evaluasi dan revitalisasi program puskesmas dalam pemberatasan dhf iky blok 26

31
Evaluasi dan Revitalisasi Program Puskesmas dalam Pemberatasan DHF Fransiskus Friky Hindiarto 10 2009 185 _____________________________________________________________________________________________ Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta 2012 Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat www.ukrida.ac.id BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Penyakit e!a! Berdara" en#ue $B% !eru&akan satu !asala" kese"atan !asyarakat &entin# di 'ndonesia dan serin# !eni!(ulkan suatuletusan )ejadian *uar Biasaden#an ke!atian yan# (esar. 1 i 'ndonesia nya!uk &enular $+e,tor% &enyakit B yan# &entin# adala" Aedes ae Aedes al!opictus dan Aedes scutellaristeta&i sa!&ai saat ini yan# !enjadi +e,tor uta! &enyakit B adala" Aedes aegypti. " Penyakit B adala" &enyakit in-eksi ole" +irus en#ue yan# di tularkan !elalui nya!uk Aedes aegypty. Biasanya ditandai den#an de!a! yan# (ersi-at (i-asik sela!a 2 &tekie dan adanya !ani-estasi &erdara"an den#an ,iri de!a! tin##i !endadak disertai !ani-estasi &erdara"an (ertendensi !eni!(ulkan rejatan $syok% dan ke!atian.

Upload: alphyn-wayan

Post on 04-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cvb9t5eh98

TRANSCRIPT

Evaluasi dan Revitalisasi Program Puskesmas dalam Pemberatasan DHFFransiskus Friky Hindiarto10 2009 185_____________________________________________________________________________________________

Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta 2012

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat

www.ukrida.ac.idBAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa dengan kematian yang besar. 1Di Indonesia nyamuk penular (vector) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris,tetapi sampai saat ini yang menjadi vector utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti.1

Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang di tularkan melalui tusukan nyamuk Aedes aegypty. Biasanya ditandai dengan demam yang bersifat bifasik selama 2-7 hari, ptekie dan adanya manifestasi perdarahan, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan bertendensi menimbulkan rejatan (syok) dan kematian.Kejadian Luar Biasa DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence rate(IR)= 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun pada tahun berikutnya IR cenderung meningakat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002) dan 23,87 (tahun 2003). Jumlah kasus DBD di Indonesia sebagai berikut, 44.548 orang (1996), dengan jumlah kematian sebanyak 1.234 orang, tahun 1998 sejumlah 72.133 orang, denan jumlah kematian sebanyak 1.414 orang. Tahun 1999 jumlah kasus 21.134 orang, tahun 200 jumlaj kasus 33.443 orang, tahun 2001 jumlah kasus 45.904 orang, tahun 2002 jumlah kasus 26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang dan tahun 2005 jumlah kasus 38.635 orangm dengan jumlah kematain sebanyak 539 orang. Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana transporatasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vector nyamuk hampir pada di seluruh pelosok tahan air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Penyakit DBD sampai saat ini mesih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Sampai sekarang penyakit DBD belum di temukan obat maupun vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah penyakit ini dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vector. Vector utama penyakit DBD di Indonesia adalnya nyamuk aedes aegypti. Tempat yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah genangan air yang terdapat dalam wadah (container) tempat penampungan air artificial misalnya drum, bak mandi, gentong, ember dan sebagainya; tempat penampungan air alamiah misalnya lubang pohon, daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu; ataupun bukan tempat penampungan air misalnya vas bunga, ban bekas, botol keras, tempat minum burung dan sebagainya. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan kita dengan cara 3M, yaitu menguras tempat penampungan air dengan menyikat bagian dalam dan harus dikuras paling sedikit seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan menimbun dalam tanah barang-barang bekas ataupun sampah yang dapat menampung air hujan.

Insiden penyebaran penyakit DBD di pengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, adannya container buatan maupun alami di tempat pembuangan akhir akhir sampah (TPA) ataupun di tempat sampah lainnya, penyuluhan dan perilaku masyarakat, antara lain: pengetahuan, sikap, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), foffing, abatisasi, dan pelaksanaan 3M (menguras, menutup dan mengubur).

Selain itu, pemerintah melalui puskesmas memberikan bantuan berupa pengasapan sarang nyamuk (fogging) dan memberikan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk bagi daerah yang memiliki penderita DBD (Depkes, 2004). Penyakit DBD mudah berkembang oleh karena: antara rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena jarak terbang aedes aegypti 40-100 meter. Aedes aegypty betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang, yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Kasus DHF cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan oleh beberapa factor diantaranya: perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk; karena pengaruh musim hujan, puncak gigitan terjadi pada pagi dan sore hari, perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam bersikapnya, misalnya dengan lebih banyak berdiam dirumah selama musim hujan. Jumlah penderita dan luas daerah penyebaran semakin bertambah dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui upaya manajemen program puskesmas dalam melakukan pemberantasan DHF melalui tindakan promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, serta protektif.

Untuk melatih masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

Untuk mengetahui status kejadian DHF disuatu wilayah. Mempelajari tentang Program-program puskesmas dalam melakukan pemberantasan penyakit-penyakit melular yaitu Demam Berdarah Dengue Mempelajari tentang bagaimana peran Dokter di puskesmas dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan kesehatan bagi masyarakat

Mempelajari tentang peran dan fungsi Puskesmas bagi masyarakat

Mempelajari tentang Upaya Kesehatan Pokok PuskesmasBAB II

PEMBAHASANSkenario : Pada akhir tahun berdasarkan evaluasi program pemberantasan DHF masih didapatkan prevalensi DHF berkisar 18% dengan tingkat CFR 4%. Rata-rata penderita datang terlambat sehingga terlambat juga dirujuk ke Rumah Sakit. Berdasarkan pemantauan jentik, didapatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah 60%. Berdasarakan pemantauan jentik didapatkan angka bebas jentik 60 %. Dilihat dari situasi endemisitas desa, maka beberapa desa termasuk desa endemis dan sisanya termasuk desa sporadik. Kepala Puskesmas akan melakukan revitalisasi program pemberantasan DHF dan ingin didapatkan insidens yang serendah-rendahnya dan CFR serendah-rendahnya.A. Epidemiologi a. Agent : Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, family falvivirus, family flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotype yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat di hampir seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan air laut. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberi perlindungan yang memadai terhadap serotype yang lain. Serotype 3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukan manifestasi klinis yang berat.1,2 b. Pejamu (host): virus dengue ditularkan kepada manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypty. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat mengigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang ada dalam kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic ebcubation period) sebelum dapat di tularkan kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission) , namun perananya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidup (infektif). Didalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demem timbul. 1,2,6c. Lingkungan(environment).2,6Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan vektor, sehingga berpengaruh pula terhadap penularan penyakit DBD, antara lain sebagai berikut.

1) Lingkungan fisik, terdiri dari genangan air, khususnya genangan air yang tidak kontak langsung dengan tanah, tempat penampungan air, air di pelepah atau batang pisang, air di kaleng bekas atau ban bekas dan tanaman hias.a. Letak geografis: Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari kadang-kadang disebut demam sendi. Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain

b. Musim: Secara nasional penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia setiap tahun terjadi pada buan September s/d Februari dengan puncak pada bulan Desember atau Januari yang bertepatan dengan waktu musim hujan. Akan tetapi Untuk kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya musim penularan terjadi pada bulan Maret s/d Agustus dengan puncak terjadi pada bulan Juni atau Juli.52)Lingkungan biologi: terdiri dari tanaman yang dapat menampung air pada pelepah, daun maupun batangnya.a. Populasi: Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan semakin besar peluang nyamuk mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat menyebar dengan cepat dalam suatu wilayah.

b. Nutrisi: Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.

3)Lingkungan sosial-ekonomi, berupa perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungannya, terutama menguras bak atau tempat penampungan air dan sampah-sampah yang dapat menampung air. Puskesmas:4,5Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.

Tujuan:

Mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.5Fungsi:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Berupaya menggrakkan lintas sector dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.

Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat:

Memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.

Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan.

Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan masyarakat

Kegiatan Pokok PuskesmasKegiatan pokok Puskesmas dikembangkan dari Basic Health Care Services (WHO) yang dikenal sebagai Basic Seven yang terdiri atas :4a. Mother and Child Health Care

b. Medical Care

c. Environmental Sanitation

d. Health Education

e. Simple Laboratory

f. Communicable Disease Control

g. Simple statistic

Pada Rakernas ke 111/1970, ditetapkan 6 Usaha Kesehatan Pokok seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keinginan program di Tingkat Pusat, maka berkembang menjadi 18 Usaha Kesehatan Pokok.Upaya Kesehatan

Puskesmas bertangung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat. Ada 2 Upaya :

a. Upaya kesehatan Wajib

Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmern nasional,regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyrakat. Upaya ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia, meliputi:

Upaya Promosi Kesehatan

Upaya Kesehatan Lingkungan

Upaya Kesehatan Ibu & Anak Serta Kb

Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular

Upaya Pengobatan

b. Upaya Kesehatan PengembanganAdalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan ini meliputi:

UpayaKesehatanSekolah

UpayaKesehatanOlahraga

UpayaKesehatanKesehatanMasyarakat

UpayaKesehatanKerja

UpayaKesehatanGigidanMulut

UpayaKesehatanJiwa

UpayaKesehatanMata

UpayaKesehatanusialanjut

UpayaPembinaanPengobatanTradisionalStuktur Organisasi Puskesmas

Kepala Puskesmas

Unit Tata Usaha

Unit Pelaksana Teknis Fungsional

Upaya Kesehatan Masyarakat

Upaya Kesehatan perorangan Jaringan Pelayanan

Puskesmas pembantu

Puskesmas Keliling

Bidan di Desa/Komunitas

Fungsi Petugas Puskesmas1.Petugas Medis :a. Dokter Umum : Melakukan pelayanan medis dipoli umum,puskel,pustu, posyandu.b. Dokter Gigi :Melaksanakan pelayanan medis dipoli gigi,puskel, pustu.c. Dokter Spesialis : Khusus untuk puskesmasrawat inapbagus juga ada kunjungan dokterspesialis sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter ahli anak, kandungan dan penyakit dalam.

2.Petugas Para Medis :

a. Bidan : Pelayanankesehatan ibu dan anak (KIA),pelaksanaasuhan kebidanan.b. Perawat Umum : Pendamping tugas dokter umum, pelaksanaasuhan keperawatan umum.c. Perawat Gigi : Pendamping tugas dokter gigi, pelaksanaasuhan keperawatangigi.d. Perawat Gizi: Pelayanan penimbangan dan pelacakanmasalah gizimasyarakat.e. Sanitarian : Pelayanankesehatan lingkunganpemukiman dan institusi lainnya.f. Sarjana Farmasi: Pelayanan kesehatanobatdanperlengkapan kesehatan.g. Sarjana Kesehatan Masyarakat :Pelayanan administrasi, penyuluhan, pencegahan dan pelacakan masalah kesehatan masyarakat.3.Petugas Non Medis :

a. Administrasi :Pelayanan administrasipencatatandanpelaporankegiatan puskesmas.b. Petugas Dapur :Menyiapkan menumasakandanmakanan pasienpuskesmas perawatan.

c. Petugas Kebersihan: Melakukan kegiatankebersihanruangandan lingkungan puskesmas.d. Petugas Keamanan: Menjagakeamananpelayanankhususnya ruangan rawat inap.e. Sopir: Mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayananpuskesmas kelilingdi luar gedung puskesmas.Peran Dan Fungsi Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas merupakan seorang dokter atau sarjana bidang Kesehatan.

Kepala Puskesmas mempunyai tugas memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat dalam wi1ayah kerjanya.

Peranan Kepala Puskesmas

a. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Seorang Dokter.b. Dokter Kepala Puskesmas Sebagai Seorang Manajer Organisasi Tatalaksana

Bimbingan Teknis dan Supervisi

Hubungan Kerja antar Instansi Tingkat Kecamatan

Dokter puskesmas sebagai penggerak pembangunan di wilayah kerjanya.

c. Dokter kepala puskesmas sebagai tenaga ahli pendamping camat Tugas Kepala Puskesmas:

a. Membuat perencanaan puskesmasMenganalisa kondisi, situasi dan kinerja puskesmas, apakah sudah baik, masih kurang ataukah banyak yang belum beres, kemudian menentukan perencanaan kegiatannya.

b. Mengatur pelayanan puskesmasMenata apa saja jenis kegiatan program pelayanan, siapa saja yang akan menjalankannya bersama seluruh staf puskesmas

c. Menggerakkan pegawai puskesmasMendorong segenap komponen pelayanan puskesmas untuk melaksanakan tugas pokok sesuai fungsinya dalam pelayanan kepada masyarakat

d. Mengevaluasi kinerja puskesmasMenelaah hasil pencapaian program puskesmas secara terpadu dengan instansi terkait, sebagai pedoman untuk menentukan perencanaan pelayanan puskesmas.

e. Menggalang kerjasama pelayanan puskesmasMenjalin kerjasama internal puskesmas dan eksternal puskesmas, antara staf, pegawai, petugas, aparat, pejabat, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan yang lainnya, khususnya diwilayah kerja puskesmas

Peranan Dokter di Puskesmas

Tugas Pokok

Mengusahakan agar fungsi Puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik dan dapat memberi manfaat kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Fungsi Sebagai seorang dokter

Sebagai seorang manajer

Kegiatan Pokok Melaksanakan Fungsi Manajerial

Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita. Menerima rujukan dan konsultasi.

Mengkoordinir pembinaan peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD

Kegiatan Lain: Menerima konsultasi dari semua kegiatan Puskesmas

Lima tugas utama seorang manajer atau kepala puskesmas, untuk menjalankan prinsip manajemen puskesmas berikut ini:1. Membuat perencanaan Puskesmas :menganalisa kondisi, situasi dan kinerja puskesmas, apakah sudah baik, masih kurang ataukah banyak yang belum beres, kemudian menentukan perencanaan kegiatannya.

2. Mengatur pelayanan Puskesmas : menata apa saja jenis kegiatan program pelayanan, siapa saja yang akan menjalankannya bersama seluruh staf puskesmas

3. Menggerakkan pegawai Puskesmas : mendorong segenap komponen pelayanan puskesmas untuk melaksanakan tugas pokok sesuai fungsinya dalam pelayanan kepada masyarakat

4. Mengevaluasi kinerja Puskesmas :menelaah hasil pencapaian program puskesmas secara terpadu dengan instansi terkait, sebagai pedoman untuk menentukan perencanaan pelayanan puskesmas.

5. Menggalang kerjasasam pelayanan Puskesmas: menjalin kerjasama internal puskesmas dan eksternal puskesmas, antara staf, pegawai, petugas, aparat, pejabat, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan yang lainnya, khususnya diwilayah kerja puskesmas

B. Masukan (management tools)1. Man DokterMenjadi seorang dokter adalah sebuah aktivitas mulia bila dilandasi dengan niat yang baik. Selain mempelajari berbagai macam teori mengenai penyakit dan obat-obatan yang sangat detail, seorang dokter juga perlu belajar cara berinteraksi dengan orang lain, agar dapat memberikan pelayanan holistik pada pasiennya.

WHO menetapkan 5 standar dokter ideal yang dirangkum dalam 5 stars doctor, antara lain:

1. Health care provider(penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter sebagai tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya. Tindakan kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.

2. Decision maker(pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu memberikan keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut pandang medis dari ilmu yang dikuasainya.

3. Community leader(pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat, seorang dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat menjadi contoh bagi komunitas disekelilingnya

4. Manager(manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari sebuah lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu, kemampuan mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.

5. Communicator(penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi, menyampaikan sesuatu dengan baik merupakansoftskillyang harus dimiliki setiap dokter

Dalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian dan petugas administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-masing disiplin ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas profesi.

Kooedinator P2M dan PKM

Petugas Laboratorium

Petugas Administrasi

Kader aktif

Jumantik

2. Money:

Dana untuk pelaksanaan program dapat diperoleh di:

1. APBD

: sebagai contoh, APBD menyediakan anggaran untuk pengawasan dan monitoring, sarana diagnosis, bahan cetakan, kegiatan pemecahan masalah di kotamadya. 2. Swadaya Masyarakat : contoh, menyediakan anggaran untuk operasional, pemeliharaan, pelaksanaan, pencegahan dan penanggulangan DBD

3. Matrial: Medis

Meliputi hal-hal dibawah ini :

a. Poliklinik set : stetoskop, timbangaan BB, thermometer, tensimeter, senter

b. Alat pemeriksaan hematokrit

c. Alat penyuluhan kesehatan masyarakat

d. Formulir laporan Standart Operasional dan KDRS (kasus DBD di Rumah Sakit)

e. Obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan antipiretik)

f. Buku petunjuk program DBD

g. Bagan penatalaksanaan kasuk DBD

h. Larvasida

Non-Medis

Meliputi hal-hal dibawah ini :

a. Gedung puskesmas

b. Ruang tunggu

c. Tuang administrasi

d. Ruang periksa

e. Ruang tindakan

f. Laboratorium

g. Apotik

h. Perlengkapan administrasi

i. Formulir laporan

4. Method:Terdapat metode untuk:

1. Penemuan penderita tersangka DBD

Kasus dilihat dari jumlah suspek DBD yang datang ke puskesmas2. Rujukan penderita DBD

Semua kasus tersangka dilaporkan 1 x 24 jam

3. Diagnosis pasti penderita DBD: ditegakan bila mememukan criteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi serta didapatkan peningkatan (positif) pada pemeriksaan Elisa (IgM/IgG)4. Surveilans kasus DBD: dilakukan berdasarkan lapaoran kasus setiap klinik, dokter praktek umum, puskesmas serta rumah sakit5. Surveilans vector DBD: : pemantauan jentik berkala (PJB) dilakukan oleh petugas kesehatan dan jumantik di tempat-tempat penampungan air (TPA) yang menjadi perindukan nyamuk (bak mandi, drum, vas bunga, kaleng bekas) di rumah-rumah yang di pilih secara acak dan dilaksanakan secara acak dan dilaksanakan secara teratur setiap 3 bulan

6. Pemeberatasan vector

a. Abatisasi selektif

Pemberian bubuk abate yang dilakukan oleh petugas kesehatan , jumantik dan kader kelurahan pada tempat penampungan air yang tidak dapat dikuras. Caranya dengan menaburi tempat tersebut dengan bubuk abate sesuai dengan dosis satu sendok peres ( 10 gram) untuk 100 liter air.

b. Kegiatan 3M

Dengan Bulan Gerakan 3 M yang perwujudannya melalui jumat bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali. Dilakukan dengan pengawasan kader PKK: menguras, menutup dan mengubur tempat pertumbuhan jentik.

c. Fogging fokus

Pengasapan menggunakan insektisida yang dilakukan pada titik fokus dan sekitarnya dengan jarak radius 100 meter atau kurang lebih 20 rumah sekitarnya. Dilakukan 2 siklus dengan dengan jarak seminggu.

Fogging fokus ini dilakukan jika penyelidikan epidemiologi (PE) positif, yaitu:

Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 2 kasus DBD lain

Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 3 kasus demam.

Ada kasus DBD meninggald. Fogging massal

Dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah daerah endemis merah pada awal dan akhir musim penghujan.7. Penyuluhan kesehatan Perorangan: penyuluhan langsung dengan cara tanya jawab/ konsultasi terhadap individu yang berobat di puskesmas.

Kelompok: dilakukan dengan mengadakan ceramah di tempat umum dan di sekolah melalui diskusi, dan menggunakan poster.8. Pelatihan kader PSN : kader PSN dilatih di puskesmas kecamatan9. Pencatatan dan pelaporan kasus

C. Proses (management function)1. Perencanaan

Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect DBD yang datang ke puskesmas Tersangka DBD menurut WHO:Criteria klinis:

Demam mendadak tinggi tanpa sebab yang jelas selama 2-7 hari

Manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji tourniquet positif

Pembesaran hati

Syok

Criteria labolatorium:

Trombositopenia (jumlah tombosit kurang dari atau sama dengan 100.000/uL

Hemokonsentrasi, dapat di lihat peningkatan hematokrit.

Rujukan penderita DBD : Semua kasus tersangka dilaporkan 1 x 24 jam Diagnosis pasti penderita DBD: ditegakan bila mememukan criteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi serta didapatkan peningkatan (positif) pada pemeriksaan Elisa (IgM/IgG)

Surveilans kasus DBD: Dilakukan setiap hari kerja, pada pukul 08.00- 14.00 berdasarkan laporan kasus setiap klinik, dokter parktik umu, Puskesmas serta Rumah sakit Surveilans vector pemantauan jentik berkala: Dilakukan 4 kali pertahun oleh petugas kesehatan dan jumantik di tempat- tempat penampungan air yang menjadi tempat perindukan nyamuk Pemberantasan vector

Abatisasi selektif: akan dilakukan 4 kali pertahun oleh petugas kesehatan , jumantik dan kader kelurahan pada tempat penampungan air yang tidak dapat dikuras ,pada hari kerja

Kegiatan 3M

: 4 kali perbulan , oleh masyarakat setiap hari Jumat pukul 09.00-09.30 WIB

Fogging fokus

: dilakukan jika penyelidikan epidemiologi ( PE) positif yaitu,:

Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 2 kasus DBD lain

Dalam radius 100 m darirumah penderita DBD, ada 3 kasus demam

Ada 3 kasus yang meninggal

Fogging massal

: dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah pada daerah endemis merah pada awal dan akhir musim penghujan Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok Penyuluhan kesehatan

Perorangan: setiap hari kerja ,pada pukul 08.00- 14.00 WIB.

Kelompok

: 4 kali pertahun dilakukan dengan mengadakan cerama di temoat umum dan sekolah.

Pelatihan kader PSN

: 1 kali pertahun

Pencatatatan dan pelaporan kasus:pencatatan yang dilakuka pada jam kerja, seiap bulanan, tribulanan , semester, dan tahunan dan pelaporan akan dilakukan setiap tanggal 5 di awal bulan.

2. OrganisasiTerdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam rangka melaksanakan program pemberantasan DBDTerdapat strukur organisasi tertulis dan pemberian tugas yang jelas dalam melaksanakan tugasnya. rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Atas dasar pengertian tersebut, fungsi pengorganisasian juga meliputi proses mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi atau mengatur sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari:a. Unsur pimpinan : Kepala Puskesmasb.b. Unsur pembantu pimpinan : Urusan Tata Usaha

c. Unsur Pelaksana.

Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah masing-masing. Unit-unit terdiri dari:Unit I, Unit II, Unit III, Unit IV, Unit V, Unit VI, Unit VII.

Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional. Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas di bidang kepegawaian, keuangan,perlengkapan dan surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan. Unit I.mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencanadan perbaikan gizi. Unit II,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit,khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium sederhana. Unit III,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerjadan manula. Unit IV,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatansekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya. Unit V,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatanmasyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat. Unit VI,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat nginap. Unit VII,mempunyai tugas melaksanakan kefarmasian.3. Pelaksanaan

Proses bimbingan kepada staf agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia

Penemuan penderita tersangka

: dilakukan setiap hari kerja ( dari hari senin sampai jumat, dari pukul 08.00 sampai 14.00

Rujukan

: dilakukan setiap penemuan kasus penderita yang langsung merujuk ke rumash sakit setiap hari dan waktu kerja.

Diagnosis penderita DBD: didapatkan dari laporan rumah sakit rujukan

Surveilans kasus DBD

: dilakukan setiap hari kerja

Surveilans vektor pengamatan jentik berkala: dilakukan 4kali setahun oleh petugas kesehatan, jumantik, dan kader kelurahan pada tempat penampungan air pada hari puku 08.00- 14.00

Pemberantasan vektor

i. Abatisasi selektif

:dilakukan 4x setahun oleh petugas kesehatan , jumantik dan kader kelurahan pada tempat penampungan air yang tidak dapat dikuran pada hari kerja pukul 08.00 -14.00 WIB

ii. Kegiatan 3 M

: 4xperbulan oleh masyarakat setiap hari kerja 08.00- 14.00

iii. Fogging fokus

iv. Fogging massal

Penyuluhan kesehatan

i. Perorangan

: setiap hari kerja

ii. Kelompok

: 4x/ tahun dilakukan dengan mengadakan ceramah di tempat umum dan di sekolah.

Pelatihan kader PSN

:1x/tahun

Pencatatan dan pelaporan kasus

: pencatatan dilakukan oleh petugas Puskesmas 1kali 24 jam setelah menerima laporan dari Rumah sakit rujukan dan dilaporkan pada tanggal 5 setiap bulannya

4. Pengawasan dan pengendalian

Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan. Fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar kinerja staf (standar performance sesuai dengan prosedur tetap). Standar digunakan manager untuk menilai hasil kegiatan staf atau unit (kelompok) kerja. Jika ditemukan penyimpangan, fungsi pengawasan managerial harus mampu melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang telah terjadi. Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan:Bulanan, Triwulanan, Tahunan.D. Keluaran Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam system dari kegiatan pemberantasan DBD

Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect DBD yang datang ke puskesmas

Contoh : 128 orang/tahun

Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.

Contoh : dilakukan rujukan 100% kasus

Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk)

Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur-jalur informasi yang ada:

a. Penyuluhan Kelompok: PKK, Organisaasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.

b. Penyuluhan Perorangan: Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, Kepada penderita/keluarganya di puskesmas, Kunjungan rumah oleh kader/ petugas puskesmas

c. Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll .

Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik

Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu dengan cara visual. Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah: House Indeks (HI), yaitu persentase rumah yang terjangkit larva dan atau pupa. HI = Jumlah Rumah Yang Terdapat Jentik x 100% Container Indeks (CI), yaitu persentase container yang terjangkit larva atau pupa. CI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100% Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container yang positif per-100 rumah yang diperiksa. BI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100 rumah Dari ukuran di atas dapat diketahui persentase Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah yang diperiksa.

ABJ = Jumlah Rumah Yang Tidak Ditemukan Jentik x 100% Jumlah Rumah Yang Diperiksa

Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular DBD. Angka Bebas Jentik sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD di lingkunagnnya masing-masing belum optimal.

Contoh : 3x/ tahun dengan cakupan ABJ 96,07%

Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan endemis pada 100 rumah/bangunan yang dipilih secara acak (random sampling). Angka Bebas Jentik dan House Indeks lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk disuatu wilayah. Pemberantasan vector :

Perlindungan perseorangan, yaitu memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di took-toko seperti baygon, dll.

a. Menggunakan insektisida

Abatisasi : adalah menaburkan bubuk abate ke dalam penampung air untuk membunuh larva dan nyamuk. Cara melakukan abatisasi : untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate. Bila tidak ada alat untuk menakar gunakan sendok makan. Satu sendo makan peres ( diratakan atasnya) berisi 10 gram abate, selanjutnya tinggal membagi atau menambah sesuai jumlah air.dalam takaran yang dianjurkan seperti di atas, aman bagi manusia dan tidak akan menimbulkan keracunan. Penaburan abate perlu di ulang selama 3 bulan.7 Fogging dengan malathion atau fonitrothion. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena penyemprotan hanya mematikan nyamuk dewasa.

a. Tanpa insektisida

Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan penyuluhan 3M:

Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali

Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastic bekas dan lain-lain.

Selain itu ditambah dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M Plus, seperti :

Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lain seminggu sekali

Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar

Tutup lubang-lubang pada potongan bamboo, pohon dan lain-lain, misalnya dengan tanah.

Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumah kosong, dan lain-lain.

Pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk

Pasang kawat kasa di rumah

Pencahayaan dan ventilasi memadai

Jangan biarkan menggantuk pakian di rumah

Tidur menggunakan kelambu Gunakan obat nyamuk untuk mencegah gigtan nyamuk

E. DampakAkibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD

a. Langsung: apakah terjadi penurunan angka morbiditas dan mortalitas kasus DBD

b. Tidak langsung : apakah terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

F. PromotifPromosi KesehatanPenyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PNS (pemberantasan sarang nyamuk), penyuluhan tentang informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur informasi yang ada :

a. Penyuluhan kelompok : PKK, organisasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid di sekolah, pengelola tempat umum/instansi.

b. Penyuluha perorangan : kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, kepada penderita/keluarganya di puskesmas

c. Kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas.

d. Penyuluhan melalu media massa : TV, radio dan lain-lain (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I, Pusat)

Menggerakan masyarakat untuk melaksanankan PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasi oleh kepala wilayah setempat. Di tingkat puskesmas,ausaha pemberantasan sarang nyamuk seyogyanya diintegrasikan dalam program sanitasiG. Preventif8Pemberantasan vektor

a. Pengasapan (fogging/ ULV)8 pelaksana: petugas kesehatan dinas kabupaten/kota. Puskesmas dan tenaga lain yang

telah dilatih

lokasi

: meliputi seluruh wilayah terjangkit

sasaran

: rumah dan tempat-tempat umum

insektisida: sesuai dengan dosis

alat

: mesin fog atau ULV

cara

pengasapan/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan inerval 1 minggu

b. Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)

pelaksana: masyarakat di lingkungan masing-masing

lokasi

: meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya dan merupakan satu kesatuan epidemiologis.

Sasaran: semua tempat potensial bagi perindukan nyamuk; tempat penampungan air, barang bekas, lubang pohon/tiang pagar, tempat minum burung dan sebagainya, di rumah/bangunan dan tempat umum.

Cara

: melakukan kegiatan 3M plus

untuk mencegah dan membatasipenyebaran penyakit Demam Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan cara 3M yaitu:

1. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubukabate/altosidbila tempat-tempat tersebut tidak bisa dikuras

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapatmasuk dan berkembang biak di dalamnya

3. Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung airhujan misalnya ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain

c. Larvasidasi

pelaksana: tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas puskesmas/dinas kesehatan kabupaten/kota

lokasi

: meliputi seluruh wilayah terjangkit

sasaran

: tempat penampungan air(TPA) di rumah dan tempat-tempat umum

Larvasida: sesuai dengan dosis

Cara

: larvasidasi dilaksanakan di seluruh wilayah KLB

Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi temephos yangdigunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10gram ( 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth regulator.H. Kuratif Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pakien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi perlu perawatan intensif.6,8a. Tirah baring selama masih demam

b. Obat antipiretik atau kompres panas hangat.

c. Untuk menurunkan suhu dianjurkan pemberian parasetamol. Asetosal/salisilat tidak dianjurkan oleh karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.

d. Diajurkan pemberian cairan elektrolit (mencegah dehidrasi sebagai akibat demam, anoreksia dan muntah) per oral, jus buah, sirup, susu. Disamping air putih, dianjurkan diberikan selama 2 hari.

e. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok. Periode kritis adalah pada saat suhu turun pada umumnya hari ke-3 -5 fase demam.

f. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan vena.

Jenis cairan kristaloid : larutan ringer laktat ( RL), larutan ringer asetat (RA), larutan garam faali (GF), detroksa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), detroksa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA). (catatan :auntukresusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang mengandung dekstran) Cairan koloid : dekstran 40, plasma, albuminI. Protektif Penyakit DBD sampai saat ini belum ada obat dan vaksinnya, untuk itu yang bisa dilakukan adalah melakukan tindakan protektif dengan mencegah dan membatasi penyebaran penyakit DBD melalui upaya memutuskan rantai penularan. Tindakan protektif dipengaruhi oleh prilaku dan kebiasaan masyarakat.81. Prilaku Masyarakat

Adalah reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Atau dapat pula diartikan suatu tindakan yang dilatarbelajangi oleh pengetahuan, sikap dan praktek.

a. Pengetahuan

Merupakan hasil dari tahu, kemudian meningkat menjadi memahami, mengaplikasi, menganalisis, dan mensistesis serta mengevaluasi dari obyek yang diterima oleh panca indera. Indicator untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi:

pengetahuan tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara pencegahan DBD)

pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan

pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat)

Salah satu pengetahuan adalah tentang penanaman tanaman antinyamuk seperti cayuputih, sereh,jahe, lengkuas, kemangi, kencur, jeruk purut, lavender. Pengetahuan mengenai pemeliharaan ikan cupang, cere kepala timah dapat pula dilakukan untuk pemberantasan biologic.b. Sikap

Merupakan penilaian dari reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Indicator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesadaran seperti diatas:

sikap tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara pencegahan DBD)

sikap tentang cara pemeliharaan kesehatan

sikap tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat)

c. Praktik./Tindakan

Merupakan proses lanjutan yang diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapi. Indikato praktik kesehatan ini mencakup:

praktik/tindakan sehubungan dengan penyakit mencakup pencegahan dan pengobatan penyakit DBD

praktik/tindakan sehubungan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mencakup mengkonsumsi makanan dan gizi seimbang

praktik/ tindakan sehubungan kesehatan lingkungan mencakup pembuangan sampah pada tempatnya.2. Kebiasaan Masyarakat

Berhubungan dengan penyakit DBD adalah kebiasaan tidur siang dan menggantung baju. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan menggigit vector penyakit DBD yang aktif pada pagi dan siang hari serta kesenangan vector untuk beristirahat dan bersarang didalam rumah pada baju/barang yang tergantung. Untuk mengubah kebiasaan masyarakat mungkin kesulitan tetapi yang bisa dilakukan adalah memberi pemahaman tindakan protektif seperti memakai obat nyamuk bakar/elektrik/spray/repellen atau memakai kelambu saat tidur siang serta melipat baju yang bergantungan.

J. Pemberdayaan Masyarakat (jumantik)DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sampai saat ini masih menjadi permaslahan yang sangat sulit untuk diberantas. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah baik lintas sektor maupun lintas program dan masyarakat termasuk sektor swasta. Tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam upaya pemberantasan penyakit DBD antara lain membuat kebijakan dan rencana strategis penanggulangan penyakit DBD, mengembangkan teknologi pemberantasan, mengembangkan pedoman pemberantasan, memberikan pelatihan dan bantuan teknis, melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan serta penggerakan masyarakat.

Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) yang dilakukan oleh masyarakat melalui Juru Pemantau jentik (Jumantik). Kegiatan Jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar dapat secara mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi jentik nyamuk Aedes Aegypti. Tujuan Umum rekrutmen Jumantik adalah menurunkan kepadatan (populasi) nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), melalui penyuluhan yang dilakukan secara terus menerus. Tugas pokok seorang Jumantik adalah melakukan pemantauan jentik, penyuluhan kesehatan, menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan periodik serta melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Supervisor dan Petugas Puskesmas sehingga akan dapat dihasilkan sistem pemantauan jentik berkala yang berjalan dengan baik. Untuk itu peran Jumantik akan dapat maksimal apabila masyarakat dapat membantu kelangsungan kegiatan dengan kesadaran untuk memberikan kesempatan kepada Jumantik memantau jentik dan sarang nyamuk di rumahnya.

Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang ditunjuk oleh unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung jawab melakukan pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja serta melaporkan hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat. Jumantik tidak hanya terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat sekitar dan anak-anak sekolah. Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal cirri-ciri jentik nyamuk Aedes aegypti. Jentik nyamuk ini memiliki cirri yang khas yaitu selalu bergerak aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong. Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk baru.

Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air di sekitar rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena untuk bernafas jentik akan muncul ke permukaan. ocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri jentikaedes aegypti. Jika sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentikaedes aegypti, maka dilakukan abatisasidan pencatatan.

Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik ditemukan untuk membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi tanggal pemeriksaan, kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama dan alamat keluarga, jumlah semua penampungan air yang diperiksa, serta jumlahcontaineryang di temukan jentik. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil pencatatan ini dilaporkan ke Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas Kesehatan.

Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut :(1) Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamukAedes aegyptidiperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik.(2) Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti : bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 (satu) menit untuk memastikan keberadaan jentik.(3) Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga/pot, tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain.(4) Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan senter.Adapun metode kurvey jentik kecara visual dapat dilakukan kubagai berikut :Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentikAedes aegyptibiasanya menggunakan persamaanhouse indexkubagai berikut :

Angka Bebas Jentik (ABJ):Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular DBD. Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD di lingkungannya masing-masing belum optimal.10M. Penetapan Status Kejadian

Didalam pembatasan penyakit sering dipakai istilah wabah dan kejadian luar biasa (KLB) yang artinya sebagai berikut:71)Wabah

Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas secara cepat baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit.2)Kejadian Luar Biasa

Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.

b)Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain:

(1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal di suatu daerah.

(2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya.

(3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya.Bila dicurigai adanya wabah perlu dilakukan penelitian di lapangan, maksudnya ialah:

- Untuk mengetahui adanya penderita-penderita lain atau penderita-penderita tersangka DHF yang perlu dikonfirmasi laboratorium. - Menentukan luas daerah yang terkena dan luas daerah yang perlu ditanggulangi.

- Penilaian sumber-sumber (inventory) mengenai keadaan umumaketempat, mengenai fasilitas dan faktor-faktor yang berperanan penting pada timbulnya wabah.

- Setiap kakus demam berdarah/tersangka demam berdarah perlu dilakukan kunjungan rumah oleh petugas Puskesmas untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik di rumah kakus tersebut dan 20 rumah di sekelilingnya. Bila terdapat jentik, masyarakat diminta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (Pada umumnya Penyemprotan/fogging, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Dati II. Prioritas fogging adalah pada areal dengan kakus-kakus demam berdarah yang mengelompok, dan yang meninggal).7Untuk menentukan KLB, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai klasifikasi daerah (kelurahan) endemis DBD :, 6, 10 Desa rawan I (endemis) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD

Desa rawan II (sporadic) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir ada kasus DBD

Desa rawan III (potensial) yaitu dalam 3 tahun tidak ada kasus, tetapi berpenduduk padat, transportasi rawan, dan ditemukan jentik >5%

Desa bebas yaitu desa yang tidak pernah ada kasus

Bila terjadi KLB/wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval I minggu), PSN DBD. Iarvasidasi, penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit, dan kegiatan penaggulangan lainnya yang diperlukan, seperti: pembentukan posko pengobatan dan posko penanggulangan, penyelidikan KLB. pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta peningkatan kegiatan surveilans kasus dan vektor, dan lain-lain.10BAB III

PENUTUPBerdasarkan tujuan dari Puskesmas yaitu mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional maka Puskesmas memegang peranan penting dalam suksesnya program pemberantasan penyakit menular (P2M) yang merupakan salah satu Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas.

Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, penting bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan menbandingkan antara cakupan dengan target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan target variable yang dinilai: jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan penyuluhan DBD, pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/ gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Untuk itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.Tujuan dari program penelitian puskesmas ini untuk mengetahui pelaksanaan PSN DBD sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada untuk dapat meningkatkan ABJ dan untuk menurunkan angka kesakitan DBDDAFTAR PUSTAKA

1. Nasruddin.Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian DBD di Kabupaten Sukoharjo.Laporan Penelitian Analitik. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.2000.2. Kadar, A. Epidemiologi dan Penyakit Menular. Magelang: Balai Pelatihan Kesehatan.2003.3. Ryan YS. Evaluasi Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Tomang Periode Oktober 2007 sampai dengan September 2008. Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Jakatra 2008.

4. Kebijakan Dasar Puskesmas. Diunduh dari http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/buku/kebijakan%20dasar%20puskesmas.pdf. 12 Juli 2012.

5. Thomas S. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). Edisi 3. Jakarta; Departemen Kesehatan 2007.

6. Widoyono. Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam: Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta. Erlangga.2008.

7. Hadisantoso. Modul Latihan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). Cetakan IV. Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Jakarta.1998.

8. Hadinegoro SR, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan. 2001.

9. Karmila. Peran Keluarga dan Petugas Puskesmas terhadap Penanggulangan penyait Demam Berdarah Dengue. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6972/1/09E01773.pdf. 12 Juli 201110. Sungkar S. Widodo AD, Suartanu N. Evaluasi program pemberantasan demam berdarah dengue di Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Maj Kedokt Indon 2006;56:108-12.