etiologi meningitis

7
A. Meningitis Viral Meningitis viral yang benigne tidak melibatkan jaringan otak pada proses radangnya. Gejala-gejalanya dapat sedemikian ringannya sehingga diagnosis meningitis luput dibuat. Tetapi pada pungsi lumbal ditemukan pleiositosis limfositer. Jika gejala-gejalanya agak berat, maka gejala yang paling mengganggu adalah sakit kepala dan nyeri kuduk. Virus yang biasanya bertanggung jawab atas terjadinya infeksi di susunan saraf pusat tergolong pada keluarga enterovirus. Anggota-anggotanya antara lain ialah virus poliomielitis, virus Coxsackie dan virus-virus ECHO. Mereka semua melakukan invasi dan penetrasi melalui usus. Mereka ditemukan di feses dan sekresi nasofaring. Penularannya dapat terjadi melalui lintasan oral-fecal atau melalui “droplet spray”. Keluarga enterovirus tersebut diatas ditemukan di seluruh dunia. Coxsackie adalah jenis enterovirus yang terdiri atas kelompok A dan kelompok B. Kelompok A hanya menimbulkan meningitis, adakalanya gejal meningitis sangat ringan sekali, tetapi yang menonjol ialah eksantema yang bersifat rubeliform dengan herpangina di tangan, kaki, dan mulut. Kelompok B dari virus Coxsackie, membangkitkan meningitis dengan keletihan otot bahkan paralisis. Disamping itu terdapat rinitis, laringitis, dan bronkhitis. Eksantema tidak dijumpai. Virus ECHO yang merupakan singkatan dari “Enteric Cytophatic Human Orphan” adalah virus yang dahulu dianggap sebagai virus yang tidak mempunyai hubungan apapun dengan penyakit. Maka dari itu dinamakan “orphan” (yatim piatu). Tetapi kini virus

Upload: widiana-kosasih

Post on 09-Feb-2016

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nugas, nugaaaas

TRANSCRIPT

Page 1: Etiologi meningitis

A. Meningitis Viral

Meningitis viral yang benigne tidak melibatkan jaringan otak pada proses radangnya.

Gejala-gejalanya dapat sedemikian ringannya sehingga diagnosis meningitis luput dibuat.

Tetapi pada pungsi lumbal ditemukan pleiositosis limfositer. Jika gejala-gejalanya agak berat,

maka gejala yang paling mengganggu adalah sakit kepala dan nyeri kuduk.

Virus yang biasanya bertanggung jawab atas terjadinya infeksi di susunan saraf pusat

tergolong pada keluarga enterovirus. Anggota-anggotanya antara lain ialah virus

poliomielitis, virus Coxsackie dan virus-virus ECHO. Mereka semua melakukan invasi dan

penetrasi melalui usus. Mereka ditemukan di feses dan sekresi nasofaring. Penularannya

dapat terjadi melalui lintasan oral-fecal atau melalui “droplet spray”. Keluarga enterovirus

tersebut diatas ditemukan di seluruh dunia.

Coxsackie adalah jenis enterovirus yang terdiri atas kelompok A dan kelompok B.

Kelompok A hanya menimbulkan meningitis, adakalanya gejal meningitis sangat ringan

sekali, tetapi yang menonjol ialah eksantema yang bersifat rubeliform dengan herpangina di

tangan, kaki, dan mulut. Kelompok B dari virus Coxsackie, membangkitkan meningitis

dengan keletihan otot bahkan paralisis. Disamping itu terdapat rinitis, laringitis, dan

bronkhitis. Eksantema tidak dijumpai.

Virus ECHO yang merupakan singkatan dari “Enteric Cytophatic Human Orphan”

adalah virus yang dahulu dianggap sebagai virus yang tidak mempunyai hubungan apapun

dengan penyakit. Maka dari itu dinamakan “orphan” (yatim piatu). Tetapi kini virus golongan

orphan terbukti mempunyai hubungan dengan meningitis dan beberapa penyakit kulit

eksantema.

Virus ECHO ditemukan di seluruh dunia dan yang terkena infeksi virus tersebut ialah

terutama anak-anak. Bila meningitis virus ECHO bangkit, eksantema yang mengiringi gejala

meningitis sangat menonjol. Pada mula-timbulnya, manifestasi terdiri dari sakit kepala,

muntah, “suf”, nyeri otot-otot ekstremitas, dan sangat iritabel. Dalam 24 jam timbul

eksantema yang terdiri dari bercak-bercak merah atau makulo-papula merah pada muka dan

badan. Setelah itu timbul kaku dan nyeri kuduk. Tetapi adakalanya meningitis tidak sampai

berkembang.

Page 2: Etiologi meningitis

B. Meningitis Bakterial Akut

Meningitis bakterial akut selalu bersifat purulenta. Bakteri yang dapat

membangkitkan meningitis akut banyak sekali. Tetapi pada umumnya dapat dipakai sebagai

pegangan klinis daftar etiologi dibawah ini.

Pada umumnya meningitis purulenta timbul sebagai komplikasi dari septikemia. Pada

meningitis meningokokus, prodromnya ialah infeksi nasofaring oleh karena invasi dan

multiplikasi meningokokus terjadi di nasofaring. Baik meningokokus, maupun Haemophilus

influenza dan pneumokokus dapat menjadi kausa dari otitis media. Meningitis purulenta

dapat menjadi komplikasi dari otitis media akibat infeksi kuman-kuman tersebut.

Etiologi

Neonatus Bayi dan Anak Dewasa

E. coli

Streptokokus

Stafilokokus

Pneumokokus

H. influenza

Meningokokus

Pneumokokus

E. coli

Streptokokus

Pneumokokus

Meningokokus

Streptokokus

Stafilokokus

H. influenza

Tabel 2.1 Etiologi Meningitis Purulenta Akuta Menurut Urutan Frekuensi

Tanda-tanda patognomonik yang memberikan pengarahan kepada jenis bakteri yang

bersangkutan dapat ditemukan dalam bentuk:

a. Peteki dan purpura adalah khas untuk infeksi meningokokus.

b. Eksantema adalah indikatif untuk pneumokokus dan H. influenza.

c. Artritis dan atralgia sering mengiringi infeksi meningokokus dan H. influenza.

d. Otitis media yang hilang timbul dengan banyak mengeluarkan eksudat menunjuk pada

infeksi pneumokokus.

e. Hemoragi pada kulit yang cepat timbul dan berkombinasi dengan keadaan “shock”

adalah indikatif untuk septikemia meningokokus.

Tanda lokalisatorik yang khas untuk meningitis purulenta ialah kaku kuduk dan liquor

cerebrospinal yang memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pleiositosis polinuklearis yang berjumlah lebih dari 1000 per mm kubik,

b. Kadar glukosa yang rendah,

Page 3: Etiologi meningitis

c. Protein dalam liquor meninggi,

d. Preparat dan biakan liquor memperlihatkan bakteri.

C. Meningitis Spiroketal

Infeksi spiroketa yang mengganggu susunan saraf secara menyeluruh ialah infeksi

spiroketa jenis Treponema palidum (penyebab sifilis) dan Leptospira ikterohemoragika

(penyebab meningitis). Walaupun kedua kuman itu tergolong dalam satu keluarga, namun

cara invasi dan patogenitasnya berlainan. Persamaan hanya dalam bentuknya saja, yaitu

spiral. Maka dari itu pembahasannya akan dilakukan secara terpisah.

a. Leptospirosis

Penyakit yang disebabkan oleh berbagai serotipe dari leptospira dinamakan

leptospirosis. Leptospira ini sangat gesit bergerak dibandingkan Treponema palidum yang

lamban. Leptospira berada dalam inatang pengerat (tikus, kelinci, marmot, dsb) tanpa

menggangu kehidupan host nya. Manusia mendapat infeksi leptospira melalui pencemaran air

minum oleh urin host leptospira. Penularan antar manusia tidak terjadi karena leptospira tidak

dapat hidup di dalam urin manusia yang kadar asiditasnya rendah. Invasi ke dalam tubuh

manusia terjadi di traktus digestivus, kemudian masuk ke peredaran darah dan menyebar

secara hematogen ke berbagai organ dan menyebabkan peradangan. Terutama di hepar,

leptospira yang mati akan menyumbat saluran empedu yang menyebabkan ikterus obstruktif

dan di ginjal yang menyebabkan edema dan peradangan. Maka, gejala-gejala serius

leptospirosis terdiri dari “renal failure” dan “hepatic failure”. Gejala lainnya adalah mialgia,

konjungtivitis perikorneal, uveitis, hemoragi, dan meningitis. Pada leptospirosis yang berat

dapat timbul hemoragi serebri.

Meningitis leptospirosis merupakan komplikasi yang sering dijumpai (50% kasus).

Sifat meningitis ini serosa dan gambarannya seperti meningitis aseptik atau meningitis

limfositer nonbakterial.

b. Sifilis

Kuman penyebab sifilis adalah Treponema palidum yang tergolong dalam keluarga

spiroketa. Kuman ini tidak tahan panas, mudah terbunuh oleh sabun, antiseptika biasa dan

pengeringan. Ia dapat tahan terhadap pendinginan tanpa kehilangan virulensinya. Ia dapat

Page 4: Etiologi meningitis

dibiak dalam berbagai bahan biakan, tetapi jenis yang tumbuh tidak mempunyai virulensi

lagi.

Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh, pada umumnya sewaktu kontak seksual.

Setelah penetrasi melalui epitelium yang terluka, kuman tiba di sistem limfatik lalu masuk ke

sistemik setelah masuk ke peredaran darah.

Spiroketemia ini terjadi beberapa hari sampai minggu sebelum lesi primer timbul di

tempat penetrasi kuman. Lesi primer itu timbul setelah 3 sampai 6 minggu setelah kuman

bermukim di port d’entree. Perhatian terhadap lesi primer biasanya tidak ada, karena tidak

sakit, tidak berupa koreng dan timbulnya beberapa minggu setelah kontak seksual. Perhatian

baru muncul jika timbul gangguan kulit (lesi sekunder) berupa papula, makulopapula, dan

papula folikular. Gangguan kulit tersebut timbul secara tersebar 6 minggu setelah lesi primer

terjadi. Namun, baik lesi primer maupun sekunder cepat lenyap tanpa menimbulkan banyak

keluhan, sedangkan penyebaran spiroketa tetap berjalan sehingga dapat timbul limfadenopati

yang menyeluruh, alopesia aerata, uveitis, nefrosis, artritis, periostitis, meningitis, dan stroke.

Apabila penyebab manifestasi klinis sifilis tahap kedua ini tidak dikenal, maka infeksi

terus berjalan sehingga susunan saraf pusat juga akan mengalami invasi kuman tersebut.

Dalam hal ini, Treponema palidum tersebar secara difus di korteks serebri dan bagian-bagian

lainnya. Gambaran penyakit sifilis pada tahap ini berupa “organic brain syndrome”.

Prodromnya bersifat umum seperti sakit kepala, insomnia, cepat lupa, daya konsentasi

berkurang, dan malaise. Tapi selanjutnya dapat timbul demensia dengan perubahan watak

bahkan psikosis.

Kasus sifilis tahap ketiga atau neurosifilis ini sudah jarang dijumpai. Namun

demikian, setiap kasus stroke dan meningitis pada orang dewasa muda harus dicurigai

sebagai salah satu kemungkinan dari manifestasi sifilis tahap kedua. Tahap kedua ini

merupakan tahap spiroketemia yang dapat menimbulkan lesi vaskular dan infeksi selaput

otak.

Maka dari itu tahap kedua sifilis dikenal dalam bidang neurologi klinis sebagai tahap

meningovaskular. Lesi vaskular di otak disebabkan oleh oklusi lumen arteri akibat reaksi

proliferatif terhadap kuman yang berada di dalam pembuluh darah atau karena arteri terjerat

oleh perlekatan meningen oleh akibat meningitis.