etika profesi

6
IKLIM ETIKA DAN INTEGRITAS ORGANISASI RESUME diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi Dosen : H. Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si., Ak., CA. disusun oleh: Nama : Yogi Ginanjar NPM : 151402035 No. Urut : 9

Upload: sumiatichumie

Post on 26-Dec-2015

333 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Iklim Etika dan Integritas Organisasi

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Profesi

IKLIM ETIKA DAN INTEGRITAS ORGANISASI

RESUME

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi

Dosen : H. Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si., Ak., CA.

disusun oleh:

Nama : Yogi Ginanjar

NPM : 151402035

No. Urut : 9

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAK)

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA

2014

Page 2: Etika Profesi

IKLIM ETIKA

Menurut Victor dan Cullen (1987) iklim etika organisasi (organizational ethical climate)

adalah persepsian dan penerimaan individu-individu terhadap praktik dan prosedur yang ada

dalam organisasi karena etika yang muncul di dalam organisasi akan sangat berpengaruh

terhadap perilaku dan pengetahuan individu untuk mencapai kinerja yang baik. Maka dengan itu

menurut  Tseng dan Fang (2011) iklim etika organisasi sangat terkait dengan manajemen

pengetahuan karena individu dapat berdiskusi dan berbagi pengetahuan yang dimiliki jika iklim

etika yang muncul dalam organisasi dapat mendorong individu-individu untuk berbagi

pengetahuan sesama mereka dengan baik melalui teknik dan cara tertentu.

Praktik etika dalam organisasi kemudian dikembangkan oleh Appelbaum et al. (2005)

dengan menyatakan bahwa iklim etika organisasi memberi kontribusi yang signifikan terhadap

hubungan kerja dan pembentukan perilaku yang baik karena iklim etika organisasi merupakan

seperangkat nilai dan norma yang dapat membimbing tindakan karyawan. Iklim etika organisasi

dapat mendorong terciptanya perilaku yang etis dan sebaliknya juga dapat mendorong

terciptanya perilaku yang tidak etis dalam organisasi sehingga akan menyebabkan terjadinya

penyimpangan etika dan perilaku di tempat kerja yang dapat mempengaruhi perilaku berbagi

pengetahuan.

Victor dan Cullen (1987 dan 1988) menyatakan terdapat tiga faktor utama yang

menyebabkan terciptanya iklim etika dalam perusahaan. Pertama, terciptanya budaya

perusahaan yang baik. Kedua, terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling

percaya (trust-based organization). Ketiga, terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai

(employee relationship management). Ketiga faktor tersebut terjadi karena adanya beberapa

interaksi yakni kepentingan diri sendiri, keuntungan perusahaan, pelaksanaan efisiensi dan

kepentingan kelompok yang mana terdiri dari egoism yaitu sifat yang mengutamakan

kepentingan sendiri sama ada kepentingan individu, organisasi atau masyarakat, kemudian iklim

etika yang terdiri dari benevolence merupakan sifat yang mengutamakan kepentingan dengan

orang lain yang terdiri dari persahabatan, kerjasama tim dan tanggungjawab sosial, setelah itu

principle yang bersifat mengutamakan kepercayaan, peraturan, prinsip serta kode etik individu,

organisasi atau masyarakat yang terdiri dari moralitas pribadi, aturan dan prosedur, dan undang-

undang serta kode etik profesional (Victor dan Cullen 1987;1988 dalam Van Sandt et al. 2006).

Pada sektor publik hal yang menonjol dari persepsi individu tentang iklim etika di

organisasi mereka adalah terkait dengan peraturan dan kode etik (law and code) serta

tanggungjawab sosial (social responsibility) sedangkan untuk sektor swasta, persepsi individu

adalah lebih kearah efisiensi (efficiency) dan moralitas pribadi (personal morality). Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Tseng dan Fan ini, iklim etika yang terdiri dari kepentingan

Page 3: Etika Profesi

pribadi, tanggungjawab sosial, dan undang-undang serta kode etik profesional dimasukkan

sebagai pendahulu (antecedent) dari manajemen pengetahuan yang mana ketiga iklim etika ini

muncul dalam organisasi tersebut dengan mengacu pada  persepsian  anggota organisasi terkait

pola perilaku yang dibentuk oleh nilai-nilai umum dan keyakinan serta norma–norma individu-

individu yang ada dalam organisasi tersebut yang memberi dampak terhadap manajemen

pengetahuan dan job performance.

INTEGRITAS ORGANISASI

Integritas merupakan kesadaran terpadu yang diperoleh dari penghayatan mendalam akan

suatu proses  yang pernah dialami, melampaui kreatifitas, nilai, intuisi, emosi dan daya analisis-

rasional.  Integritas bisa memunculkan gema, medan gaya-energi, kreatifitas, kebanggaan dan

dapat diinteraksikan kepada orang lain dalam hubungan individual, kelompok, dan

keorganisasian. Integritas merupakan ciri watak manusia yang patuh pada prinsip-prinsip moral

dan etika, dalam keadaannya yang menyeluruh, penuh dan utuh. Seorang pemimpin

berintegritas adalah pemimpin yang membuat komitmen dan setia kepada komitmen itu sendiri,

kendati ia harus menanggung resiko.

Integritas merupakan pondasi dalam merancang kinerja yang optimal diseluruh aspek

organisasi. Inilah yang menjadi pokok terbentuknya kerjasama yang solid dalam tubuh

organisasi. Integritas tidak hanya menjadi pegangan bagi seorang pemimpin dalam bertindak,

tapi juga bagaimana integritas itu totalitas bagi seluruh anggota dan bawahan, sehingga

kebulatan akan terintegrasi dalam tujuan organisasi tersebut. Tidak dapat dipungkiri, begitu

besar pengaruh integritas yang kokoh dalam organisasi. Bagaimana tidak, kejujuran,

kewibawaan, aktualisasi diri, kredibilitas, dalam afiliasinya, menjadi jiwa untuk menghidupi

tubuh organisasi. Setaip bagian harus terpateri dalam membangun karakter yang dapat

dipercaya. Walaupun pada kenyataannya hal ini terkadang tidak disadari secara mendalam,

namun komitmen yang utuh akan terus mebangkitakan kesadaran akan pentingnya membangun

integritas, baik individu, maupun kelompok.

-Stephen R. Covey-

Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi

nilai-nilai luhur dan keyakinan.

-Denis Waitley-

Integritas berarti kita melakukan apa yang kita lakukan karena hal tersebut benar dan bukan

karena sedang digandrungi orang atau sesuai dengan tata krama. Gaya hidup, yang tidak tunduk

kepada godaan yang memikat dari sikap moral yang mudah, akan selalu menang.

Page 4: Etika Profesi

Membangun entitas korporasi dan menetapkan sasarannya. Pada saat itulah perlu prinsip-

prinsip moral etika ke dalam kegiatan bisnis secara keseluruhan diterapkan, baik dalam entitas

korporasi, menetapkan sasaran bisnis, membangun jaringan dengan para pihak yang

berkepentingan (stakeholders) maupun dalam proses pengembangan diri para pelaku bisnis

sendiri. Penerapan ini diharapkan etika dapat menjadi “hati nurani” dalam proses bisnis

sehingga diperoleh suatu kegiatan bisnis yang beretika dan mempunyai hati, tidak hanya

sekadar mencari untung belaka, tetapi juga peduli terhadap lingkungan hidup, masyarakat, dan

para pihak yang berkepentingan (stakeholders). Evaluasi terhadap kode perilaku korporasi dapat

dilakukan dengan evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan pedoman-

pedoman. Pedoman Good Corporate Governance disusun dengan bimbingan dari Tim BPKP

dan telah diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.

Dalam kajian organisasi, manajemen isu cenderung dilakukan banyak pendekatan, namun

salah satu yang cukup populer adalah pendekatan terintegrasi (engagement approach), yang

diperkenalkan Taylor,Vasques dan Doorley (2003). Pendekatan terintegrasi menegaskan, dialog

aktif atau keterlibatan antara organisasi dan publik merupakan cara yang paling efektif dalam

mengelola isu. Konsep terintegrasi (engagement) dalam konteks ini mengacu kepada

pemahaman bahwa stakeholder relevan dipertimbangkan dan dilibatkan, dalam keputusan

organsiasi.

Ada tiga asumsi penting yang berkaitan dengan pendekatan terintegrasi. Pertama, semua

organisasi berusaha memaksimalkan hasil atau outcome mereka. Manajemen isu membantu

organisasi tumbuh dan bertahan hidup karena memberikan organisasi alat untuk

memaksimalkan peluang.  Bagaimana pun kepentingan organisasi tidak bisa dipisahkan dari

lingkungannya. Oleh karena itu, pendekatan integrasi mengedepankan pemahaman, bahwa

kepentingan organisasi dikontekstualisasikan oleh hubungan dengan beragam publiknya.

Kedua, pendekatan integrasi yang menjelaskan kepentingan publik merupakan konsekuensi

yang muncul dikarenakan asumsi pertama. Dalam pendekatan ini, publik dilihat sebagai sumber

daya dengan mana organisasi bergantung. Ketiga, pendekatan integrasi menghargai nilai

hubungan. Pendekatan terintegrasi merupakan pendekatan yang mengintegrasikan kepentingan

organisasi dan public dan mencermati bagaimana proses komunikasi memainkan peran krusial

dalam menyelesaikan isu.