evaluasi kualitatif proses mengajar...
TRANSCRIPT
BAB I
A. Standar Kompetensi Pendidikan Kewargangeraan berdasarkan Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Pembelajaran memerlukan desain, desain yaitu prosedur yang terorganisasi
dimana tercakup langkah-langkah dalam menganalisis, mendesain,
mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengadakan evaluasi (Riyanto,
2012). Desain pembelajaran mencakup beberapa langkah secara spesifikasi
Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi. Desain pembelajaran yang baik akan
menghasilkan proses aktivitas belajar yang baik antara guru dengan peserta
didik. Hamalik (2007) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta
didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.
Perkembangan pembelajaran dipengaruhi oleh teknologi informasi dan
komunikasi. Pembelajaran dikelas tidak akan berhasil apabila pembelajaran
masih monoton menerapkan model pembelajaran konvensional. Model
pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran yang dilakukan hanya
menerapkan ceramah sebagai aktivitas mengajar guru sehingga peserta didik
tidak berkembang, tidak termotivasi, dan tidak berinteraksi secara aktif.
Pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan menerapkan aktivitas ceramah
tetapi juga menerapkan model-model pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi secara
menyeluruh sesuai dengan taksonomi tujuan pendidikan. Pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan dapat mendukung proses pembelajaran yang dapat
membentuk krakteristik, keterampilan dan kompetensi tertentu agar dapat
menghadapi kehidupan abad ke-21 sehingga mampu mengatasi masalah
dengan berbagai macam solusi yang dapat ditawarkan. Cogan (1998)
mengemukakan ada 8 karakterisktik yang perlu dimiliki oleh warga Negara,
yaitu:
1. Ability to look at and approach problems as a member of a global
society.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 1
2. Ability to work with others in a cooperative way and to take
responsibility for one’s roles/duties within society.
3. Ability to understand, accept, and tolerate cultural differences.
4. Capacity to think in a critical and symtematic way.
5. Willingness to resolve conflict in a non-violent manner.
6. Willingness to change one’s lifestyle and consumption habits to protect
the environment.
7. Ability to be sensitive towards and to defend human rights (eg. Rights
of women, ethnic minorities, etc).
8. Willingness and ability to participate in politics at local, national, and
international levels.
Hal tersebut dapat diterjemahkan bahwa Warga Negara memiliki
kemampuan sebagai berikut:
Pertama, kemampuan untuk mengamati dan melakukan pendekatan terhadap
masalah atau tantangan sebagai anggota masyarakat.
Kedua, kemampuan untuk bekerjasama dan bertanggungjawab.
Ketiga, kemampuan memahami, menerima, dan bertoleransi dengan adanya
perbedaan.
Keempat, kompetensi berpikir kritis dan sistematis.
Kelima, bersedia menyelesaikan permasalahan tanpa memandang ras, agama,
suku, dan antar golongan.
Keenam, bersedia merubah gaya hidup dan menjaga dan memperhatikan
lingkungan hidup
Ketujuh, kemampuan untuk peka dan membela hak asasi manusia.
Kedelapan, bersedia dan kemampuan berpartisipasi dalam politik tingkat
daerah, nasional, dan internasional.
Kemampuan Warga Negara diaplikasikan dalam kompetensi
Pendidikan Kewarganegaraan dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu sebagai
berikut.
1. Kompetensi untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 2
a. Memahami tujuan pemerintahan dan prinsip-prinsip dasar konstitusi
pemerintahan republik Indonesia.
b. Mengetahui struktur, fungsi dan tugas pemerintahan daerah dan
nasional serta bagaimana keterlibatan warga negara membentuk
kebijaksanaan publik.
c. Mengetahui hubungan negara dan bangsa Indonesia dengan negara-
negara dan bangsa-bangsa lain beserta masalah-masalah dunia
dan/atau internasional.
2. Kompetensi untuk menguasai keterampilan kewarganegaraan
a. Mengambil atau menetapkan keputusan yang tepat melalui proses
pemecahan masalah dan inkuiri.
b. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu isu tertentu.
c. Menentukan atau mengambil sikap guna mencapai suatu posisi
tertentu.
d. Membela atau mempertahankan posisi dengan mengemukakan
argumen yang kritis, logis, dan rasional.
e. Memaparkan suatu informasi yang penting kepada khalayak umum.
f. Membangun koalisi, kompromi, negosiasi dan consensus.
3. Kompetensi untuk menguasai karakter kewarganegaraan
a. Memberdayakan dirinya sebagai warga negara yang independen,
aktif, kritis, well-informed, dan bertanggungjawab untuk
berpartisipasi secara efektif dan efisien dalam berbagai aktivitas
masyarakat, politik, dan pemerintahan pada semua tingkatan (daerah
dan nasional).
b. Memahami bagaimana warga negara melaksanakan peranan, hak
dan tanggungjawab personal untuk berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat pada semua tingkatan (daerah dan nasional).
c. Memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti,
demokrasi, hak asasi manusia dan nasionalisme dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 3
d. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip hak asasi manusia
dalam kehidupan sehari-hari (Winataputra, 2009).
B. Karakteristik Model Pembelajaran PKn
Pada buku ajar sebelumnya telah dibahas masalah hakikat pembelajaran
PKn sehingga pada buku ajar ini dilanjutkan dengan pembahasan karakteristik
Model Pembelajaran PKn. PKn sebagai mata pelajaran memiliki keunikan
tersendiri, yang memunculkan PKn dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan demokrasi, pendidikan moral, pendidikan Pancasila (Anitah W.,
Sri, dkk, 2009). Berdasarkan hal tersebut maka untuk menentukan desain
model pembelajaran PKn berbeda dengan pembelajaran mata pelajaran lain.
Perlu diketahui bahwa ada beberapa indikator yang menentukan model
pembelajaran PKn, antara lain filosofis PKn yang terdeskripsikan dari tujuan
mata pelajaran PKn, yang kemudian akan menentukan pemaknaan materi
pembelajaran, pemaknaan tersebut akan meliputi peran peserta didik dan guru
PKn dan sumber pembelajaran termasuk model pembelajaran. Analisis pada
pemaknaan dapat berbasis teori tentang tujuan, fungsi, dan kompetensi. PKn
dengan paradigma barunya sesuai pembahasan pada buku ajar sebelumnya
maka mengharapkan model pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan
peserta didik aktif (active student learning). Model pembelajaran dengan
paradigm baru memiliki karakteristik yaitu membelajarkan dan melatih peserta
didik berpikir kritis, membawa peserta didik mengenal, memilih dan
memecahkan masalah, melatih peserta didik dalam berpikir sesuai dengan
metode ilmiah dan keterampilan sosial.
Pembelajaran sebagai sistem. Pembelajaran pembelajaran terdiri dari
sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat
peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan). Jadi pembelajaran merupakan inti
dari model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan bingkai dari
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 4
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik yang akan diterapkan dalam
proses kegiatan interaksi belajar antara tenaga pendidik dengan peserta didik.
C. Materi dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar
Materi dikembangkan berdasarkan paradigm baru PKn di sekolah
dasar. Pradigma baru mengadopsi dinamika perkembangan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang ditandai telah dilaksanakannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) mulai tahun 2016 dikawasan Asia Tenggara artinya
semakin terbukanya persaingan antarbangsa yang semakin kompetitif. Proses
pembangunan karakter bangsa (national character building) telah mendapat
posisi dalam kebijakan pemerintahan, yang tercantum dalam program revolusi
mental. Pembentukan karakter dapat diterjemahkan dalam materi-materi mata
–pelajaran PKn di sekolah dasar. Materi-materi tersebut menyangkut yaitu
pembelajaran individu sebagan insan Tuhan Yang Maha Esa, makhluk sosial
dan warga Negara Indonesia; pembelajaran sejarah perjuanmgan bangsa
Indonesia dan semangat kebangsaan; pembelajaran kerangka social budaya
masyarakat Indonesia dan kebangaan sebagai bangsa Indonesia; pembelajaran
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945; pembelajaran Hak Asasi Manusia;
pembelajaran demokrasi; hukum dan penengakkan hukum; dan pembelajaran
komunikasi sosial budaya Indonesia dan karakter WNI baru.
Secara khusus ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 5
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan
peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri ,
Persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi
globalisasi.
PKn dengan paradigm baru bertumpu pada kemampuan dasar
kewarganegaraan (civic competence) untuk semua jenjang khususnya SD/MI.
Kemampuan dasar tersebut selanjutnya diuraikan atau dirinci dalam bentuk
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 6
sejumlah kemampuan disesuaikan dengan tingkat/jenjang sekolah sejalan
dengan tingkat perkembangan para peserta didik. Kemampuan diuraikan lagi
dalam bentuk butiran standard materi dan kata kunci standard pencapaian.
Tabel 1. Kemampuan Dasar PKn dengan Pradigm Baru
No Kemampuan Dasar Kemampuan Standar Materi
Kata Kunci Standar
Pencapaian1 Menyadari hakikat
individu sebagai insane Tuhan Yang Maha Esa, makhluk social, dan warga Negara Indonesia yang mampu berinteraksi dengan lingkungannya
Memahami makna ajaran agama masing-masing dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara
Kehidupan beragama dalam lingkungan masyarakat dan negara
Makna ajaran agama dalam konteks kehidupan keluarga
Materi bertumpu pada kemampuan dasar yang akan dibelajarkan untuk
mencapai tujuan PKn, yakni membentuk warga Negara yang cerdas,
bertanggungjawab dan berpartisipasi dalam kehidupan politik serta taat kepada
nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.
D. Arah Pengembangan Model-Model Pembelajaran sesuai SK dan KD Mata Pelajaran PKn di Sekolah Dasar/MI
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan
untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan
pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar
Penilaian.
Model pembelajaran PKn dengan paradigm baru memiliki karakteristik
sebagai berikut: membelajarkan dan melatih peserta didik berpikir kritis,
membawa peserta didik mengenal, memilih dan memecahkan masalah, melatih
peserta didik dalam berpikir sesuai dengan melakukan proses dan keterampilan
sosial lain. Hasil penelitian Noor (2010) mengemukakan Dari hasil penelitian
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 7
di lapangan melalui observasi, dan dokumentasi bahwa strategi pembelajaran
PKn yang diterapkan oleh guru PKn lebih banyak menggunakan metode
ceramah, mendikte, dan mencatat di papan tulis serta memberikan contoh
untuk menjelaskan nilai dalam membentuk karakter peserta didik berdasarkan
visi dan misi sekolah yang diterjemahkan ke 18 indikator karakter peserta
didik.
Model pembelajaran PKn dengan paradigm baru harus mampu
mencapai tujuan PKn secara maksimal. Model pembelajaran yang dibuat
merupakan kegiatan yang mencakup kegiatan kognitif, afektif, dan psikomotor
sehingga mampu membentuk karakter atau jati diri peserta didik sesuai dengan
UUD 1945 dan kearifan budaya lokal. Model pembelajaran perlu disesuaikan
dengan situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan peserta didik bahkan
tingkat perkembangannya. Guru dapat memodifikasi model dengan tidak
mengubah prinsip-prinsip pokok (Winataputra, dkk. 2008).
E. Pengembangan Aktivitas Belajar dalam Pembelajaran
Pembelajaran di dalam kelas dan lingkungan sekolah artinya selama guru
melakukan aktivitas pembelajaran mata pelajaran PKn di sekolah dasar dan
selama peserta didik melakukan aktivitas baik di kelas maupun di lingkungan
sekolah/madrasah ibtidaiyah.
Definisi pembelajaran pada hakekatnya adalah melakukan kegiatan
belajar yang berfokus pada peserta didik, disini peserta didiklah yang belajar
bukan pendidik yang mengajar sehingga sesuai dengan pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) sebagai bagian integral dari
pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Suryanti dkk., 2008).
Operasional berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan PKn: 1.
Pengembangan keterampilan pemecahan masalah yang terkait pada peran
warga negara dalam proses kebijakan publik (civic skills/psikomotor), 2.
Pengembangan wawasan kewarganegaraan (civic knowledge/kognitif), dan 3.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 8
Pengembangan keterampilan partisipasi kewarganegaraan (civic
participation/afektif).
Winataputra mengemukakan uraian rinci materi pokok civic skills dalam
disertasinya sebagai berikut.
1. Kemampuan berkomunikasi secara argumentatif dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar atas dasar tanggungjawab sosial.
2. Kemampuan berpartisipasi dalam lingkungan sekolah atau masyarakat
secara cerdas dan penuh tanggungjawab personal dan sosial.
3. Kemampuan mengambil keputusan individual dan atau kelompok
secara cerdas dan bertanggungjawab serta bertanggungjawab.
4. Siswa memiliki kemampuan membangun kerjasama dengan dasar
toleransi, saling pengertian, dan kepentingan bersama.
5. Kemampuan berlomba-lomba untuk berprestasi lebih baik dan lebih
bermanfaat.
6. Kemampuan menentang berbagai bentuk pelecehan terhadap
keterampilan warga negara (civil skills) dengan cara yang dapat diterima
secara sosial-budaya.
7. Kemampuan memimpin dan memberikan dukungan.
8. Kemampuan membangun saling pengertian antar suku, agama, ras, dan
golongan guna memelihara keutuhan dan semangat kekeluargaan.
9. Kemampuan berusaha untuk meningkatkan kemampuan pribadi dan
kegiatan sosial kultural dengan kesadaran untuk berbuat lebih baik (Al
Muchtar, dkk. 2009:9.5-9.6).
Winataputra mengemukakan uraian rinci materi pokok civil
knowledge dalam disertasinya sebagai berikut.
1. Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk sosial,
2. Manusia sebagai individu yang memiliki hak asasi yang harus
dilindungi dan diwujudkan secara bertanggungjawab,
3. Demokrasi dalam kehidupan keluarga,
4. Demokrasi dalam kehidupan di sekolah,
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 9
5. Demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
6. Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai nilai dasar dan landasan demokrasi
di Indonesia,
7. Secara konstitusional kedaulatan adalah ditangan rakyat,
8. Demokrasi menuntut kecerdasan warga negara,
9. Demokrasi menuntut pembagian kekuasaan negara,
10. Demokrasi dengan perwujudan otonomi dalam konteks negara
kesatuan,
11. Peradilan yang bebas dan tidak memihak,
12. Dinamika penerapan konsep, prinsip, nilai, dan cita-cita demokrasi
dalam masyarakat yang berbhinneka tunggal ika,
13. Pentingnya pemberdayaan warganegara dalam memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa dan proses alih generasi secara
bertanggungjawab,
14. Keluarga sebagai inti masyarakat berperan sebagai lembaga yang
paling dini dalam pemberdayaan individu sebagai anggota masyarakat
yang demokratis,
15. Organisasi pelajar/mahasiswa/pemuda berperan sebagai wahana
gerakan moral yang potensial mempengaruhi kebijakan politik kenegaraan
dan fungsional dalam membudayakan kehidupan yang demokratis,
16. Koperasi berperan sebagai wahana pemberdayaan warga negara dalam
rangka perwujudan demokrasi ekonomi,
17. Pemilihan umum berfungsi sebagai sarana demokrasi yang berperan
untuk menyeleksi calon-calon terbaik anggota lembaga perwakilan rakyat
yang dilaksanakan secara jujur dan adil,
18. Pemerintah berfungsi sebagai pelaksana amanat rakyat,
19. Media massa merupakan sarana demokrasi yang berperan sebagai
media komunikasi massa yang jujur dan bertanggungjawab, serta memberi
dampak pendidikan politik kepada seluruh warga negara (Al Muchtar,
dkk., 2009:10.8-10.11).
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 10
Materi pokok pembelajaran PKn yang berkenaan dengan konsep civic
participation sebagai berikut.
1. Partisipasi warga negara dalam melakukan bakti sosial atas dasar
tanggungjawab sosial.
2. Partisipasi warga negara dalam melakukan kerja sama dalam
memberikan pertolongan yang terkena musibah dengan penuh kesadaran
dan tanggungjawab personal dan sosial.
3. Partisipasi warga negara menjaga tata tertib dan kebersihan lingkungan
sekolah atau masyarakat secara cerdas dan penuh tanggungjawab personal
dan sosial.
4. Partisipasi dalam melaksanakan keputusan individual dan atau
kelompok sesuai dengan konteksnya secara bertanggungjawab.
5. Partisipasi menentang berbagai bentuk pelecahan terhadap
keterampilan warga negara.
6. Memimpin kegiatan kemasyarakatan secara bertanggungjawab.
7. Memberikan dukungan yang sehat dan penuh tanggungjawab kepada
calon pemimpin dalam lingkungannya.
8. Membangun saling pengertian antar suku, agama, ras, dan golongan
guna memelihara keutuhan dan semangat kekeluargaan.
9. Siswa dapat berpartisipasi dalam menbangun saling pengertian antar
bangsa melalui berbagai media komunikasi yang tersedia. Meningkatkan
kemampuan pribadi dan kegiatan sosial kultural (Al Muchtar, dkk.,
2009:11.5-11.6).
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 11
BAB IIMATERI, BELAJAR DAN PEMBELAJARAN TAKSONOMI
MATA PELAJARAN PKn
A. Pembelajaran Taksonomi Mata Pelajaran PKn
Dalam Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS Bab I Pasal 1:1 (2003:3), dikatakan bahwa: Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Taksonomi tujuan pendidikan berarti kategorisasi tujuan yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran. Taksonomi tersebut menjadi landasan untuk
pengembangan taksonomi tujuan mata pelajaran PKn. Al-Muchtar, dkk.
(2009) menyatakan taksonomi tujuan mata pelajaran PKn yaitu:
(1) Pengembangan keterampilan pemecahan masalah yang
terkait pada peran warga negara dalam proses kebijakan publik (civic
skills/psikomotor),
Pembelajaran materi pengembangan keterampilan warga negara dalam
mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan
menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan
meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia,
khususnya dalam menaati aturan. Pendekatan belajar metode simulasi dapat
dilakukan misalnya pada saat dihadapkan pada pembelajaran yang memuat
pengembangan aspek keterampilan kewarganegaraan, seperti kemampuan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 12
membangun saling pengertian antar suku, agama, ras, dan golongan guna
memelihara keutuhan dan semangat kekeluargaan.
Dalam hal ini Praktik Belajar Kewarganegaraan (PBK) adalah suatu
inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik
memahami teori kewarganegaraan melalui pengalaman belajar praktek-
empirik. Dengan adanya praktek, siswa diberikan latihan untuk belajar secara
kontekstual. Model ini sangat tepat bagi pengembangan kurikulum yang
memiliki dukungan terhadap pengembangan keterampilan. Penilaian terhadap
pembelajaran materi keterampilan kewarganegaraan dalam mata pelajaran
Kewarganegaraan diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator hasil
belajar. Penilaian dapat menggunakan model penilaian berdasarkan perbuatan
(performance-based assessment) atau juga dikenal dengan penilaian otentik
(authentic assessment).
Model Pembelajaran PKn Berorientasi Pengembangan Keterampilan
Pemecahan Masalah yang Berhubungan dengan Keterampilan Warga Negara
(Civic Skills)
a. Dalam pembelajaran PKn tentang materi pengembangan keterampilan
kewarganegaraan antara lain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik.
b. Salah satu fungsi dari pengembangan keterampilan kewarga-negaraan
adalah supaya warga negara turut serta dalam berbagai kegiatan kehidupan
bernegara.
c. Keterampilan kewarganegaraan perlu dimiliki oleh setiap warga negara,
sehingga mereka memiliki kemampuan untuk turut dalam kehidupan
bernegara dan berbangsa sesuai dengan konstitusi.
d. Pengembangan konsep keterampilan kewargnegaraan dapat dilakukan
dalam berbagai kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dengan
menggunakan metode yang beragam. Akan tetapi dipilih yang tepat untuk
meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar dan berlatih keterampilan
kewarganegaraannya.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 13
(2) Pengembangan wawasan kewarganegaraan (civic
knowledge/kognitif),
Pembelajaran wawasan kewarganegaraan hendaknya dilakukan secara
kelompok dengan menekankan kepada diskusi terutama untuk mempelajari
bahan pelajaran yang berbentuk masalah wawasan kewarganegaraan.
Pembelajaran materi wawasan kewarganegaraan dalam mata PKn merupakan
proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk
mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter
warga negara Indonesia, khususnya dalam keterampilan kewarganegaraan.
Pendekatan belajar Metode pemecahan masalah dapat dilakukan
misalnya pada saat dihadapkan pada pembelajaran yang memuat
pengembangan wawasan kewarganegaraan seperti tentang partai politik
bagaimana melakukan memperkuat wawasan pengetahuan fungsi kabinet
sebagai sarana demokrasi yang berperan membantu presiden sebagai
mandataris MPR melaksanakan ketetapan/keputusan MPR dan peraturan
perundangan lainnya secara profesional, jujur, dan penuh tanggung jawab.
Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan merupakan sarana
demokrasi yang berperan sebagai pemimpin bangsa dan negara, dan manajer
pemerintahan yang cerdas, demokratis, dan religious.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi materi ini
yaitu Model pembelajaran berbasis Portofolio. Model Pembelajaran berbasis
Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud
tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang
ditentukan. Panduan-panduan ini beragam tergantung pada mata pelajran dan
tujuan penilaian portofolio (Winataputra, dkk. 2008).
Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi
yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas peserta didik
berkenaan dengan suatu isu kebijakan public yang telah diputuskan untuk
dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 14
Portofolio kelas berisi bahan-bahan seperti penyataan-pernyataan tertulis, peta,
grafik, fotografi, dan karya seni asli. Bahan-bahan ini menggambarkan:
a. Hal-hal yang telah dipelajari peserta didik berkenaan dengan suatu masalah
yang telah mereka pilih;
b. Hal-hal yang telah dipelajari peserta didik berkenaan dengan alternative-
alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut;
c. Kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh peserta didik untuk
mengatasi masalah tersebut;
d. Rencana tindakan yang telah dibuat peserta didik untuk digunakan dalam
mengusahakan agar pemerintah menerima kebijakan yang mereka usulkan.
Pembelajaran PKn yang berbasis Portofolio memperkenalkan kepada
para peserta didikdan mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-
langkah yang digunakan dalam proses politik. Pembelajaran ini bertujuan
untuk membina komitmen aktif para peserta didik terhadap
kewarganegaraannya dan pemerintahannya dengan cara:
a. Membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
berpartisipasi secara efektif;
b. Membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan
kompetensi dan efektivitas pratisipasi;
c. Mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi warga Negara.
Dari beberapa penjelasan mengenai Sintaks atau tahapan-tahapan
kegiatan pembelajaran disimpulkan, meliputi:
1) Kelas dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok bertanggungjawab
untuk membuat satu bagian portofolio kelas;
2) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik di masyarakat;
3) Memilih satu masalah untuk kajian kelas;
4) Mengumpulkan informasi dan menilai tentang masalah yang akan dikaji
kelas;
5) Mengkaji pemecahan masalah;
6) Membuat Portofolio Kelas;
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 15
7) Menyajikan Protofolio;
8) Refleksi terhadap Pengalaman Belajar (Winataputra, dkk. 2008).
Model Pembelajaran berbasis Portofolio untuk diterapkan di sekolah
dasar, guru perlu melakukan penyederhanaan proses kegiatan disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak usia sekolah dasar. Guru perlu
mengadakan bimbingan secara intensif dan berkelanjutan agar peserta didik
betul-betul memahami setiap proses pembelajarannya.
(3) Pengembangan keterampilan partisipasi kewarganegaraan
(civic participation/afektif).
PKn merupakan program dari pendidikan yang dikembangkan dari
kajian ilmu politik, sosial politik, dan ilmu pendidikan sasarannya adalah
semua warga negara untuk meningkatkan kualitas partisipasi warga negara
dalam kehidupan politik, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya dan
kependidikan.
Pengembangan kemampuan partisipasi kewarganegaraan adalah visi
dan misi serta pendekatan dari pendidikan kewarganegaraan, yang sasarannya
seluruh warga negara, dan dapat dilakukan pada lembaga pendidikan
persekolahan. Yang dilaksanakan baik di kelas maupun di luar kelas, bertujuan
dalam kerangka pembentukan warga negara yang partisipatif (socio civic
behaviours).
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan bertujuan
memperkuat partisipasi warga negara, yang dikembangkan dalam kurikulum
sekolah, yang dilihat dari sasarannya lebih khusus warga negara dalam usia
sekolah. Oleh karena itu, secara keilmuan bersumber pada konsep dasar
partisipasi warga negara dalam ilmu politik dengan menggunakan pendekatan
psikologis untuk kepentingan pendidikan. Disajikan dalam bentuk PKN
sebagai modal pendidikan, yang mengembangkan nilai partisipasi warga
negara politik warga negara, dan Tata Negara.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 16
Pembelajarannya lebih menekankan kepada pengembangan bernalar
dan bersikap serta bertindak demokratis melalui pengembangan kemampuan
pengambilan keputusan (decision making process) melalui proses
pembelajaran.
Pembelajarannya lebih diutamakan terhadap peningkatan kemampuan,
untuk mengenal dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh warga negara,
sehingga mampu bertindak sebagai warga negara yang baik.
Pendekatan belajar Metode pemecahan masalah dapat dilakukan
misalnya pada saat dihadapkan pada pembelajaran yang memuat
pengembangan aspek sikap dan keterampilan seperti bagaimana melakukan
pengambilan keputusan dengan lebih mementingkan kepentingan umum dari
pada kelompok atau pribadinya
B. Pengembangan Pembelajaran PKn
Dalam hasil penelitian Noor, dkk. (2014) bahwa calon guru kurang
mempunyai kemampuan berani tampil, percaya diri, wawasan, dan
pengembangan kemampuan teknologi informasi komunikasi sehingga transfer
pengetahuan dan penguasaan situasi dan kondisi kelas yang diharapkan dapat
berjalan sesuai dengan RPP kurang begitu maksimal. Calon guru disini
mengerjakan tugas sebatas pada gugur kewajiban jadi tugas selesai dikerjakan
berarti selesai tanggungjawabnya.
Kosasih (1999) mengemukakan dalam pengembangan pembelajaran
terhadap materi yang akan disampaikan, peserta didi tidak hanya mempelajari
materi pelajaran, tetapi mempelajari materi dan sekaligus praktik, berlatih dan
mampu menunjukkan identitas karakter bersikap dan berperilaku sebagai
materi yang dipelajari. Guru harus mampu mengembangkan kompetensi
pembelajaran PKn:
1. Membina dan menciptakan keteladanan, baik fisik dan material (tata dan
asksesori kelas/sekolah), kondisional (suasana pembelajaran) maupun
personal (guru, pimpinan sekolah dan tokoh unggulan;
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 17
2. Membiasakan/membakukan atau mempraktikkan apa yang diajarkan
mulai di kelas-sekolah-sekolah dan lingkungan belajar, dan
3. Memotivasi minat/gairah untuk terlibat dalam belajar, untuk kaji lanjutan
dan mencobakan serta membiasakannya (Winataputra, dkk. 2008).
Kompetensi tersebut dapat dipraktikkan melalui berbagai model
pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, dan strategi
pembelajaran. Dengan melakukan berbagai model, metode, pendekatan dan
strategi pembelajaran diharapkan mencapai sasaran maka kelas PKn dan
sekolah harus dijadikan sebagai laboratorium masyarakat, bangsa dan negara.
Bagaimana mungkin peserta didik yang kelak menjadi anggota masyarakat
akan mengerti bagaimana menjadi warga negara yang demokratis, padahal
mereka selama di sekolah hanya mempelajari pengetahuan teori saja.
Pengembangan pembelajaran PKn memerlukan media pembelajaran,
fungsinya adalah untuk memberi kemudahan kepada peserta didikdalam
memahami materi yang diajarkan. Media PKn, diantarnya adalah guru PKn
tersebut. Media lain dalam PKn, yaitu yang bersifat:
1. Material, misalnya buku, model pakaian, bendera, senjata.
2. Immaterial, misalnya contoh kasus, cerita, legenda, budaya.
3. Kondisional. misalnya suasana simulasi yang diciptakan sebelum atau
pada saat proses belajar berlangsung di kelas atau di tempat kejadian.
4. Personal, misalnya nama atau foto atau gambar tokoh masyarakat atau
pahlawan, gambar atau foto atau nama presiden, raja.
C. Evaluasi PKn
Pembelajaran memerlukan evaluasi pada saat akhir pembelajaran.
Evaluasi bisa dilakukan mulai dari pra evaluasi kalau di awal. Formatif jika
berada dalam proses diagnostik atau di tengah proses pembelajaran, atau
sumatif kalau di akhir. Kosasih (Winataputra, 2008) mengemukakan evaluasi
merupakan bagian dari belajar maka evaluasi tidak hanya dilakukan dua kali
saja (formatif dan sumatif), tetapi mestinya dilakukan pra dan sepanjang
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 18
pembelajaran melalui berbagai kegiatan dengan menggunakan media atau
tanpa media pembelajaran secara terarah dan terkendali. Pola evaluasi inilah
yang dinamakan evaluasi portofolio atau penilaian yang kontinu
berkesinambungan. Evaluasi protofolio ini dapat menghasilkan gambaran
keberhasilan atau kekurangan proses maupun hasil belajar peserta didik lebih
adil dan objektif. Untuk bagan dari evaluasi ini sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Pola Penilaian Portofolio PKn
Dari gambar 1. Bahwa pilihan penilaian cukup banyak dan beraneka
ragam, yang pada puncaknya direkap dengan bobot penilaian sesuai dengan
ketentuan atau pertimbangan guru yang bersangkutan atas dasar bobot setiap
kegiatan tersebut.
Menurut deskripsi diatas hasil akhir dari PBK adalah portofolio (portfolio)
hasil belajar yang berupa rencana dan tindakan nyata yang ditayangkan oleh
setiap individu atau kelompok dan dinilai secara periodik melalui suatu
kompetisi interaktif-argumentatif pada tingkat kelas, sekolah, daerah setempat,
dan nasional. Peserta didik kemudian diberikan sertifikat keberhasilan dalam
mengikuti kegiatan praktik tersebut.
Dengan melakukan hal tersebut maka pembelajaran PKn berdasarkan
taksonomi tujuan pendidikan dapat menjadikan peserta didik seutuhnya.
Maksudnya peserta didik yang mempunyai semua, selaras, serasi dan
seimbang perkembangan semua segi individunya. Individu-individu yang
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 19
Pola Penilaian (Evaluasi
Pra-Evaluasi Formatif Sumatif
1. Tes2. Non Tes
A. ObjektifB. Esay/UraianC. Kegiatan/ Karya/TerampilD. Laporan Pihak Ketiga (peserta didik, guru, organisasi sekolah dan masyarakat, dll
Di KelasDi Sekolah
LuarSekolah
Individual
Kelompok
mampu menjangkau segenap hubungan dengan Tuhan, dengan
lingkungan/alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial
yang konstruktif dan dengan dirinya sendiri. Persona atau individu yang
demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu baik unsur akal
pikiran, perasaan, moral dan keterampilan (cipta, rasa, dan karsa), jasmani
maupun rohani, yang berkembang secara penuh. Integrasi perkembangan dari
unsur-unsur itulah yang menciptakan peserta didik seutuhnya sebagai
taksonomi tujuan pendidikan.
Stenhouse (1984; Hopkins, 1985:1993; Elliot, 1993) nampaknya lebih
melihat faktor guru sebagai sentralitas faktor emansipasi proses pendidikan ini.
Artinya, bila sasaran akhir proses pendidikan adalah kemandirian peserta
didik, maka perubahan harus dimulai dari kinerja profesional guru. Proses
pendidikan harus merupakan a non authoritarian context di dalam situasi
mana setiap peserta didik dapat mencipta makna-makna bagi dirinya sendiri
(the creation of individual meaning), dan memposisikan guru dalam peran
sebagai liberating forces person (Al Muchtar, 2009).
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 20
BAB IIIMANAJEMEN PENGELOLAAN MATA PELAJARAN PKn
A. Pengelolaan Kelas
Guru berperan mengelola kelas untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang menarik, kreatif, dan menyenangkan. Guru wajib melakukan dua tugas
sekaligus yang penting yaitu mengajar dan mendidik, tugas pokok pertama
yakni mengajar berarti segala bentuk usaha untuk membantu siswa dalam
pencapaian tujuan pembelajaran melalui pengelolaan kelas yang baik.
Pengelolaan kelas yang baik dapat dilakukan dengan menintegrasi semua
perangkat pembelajaran dengan sarana dan prasarana pembelajaran.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah
dari kata pengelolaan adalah manajemen yang berarti ketatalaksanaan, tata
pimpinan. Pengelolaan atau manajemen dalam pengertian umum menurut
Arikunto mengemukakan (Bahri, 2000) adalah “pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan”.
Sardiman A.M ( 2001) mengatakan pengertian pengelolaan kelas adalah :
Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena itu, kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap peserta didik untuk belajar kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.
Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pengelolaan kelas
adalah kemampuan guru dalam menciptakan kondisi dan situasi belajar yang
menyenangkan di kelas sehingga peserta didik merasa betah dan mampu
berkonsentrasi dalam belajar. Pengelolaan kelas memerlukan langkah-langkah
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi kelas. Secara psikologi
pembelajaran wajib merencanakan langkah-langkah sesuai dengan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 21
perkembangan kemampuan berpikir peserta didik. Kemampuan peserta didik
akan mencapai tahap berpikir tinggi apabila pengelolaan kelas yang dilakukan
oleh guru kreatif dan menyenangkan. Menurut Suharsimi Arikunto (Bahri,
2000) “memahami pengelolaan kelas dapat dilihat dari dua segi yaitu
pengelolaan yang menyangkut siswa & pengelolaan yang menyangkut fisik
(ruangan, perabotan, alat pengajaran)”.
Pengelolaan kelas yang kreatif dan menyenangkan dikembangkan melalui
pendekatan. Riduwan (2004) setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa
dilakukan oleh guru untuk mengelola kelas yaitu :
a. Pendekatan kekuasaan.
b. Pendekatan kebebasan.
c. Pendekatan resep.
d. Pendekatan pembelajaran / pengajaran.
e. Pendekatan perubahan tingkah laku.
f. Pendekatan suasana emosi & hubungan sosial.
g. Pendekatan pluralistik.
Pengelolaan kelas memerlukan kemampuan dasar keterampilan guru.
Guru harus mampu melaksanakan manajemen pengelolaan kelas dan mata
pelajaran. Pengelolaan kelas akan mempunyai dampak yang siginifikan
terhadap pengelolaan mata pelajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Pengelolaan kelas khususnya untuk mengelola mata
pelajaran PKn merupakan kompetensi guru yang harus dikuasai karena setiap
peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan suatu
karakter akan menimbulkan cirri khas masing-masing sesuai afektif.
Pidarta (2007) mengemukakan variasi perilaku Karena ada faktor-faktor
penyebablah timbulnya variasi perilaku itu. Menurutnya faktor-faktor
penyebab variasi perilaku itu adalah :
a. Karena pengelompokan (pandai, sedang, bodoh). Kelompok
bodoh akan menjadi sumber negatif, penolakan atau apatis.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 22
b. Karakteristik individual, kemampaun kurang dan latar belakang
ekonomi rendah sehingga menghalangi kemampuan.
c. Kelompok pandai akan merasa terhalang oleh teman-temannya
yang tidak seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar yang
diberikan oleh guru sehingga kelompok ini membentuk norma sendiri yang
tidak sesuai dengan harapan sekolah.
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa variasi perlaku
peserta didik dapat menimbulkan masalah bagi guru dalam upaya mengelola
kelas sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkannya, Pidarta (2007)
mengemukakan masalah-masalah yang berhubungan dengan perilaku peserta
didik adalah :
a. Kurang kesatuan, seperti adanya kelompok-kelompok, klik-klik
dan pertentangan jenis kelamin.
b. Tidak ada standar perilaku dalam berkerja kelompok, misalnya
ribut, bercakap-cakap, pergi kesana kemari dan sebagainya.
c. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut,
bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok bodoh.
d. Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/terganggu, misalnya bila
didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah dan sebagainya.
e. Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga
yang alat-alat belajarnya kurang, kekurangan uang dan lain-lain.
f. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang
berubah,seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi
baru dan sebagainya.
Masalah pengelolaan kelas selalu berhubungan dengan pengelolaan mata
pelajaran karena pengelolaan kelas bersumber pada peserta didik. Hal tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu masalah individual dan
masalah kelompok. Dreikus & Cassel mengemukakan (Hamalik, 2000)
masalah pengelolaan kelas individual dibedakan menjadi empat kategori
yaitu
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 23
a. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain, misalnya
dengan membadut di kelas membuat suatu kegaduahan.
b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan atau konfrontasi, misalnya
berdebat, membandel, membantah dan bertindak emosional.
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain, misalnya menyakiti
dengan cara mengejek dan memukul
d. Peragaan ketidakmampuan atau memboikot, berlagak menyerah atau tak
berdaya, pasif, apatis acuh tak acuh bahkan menolak sama sekali
melakukan apapun.
Sedangkan Johnson & Bany mengemukakan (Hamalik, 2004) masalah
pengelolaan kelas kelompok dibedakan menjadi enam kategori yaitu :
a. Kelas kurang kohesif atau kompak sehingga timbul klik-klik dalam kelas
b. Kelas bereaksi negatif terhadap salah satu seorang anggotanya
c. Kelas membombong atau membesarkan anggota kelas yang melanggar
norma
d. Kelas mudah sekali dialihkan perhatikannya
e. Semangat kerja rendah, lamban dan malas
f. Kelas sukar menyesuaikan diri dengan keadaan baru misalnya perubahan
jadwal dan penggantian guru
Masalah pengelolaan kelas merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan semua pihak pendidikan sehingga masalah-masalah tersebut
dapat diatasi dengan sebaik-baiknya.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 24
BAB IV PARADIGMA KOMPETENSI MENGAJAR GURU MEMASUKI ERA MEA
Paradigma kompetensi mengajar guru memerlukan perhatian yang
serius dari semua kalangan khususnya kalangan pemerintah, pemerhati
pendidikan, sivitas perguruan tinggi, dan guru-guru bidang Ilmu-ilmu Sosial
dan Kewarganegaraan. Kompetensi dalam pembelajaran diperlukan agar dapat
mengajar dengan sukses. Guru mengajar dengan sukses apabila guru dapat
menidentifikasi dan memahami tugas guru.
A. Pembelajaran
Kartadinata, S dan Permana, J., 1997; Raka joni, 1983; Hasibuan dan
Mudjiono, 1995, menyatakan pembelajaran dapat diartikan dari beberapa
sudut pandang. Pertama, pembelajaran diartikan sebagai kegiatan
menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari
guru kepada peserta didik. Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu
proses penggunaan seperangkat ketrampilan (teaching as a skill) secara
terpadu. Ketiga, pembelajaran dipandang suatu seni, yang mengutamakan
penampilan (kinerja) guru secara unik yang berasal-dari sifat-sifat khas,
dan perasaan serta naluri guru. Keempat, pembelajaran dipandang sebagai
penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar (dalam Suharjo, 2006: 85).
B. Mengajar dengan Sukses
Kriterium utama untuk mengajar dengan sukses ialah: apakah
mengajar itu berhasil atau tidak. Sukses tidaknya mengajar ditentukan oleh
hasil mengajar itu, berhasil bila anak-anak sungguh-sungguh belajar
sesuatu, misalnya ia bertambah pandai main piano, main voli, memecahkan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 25
soal-soal aljabar, menggunakan bahasa Inggris, memahami sejarah,
menerapkan pengetahuan PKn dan sebagainya.
Joyce dan Weil, 1980 (dalam Usman, 2006) mengemukakan 22
model mengajar yang dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1) proses
informasi, (2) perkembangan pribadi, (3) interaksi sosial, (4) modifikasi
tingkah laku.
Mursell dan Nasution (2002) berpandangan bahwa mengajar sebagai
menyusun sejumlah kegiatan-kegiatan dalam hidup sekelompok manusia
yang belajar. Kegiatan-kegiatan itu beraneka ragam ada di dalam ada di
luar kelas, ada individual, ada pula dalam kelompok.
Mengajar dengan sukses tidak dapat dilakukan menurut suatu pola
tertentu yang diikuti secara rutin. Ini tercapai bila dalam mengajar itu
diutamakan pemahaman, wawasan, (insight) inisiatif dan kerjasama
dengan mengembangkan kreativitas. Hasil itu tidak akan tercapai bila
mengajar itu hanya merupakan latihan untuk menghafalkan hal-hal yang
misalnya dianggap perlu untuk ujian (Mursell dan Nasution, 2002).
Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik/Kurikulum
IKIP Surabaya, 1988 (dalam Suryosubroto, 1997), mengemukakan bahwa:
Efisiensi dan Efektivitas mengajar dalam proses interaksi belajar mengajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu murid-murid agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui efektivitas mengajar, dengan memberikan tes sebagai hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran. Hasil tes mengungkapkan kelemahan belajar siswa dan kelemahan pengajaran menyeluruh.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar
adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan membantu
kegiatan belajar kepada seseorang (siswa) dalam mengembangkan potensi
intelektual, (emosional serta spiritualnya) sehingga potensi-potensi
tersebut dapat berkembang secara optimal. Hal ini senada dengan yang
dikemukakan William Burton “teaching is the guidance of learning
activities, teaching is for purpose of aiding the pupil learn” yang berarti
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 26
bahwa mengajar itu memimpin aktivitas/kegiatan belajar dan bermaksud
untuk membantu/menolong siswa dalam belajarnya.
Gagne dan Brig, 1979 (dalam Suryosubroto, 1997) mengemukakan
bahwa pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan,
melainkan adanya kemampuan guru yang dimiliki tentang dasar-dasar
mengajar yang baik. Instruction is the means employed by teacher,
designer of materials, curriculum specialist, and promote whose purpose
is to develop and organized plan top promote learning.
C. Sekolah Dasar
Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan enam tahun. Sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan
dasar. Di dalam Peraturan Pemerintah Repbublik Indonesia Nomor 28
Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar
merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri atas program pendidikan
enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah
lanjutan tingkat pertama (SLTP). Dengan demikian, sekolah dasar
merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar.
Ada tujuh jenis sekolah dasar (SD) di Indonesia, yaitu SD
konvensional, SD percobaan, SD inti, SD kecil, SD satu guru, SD pamong,
dan SD terpadu.
Landasan yuridis sekolah dasar yaitu Undang-Undang Dasar (UUD)
1945, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar (PP Nomor 28
Tahun 1990).
Tujuan Institusional sekolah dasar, di dalam Buku I Kurikulum
Pendidikan Dasar tahun 1994 dijelaskan bahwa pendidikan dasar bertujuan
memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 27
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan
anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pendidikan menengah (Bafadal, 2003).
D. Tugas Guru Sekolah Dasar
Dirjen Dikdasmen (1981) dalam Suharjo (2006) tugas guru di
sekolah dasar mencakup tiga hal. Tugas guru yang pertama adalah tugas
profesional yaitu mendidik (dalam rangka mengembangkan kepribadian),
mengajar (dalam rangka mengembangkan kemampuan
berfikir/kecerdasan) dan melatih (dalam rangka penerapan teknologi dan
ketrampilan).
Tugas guru yang kedua adalah tugas kemanusiaan artinya guru
mempunyai tugas sebagai orang tua kedua bagi siswa di sekolah. Oleh
karena itu guru-guru di sekolah dasar juga memiliki peranan sebagai orang
tua kedua di sekolah yang memberikan pengawasan, dan pendidikan
kepada para siswa. Hal ini sejalan dengan pandangan Norman M Gobel
(dalam Suharjo, 2006) bahwa sekolah memiliki fungsi sebagai : penjaga
anak (custodial function), memberikan indoktrinasi, menyiapkan tenaga
kerja, dan kepercayaan.
Tugas guru yang ketiga adalah tugas kemasyarakatan artinya, guru
mempunyai tugas menyiapkan siswa menjadi warga negara yang baik.
Kartono (1992) menyatakan melalui pendidikan yang diberikan guru
di sekolah, diharapkan dapat dipupuk hal-hal sebagai berikut.
1. Sikap mental, terutama mentalitas pembangunan, semangat
persatuan, kerukunan dan kegotong-royongan.
2. Moralitas, budi pekerti yang luhur, mematuhi nilai-nilai
kesusilaan dan kebaikan untuk melawan egoisme dan individualisme
yang semakin menjadi-jadi di masa kini.
3. Disiplin dan etik kerja yang tinggi untuk melawan apatisme,
defaitisme, fatalisme, mitos-mitos, dan irrasionalitas.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 28
4. Sikap intelektual kritis dan terbuka terhadap modernisasi,
teknokrasi dan industrialisasi.
5. Kebajikan paling utama berupa rasa rendah hati, yang
bersumber dari rasa kecintaan pada rakyat/bangsa sendiri, dengan jalan
mendahulukan kepentingan umum atau mayoritas rakyat; menjauhkan
diri dari nafsu mendahulukan kepentingan sendiri – terutama hal ini
diserukan pada kaum elite penguasa (dalam Suharjo, 2006).
Berdasarkan hasil observasi, bahwa pada saat mahasiswa Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) melaksanakan tugas individu
dan tugas kelompok terlihat bahwa kemampuan mengajar mahasiswa terutama
dalam hal percaya diri, berani tampil, suara keras dan jelas dan karakter/ciri
khas belum sepenuhnya dimiliki mahasiswa sehingga Mahasiswa Program
Studi PGSD juga tidak begitu dapat menguasai situasi dan kondisi kelas.
Tugas individu dan tugas kelompok dapat meningkatkan kompetensi para
calon guru apabila memang diatur sedemikian rupa sehingga sesuai indikator
kompetensi yang diinginkan.
Perkembangan intelektual, emosional, dan sosial (Jecquelynne Eccles,
et. Al (Yusuf L.N., 2013) mengemukakan tiga tipe kompetensi yang
seyogyanya dimiliki oleh remaja, yaitu sebagai berikut.
Aspek Kompetensi
1. Intelektual 1. Mengetahui keterampilan pokok dalam kehidupan dan pekerjaan.2. Memiliki kebiasaan berpikir atau keterampilan berpikir kritis.3. Memiliki keterampilan mengambil keputusan yang baik.4. Memiliki pemahaman lebih dari satu kebudayaan secara mendalam.5. Memahami keterampilan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang beragam.6. Sukses (berprestasi) di sekolah.
2. Emosional 1. Memiliki mental yang sehat, termasuk menghargai diri sendiri secara positif.2. Memiliki kemampuan meregulasi emosi dan mengatasi masalah dengan baik.3. Memiliki keterampilan meresolusi konflik dengan baik.4. Memiliki motif berprestasi yang baik.5. Memiliki personal efficacy (keyakinan terhadap kemampuannya sendiri untuk mengatasi masalah) yang baik.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 29
6. Planfulness.7. Memiliki kemandirian atau rasa tanggungjawab sendiri.8. Bersikap optimis dengan mendasarkan kepada realita.9. Memiliki identitas pribadi dan sosial yang memadai.10. Bersikap proposial dan peka terhadap nilai-nilai budaya.11. Memiliki kesadaran spiritual sebagai wahana untuk mencapai tujuan kehidupan.12. Memiliki karakter moral yang kuat (strong moral character).
3. Sosial 1. Memiliki hubungan yang baik dengan orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya.2. Memiliki kesadaran untuk berhubungan dengan jejaring kehidupan sosial yang lebih luas.3. Memiliki sikap proposial dengan lembaga-lembaga tertentu, seperti sekolah, rumah ibadah, dan pusat-pusat pengembangan kepemudaan.4. Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan konteks budaya yang beragam.5. Memiliki komitmen terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara.
E. Kompetensi Mengajar dengan Tugas Individu
Donald Medley mengemukakan gaya mengajar guru merujuk kepada
kemampuan guru untuk menciptakan iklim kelas (classroom climate). Ornstein
mengemukakan gaya mengajar itu sebagai (1) aspek ekspresif mengajar, yang
menyangkut karakteristik hubungan emosional antara guru-siswa, seperti
hangat atau dingin; dan (2) aspek instrumental mengajar, yang menyangkut
bagaimana guru memberikan tugas-tugas, mengelola belajar, dan merancang
aturan-aturan kelas. Lippitt dan White mengklasifikan gaya mengajar itu ke
dalam tiga kategori (Study Klasik), yaitu (a) autoritarian: guru mengarahkan
keseluruhan kegiatan program pembelajaran; (b) demokrasi: guru mendorong
atau melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran
dan bertukar pemikiran dalam proses pengambilan keputusan; dan (c) Laissez-
Faire: guru tidak menetapkan tujuan, dan tidak memberikan arahan atau
aturan bagi tingkah laku kelompok atau individu siswa.
Identifikasi kompetensi mengajar mahasiswa Program Studi PGSD
dengan menerapkan metode penelitian kualitatif dengan jenis strategi
penelitian kasus. Identifikasi sementara ini berdasarkan dari tugas individu dan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 30
tugas kelompok, dari data hasil rekaman video dan observasi langsung maka
dihasilkan beberapa hasil penelitian, yaitu:
1. Percaya Diri
Mahasiswa kurang percaya diri disaat menampilkan tugas individu, ini
terlihat bahwa mereka masih gugup, selalu menunduk, grogi, kaku (hanya
berdiri tanpa melakukan gerakan badan/bahasa tubuh) dan monoton
menggunakan teks. Kurang percaya diri ini timbul karena mereka belum
mempunyai pengetahuan yang luas tentang apa yang akan mereka
presentasikan dan mereka kurang terbiasa untuk melakukan tugas individu
yang sesuai dengan posisi mereka sebagai calon guru sekolah dasar.
2. Berani Tampil
Mahasiswa PGSD kurang berani tampil disaat menampilkan tugas
individu, ini terlihat bahwa mereka masih menundukkan wajah (tidak berani
melihat audiens atau kadang-kadang melihat), kurang berani menjelaskan
sesuai kemampuan, masih membaca teks secara keseluruhan, menjelaskan
dengan terputus-putus (atau masing sering menggunakan kata “eeeeeeeee”)
dan mereka hanya sekedar menyelesaikan tugas. Kurang berani tampil ini
timbul karena mereka belum belajar secara maksimal dan selalu mengamalkan
SKS (sistem Kebut Semalam) tentang apa yang akan mereka presentasikan dan
mereka kurang terbiasa untuk melakukan tugas individu yang sesuai dengan
posisi mereka sebagai calon guru sekolah dasar.
3. Suara Jelas dan Keras
Mahasiswa PGSD kurang jelas dan keras disaat menampilkan tugas
individu, ini terlihat bahwa mereka masih kurang berani mengeluarkan
suaranya, menjelaskan terus menerus tanpa memperhatikan tanda baca
(membaca terus menerus), dan kurang mengerti pengaturan intonasi dan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 31
kecepatan. Kurang dapat mengeluarkan suara keras dan jelas karena mereka
belum melakukan latihan sebelum tampil presentasi dan mereka kurang
terbiasa untuk melakukan tugas individu yang sesuai dengan indikator
penilaian dan posisi mereka sebagai calon guru sekolah dasar.
4. Mempunyai Karakter/Ciri Khas
Mahasiswa PGSD kurang menampilkan karakter/ciri khas disaat
melaksanakan tugas individu, terlihat bahwa mereka kurang mengerti tentang
kelebihan dan kekurangan diri sendiri, kurang memperhatikan sikap dan
tingkah laku, dan kurang mengerti makna tugas individu. Kurang tampilnya
karakter/ciri khas karena mereka kurangnya rasa tanggungjawab dalam
melaksanakan tugas dan kurang terbiasa untuk melakukan tugas individu yang
sesuai dengan posisi mereka sebagai calon guru sekolah dasar.
5. Pengetahuan yang Luas
Mahasiswa PGSD kurang memiliki pengetahuan yang luas karena
mereka kurang belajar dan mencari informasi disaat menampilkan tugas
individu, terlihat bahwa teks hasil tugas individu mereka kebanyakkan hanya
copy paste dan kurang menampilkan hasil pemikiran mereka. Kurang
pengetahuan yang luas karena mereka kurang mempunyai pengalaman,
kehadiran mereka ke perpustaakaan, dan masih banyak yang kurang
menguasai teknologi, informasi, dan komputer dan mereka kurang terbiasa
untuk melakukan tugas individu yang sesuai dengan posisi mereka sebagai
calon guru sekolah dasar akhirnya penguasaan situasi dan kondisi kurang
maksimal malah cenderung kurang memperhatikan.
F. Kompetensi Mengajar dengan Tugas Kelompok
Identifikasi kompetensi mengajar mahasiswa semester Program Studi
PGSD dengan menerapkan metode penelitian kualitatif dengan jenis strategi
penelitian kasus. Identifikasi ini berdasarkan dari tugas kelompok, dari data
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 32
hasil rekaman video dan observasi langsung maka dihasilkan beberapa hasil
penelitian, yaitu:
1. Percaya Diri
Mahasiswa PGSD kurang percaya diri disaat menampilkan tugas
kelompok, ini terlihat bahwa mereka masih gugup, grogi, kaku dan monoton
membaca teks. Kurang percaya diri ini timbul karena mereka belum
mempunyai pengetahuan yang luas tentang apa yang akan mereka
presentasikan dan mereka kurang terbiasa untuk melakukan tugas individu
yang sesuai dengan posisi mereka sebagai calon guru sekolah dasar.
2. Berani Tampil
Mahasiswa PGSD kurang berani tampil disaat menampilkan tugas
kelompok terlihat bahwa mereka masih mengadalkan teman yang pintar,
kurang paham terhadap pertanyaan sehingga menjawab seadanya saja, dan
tidak ada persiapan yang baik. Kurang berani ini karena mereka belum
mempunyai kemampuan yang maksimal tentang apa yang akan mereka
presentasikan dan mereka kurang ditekankan pada saat melaksanakan tugas
kelompok bahwa semua anggota harus bisa menjawab pertanyaan dan
membantu menjawab pertanyaan anggota yang lain dengan posisi mereka
sebagai calon guru sekolah dasar.
3. Suara Jelas dan Keras
Mahasiswa PGSD kurang bersuara keras dan jelas disaat menampilkan
tugas kelompok, terlihat bahwa mereka kurang mampu menelaah pertanyaan
yang diberikan, belum terbiasa mengonsep suatu jawaban secara sistematis,
dan kurang mempersiapkan mental. Kurang bersuara jelas dan keras karena
mereka kurang mampu berpikir secara sistematis dalam menjawab pertanyaan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 33
sehingga terlihat ragu-ragu dalam menjawab tentang apa yang akan mereka
presentasikan dan mereka kurang terbiasa untuk melakukan tugas kelompok
secara benar yang sesuai indikator dan posisi mereka sebagai calon guru
sekolah dasar.
4. Mempunyai Karakter/Ciri Khas
Mahasiswa PGSD kurang menampilkan karakter/ciri khas disaat
menampilkan tugas kelompok, terlihat bahwa mereka hanya melaksanakan
tugas diskusi (ada pertanyaan dan jawaban), kurang menguasai teknologi.
Kurang menampilkan karakter/ciri khas karena mereka kurang dibimbing
secara maksimal sewaktu mereka presentasi dan mereka kurang terbiasa untuk
melakukan tugas kelompok dengan karakter/ciri khas yang sesuai dengan
posisi mereka sebagai calon guru sekolah dasar.
5. Pengetahuan yang Luas
Mahasiswa PGSD kurang pengetahuan yang luas disaat menampilkan
tugas kelompok, terlihat bahwa mereka kurang mampu menjawab pertanyaan
secara benar, kurang logis, dan kurang mempunyai literatur. Kurang
pengetahuan yang luas karena mereka kurang memaksimalkan waktu dalam
mengerjakan tugas yang akan mereka presentasikan dan mereka kurang
terbiasa untuk melakukan tugas kelompok dengan tanggungjawab dan sesuai
dengan posisi mereka sebagai calon guru sekolah dasar.
G. Hasil Wawancara dengan Mahasiswa
1. Percaya Diri
Hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa disimpulkan bahwa percaya
diri selalu ada dalam diri mereka tetapi karena tugas-tugas yang kurang
mengarah pada kemampuan untuk memperkuat percaya diri kurang dan
kurang diarahkan maka mahasiswa tidak dapat melatih diri mereka
sebagaimana kepribadian seorang guru semaksimal mungkin
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 34
(doc.ady/rekaman/2014) jadi tugas banyak mengarah pada teroitis tidak
praktis.
2. Berani Tampil
Hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa disimpulkan bahwa berani
tampil tergantung pada kepercayaan diri mereka sewaktu perkuliahan-
perkuliahan sebelumnya yaitu semakin sering tugas yang mengharuskan
mereka tampil ke depan maka terbentuk dengan sendirinya berani tampil di
depan teman-teman mereka sendiri (doc.ady/rekaman/2014).
3. Suara Jelas dan Keras
Hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa disimpulkan bahwa suara
jelas dan keras mereka belum maksimal dikeluarkan karena mereka
mencontoh guru-guru sebelumnya yang ada di sekolah dasar berdasarkan
hasil dari sekolah mereka sendiri guru tidak perlu mempunyai suara jelas
dan keras karena kebanyakkan pembelajaran di sekolah dasar masih
mencatat di papan tulis dan mendiktekan materi jadi mereka kurang sadar
dengan hal ini (doc.ady/rekaman/2014).
4. Mempunyai Karakter/Ciri Khas
Hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa disimpulkan bahwa
kemampuan untuk menampilkan karakter/ciri khas belum mereka pahami
sepenuhnya karena mereka masih kurang mengerti akan keperibadian
mereka sendiri, apa kekurangan dan kelebihan mereka untuk dapat
dijadikan karakter/ciri khas seorang guru yang baik dan sesuai dengan teori
serta pedoman (doc.ady/rekaman/2014).
5. Pengetahuan/wawasan yang luas
Hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa disimpulkan bahwa
pengetahuan/wawasan yang mereka belum begitu meluas karena masalah
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 35
klasik di setiap perguruan tinggi dan daerah yaitu kuantitas dan kualitas
buku di perpustakaan baik diperguruan tinggi dan daerah belum memiliki
rasio kecukupan yang memadai sehingga mereka dalam mengerjakan tugas
hanya mengandalkan internet sebagai aspirasi dan rujukan. Itupun rujukan
dari sumber yang sebenarnya belum tentu dapat dipercaya sehingga mereka
kurang mampu menjelaskan tugas dan menjawab pertanyaan kurang begitu
baik dan masih membaca teks.
H. GAMBAR KEGIATAN PENELITIAN
1. Gambar mahasiswa PGSD sewaktu melaksanakan tugas individu.
Gambar 1. Mahasiswa sedang melaksanakan tugas individu terlihat kurang percaya diri.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 36
Gambar 2. Mahasiswi sedang melaksanakan tugas individu terlihat kurang berani tampil.
Gambar 3. Mahasiswa sedang melaksanakan tugas individu terlihat terpaku pada berdiri posisi ditengah
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 37
Gambar 4. Mahasiswi sedang melaksanakan tugas individu terlihat kurang menampilkan karakter/ciri khas calon guru sekolah dasar
Gambar 5. Mahasiswi sedang melaksanakan tugas individu terlihat menjelaskan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 38
Gambar 6. Mahasiswi sedang melaksanakan tugas individu terlihat berusaha menggunakan gerakkan tubuh (bahasa tubuh)
Gambar 7. Mahasiswa sedang melaksanakan tugas individu terlihat terpaku pada teks (kurang mempunyai wawasan yang luas)
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 39
Gambar 8. Mahasiswa sedang melaksanakan tugas individu terlihat berusaha menggunakan bahasa tubuh
Gambar 9. Mahasiswa sedang melaksanakan tugas individu terlihat selalu menunduk kebawah
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 40
Gambar 10. Mahasiswi sedang melaksanakan tugas individu terlihat sekedar membawa teks
2. Gambar mahasiswa PGSD semester IV TA. 2013/2014 sewaktu melaksanakan tugas kelompok.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 41
Gambar 1. Mahasiswa/i sedang melaksanakan tugas kelompok terdiri dari 4-5 orang terlihat kurang berani tampil
Gambar 2. Mahasiswa/i sedang melaksanakan tugas kelompok terdiri dari 4-5 orang terlhat kurang percaya diri
Gambar 3. Mahasiswa/i sedang melaksanakan tugas kelompok terdiri dari 4-5 orang berusaha berani tampil
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 42
Gambar 4. Mahasiswa/i sedang melaksanakan tugas kelompok terdiri dari 4-5 orang berusaha menampilkan karakter/ciri khas
Gambar 5. Mahasiswa/i sedang melaksanakan tugas kelompok terdiri dari 4-5 orang berusaha menggunakan bahasa tubuh
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 43
Gambar 6. Mahasiswa/i sedang melaksanakan tugas kelompok terdiri dari 4-5 orang terlihat kurang mempunyai pengetahuan yang luas (terpaku pada teks pada powerpoint)
Gambar 7. Mahasiswa/i sedang melaksanakan tugas kelompok terdiri 4-5 orang berusaha percaya diri
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 44
BAB V. MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PKn BERORIENTASI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL
Pembelajaran dapat diartikan dari beberapa sudut pandang. Pertama,
pembelajaran diartikan sebagai kegiatan menyampaikan pesan berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari guru kepada peserta didik. Kedua,
pembelajaran dipandang sebagai suatu proses penggunaan seperangkat
keterampilan (teaching as a skill) secara terpadu. Ketiga, pembelajaran
dipandang sebagai suatu seni, yang mengutamakan penampilan (kinerja) guru
secara unik yang berasal dari sifat-sifat khas, dan perasaan serta naluri guru.
Keempat, pembelajaran dipandang sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan
yang memungkinkan terjadinya proses belajar (Kartadinata, S dan Permana, J.,
1997; Raka Joni, 1983; Hasibuan dan Mudjiono, 1995) (dalam Suharjo, 2006).
A. Model Pembelajaran Portofolio
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 45
Fajar (2004) mengemukakan bahwa portofolio adalah suatu kumpulan
pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi
menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini beragam
tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Winataputra
(2009) mengemukakan pembelajaran portofolio adalah sebuah inovasi dalam
pembelajaran PKn sebagai wujud nyata dari pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran Portofolio mengandalkan keaktifan peserta didik untuk terjun ke
lapangan guna menghubungkan antara tekstual dengan kontekstual dibawah
bimbingan guru guna memperoleh sebuah pengalaman langsung yang hasilnya
harus disajikan di kelas oleh masing-masing kelompok peserta didik dengan
masalah yang dipilih.
Winataputra (2009) mengemukakan Portofolio, berasal dari Bahasa Inggris
portofolio berarti kumpulan hasil karya peserta didik yang menyajikan
kemajuan, pencapaian dan prestasi masing-masing peserta didik yang
mencakup partisipasi peserta didik dalam memilih muatan Portofolio, kriteria
seleksi, kriteria penilaian, dan fakta-fakta yang menggambarkan diri para
peserta didik. Fajar (2004) mengemukakan Portofolio dalam pembelajaran
PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang
menggambarkan rencana kelas peserta didik berkenaan dengan suatu isu
kebijakann publik yang telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam
kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan. Portofolio kelas berisi
bahan-bahan seperti pernyataan-pernyataan tertulis, peta, grafik, fotografi, dan
karya seni asli. Bahan-bahan ini menggambarkan:
1. Hal-hal yang telah dipelajari peserta didik berkenaan dengan suatu masalah
yang telah mereka pilih;
2. Hal-hal yang telah dipelajari peserta didik berkenaan dengan alternatif-
alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut;
3. Kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh peserta didik untuk
mengatasi masalah tersebut;
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 46
4. Rencana tindakan yang telah dibuat peserta didik untuk digunakan dalam
mengusahakan agar pemerintahan menerima kebijakan yang mereka
usulkan.
Pembelajaran PKn yang berbasis model pembelajaran portofolio
memperkenalkan kepada para peserta didik dan mendidik mereka dengan
metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik.
Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para peserta didik
terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya dengan cara:
1. membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
berpartisipasi secara efektif;
2. membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan
kompetensi dan efektivitas partisipasi;
3. mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi warga
negara.
Pembelajaran ini akan menambah pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, dan memperdalam pemahaman peserta didik tentang bagaimana
bangsa Indonesia, yakni kita semua, dapat bekerja sama mewujudkan
masyarakat yang lebih baik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membantu
peserta didik belajar bagaimana cara mengungkapkan pendapat, bagaimana
cara menentukan tingkat pemerintahan dan lembaga pemerintah manakah yang
paling tepat dan layak untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi oleh
mereka, dan bagaimana cara mempengaruhi penetapan-penetapan kebijakan
pada tingkat pemerintahan tersebut. Pembelajaran ini mengajak para peserta
didik untuk bekerja sama dengan teman-temannya di kelas dan, dengan
bantuan guru serta para relawan, agar tercapai tugas-tugas pembelajaran.
Langkah-langkahnya yaitu:
1. Membentuk Kelompok sesuai
dengan tugas masing-masing yang telah ditetapkan.
2. Mengidentifikasi masalah yang
akan dikaji.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 47
3. Mengumpulkan dan menilai
informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji.
4. Mengkaji pemecahan masalah.
5. Membuat kebijakan publik.
6. Membuat rencana tindakan.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran berbasis Portofolio menurut
Center for Civic Education (2002) yaitu 1. Mengidentifikasi Masalah yang
Ada dalam Masyarakat; 2. Memilih Masalah untuk Kajian Kelas; 3.
Mengumpulkan Informasi tentang Masalah yang akan dikaji oleh kelas; dan 4.
Mengembangkan Portofolio Kelas (Winataputra, 2009).
Model pembelajaran ini perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan
kebutuhan peserta didik bahkan tingkat perkembangannya. Guru dapat
memodifikasi model dengan tidak mengubah prinsip-prinsip pokok. Dalam
pembelajaran PKn yang berbasis portofolio, kelas dibagi ke dalam empat
kelompok. Setiap kelompok bertanggungjawab untuk membuat satu bagian
portofolio kelas. Adapun tugas kelompok-kelompok tersebut.
1. Kelompok Portofolio Satu: Menjelaskan Masalah
Kelompok portofolio satu ini bertanggungjawab untuk menjelaskan
masalah yang telah dipilih untuk dikaji oleh kelas. Kelompok ini pun harus
menjelaskan mengapa masalah tersebut penting dan mengapa lembaga
pemerintahan tersebut harus menangani masalah tersebut.
2. Kelompok Portofolio Dua: Menilai Kebijakan Alternatif yang
Diusulkan unntuk Memecahkan Masalah
Kelompok ini bertanggungjawab untuk menjelaskan kebijakan saat ini
dan/atau kebijakan alternatif yang dirancang untuk memecahkan masalah.
3. Kelompok Portofolio Tiga: Membuat Satu Kebijakan Publik yang
akan Didukung oleh Kelas
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 48
Kelompok ini bertanggungjawab untuk membuat satu kebijakan publik
tertentu yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta
melakukan justifikasi terhadap kebijakan tersebut.
4. Kelompok Portofolio Empat: Membuat Suatu Rencana Tindakan agar
Pemerintah Mau Menerima Kebijakan Kelas
Kelompok ini bertanggungjawab untuk membuat suatu rencana tindakan
yang menunjukkan bagaimana warga negara dapat mempengaruhi
pemerintah untuk menerima kebijakan yang didukung kelas.
Bagaimana kedudukan dari portofolio tersebut? Karya dari keempat
kelompok akan diutamakan pada portofolio kelas. Karya tersebut memiliki dua
seksi: Seksi Penayangan dan Seksi Dokumentasi.
1. Seksi Penayangan. Untuk seksi ini hasil karya (hasil penelitian dan
pengumpulan informasi) masing-masing dari keempat kelompok
ditempelkan pada satu bidang panel dari papan tayangan empat-panel.
Tayangan ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diletakkan di atas
meja, papan buletin atau pada empat kuda-kuda.
Bahan-bahan yang ditayangkan dapat meliputi pernyataan-pernyataan
tertulis, daftar sumber, peta, grafik, photo, karya seni asli, dan sebagainya.
2. Seksi Dokumentasi. Masing-masing dari keempat kelompok harus memilih
dari bahan-bahan yang terkumpul, bahan-bahan terbaik yang
mendokumentasikan atau memberi bukti penelitiannya. Bahan-bahan yang
termasuk ke dalam seksi dokumen harus mewakili contoh-contoh
penelitian terpenting dan/atau paling bermakna yang telah dikerjakan
peserta didik. Tidak semua penelitian harus dimasukkan. Bahan-bahan ini
dimasukkan ke dalam sebuah map jepit. Gunakan pemisah berwarna beda
untuk memisahkan keempat seksi dokumentasi dari keempat kelompok
portofolio tersebut (Winataputra, dkk, 2008).
Winataputra (2009) mengemukakan beberapa langkah yang harus ditempuh
baik oleh siswa maupun oleh peserta didik maupun guru sebagai berikut.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 49
Tahapan Peserta Didik Guru
I Mengidentifikasi Masalah-Masalah Kebijakan Publik di Masyarakat
Mengidentifikasi Masalah-Masalah Kebijakan Publik di Masyarakat
II Memilih Masalah untuk Kajian Kelas Memilih Masalah untuk Kajian Kelas
III Mengumpulkan Informasi tentang Masalah yang akan dikaji kelas
Mengumpulkan Informasi tentang Masalah yang akan dikaji kelas
IV Membuat Portofolio Kelas Membuat Portofolio Kelas
V Menyajikan Portofolio Menyajikan Portofolio
VI Merefleksi pada Pengalaman Belajar Merefleksi pada Pengalaman Belajar
B. Model Pembelajaran Pendidikan Nilai
Pendidikan nilai adalah program dan proses pendidikan yang lebih
menekankan kepada pengembangan aspek afektif daripada aspek kognitif,
dimana lingkup pendidikan ini menyangkut pembinaan sistem nilai dari
peserta didik. Pengembangan pendidikan nilai menjadi model pembelajaran
tak terlepas dari kondisi PKn peserta didik yang selama ini tidak memiliki
kompetensi untuk dapat melaksanakan suatu pilihan nilai sebagai dasar untuk
berprilaku warga negara (W. Sri Anitah, 2009). Proses penilaian adalah
bagaimana nilai-nilai ini ditanamkan kepada seseorang oleh lingkungan
masyarakatnya untuk membangun cara memandang dan sikap hidup. Nilai-
nilai yang terdapat dalam lingkungan tidak saling bertentangan, terdapat
keterkaitan antara bagian yang satu dengan yang lain serta ada kerjasama
antara bagian-bagian nilai dalam lingkungan itu secara serasi dan seimbang.
Winataputra (2009) pengertian pengenalan nilai tidak sama, artinya dengan
pengalaman nilai. Persepsi sama, dari pengalaman menunjukkan umumnya
guru hanya mengenalkan nilai kurang menyentuh tuntutan sikap (Moral). Nilai
adalah sesuatu yang merujuk kepada tuntutan perilaku yang membedakan
perbuatan yang baik dan buruk atau dapat dapat diartikan sebagai kualitas
kebaikan yang melekat pada sesuatu.
Langkah-langkah Pembelajaran Pendidikan Nilai yaitu 1)
memperkenalkan nilai positif dan nilai negatif; 2) menanamkan cara
memandang; 3) menanamkan sikap hidup; 4) membentuk kelompok terdiri
dari 3-4 orang per kelompok (heterogen); 5) diskusi/debat dan presentasi hasil.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 50
Solihatin (2012) mengemukakan implikasi pendidikan nilai adalah tidak
membenarkan prinsip-prinsip moralitas yang terwujud dalam pengajaran
berupa serangkaian nilai-nilai kebenaran tentu kepada anak. Adapun langkah
yang dianggap bijaksana adalah mengajarkan apa yang disebut dengan proses
penilaian. Kosasih (1995) mengklasifikasi sebagai model VCT-Games
kedalam tiga bagian 1) daftar, terdiri dari daftar baik buruk, daftar tingkat
urutan, daftar skala sikap, daftar gejala kontinum, daftar gejala sikap
pelakonan, 2) analisis, terdiri dari percontohan, teknik liputan, tanya jawab
nilai, analisis nilai, inquiry nilai, 3) permainan games, terdiri dari permainan
andai-andai, permainan pecahan kartu segi empat (the broken square),
permainan bank data dan jurnal harian, permainan kartu keyakinan, permainan
mendengar dan menyimak orang lain (Solihatin, 2012).
C. Model Pembelajaran Pendidikan Moral Pancasila
Winataputra (2009) mengemukakan Moral adalah keharusan perilaku
yang dibawakan oleh nilai. Pendidikan Moral Pancasila adalah program dan
proses pendidikan yang mengkaji bagaimana peserta didik memiliki
kemampuan untuk memperkokoh moralitasnya sehingga moral itu menjadi
sistem nilai yang mempribadi. Pancasila sebagai dasar negara sekaligus
sebagai sumber moral bagi bangsa Indonesia. Semua perangkat hukum norma
susila dan kebiasaan yang tumbuh dan dikembangkan dalam masyarakat
Indonesia dalam konteks kehidupan bernegara seluruhnya tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila (Al Muchtar,
2009). Kosasih (1992) mengemukakan pola pengajaran/pendidikan nilai di
Indonesia tidak hanya menargetkan proses, melainkan juga menginternalisasi
dan mempersonalisasi sejumlah target nilai-moral (bahkan merupakan
keutamaan) dan pendidikan nilai-moral dalam masyarakat Indonesia tidak
Value Free (bebas nilai) melainkan Value Based (berdasarkan nilai-nilai)
terutama tatanan nilai moral dan norma bangsa yaitu Pancasila, perangkat
hukum nasional, agama, dan budaya bangsa (Solihatin, 2012).
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 51
Langkah-langkah pembelajaran Pendidikan Moral Pancasila yaitu 1)
Mencari permasalahan yang terbaru; 2) membentuk kelompok terdiri dari 2-3
orang (heterogen); 3) observasi lingkungan masyarakat; 4) mencatat hasil
observasi dan membuat laporan; 5) presentasi menggunakan laptop dan LCD.
D. Model Pembelajaran Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clasification
Technique/VCT)-GAMES
Model pembelajaran ini menggabungkan Pendidikan Nilai dengan
Pendidikan Moral Pancasila melalui pengembangan nilai dan moral yang
menghasilkan pemecahan masalah berupa ide-ide program permainan (Al
Muchtar, 2009). Tujuan model pembelajaran ini sebagai media internalisasi
dan personalisasi suatu nilai dan moral. VCT akan memberikan pemahaman
dan penyadaran pemilikan nilai serta kemampuan untuk menggunakannya
dalam memecahkan masalah-masalah yang kehidupan berhubungan dengan
sistem nilai. Cheppy (1988) mengemukakan Model VCT-GAMES sebagian
besar dikembangkan dalam alam liberalisme dan dari konsep teoretisnya,
VCT-Games berkembang dan mendasar teorinya yang tampak kurang mapan
dan komprehensif tentang nilai-nilai sebagai berikut.
1. Nilai pada dasarnya sebagai persoalan-
persoalan pribadi yang menyangkut perhatian, refleksi dan pilihan-pilihan
serta membuang jauh-jauh determinasi konteks sosial dan
2. Tidak ada satupun prinsip-prinsip moral
atau nilai yang konklusif, disepakati banyak kalangan, dan definitive
(Solihatin, 2012).
Dengan dua asumsi di atas, jelaslah bahwa para teoretis klasifikasi nilai
ingin menempatkan persamaan individu dalam mengambil keputusan tentang
nilai-nilai berada di atas dan menolak pengaruh kelompok yang berada pada
pranata-pranata sosial yang lebih mapan.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 52
Langkah-langkah pembelajaran VCT yaitu 1) pemilihan (choosing); 2)
merasakan (prizing), dan 3) melakukan (acting). Hal tersebut dilakukan
melalui metode percontohan, pembuatan daftar, dan menilai naskah tulisan.
E. Model Pembelajaran Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan
(Civic Skills) dan Pembelajaran Kreatif dan Produktif
Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan adalah program dan
proses pendidikan yang mengembangkan keterampilan warga negara untuk
melaksanakan demokrasi. Langkah-langkah pembelajarannya yaitu 1)
Merumuskan tujuan pembelajaran; 2) merumuskan materi PKn; 3)
Merumuskan peta konsep materi PKn; 4) mengembangkan alat evaluasi yang
berbasis proses pembelajaran; 5) pengembangan media pembelajaran sesuai
karakteristik materi pembelajaran.
Solihatin (2012) mengemukakan pembelajaran kreatif dan produktif
merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai
pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar. Pendekatan tersebut antara lain: belajar aktif, kreatif,
konstruktif, serta kolaboratif dan kooperatif. Karakteristik penting dari setiap
pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang
memungkinkan mahasiswa mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan
produk yang bersumber dari pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang
dikaji.
No Tujuan Materi Tatap Muka Terstruktur & Mandiri
Penilaian
1 Memilih dongeng/cerita
Dongeng cerita rakyat, tulisan & lisan
Orientasi dari dosen
Eksplorasi: selama satu minggu/individual
Dongeng yang didapat
2 Mencari sumber dongeng/cerita
Dongeng yang didapat
Eksplorasi: kelompok dan klasikal
Eksplorasi: latihan individual
Tes perbuatan
3 Mengidentifikasi Ungkapan Klasik
Ungkapan klasik dalam dongeng
Interprestasi: diskusi kelompok/klasik
Interprestasi: kerja individual
Tertulis (pemahaman terhadap pesan moral)
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 53
4 Menemukan pesan moral dalam dongeng yang dibaca
Pesan moral dan benda-benda terkait
Interprestasi: diskusi kelompok/klasikal
Interprestasi: kerja individual
Tes tertulis (pemahaman terhadap pesan moral)
5 Mengubah dongeng dalam bentuk lain
Dongeng Re-kreasi: presentasi dan panjangan
Kerja individual (merekreasikan dongeng)
Hasil Re-kreasi
BAB VIKARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Peserta didik berhak mendapatkan pendidikan yang baik dan berkualitas.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengenai standar nasional
pendidikan mengamanatkan bahwa pendidikan yang berkualitas merupakan
pendidikan yang menunjukkan kualitas yang baik yang tercermin dari
pemenuhan standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, serta penilaian.
Standar pendidikan nasional tersebut perlu disesuaikan dengan perkembangan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 54
kehidupan baik lokal, nasional, maupun global (Baedhowi, 2010). Dengan
menerapkan standar nasional pendidikan, diharapkan akan terwujud
pendidikan nasional yang berfokus pada peserta didik yang akan
dikembangkan oleh guru menjadi warga negara yang cerdas, menghargai
kearifan lokal, dan mampu menampilkan watak Indonesia bergaul dalam
peradaban bangsa-bangsa.
Pembentukan kepribadian menjadi salah satu tujuan pendidikan nasional
dengan beberapa langkah yang akan dilakukan, yaitu (1) pembangunan
pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma pembangunan
manusia Indonenesia seutuhnya; (2) pembangunan pendidika nasional
menempatkan anak didik sebagai subjek; (3) pembangunan pendidikan
nasional bertunjukan untuk memanusiakan manusia secara totalitas; (4)
pembangunan pendidikan nasional bertujuan agar anak menguasai ipteks dan
ketrampilan, yang dilandasi iman, takwa, estetika, moral, berbudaya, berdaya,
dan berkepribadian mulia, yang dapat disimpulkan sebagaimana disebutkan
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut
menyangkut inti utama warga negara, yaitu patriotisme. Sikap ini memiliki
muatan nilai tanggung jawab baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat,
bangsa dan negara secara keseluruhan.
Kepribadian dapat dibentuk melalui proses pembelajaran, yaitu (1)
memberikan konsep-konsep baik dan buruk; (2) memberikan contoh peristiwa,
watak, sikap, perilaku, dan tutur bahasa yang baik dan santun; (3) Peserta didik
disuruh menilai peristiwa watak, sikap perilaku, dan tutur bahasa
seseorang/masyarakat; (4) watak, sikap, perilaku, dan tutur bahasa yang baik
dan santun para guru sebagai model pembelajaran; (5) pembentukan
kepribadian menjadi tanggungjawab semua pendidik/guru (Haris Supratno,
2010).
Karakteristik ada dalam 1) Pendidikan nilai dan moral; 2) Pendidikan
Politik; 3) Pendidikan Kewarganegaraan; dan 4) Pendidikan Hukum dan
Kemasyarakatan. Karakteristik dalam pendidikan nilai dan moral dapat
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 55
membantu peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan serta pemahaman
peserta didik tentang nilai dan moral diantaranya teori yang dikenal luas dalam
pendidikan nilai dan moral diantaranya teori kognitif moral yang dikemukakan
oleh Piaget dan Kohlberg, dengan dasar pemikirannya yang menyatakan
bahwa pengetahuanmoral dapat mempengaruhi sikap seseorang.
A. Peserta Didik
Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Sebagai suatu komponen pendidikan, peserta didik dapati ditinjau dari
berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis,
dan pendekatan edukatif/paedagogis (Oemar Hamalik, 2007).
Pendekatan Sosial. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang
disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota
masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Peserta didikperlu
disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia
kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Dalam konteks inilah,
peserta didik melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan
masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai
sosial yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap dan terus menerus
melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.
Pendekatan Psikologis. Peserta didik adalah suatu organisme yang sedang
tumbuh dan berkembang. Peserta didik memiliki berbagai potensi manusiawi,
seperti: bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan
jasmaniah dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah, sehingga membentuk manusia seutuhnya (memanusiakan manusia).
Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi,
sosial, emosional, spritual, yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 56
Hasil penelitian mengenai kebutuhan pendidikan pada peserta didik remaja
menunjukkan, bahwa ada 11 kelompok kebutuhan, ialah:
1. Belajar dan sukses di sekolah;
2. Pertumbuhan dan perkembangan kesehatan;
3. Kemampuan sosial;
4. Hubungan antara laki-laki dan perempuan;
5. Penyesuaian jabatan;
6. Menemukan filsafat hidup;
7. Perkawinan dan kehidupan keluarga;
8. Persoalan keuangan, pengeluaran dan keamanan;
9. Pengertian dan perdamaian dunia;
10. Pengertian atas bangsa sendiri dan warga negara yang aktif.
Pemuasan kebutuhan ini tidak dilakukan secara serentak, melainkan secara
bertahap dan seiring dengan perkembangan fisik dan rohani.
Pendekatan edukatif/paedagogis. Pendekatan ini menempatkan peserta
didik sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka
sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu. Dalam UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI pasal 24 menjelaskan bahwa
setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak sebagai
berikut:
1) Mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;
2) Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan
berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk
memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan;
3) Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai
dengan persyaratan yang berlaku;
4) Pindah ke satuan pendidikan yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi
sesuai dengan persyaratan penerimaan peserta didik pada satuan
pendidikan yang hendak dimasuki;
5) Memperoleh penilaian hasil belajarnya;
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 57
6) Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan;
7) Mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat.
Berdasarkan kutipan tersebut, tampak jelas bagaimana tingkat pengakuan
terhadap peserta didik, yang tentunya harus dilaksanakan pula dalam praktik
pendidikan di sekolah.
Identitas individu adalah hasil dari pendidikan individu, budaya kelompok
dan sekolah. Peserta didik harus dapat menjawab, bagaimana peserta didik
belajar? Bagaimana peserta didik dapat tumbuh berkembang? Bagaimana
peserta didik dapat mengetahui kebutuhan paling dasar yang diperlukan?
Bagaimana individu membangun dirinya dari peserta didik sekolah dasar
menjadi peserta didik sekolah menengah dan seterusnya.
Individu berasal dari kata in-dividere artinya tidak dapat dibagi-bagikan
(Gerungan, 1981), atau sebagai sebutan bagi manusia yang berdiri sendiri,
manusia perorangan (Lysen, 1981). Aristoteles berpendapat bahwa manusia
merupakan perjumlahan daripada beberapa kemampuan tertentu yang masing-
masing bekerja tersendiri seperti kemampuan-kemampuan vegetatif yaitu
makan dan berkembang biak, kemampuan sensitif, yaitu kemampuan bergerak
mengamat-amati, bernafsu dan perasaan, dan kemampuan intelektif, yaitu
berkemampuan berkecerdasan. Lain halnya dengan pendapat Descartes, bahwa
manusia terdiri atas zat rohaniah ditambah zat materiel merupakan suatu
kesatuan jiwa raga yang berkegiatan sebagai keseluruhan. Jika manusia
mengamati sesuatu maka kita bukan hanya melihat sesuatu dengan alat mata
kita, melainkan juga dengan seluruh minat dan minat perhatian yang kita
curahkan kepada objek yang kita amati dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan
(dalam Udin S. Winataputra, 2008).
Salah satu kriteria guru yang baik adalah jika guru itu dapat mengenal dan
memahami peserta didiknya. Dengan begitu, guru dapat memberikan
pendidikan dan pembelajaran secara tepat. Dalam praktik pendidikan di
sekolah seringkali kita jumpai sistem pembelajaran maupun tindakan guru
yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan anak.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 58
Penggunaan strategi/metode dan media yang selalu sama pada semua materi
pelajaran, pembelajaran yang secara rutin didominasi oleh keaktifan guru,
tuntutan kurikuler yang terlalu tinggi kepada peserta didik, merupakan
beberapa contoh dari ketidaktepatan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran. Kondisi tersebut salah satunya bersumber dari
kurangnya pemahaman guru terhadap hakekat, sifat, dan karakteristik peserta
didik.
Dari segi antropologis, anak didik itu pada hakikatnya sebagai makhluk
individual, makhluk sosial, dan makhluk susila (moralitas). Sebagai makhluk
individual, nak itu mempunyai karakteristik yang khas (unik) yang dimiliki
oleh dirinya sendiri dan tidak ada kembarannya dengan yang lain. Jadi setiap
anak itu memiliki perbedaan-perbedaan individual (individual differences)
yang secara alami ada pada setiap pribadi anak. Bahkan dua anak kembar yang
berasal dari satu telur pun masing-masing mempunyai karakteristik yang unik.
Setiap anak memiliki perbedaan individual baik dalam bakat, watak
temperament, tempo serta irama perkembangnya. Dengan adanya karakteristik
yang khas ini, maka anak didik itu kehendak, perasaan, kecenderungan,
motivasi, yang berbeda-beda (Tim Dosen IKIP Malang, 1980; Saifullah, A.,
1982; Kartono, K., 1992) (dalam Suharjo, 2006).
Anak didik sebagai makhluk susila atau bermoral, anak didik itu pada
dasarnya memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, dan
mampu membedakan hal-hal yang baik dari yang buruk sesuai dengan norma-
norma tertentu yang didasarkan kepada filsafat hidup atau ajaran agama
tertentu. Manusia sebagai makhluk susila juga berarti manusia itu memiliki
nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai tersebut dalam perbuatan.
Pemahaman anak tentang kesusilaan itu tidak serta merta dipahami oleh
peserta didik. Oleh karena itu peserta didik harus diarahkan, dibimbing, dan
dididik ke arah tujuan hidup yang sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan yang
dijunjung tinggi (Saifullah, A., 1982; Kartono, K., 1992; Drijarkara, 1978)
(dalam Suharjo, 2006).
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 59
B. Karakteristik
Kemendiknas (2010) menjelaskan bahwa karakter adalah ”watak,
tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebjikan
terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak,
dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain”. Interaksi seseorang dengan
orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.
David O. McKay berpendapat pengetahuan adalah bijaksana dan
bijaksana adalah karakter. Kualitas pendidikan di suatu bangsa sangat jelas
tergambar dari kualitas para pendidik (guru) dan kurikulumnya. Keterkaitan
erat antara kualitas pendidikan dan kualitas guru adalah suatu keniscayaan
mengingat peran sentral dan esensial yang diemban guru baik dalam pola
pendidikan formal maupun dalam pendidikan informal. Sementara itu,
kurikulum dan media pembelajaran merupakan aspek penting dalam
pendidikan. Kurikulum yang oleh para pakar pendidikan dianggap sebagai
”Key aspect in education” merupakan arah dan sekaligus pedoman bagi
penyelenggaraan pendidikan. Sementara guru, sebagai ujung tombak atau key
person dalam implementasi kurikulum.
Sejak dasarwasa terakhir ini perhatian pemerintah terhadap guru baik
secara kuantitas maupun kualitas sangat tinggi. Melalui berbagai upaya, seperti
sertifikasi guru, pemberian beasiswa, pengangkatan dan penambahan guru, dan
peningkatan profesionalisme guru, pemerintah secara bertahap tetapi pasti
ingin meningkatkan kualitas dan kuantitas, serta kesejahteraan guru. Hal ini
dilakukan karena pemerintah sadar betul peran guru dalam pembentukan
karakter bangsa yang cirinya memiliki nasionalisme yang tinggi, bekerja keras
dan jujur, memiliki kepekaan dan solidaritas sosial tinggi, berkualitas dan
berdaya saing tinggi, serta menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan dan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 60
ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945 beserta amandemennya. Di
samping itu, kurikulum yang merupakan guideline bagi tujuan pendidikan
yang ingin dicapai, yang tidak lain adalah suatu upaya untuk membentuk
karakter dan identitas bangsa yang handal, profesional, dan berdaya saing serta
berdaya juang tinggi. Karakter bangsa yang demikian inilah yang sangat
diperlukan dalam dunia global yang selalu berkembang dan hampir tanpa batas
(borderless world).
Pembentukan karakter merupakan hal yang sangat penting dalam dunia
pendidikan. Munculnya fenomena tawuran antara pelajar (bahkan mahasiswa),
pemalakan dan premanisme yang dilakukan pelajar, membuktikan bahwa
penanaman nilai-nilai agama atau etika masih dinilai kurang dalam
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, perlu kiranya upaya revitalisasi
pembelajaran yang dilakukan oleh para guru dan dosen terhadap peserta didik
maupun mahasiswanya, sehingga para guru maupun dosen tidak hanya
transfer of knowledge saja, akan tetapi yang lebih utama adalah transfer of
value. Dengan demikian, diharapkan kelak akan muncul generasi-generasi
bangsa yang melek dan menguasai Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sains
(IPTEKS), yang dilandasi penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Iman dan
Taqwa (IMTAQ) (Baedhowi, 2010). Dari hal inilah peran guru dan dosen
dalam pembentukan karakter bangsa dipertaruhkan.
Karakteristik adalah ciri-ciri atau keadaan sifat mendasar yang terdapat dan
melekat pada sesuatu hal yang menjadi objek perhatian/telaah. Pemahaman
terhadap ciri-ciri atau karakteristik sesuatu benda atau objek perhatian
didasarkan pada tanda-tanda yang dapat dikenali, mulai berdasar kemampuan
penginderaan hingga menurut pemahaman yang menuntut kemampuan logika.
Dengan demikian fungsi pengenalan terhadap karakteristik/ciri-ciri objektif
sesuatu hal diperlukan dalam setiap membangun pengetahuan untuk menjadi
dasar pengertian/pemahaman yang komprehensif atau apa yang disebut
verstehen di dalam kerangka ilmu pengetahuan (Al-Lamri dan Ichas, 2006:18).
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 61
Pengelompokan karakteristik perkembangan peserta didik dalam
pengembangan materi pelajaran berdasar kurikulum 1994, dikenali dua
pembagian besar, yakni kelas rendah (kelas 1- kelas 3) dan kelas tinggi (kelas
4 – kelas 6). Hurlock (2004:14) menyatakan bahwa anak usia enam sampai
sepuluh atau dua belas tahun adalah akhir masa kanak-kanak. Lebih lanjut
Hurlock (2004:146-147) mengemukakan bahwa orang tua, pendidik, dan ahli
psikologi memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu
mencerminkan ciri-ciri penting dari periode akhir masa kanak-kanak ini.
a. Label yang digunakan oleh orang tua, akhir masa kanak-kanak
merupakan usia menyulitkan-suatu masa di mana anak tidak mau lagi
menuruti perintah dan di mana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-
teman sebaya daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
b. Label yang digunakan oleh pendidik, para pendidik melabelkan
akhir masa kanak-kanak dengan usia sekolah dasar. Pada usia tersebut
anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap
penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa; dan
mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu, baik keterampilan
kurikuler maupun ekstrakurikuler.
c. Label yang digunakan oleh ahli psikologi, bagi ahli psikologi,
akhir masa kanak-kanak adalah usia berkelompok-suatu masa di mana
perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman
sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi
dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin
menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan,
berbicara, dan perilaku.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 62
C. Peserta Didik dan Perubahan Karakter
Pengembangan karakter bagai para peserta didik di sekolah diprogramkan
melalui strategi seperti tertera pada gambar berikut (Syamsu Yusuf L.N. dan
Nani M. Sugandhi, 2011).
Gambar 2. Startegi Pendidikan karakter di Sekolah
Pada dasarnya fungsi sekolah dari awal pendiriannya mempunyai misi
untuk membangun karakter atau akhlak para peserta didik, di samping
mengembangkan wawasan dan penguasaan ilmu dan teknologi. Untuk
melaksanakan pendidikan karakter di sekolah, ada beberapa strategi yang
seyogyanya ditempuh, yaitu seperti digambarkan di atas. Setiap strategi
tersebut dijelaskan pada paparan berikut.
1) Menciptakan iklim religius yang kondusif. Strategi ini dimaksudkan adalah
bahwa sekolah, dalam hal ini pihak pimpinan sekolah, guru-guru, dan staf
sekolah lainnya perlu memiliki komitmen yang sama untuk merealisasikan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 63
Penataan Sosio-Emosional dan Kultur Akademik Sekolah
Penciptaan Iklim Religius yang kondusif
Bekerjasama dengan Pihak
Lain
Terpadu dalam Proses Belajar Mengajar
STRATEGI PENDIDIKA
N KARAKTER Di SEKOLAH
Terpadu dalam program Bimbingan
Konseling
Terpadu dalam Program Ekstrakurikuler
(mengamalkan) nilai-nilai agama atau ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dalam proses pendidikan di sekolah.
2) Menata iklim sosio-emosional. Sekolah merupakan lingkungan yang
diharapkan dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional
peserta didik. Untuk itu sekolah perlu memfungsikan dirinya sebagai
lingkungan yang mendukung berkembangnya kedua kompetensi peserta
didik tersebut.
3) Membangun budaya akademik. Sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu
membangun budaya akademik di kalangan para peserta didik. Yang
dimaksud dengan budaya akademik adalah merujuk kepada sikap mental,
kebiasaan, dan perilaku yang terkait dengan proses pengembangan
intelektual, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk di
dalamnya aspek kejujuran akademik (tidak mencontek atau menjadi
plagiator).
4) Terpadu dengan proses pembelajaran. Pendidikan karakter bukan mata
pelajaran, tetapi setiap guru dituntut untuk menanamkan nilai-nilai karakter
(akhlak mulia) itu kepada para peserta didik. Cara yang dapat ditempuh
oleh guru dalam menanamkan karakter tersebut, di antaranya adalah (a)
memberi teladan kepada peserta didik dalam bertutur kata yang santun,
berpakaian yang bersih dan sopan (menutup aurat bagi yang muslim), dan
disiplin dalam mengajar; (b) mengaitkan nilai-nilai karakter dengan materi
pelajaran; (c) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengemukakan pendapat, atau mengajukan pertanyaan; (d) bersikap
objektif dalam memberikan nilai; (e) memberikan reward
(penghargaan/pujian) kepada peserta didik yang berprestasi atau
berperilaku baik, dan memberikan hukuman yag bersifat edukatif kepada
peserta didik yang berperilaku kurang baik; dan (f) membangun sikap
toleransi, saling menghargai dan tolong menolong di antara peserta didik.
5) Terpadu dalam program bimbingan dan konseling. Bagi sekolah-sekolah
yang sudah melaksanakan program bimbingan dan konseling, pendidikan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 64
karakter itu terintegrasikan juga ke dalam program tersebut. Dalam
pelaksanaannya, guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat
memasukkannya ke dalam empat area/bidang garapan bimbingan, yaitu
bidang bimbingan pribadi, sosial, akademik, dan karier.
Pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang
berjalan sepanjang hidup selain itu, pendidikan juga merupakan suatu interaksi
sehingga dapat dilaksanakan dalam bentuk pendidikan formal maupun
nonformal. Pendidikan formal adalah pedidikan yang diselenggarakan melalui
jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Tujuan pendidikan di sekolah dasar (SD) adalah untuk memperoleh
penganjaran dan pendidikan dari guru dengan transfer pengetahuan dan
pengalaman nyata, meningkatkan prestasi peserta didik dalam pendidikan,
serta mengetahui tingkat kedisiplinan peserta didik dalam belajar dan
pembelajaran.
Membentuk peserta didik harus berdasarkan dengan tujuan pendidikan
nasional dimulai sejak dini mulai PAUD dan TK, SD/MI/SLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/SMK/MA, baik negeri maupun swasta, sampai
perguruan tinggi.
Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar bagi
peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan
untuk mengikuti pendidikan menengah (UU No. 20 Tahun 2003).
Pendidikan dasar sangat penting karena disinilah peserta didik mulai
belajar dari yang tidak tahu menjadi tahu yang nantinya akan menciptakan
tingkah laku kearah yang lebih baik. Belajar adalah suatu proses perubahan
perilaku yang relative bersifat menetap yang disebabkan oleh adanya
pengalaman (Hitipeuw, 2009).
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 65
Perubahan pada diri individu akan terjadi jika diri mau menerima
pengalaman dan pengetahuan yang baru mereka terima dari pengajaran dan
pendidikan. Hal ini disebabkan pada dasarnya mereka adalah “Animal
Educondum” artinya manusia yang dapat di didik, Sasmita (1991: 5)
mengemukakan agar memperoleh sikap, pengetahuan dan ketrampilan serta
perilaku tersebut, maka peserta didik harus memiliki disiplin belajar yang
tinggi,karena dengan disiplin, maka segala usaha untuk membiasakan diri
untuk melawan nafsu yang ceroboh, tidak hati-hati, tidak teratur dalam berbuat
sesuatu akan dapat tercapai dengan baik.
Berdasarkan teori, kenyataan memang memperlihatkan bahwa dengan
keseimbangan mengajar antara teori dan praktik dalam artian mengajar dan
mendidik sedangkan dalam ranah taksonomi tujuan pendidikan mata pelajaran
PKn maka civic knowledge, civic skills, dan civic participation. Akan tetapi
kenyataan berdasarkan observasi di sekolah-sekolah bahwa guru hanya
mengajarkan dari segi kognitif aja atau civic knowledge. Hal ini, dapat terlihat
bahwa ada sebagian besar peserta didik selalu datang ke sekolah tidak tepat
waktu, tidak mengikuti upacara bendera, sering ribut dikelas mengganggu
temannya saat belajar, dan mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, tugas
dikerjakan oleh orang lain (Apriana, 2012). Perilaku peserta didik tersebut
dikarenakan kurangnya disiplin dalam belajar di sekolah. Dengan begitu secara
tidak langsung akan mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Namun pada
dasarnya prestasi belajar juga tidak hanya dipengaruhi faktor internal, artinya
faktor dari individu peserta didik tersebut, seperti intelegensi. Faktor lain yang
juga mempengaruhi prestasi belajar yaitu lingkungan, yang dalam hal ini
meliputi lingkungan soaial dan non sosial. Baik lingkungan sekolah,
lingkungan pergaulan, lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat tinggal
dari peserta didik itu sendiri. Hal itu mengindikasikan bahwa kedisiplinan dan
kondisi lingkungan tempat tinggal mempunyai peranan penting atau hubungan
dengan prestasi belajar seorang peserta didik. Prestasi belajar berarti
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 66
kemampuan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang dinilai dalam
bentuk raport setiap akhir semester.
Kemampuan merupakan suatu bentuk kekuatan sisawa baik itu berupa
kesiapan mental, intelektual yang berwujud, sikap ilmu pengetahuan maupun
keterampilan yang dimiliki oleh setiap individu Peserta Didik.
Jhonnson mengemukakan (dalam Wijaya dan Jabrurio Pukyam, 1991)
kemampuan Peserta Didik merupakan kemampuan Peserta Didik dalam proses
belajar-mengajar yang merupakan gambaran perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Dari pendapat diatas lebih mengungkapkan kemampuan cenderung
menunjuk pada perilaku baik itu rasional maupun kualitatif dalam proses
belajar mengajar.
Dari pengertian-pengertian mengenai belajar-mengajar kemampuan
Peserta Didik. Maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan Peserta
Didik dalam proses belajar mengajar adalah suatu bentuk kekuatan yang
berasal dari individu Peserta Didik untuk suatu proses perubahan secara formal
dengan mengikuti sistem lingkungan yang diinginkan untuk menjawab suatu
yang dihadapinya.
a. Karateristik kemapuan Peserta Didik dalam proses belajar mengajar
Karateristik kemapuan Peserta Didik merupakan ciri-ciri atau
gambaran tingkah lakuyang menunjukan tingkah kemampuan Peserta
Didik.
Karakteristik kemampuan sebagai berikut : (1). Peserta Didik aktif
dalam mengikuti pelajaran, (2). Mampu menyelesaikan tes tepat pada
waktunya, (3). Cepat tanggap terhadap respon yang datang dari diri
sendiri, (4). Bertanggup jawab bila ada pekerjaan rumah, (5). Mampu
mengembangkan diri dalam mengikuti pelajaran (Wijaya dan Pusyam
1991).
Dari pendapat lain sebagai berikut:
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 67
Karakteristik Peserta Didik yaitu bila Peserta Didik menunjukan ciri
sebagai berikut: (1). Mampu menciptakan ide-ide, seperti cara belajar
yang baik, pembagian waktu dan sebagainya, (2). Cepat dan tepat
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, (3). Mampu merespon
adanya suatu yang baru, (4). Kreatif untuk menciptakan hal-hal yang
baru.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
kemampuan Peserta Didik itu hal-hal yang dilakukan Peserta Didik
sehubungan dengan belajar seperti keaktifan, kecepatan dan ketepatan
menyelesaikan masalah, disiplin dalam pembagian waktu, mempunyai
daya respon terhadap lingkungan belajar, dan memiliki ide-ide kretif
mengembangkan diri untuk menciptakan hal baru.
Selanjutnya marilah kita lihat karakteristik anak dari segi pertumbuhan
fisik dan psikologinya. Anak sejak di dalam kandungan sampai mati akan
mengalami proses pertumbuhan yang bersifat jasmaniah maupun
kejiwaannya. Pertumbuhan dalam arti sempit merupakan perubahan dalam
aspek jasmaniah, seperti berubahnya struktur tulang, tinggi dan berat
badan, dan sebagainya, sedangkan dalam arti luas pertumbuhan dapat
mencakup perubahan secara psikis, misalnya munculnya kemampuan
berfikir simbolik, abstrak, dan sebagainya. Dengan kata lain, pertumbuhan
itu merupakan peralihan tingkah laku atau fungsi kejiwaan dari yang lebih
rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Pertumbuhan dan perkembangan
itu berlangsung secara teratur dan terus menerus ke arah kemajuan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Angela Anning (1994) perkembangan dan
belajar anak itu sebagai berikut.
1. Kemampuan berfikir anak itu berkembang secara sekuensial dari
kongkrit menuju abstrak.
2. Anak harus siap menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak
boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembangan kognitif
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 68
yang lebih tinggi, misalnya: dalam hal membaca permulaan, mengingat
angka, dan belajar konservasi.
3. Anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung, khususnya
melalui aktivitas secara efektif di sekolah.
4. Anak memerlukan pengembangan kemampuan penggunaan bahasa
yang dapat digunakan secara efektif di sekolah.
5. Perkembangan sosial anak bergerak dari egosentris menuju kepada
kemampuan untuk berempati dengan yang lain.
6. Setiap anak sebagai seorang individu, masing-masing memiliki cara
belajar yang unik.
D. Disiplin Belajar Peserta Didik
Pengertian Disiplin Belajar
Sikap disiplin merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
dimiliki oleh setiap peserta didik.Sikap disiplin peserta didik dapat
tumbuh dan berkembang dengan melakukan latihan-latihan yang dapat
memperkuat diri sendiri dengan jalan membiasakan diri untuk patuh
pada peraturan-peraturan yang ada. Dengan membiasakan diri untuk
berdisiplin lambat laun akan tumbuh kesadaran pada diri peserta didik
untuk selalu mematuhi segala peraturan yang ada, dan sikap disiplin
yang tumbuh dari kesadaran dalam diri peserta didik akan dapat
bertahan lama dan bahkan dapat melekat dalam diri peserta didik yang
terwujud dalam setiap tingkah laku dan perbuatannya dalam sepanjang
hidupnya.
Disiplin merupakan salah satu aspek pendidikan yang sangat
penting untuk diperhatikan. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan
melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya, pengajaran
tidak mungkin dapat mencapai target yang maksimal.Sikap disiplin,
dalam hal ini adalah sikap disiplin peserta didik dalam belajar baik
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 69
secara langsung maupun secara tidak langsung dapatberpengaruh pada
proses belajar mengajar, dan bahkan akandapat berlanjut dan ikut
mempengaruhi pencapaian prestasi atau hasil belajarnya.
Seorang peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah
tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang
diberlakukan di sekolahnya, dan setiap peserta didik dituntut untuk
dapat berprilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolahnya. Menurut Prijodarminto (1994) ‘‘Disiplin merupakan suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban’’. Sedangkan menurut Hurlock (1996) ‘‘
Disiplin belajar adalah kepatuhan seseoarang dalam mengikuti
peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang
ada pada kata hatinya”.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin
belajar adalah suatu bentuk kepatuhan, ketertiban dan ketaatan peserta
didik yang dilandasi oleh kesadaran pribadi terhadap aturan-aturan
yang di buat oleh diri sendiri atau pihak lain. Ketaatan tersebut
dilakukan dalam usaha untuk memperoleh perubahan baik berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari latihan-latihan
yang dilakukan.
a. Jenis-jenis disiplin belajar
Menurut Hurlock (2004), jenis–jenis disiplin yaitu:
a. Disiplin di rumah meliputi: disiplin belajar,disiplin membantu
orang tua, disiplin beribadah, bila meninggalkan rumah harus
pamitan dengan orang tua.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 70
b. Disiplin di sekolah meliputi: masuk sekolah tepat waktu,
memakai pakai seragam sekolah, mentaati tata tertib sekolah,
menghormati ibu/bapa guru.
b. Ciri-ciri disiplin belajar
Seseorang yang mempunyai disiplin diri memiliki ciri-ciri
seperti dikemukakan dikemukakan oleh Prijodarminto (1994) adalah
sebagai berikut :
1. Memiliki nilai-nilai ketaatan yang berarti individu memiliki
kepatuhan terhadap peraturan yang ada di lingkungannya.
2. Memiliki nilai-nilai keteraturan yang berarti individu
mempunyai kebiasaan melakukan kegiatan dengan teratur dan
tersusun rapi.
3. Memiliki pemahaman yang baik mengenai sistem aturan
perilaku, norma kriteria dan standar yang berlaku di masyarakat.
Menurut Imelda (2003) peserta didik yang disiplin dalam
belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mentaati tata tertib disekolah
2. Berprilaku disiplin di dalam kelas
3. Menyelesaikan tugas tepat waktu
4. Belajar dengan sungguh-sungguh
5. Keteraturan dalam belajar di sekolah
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri disiplin belajar peserta didik adalah disiplin belajar
peserta didik di sekolah yang meliputi perilaku peserta didik yang
tidak menyimpang dari peraturan yang ada di sekolah. Seperti
mentaati tata tertib sekolah, perilaku disiplin dalam kelas,
menyelesaikan tugas tepat waktu, belajar di sekolah dengan
sungguh-sungguh dan keteraturan belajar di sekolah.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 71
c. Kegunaan Disiplin Belajar
Kegunaan disiplin yaitu menciptakan karakter anak untuk
dapat mengontrol diri untuk selalu dalam kegiatan yang berguna.
Sedangkan Hurlock (2004) mengemukakan bahwa kegunaan
disiplin adalah “Membuat anak didik terlatih dan terkontrol, dengan
mengajarkan anak didik bertingkah laku yang pantas dan tidak
pantas”.
Menurut Tulus Tu’u (2004) disiplin mempunyai banyak
fungsi. Adapun fungsi-fungsi disiplin adalah sebagai berikut :
1. Menata kehidupan bersama2. Membangun kepribadian3. Melatih kepribadian4. Pemaksaan5. Hukuman6. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Adapun penjelasan dari pendapat tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
1. Menata kehidupan bersama
Disiplin mempunyai fungsi untuk mengatur tata kehidupan
manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat.
Dengan tata kehidupan berdisiplin, hubungan antara individu
yang satu dengan yang lainnya akan menjadi lebih baik dan
lancar.
2. Membangun kepribadian
Suatu lingkungan yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang
baik akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kepribadian
seseorang. Peserta didik merupakan sosok manusia muda yang
sedang tumbuh kepribadiannya, apabila dalam lingkungan
sekolah terdapat suasana yang tertib, teratur, tenang dan tentram,
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 72
maka akan sangat berperan dalam membangun kepribadian yang
baik.
3. Melatih kepribadian
Suatu sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan
berdisiplin tidak terbentuksecarasertamertadalamwaktu yang
singkat, akan tetapi terbentuk melalui proses yang panjang.
Adapun salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut
dilakukan melalui latihan.
4. Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena adanya dorongan dan kesadaran dari
dalam dirinya sendiri dan adapula muncul karena adanya
pemaksaan dan tekanan yang berasal dari luar dirinya. Sikap
disiplin yang timbul dari dalam kesadaran diri sendiri sifatnya
sangat baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan
atas kesadaran sendiri akan bermanfaat bagi kemajuan dan
pengembangan dirinya.
5. Hukuman
Tata tertib sekolah berisi hal-hal yang positif yang harus ditaati dan
dilakukan oleh peserta didik. Pemberian sanksi atau hukuman
sangat penting untuk menegakkan kedisiplinan peserta didik dan
disamping itu juga dapat memberi dorongan bagi peserta didik
untuk selalu patuh dan mentaati segala macam peraturan yang
berlaku di sekolah.
6. Menciptakan lingkungan yang kondusif.
Segala macam bentuk aturan yang diberlakukan di sekolah
merupakan wujud usaha dari sekolah untuk menegakkan
kedisiplinan bagi semua elemen yang ada di dalamnya, termasuk
yang di dalamnya adalah guru, karyawan dan peserta didik. Sikap
dan perubahan disiplin di sekolah harus dilakukan secara konsisten,
sehingga dapat berfungsi untuk mendukung dan memperlancar
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 73
terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan di sekolah, sehingga
dapat dicapai prestasi belajar yang optimal.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditegaskan
manfaat disiplin secara umum adalah agar peserta didik menjadi
terlatih, terbiasa, dan terkontrol. Sehingga dalam melakukan
berbagai tindakan peserta didik akan selalu berpedoman pada
norma-norma yang berlaku, baik di rumah, di sekolah maupun di
lingkungan masyarakat. Peserta didik dapat membedakan mana
perilaku yang baik dan mana perilaku yang tidak baik.
d. Unsur-unsur Disiplin Belajar
Menurut Tulus Tu’u (2004) menyebutkan unsur-unsur disiplin
adalah sebagai berikut :
1. Mengikuti dan mentaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku.
2. Pengikutandanketaatantersebut terutama muncul karena adanya
kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan
keberhasilan dirinya, dapat juga muncul karena rasa takut,
tekanan, paksaan dan dorongan dari luar diri.
3. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah,
membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
yang ditentukan atau diajarkan.
4. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang
berlaku dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan
memperbaiki tingkah laku.
5. Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran
perilaku.
Senada dengan pendapat di atas menurut Hurlock (1996)
unsur-unsur pokok dalam disiplin antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mentaati peraturan, nilai dan hukum
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 74
2. Kesadaran diri untuk mentaati peraturan
3. Tujuan membentuk sikap disiplin
Adapun penjelasan dari pendapat tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
1) Mentaati Peraturan, Nilai dan Hukum
Peserta didik yang disiplin dalam belajar maka akan mentaati
ketentuan dalam belajar sesuai dengan aturan yang diberikan
sekolah dengan nilai atau melakukan hal yang baik dan
menjauhi hal-hal yang dilarang oleh sekolah dalam belajar.
2) Kesadaran Diri Untuk Mentaati Peraturan
Peserta didik yang disiplin akan belajar secara teratur dan sadar
bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya,
dengan adanya disiplin kesadaran itu akan tumbuh dalam diri
peserta didik dilandasi oleh kesadaran pribadi terhadap
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
3) Tujuan Membentuk Sikap Disiplin
Sikap disiplin akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
apabila berdasarkan atas kesadaran diri sendiri. Disiplin yang
tidak bersumberdarihatinuraniakanmenghasilkandisiplin yang
lemah dan tidak akan bertahan lama. Disiplin yang tumbuh atas
kesadaran diri, yang demikian itu diharapkan tertanam dalam
diri seseorang.
Disiplin belajar erat kaitannya dengan kepatuhan peserta
didik terhadap peraturan yang berlaku di sekolah tempat belajarnya.
Peserta didik harus memiliki sikap disiplin dan kesadaran diri untuk
mematuhi peraturan dalam kegiatan belajar mengajar yang
ditetapkan oleh sekolah, tanpa adanya paksaan dari pihak lain.
Kepatuhan terhadap peraturan secara sadar merupakan modal utama
untuk menghasilkan suatu sikap yang sadar akan tujuan untuk
melakukan kegiatan yang bermanfaat.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 75
Peserta didik yang terbiasa belajar teratur dengan baik maka
akan mudah menerima pelajaran dan mendapatkan hasil belajar
yang memuaskan. Hurlock (1996) mengemukakan tujuan
membentuk sikap disiplin adalah sebagai berikut:
1. Membantu anak untuk menjadi matang pribadinya dan
mengembangkan diri sifat-sifat ketergantungan sehingga ia
mampu berdiri sendiri atas tanggung jawab sendiri.
2. Membantu anak untuk mengatasi, mencegah timbulnya masalah-
masalah disiplin dan berusaha untuk menciptakan situasi yang
tertib bagi kegiatan belajar mengajar dimana mereka mentaati
segala peraturan yang telah ditetapkan.
Disimpulkan bahwa tujuan membentuk sikap disiplin adalah
untuk membentuk anak untuk belajar mandiri, tertib dan
bertanggung jawab dalam kegiatan belajar, selain itu disiplin juga
membantu peserta didik mengatasi dan mencegah timbulnya
masalah atau kesulitan belajar.
E. Sikap dan Perilaku Warga Negara
Peserta didik akhirnya akan berlaku sebagai warga negara, Bagaimana
sikap dan perilaku warga negara? Tentu yang diharapkan adalah warga
negara yang memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik. Hal
tentunya sudah pahami bahwa ini merupakan sasaran dari mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang selalu geluti di kelas setiap hari.
Setiap negara tentu memiliki prinsip-prinsip politik yang diterapkan
kepada warga negaranya sehingga atribut-atribut kewarganegaraan itu
tentu akan berbeda-beda menurut hakikat sistem politik masing-masing.
Menurut Cogan (1998), mengelompokkan warga negara dalam 5 kategori,
yaitu:
1. A sense of identify;
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 76
2. The enjoyment of certain rights;
3. The fulfillment of corresponding obligations;
4. A degree of interest and involvement in public affairs, and;
5. An acceptance of basic societal values.
Jadi, warga negara yang diharapkan memiliki atribut berikut.
1. Warga negara harus memiliki identitas atau jati diri sesuai dengan
ideologi negaranya, seperti warga negara Indonesia, ia memiliki
identitas sebagai insan Tuhan, insan yang peduli terhadap orang lain
dan lingkungannya, dan loyal terhadap bangsa dan negara.
2. Warga negara memiliki hak-hak tertentu, artinya warga negara
mengetahui hak-haknya, dan pemerintah menjamin hak-hak warga
negaranya.
3. Warga negara memiliki kewajiban-kewajiban yang menjadi keharusan
sehingga selalu menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi
dengan kepentingan publik serta memiliki sikap tanggungjawab.
4. Warga negara memiliki sikap tanggungjawab untuk berpartisipasi demi
kepentingan umum sehingga merasa terpanggil untuk ikutserta dalam
kegiatan-kegiatan yang bersifat kepentingan umum.
5. Warga negara memiliki sikap menerima nilai-nilai dasar
kemasyarakatan sehingga mampu menjalin dan membina kerjasama,
kejujuran dan kedamaian serta rasa cinta dan kebersamaan.
Kelima atribut ini sangat tepat sekali dimiliki oleh warga negara dalam
situasi bangsa kita sekarang ini. Sering kita jumpai masyarakat selalu
menuntut hak-haknya tanpa peduli terhadap kewajiban-kewajibannya. Jika
atribut-atribut ini sudah hilang dari bangsa kita ini maka apa jadinya
bangsa kita yang tercinta ini (Winataputra, dkk, 2008).
Dalam menghadapi kehidupan abad ke-21, warga negara perlu
memiliki karakteristik, keterampilan dan kompetensi tertentu agar dapat
menghadapi dan mengatasi kecenderungan yang tidak diinginkan serta
dapat menumbuhkembangkan kecenderungan-kecenderungan yang
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 77
diinginkan. Cogan (1998) mengidentifikasi 8 karakteristik yang perlu
dimiliki warga negara, yaitu sebagai berikut.
1. Ability to look at and approach problems as a
member of a global society;
2. Ability to work with others in a cooperative way
and to take responsibility for one’s roles/duties within society;
3. Ability to understand, accept, and tolerate
cultural differences,
4. Capacity to think in a critical and systematic
way;
5. Willingness to resolve conflict in a non-violent
manner;
6. Willingness to change one’s lifestyle and
consumption habits to protect the environment;
7. Ability to be sensitive towards and to defend
human rights (eg., rights of women, ethnic minorities, etc);
8. Willingness and ability to participate in politics
at local, national, and international levels.
Maksudnya adalah agar warga negara memiliki kemampuan sebagai
berikut.
Pertama, kemampuan untuk mengamati dan melakukan pendekatan
terhadap masalah atau tantangan sebagai anggota masyarakat global. Individu
asal mulanya adalah sebagai anggota keluarga yang hanya menghadapi
permasalahan di lingkungan keluarga. Akan tetapi, sebagai manusia/warga
negara dan sekaligus pula menjadi anggota masyarakat, seharusnya peduli
kepada lingkungan yang lebih luas. Oleh karena kita sebagai anggota keluarga,
juga sebagai anggota masyarakat, sebagai warga negara dan juga sebagai
warga dunia. Oleh karena sikap rasa kemanusiaan tidak terbatas lokal,
nasional, tetapi nasional dan global.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 78
Kedua, memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain dan
memikul tanggungjawab atas peran dan kewajibannya dalam masyarakat.
Dalam bekerjasama tidak dibatasi oleh lingkungan etnis dan kepulauan, akan
tetapi harus menempatkan diri bahwa kita adalah anggota masyarakat yang
memiliki peran dan tanggungjawab bersama bahkan ada rasa memiliki dan
kewajiban untuk bekerjasama.
Ketiga, kemampuan untuk memahami, menerima dan toleran terhadap
perbedaan budaya. Perbedaan bukan pemisah akan tetapi harus dianggap
sebagai pemersatu dan kekayaan bangsa.
Keempat, kemampuan untuk berpikir secara kritis dan sistematis. Dalam
menghadapi berbagai masalah tidak cukup berpangku tangan, akan tetapi harus
peduli dan kritis dan sistematis dalam mencari solusi demi kepentingan
bersama.
Kelima, mampu untuk menyelesaikan konflik tanpa kekerasan. Kekerasan
dalam menyelesaikan konflik bukanlah atribut bangsa yang religius. Jauhilah
kekerasan tetapi konflik dapat diselesaikan.
Keenam, mampu untuk mengubah gaya hidup dan kebiasaan konsumtif
guna melindungi lingkungan.
Ketujuh, peka terhadap hak asasi manusia. Berani menengakkan hak asasi
manusia, tetapi juga melaksanakan kewajiban-kewajiban. Sebagai contoh hak-
hak kaum perempuan dan etnik minoritas.
Kedelapan, kesadaran dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik pada tingkat lokal, nasional dan internasional.
Karakter dan komitmen sangat penting karena memungkinkan proses
politik berfungsi secara efektif untuk peningkatan kebersamaan dan memberi
kontribusi pada realisasi ide-ide fundamental sistem politik termasuk
perlindungan hak-hak individu. Karakter warga negara yang konduktif untuk
berfungsinya dmeokrasi konstitusional secar sehat, yaitu keadaban (civility),
tanggungjawab, disiplin diri, rasa kewarganegaraan (civic mindedness),
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 79
kemauan kompromi, toleran terhadap keragaman, kasih sayang, solidaritas dan
loyalitas, minat dan motivasi (dalam Winataputra, dkk, 2008).
Hubungan warga negara dengan komponen-komponen sistem pendidikan
tersebut dapat digambarkan dalam diagram 1.
Unsur Instrumental a b c d e f
Lingkungan
Gambar 2. Hubungan Komponen Sistem Pendidikan
Sebagai sistem, peserta didik sebagai input dari masyarakat yang berupa
anak-anak berusia minimum 7 tahun dan/atau telah mengikuti pendidikan
taman kanak-kanak. Dalam proses pendidikan peran lingkungan sangat
berpengaruh pada hasil belajar. Lingkungan merupakan kondisi yang berada di
luar sekolah dan yang berada di sekitar individu.
Lingkungan merupakan sesuatu yang ada di luar dari suatu mahluk hidup
atau individu. Lingkungan ini mengitari manusia sejak manusia dilahirkan
sampai dengan meninggalnya. Antara lingkungan dengan mahluk hidup ada
pengaruh timbal balik, artinya lingkungan mempengaruhi mahluk hidup yang
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 80
Warga negara (Peserta Didik) (Raw Input)
Proses Pendidikan Tujuan Pendidikan yang harus dicapai (Output)
tinggal disekitarnya dan sebaliknya mahluk hidup juga mempengaruhi
lingkungan sekitar.
Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti (2001),’’ Lingkungan dalam
pengertian umum, berarti situasi disekitar kita’’. Artinya lingkungan itu luas
sekali yaitu segala sesuatu yang berada diluar dan dalam semesta ini. Bagi
seorang anak yang hidup dan tinggal disuatu tempat, maka apa saja yang ada
disekitarnya merupakan lingkungan bagi anak baik berupa benda mati seperti
rumah yang merupakan tempat tinggal bagi anak beserta fasilitasnya.
Secara umum lingkungan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
lingkungan soaial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial meliputi
sistem nilai, norma, kebiasaan, dan segala pola tingkah laku yang terwujud
dari interaksi manusia. Sedangkan lingkungan non sosial meliputi unsur-unsur
yang bersifat fisik atau gejala alam, baik berupa tata ruang, fasilitas hidup,
cuaca, waktu, udara dan lain sebagainya.
Berdasarkan pembahasan teori-teori maka dapat disimpulkan bahwa
proses pendidikan di sekolah dasar melibatkan komponen-komponen:
a. Visi, misi, dan tujuan pendidikan.
b. Peserta didik,
c. Pendidik dan tenaga kependidikan,
d. Kurikulum/materi pendidikan,
e. Proses belajar mengajar,
f. Sarana dan prasarana pendidikan,
g. Manajemen pendidikan di sekolah, dan
h. Lingkungan eksternal pendidikan.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 81
BAB VIIGURU SEBAGAI PENDIDIKAN WARGA NEGARA
i. Karakter, Komitmen dan Dedikasi Pendidik
Ornstein mengemukakan hasil penelitian David Ryans tentang
karakteristik guru yang efektif atau yang sangat diharapkan. Ryans meneliti
lebih dari 6.000 orang guru di 1.700 sekolah, dalam jangka waktu sekitar enam
tahun, dengan menggunakan teknik observasi dan “self rating”. Ryans
mengklasifikasikan karakteristik guru itu ke dalam empat kluster dimensi guru,
yaitu (1) kreatif: guru yang kreatif bersifat imajinatif, senang bereksperimen,
dan orisinal; sedangkan yang tidak kreatif bersifat rutin, bersifat eksak, dan
berhati-hati; (2) Dinamis: guru yang dinamis bersifat energik dan extrovert,
sedangkan yang tidak dinamis bersifat pasif, menghindar, dan menyerah; (3)
Terorganisasi: guru bersifat sadar akan tujuan, pandai mencari pemecahan
masalah, control; sedangkan yang tidak terorganisasi bersifat kurang sadar
akan tujuan, tidak memiliki kemampuan mengontrol; dan (4)Kehangatan: guru
yang memiliki kehangatan bersifat pandai bergaul, ramah, sabar; sedangkan
yang dingin bersifat tidak bersahabat, sikap bermusuhan, dan tidak sabar
(dalam Yusuf L.N. dan Sugandhi, 2011).
Tabel 4. Karakteristik Guru yang Efektif dan Tidak Efektif
Karakteristik yang Efektif Karakteristik yang Tidak Efektif
1. Menampilkan sikap yang bersemangat
2. Menaruh perhatian terhadap
1. bersikap apatis dan malas
2. kurang menaruh perhatian terhadap peserta didik dan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 82
peserta didik dan kegiatan kelas3. Bergirang hati dan optimis4. Memiliki kemampuan
mengendalikan diri dan tidak mudah bingung
5. Senang bergurau dan humor6. Mengakui kesalahan sendiri7. Bersikap adil dan objektif dalam
memperlakukan peserta didik8. Bersikap sabar9. Menunjukkan sikap memahami
dan simpati dalam bekerja dengan peserta didik
10. Bersahabat dan ramah dalam bergaul dengan peserta didik
11. Membantu memecahkan masalah peserta didik (pribadi atau pendidikan)
12. Memberikan penghargaan kepada peserta didik yang melakukan tugas dengan baik
13. Menerima dan memercayai usaha peserta didik
14. Memiliki kemampuan untuk mengantisipasi reaksi orang lain
15. Mendorong peserta didik untuk mencoba melakukan sesuatu dengan cara yang baik
16. Merencanakan dan mengorganisasikan prosedur pembelajaran di kelas
17. Bersifat fleksibel dalam merencanakan pembelajaran di kelas
18. Mengantisipasi kebutuhan peserta didik
19. Menstimulasi peserta didik melalui materi dan metode yang menarik
20. Mendemonstrasikan dan menerangkan materi pelajaran dengan jelas
21. Memberikan tugas dengan jelas22. Mendorong peserta didik untuk
memecahkan masalahnya sendiri
kegiatan kelas3. depresi dan pesimis4. mudah naik darah dan mudah
bingung5. terlalu serius6. tidak menyadari kesalahan sendiri7. tidak bersikap adil dan objektif
terhadap peserta didik8. tidak sabar9. kurang bersikap simpati dan
sering melecehkan (mencemooh) peserta didik
10. kurang ramah atau bersahabat dalam bergaul dengan peserta didik
11. kurang memerhatikan masalah peserta didik
12. tidak memberikan penghargaan kepada peserta didik
13. bersikap curiga terhadap motif peserta didik
14. kurang memiliki kemampuan untuk mengatisipasi reaksi orang lain
15. tidak berusaha memberikan dorongan kepada peserta didik
16. tidak merencanakan dan mengorganisasikan pembelajaran
17. perencanaan pembelajaran bersifat kaku
18. gagal dalam mengantisipasi kebutuhan peserta didik
19. materi dan metode pembelajaran tidak menarik perhatian peserta didik
20. kurang jelas dalam menerangkan materi pelajaran
21. kurang jelas dalam memberikan tugas
22. kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalahnya sendiri
23. kurang menegakkan disiplin secara positif
24. memberikan bantuan dengan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 83
dan mengevaluasi hasilnya23. Menegakkan disiplin dengan cara
yang positif24. Memberikan bantuan kepada
peserta didik secara ikhlas25. Mengetahui secara dini dan
mencoba memecahkan berbagai masalah potensial
setengah hati (kurang ikhlas)25. gagal dalam memahami dan
memecahkan masalah potensial
Pendidik merupakan salah satu komponen yang sangat berperan penting
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar. Pendidik adalah tenaga
professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik di perguruan tinggi (UU No. 20 Tahun 2003). Pendidik
yang bertugas melaksanakan pendidikan dan pengajaran di sekolah disebut
guru, sedangkan yang bertugas di perguruan tinggi disebut dosen (Suharjo,
2006).
Pendidik mempunyai kewajiban dan hak sesuai UU No. 20 Tahun 2003.
Kewajiban meliputi tiga macam yaitu (1) menciptakan suasana pendidikan
yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (2) mempunyai
komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (3)
memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Sedangkan Hak-haknya
sebagai berikut.
1. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan social yang pantas dan
memadai;
2. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
3. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;
4. Perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual; dan
5. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 84
Untuk mendapatkan hak setelah memenuhi kewajiban. Akan tetapi
sebelum menjadi guru ada syarat-syarat yang harus dipunyai dan dikuasai,
secara umum sebagai berikut.
1. Persyaratan kepribadian. Ada beberapa pilar kunci kemuliaan akhlak
yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu (1) jujur perkataan, (2)
tutur kata yang lembut, (3) wajah yang cerah dan jernih, (4)
melaksanakan amanat yang diberikan kepadanya, (5) menepati janji,
(6) sikap yang sopan dan penuh etika, (7) berjiwa lapang dada, dan (8)
meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh norma-norma agama maupun
masyarakat, Negara, bangsa.
2. Persyaratan jasmani dan kesehatan. Seorang guru harus memiliki
kondisi kesehatan tubuh dan rohani yang baik sehingga dapat
menjalankan tugasnya sebagai guru.
3. Persyaratan penguasaan kompetensi guru kelas SD/MI. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi – Depdiknas telah menetapkan Standard
Kompetensi Guru Kelas Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dapat
dipandang dari dua segi, yakni segi substansi dan segi tataran. Dari segi
substansi, kemampuan guru kelas SD/MI dikelompokkan dalam empat
rumpun kompetensi, yaitu penguasaan bidang studi, pemahaman
tentang peserta didik, penguasaan pembelajaran yang mendidik serta
pengembangan kepribadian dan keprofesionalan. Ditinjau dari segi
tatarannya, perangkat komptensi menjadi tiga tingkatan, yaitu
Kompetensi Utama/KU (kemampuan mutlak dalam melakukan unjuk
kerja keguruan-kependidikan, yang memungkinkan guru dapat
mengambil keputusan-keputusan professional dalam melaksanakan
tugasnya), Kompetensi Pendukung/KP (perangkat kemampuan yang
berfungsi untuk meningkatkan kemantapan pelaksanaan layanan ahli
sesuai dengan jenis dan kewenangannya), Kompetensi Lain/KL
(kemampuan tambahan yang dapat melengkapi kompetensi pelaksanan
tugas sebagai guru kelas (Ditjen Dikti, 2002; Ditjen Dikti 2003).
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 85
Guru dituntut untuk memiliki komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam
mengembangkan profesionalitasnya sebagai guru sekolah dasar dengan
mampu membangun interaksi dan komunikasi sosial, memiliki daya saing dan
sikap responsive, antisipatif serta adaptif dalam era global.
Guru mempunyai wewenang mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai
tenaga pengajar. Wewenangnya adalah melaksanakan peran (Hamalik, 2007),
yakni:
a. Sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi peserta
didik untuk melakukan kegiatan belajar;
b. Sebagai pembimbing, yang membantu peserta didik mengatasi kesulitan
dalam proses pembelajaran;
c. Sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan
yang menantang peserta didik agar melakukan kegiatan belajar;
d. Sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan peserta didik
dan masyarakat;
e. Sebagai model yang mampu memberikan contoh yang baik kepada peserta
didiknya agar berperilaku yang baik;
f. Sebagai evaluator; yang melakukan penilaian terhadap kemajuan belajar
peserta didik;
g. Sebagai innovator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaruan
kepada masyarakat;
h. Sebagai agen moral dan politik, yang turut membina moral masyarakat,
peserta didik, serta menunjang upaya-upaya pembangunan;
i. Sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu pengetahuan kepada
peserta didik dan masyarakat;
j. Sebagai manajer, yang memimpin kelompok peserta didik dalam kelas
sehingga proses pembelajaran berhasil.
ii. Tugas Guru
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 86
Sebelum membahas tentang guru di Negara kita, terlebih dahulu akan
saya paparkan secara sepintas kondisi kepercayaan peserta didik/remaja
terhadap guru, profil guru, serta permasalahannya. Sebagai ilustrasi, saya
paparkan kembali artikel yang berjudul “The Influence of teachers” yang
ditulis oleh Csikszentmihalyi dan McCromack (2004).
Dalam artikel tersebut mereka memaparkan hasil kajian tentang idola
atau public figure para peserta didik/remaja. Berdasarkan wawancara yang
mereka lakukan terhadap para peserta didik dan remaja mengenai siapa yang
mereka anggap berpengaruh dalam hidup mereka. Hasilnya adalah mereka
menyatakan 24,58% guru, 37,29% teman sebaya, dan 38,13 orang tua mereka.
Sepintas hasil ini tidaklah mengejutkan apabila pilihan mereka tertinggi jatuh
pada orang tua, karena memang sepantasnyalah orang tua mereka yang
memiliki pegaruh lebih banyak. Tetapi yang mengejutkan dan menjadi
keprihatinan Csikszentmihalyi dan McCormack adalah prosentase yang
memilih teman sebaya ternyata jauh lebih banyak daripada yang memilih guru.
Artinya pengaruh atau peran guru dalam membimbing dan mengarahkan
peserta didik 12,71% lebih kecil daripada pengaruh teman sebaya mereka.
Padahal, kajian-kajian serupa tahun-tahun sebelumnya selalu menunjukkan
pengaruh guru yang tinggi hampir seimbang dengan pengaruh orang tua
terhadap kehidupan peserta didik. Secara tidak langsung, kepercayaan peserta
didik kepada guru atau pengaruh/peran guru terhadap masa depan peserta didik
mulai berkurang. Bahkan menurut Csikszentmihalyi dan McCormack, “many
teachers left no memorable mark”. Banyak peserta didik yang telah melupakan
gurunya. Mengapa hal ini terjadi? Padahal tanpa guru yang mengajarkan
kebenaran, pengetahuan, budaya, teknologi, nasionalisme, demokrasi dan
sebagainya (Baedhowi, 2010). Maka itu tugas guru perlu diingatkan lagi
kepada guru.
Kartono (dalam Suharjo, 2006:61) menyatakan melalui pendidikan yang
diberikan guru di sekolah, diharapkan dapat dipupuk hal-hal sebagai berikut.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 87
6. Sikap mental, terutama mentalitas pembangunan, semangat
persatuan, kerukunan dan kegotong-royongan.
7. Moralitas, budi pekerti yang luhur, mematuhi nilai-nilai
kesusilaan dan kebaikan untuk melawan egoisme dan individualisme yang
semakin menjadi-jadi di masa kini.
8. Disiplin dan etik kerja yang tinggi untuk melawan apatisme,
defaitisme, fatalisme, mitos-mitos, dan irrasionalitas.
9. Sikap intelektual kritis dan terbuka terhadap modernisasi,
teknokrasi dan industrialisasi.
10. Kebajikan paling utama berupa rasa rendah hati, yang
bersumber dari rasa kecintaan pada rakyat/bangsa sendiri, dengan jalan
mendahulukan kepentingan umum atau mayoritas rakyat; menjauhkan diri
dari nafsu mendahulukan kepentingan sendiri – terutama hal ini diserukan
pada kaum elite penguasa.
Arbi (Suryosubroto, 1997) menyatakan sikap pribadi yang dijiwai oleh
filsafat Pancasila, yang akan mengagungkan budaya bangsanya, yang rela
berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi
pribadi. Sedangkan kompetensi kemasyarakatan adalah kemampuan guru
dalam membina dan mengembangkan interaksi sosial baik sebagai tenaga
profesional maupun sebagai warga masyarakat.
Rosanshine (Al-Muchtar, dkk., 2009: 2.18-2.20) menyatakan
mengidentifikasi 6 hal tentang guru yang efektif, yaitu (1) melakukan reviu
harian, (2) menyiapkan materi baru, (3) melakukan praktek terbimbing, (4)
menyediakan balikan dan koreksi, (5) melaksanakan praktek mandiri, dan (6)
reviu mingguan dan bulanan.
Standar kompetensi guru sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 mencakup: (1)
kompetensi pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik, (2) kompetensi kepribadian ialah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, (3)
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 88
kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional ialah kemampuan
penguasaan materi secara luas dan mendalam.
iii. Peran Guru dan Dosen
Guru selaku pelaku utama dalam implementasi atau penerapan program
pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam hal ini, guru dipandang sebagai
factor determinan terhadap pencapaian mutu prestasi belajar peserta didik.
Dalam konteks pembentukan karakter bangsa, guru maupun dosen
merupakan key person in the classroom (Davies dan Ellison, 1992) yang
memiliki peran yang amat srtategis mengingat pembentukan karakter bangsa
mengenyam pendidikan di sekolah maupun pendidikan tinggi. Oleh karena itu,
tidaklah mengherankan apabila diberbagai Negara maju telah menekankan
perlunya pendidikan karakter (Character Education) yang merupakan bagian
dari sistem pendidikan mereka. Paterson (2005) menyatakan bahwa “many
schools have looked for ways ro provide guidance for the positive behaviours
and value that should be a part oh the education for all people”. Hal yang
serupa juga dikemukakan oleh Brendtro et al (1990) yang menyatakan bahwa
banyak sekolah mulai menyadari perlunya penanaman nilai-nilai (values),
kepercayaan (beliefs), dan bahkan menanamkan nasionalisme dan kepahlawan
dengan menceritakan kepada siswa tentang pahlawan-pahlawan bangsa yang
menjadi bagian dari masyarakat. Henley et al (1999) bahkan menyatakan
bahwa di Amerika “As a result, many schools have embraced “character
education” as a way to teach community and national values”.
Jika “character education” diajarkan di sekolah maupun pendidikan tinggi
sebagai upaya “nation character building”, peran guru dan dosen menjadi
sentral dan vital, mengingat guru dan dosen yang menjadi kunci penentu
pendidikan karakter tersebut. Dengan perannya sebagai agent of change guru
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 89
maupun dosen diharapkan mampu melakukan pembentukan karakter peserta
didik atau mahasiswa yang merupakan generasi muda bangsa. Oleh karena itu,
guru dan dosen harus benar-benar kompeten dan professional dalam
menjalankan peran dan tugasnya, jika tidak akan berpengaruh terhadap
kualitas dan efektivitas pembentukan karakter bangsa (Baedhowi, 2010).
Peran guru adalah mengidentifikasi tentang berbagai perspektif belajar
peserta didik, dan mengintegrasikannya di dalam pembelajaran yang
diselenggarakan. Untuk melakukan peran tersebut, seorang guru harus
memiliki pengetahuan tentang diri anak, ekspektasi dan pengalaman anak
sebelumnya dan mengembangkannya secara optimal selama pembelajaran.
Baik bagi pencitaan kondisi dan kesiapan diri mereka untuk belajar, maupun
agar bahan dan tugas-tugas belajar yang diberikan memiliki makna, dipandang
penting, serta relevan dengan apa yang telah mereka ketahui atau alami
sebelumnya. Kompetensi guru ini dalam terminasi Hoyle (Stenhouse, 1984)
dinamakan the restricted professional yang atribut-atribut kualitatif yang
minimal harus dimiliki oleh seorang guru sebagai prasyarat kelayakan profesi.
Sejalan dengan itu, Hyde and Bizar (dalam Purba, 1991) mengemukakan tujuh
prinsip pembelajaran Pendidikan IPS/PKn yang seyogyanya ditunaikan guru
dalam mengembangkan pembelajaran, yaitu:
1. Menyadari bahwa skema kognitif, salah
konsep atau teori-teori yang naïf yang dimiliki peserta didik senantiasa
akan dibawanya ke dalam kelas.
2. Lebih memperhatikan pada adanya sudut
pandang yang berbeda-beda dari setiap peserta didik.
3. Membantu peserta didik mengeksplorasi,
menggenerate, memantapkan, mengelaborasi, dan merefleksi ide-ide
pokok yang terdapat di dalam konsep peserta didik.
4. Merancang pembelajaran yang bersifat
inkuiri sistematik yang dapat mengaitkan atau menjembatani kesenjangan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 90
yang terjadi antara konsep peserta didik dengan konsep yang diharapkan
oleh kurikulum.
5. Memedomani peserta didik dengan
berbagai konsep-konsep arahan, atau mendorong peserta didik agar
berhasil mencapai pengertian baru atau dalam merestrukturisasi agar
berhasil mencapai pengertian baru atau dalam merestrukturisasi skema
konsepnya.
6. Melakukan tukar pikiran dan proses-proses
meta kognitif, sehingga peserta didik dapat melakukan refleksi terhadap
proses yang terjadi, titik kunci keputusan yang diambil, atau bagaimana
mereka mendapatkan kemantapan pengertian terhadap topic-topik tertentu.
7. Mengelaborasi skema mereka dengan
membantunya melihat kaitan antara apa yang telah mereka ketahui dengan
bidang-bidang kajian antara apa yang telah mereka ketahui dengan bidang-
bidang kajian dan permasalahan yang terdapat di dalam pendidikan. Guru
sebagai motivator, diagnostician, guide, innovator, experimenter, dan
researcher (Osborne and Freyberg; Posner et. al; Osborne, Bell and Gilbert;
Cosgrove and Osborne) (Al Muchtar, 2009).
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 91
BAB VIII HASIL PELAKSANAAN TAKSONOMI TUJUAN PENDIDIKAN DI
SEKOLAH
Strategi pembelajaran yang berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan
dalam membentuk karakter peserta didik di sekolah dasar. Pembelajaran PKn
mengajarkan sesuai dengan taksonomi tujuan pendidikan yaitu (1)
pengembangan keterampilan pemecahan masalah yang terkait pada peran
warga negara dalam proses kebijakan publik (civic skills/psikomotor), (2)
pengembangan wawasan kewarganegaraan (civic knowledge/kognitif), (3)
pengembangan keterampilan partisipasi kewarganegaraan (civic
participation/afektif). Dan memberi sumbangan pemikiran terhadap fenomena
yang terjadi. Karena hal ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta
didik kelas rendah dan kelas tinggi.
Teori tersebut di atas reduksi dari beberapa teori yang dikembangkan
antara lain oleh Branson (1998) mengemukakan pengembangan pembelajaran
pendidikan kewarganegaraaan terdiri atas tiga komponen penting, yaitu 1)
Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), berkaitan dengan
kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara; 2) Civic
skill (keterampilan kewarganegaraan), adalah kecakapan intelektual dan
partisipatoris warganegara yang relevan; dan 3) Civic disposition (watak
kewarganegaraan) yang mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 92
yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional
(Arif, 2010) dan Vedhuis (1998) mengemukakan bahwa dalam proses
pendidikan kewarganegaraan kita harus membedakan antara aspek-aspek
pengetahuan (knowledge), sikap dan pendapat (attitudes and opinions),
keterampilan intelektual (intellectual skills), dan keterampilan partisipasi
(participatory skils) (Winataputra, Udin S. 2008:7.21).
Winataputra, Udin S. (2008:1.1-1.2) mengemukakan tugas PKn dalam
paradigma barunya mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intelligence), membina tanggung jawab warga
negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warga negara (civic
participation).
Al Muchtar, dkk. (2009:i) mengemukakan strategi pembelajaran PKn
yang perlu dikembangkan guru sebagai guru PKn yang professional yaitu 1)
pengembangan keterampilan (civic skills), 2) pengembangan wawasan
kewarganegaraan (civic knowledge), 3) pengembangan partisipasi
kewargangeraan (civic participation), dan 4) pengembangan tanggung jawab
kewarganegaraan (civic responbility).
6. Pengetahuan (civic knowledge/kognitif)
Pengetahuan (civic knowledge/kognitif) yang diajarkan guru PKn dalam
membentuk karakter peserta didik. Dari hasil penelitian, strategi pembelajaran
PKn yang diterapkan oleh guru PKn lebih banyak menggunakan metode
ceramah, mendikte, dan mencatat di papan tulis serta evaluasi dengan
menggunakan soal yang dicatat dipapan tulis atau didiktekan untuk
mentransfer pengetahuan dalam membentuk karakter peserta didik di sekolah
dasar berdasarkan visi dan misi.
Mulai dari perencanaan yaitu membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan silabus ini terlihat bahwa kemampuan guru kurang
dapat mengembangkan pembelajaran menjadi PAKEM ditambah dengan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 93
belum adanya patokan buku materi pelajaran PKn yang penting sudah sesuai
KTSP atau ada tulisannya sesuai SK dan KD KTSP.
Pembelajaran yang dapat dilakukan untuk menutupi kekurangan tersebut
dan memaksimalkan daya tangkap otak peserta didik adalah setiap jadual mata
pelajaran PKn, 1) guru dalam pembelajaran harus menggunakan pakaian
adat/daerah atau batik yang mempunyai ciri khas sesuai dengan daerah
masing-masing. Dengan begitu konsentrasi pembelajaran peserta didik
menjadi terfokus sehingga mengurangi keributan menjadi bermakna dan
akhirnya menjadi pengetahuan yang selalu diingat oleh peserta didik, dan 2)
menggunakan alat musik seperti gitar untuk bernyanyi bersama menggunakan
lagu-lagu nasional (yang terlupakan) atau lagu-lagu daerah yang hampir tidak
pernah terdengar di stasiun radio maupun televisi swasta sehingga pola
pembelajaran belajar sambil bermain yang sesuai dengan kelas rendah dapat
terlaksana. Peserta didik tidak bosan, jenuh, dan merasa kelelehan.
Banyak generasi muda yang sudah melupakan bahkan tidak mau tahu,
sampai akhirnya negara lain yang ingin mematenkannya baru semua tergerak
ingin melindungi. Pengetahuan budaya daerah masing-masing sudah sangat
berkurang saat ini indikatornya adalah bahwa civic knowledge guru PKn hanya
berdasarkan SK dan KD yang ada pada materi bukan pada pengetahuan yang
juga berasal dari lingkungan.
7. Sikap (civic skills/psikomotor)
Sikap (civic skills/psikomotor) yang diajarkan guru PKn dalam
membentuk karakter peserta didik di sekolah dasar. Dari hasil penelitian,
strategi pembelajaran PKn yang diterapkan oleh guru PKn lebih banyak
menggunakan metode ceramah, mendikte, dan mencatat di papan tulis serta
memberi pengarahan dan motivasi untuk mengajarkan sikap berperilaku dalam
membentuk karakter peserta didik di sekolah dasar berdasarkan visi dan misi.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 94
Ibu Linda kurang pengalaman dalam organisasi, pergaulan dalam
masyarakat, dan perkembangan pengetahuan dari luar misalnya
mengembangkan banyak membaca dan suka browsing internet.
Dengan memperkenalkan istilah-istilah dan semboyan dari kebudayaan
daerah setempat dalam setiap KD yang akan diajarkan dalam perbuatan yang
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Untuk Palangka Raya misalnya ”Huma
betang” yang berarti kebersamaan. Rumah besar yang dihuni oleh beberapa
keluarga yang dapat hidup rukun walaupun berbeda sifat tetapi dapat hidup
bersama dan saling membantu, ”Isen Mulang” artinya semangat pantang
mundur apabila berjuang dan menghadapi musuh, dan ”Oh Indang Oh Apang
Oh Pahari tuntang jalahan samandiai sahindai tau mampendeng petak danum,
uluh dayak ngaju” artinya Oh Ibu Oh Bapak Oh Saudara-Saudara dan Teman-
Teman semua...Jangan Cuma berdiri-diri menjual muka sebelum bisa
membangun Tanah Air, orang Dayak Ngaju.”
Juga di Kalimantan Tengah khususnya adalah mempunyai ciri khusus
yaitu bertutur kata yang sopan dan ramah. Setiap peserta didik menjadi
mengetahui cara melakukan bertutur kata yang sopan dan ramah dan
melakukan aktivitas dengan menggunakan tangan kanan.
8. Nilai (civic participation/afektif)
Nilai (civic participation/afektif) yang diajarkan guru PKn dalam
membentuk karakter peserta didik di sekolah, berdasarkan hasil penelitian
strategi pembelajaran PKn yang diterapkan oleh guru PKn lebih banyak
menggunakan metode ceramah, mendikte, dan mencatat di papan tulis serta
memberikan contoh untuk menjelaskan nilai dalam membentuk karakter
peserta didik di sekolah dasar berdasarkan visi dan misi.
Pengembangan pembelajaran nilai yang dibelajarkan dapat belajar dari
pengetahuan yang berupa kebudayaan daerah setempat. Di Kalimantan Tengah
misalnya ada beberapa seni musik misalnya Mansana Kayau adalah kisah
kepahlawan yang dilagukan kembali. Biasanya dinyanyikan bersahut-sahutan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 95
dua sampai empat orang baik perempuan maupun laki-laki. Atau Karungut
yang juga biasa disebut pantun yang dilagukan adalah sastra lisan nusantara
sebagai ekspresi kegembiraan dan rasa bahagia. Karungut biasanya dipakai
untuk hajatan misalnya upacara perkawinan, khitanan, upacara pemakaman,
penyambutan tamu, hari ulang tahun, ulang tahun kantor, bahkan sekarang
digunakan kampanye pilkada. Atau manasai yaitu tarian menyambut tamu
yang datang. Dilakukan bersama-sama tua muda sambil bergembira.
Seharusnya guru-guru sekolah dasar mempunyai pengetahuan tentang
kesenian minimal pengetahuan dasar sehingga arti filosofi yang ada pada
nyanyi atau tarian tersebut dapat menjadi contoh. Di kalimantan Tengah
misalnya Kalalai-Lalai adalah nyanyian yang disertai tari-tarian Suku Dayak
Mama di daerah Kotawaringin.
Pembelajaran tersebut mampu mengurangi kejenuhan dan kebosanan para
peserta didik sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
9. Keseimbangan Pembelajaran PKn
Pembelajaran, pertama pengetahuan yang lebih banyak diajarkan oleh
guru PKn dari pada sikap dan nilai dalam membentuk karakter peserta didik di
sekolah dasar berdasarkan visi dan misi.
Kedua, metode yang digunakan untuk membelajarkan mata pelajaran
PKn sesuai dengan taksonomi tujuan pendidikan yaitu ceramah, mendikte,
mencatat di papan tulis, memberi pengarahan, dan motivasi.
Pembelajaran PKn dalam membentuk karakter peserta didik
berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan dan 18 indikator karakter siswa
SDN 9 Menteng Palangka Raya. Jarolimek, John dan Foster, Clifford D., Sr.
(1993:164) mengemukakan bahwa hal yang paling penting untuk mencapai
sasaran perkembangan karakter peserta didik dalam pembelajaran adalah guru
harus menjadi fasilitator yang menyediakan waktu untuk mendiskusikan
pengetahuan yang didapatnya baik dari sekolah maupun dari lingkungan
dengan peserta didik.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 96
Karena usianya yang masih muda sekitar + 5 tahun, untuk mendukung
pembelajaran yang seperti tersebut diatas sekolah dasar harus memiliki
fasilitas dan sarana prasarana media pembelajaran yang lengkap dalam hal ini
peralatan OHP, LCD, dan multimedia tidak ada tetapi kamera digital,
handycam, lapangan olahraga/halaman, tanah untuk berkebun, perpustakaan,
kantin, dan ruang guru sudah ada. Sekolah dasar harus meningkatkan berbagai
sarana prasarana juga SDM. Dan juga yang paling penting diperlukan disini
adalah laboratorium PKn semacam tempat pengenal berbagai kegiatan misal
demokrasi dan pemerintahan.
Contoh: dalam Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk SK dan KD kelas III terlihat bahwa
1) KD 2.3 Melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
masyarakat, KD ini sama dengan KD 4.2 di kelas I semester 2, 2) susunan KD
3.1; 3.2 dan 3.3 tidak runtut, dan 3) KD 3.3 Menampilkan perilaku yang
mencerminkan harga diri, KD ini sulit terukur pada proses belajar. Hal ini
menambahkan masukkan bahwa tidak hanya dibutuhkan kemampuan guru
membelajarkan tetapi juga kurikulum yang sesuai dengan semangat KTSP
yaitu otonomi pendidikan.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 97
BAB IXKURIKULUM DALAM PEMBENTUKAN MINAT DAN KARAKTER
BANGSA
A. Kurikulum
Seringkali kita mendengar istilah Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Competency-Based Curriculum), tetapi belum sepenuhnya maknanya kita
pahami. Jika dibandingkan dengan kurikulum yang pernah kita pernah miliki
(hingga kurikulum 1994) yang berorientasi pada penyelesaian materi,
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) lebih menitikberatkan pada
pencapaian kompetensi tertentu yang harus dikuasai/dimiliki oleh peserta didik
setelah mempelajari materi tertentu. Sehingga setelah melalui proses
pembelajaran materi dan pada jenjang tertentu peserta didik memiliki
kompetensi tertentu pula. Dengan demikian orientasi KBK bukan sekedar
menyelesaikan materi pelajaran, tetapi yang lebih penting adalah proses
pencapaian kompetensi tertentu yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah
menjalani proses pembelajaran. Dengan demikian KBK lebih berorientasi pada
penguasaan/pencapaian kompetensi tertentu melalui proses, baik proses
pembelajaran maupun proses penilaian (Baedhowi, 2010).
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 98
Belajar dari pengalaman (lesson learnerd), kurikulum-kurikulum yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat belum sepenuhnya dapat diterapkan dan
sesuai dengan kondisi sekolah. Oleh karena itu Kurikulum 2013 menjadi fokus
melanjutkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk proses
pembentukan karakter kepada sekolah yang disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik, dan potensi daerah, sekolah, dan peserta didik. Dengan demikian
Kurikulum 2013 lebih mengedepankan pembentukan karakter pendidikan yang
sesuai dengan kondisi, karakteriktik daerah (kearifan budaya lokal), sekolah
dan peserta didik dan diharapkan dalam tahun 2013 ini pelaksanaan ujicoba
dapat dilaksanakan tanpa banyak mengalami hambatan dan kendala.
Upaya meningkatkan kualitas, profesionalitas dan karakter pendidikan
serta penerapan kurikulum yang baik dan bermutu (Kurikulum 2013)
merupakan sebagian upaya pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang
berkualitas demi meningkatkan mutu dan karakter bangsa. McKay (2007)
mengemukakan bahwa ”True education, ”he explained, ”seeks to make men
and women not only good mathematicians, proficient linguists, profound
scientists, or brilliant literary, but also honest men with virtue, temperance,
and brotherly love.
B. Karakter Bangsa
Ekowarni (2007) mengemukakan bahwa sebagai identitas atau jati diri
suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata
nilai interaksi antar manusia (when character is lost then everything is lost).
Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama
berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai (respect), kerjasama
(cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happinnes), kejujuran
(honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggungjawab
(responsibility), kesederhanaan (simplicty), toleransi (tolerance), dan persatuan
(unity) (Baedhowi, 2010).
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA 99
Bangsa Indonesia memiliki banyak tokoh panutan yang memiliki karakter
seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan tokoh lainnya mampu yang memberikan
keteladanan bagi bangsa dengan karakter mereka yang kuat. Rajasa (2008)
mengemukakan bahwa bangsa Indonesia perlu meneladani karakter para
pahlawan dengan memperluas cakupannya bukan hanya kerelaan untuk
berbuat sesuatu yang ditujukan untuk mencapai cita-cita besar bangsanya
diiringi dengan kesediaan untuk mempertaruhkan jiwa dan raga namun juga
mampu merancang skenariomasa depan bangsanya, menuju bangsa yang
mandiri dan bermartabat melalui semangat juang tinggi, disiplin dan kerja
keras di semua bidang kehidupan. Lebih lanjut ia menambahkan bahwa bangsa
yang berhasil di era milenium ini adalah bangsa dengan kapasitas daya saing
tinggi, yang rakyatnya memiliki kapasitas berpikir yang cerdas, kemampuan
imajinasi dan kreasi yang tak terbatas dan mental yang robust atau tahan
banting. Bangsa dengan kualitas yang seperti itulah yang akan sanggup
berevolusi di era milenium ini dan di masa depan. Soepandji (2007)
menambahkan bahwa generasi muda perlu membangun karakter ”Bhinneka
Tunggal Ika” yang dilandasi nilai-nilai budaya damai, toleransi, anti
kekerasan, menekankan kejujuran, kepedulian, keadilan, kepatuhan hukum
serta menjunjung tinggi supremasi hukum (Baedhowi, 2010).
Namun pada kenyataannya, karakter dan identitas bangsa yang selama ini
berkembang di Indonesia adalah karakter yang kurang memiliki daya juang
yang tinggi terhadap proses (upaya) mencapai sesuatu dan cenderung memilih
jalan pintas untuk memperoleh hasil tertentu. Sebagai contoh, untuk
mendapatkan nilai baik, masih banyak peserta didik yang memilih jalan pintas
dengan mempelajari soal-soal yang digunakan sebelumnya, dengan membuat
catatan untuk menyontek, atau bahkan ada yang melakukannya dengan cara-
cara tertentu (semacam suap) agar dapat nilai baik atau lulus ujian.
Implikasi lebih luas adalah, maraknya bangsa yang selalu mengambil jalan
pintas untuk memperoleh keberhasilna (uang banyak, kedudukan/jabatan)
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
100
dengan cara-cara pintas melalui kolusi, korupsi dan nepotisme yang sering
dikenal dengan istilah KKN. Berdasarkan pengalaman inilah maka bangsa
Indonesia memiliki pekerjaan dan sekaligus tantangan berat untuk
mewujudkan guru yang berkualitas, profesional, dan karakter yang patut
dijadikan panutan serta kurikulum yang mampu membentuk karakter dan
identitas bangsa yang handal, profesional, memiliki daya saing serta daya
juang yang tinggi (Baedhowi, 2010).
Karakter dan keretakan sosial merupakan faktor utama menjalankan hidup
berdemokrasi. Suatu pemikiran penting yang perlu diantisipasi adalah apakah
batas-batas antara kelompok-kelompok etnis itu kuat atau lemah; apakah satu
golongan dapat menembus dinding batas itu sehingga tidak ada kelompok
eksklusif sehingga satu kelompok dengan kelompok lain dapat berkomunikasi
dan bekerja sama. Keberhasilan dalam membangun masyarakat demokratis,
misalnya di Amerika Serikat karena batasan antarkelompok sangat lemah. Hal
ini beda dengan kondisi di Sri Lanka, misalnya rasa permusuhan antara
kelompok minoritas Tamil dan mayoritas Sinhala mengakibatkan munculnya
kelompok pemberontak Tamil. Di Nigeria, terjadi praktik diskriminasi
terhadap minoritas Ibo yang mengakibatkan perang Biafrican tahun 1960 dan
kehilangan ribuan jiwa penduduk. Di Fiji, muncul kebencian penduduk asli
Fiji terhadap kemenangan imigran India dan pada tahun-tahun terakhir ini
terjadi perang berdarah antar etnis dan agama di negera-negara pecahan
Yugoslavia antara Serbia, Bosnia, dan Kroasia. Jiwa manusia sudah tidak
berharga lagi dalam situasi perang antar etnis. Oleh karena itu, faktor sosial
dan politik, khususnya upaya pembangunan bangsa, nations and character
building sangat penting dalam mewujudkan suatu masyarakat dan negara
demokratis.
C. Sifat Hakikat Manusia dalam
Pendidikan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
101
Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat
antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah
sekadar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan.
Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis
normative. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh
diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis, dan universal
tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normative karena pendidikan mempunyai
tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai
sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan peserta didik
mempunyai minat untuk melakukannya (Umar Tirtarahardja dan La Sula,
2000).
Untuk mendukung minat dalam belajar peserta didik perlu dipahami wujud
hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh
paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi
konsep pendidikan yaitu:
a. Kemampuan menyadari diri;
b. Kemampuan bereksistensi;
c. Pemilikan kata hati;
d. Moral;
e. Kemampuan bertanggungjawab;
f. Rasa kebebasan;
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak;
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan (Umar Tirtarahardja dan La Sula,
2000).
Lebih jelasnya lagi lihat penjelas berikut ini.
a. Kemampuan menyadari diri
Kaum rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan
pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia.
Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia,
maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki cirri khas atau
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
102
karakteristik diri. Orang lain merupakan pribadi-pribadi di sekitar, adapun
pohon, abut, cuaca dan sebagainya merupakan lingkungan nonpribadi.
Drijarkara menyebutkan kemampuan tersebut dengan istilah “meng-
Aku”, yaitu kemampuan mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada
aku, dan memahami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat
dikembangkan sehingga aku dapat berkembang kea rah kesempurnaan diri.
Kenyataan seperti ini mempunyai implikasi pedagogis, yaitu keharusan
pendidikan untuk menumbuhkembangkan kemampuan meng-Aku pada
peserta didik. Dengan kata lain pendidikan diri sendiri yang oleh
Langeveld disebut self forming perlu mendapat perhatian.
b. Kemampuan bereksistensi
Dengan keluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku
dengan objek, lalu melihat objek itu sebagai sesuatu, berarti manusia itu
dapat menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yang
membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja dalam
kaitannya dengan soal ruang, melainkan juga dengan waktu. Kemampuan
menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut kemampuan
bereksistensi.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta
didik diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi
sesuatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari
sesuatu, serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa
kanak-kanak.
c. Kata Hati (conscience of man)
Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati
nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati. Conscience ialah “pengertian
yang ikut serta” atau “pengertian yang megikut perbuatan”. Manusia
memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang,
dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya (baik atau
buruk) bagi manusia sebagai manusia.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
103
Orang yang memiliki kecerdasan akal budi sehingga mampu
menganalisis dan mampu membedakan yang baik/benar dengan yang
buruk/salah bagi manusia sebagai manusia disebut tajam kata hatinya.
Dalam kaitannya dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan petunjuk
bagi moral/perbuatan. Melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi akan
mewujudkan kata hati yang tajam.
d. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai
perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut
etika) adalah perbuatan itu sendiri.
Di sini tampak bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral.
Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum
otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya untuk itu
diperlukan kemauan. Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga sering
disebut pendidikan kemauan, yang oleh M.J. Langeveld dinamakan de
opvoedeling omzichzelfs wil.
e. Tanggungjawab
Kesediaan untuk meanggung segenap akibat dari perbuatan yang
menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang
bertanggungjawab. Wujud bertanggungjawab bermacam-macam. Ada
tanggungjawab kepada Tuhan. Tanggungjawab kepada diri sendiri berarti
menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang
mendalam. Bertanggungjawab kepada masyarakat berarti menanggung
tuntutan norma-norma social.
Di sini tampak betapa eratnya hubungan antara kata hati, moral dan
tanggungjawab.kata hati memberi pedoman, moral melakukan, dan
tanggungjawab merupakan kesediaan menerima konsekuensi dari
perbuatan.
f. Rasa kebebasan
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
104
Merdeka adalah rasa kebebasan (tidak merasa terikat oleh sesuatu),
tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada
dua hal yang kelihatannya saling bertentangan yaitu “rasa bebas” dan
“sesuai dengan tuntutan kodrat manusia” yang berarti ada ikatan.
Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam
keterikatan. Artinya bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan
tuntutan kodrat manusia. Implikasi pedagogisnya adalah sama dengan
pendidikan moral yaitu mengusahakan agar peserta didik dibiasakan
menginternalisasikan nilai-nilai, aturan-aturan ke dalam dirinya, sehingga
dirasakan sebagai miliknya. Dengan demikian aturan-aturan itu tidak lagi
dirasakan sebagai sesuatu yang merintangi gerak hidupnya. Inilah
kekurang kita bangsa Indonesia karena aturan-aturan tidak ditegakkan
kepada seluruh lapisan masyarakat (masih memandang bulu) maka
akhirnya aturan-aturan dianggap sesuatu hal yang menghalangi.
g. Kewajiban dan hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai
manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Pemenuhan hak dan
pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan. Maka hak asasi
manusia harus diartikan sebagai cita-cita, aspirasi-aspirasi atau harapan-
harapan yang berfungsi untuk member arah pada segenap usaha
menciptakan keadilan.
Dengan berlandaskan kewajiban dan hak maka pendidikan disiplin dan
tanggungjawab harus dilaksanakan sejak masih balita. Benih-benih
kedisiplinan dan rasa tanggungjawab seharusnya sudah mulai
ditumbuhkembangkan sejak dini, bahkan sejak anak masih dalam
keranjang ayunan, melalui latihan kebiasaan (habit forming) khususnya
mengenai hal-hal yang nantinya bersifat rutin dan dibutuhkan di dalam
kehidupan. Disiplin diri menurut Selo Soemardjan (wawancara TVRI,
Desember 1990) meliputi empat aspek, yaitu:
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
105
(1) Disiplin rasional, yang bila terjadi pelanggaran menimbulkan rasa
salah.
(2) Disiplin social, jika dilanggar menimbulkan rasa malu.
(3) Disiplin afektif, jika dilanggar menimbulkan rasa gelisah.
(4) Disiplin agama, jika terjadi pelanggaran menimbulkan rasa
berdosa.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia.
Penghayatan hidup yang disebut “kebahagiaan” ini meskipun tidak mudah
untuk dijabarkan tetapi tidak sulit untuk dirasakan. Manusia perlu melestarikan
dan mengembangkan hubungan yaitu (1) hubungan konsentris (memahami
kelebihan dan kekurangan diri); (2) hubungan horisentral 1 (perimbangan
antara hak dan kewajiban); (3) hubungan horisentral 2 (perimbangan
mengeksploitasi dengan melestarikan; dan (4) hubungan vertical (pemahaman
dan pengamalan nilai agama).
Kepribadian yang terbentuk dari hubungan-hubungan itu harus serasi dan
seimbang. Antara segenap aspek kepribadian yaitu kemampuan rohani dan
jasmani, antara cipta, rasa, dan karsa, antara cita-cita dengan kemampuan
mencapainya, antara kemampuan berikhtiar dengan kesediaan menerima
hasilnya. Pendidikan dapat dimanipulasi untuk membina terbentuknya
kepribadian yang selaras.
D. Hubungan Antara Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran PKn
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa dalam membangun minat
belajar peserta didik di perlukan saranan dan prasaranajuga peran serta dari
lingkungan belajar peserta didik yang di bangun untuk meningkat daya
imajinasi dalam perkembangan anak dalam proses belajar mengajar,
sehingga daya tangkap, minat anak terhadap ilmu pengetahuan bisa
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
106
diterima dan berkembang dengan baik, terlebih dalam mata pelajaran PKn.
Hal ini dikarenakan apa yang dipelajari memiliki hubungan keterkaitan
dengan alam atau lingkungan. Aktivitas belajar peserta didik tidak
selamanya berlangsung wajar, kadang-kadang lancar dan kadang-kadang
tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-
kadang terasa sulit untuk dipahami. Dalam hal semangat pun kadang-
kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk bisa berkonsentrasi dalam
belajar.Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap peserta
didik dalam kehidupannya sehari-hari di dalam aktivitas belajar mengajar.
Maka oleh sebab itu, peran dan tugas pihak sekolah, guru, orang tua,
dan masyarakat, dituntut untuk lebih memperhatikan kondisi lingkungan
tempat anak tinggal dan belajar serta dalam berinteraksi dan
mengembangkan kemampuan diri, dimana hal ini pengaruh yang sangat
besar dalam menentukan perilaku sikap dan kemampuan anak diperoleh
dari lingkungannya. Dalam hal ini, minat dari setiap peserta didik memang
tidak ada yang sama, perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan
tingkah laku belajar dikalangan peserta didik, sehingga menyebabkan
perbedaan dalam hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
proses yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling
mempengaruhi, tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik tergantung
pada faktor-faktor tersebut.
Hal inilah mengindikasikan bahwa antara minat belajar peserta didik
mempunyai peranan atau hubungan yang sangat penting dengan hasil
belajar, karena dengan adanya minat peserta didik dalam proses belajar
pada mata pelajaran PKn, maka akan dapat diperoleh hasil belajar yang
optimal. Sebaliknya apabila minat dari peserta didik kurang dalam
mengikuti proses belajar mengajar, terlebih sarana dan prasarana dalam
mengembangkan daya imajinasi mereka dalam proses belajar Ilmu
Pengetahuan, maka bisa saja muncul kemungkinan hasil belajar peserta
didik yang optimal tidak dapat diraihnya.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
107
Oleh karena itu, suasana lingkungan belajar di sekolah maupun di
rumah serta sarana dan prasarana juga harus mendukung untuk terjadinya
kegiatan belajar yang nyaman dan menyenangkan sangatlah dibutuhkan
oleh setiap peserta didik guna dapat memperoleh hasil belajar yang optimal
terlebih dalam mengerjakan tugas yang di berikan guru kepada semua
peserta didik untuk dikerjakan dengan baik dan bersemangat penuh
konsentrasi tanpa adanya gangguan dari luar. Tidak terlepas juga perhatian
orang tua yang baik terhadap anaknya khususnya untuk pendidikan
diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Suasana lingkungan
belajar seperti itu dapat diciptakan oleh bantuan pihak sekolah dan para
orangtua, seluruh aparat pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan segenap lapisan masyarakat yang ada di mana peserta didik
tinggal.
Selanjutnya Syamsudin (1990) merinci lebih jauh mengenai indikator-
indikator jenis hasil belajar peserta didik, yaitu sebagai berikut.
Tabel 5. Indikator-Indikator Jenis Hasil Belajar Peserta Didik
Jenis Hasil Belajar Indikator-Indikator Cara Pengungkapan
A. Kognitif1. Pengamatan /Perseptual
2. Hafalan/Ingatan
3. Pengertian/Pemahaman
4. Aplikasi/Penggunaan
Dapat menunjukkan/ membandingkan/ menghubungkan
Dapat menyebutkan/ menunjukkan lagi
Dapat menjelaskan/ mendefinisikan dengan kata-kata sendiri
Dapat meberikan
Tugas/tes/observasi
Pertanyaan/tugas/tes
Pertanyaan/soal/tes/tugas
Tugas/persoalan/tes/observasi
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
108
5. Analisis
6. Sintesis
7. Evaluasi
B. Afektif1. Penerimaan
2. Sambutan
3. Penghargaan/apresiasi
4. Internalisasi/pendalaman
5. Karakteristik/Penghayatan
contoh/ menggunakan dengan tepat/ memecahkan masalah
Dapat menguraikan/ mengklasifikasikan
Dapat menghubungkan/ menyimpulkan/ menggeneralisasikan
Dapat menginterpretasikan/ memberikan kritik/ memberikan pertimbangan/ penilaian
Bersikap menerima/ menyetujui/ atau sebaliknya
Bersedia terlibat/ partisipasi/ memanfaatkan atau sebaliknya
Memandang penting/ bernilai/ berfaedah/ indah/ harmonis/ kagum atau sebaliknya
Mengakui/ mempercayai/ meyakinkan atau sebaliknya
Melembagakan/ membiasakan/ menjelmakan dalam pribadi dan perilakunya sehari-hari
Tugas/persoalan/tes
Tugas/persoalan/tes
Tugas/persoalan/tes
Pernyataan/ tes/ skala sikap
Tugas/observasi/tes
Skala penilaian/ tugas/ observasi
Skala sikap/ tugas/ eks-presif/ proyektif
Skala sikap/ tugas/ eks-presif/ proyektif
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
109
C. Psikomotor1. Keterampilan bergerak
2. Keterampilan ekspresi verbal dan non-verbal
Koordinasi mata, tangan, dan kaki
Gerak, mimik, ucapan
Tugas/observasi/tindakan
Tugas/observasi/tes/tindakan
Indikator-indikator tersebut harus dapat dilaksanakan semaksimal
mungkin atau malah menambah lagi indikator-indikator lainnya. Maka itu
pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai batasannya, yaitu (1) pendidikan
sebagai proses transformasi budaya; (2) pendidikan sebagai proses
pembentukan pribadi; (3) pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara;
(4) pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja (Umar Tirtarahardja dan La
Sula, 2000).
Pembelajaran pengetahuan lebih banyak dibelajarkan daripada sikap
dan nilai. Kusni Sulang salah seorang budayawan Kalimantan Tengah
menyatakan pada halaman opini Kalteng Pos 8 Maret 2010, timbul
kegelisahan dikalangan tokoh agama, pejuang-pejuang tua Kalimantan Tengah
yang masih tersisa, para pemuka adat (damang) dan segelintir pihak pengelola
kekuasaan terkait, mereka mengatakan angkatan sekarang mempunyai tiga ciri
utama yaitu (1) berpendidikan, (2) beragama, dan (3) tidak beradat. Karena itu
timbul banyak kasus asusila di sekolah dasar. Kita bisa mencontoh salah satu
kasus, Jawa Pos 5 April 2010 halaman international, gadis 12 tahun tuntut Rp
9,3 M, diberitakan bahwa Alexa Gonzalez, gadis, 12 tahun, intinya dia menulis
di bangku sekolahnya sewaktu pelajaran bahasa Spanyol dan ketahuan oleh
gurunya karena itu dia dilaporkan kepala sekolah karena sekolah itu
mempunyai peraturan dilarang menulis dibangku, karena itu dia diadili di
pengadilan keluarga. Dia divonis hukuman bekerja selama delapan jam. Dia
juga diwajibkan menulis esai tentang pelajaran yang didapatkannya dari
pengalaman itu. Selama menjalani hukuman tersebut, dia diskors dari sekolah.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
110
Dan pada akhir-akhir ini pada awal tahun 2013 banyak terjadi pelecehan
seksual terhadap peserta didik sekolah dasar.
Memang kita tidak perlu sampai sedemikian rupa, tapi cukup dengan
menegakkan kedisiplin di sekolah dasar, dulu pernah ada gerakan disiplin
nasional tetapi hilang tidak ada khabar beritanya lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadis. 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta
Ahmadi, Abu dkk. 2001. Ilmu Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Ahmad Sabri. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Quantum Teaching.
Al Muchtar, Suwarma, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran PKn. Jakarta: Universitas Terbuka.
Al-Lamri dan Ichas. 2006. Pengembangan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas, Dirjen Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan
Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy f Educational Objectives). New York: Addison Wesley Longman
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
111
Anwar, Moch. Idochi. 1986, Kepemimpinan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit Angkasa
Apriana. 2012. Hubungan Kedisiplinan dan Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Prestasi Belajar PKn Peserta Didik Kelas IV SDN-1 LANGKAI PALANGKA RAYA Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Arif, Dikdik Baehaqi, http//74.125.153.132/search?q=cache:ODL6qQMaydEJ: www .scribd.com/doc/17283638/Masyarakat-Multikultural-Melalui-Pendidikan-Kewarganegaraan+pendidikan+karakter+melalui+ PKn&cd=4&hl=id&ct= clnk&gl=id. Diakses 03 Maret 2011.
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Edisi dalam Bahasa Indonesia, diterjemahkan oleh Helly Prajitno Sooetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Aziz Wahab, dkk. 2007. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Jakarta: Penerbit UT
Bafadal, Ibrahim. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar dalam Rangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara
Baedhowi. 2010. Pendidikan sebagai Pembentuk Kualitas dan Karakter Bangsa. Disampaikan pada Kegiatan Ilmiah “Komitmen Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menuju World Class University dengan memperkuat peranannya dalam Pendidikan yang membentuk Kualitas dan Karakter Bangsa. Surabaya
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta : Bumi Aksara
Binham. 2012. Metode Pemberian Tugas (resitasi), http://binham .wordpress.com/2012/05/01/metode-pemberian-tugas-resitasi/ 06 Mei 2012.
Budimansyah, Dasim. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran PKn. Jakarta : Universitas terbuka
Borich, G. D. 1994. Obervation Skills for Effective Teaching. New York : Macmillan Publishing Company
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
112
Bogdan, Robert C. dan Biklen, Sari Knopp._____. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston London Sydney Toronto: Allyn and Bacon, Inc.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
Cak/c8/ttg. “Gadis 12 Tahun Tuntut Rp 9,3 M.” Dalam Jawa Pos. 5 April
2010. hal. International : Surabaya Chaniago, A. 1998. Pendidikan Keterampilan Bidang Jasa. Bandung : CV.
Armico
Dakir. 1996. Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan PT. Rineka Cipta
Djahiri, dkk. 2006. Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Fajar, Arnie. 2004. Portfolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Firmansyah, Arif. 2008. “Peningkatan Proses Pembelajaran PKn Materi Keputusan Bersama Melalui Pendekatan CTL di Kelas V SDN Inpres Bumi Sagu Palu Sulawesi Tengah”. Tesis Magister Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Gunarsa, 1992. http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/penjaskes/identifikasi-faktor-penyebab-munculnya-minat-anak-usia-12-15-tahun. diakses 03 Maret 2011.
Hafiz Muthoharoh. 2011.http://alhafizh84.wordpress.com/2010/03/04/metode-sistem-regu-team-teaching. diakses 03 Maret 2011
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada.
Haris Supratno. 2010. Pendidikan sebagai Pembentuk Kualitas dan Karakter Bangsa. Disampaikan pada Kegiatan Ilmiah “Komitmen Universitas
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
113
Negeri Surabaya (UNESA) menuju World Class University dengan memperkuat peranannya dalam Pendidikan yang membentuk Kualitas dan Karakter Bangsa. Surabaya
Hariyati, Mimin. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press
Harefa, Andrias. 2001. Pembelajaran di Era Serba Otonomi. Jakarta : Penerbit Buku Kompas
Hisyam dan Suyanto. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa
Hurlock. Elizabeth B. 1996. Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga
Hurlock, Elizabeth B. 2004. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Hidup. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hitipeuw, I. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Malang: FIP Universitas Negeri Malang.
Imelda. 2003. Cara Belajar yang Efektif dan Efisien. Jakarta :PT. Bumi Aksara.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press
Jamal Ma’mur Asmani. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan), Jakarta : Diva Press.
Jarolimek, John dan Foster, Clifford D., Sr. 1993. Teaching & Learning in The Elementary School. United States of America : Macmillan Publishing Company
Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning (Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Terjemahan. Bandung : MLC
Koentjaraningrat. 1980. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia
Made Pidarta. 2000. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Surabaya: Unesa Press
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
114
Marzuki. 1995. Metodologi Riset. Yogyakarta : Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi – Universitas Islam Indonesia
Mulbar, Usman. 2009. ”Pembelajaran Matematika Realistik yang Melibatkan Metakognisi Siswa di Sekolah Menengah Pertama”. Disertasi Doktor Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Mursell dan Nasution. 2002. Mengajar Dengan Sukses (Successful Teaching).
Jakarta : Bumi Aksara
Nasution, S. 2000. Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Rajawali.
Natawidjaja, Rochman, dkk. (Eds.). 2007. Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Press
Ningsih, Rini. 2007. PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). Bogor : Yudhistira
Noor. Ady Ferdian. 2010. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Berdasarkan Taksonomi Tujuan Pendidikan dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Kelas III (Studi Kasus Pembelajaran PKn Kelas III di SDN-9 Menteng Palangka Raya. Tesis Magister Pendidikan. Universitas Negeri Surabaya
Oemar, Hamalik. 1976, Media Pendidikan. Bandumg : Alumni.
Oemar Hamalik. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
_____________. 2000. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo
_____________. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta : PT. Bumi Askara
Pidarta, Made. 2007. Wawasan Pendidikan (Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional Pengembangan Afeksi dan Budaya Pancasila Mengurangi Lulusan Menganggur). Surabaya : Unesa University Press
Prabowo. 1998. Metodologi Penelitian. Surabaya : Bahan Ajar yang tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Surabaya
Prijodarminto. 1994. Psikologi Untuk Bimbingan, Jakarta : PT. Gunung Mulya
Riyanto, Yatim. 2005. Paradigma Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
115
Riduwan. 2005. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta
Riduwan. 2008. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta
Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : CV. Alfabeta
Safari. 2003. Indikator Minat Belajar, (http://indikator minat_belajar.html.com/2011/06/02: 20 Des 2012)
Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sasmita. 1991. Peran Pendidikan Keluarga dalam Pendidikan. Bandung : Majalah Mimbar.
Slameto. 1991. http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/pengertian-minat-belajar.html (06/04/12)
Sardiman A. M. 1988. http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/pengertian-minat-belajar.html (06/04/12)
Silalahi, Gabriel Amin. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Sidoarjo: Citramedia
Soejanto, Agoes. 1995. Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Sudjana dan Ibrahim, 2001, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru Algensindo, Bandung
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan, Jakarta
Sulang, Kusni. Opini: ”Pendidikan: Benteng Kebudayaan Bangsa.” Dalam Kalteng Pos. 8 Maret 2010 : Palangka Raya
Sumardi, Lalu. 2008. ”Kompetensi yang harus dimiliki Guru Sekolah Dasar Kelas Rendah dalam rangka Menciptakan Pembelajaran yang Efektif”. Tesis Magíster Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
116
Suryabrata, Sumadi. 1983. Psikologi Pendidikan. Malang, Bineka Aksara.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Supranto, J. 1992. Statistik. Edisi Kelima. Jilid 1 dan 2. Jakarta : Erlangga.
Suryanti dkk. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Unesa University Press
Slamet dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas III. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta
___________________. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Syamsu Yusuf, L.N. dan Nani M. Sugandhi, (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Syukur. 1996. http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/penjaskes/identifikasi-faktor-penyebab-munculnya-minat-anak-usia-12-15-tahun. diakses 03 Maret 2011.
Tulus Tu’u. 2004. Peran disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta : Grasindo
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Beroriantasi Konstruktivistik (Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya). Jakarta : Prestasi Pustaka
The Center for Civic Education and The U.S. Departement of Education and The Pew Char. 2007. National Standards for Civics and Government.
Umar Tirtarahardja dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran ”Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif”. Yakarta: Bumi Aksara
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
117
Usman, Moh. User. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Wasty, Soemanto. 1983. Psikologi Pendidikan. Malang.
Wijaya. C. dan Tabrani Pusyam. A. 1991. Kemampuan Siswa Dalam Proses Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Winataputra, Udin S. 2001. “Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi.” Jakarta : Balitbang Depdiknas
Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Winkel. 1993. Pola-Pola Interaksi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia.
Warsono. 2008. Logika Cara berpikir Sehat. Surabaya : Unesa University Press
Zainul Ittihad Amin. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Penerbit UT
GLOSARIUM
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang civic knowledge, civic skills, civic participation Pembelajaran PKn di SD yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warganegara yang demokrasi berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 beserta amandemen.
Tugas PKn dengan paradigm barunya adalah mengembangkan pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warga Negara (civic intelligence), membina tanggungjawab warga Negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warga Negara (civic
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
118
participation). Teori tersebut direduksi berdasarkan hasil observasi pada penelitian ady ferdian noor, 2010 menjadi rumusan fungsi PKn tersebut dihubungkan dengan dimensi keilmuan PKn yaitu taksonomi tujuan pendidikan maka fungsi PKn tersebut dapat dikelompokkan menjadi: 1) Fungsi PKn dalam membina kecerdasan /pengetahuan peserta didik (civic
knowledge/kognitif); 2) Fungsi PKn dalam membina keterampilan peserta didik (civic
participation/afektif);3) Fungsi PKn dalam membina watak/karakter peserta didik (civic
skills/psikomotor).
Karakter adalah ”watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebjikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain”. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.
Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik (pendekatan sosial). Peserta didik menurut pendekatan psikologis adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Sedangkan menurut pendekatan edukatif/paedagogis, peserta didik sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.
Praktik Belajar Kewarganegaraan (PBK) adalah suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik untuk memahami teori kewarganegaraan melalui pengalaman belajar praktik-empirik.
Pembelajaran adalah proses kegiatan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dengan tetap melalui pendekatan student teaching learning.
Model Pembelajaran adalah suatu proses pembelajaran dari awal sampai akhir dengan menggunakan metode, pendekatan, strategi, dan teknik pembelajaran.
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
119
INDEKS
Authentic assessment 45Assertive training 53A non authoritarian context 54Animal Educondum 85Berpikir kritis 37Berpikir imajinatif 37Berpikir bebas 37Brainstorming 37Body of knowledge 37Borderless 81Civic education 5Civic skills 5,19,23,24,25,26,27,30,33,45,46,50,86Civic knowledge 5,19,23,24,25,26,27,30,33,46,50,86Civic participation 5,19,24,25,26,27,28,30,33,47,51,86
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
120
Congruence 8Citizenship 33Civil society 38Conceptual knowledge 48Discrepancy 8Disequilibrasi 39Decision making process 47Factual knowledge 48Fasilitator 8Factual knowledge 48Guideline 81Indikator karakter siswa 20In-dividere 78Individual differences 79Joyful learning 21
KNMN (konsep, nilai, moral, dan norma) 39KTSP 6,41KBK 6,37Key aspect in education 80Learning-teaching 4Teaching-learning 4Learning how to learn 4Learning how to think 4Learning how to live together 4Life skill 22Liberating forces person 54Mastery learning 55Meaningfull learning 22Matra kognitif 44Matra afektif 44Matra psikomotorik 44Motor 48Metacognitive knowledge 48Nilai praktis 42Praktek Kesadaran Lingkungan Belajar (PKLB) 9Pluralism 19PAKEM 26Performance-based assessment 45Procedural knowledge 48Pengelolaan kontingensi 52Praktik Belajar Kewarganegaraan (PBK) 53Portfolio 54
Rule of law 42,43
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
121
Recall 48Student centered 5Sekolah dasar 6SK & KD PKn 9,13-18Socio civic behaviours 47Strategia 49Teori konstruktivisme 5Taksonomi 44Transfer of knowledge 49,81Transfer of value 81The creation of individual meaning 54Virtues 80Verstehen 81
Pengembangan Paradigma Kompetensi Mengajar Guru PKn Sd memasuki Era MEA
122