiyah (kendaraan), Arus (pengantin),

    Imarah (rumah tempat tinggal), Uzbah (membujang).

    Semua kata- kata tersebut adalah cita- cita dan ambisi para mahasiswa. Perhatian kita

    tertumpu pada apa yang dapat dipenuhi oleh profesi kedokteran dan bukan kepada apa

    yang dapat kita laksanakan sebagai dokter terhadap orang lain.

    Pandangan yang di penuhi oleh Egoisme dan kepentingan pribadi tersebut tidak jauh

    berbeda dengan kenyataan hidup dewasa ini. Tetapi ini bukan berarti bahwa hal tersebut

    terjadi pada semua dokter, ini hanya pada sebagian (besar??) mereka yang bernafsu dan

    bersifat demikian. Pemahaman seperti itu menyusup ke dalam peradaban dan budayamuslim yang bersumber dari peradaban Barat. Agama Islam menegakkan dua pilar yang

    asasi bagi seorang dokter, yaitu:

    Menguraikan pandangan hidup yang menyeluruh

    Menunjukan baginya akhlak- akhlak yang mulia dan mendorongnya untuk melaksanakannya.

    Allah SWT berfirman :

    Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah KU

    (Adz Dzaariyaat 56)

  • 5/26/2018 Etika Dokter Muslim

    2/3

    Itulah tujuan pokok bagi makhluk danbagi terwujudnya kehidupan secara umum. Tujuan

    manusia dan jin diciptakan yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT. Sebagian dari

    beribadah itu adalah memakmurkan alam.

    Sayyid Quthub dalam menguraikan ayat di atas menerangkan :

    Ayat yang singkat ini mengandung hakikat yang besar dan luas. Hakikat alamiah yang Maha

    hebat dan merupakan sendi utama bagi kehidupan manusia di muka bumi yang dapat

    diserap dan diyakini oleh setiap orang, masyarakat dan oleh kehidupan menusia dalam

    aspek dan seginya.

    Dengan demikian jelaslah, arti ibadah yang menjadi tujuan bagi terciptanya manusia atau

    yang menjadi tugasnya yang utama adalah lebih luas dan lebih mencakup dari sekedar

    upacara- upacara ritual. Tugas ke khalifahan termasuk dalam pengertian ibadah dan hakikat

    ibadah tercermin dalam dua perkara yang utama, yaitu:

    Kemantapan arti Ubudiyah kepada Allah dalam jiwa, yaitu : kemantapan perasaan bahwa

    terdapat hamba dan Robb. Hamba yang menyembah dan Robb yang disembah. Tidak ada

    apapun kecuali kedudukan dan anggapan seperti itu, yaitu penyembah dan yang disembah.

    Robb yang satu, esa, tunggal dan selain Dia semuanya berstatus sebagai hamba

    Mengarahkan segala gerak hati nurani, gerak anggota tubuh dan gerak kehidupan kepada

    Allah SWT. Pengarahan yang ikhlas karena Allah dan lepas dari perasaan lain atau sentuhan

    makna lain kecuali hanya ibadah kepada Nya.

    Dengan berlandaskan kedua perkara di atas akan terjelma arti ibadah sehingga amalan-

    amalan menjadi syiar- syiar ritual dan ritual menjadi memakmurkan bumi. Memakmurkan

    bumi sudah menjadi jihad di jalan Alah dan jihad dijalan Allah serupa dengan kesabaran

    terhadap segala kesulitan dan keridhoan terhadap takdirNya. Semua itu adalah ibadah dan

    realisasi tugas utama terciptanya jin dan manusia.

    Semua tunduk kepada hukum dan peraturn yang tercermin dalam ubudiyah. Segala sesuatu

    hanya kepada Allah dan tidak kepada yang lain. Pandangan menyeluruh harus menghimpun

    seluruh kebajikan dan keutamaan perikemanusiaan dalam satu ikatan yang saling berkaitan.

    Al Quran menetapkan ikatan kebajikan dan keutamaan dengan sebutan Al Birru

    (kebaktian).

    Sebagai Dokter Muslim yang mempunyai dan diharapkan memiliki keistimewaan

    dibandingkan dengan dokter- dokter yang lainya, seharusnya mereka sudah memahami dan

    mampu mengaplikasikan prinsip- prinsip (pemahaman- pemahaman) dasar yang harus ada

    pada sorang muslim, sebab seorang dokter muslim, merekapun juga seorang muslim

    dengan memiliki keahlian sebagai seorang dokter.

  • 5/26/2018 Etika Dokter Muslim

    3/3

    Pemahaman- pemahaman dasar yang harus dimiliki seorang dokter muslim adalah:

    Mana Syahadatain (Pengertian Dua Kalimat Syahadat) Marifatullah (Mengenal Allah) Marifah Ar Rasul (Mengenal Rasul) Marifah al Islam (Mengenal Islam) Marifah Al Insan (Mengenal Manusia) Marifah Al Quran (Mengenal Al Quran)

    Sebagai seorang Dokter Muslim, mereka pun harus mampu menyeimbangkan unsur- unsur

    keseimbangan dalam kehidupannya. Pada kronologis penciptaan Nabi Adam as, kita

    mendapatkan gambaran secara jelas bagaimana manusia itu. Bercermin dari prosesnya kita

    dapat membagi manusia itu menjadi 3 unsur utama :

    Unsur Akal Unsur Ruh (Rohani) Unsur Jasad

    Ketiaga unsur ini tidak bisa saling terpisahkan sebab ketidakutuhan akan saling berakibat

    hilang sisi kemanusiaannya. Ketiga unsur ini memerlukan perlakuan yang berbeda dalam

    pemenuhan kebutuhannya, semua unusr ini membutuhkan makanan yang berbeda.