evaluasi lokasi dan tapak terminal tipe c (studi … · transportasi jalan dan pedoman teknis...
TRANSCRIPT
EVALUASI LOKASI DAN TAPAK TERMINAL TIPE C (Studi Kasus : Sub Terminal Delanggu, Kabupaten Klaten)
Naskah Seminar untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S2
Magister Sistem dan Teknik Transportasi Jurusan Ilmu-Ilmu Teknik
Diajukan Oleh :
WISNU DINAN SAPUTRO 17739/PS/MSTT/05
Kepada :
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2007
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI
Telah disetujui naskah publikasi sebagai salah satu syarat untuk mengikuti wisuda
25 Juli 2007
EVALUASI LOKASI DAN TAPAK TERMINAL TIPE C (Studi Kasus : Sub Terminal Delanggu, Kabupaten Klaten)
Disusun oleh
WISNU DINAN SAPUTRO 17739/PS/MSTT/05
Pada tanggal 30 Maret 2007
Pembimbing
Ir. Djoko Murwono, M.Sc.
EVALUASI LOKASI DAN TAPAK TERMINAL TIPE C (Studi Kasus : Sub Terminal Delanggu, Kabupaten Klaten)
SITE AND LOCATION EVALUATION OF TERMINAL TYPE C
(Case Study : Sub Terminal Delanggu, Sub Province of Klaten)
Wisnu Dinan Saputro1, Djoko Murwono2
Program Studi Magister Sistem dan Teknik Transportasi Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
A B S T R A C T Passenger terminal represent one of functional component from
transportation system which need a large amount of money in its development. But in reality, a lot of terminal type C in its operational not to be optimal. The indication will cause quiet because no other passenger will raise and fall in the terminal. The mentioned because of unfavorable planning in determining terminal location.
Research of terminal performance, conducted by doing calculation to location index, analyses of the site requirement, and importance performance analysis which is given through questioners to three respondent are; the user of public transportation, operator of public transportation, and entrepreneur.
Result of this research indicated that value of location index for existing terminal location is lower than scenario of terminal location that is 36,92. Based on analyze of the site requirement, the wide of the field needs 6101 m2. There are facilities needed to complete and it is better if the wide proportion in line with the standard of facility. Result of interview survey, the degree of performance with lowest percentage is for the public transportation operator 37,6% is about the terminal location, the user of public transportation 77,1% is about security and entrepreneur 77,6% is about security too. This is pointed that location is the most important aspect to be more attention in optimally operation of Sub Terminal Delanggu. So, it will need to revitalize the location around the terminal to emerge the attractiveness in traveling. Key words: Evaluation, Site and Location, Terminal.
1. Mahasiswa Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Universitas Gadjah Mada
2. Dosen Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada
I. PENDAHULUAN
Terminal merupakan salah satu komponen fungsional utama dari sistem
transportasi yang memerlukan biaya yang besar, sehingga dalam
pembangunannya perlu kajian yang mendalam untuk mencapai hasil yang
optimal. Sehubungan dengan beberapa hal tersebut, Pemda Kabupaten Klaten
telah membangun teminal tipe C yakni Sub Terminal Delanggu. Hingga saat ini
terminal tersebut belum berfungsi secara optimal, terminal hanya beroperasi
hingga pukul 11.00. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap lokasi dan tapak
terminal.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Dunn (2005), evaluasi adalah metode analisis kebijakan yang
digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai nilai atau harga dari arah
tindakan yang telah dilakukan dan yang akan datang, dengan kata lain evaluasi
mempunyai arti yang berhubungan dengan masing-masing petunjuk pada aplikasi
beberapa skala nilai terhadap kebijakan dan program.
Menurut Morlok (1995), terminal adalah titik tempat penumpang dan barang
memasuki dan meninggalkan suatu sistem transportasi. Terminal ini bukan saja
merupakan komponen fungsional utama dari sistem transportasi tetapi juga sering
merupakan prasarana yang memerlukan biaya yang besar dan titik tempat
kongesti (kemacetan) mungkin terjadi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993 tentang prasarana dan
sarana lalulintas jalan mengklasifikasikan terminal menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu :
a. Teminal penumpang tipe A
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar propinsi (AKAP),
dan/atau angkutan lintas batas antar Negara, angkutan antar kota dalam
propinsi (AKDP), angkutan kota, dan angkutan pedesaan.
b. Teminal penumpang tipe B
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk antar kota dalam propinsi
(AKDP), angkutan kota, dan/atau angkutan pedesaan.
c. Teminal penumpang tipe C
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
3. LANDASAN TEORI
3.1. Persyaratan Lokasi Terminal
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 31/1995, terminal
berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi tiga tipe dimana persyaratan
lokasi terminal dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum
jaringan transportasi jalan,
b. Rencana umum tata ruang,
c. Kepadatan lalulintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal,
d. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda,
e. Kondisi topografi, lokasi terminal,
f. Kelestarian lingkungan.
Persyaratan untuk terminal tipe C dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Terletak di dalam wilayah Kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan
pedesaan,
b. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi III A.
Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan,
c. Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ked an dari terminal, sesuai
kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.
3.2. Fasilitas Terminal
Sesuai Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 tahun 1995 tentang terminal
transportasi jalan dan pedoman teknis pembangunan terminal angkutan
penumpang, maka fasilitas terminal penumpang tipe C terdiri dari:
a. Fasilitas utama : fasilitas utama merupakan suatu fasilitas yang mutlak
dimiliki dalam suatu terminal meliputi :
1) Areal keberangkatan,
2) Area kedatangan,
3) Area menunggu,
4) Area lintas.
b. Fasilitas penunjang : selain fasilitas utama dalam sistem terminal terdapat pula
fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap yaitu :
1) Ruang kantor
2) Tower / menara pengawas
3) pos pemeriksaan KPS/TPR
4) Musholla
5) Kios
6) WC/kamar mandi
7) Pelataran parkir kendaraan
pengatur/penjemput
8) Peron
9) Loket
10) Taman, dll.
3.3. Tapak Terminal
Berdasarkan Studi Standarisasi Perencanaan Kebutuhan Fasilitas
Perpindahan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan tahun 1994, jenis dan
besaran fasilitas pada tiap tipe terminal dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kebutuhan luasan terminal
A. Kendaraan Tipe A Tipe B Tipe C Satuan
AKAP 1,120 - - AKDP 540 540 - AK 800 800 - ADES 900 900 900
Ruang parkir
Kend. Pribadi 600 500 200
Ruang service 500 500 - m2
Pompa bensin 500 - -
Sirkulasi kendaraan 3,960 2,740 1,100
Bengkel 150 100 -
Ruang istirahat 50 40 30
Gudang 25 20 -
Pelataran parkir cadangan 1,980 1,370 550
B. Pemakai Jasa
Ruang tunggu 2,625 2,250 480
Sirkulasi manusia 1,050 900 192
Kamar mandi 72 60 40 m2
Kios 1,575 1,350 288
Mushola 72 60 40
C. Operasional
Ruang administrasi 78 59 39
Ruang pengawas 23 23 16
Loket 3 3 2
Peron 4 4 3 m2
Retribisi 6 6 6
Ruang informasi 12 10 8
Ruang pertolongan pertama 45 30 15
Ruang kantor 150 100 - Tabel dilanjutkan pada halaman selanjutnya…
D. Ruang luar (tidak efektif) 6,653 4,890 1,554
Luas total 23,494 17,255 5,463 m2
Cadangan pengembangan 23,494 17,255 5,463
Kebutuhan lahan 46,988 34,510 10,926
Kebutuhan lahan untuk desain 4.7 3.5 1.1 Ha Sumber : LPM-UGM, 1994. Pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut dapat
dihitung dengan pendekatan sebagai berikut :
a. Fasilitas parkir kendaraan, jumlah ruang yang harus disediakan untuk
kendaraan di dalam terminal sangat dipengaruhi oleh karakteristik kendaraan
dan pengoperasiannya,
FPKi = JKi * SRPi (3.1)
JKi = Wti / Hi (3.2)
WTi = 1/6 * Wpi (3.3)
Dengan :
FPKi = Fasilitas parkir kendaraan untuk moda I (m2)
JKi = jumlah kendaraan moda i
WTi = waktu tunggu kendaraan i di terminal (menit)
Hi = headway kendaraan I (menit)
WPi = waktu perjalanan kendaraan
SRPi = satuan ruang parkir kendaraan I (m2/kend)
Perhitungan Satuan Ruang Parkir (SRP) kendaraan parkir dipengaruhi oleh :
1) Dimensi kendaraan,
2) Ruang bebas arah lateral dan memanjang yang diperlukan,
3) Lebar bukaan pintu kendaraan.
L
a2
a1
B Ro B Bp
LpSRP
Gambar 3.1. Satuan ruang parkir kendaraan
…Lanjutan Tabel 3.1.
Lp = L+ a1 + a2 (3.4)
Bp = B + o + R (3.5)
Dengan :
Lp = Panjang ruang parkir kendaraan
L = Panjang kendaraan
a1, a2 = Ruang bebas arah longitudinal
Bp = Lebar ruang parkir kendaraan
B = Lebar kendaraan
O = Lebar bukaan pintu
R = Ruang bebas arah lateral
b. Ruang tunggu penumpang, luas ruang yang harus disiapkan untuk penumpang
didasarkan pada jumlah orang yang naik dan turun di terminal serta jumlah
pengantar dan penjemput.
Adapun pendekatan yang digunakan adalah :
FRTP = JO * KRO (3.6)
Dengan :
FRTP = fasilitas ruang tunggu penumpang (m2)
JO = jumlah orang
KRO = kebutuhan ruang per orang
Menurut Ernst Neufert (1989), kebutuhan ruang setiap orang dapat dilihat
sesuai Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Kebutuhan ruang per orang
Kebutuhan ruang per orang jika diasumsikan membawa barang dikedua
lengannya maka panjang dimensinya adalah 2,2 meter dan lebar dimensinya
adalah 1,1 meter.
Kebutuhan ruang per orang adalah :
2,2 m x 1,1 m = 2,4 m2
c. Menurut Ernst Neufert (1989), perhitungan kebutuhan ruang untuk setiap
ruangan dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut :
KR = KRO + KSP + F (3.7)
Dengan :
KR = Kebutuhan Ruang
KRO = Kebutuhan ruang perorang
KSP = Ruang tambahan untuk sarana penunjang
F = Faktor (biasanya 15 %) untuk sirkulasi utama
B. Sampel Penelitian
Dalam menentukan jumlah sampel digunakan pendekatan sebagai berikut :
n >
Npp
ze
pp)1(
)1(2 −+⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
− (3.8)
Dengan :
n = jumlah responden
p = proporsi perjalanan dengan tujuan yang telah ada
e = kesalahan yang masih dapat diterima
z = nilai variasi standar untuk tingkat keyakinan yang diperlukan
N = jumlah sampel
Dimana :
p = 0,5 (merupakan nilai terbesar/paling aman untuk n)
e = 0,1 (berarti nilai maksimum kesalahan terbesar 10 %)
z = 1,96 (untuk tingkat keyakinan 95 %)
N = 45.698 (jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Delanggu)
Sampel yang dibutuhkan adalah :
n >
698.45)5,01(5,0
96,11,0
)5,01(5,02
−+⎟
⎠
⎞⎜⎝
⎛
− n > 95,84
3.4. Analisis Tingkat Kepentingan (Importance-Performance Analysis)
Martila dan James (1977), mengemukakan bahwa analisis ini digunakan
untuk menjawab perumusan masalah mengenai sejauh mana tingkat kepuasan
pengguna jasa. Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil pelaksanaan yang dirasakannya dengan
harapannya.
3.4.1. Skala Penilaian
Penilaian terhadap kepentingan dan kinerja diukur dengan menggunakan
skala Likert. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Indikator tersebut akan dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan. Dalam penelitian ini digunakan skala 5 (lima) tingkat (Likert), dengan
asumsi bahwa lima tingkatan ini dapat mewakili seluruh tanggapan responden.
3.4.2. Tingkat Kesesuaian
Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja
maka akan dihasilkan suatu perhitungan tingkat kesesuaian. Tingkat kesesuaian
adalah hasil perbandingan skor kinerja atau pelaksanaan dengan skor kepentingan.
Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan prioritas peningkatan
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan penumpang.
Tki = ( Xi / Yi ) x 100% (3.9)
Dengan :
Tki = Tingkat kesesuaian responden
Xi = Skor penilaian kinerja atau pelaksanaan
Yi = Skor penilaian kepentingan responden
4. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi Terminal
Penelitian ini dilakukan terhadap Sub Terminal Delanggu yang terletak di
Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah.
4.2 Pengumpulan Data
4.2.1. Survei Wawancara
Survei dilakukan terhadap 3 (tiga) kategori responden, yaitu :
a. Pengguna angkutan umum
b. Operator angkutan umum
c. Pengusaha
4.2.2. Survei Volume Penumpang
Survei volume penumpang dilakukan disekitar lokasi Sub Terminal
Delanggu, survei ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kebutuhan area tunggu
di Sub Terminal Delanggu. Diasumsikan bahwa penumpang tersebut berpotensi
untuk memasuki Sub Terminal Delanggu.
4.2.3. Survei Headway
Pengumpulan data headway dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
pada pintu masuk dan keluar Sub Terminal Delanggu periode waktu tertentu
secara statis.
4.2.4. Survei Volume Lalulintas
Dilakukan disekitar lokasi Sub Terminal Delanggu untuk mengetahui pola
pergerakan arus lalulintas di sekitar terminal.
4.3. Langkah Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram
alir pada Gambar 4.1.
5. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Lokasi Terminal
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (2005), Sub
Terminal Delanggu terletak di Kecamatan Delanggu yang luas wilayahnya
mencapai 1.878 km2 dengan jumlah penduduk 45.698 jiwa, mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten (2005), Kabupaten Klaten dibagi
menjadi 6 Sub Wilayah Pengembangan (SWP) yang terdiri atas beberapa
Kecamatan, Kecamatan Delanggu menjadi pusat pertumbuhan pada SWP IV yang
sebagian besar wilayahnya digunakan untuk permukiman penduduk dan pertanian
lahan basah.
Mulai
Perumusan Masalah Penelusuran Fakta & Fenomena
Tinjauan Pustaka
Penyusunan Metodologi
Pengumpulan Data
Data Primer : - Wawancara - Survei Headway - Survei Volume Lalulintas - Survei Volume Penumpang
Data Sekunder: - Peta Jaringan jalan - Peta Rute Angkutan Umum - Data Statistik Kabupaten Klaten - Data dan informasi lainnya.
Rekapitulasi Data
Analisis Data
Pembahasan dan Rekomendasi
Selesai
Gambar 4.1. Bagan alir proses penelitian
5.2. Karakteristik Angkutan Umum dan Rute yang dilayani Sub Terminal
Delanggu
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Perhubungan Kab. Klaten
mengenai karakteristik angkutan umum yang memasuki Sub Terminal Delanggu
dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Angkutan umum yang dilayani Sub Terminal Delanggu
No. Angkutan Umum Jumlah Kendaraan
Dimensi Angkutan
Kapasitas
1.
- - - 1 2
2.
A B1 B2
C E F
Angkutan Perdesaan
Delanggu-Cokro-Jatinom-Tulung Delanggu-Wonosari-Tloyo-Karang Dowo-Pedan Prambanan-Bendo Gantungan-Penggung-Delanggu Delanggu-Janti-Karang Anom-Klaten-Trucuk-Cawas Klaten-Bayat-Cawas-Japanan-Delanggu
Angkutan Perkotaan
Delanggu-Kepok-Tanjung-Serenan Delanggu-Tulung-Maduhan Delanggu-Keprabon-Cokro-Tulung-Maduhan Delanggu- Pedan-Karangdowo Delanggu-Sribit-Ponggok-Jatinom-Gabus Delanggu-Mrisen-Gunting-Sidowarno-PS.Cuplik
3 22 24 10 6
10 6 3 10 8 5
5,0m x 1,7m 5,0m x 1,7m 5,0m x 1,7m 7,0m x 2,1m 7,0m x 2,1m
3,7m x 1,6m 3,7m x 1,6m 3,7m x 1,6m 3,7m x 1,6m 3,7m x 1,6m 3,7m x 1,6m
12-14 org. 12-14 org. 12-14 org. 24-32 org 24-32 org
12 org. 12 org. 12 org. 12 org. 12 org. 12 org.
Sumber : Kantor Perhubungan Kabupaten Klaten, 2007.
Hasil survei headway dapat diuraikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Jumlah armada serta rata-rata headway untuk masing-masing angkutan
Mean Headway Kend. No. Trayek Angkutan (menit) Terdaftar
I. Angkutan Perdesaan - Delanggu-Cokro-Jatinom-Tulung (Delanggu-Daleman) 37.0452 3 - Delanggu-Wonosari-Tloyo-Karang Dowo-Pedan (Delanggu -Kartasuro) 3.3712 22 - Prambanan-Bendo Gantungan-Penggung-Delanggu 24.7242 24 1 Delanggu-Janti-Karang Anom-Klaten-Trucuk-Cawas 9.4548 10 2 Klaten-Bayat-Cawas-Japanan-Delanggu
27.2111 6
II. Angkutan Perkotaan A Delanggu-Kepok-Tanjung-Serenan 24.4259 10 B1 Delanggu-Tulung-Maduhan 28.1185 6 B2 Delanggu-Keprabon-Cokro-Tulung-Maduhan 36.3528 3 C Delanggu- Pedan-Karangdowo 22.2423 10 E Delanggu-Sribit-Ponggok-Jatinom-Gabus 26.5111 8 F Delanggu-Mrisen-Gunting-Sidowarno-PS.Cuplik 14.0108 5
5.3. Hasil Survei Wawancara
5.3.1. Pengguna Angkutan Umum
Gambar 5.1a. Prosentase komentar dari setiap indikator Gambar 5.1b. Prosentase mengenai tingkat kepentingan pernyataan. dari masing-masing indikator pernyataan.
5.3.2. Operator Angkutan Umum
Gambar 5.2a. Prosentase komentar dari setiap indikator Gambar 5.2b Prosentase mengenai tingkat kepentingan pernyataan. dari masing-masing indikator pernyataan. 5.3.3. Pengusaha Di sekitar Terminal
Gambar 5.3a. Prosentase komentar dari setiap indikator Gambar 5.3b. Prosentase mengenai tingkat kepentingan pernyataan. dari masing-masing indikator pernyataan.
6. ANALISIS DAN REKOMENDASI
6.1. Evaluasi Kebutuhan Lahan
Luas Sub Terminal Delanggu adalah ± 7000 m2. Sesuai studi standardisasi
perencanaan kebutuhan fasilitas terminal luas lahan untuk terminal tipe C
direkomendasikan seluas 1,1 Ha, setengah diantaranya merupakan lahan cadangan
untuk pengembangan.
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator Pernyataan
Pro
sent
ase
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuRagu-raguSetujuSangat Setuju
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator Pernyataan
Pro
sent
ase
Tidak PentingKurang PentingCukup PentingPentingSangat Penting
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Indikator Pernyataan
Pros
enta
se
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuRagu-raguSetujuSangat Setuju
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Indikator Pernyataan
Pros
enta
se
Tidak PentingKurang PentingCukup PentingPentingSangat Penting
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator Pernyataan
Pro
sent
ase
Sangat Tidak SetujuTidak SetujuRagu-raguSetujuSangat Setuju
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator Pernyataan
Pro
sent
ase
Tidak PentingKurang PentingCukup PentingPentingSangat Penting
6.1.1. Kebutuhan Lahan untuk Awak dan Kendaraan
A. Ruang Parkir
Sebelum menentukan luas lahan untuk kebutuhan parkir maka sebelumnya
perlu melakukan perhitungan Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk setiap angkutan
umum yang memasuki Sub Terminal Delanggu. Hasil perhitungan SRP untuk
masing-masing dimensi angkutan yang memasuki Sub Terminal Delanggu adalah
sebagai berikut : Tabel 6.1. SRP untuk masing-masing dimensi angkutan
B L o a1 a2 R Bp
B+O+R Lp
L+a1+a2 SRP No. Dimensi Angkutan (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m2)
1 5,0 m x 1,7 m 1.7 5.0 0.9 0.1 0.2 0.1 2.3 5.3 14,3 2 7,0 m x 2,1 m 2.1 7.0 0.9 0.1 0.2 0.1 3.0 7.3 22,6 3 3,7 m x 1,6 m 1.6 3.7 0.85 0.1 0.2 0.1 2.2 4.0 10,2
Kebutuhan ruang parkir menggunakan data hasil survei headway untuk
memprediksi jumlah kendaraan yang akan masuk diuraikan pada Tabel 6.2. Tabel 6.2. Kebutuhan lahan untuk parkir
SRP Mean Headway Kend. Total Kebutuhan No. Trayek Angkutan
(m2) (menit) Perjam Kend. Parkir (m2) I. Angkutan Perdesaan
- Delanggu-Cokro-Jatinom-Tulung (Delanggu-Daleman) 37.0452 1.6196 - Delanggu-Wonosari-Tloyo-Karang Dowo-Pedan (Delanggu -Kartasuro) 3.3712 17.7978 - Prambanan-Bendo Gantungan-Penggung-Delanggu
14.3
24.7242 2.4268
21.8 311,7
1 Delanggu-Janti-Karang Anom-Klaten-Trucuk-Cawas 9.4548 6.3460 2 Klaten-Bayat-Cawas-Japanan-Delanggu 22,6
27.2111 2.2050 8.6 194,4
II. Angkutan Perkotaan A Delanggu-Kepok-Tanjung-Serenan 24.4259 2.4564 B1 Delanggu-Tulung-Maduhan 28.1185 2.1338 B2 Delanggu-Keprabon-Cokro-Tulung-Maduhan 36.3528 1.6505 C Delanggu- Pedan-Karangdowo 22.2423 2.6976 E Delanggu-Sribit-Ponggok-Jatinom-Gabus 26.5111 2.2632
F Delanggu-Mrisen-Gunting-Sidowarno-PS.Cuplik
10,2
14.0108 4.2824
15.5 158,1
Total kebutuhan ruang parkir Angkutan umum (m2) 664,2
Kebutuhan ruang parkir kendaraan pribadi (m2) 200
Total kebutuhan ruang parkir (m2) 864,2
B. Sirkulasi
Luas lahan yang dibutuhkan untuk sirkulasi kendaraan diperoleh
berdasarkan luas lajur yang biasa digunakan kendaraan untuk melakukan
pergerakan masuk dan keluar terminal. Berdasarkan survei, luas lahan untuk
sirkulasi kendaraan adalah 1000 m2.
C. Ruang Istirahat
Luas ruang istirahat diperoleh berdasarkan jumlah operator angkutan umum
yang beristirahat di terminal dan fasilitas yang dibutuhkan. Berdasarkan
pengamatan jumlah operator angkutan umum yang biasa beristirahat jumlahnya
adalah 10 orang. Desain ruang istirahat dapat dilihat pada Gambar 6.6.
Gambar 6.1. Desain ruang istirahat operator dan dimensi manusia (Ernst Neufert, 1989)
Kebutuhan lahan untuk ruang istirahat dapat diuraikan pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3. Kebutuhan lahan untuk ruang istirahat
No. Uraian Jumlah unit Ukuran per unit Kebutuhan
Ruang (m2) 1. 2. 3.
Fasilitas berbaring Tempat duduk memanjang Ruang gerak manusia
2 unit 1 unit
10 orang
2 m x 0,8 m = 1,6 m2 5 m x 0,5 m = 2,5 m2
2,2m x 1,1m= 2,4 m2
3,2 2,5 24
Kebutuhan ruang 29,7 Ruang sirkulasi (15 %) 4,5 Total kebutuhan lahan 34
D. Pelataran Parkir Cadangan
Luasan pelataran parkir cadangan mengacu pada standardisasi perencanaan
kebutuhan fasilitas terminal luasannya adalah 50% dari total kebutuhan parkir,
maka luas lahan untuk pelataran parkir cadangan adalah 432 m2.
a. Dimensi gerak manusia arah lateral
b. Dimensi gerak manusia arah longitudinal
a. b.
2 m
0,8 m 5 m
0,5 m
2 m
0,8 m
6.1.2. Kebutuhan Lahan untuk Pemakai Jasa
A. Ruang Tunggu
Untuk kebutuhan fasilitas ruang tunggu penumpang dihitung berdasarkan
pada hasil survei volume penumpang naik disekitar Sub Terminal Delanggu. Hasil
survei menunjukkan bahwa volume puncak untuk penumpang yang naik adalah
sebanyak 41 orang dan diasumsikan berpotensi untuk memasuki Sub Terminal
Delanggu, sesuai pada Gambar 6.6 kebutuhan ruang per orang (KRO) menurut
Neufert (1989), luasannya adalah 2,4 m2. Desain ruang tunggu penumpang dapat
dilihat pada Gambar 6.2.
Gambar 6.2. Desain ruang tunggu penumpang
Kebutuhan lahan untuk ruang tunggu penumpang dapat diuraikan sebagai
berikut : Tabel 6.4. Kebutuhan lahan untuk ruang tunggu
No. Uraian Jumlah unit Ukuran per unit Kebutuhan
Ruang (m2) 1. 2.
Ruang gerak manusia Tempat duduk memanjang
41 orang 10 unit
2,2m x 1,1m= 2,4 m2
5 m x 0,5 m = 2,5 m2 98,4 25
Kebutuhan ruang 123,4 Ruang sirkulasi 50,82 Total kebutuhan lahan 174
5 m
0,5 m
17,7 m
3,3 m
1,1 m
2,2 m
9,1 m
B. Sirkulasi Manusia
Kebutuhan lahan untuk sirkulasi manusia diperoleh berdasarkan pada luasan
area yang digunakan untuk bergerak seseorang di dalam terminal (tidak termasuk
ruang sirkulasi yang berada pada sebuah ruangan), luas kebutuhan sirkulasi
manusia adalah seluas 740,35 m2.
C. Kamar Mandi
Luas kamar mandi yang diperlukan diperoleh berdasarkan fasilitas yang
dibutuhkan serta ruang gerak manusia didalam kamar mandi (Gambar 6.3).
Gambar 6.3. Desain kamar mandi terminal
Kebutuhan lahan untuk fasilitas kamar mandi dapat diuraikan pada
Tabel 6.5. Tabel 6.5. Kebutuhan lahan untuk kamar mandi
No. Uraian Jumlah unit Ukuran per unit Kebutuhan
Lahan (m2) 1. 2. 3.
Bak Kloset Ruang gerak manusia
1 unit 1 unit
1 orang
0,8 m x 0,6 m = 0,48 m2 0,5 m x 0,4 m = 0,2 m2
2,2 m x 1,1 m= 2,4 m2
3,2 2,5 2,4
Kebutuhan ruang 3,08 Ruang sirkulasi (15 %) 0,46 Total kebutuhan lahan 4
Kebutuhan lahan tersebut adalah kebutuhan untuk satu ruang kamar mandi,
jika kamar mandi terdiri atas 4 (empat) ruang seperti pada Gambar 6.9 maka
kebutuhan keseluruhan lahan untuk kamar mandi adalah 25,5 m2.
2 m
6,4 m
4 m
2 m 0,6 m
0,8 m
0,5 m 0,4 m
1,1 m
D. Kios
Berdasarkan standard luas lahan yang diperlukan untuk kios adalah seluas
288 m2. Sementara luas lahan eksisting untuk kios yang berjumlah 40 unit di Sub
Terminal Delanggu adalah 1120 m2. Jumlah dan luasan untuk kios sangat
bergantung pada kebijakan pemerintah daerah terkait dengan pendapatan daerah.
E. Mushola
Luas lahan yang dibutuhkan untuk mushola diperoleh berdasarkan ruang
gerak manusia yang diperlukan saat melakukan sembahyang. Ruang gerak
manusia tersebut dapat diperoleh berdasarkan ukuran standard alas yang
digunakan untuk sembahyang (sadjadah), uraiannya sebagai berikut : Tabel 6.6. Kebutuhan lahan untuk mushola
No. Uraian Jumlah unit Ukuran per unit Kebutuhan
Ruang (m2) 1.
Ruang gerak manusia (berdasar ukuran sadjadah)
20 orang 1,1 m x 0,7 m= 0,77 m2 15,4
2. Ruang sirkulasi (15 %) 2,31 Total kebutuhan lahan 18
6.1.3. Kebutuhan Lahan Operasional
A. Ruang Administrasi
Luas ruang administrasi diperoleh berdasarkan ruang gerak manusia yang
diperoleh berdasarkan jumlah petugas yang bekerja dan kemungkinan tamu yang
datang serta fasilitas yang dibutuhkan. Desain dan kebutuhan lahan untuk ruang
administrasi dapat dilihat pada Gambar 6.4.
Gambar 6.4. Desain ruang administrasi dan dimensi lemari
1,5 m
1,0 m
1,3 m 1 m
0,5 m
0,5 m
Kebutuhan lahan untuk ruang administrasi dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 6.7. Kebutuhan lahan untuk ruang administrasi
No. Uraian Jumlah unit Ukuran per unit Kebutuhan
Ruang (m2) 1. 2. 3. 4.
Lemari Kursi Meja Ruang gerak manusia
2 unit 6 unit 2 unit
6 orang
1,5 m x 1 m = 1,5 m2 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2
1,3 m x 1 m =1,3 m2 2,2 m x 1,1 m= 2,4 m2
3 1,5 2,6
14,4 Kebutuhan ruang 21,5 Ruang sirkulasi (15 %) 3,23 Total kebutuhan lahan 25
B. Ruang Pengawas
Desain dan kebutuhan lahan untuk ruang pengawas dapat dilihat pada
Gambar 6.5.
Gambar 6.5. Desain ruang pengawas
Kebutuhan lahan untuk ruang pengawas dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 6.8. Kebutuhan lahan untuk ruang pengawas
No. Uraian Jumlah unit Ukuran per unit Kebutuhan
Ruang (m2) 1. 2. 3. 4.
Lemari Kursi Meja Ruang gerak manusia
1 unit 3 unit 1 unit
3 orang
1,5 m x 1 m = 1,5 m2 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2
1,3 m x 1 m =1,3 m2 2,2 m x 1,1 m= 2,4 m2
1,5 0,75 1,3 7,2
Kebutuhan ruang 10,75 Ruang sirkulasi (15 %) 1,61 Total kebutuhan lahan 12
C. Ruang untuk Loket
Desain dan kebutuhan lahan untuk ruang loket dapat dilihat pada
Gambar 6.6.
0,5 m
0,5 m
1,3 m 1 m
1 m
1,5 m
Gambar 6.6. Desain ruang untuk ruang loket
Kebutuhan lahan untuk ruang loket dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 6.9. Kebutuhan lahan untuk ruang loket
No. Uraian Jumlah unit Ukuran per unit Kebutuhan
Ruang (m2) 1. 2. 3.
Kursi Meja Ruang gerak manusia
1 unit 1 unit
1 orang
0,5 m x 0,5 m= 0,25 m2
2 m x 0,4 m = 0,25 m2 2,2 m x 1,1 m = 2,4 m2
0,25 0,8
2,41 Kebutuhan ruang 3,46 Ruang sirkulasi (15 %) 0,52 Total kebutuhan lahan 4
D. Ruang untuk Peron
Luas lahan untuk peron diperoleh berdasarkan dimensi kendaraan berhenti
terbesar dan dimensi manusia (arah longitudinal). Kebutuhan ruang untuk peron
dapat dilihat pada Gambar 6.7.
Gambar 6.7. Desain ruang untuk ruang peron
Kebutuhan lahan untuk peron dapat diuraikan pada Tabel 6.10.
2,2 m
3,1 m P E R O N
0,5 m
0,5 m
2 m 0,4 m
Keterangan : a. kursi b. meja loket
a
b
Tabel 6.10. Kebutuhan lahan untuk ruang peron No. Uraian Ukuran 1.
2.
Lebar dimensi parkir kendaraan (kendaraan dengan dimensi terbesar) Lebar dimensi gerak manusia
3,1 m x 5 = 15,5
2,2 m
Kebutuhan lahan 34 m2
Sub Terminal Delanggu mempunyai 2 (dua) pelataran untuk berhenti
kendaraan, oleh karenanya diperlukan 2 (dua) area untuk peron, ruang yang
diperlukan adalah seluas 68 m2.
E. Ruang untuk Retribusi
Desain dan kebutuhan lahan untuk ruang retribusi dapat dilihat pada
Gambar 6.8 dan Tabel 6.11.
Gambar 6.8. Desain ruang untuk ruang retribusi
Kebutuhan lahan untuk ruang retribusi dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 6.11. Kebutuhan lahan untuk ruang retribusi
No. Uraian Jumlah unit Ukuran per unit Kebutuhan
Ruang (m2) 1. 2. 3.
Kursi Meja Ruang gerak manusia
1 unit 1 unit
1 orang
0,5 m x 0,5 m= 0,25 m2
2 m x 0,4 m = 0,25 m2 2,2 m x 1,1 m = 2,4 m2
0,25 0,8
2,41 Kebutuhan ruang 3,46 Ruang sirkulasi (15 %) 0,52 Total kebutuhan lahan 4
F. Ruang Informasi
Desain dan kebutuhan lahan untuk ruang informasi dapat dilihat pada
Gambar 6.9.
0,5 m
0,5 m
2 m 0,4 m
Keterangan : a. kursi b. meja loket
a
b
Gambar 6.9. Desain ruang informasi Kebutuhan lahan untuk ruang informasi dapat diuraikan pada Tabel 6.12.
Tabel 6.12. Kebutuhan lahan untuk ruang informasi
No. Uraian Jumlah unit Ukuran per unit Kebutuhan
Ruang (m2) 1. 2. 3. 4.
Lemari Kursi Meja Ruang gerak manusia
1 unit 3 unit 1 unit
3 orang
1,5 m x 1 m = 1,5 m2 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2
1,3 m x 1 m =1,3 m2 2,2 m x 1,1 m= 2,4 m2
1,5 0,75 1,3 7,2
Kebutuhan ruang 10,75 Ruang sirkulasi (15 %) 1,61 Total kebutuhan lahan 12
G. Ruang Pertolongan Pertama
Desain dan kebutuhan lahan untuk ruang pertolongan pertama dapat dilihat
pada Gambar 6.10.
Gambar 6.10 Desain ruang pertolongan pertama
0,5 m
0,5 m
1,3 m 1 m
1 m
1,5 m Keterangan : a. kursi b. meja c. lemari
a
bc
0,5 m
0,5 m
1,3 m 1 m
2 m
0,8 m 1 m
1,5 m
Keterangan : a. kursi b. meja c. lemari d. fasilitas berbaring
a
b
c
d
Kebutuhan lahan untuk ruang informasi dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 6.13 Kebutuhan lahan untuk ruang pertolongan pertama
No. Uraian Jumlah unit Ukuran per unit Kebutuhan
Ruang (m2) 1. 2. 3. 4.
Lemari Kursi Meja Fasilitas berbaring Ruang gerak manusia
1 unit 3 unit 1 unit 1 unit
3 orang
1,5 m x 1 m = 1,5 m2 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2
1,3 m x 1 m =1,3 m2 2 m x 0,8 m = 1,6 m2
2,2 m x 1,1 m= 2,4 m2
1,5 0,75 1,3 1,6 7,2
Kebutuhan ruang 12,35 Ruang sirkulasi (15 %) 1,85 Total kebutuhan lahan 14
6.1.4. Ruang Luar (tidak efektif)
Luas ruang tidak efektif di Sub Terminal Delanggu adalah seluas 772,5 m2,
sementara berdasarkan standard perencanaan fasilitas terminal, luas lahan untuk
ruang luar (tidak efektif) adalah 1554 m2.
Dari analisis yang sudah diuraikan mengenai kebutuhan lahan untuk
operasional Sub Terminal Delanggu maka secara keseluruhan dapat diuraikan
pada Tabel 6.14.
Tabel 6.14 Evaluasi kebutuhan lahan
No. Uraian Luasan
Eksisting (m2)
Standard* (m2)
Rekomendasi sesuai
kebutuhan (m2) A.
1.
2. 3. 4.
Awak dan Kendaraan Ruang Parkir : Angkutan Perdesaan / 5,0 x 1,7 Angkutan Perdesaan / 7,0 x 2,1 Angkutan Kota / 3,7 x 1,6 Kendaraan Pribadi Ruang Parkir Total Sirkulasi kendaraan Ruang istirahat Pelataran parkir cadangan
- - - -
955,8
1000 -
228,7
- - -
200 1100
1000 30
550
311,7 194,4 158,1 200
864,2
1000 34
432,1
B. 1. 2. 3. 4. 5.
Pemakai Jasa Ruang tunggu Sirkulasi manusia Kamar mandi Kios Mushola
265,5 740,35
24 1120 24
480 192 40
288 40
174
740,35 25,5 1120 18
C. 1. 2.
Operasional Ruang administrasi Ruang pengawas
24 24
39 16
25 12
Tabel dilanjutkan pada halaman selanjutnya….
3. 4. 5. 6. 7.
Loket Peron Retribusi Ruang informasi Ruang pertolongan pertama
- - 4 - -
2 3 6 8
15
4 68 4
12 14
D. Ruang luar (tidak efektif)
772,5 1554 1554
T o t a l 5182,85 5463 6101
Sisa lahan seluas ± 899 m2 digunakan untuk fasilitas taman, rekomendasi
berdasarkan hitungan dihitung berdasar pada beberapa hasil survei yang sudah
dilakukan di lapangan. Dari Tabel 6.14 dapat dilihat bahwa berdasarkan
standardisasi perencanaan fasilitas terminal terdapat beberapa fasilitas yang harus
dilengkapi dan disesuaikan luasannya.
6.2. Analisis terhadap Lokasi Sub Terminal Delanggu
6.2.1. Sebaran Trayek Angkutan Umum
Sebaran angkutan umum yang memasuki Sub Terminal Delanggu dapat
terlihat pada Gambar 6.11.
Gambar 6.11. Sebaran rute angkutan umum yang memasuki Sub Terminal Delanggu
….Lanjutan Tabel 6.14
6.2.2. Kajian terhadap Lokasi
A. Indeks Lokasi
Gambar 6.12. Skema rute angkutan umum di wilayah kecamatan Delanggu
Tabel 6.15. Perhitungan indeks lokasi Sub Terminal Delanggu
Lokasi eksisting Lokasi terminal 100 m menuju pasar
L1 L2 (L1+L2)*Vi L1 L2 (L1+L2)*Vi
No.
Jalur Angkutan Umum
Jumlah
Kendaraan
Trip
Perhari
Vi
(m) (m) (m) (m) (m) (m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Angkutan Perdesaan
- Delanggu-Cokro-Jatinom-Tulung 3 3 9 3012.0662 3012.0662 54217.1916 3601.3837 3601.3837 64824.9066
- Delanggu-Wonosari-Tloyo-Karang Dowo-Pedan 22 4.5 99 3012.0662 2248.382 520784.3718 3601.3837 1586.5832 513608.7231
- Prambanan-Bendo Gantungan-Penggung-Delanggu 24 3 72 3012.0662 3012.0662 433737.5328 3601.3837 3601.3837 518599.2528
1 Delanggu-Janti-Karang Anom-Klaten-Trucuk-Cawas 10 3 30 3012.0662 2248.382 157813.446 3601.3837 1586.5832 155639.007
2 Klaten-Bayat-Cawas-Japanan-Delanggu 6 3 18 3012.0662 2248.382 94688.0676 3601.3837 1586.5832 93383.4042
2 Angkutan Perkotaan
A Delanggu-Kepok-Tanjung-Serenan 10 4.5 45 1042.0791 1042.0791 93787.119 1584.5152 1584.5152 142606.368
B1 Delanggu-Tulung-Maduhan 6 4 24 3015.5552 3015.5552 144746.6496 2427.3031 2427.3031 116510.5488
B2 Delanggu-Keprabon-Cokro-Tulung-Maduhan 3 5 15 2248.382 2248.382 67451.46 1586.5832 1586.5832 47597.496
C Delanggu- Pedan-Karangdowo 10 4 40 1042.0791 1042.0791 83366.328 1584.5152 1584.5152 126761.216
E Delanggu-Sribit-Ponggok-Jatinom-Gabus 8 4 32 5664.3913 5664.3913 362521.0432 4991.8413 4991.8413 319477.8432
F Delanggu-Mrisen-Gunting-Sidowarno-PS.Cuplik 5 5 25 1042.0791 1042.0791 52103.955 1584.5152 1584.5152 79225.76
29114.8968 26823.8442 2065217.165 31766.1917 25721.7902 2178234.526 Keterangan : Jarak diukur berdasarkan jarak udara (diukur on screen pada perangkat lunak AutoCAD)
Berdasarkan nilai yang sudah diuraikan pada Tabel 6.15, maka nilai Indeks
lokasi untuk setiap lokasi dengan menggunakan persamaan 6.1, dapat diuraikan
sebagai berikut :
I = ∑
∑+
+
21
21 ).(LL
ViLL (6.1)
dengan :
L1 = Jarak rute angkutan menuju terminal dari batas kecamatan
L2 = Jarak rute angkutan menuju batas kecamatan setelah masuk terminal
Vi = Jumlah trip setiap rute angkutan pada jalur yang dilewati
I eksisting= ∑
∑+
+
21
21 ).(LL
ViLL=
8442,268238968,29114165,2065217
+ = 36,92
Nilai Σ (L1+L2).Vi adalah jumlah keseluruhan kolom 8 pada Tabel 6.17. Nilai
Σ L1+L2 adalah jumlah keseluruhan dari penjumlahan kolom 6 dan kolom 7.
I skenario= ∑
∑+
+
21
21 ).(LL
ViLL=
7902,257211917,31766526,2178234
+ = 37,89
Nilai Σ (L1+L2).Vi adalah jumlah keseluruhan kolom 11 pada Tabel 6.17. Nilai
Σ L1+L2 adalah jumlah keseluruhan dari penjumlahan kolom 9 dan kolom 10.
Dari 2 (dua) lokasi tersebut setelah dilakukan perhitungan, lokasi eksisting
mempunyai indeks lokasi yang lebih rendah dibandingkan apabila lokasi terminal
terletak 100 m dekat pasar, hal tersebut menunjukkan bahwa jika lokasi Sub
Terminal Delanggu terletak 100 m dekat pasar Delanggu dilihat dari sisi
pelayanan angkutan akan sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan lokasi
eksisting karena cakupan daerah yang dilintasi sedikit lebih banyak, namun dari
sisi kemungkinan munculnya gangguan lalulintas lokasi eksisting akan lebih
sedikit muncul gangguan lalulintas.
B. Pola Pergerakan disekitar Lokasi
Dengan beroperasinya Sub Terminal Delanggu maka pergerakan lalulintas
khususnya di depan terminal serta daerah sekitar terutama pasar Delanggu akan
mendapatkan pengaruh. Untuk itu perlu adanya pengaturan yang baik agar
pergerakan lalulintas terutama untuk pergerakan menerus dengan kendaraan dari
dan menuju terminal tidak mengalami konflik meskipun nilai derajat jenuh
berdasarkan survei menunjukkan kondisi lalulintas yang relatif lancar (nilai
derajat jenuh = 0,68, Lampiran C). Berdasarkan hasil survei traffic counting,
volume lalulintas di Jalan Solo-Yogya (lokasi survei di depan pasar Delanggu)
dapat diuraikan pada Tabel 6.16.
Tabel 6.16. Volume Lalulintas yang melintas di Jalan Solo-Yogya (waktu survei : 06.00-18.00)
Kendaraan Bermotor (kend) Kendaraan
Pribadi Kendaraan
Umum Kendaraan
Barang Arah
SM MP MB BS BB PU TS TB
KTB (kend)
Jumlah Kendaraan
(smp)
Ke Solo 6115 1918 140 69 214 507 276 183 261 6215,45 Ke Yogya 6622 1764 108 49 191 581 345 115 358 6199,86
6.3. Analisis Tingkat Kesesuaian Berdasarkan Hasil Wawancara
6.3.1. Tingkat Kesesuaian menurut Pengguna Angkutan Umum
Tingkat kesesuaian dari golongan pengguna angkutan umum dapat diuraikan
pada Tabel 6.17. Tabel 6.17. Tingkat kesesuaian untuk kategori pengguna angkutan umum
Tingkat Kepuasan Tingkat Kepentingan No.
Penyataan SS S R TS STS
Bobot
SP P CP KP TP
Bobot Tingkat
Kesesuaian (%)
1 6 28 14 2 0 188 7 35 7 1 0 198 94.9 2 9 39 2 0 0 207 8 39 2 1 0 204 101.5 3 2 27 12 8 1 171 10 36 3 1 0 205 83.4 4 2 18 26 4 0 168 19 30 1 0 0 218 77.1 5 1 15 25 7 2 156 9 33 7 1 0 200 78.0 6 2 27 18 3 0 178 3 36 11 0 0 192 92.7 7 1 18 28 3 0 167 3 25 21 1 0 180 92.8 8 2 29 15 2 2 177 7 36 6 1 0 199 88.9
Setelah diperoleh besar prosentase tingkat kesesuaian untuk masing-masing
indikator pernyataan, maka untuk prioritas peningkatan pelayanan dapat diurutkan
berdasarkan nilai tingkat kesesuaian terendah, uraiannya dapat dilihat pada
Tabel 6.18.
Tabel 6.18. Urutan prioritas peningkatan pelayanan terminal berdasar pada tingkat kesesuaian Urutan
Prioritas Indikator Pernyataan
1. Sub Terminal Delanggu bebas copet dan kejahatan lainnya 2. Petugas keamanan selalu siaga sehingga keamanan terjaga 3.
Lokasi Sub Terminal Delanggu dekat dengan daerah yang membangkitkan perjalanan (pasar, pertokoan, dll.)
4. Fasilitas penunjang dalam terminal sudah memenuhi harapan (seperti ; toilet, mushola, kios, taman, dll.)
5. Area tunggu penumpang sudah nyaman 6. Sistem informasi dalam terminal sudah baik 7. Lokasi Sub Terminal Delanggu mudah di jangkau (aksesible, mudah diakses dengan berjalan
kaki) 8. Lokasi Sub Terminal Delanggu dekat dengan jalan utama yang tepat (titik kritis pergantian
angkutan)
Untuk kategori pengguna angkutan umum setelah dilakukan analisis tingkat
kesesuaian maka pelayanan yang harus ditingkatkan adalah dari faktor keamanan.
Terlihat dari tingkat kesesuaian yang rendah pada indikator pernyataan no. 4 yaitu
sebesar 77,1%. Tingkat kesesuaian tertinggi terletak pada indikator pernyataan
no. 2.
6.3.2. Tingkat Kesesuaian menurut Operator Angkutan Umum
Tingkat kesesuaian dari golongan operator angkutan umum dapat diuraikan
pada Tabel 6.19.
Tabel 6.19. Tingkat kesesuaian untuk kategori operator angkutan umum
Tingkat Kepuasan Tingkat Kepentingan No.
Penyataan SS S R TS STS
Bobot
SP P CP KP TP
Bobot Tingkat
Kesesuaian (%)
1 6 44 0 0 0 206 9 41 0 0 0 209 98.6 2 5 45 0 0 0 205 0 50 0 0 0 200 102.5 3 2 47 1 0 0 201 5 45 0 0 0 205 98.0 4 0 47 2 0 1 195 2 46 2 0 0 200 97.5 5 0 48 0 2 0 196 0 46 4 0 0 196 100.0 6 0 1 0 30 19 83 21 29 0 0 0 221 37.6 7 0 2 4 35 9 99 10 40 0 0 0 210 47.1 8 0 40 9 1 0 189 0 50 0 0 0 200 94.5 9 0 45 2 3 0 192 0 40 6 4 0 186 103.2 10 0 50 0 0 0 200 1 49 0 0 0 201 99.5 11 0 50 0 0 0 200 0 42 8 0 0 192 104.2 12 0 49 0 1 0 198 4 46 0 0 0 204 97.1
Setelah diperoleh besar prosentase tingkat kesesuaian untuk masing-masing
indikator pernyataan, maka untuk peningkatan pelayanan dapat diurutkan
berdasarkan pada nilai tingkat kesesuaian terendah, uraiannya dapat dilihat pada
Tabel 6.20.
Tabel 6.20. Urutan prioritas peningkatan pelayanan terminal berdasar pada tingkat kesesuaian Urutan
Prioritas Indikator Pernyataan
1. Di sekitar lokasi Sub Terminal Delanggu selalu ada penumpang yang naik 2. Lokasi Sub Terminal Delanggu dekat dengan daerah yang membangkitkan perjalanan
(pasar, pertokoan, dll.) 3. Lokasi Sub Terminal Delanggu cukup aman 4. Fasilitas penunjang lainnya sudah memenuhi harapan (seperti ; mushola, kios, taman, dll.) 5. Ruang untuk sirkulasi angkutan di Sub Terminal Delanggu cukup baik 6. Luas areal parkir sesuai dengan dimensi kendaraan 7. Letak pintu masuk dan keluar gerbang Sub Terminal Delanggu dari jalan utama cukup baik 8. Fasilitas peristirahatan di Sub Terminal Delanggu cukup baik 9. Rambu dan marka di dalam Sub Terminal Delanggu lengkap dan memenuhi persyaratan
10. Lebar pintu gerbang sesuai dengan dimensi kendaraan 11. Petugas keamanan selalu siaga sehingga keamanan terjaga 12. Sistem informasi dalam terminal sudah baik
Untuk kategori operator angkutan umum hal yang harus diperhatikan adalah
penumpang, karena penumpang sangat mempengaruhi operasional angkutan
umum. Mayoritas operator angkutan umum menyatakan ketidaksetujuannya
terhadap indikator pernyataan no. 3 yang menyatakan bahwa ”Di sekitar lokasi
Sub Terminal Delanggu selalu ada penumpang yang naik”, tingkat kesesuaiannya
hanya 37,6%, sedangkan tingkat kesesuaian tertinggi terletak pada indikator
pernyataan no. 11 terkait dengan sistem informasi yang ada.
6.3.3. Tingkat Kesesuaian menurut Pengusaha di sekitar Terminal
Tingkat kesesuaian dari golongan pengusaha dapat diuraikan pada
Tabel 6.21.
Tabel 6.21. Tingkat kesesuaian untuk kategori pengusaha disekitar terminal
Tingkat Kepuasan Tingkat Kepentingan No.
Penyataan SS S R TS STS
Bobot
SP P CP KP TP
Bobot Tingkat
Kesesuaian (%)
1 12 25 2 8 3 185 6 40 4 0 0 202 91.6 2 18 30 1 0 1 214 11 29 10 0 0 201 106.5 3 5 22 8 14 1 166 15 31 4 0 0 211 78.7 4 5 18 21 4 2 170 20 29 1 0 0 219 77.6 5 7 14 19 8 2 166 8 38 4 0 0 204 81.4 6 4 24 14 7 1 173 2 43 5 0 0 197 87.8 7 3 16 22 6 3 160 0 28 17 5 0 173 92.5 8 4 27 13 5 1 178 6 41 3 0 0 203 87.7
Setelah diperoleh besar prosentase tingkat kesesuaian untuk masing-masing
indikator pernyataan, maka untuk prioritas peningkatan pelayanan dapat diurutkan
berdasarkan nilai tingkat kesesuaian terendah, uraiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 6.22. Urutan prioritas berdasarkan pada tingkat kesesuaian Urutan
Prioritas Indikator Pernyataan
1. Sub Terminal Delanggu bebas copet dan kejahatan lainnya 2. Lokasi Sub Terminal Delanggu dekat dengan daerah yang membangkitkan perjalanan (pasar,
pertokoan, dll.) 3. Petugas keamanan dan petugas terminal selalu siaga pada posnya masing-masing sehingga bila
ada sesuatu tinggal melapor 4. Fasilitas penunjang lainnya sudah memenuhi harapan (seperti ; toilet, mushola, kios, taman, dll.) 5. Area tunggu penumpang sudah nyaman 6. Lokasi Sub Terminal Delanggu mudah di jangkau (aksesible, mudah diakses dengan berjalan
kaki) 7. Sistem informasi dalam terminal sudah baik sehingga tidak merasakan bingung didalam terminal 8. Lokasi Sub Terminal Delanggu dekat dengan jalan utama yang tepat (titik kritis pergantian
angkutan)
Untuk kategori pengusaha di sekitar lokasi Sub Terminal Delanggu tingkat
kesesuaian terendah terletak pada indikator pernyataan no. 4, terkait dengan faktor
keamanan dengan tingkat kesesuaian sebesar 77,6%. Tingkat kesesuaian tertinggi
terletak pada indikator pernyataan no. 2 yaitu sebesar 106,5%, terkait dengan letak
lokasi Sub Terminal Delanggu terhadap jalan utama.
6.4. Upaya Optimalisasi Sub Terminal Delanggu
Dalam rangka optimalisasi operasional Sub Terminal Delanggu maka
langkah-langkah taktis yang dapat dilakukan dapat diuraikan pada Tabel 6.23.
Tabel 6.23 Usulan penanganan permasalahan
No. Variabel Permasalahan Usulan Penanganan Implikasi 1. Fasilitas a. Beberapa fasilitas harus
dilengkapi dan disesuaikan mengacu pada standard yang berlaku,
b. Fasilitas yang ada kurang dirawat.
a. Sedikit merombak dan melengkapi bangunan yang diperlukan sesuai dengan standard yang berlaku,
b. Melakukan perawatan secara rutin terhadap fasilitas terminal.
Diperlukan alokasi biaya dan tenaga lebih, untuk itu perlu diperhatikan fasilitas yang menjadi prioritas perbaikan.
2. Lokasi
a. Jarak lokasi terminal terhadap pusat kegiatan relatif jauh,
b. Jarang penumpang yang naik dan turun di lokasi terminal.
a. Pemberian alternatif lahan komersial baru didekat terminal untuk menciptakan daya tarik,
b. Sosialisasi terhadap golongan pengusaha,
c. Perbaikan beberapa prasarana untuk mendukung operasional terminal dan kelancaran lalulintas sekitar.
a. Biaya pengadaan lahan tinggi, upaya untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama antara pemerintah daerah dengan masyarakat,
b. Diperlukan alokasi dana (melalui APBD/APBN) untuk perbaikan prasarana.
Tabel dilanjutkan pada halaman selanjutnya….
3. Keamanan a. Sepi, rawan copet saat pemberangkatan / pemulangan jemaah haji (lokasi menjadi tempat pos pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji)
b. Petugas keamanan yang bertugas di sekitar dan petugas terminal hanya bertugas hingga pukul 11.00
a. Petugas keamanan harus sigap sepanjang hari,
b. Perbaikan fasilitas penerangan.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan evaluasi kebutuhan lahan, luas lahan yang dibutuhkan
adalah 6101 m2, sementara luas lahan eksisting adalah 7000 m2 sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak ada permasalahan mengenai lahan. Terminal
sudah dilengkapi oleh fasilitas sesuai dengan standardisasi perencanaan
fasilitas terminal namun ada beberapa fasilitas yang masih harus dilengkapi
dan disesuaikan sesuai dengan standard dan kebutuhan.
2. Lokasi Sub Terminal Delanggu yang terletak pada jalan lintasan yang
menghubungkan kota Yogyakarta dengan kota Solo, maka lokasi sekitar
berpotensi menimbulkan konflik.
3. Dari golongan pengguna angkutan umum tingkat kesesuaian terendah yang
menjadi prioritas perbaikan kinerja terminal adalah dari aspek keamanan
yaitu sebesar 77,1%. Untuk golongan operator angkutan umum yang
menjadi prioritas peningkatan kinerja terminal adalah dari aspek lokasi
dengan nilai tingkat kesesuaian sebesar 37,6% yang juga menjadi faktor
terpenting karena memiliki tingkat kesesuaian terendah dari keseluruhan
golongan. Aspek yang harus diperhatikan berdasarkan survei wawancara
terhadap golongan pengusaha adalah keamanan, tingkat kesesuaian yang
diperoleh adalah sebesar 77,6%. Berdasarkan hasil tersebut, maka aspek
lokasi merupakan aspek yang harus paling diperhatikan dalam rangka upaya
optimalisasi terminal.
…Lanjutan Tabel 6.23
7.2. S a r a n
1. Untuk mengoptimalisasikan operasional Sub Terminal Delanggu, maka
beberapa fasilitas terminal harus dilengkapi sesuai standard yang berlaku.
2. Perlu dilakukan penataan daerah sekitar lokasi terminal agar muncul daya
tarik sehingga dapat membangkitkan perjalanan.
3. Perlu dilakukan sosialisasi terhadap seluruh golongan masyarakat terutama
terhadap kalangan pengusaha dan operator angkutan umum mengenai
kondisi wilayah dan tatanan kota di wilayah Kecamatan Delanggu terutama
dengan berdirinya Sub Terminal Delanggu, sehingga diharapkan dari
seluruh golongan masyarakat memberikan kepercayaannya terhadap
pemerintah daerah dalam hal pembangunan wilayah Kecamatan Delanggu
dimana salah satunya adalah dengan pembangunan prasarana transportasi
yaitu Sub Terminal Delanggu.
4. Untuk mengurangi potensi konflik pada lalulintas di sekitar terminal, maka
perlu dilakukan pengembangan jalan lingkar yang sebetulnya sudah tersedia
namun kondisinya kurang layak untuk digunakan, terutama untuk perjalanan
luar kota.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, I., 1996, Menuju Lalulintas dan Angkutan Jalan yang Tertib, Direktur
Jenderal Perhubungan Darat dan Departemen Perhubungan, Jakarta,
Azwar, M., 2002, Penataan Jaringan Trayek Angkutan Kota di Kota Dumai,
Thesis, MSTT-UGM, Yogyakarta, (tidak dipublikasikan),
Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1996, Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Parkir, Departemen Perhubungan, Direktur Jenderal Perhubungan Darat,
LPM-UGM, 1994, Studi Standardisasi Perencanaan Kebutuhan Fasilitas
Perpindahan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan, LPM-UGM,
Yogyakarta,
Murwono, D., 2006, Manajemen Prasarana Transportasi, Diktat Kuliah, MSTT-
UGM, Yogyakarta, (tidak dipublikasikan).